Anda di halaman 1dari 24

MOSI DEBAT PHARFEST UI

1. Fitofarmaka perlu dijadikan salah satu daftar pilihan obat dalam BPJS
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinis dan uji klinis bahan baku serta produk jadinya telah
di standarisasi (Badan POM RI, 2004). BPJS Kesehatan adalah Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial yang dibentuk pemerintah untuk memberikan Jaminan Kesehatan untuk Masyarakat.
Indonesia memiliki lebih kurang 30.000 spesies tumbuhan dan 940 spesies di antaranya
termasuk tumbuhan berkhasiat. Telah diketahui sebanyak 180 spesies telah dimanfaatkan oleh
industri obat tradisional. Pengembangan obat tradisional inilah yang dijadikan sebagai
fitofarmaka.
Pedoman pengembangan Fitofarmaka:
1. Kep. Menkes RI No.760/1992 ttg Pedoman Fitofarmaka
2. SK Menkes RI No.0584/1995 ttg Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan
Tradisional
3. Kep. Menkes RI No.56/ 2000 ttg Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional
4. Kep. Kepala Badan POM RI No: HK.00.05.4.1380 tgl 2 Maret 2005 ttg Pedoman
CPOTB
Kriteria Fitofarmaka:
a. Aman dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan
b. Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik
c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi
d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
Contoh produk- produk fitofarmaka:
1. Nodiar (Anti diare) PT Kimia Farma
2. Rheumaneer (Pereda nyeri) PT Nyonya Meneer
3. Stimuno (Peningkat sistem imun) PT Dexa Medica 24.150 (sirup)
4. Tensigard Agromed (Anti hipertensi) PT Phapros
5. X-Gra (Aphrodisiaka) PT Phapros 100.000
6. Diabmeneer (Diabetes) PT Nyonya Meneer 17.000
Obat yang ditanggung BPJS Kesehatan telah diatur dalam formuarium nasional
berdasarkan Kepmenkes RI No. 159/Menkes/SK/V/2014 terhadap perubahan Kepmenkes RI No.
328/Menkes/SK/V/2013.
TIM PRO TIM KONTRA
Stan: Setuju Stan: Tidak setuju
fitofarmaka masuk ke fitofarmaka masuk ke
BPJS BPJS
Limitasi: Pasien dapat Solusi:
memilih
menggunakan
fitofarmaka atau obat
sintesis
Argumen 1 Argumen 1
BPJS memback up Fitofarmaka tidak
suplemen juga, kan mengkover semua
BPJS menjamin sehat jenis penyakit dan
bukan sakit jadi kebanyakan dari
harusnya preventif, fitofarmaka itu
dikasih suplemen dari suplemen, ada
fitofarmaka bukan fitofarmaka yg obat
obat kalau obat berarti contohnya Nodiar.
BPJS Jaminan sakit. Tapi sudah tidak
diproduksi lagi karena
Argumen 2 (Potensi mencampurkan bahan
keanekaragaman kimia obat dengan
tumbuhan di bahan alam karena
Indonesia) ada atapulgit
Keanekaragaman
tumbuhan di Argumen 2
Indonesia merupakan Syarat Obat yang
potensi pasar obat masuk dalam daftar
tradisional. Obat obat fornas:
tradisional Indonesia 1. Obat yang paling
merupakan warisan berkhasiat, aman dan
budaya bangsa memiliki harga
sehingga perlu digali, terjangkau.
diteliti dan 2. Obat telah diseleksi
dikembangkan agar para pakar dengan
dapat digunakan lebih mempertimbangkan
luas oleh masyarakat. efektivitas dan
Fitofarmaka efisiensi obat demi
merupakan kepentingan pasien.
pengembangan dari 3. Obat-obat yang
obat tradisional melebihi tarif INA-
Indonesia yang CBG, kelebihan tarif
merupakan warisan dibayarkan oleh
budaya bangsa. pasien.
dengan potensi bahan
alam yang dijadikan Fitofarmaka lebih
obat sangat banyak mahal dari obat
dan beragam dengan pilihan BPJS yang
menjadikan indikasinya sama:
fitofarmaka sebagai Nodiar
salah satu piihan obat (Anti Diare)
dalam BPJS maka Rheumaneer (Pereda nyeri)

akan dengan
Tensigard (Anti Hipertensi)
dijadikannya
fitofarmaka sebagai Diabmeneer
obat pilihan BPJS. (Anti diabetes)
Hal ini dapat memicu
Industri untuk Argumen 3

mengembangkan (Mekanisme kerja

riset-riset fitofarmaka. fitofarmaka)


Saat ini meskipun

Argumen 3 fitofarmaka cukup

(Kepercayaan banyak digunakan

masyarakat terhadap oleh masyarakat

obat herbal) dalam usaha


Bagi masyarakat pengobatan sendiri
Indonesia, obat (self-medication),
tradisional sebenarnya profesi kesehatan atau
bukan hal baru. dokter umumnya
Ramuan dari masih enggan untuk
tumbuhan itu telah meresepkan ataupun
digunakan secara menggunakannya.
turun-temurun untuk Alasan utama
pengobatan dan keengganan profesi
dirasakan khasiatnya. kesehatan untuk
Kepercayaan meresepkan atau
masyarakat pada obat menggunakan
herbal juga terus fitofarmaka karena
meningkat. Menurut mekanisme aksi kerja
data Survei Sosial fitofarmaka pada
Ekonomi Nasional reseptor di dalam
2007, masyarakat tubuh masih belum
yang memilih jelas, sehingga tanpa
mengobati diri sendiri hal tersebut maka
dengan obat penerimaan
tradisional mencapai fitofarmaka sebagai
28,69 persen, salah satu daftar
meningkat dalam pilihan obat BPJS pun
waktu tujuh tahun akan lebih sulit.
dari yang semula Contohnya adalah
hanya 15,2 persen. amlodipin yaitu anti
Dengan kepercayaan hipertensi yang
masyarakat Indonesia dijadikan pilihan obat
yang semakin pada BPJS. Amlodipin
meningkat alangkah ini termasuk Calcium
baiknya fitofarmaka Channel Blocker
ikut disertakan dalam (CCB) yang memiliki
pilihan obat BPJS. mekanisme kerja yaitu
mencegah atau
Argumen 4 (Sistem mengeblok kalsium
kerja fitofarmaka) masuk ke dalam
Fitofarmaka memiliki dinding pembuluh
berbagai macam darah. Kalsium
kandungan yang diperlukan otot untuk
memiliki khasiat melakukan kontraksi,
beragam, sehingga jika pemasukan
fitofarmaka tidak kalsium ke dalam sel
hanya mengobati sel diblok, maka obat
organ yang sakit tersebut tidak dapat
tetapi fitofarmaka melakukan kontraksi
dapat mengobati sehingga pembuluh
sistem organ secara darah akan melebar
keseluruhan. dan akibatnya tekanan
Contohnya adalah: darah akan menurun.
Fitofarmaka Berbeda dengan
Rheumaneer yang fitofarmaka
mengandung ekstrak antihipertensi yaitu
Retrofracti Fructus Tensigard yang
atau buah cabai jawa kerjanya adalah
yang berkhasiat untuk menurukan tekanan
menghilangkan nyeri, darah sistolik dan
peluruh keringat; diastolik tanpa adanya
ekstrak rimpang penjelasan bagaimana
kunyit yang kerjanya menurunkan
berkhasiat untuk tekanan darah. Tanpa
mengobati luka, adanaya penjelasan
menambah nafsu mengenai mekanisme
makan; ekstrak kerja maka akan sulit
rimpang jahe untuk penerimaan
meredakan nyeri, fitofarmaka pada
mengobati penyakit pilihan obat BPJS.
rematik, dll.
Argumen 4
Argumen 5 Untuk produksi
Menurut Depkes RI fitofarmaka lebih sulit
fitofarmaka dan lebih lama. Hal
mempunyai kriteria ini dapat dilihat dari
yg sesuai untuk lampiran Permenkes
pengobatan dan RI
memiliki kriteria yang No.760/Menkes/Per/I
sama seperti obat X/1992 dimana dalam
sintesis yang biasa permenkes tersebut
digunakan. disebutkan
pengembangkan 19
jenis obat untuk
fitofarmaka. Namun,
pada kenyataannya
hingga tahun 2016
hanya berhasil
menghasilkan 6 jenis
fitofarmaka. Kendala
inilah yang menjadi
dasar sulitnya
fitofarmaka untuk
menjadi pilihan obat
BPJS. Untuk menuju
grade fitofarmaka
diperlukan dana
milyaran hingga
triliunan dan waktu
bisa lima sampai
belasan tahun. Untuk
dapat disebut
Fitofamaka, obat
tersebut harus melalui
uji klinik yang diawali
dari uji pre-klinik, uji
klinik fase I (20-50
orang), fase II (200-
300 orang) some trials
combine Phase I and
Phase II, and test both
efficacy and toxicity.
Kemudian fase III
(3003.000 orang),
fase 4 disebut juga
post marketing
surveillance. Cost
produksi akan
tercermin dengan
harga penjualan
produk fitofarmaka,
sehingga obatnya
lebih mahal
2. Euthanasia merupakan solusi untuk meringankan penderitaan pasien dan harus
dilegalkan di Indonesia
Euthanasia berasal dari kata Yunani euthanatos, yang artinya mati dengan baik tanpa
penderitaan. Belanda salah satu negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum
kedokteran mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Euthanasia
Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda), yang menyatakan euthanasia adalah dengan
sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang
pasien, dan ini dilakukan untuk kepentingan pasien sendiri (M. Yusup & Amri Amir, 1999:105).
Menurut Kartono Muhammad dalam bukunya Teknologi Kedokteran dan Tantangannya
terhadap bio etika, dijelaskan bahwa Euthanasia dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu:
1. Euthanasia pasif, mempercepat kematian dengan cara menolak memberikan/mengambil
tindakan pertolongan biasa, atau menghentikan pertolongan biasa yang sedang berlangsung
2. Euthanasia aktif, mengambil tindakan secara aktif, baik langsung maupun tidak langsung yang
mengakibatkan kematian
3. Euthanasia sukarela, mempercepat kematian atas persetujuan atau permintaan pasien
4. Euthanasia tidak sukarela, mempercepat kematian tanpa permintaan atau persetujuan pasien,
sering disebut juga sebagai merey killing
5. Euthanasia nonvolountary, mempercepat kematian sesuai dengan keinginan pasien yang
disampaikan oleh atau melalui pihak ketiga, atau atas keputusan pemerintah
Prosedur euthanasia yang diberlakukan di Belanda tidak sembarangan. Diperlukan
penetapan pengadilan untuk melakukan perbuatan tersebut. Meskipun keluarga pasien
menyatakan kehendaknya untuk melakukan euthanasia, namun pengadilan bisa saja menolak
membuat penetapan. Dalam sebuah kasus di sekitar 1990 di Belanda, seorang keluarga pasien
yang ingin melakukan euthanasia sempat ditolak oleh pengadilan walaupun akhirnya
dikabulkan. Untuk itu, menurut Komariah apabila tidak ada jalan lain, tidak lagi ada harapan
hidup dan secara biomedis seseorang terpaksa dicabut nyawanya melalui euthanasia, harus ada
penetapan pengadilan untuk menjalankan proses tersebut.
Sebab, penetapan pengadilan tersebut akan digunakan agar keluarga atau pihak yang memohon
tidak bisa dipidana. Begitu pula dengan peranan dokter, sehingga dokter tidak bisa disebut
malpraktik. Selain penetapan pengadilan, keterangan dari kejaksaan juga harus diminta agar di
kemudian hari negara tidak menuntut masalah euthanasia tersebut. Terlepas dari masalah di atas,
menurutnya hidup mati seseorang hanya dapat ditentukan oleh Tuhan.
Di Indonesia, upaya pengajuan permohonan euthanasia ini pernah terjadi pada tahun 2004,
suami Ny.Again mengajukan permohonan euthanasia ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
untuk mengakhiri penderitaan istrinya, namun permohonan itu ditolak oleh pengadilan. Menurut
pakar hukum pidana Indriyanto Seno Adji, tindakan euthanasia harus memenuhi persyaratan
medis dan bukan karena alasan sosial ekonomi. Menurutnya, sifat limitatif ini untuk mencegah
agar nantinya pengajuan euthanasia tidak sewenang-wenang.

TIM PRO TIM KONTRA


Stan: Euthanasia dilegalkan Stan: Euthanasia tidak dapat dilegalkan

Limitasi: Boleh ketika memenuhi persyaratan Solusi:


medis dan bukan karena alasan sosial
ekonomi

Argumen 1: Ketika seseorang telah Argumen 1


menderita penyakit menahunn yang Pada prinsipnya, hak untuk hidup merupakan
merasakan sakit setiap saatnya, euthanasia hak fundamental atau hak asasi dari setiap
dapat dilakukan guna menghentikan rasa manusia. Konstitusi kita yakni UUD 1945
sakit menahun tersebut. Ada legal medis melindungi hak untuk hidup ini dalam Pasal
yang menyatakan tahap harus di euthanasia. 28A UUD 1945 yang menyebutkan bahwa
Membebaskan penderitaan pasien dan tidak setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
membebani keluarga. mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Disebutkan bahwa Jika dikaitkan kembali
Argumen 2 dengan hak asasi manusia, euthanasia tentu
Pasien memiliki hak untuk membuat melanggar hak asasi manusia yaitu hak untuk
keputusan tentang kapan dan bagaimanan hidup. Pakar hukum pidana Universitas
mereka harus mati, berdasarkan prinsip- Padjadjaran Komariah Emong berpendapat,
prinsp otonomi dan penentuan nasib sendiri. Kitab Undang-Undang Hukum
Otonomi adalah konsep bahwa pasien Pidana (KUHP) mengatur tentang
memiliki hak untuk membuat keputusan yang larangan melakukan euthanasia.yakni
berkaitan dengan kehidupan mereka selama dalam Pasal 344 KUHP yang bunyinya:
itu tidak menyebabkan kerugian kepada Barang siapa merampas nyawa orang lain
orang lain. atas permintaan orang itu sendiri yang jelas
dinyatakan dengan kesungguhan hati,
Argumen 3 diancam dengan pidana penjara paling lama
Euthanasia dapat dilegalkan di Indonesia dua belas tahun.
dengan mekanisme yang kami tawarkan. Meskipun pasal 344 KUHP tidak secara tegas
Pertama, pasien diberikan inform consent menyebutkan kata euthanasia, namun,
sebagai bentuk persetujuan melakukan berdasarkan ketentuan Pasal 344 KUHP,
euthanasia. Apabila pasien tidak sadar, maka dokter dapat dituntut oleh penegak hukum,
inform consent tersebut diisi oleh keluarga apabila melakukan euthanasia, walaupun atas
pasien. Euthanasia hanya dapat dilakukan permintaan pasien dan keluarga yang
oleh dokter. Ketentuan mengenai syarat- bersangkutan, karena perbuatan tersebut
syarat diberlakukannya Euthanasia dapat merupakan perbuatan melawan hukum.
dibuat peratruan yang khusus menjelaskan Pasal 388 yang berbunyi: Barang siapa
mengenai ketentuan Euthanasia oleh dengan sengaja menghilangkan jiwa orang
pemerintah. lain, dihukum, karena makar mati, dengan
hukuman penjara selama-lamanya lima belas
Argumen 4 tahun.
Dunia internasional telah melegalkan Di dalam Kode Etik Kedokteran yang
euthanasia, ada contoh 7 negara yang ditetapkan Mentri Kesehatan Nomor:
melegalkan, yaitu: Belanda, Jepang, Austria 434/Men.Kes./SK/X/1983 disebutkan pada
pasal 10: Setiap dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajibannya melindungi
hidup makhluk insani.

Argumen 2
Kant and Mill: Prinsip otonomi ini melarang
mengakhiri hidup sukarela. Ini juga telah
menyatakan bahwa permintaan pasien untuk
euthanasia jarang yang otonom karena
kebanyakan pasien dalam keadaan sakit
parah mungkin tidak dari suara atua pikiran
rasional
Norval dan Gwynther permintaan euthanasia
jarang berkelanjutan setelah perawatan
paliatif baik didirikan

Argumen 3: Majelis Kode Etik Ikatan Dokter


Indonesia (IDI) dr. Brotowasisto yang
meminta pengadilan untuk tidak
mengabulkan permohonan euthanasia
disebabkan alasan etika, moral, agama, dan
norma budaya, serta aturan perundangan juga
tidak memungkinkan

Argumen 3: Tidak sesuai dengan sumpah


apoteker

Argumen 4: Aspek kesucian hidup yang tidak


boleh ada campur tangan manusia

3. Indonesia harus membuat UU Kefarmasian sebagai payung hukum bagi semua tenaga
kefarmasian
Latar belakang dikeluarkannya mosi ini adalah akibat polemik yang terjadi pada Undang-
Undang No.36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan. Dimana pada UU tersebut, Asisten
Apoteker yang pendidikannya setara dengan lulusan SMF tidak lagi dimasukkan sebagai tenaga
kesehatan. UU Tenaga kesehatan tersebut juga mensyaratkan hanya lulusan D3 ke atas yang
disebut tenaga kesehatan. Asisten apoteker hanya disebut sebagai asisten tenaga kesehatan. Hal
ini mengancam puluhan ribu tenaga kesehatan yang berijazah di bawah diploma 3. Menurut
pasal 8 ayat 1 UU tersebut, tenaga kesehatan yang berijazah di bawah D3 yang selama ini
melakukan praktek sebagai tenaga kesehatan hanya diberikan kesempatan berpraktek sebagai
tenaga kesehatan hingga enam tahun mendatang. Setelah 6 tahun, apabila masih ada tenaga
kesehatan yang berijazah di bawah D3 masih melakukan praktek tenaga kesehatan akan diancam
hukuman pidana 5 tahun penjara. Hal tersebut dapat melemahkan semangat belajar 59.062
pelajar SMF yang selama ini bayangannya akan bisa langsung bekerja sebagai tenaga kesehatan
setelah menamatkan sekolah. Hal inilah yang membedakan tenaga kefarmasian dengan tenaga
kesehatan lainnya, dimana farmasi telah memiliki jenjang pendidikan mulai dari SMF. Oleh
karena itu, farmasi tidak dapat disatukan dalam satu undang-undang tenaga kesehatan, namun
farmasi berhak dan harus memiliki UU Kefarmasian yang akan menjadi payung hukum bagi
seluruh tenaga kefarmasian.
TIM PRO TIM KONTRA
Stan: Diperlukan UU Kefarmasian Stan: Tidak diperlukan UU Kefarmasian

Limitasi: Solusi:
-Memaksimalkan kualitas obat beserta
pelayanannya bagi masyarakat
- Pemerintah hendaknya mengupayakan
agar semua lulusan SMK Farmasi yang
melakukan pekerjaan kefarmasian dapat
dibuatkan program melalui pendidikan
maupun penyetaraan sebagaimana dalam
kerangka kualifikasi Nasional Indonesia
sesuai dengan ketentuan.
Argumen 1 Argumen 1
Ketentuan mengenai tenaga kefarmasian masih Tidak perlu lagi pembuatan UU
tersebar dalam berbagai peraturan perundang- Kefarmasian karena untuk mengatur
undangan dan belum mampu menampung kefarmasian sendiri di di Indonesia telah
kebutuhan hukum masyarakat, seperti kasus diatur dalam PP No.51 tahun 2009 tentang
yang ada pada latar belakang, sehingga perlu pekerjaan kefarmasian, Kepmenkes tentang
dibentuk undang-undang tersendiri yang standar profesi apoteker, Permenkes
mengatur tenaga kefarmasian secara tentang petunjuk teknis jabatan fungsional
komprehensif. asisten apoteker, dan permenkes tentang
registrasi, Izin Praktik, dan Izin kerja
Argumen 2 tenaga kefarmasian. Lagi pula payung
Kita perlu melihat bagaimana tenaga hukum tenaga kefarmasian telah ada pada
kefarmasian di luar negeri yang telah dinaungi KIFI (Kolegium Ilmu Farmasi Indonesia),
payung hukumnya dengan UU Kefarmasian KFN (Komite Farmasi Nasional), dan
yang dinamakan, seperti: Pharmaceutical Kode Etik.
legislation di Eropa, Pharmaceutical
administration and regulations di jepang, Argumen 2
pharmaceuticals laws di Australia. Manfaat dari Tahapan proses pembuatan undang-undang
adanya UU Kefarmasian adalah tenaga cukup rumit. Kekuasaan untuk membentuk
kefarmasian dapat lebih spesifik lagi undang-undang telah diatur pasal 20 ayat 1
didefinisikan, sehingga tidak terjadi UUD45 berada pada DPR yang
miskonsepsi seperti kasus pada latar belakang. selanjutnya rancangan undang-undang
tersebut harus dibahas oleh DPR dan
Presiden untuk mendapatkan persetujuan
Argumen 3 bersama. Kemudian disusun Program
Kalau SMF harus sekolah lagi D3 apa gunanya Legislasi Nasional (Proglenas) Oleh Badan
SMF? Hal ini bertentangan dengan konsep Legislasi DPR untuk jangka waktu 5 tahun
percepatan kerja yang diusung oleh Pemerintah dan jangka waktu tahunan yang telah
dimana SMF diadakan agar setelah lulus dari diprioritaskan mengenai pembahasan RUU
SMF dapat bekerja secepatnya. tersebut.
Rata-rata lulusan SMF sudah kerja dan ketika
harus mengambil kuliah D3 lagi bagaimana jika Argumen 3
Lokasi kuliah tidak tersedia, bahkan harus ke UU itu dibentuk jika ada suatu
luar pulau. Dan ini apakah intansi tempat kebutuhan.kejadian
bekerja lulusan SMF tersebut mengizinkan
pekerjanya. Jika tidak artinya lulusan SMF ini Argumen 4
akan kehilangan pekerjaannya. Dengan adanya UU kefarmasian apakah
Oleh karena itu, dengan adanya UU farmasis atau apoteker siap, kalau apoteker
Kefarmasian akan memiliki multi manfaat dan menyenggol ranah nya dokter.. dengan
dampak yang sangat besar pada profesi konsekuensinya bila ternyata ada kesalahan
kefarmasian kedepannya. obat bukan hanya dokter saja yg salah tapi
apoteker nya juga

4. Indonesia perlu memiliki apoteker subspesialis pada pelayanan kesehatan

Urgensi= Farmasi 3,5-4 tahun, Apt 1 tahun

Pada kenyataannya apoteker belum siap dilaunching di masyarakat, untuk terjun ke pasisen (Cari
JURNAL tentang kesiapan Apt untuk praktek di puskesmas.

Persentase kesalahan pengobatan dikarenakan apoteker yang harus men screening sekian
banyak resep dari berbagai speaslistik dokter. Pada tenaga kesehatan lain seperti dokter sudah
terdapat dokter spesialis dan dokter subspesialis, contohnya adalah dokter spesialis penyakit
dalam dengan dokter subspesialis Gastroenterologi-Hepatologi (K-GEH). Mosi pada hari ini
yaitu tentang negara kita Indonesia perlu memiliki apoteker subspesialis pada pelayanan
kesehatan. Dilihat dari permasalahan medicaton error banyak hal yang menjadi penyebabnya.
Dengan adanya apoteker subspesialis ini bisa menjadi salah satu contoh solusi untuk mengatasi
hal tersebut.
Apoteker sekarang memiliki KIFI (Kolegium Ilmu Farmasi Indonesia) yang diketuai oleh Ibu
Keri. Dimana dalam kolegium tersebut telah diatur spesialistik farmasi klinis, farmasi rumah
sakit, farmasi industri, dan herbal medicine. Dengan adanya farmasi klinik, akan memiliki
subspesialis jantung. Apoteker sub spesialis akan mengetahui lebih spesifik mengenai suatu obat
dalam penyakit tertentu.
TIM PRO TIM KONTRA
Stan: Indonesia perlu memiliki apoteker Stan: Indonesia tidak perlu memiliki apoteker
subspesialis subspesialis
Limitasi: Solusi:
- Dengan UKAI sudah mencukupi
untuk meningkatan kualitas apoteker
itu sendiri.
- Adanya penyetaraan kurikulum
sarjana farmasi dan apoteker sehingga
kualitasnya akan merata.
- Kalau mau disamaratakan, semua
fakultas farmasi ada penjurusan,
rombak kurikulum, apoteker spesialis
baru ada spesialis
Argumen 1 Argumen 1
Indonesia perlu memiliki apoteker Saat di Indonesia Apoteker spesialis belum
subspesialis untuk tercapainya kompetensi ada bagaimana merealisasikan apoteker
apoteker sesuai dengan persyaratan nasional subspesialis, yang jelas-jelas lebih dalam dari
(Ikatan Apoteker Indonesia) dan global (The apoteker spesialis
International Pharmaceutical Federation
[FIP]). Dengan standar kompetensi tersebut, Argumen 2
lulusan diarahkan sesuai minat bekerja di Meskipun sekarang ada apoteker telah
berbagai sektor kefarmasian : mengalami penjurusan atau spesialisasi tapi
pas di dunia kerja tidak memandang apoteker
Industri farmasi (formulasi, bahan tersebut berasal dari spesialisasi yg mana hal
baku) ini dikarenakan tergantung dari kebutuhan
industri atau rumah sakit tersebut. Masalah
Pelayanan kefarmasian (rumah sakit,
seperti ini membuat apoteker spesialisasi
apotik)
menjadi tidak tepat sasaran.

Regulasi (pengawasan, pembinaan,


Argumen 3
pengujian dan pemeriksaan)
Pemerintah belum siap karena apoteker
Saintifik (penelitian dan subspesialisasi ini mau ditempatkan dimana,
pengembangan, pendidikan dan belum ada peraturan yang menaungi apoteker
pelatihan) subspesialisasi ini

Sektor-sektor lain yang berkaitan dengan Argumen 4


kefarmasian. Dokter butuh subspesialis karena masalah
kesehatan yang dialaminya kompleks, tapi
Argumen 2 (Mekanisme) obat ga sekompleks itu (Lebih
Mekanisme apoteker subspesialis. Apoteker menyederhanakan obat) sehingga tidak perlu
subspesialis akan dinaungi oleh kolegium dan apoteker subspesialis
KFN (Komite Farmasi Nasional). Membuat
depo untuk apoteker subspesialis. Apoteker Argumen 5
subspesialis dapat melakukan visite bersama Ga semua dokter mendukung apoteker
dokter. Visite sudah ada di RSHS, RSCM, subspesialis.
Farmawati, RS UGM

Argumen 3
Apoteker dapat menjadi mitra dokter dalam
konsultasi obat, apoteker subspesialis dapat
memberikan pertimbangan kepada dokter,
sehingga dokter dan apoteker dapat jalan
berbarengan.
Peningkatan kualitas kesehatan diharapkan
meningkat dengan adanya apoteker
subspesialis, karena apoteker subspesialis
lebih spesifik dalam memberikan informasi
kepada pasien. Sehingga medication error
pada latar belakang yang telah disebutkan
bisa diminimalisasi,

Argumen 4
Pada era MEA saat ini dibutuh kualitas SDM
yang baik karena akan berkompetitif dengan
SDM di seluruh negara ASEAN. Sehingga
dengan adadanya apoteker subspesialis
diharapkan bisa meningkatkan kualitas daari
apoteker itu sendiri dan bisa bersaing dengan
apoteker di seluruh ASEAN

5. Semua sarjana farmasi wajib melanjutkan pendidikan profesi apoteker


Latar belakang sekarang Indonesia berada pada era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).
Lulusan farmasi di Indonesia sebagai kompetitor harus memiliki nilai plus dalam
pengembangan industri kesehatan dibandingan negara lain.
TIM PRO TIM KONTRA
Stan: Stan:

Limitasi: Solusi:

Argumen 1 Latar belakang: Karena untuk profesi belum


Indonesia harus memiliki keunggulan lebih ada penyetaraan secara internasional
dengan ketika farmasi sepaket dengan
apoteker akan meningkatkan nilai plus. Argumen 1
Dengan dibawah naungan dari American Garis bawahi di kata WAJIB, harusnya
Society of Health System Pharmacist, diaman PILIHAN. Karena passion orang berbeda-
keluaran s1 farmasi adalah seorang beda. Untuk jadi scientis, ga harus apoteker.
pharmacist atau apoteker. Dengan kurikulum di Indonesia farmasi itu lahir karena riset di
yang telah baik disana, sehingga satu paket. obat2nya apalagi potensi alam nya gede.
Sepaket jadi ga ada istilah kerja dulu. Bawa contoh prof.sidik penemu paten kiranti,
Mekanisme: Dengan mengintegrasikan bu keri pala. Jadi kalo mau jadi saintist gak
pembelajaran yang didapatkan di apoteker perlu profesi dulu. Hak setiap orang jadi
dengan pembelajaran yang didapatkan di apoteker itu pilihan bukan wajib. Kalau
sarjana. Misal: berpakaian sudah tetapkan semuanya apotker siapa yg akan jadi pendidik
mulai sarjana, kemudian praktek kerja (kata bu dika).
lapangan sebagai salah satu syarat lulus. Lalu
ditambahkan ujian kompetensi setelah siding, Argumen 2
sehingga kita akan langsung mendapatkan Kurikulum s1 aja belum setara mau coba
sarjana farmasi yang memiliki keterampilan diwajibkan harusnya dibenahi satu-satu
sebagai profesi apoteker. Dipaket biaya nya terlebih dahulu, sehingga bertahap
leibh murah.
Argumen 3
Argumen 2: Bagaimana memfasilitasi penyebaran
Outputnya adalah lulusan farmasai akan perguruan tinggi yang tidak memiliki
melakukan pekerjaan kefarmasian, salah satu program profesi apoteker. Apalagi sekarang
nya adalah: konselor obat. Syarat untuk lebih banyak di jawa barat. Ketika mau buat
menjadi konselor obat harus seorang apoteker, ada syaratnya harus ada akreditasi,
apoteker. punya rumah sakit pendidikan / apotek
pendidikan
Argumen 3:
Efisiensi waktu: kalo gak lanjut profesi Argumen 4
mendingan ambil aja D3 atau SMF. *kalo gak Bawa role model kapitalis dimana
salah malah status S1 itu nggak diakui juga di orientasinya bukan creating pekerja tapi
permenkes sbg TTK. Terus ga adil juga s1 creating user. Bawa contoh owner nya kalbe
jadi ttk disetarakan dengan D3 karena kanD3 yg seorang dokter, owner nya mensa group
lebih banyak prakteknya. yg kuliah farmasi aja nggak selesai, ketua GP
jamu aja cuman sarjana ekonomi (kalo gak
Argumen 4 salah loh ini) mereka sukses di bisnis farmasi
Tidak dilindungi regulasi praktek yg penting itu impact bukan status. Kasih
contoh dedi mizwar gubernur jabar yg lulusan
Argumen 5 SMF. Mungkin dia nggak bakalan ngasih
Kalau diselang kerja, apa ilmunya masih impact yg lebih besar ketika dia lanjut
ingat. sekolah jadi apotekrr dibandingkan skrg saat
jadi gubernur
Argumen 6
Memang sarjana farmasi bisa kerja apa saja, Argumen 5
contohnya ingin di bidang manajemen bisa Low security dari pemerintah. Kasus pasar
menjadi REP medical representative (sales pramuka yg banyak apotekr yg tekab.
obat) tapi tetep aja jadi bawahan karena buat Mirisnya itu orang dinkes
jadi manajernya tetep harus Apoteker. Dan porsi kerja nyacoba liat, di induatri cuman 3
bisa aja kalah sama anak sarjanan manajemen key position yg harus apt (produksi, qa, qc)
dan ekonomi yang udah belajar dari dulunya. itu pun cuman manager nya aja pasar MEA,
dikita belom ada penyetaraan profesi. Jadi
kalo mau intervensi pasaar negera lain tetep
aja kita harus penyetaraan ulang, bawa role
model apoteker di negara lain misal malaysia,
mereka itu kalo mau dapet gelar apt harus
praktek dulu, tanya deh detailnya sama anak
malay

Argumen 6
Sarjana farmasi sama saja seperti sarjana
lainnya karena tidak diakui sebgai profesi

6. Pengaplikasian farmakogenomik sebagai usaha preventif penyakit degenerative


Farmakogenetik adalah salah satu cabang ilmu farmakologi yang mempelajari tentang adanya
perbedaan respon obat yang diberikan kepada individu yang berbeda untuk penyakit yang sama.
Farmakogenomik adalah studi yang mencakup keseluruhan genom manusia. Genom merupakan
keseluruhan informasi genetik yg dimiliki suatu sel. Perbedaan respon tersebut dikaitkan dengan
perbedaaan susunan genetik antar individu.
Dalam laporan The International Human Genome Sequencing Consortium memperkirakan
bahwa dari 3 milyar pasang basa genom manusia, terdapat sekitar 30.000-35.000 gen fungsional
yang mengkode/menandai sintesis berbagai jenis protein. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
single nucleotide polymorphisms (SNPs) pada genom manusia. SNPs merupakan penanda utama
dalam variasi genom.
Latar belakang diangkatnya mosi ini adalah karena berdasarkan hasil Riskesdas 2013 bahwa
prevalensi penyakit degenerative mengalami peningkatan, contohnya adalah penyakit DM yang
meningkat pada tahun 2007 sebesar 5,8% menjadi 6,9% pada tahun 2013. PJK juga memiliki
prevalensi sebesar 1,5% dan prevalensi untuk kanker di Indonesia sebesar 1,4% per 1000
penduduk.
Selain itu, urgensi diangkatnya mosi ini adalah karena terdapatnya kasus perbedaan respon
obat yang diberikan kepada individu yang memiliki penyakit degeneratif. Hal ini dapat terlihat
penggunaan 5-fluorouracil (5-FU) sebagai kemoterapi untuk kanker kolon dimana terdapat
perbedaan respon obat akibat polimorfisme gen TYMS yang berpengaruh terhapad respon
pengobatan. Hasil ini menunjukkan betapa pentingnya melakukan pemetaan genotype dari gen
TYMS dari penderita kanker kolon. Pemetaan genotipe sebagai pengaplikasian farmakogenomik
tersebut merupakan sebagai salah satu usaha preventif dalam penanggulangan penyakit
degeneratif.
TIM PRO TIM KONTRA
Stan: Setuju farmakogenomik sebagai usaha Stan: Farmakogenomik tidak dapat dijadikan
preventif dalam menganggulangi penyakit sebagai pencegahan penyakit degenerative
degenerative
Solusi: Penerapan hasil studi yang dilakukan
Limitasi: Tidak melihat harga
berkali-kali lalu dievaluasi, memertimbangkan
efektivitas biaya, edukasi penyedia layanan
kesehatan, serta advokasi kepada pembuat
kebijakan dan pemerintah untuk implementasi
riset farmakogenomik ini ke medis-praktis
Melalui pendekatan farmakokinetik dan
farmakodinamik untuk menentukan target obat,
lingkungan biologis, tempat obat bekerja;
memahami jalur, mekanisme, serta gen-gen
penyebab penyakit; pendekatan genom secara
holistis, juga pendekatan epigenetik
(lingkungan di sekitar yang berpengaruh
terhadap faktor-faktor genetika).
Kembali ke gaya hidup sehat, menjaga asupan
makan, olahraga yang teratur
Argumen 1 Argumen 1
Farmakogenomik mampu melihat faktor Pemeriksaan gen sangat mahal
Farmakogenomik memiliki kompleksitas
resika yang mungkin akan diderita pasien
prosedur yang terlalu rumit, sehingga
sehingga pasien dapat menjaga pola hidup.
farmakogenomik tidak efektif dijadikan
Farmakogenomik sebagai pengobatan
sebagai pencegahan penyakit degeneratif.
individual juga dapat digunakan sebagai
upaya preventif pencegahan penyakit Argumen 2
Butuh teknologi tinggi, di Indonesia belum
degenerative. Dengan data gen yang sudah tersedia.
Penerapan farmakogenomik di Indonesia
dikumpukan, bisa diketahui seseorang
belum memungkinkan mengingat Indonesia
beresiko atau tidak terhadap penyakit tertentu.
belum memiliki bank gen yang memiliki
Misalnya, seseorang rentan terhadap penyakit
variasi genetik untuk tiap individu.
jantung atu kanker usus besar, maka sejak dini
individu bersangkutan sudah bisa diingatkan Argumen 3
Penerapan farmakogenomik harus spesifik per
agar mengatur pola makan maupun aktivitas
individu, kasus per kasus. Hal ini akan
fisiknya.
membuat cost pengobatan semakin meningkat
Argumen 2
dan hal ini berbanding terbalik terhadap tujuan
Farmakogenomik mampu memberikan
Indonesia sekarang yang menerapkan JKN
pengangan yang spesifik berdasarkan susunan
dimana memungkinkan warga negara
molekuler individu atau dikenal sebagai
Indonesia untuk mendapatkan pengobatan
Individualized theraphy. Hal ini dapat
secara gratis.
menguntungkan usaha penanggulangan
penyakit degenerative karena memberikan Argumen 4
Farmakogenomik harus menentukan kandidat
solusi dan pendekatan yang berbeda bagi
gen terlebih dahulu, menentukan reseptor obat
masing-masing individu.
Dengan adanya farmakogenomik, usaha yang secara spesifik menarget ke lokus gen
penanggulangan penyakit degenerative dapat penyakit.
lebih tepat sasaran dan mengurangi efek
samping yang tidak diinginkan. Argumen 5
Masalah lainnya, menetapkan pola respons
Argumen 3
obat yang diturunkan dengan studi linkage
Data base penelitian
Bisa menciptakan obat baru khusus gen antara respons obat dan lokus genom di sel
atau model organisme.
Argumen 4
Farmakogenomik menemukan korelasi antara
pola-pola genom dengan manifestasi klinis Argumen 6
Analisis asosiasi secara statistik, manajemen
yang memudakan bagi para dokter dan ahli
data, termasuk representasi keseragaman data
farmasi untuk membuat keputusan yang tepat
fenotip menggunakan metode statistik baru,
dan rasional, serta menurunkan angka
termasuk pertimbangan haplotipe (kumpulan
probabilitas kesalahan yang diakibatkan ADR
varian genetika yang diturunkan bersamaan),
(Adverse Drug Reaction) karena penggunaan
metode trial and error dengan pendekatan one bioinformatika, penyediaan database publik
drug fits all yang seringkali memberikan hasil terakses web dan sentralistik terkait varian
yang tidak efektif dan efisien, membuang genetik dan respons obat.
Argumen 6: Belum ada payung hukum yang
waktu, tingginya biaya yang dikeluarkan, dan
menaungi aktivitas farmakogenomik, sehingga
yang terpenting gagalnya terapi. Analisis
hal ini dianggap rentan dalam penyalahgunaan
farmakogenomik membantu mengidentifikasi
ilmu kesehatan dan belum ada hukum pidana
pasien yang memetabolisme obat tertentu
yang diatur terkait farmakogenomik.
secara abnormal.

Argumen 5
Menurut Penelope Manasco, wakil presiden
First Genetic Trust. Saat ini efektifitas obat
dalam penatalaksanaan pasien berada dalam
range 30-50%. Hal ini cukup
mengkhawatirkan dimana pemilihan obat
yang tepat memakan waktu 6-12 bulan.
Dengan harapan ilmu farmakogenomik,
probabilitas keefektifitasan obat akan dapat
meningkat menjadi 70-80%.

7. Pengaplikasian konsep Quadruple Helix sebagai solusi dalam mencapai kemandirian


bahan baku obat
Mosi ini dikeluarkan karena Berdasarkan data yang dilansir oleh Kementerian Perindustrian
(Kemenperin) pada tahun 2014 bahwa Industri farmasi Indonesia masih ketergantungan bahan
baku obat dari luar negeri dengan persentase 90% impor. Bahkan, nilai impor lebih besar
dibandingkan dengan nilai ekspor 6,68% atau total sebesar USD 900 juta. Tingginya angka
ketergantungan bahan baku obat dari luar negeri, industri farmasi harus menemukan inovasi
model kerjasama yang dapat menurunkan angka ketergantungan bahan baku obat. Salah satu
solusinya adalah menggunakan konsep Quadruple Helix.
Konsep Quadruple Helix merupakan suatu model kerjasama inovasi yang melibatkan empat
pihak, yaitu pemerintah, akademisi, industri, dan komunitas (masyarakat). Pihak pertama adalah
para akademisi yang menerapkan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengembangan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian masyarakat bidang Ekonomi Kreatif. Pihak kedua adalah perusahaan
sebagai pelaku dalam industri di bidang ekonomi kreatif. Pihak ketiga adalah pemerintah yang
berperan sebagai regulator dan fasilitator dalam pengembangan ekonomi kreatif. Pihak keempat
adalah masyarakat asosiasi sebagai wadah yang menyatukan kepentingan para pelaku usaha
dalam industri untuk memenuhi keinginan para pemangku kepentingan.

TIM PRO TIM KONTRA


Stan: Setuju menggunakan konsep Stan: Tidak setuju menggunakan konsep
Quadrupole Helix dalam mencapai Quadrupole Helix dalam mencapai
kemandirian bahan baku obat. kemandirian bahan baku obat.

Limitasi: Solusi:
-melibatkan elemen lain, seperti L media
-melibatkan petani
-tetap merangkul industri kecil di ranah yg lain
(pengemasan, pembibitan) industri besar di
ranah (produksi)

Media menjalankan peran sebagai expander,


komunitas untuk akselerator, dan pemerintah
sebagai regulator.
Keberadaan media merupakan hal penting
dalam meningkatkan kemandirian industri
bahan baku obat.
Argumen 1 Argumen 1
Quadruple Helix merupakan salah satu Dengan adanya bahan baku nanti kerjasama
metode ekonomi kreatif yang dapat sama industri besar terjadi monopoli, sehingga
membantu dalam meningkatkan kemandirian membunuh industri kecil
Memanfaatkan SDM yang tidak dibarengi
industri bahan baku oat Indonesia. Dimana
dengan pembaharuan bisa jadi Eksploitasi
ekonomi kreatif ini merupakan sektor yang
Jika tidak memanfaatkan media masa, gimana
berpeluang menjanjikan terhadap
perekonomian nasional dalam berada dalam masyarakat bisa kenal produk
era Masyarakat Ekonomi Asean. Pilar-pilar
Argumen 2
tersebut dipayungi oleh kelembagaan yang Tidak ada keterkaitan quadrplu helix dengan
mendukung pengembangan ekonomi kreatif. kemandirian bahanbaku obat. Konsep
Quadrupole Helix lebih cocok untuk strategi
Argumen 2
Kalau industri mau ngembangin penelitian oemasaran, sedangan mosi yang kita bahas saat
gak usah nyewa tim peneliti bisa kerjasama ini yaitu kemandirian bahanbaku obat, dimana
sama akademisi di universitas. kita tau sendiri bahan baku obat untuk proses
Ekspor meningkatkan industri di Indonesia
produksi. Jika ingin membuat Indonesia
Argumen 3 mandiri bahan baku obat lebih efektif dengan
Berdasarkan jurnal manajemen dan teknologi,
mengembangan riset seperti SDA yang ada di
metode Quadruple Helix dapat meningkatkan
Indonesia.
kinerja, kreativitas, kapabilitas, inovasi, dan
keunggulan bersaing pada suatu industri
kreatif, sehingga dengan adanya hasil temuan
ini kami yakin dan percaya bahwa quadruple
helix dapat menjadi solusi dalam mencapai
kemandirian bahan baku obat

Anda mungkin juga menyukai