2017 Htat Kelompok 1
2017 Htat Kelompok 1
Disusun oleh:
Kelompok: 1
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut Terhadap Perubahan
Lingkungan
Abstrak
Kebakaran merupakan masalah serius yang dihadapi dalam pengelolaan
kawasan hutan. Dampak yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dinilai sangat
merugikan, baik dilihat dari segi ekonomi, ekologis maupun politik. Kebakaran
hutan merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang sering sekali
terjadi dan dianggap penting sehingga menjadi perhatian lokal maupun global.
Kebakaran lahan gambut dapat terjadi dengan mudah ketika lahan gambut
berada dalam kondisi kering. Lahan gambut dapat kering secara alami ataupun
karena dikeringkan dengan cara pembuatan kanal-kanal yang mengalirkan air
dari rawa gambut ke sungai. Proses kebakaran lahan gambut diawali adanya
penyulutan api yang menyebabkan api bergerak ke segala arah. Dampak
pertama kebakaran hutan dan lahan gambut ialah berpengaruh terhadap
hidrologi. Dampak kedua kebakaran terhadap penurunan kualitas tanah yaitu
berpengaruh terhadap terganggunya sifat fisik tanah, terhadap sifat kimia
tanah, menurun dan/atau hilangnya bahan organik tanah, dan menurun
dan/atau hilangnya biota tanah. Dampak ketiga kebakaran hutan yaitu
terhadap pencemaran udara.
II. DATA
Gambar 2. Luas area terbakar menurut tipe lahan 2015 (ribu ha)
Sumber: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, (BPPT); Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Perhitungan staf Bank Dunia
Tabel 2. Perkiraan kerugian dan kerusakan akibat kebakaran hutan dan kabut asap, Juni-Oktober 2015 (juta dolar AS)
Sumatra Kalimanta Kalimanta Kalimanta Kalimanta Papu
Jambi Riau Total
Selatan n Barat n Selatan n Tengah n Timur a
Pertanian 210 181 1.033 349 523 1.242 1.128 173 4.839
Tan Perkebunan 134 134 260 238 169 1.075 1.006 95 3.112
Tan Pangan 77 47 773 111 355 166 122 77 1.727
Lingkungan Hidup 226 229 1.205 376 387 776 530 523 4.253
Hilangnya keanekaragaman 17 24 72 23 27 33 33 58 287
hayati
Emisi karbon 209 204 1.133 353 360 743 498 465 3.966
Kehutanan 136 304 972 168 698 92 815 746 3.931
Manufaktur & Pertambangan 29 183 133 61 122 14 69 0 610
Perdagangan 184 292 290 120 139 131 108 68 1.333
Transportasi 20 31 81 17 66 111 32 13 372
Pariwisata 10 116 118 54 38 42 16 4 399
Kesehatan 36 22 28 12 24 17 12 1 151
Pendidikan 4 4 9 4 6 5 4 3 39
Biaya pemadaman kebakaran 10 11 49 14 24 35 31 22 197
Total in USD million 866 1.373 3.919 1.176 2.028 2.464 2.766 1.552 16.124
Data diperoleh dari Institut Pertanian Bogor; BPPT; BPS; CIFOR; laporan media;Kementerian Kesehatan; pemerintah daerah;
dan perhitungan staf Bank Dunia dalam laporan the world bank 2016.
III. PEMBAHASAN
Kebakaran merupakan masalah serius yang dihadapi dalam pengelolaan
kawasan hutan. Dampak yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dinilai sangat
merugikan, baik dilihat dari segi ekonomi, ekologis maupun politik, misalnya
gagalnya tujuan pengelolaan hutan lestari (Sustainable Forest Management) atau
tidak terpenuhinya persyaratan ekolabel. Secara ekonomis kebakaran hutan telah
menimbulkan kerugian berupa rusak dan hilangnya sumberdaya hutan, penurunan
potensi hasil hutan kayu dan non kayu, yang merupakan salah satu modal dasar
pembangunan nasional. Selain itu, kebakaran hutan juga dapat menurunkan kuantitas
maupun kualitas sumberdaya alam hayati beserta ekosistem yang berfungsi sebagai
penyangga kehidupan, antaralain dengan berkurangnya keanekaragaman jenis flora
dan fauna sebagai sumber plasma nutfah, kualitas tanah yang semakin menurun,
berubahnya fungsi hidrologis hutan serta pemanasan global. Kerugian lain yang
sangat penting secara politis adalah berupa polusi asap yang mengganggu lingkungan,
tidak hanya di Indonesia tetapi juga dirasakan di negara-negara tetangga (Ginson,
2007).
Pengkajian ulang dan audit bagi alokasi pemanfaatan bagi pembangunan lahan
gambut versus konservasi dan mencakup seluruh pemangku kepentingan.
Pengkajian ulang secara ilmiah bagi pengelolaan kebakaran sebagai dasar bagi
pengembangan peraturan. Jangan membangun daerah transmigrasi baru di wilayah
rawa.
Belajar dari pengalaman dan dorongan bagi praktek pengelolaan terbaik
pembangunan lahan gambut. Pengkajian pembangunan kanal dan masalah
pengelolaan air. Pengembangan prosedur penebangan yang lestari untuk
mengurangi bahaya kebakaran.
Penutupan kanal dan rehabilitasi hutan.
Peningkatan tekanan internasional dan penguatan kapasitas lembaga pemerintah
untuk menegakan hukum zero burning yang ada bagi perusahaan. Pernyediaan
insentif untuk tidak melakukan pembakaran.
Dukungan pemerintah dan perusahaan bagi masyarakat dalam kegiatan
pengelolaan kebakaran lahan pertanian untuk mencegah penyebarannya.
Identifikasi dan promosikan metode pembukaan lahan alternatif yang layak.
Pengembangan mata pencaharian alternatif yang berkelanjutan bagi masyarakat
sehingga mengurangi penggunaan api. Pengembangan kemitraan yang setara
antara pemerintah/perusahaan dan masyarakat dalam pembangunan lahan basah.
Pengalihan pertanian tanaman setahun menjadi perkebunan/agroforestry (dalam
kemitraan dengan perusahaan) untuk meningkatkan taraf hidup dan menghindari
pembakaran tahunan. Pemilihan tanaman keras yang cocok.
Klarifikasi kepemilikan lahan masyarakat, negara, dan industri - untuk
mendorong pengelolaan lahan basah yang lestari.
Pelibatan masyarakat dalam sumberdaya dan pengelolaan kebakaran dan
peningkatan kesadaran lingkungannya. Penyediaan insentif sosial-ekonomi kepada
masyarakat bagi pengelolaan lahan basah yang lestari. Penciptaan dan penguatan
kelembagaan dan peraturan lokal bagi pengelolaan kebakaran.
Penguatan lembaga yang ada dan klarifikasi prosedur pemecahan masalah
kebakaran di berbagai tingkat pemerintahan. Penyediaan peralatan, sumberdaya,
informasi, dan dana untuk memerangi kebakaran pada saat yang tepat
(dibutuhkan).
Pengkajian kebijakan desentralisasi dan peran dalam kebakaran. Penguatan
kapasitas dan komitmen lembaga pemerintah daerah ke arah pemanfaatan lahan
basah yang lestari dan konservasi. Penyediaan insentif dan dana dari pemerintah
Pusat ke Daerah untuk memelihara dan memperbaiki daerah transmigrasi.
IV. KESIMPULAN
Ballhorn, U., Siegert, F., Mason, M., Limin, S. 2009. Derivation of burn scar depths
and estimation of carbon emissions with LIDAR in Indonesian peatlands.
Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of
America (online).
Brown AA, KP Davis. 1973. Forest Fire Control and Use. Me Graw Hill Book
Company, Inc. USA.
Cahyono Andy, S., S.P. Warsito, W. Andayani, dan D.H. Darwanto. 2015. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kebakaran hutan di Indonesia dan implikasi
Kebijakannya. Jurnal Syulva Lestari, 3: 103-112.
Chandler C, P Cheney, L Trabaud, D Williams. 1983. Fire in Forest Vol I Forest Fire
Behaviour and Effects. Jhon Wiley and Sons, Inc. Canada. USA.
FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation. Soil Bulletin No. 52. FAO Rome.
Fuller M. 1991. Forest Fire An introduction to Wildland Fire Behavior,
Management, Firefighting and Prevention. Hohn Wiley& Sons, Inc. Canada.
Ginson A. 2007. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan di Taman
Nasional Berbak Jambi. [http://www.google.co.id/search?hl=id&q =pengelo
laan+lahan+bekas+terbakar+di+gambut&btnG=Telusuri&meta] di akses
tanggal 9 April 2017.
Hardjowigeno, S., and Abdullah. 1987. Suitability of peat soils of Sumatera for
agricultural development. International Peat Society.Symposium on Tropical
Peat and Peatland for Development.Yogyakarta.
Hooijer, A., Silvius, M., Wsten, H., Page, S. 2006. PEAT CO2, Assessment of CO2
Emission from drained peatlands in SE Asia.
KNLH. 2008. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2007.
Rasyid, Fachmi. 2014. Permasalahan dan Dampak Kebakaran Hutan. Jurnal Lingkar
Widiaswara, 1: 47-59.
Omi, P.N. 2005. Forest Fires : Contemporary world issues. ABC CLIO, England.
Page, S.E., Siegert, F., Rieley, J.O., Boehm, H.D.V., Jaya, A dan Limin, H. 2002. The
amount of carbon release from peat and forest fire in Indonesia during 1997.
Nature, 420: 61-65.
Pudjiharta, Ag. dan A.Fauzi. 1981. Beberapa indicator fisik untuk menentukan
kebijaksanaan pendahuluan dalam pengelolaan DAS. Proceeding Lokakarya
Pengelolaan Terpadu Daerah Aliran Sungai, Jakarta.
Prakoso, Y. 2004. Dampak kebakaran hutan terhadap sifat fisik tanah di hutan
tanaman sekunder Acacia mangium di desa Langensari, Kecamatan
Parungkuda, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Saharjo, B. H. 1999. Study on Forest Fire Prevention for Fast Growing Tree Species
Acacia mangium Plantation in South Sumatera,Indonesia. Kyoto University,
Graduede School of agriculture.
Sianturi F. 2006. Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Pada Areal Bekas
Terbakar di Tegakan Puspa (Schima wallichii Korth). Skripsi Jurusan
Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak
diterbitkan.
Stole, F., Chomitz, K.M., Lambin, E.F., dan Tomich, T.P. 2003. Land use and
vegetation fires in Jambi Province, Sumatera, Indonesia. Forest Ecology and
Management 179 (2003): 277-292.
Subagyo, H. 1998. Karakteristik bio-fisik lokasi pengembangan sistemusaha
pertanian pasang surut, Sumatera Selatan. Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor (Tidak dipublikasikan).
Suyanto, U. Chokkalingam, dan P. Wibowo. 2003. Kebakaran di Lahan Rawa/
Gambut di Sumatera : Masalah dan Solusi. Center For International Forestry
Research, Palembang
Syaufina, L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Bayumedia. Malang.
Syumanda R. 2007. Asap - Ritual Bencana Tahunan Riau. http://www.walhi.or.id
/kampanye/bencana/040915_asapriau.html. Di Akses 9 April 2017.
Yudasworo DI. 2001. Dampak Kebakaran Hutan Terhadap Sifat Fisik dan Kimia
Tanah. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan IPB.
Widyasari, N. A. Eka. I. H. 2008. Pengaruh Sifat Fisik dan Kimia Tanah Gambut Dua
Tahun Setelah Terbakar Dalam Mempengaruhi Pertumbuhan Acacia
crassicarpa A. Cunn. Ex Benth Di Areal IUPHHK-HT PT. Sebangun Bumi
Andalas Wood Industries. Skripsi Departemen Silvikultur, Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.