Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOPSIKOLOGI II

Nama Mahasiswa : Radita Vidya Nibraska


Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 tahun
Pendidikan : Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Gadjah Mada
Nama Percobaan : Reaksi cahaya
Nomor Percobaan : 1.1
Nama Subjek : Deannisa Fadhillah R.
Nama Pemeriksa : Radita Vidya Nibraska
Tanggal Percobaan : 17 November 2015
Waktu Percobaan : 09.00-10.30 WIB
Tempat Percobaan : Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM

I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengetahui kecepatan waktu reaksi mata dan kepekaan
penglihatan terhadap cahaya.
2. Untuk mengetahui waktu reaksi mata terhadap cahaya yang diberikan
gangguan.

II. DASAR TEORI


Manusia memiliki lima panca indera. Diantaranya ialah mata untuk
melihat, telinga untuk mendengar, hidung untuk membau, kulit untuk
merasakan sensasi sentuhan, dan lidah untuk mengecap. Pada percoban ini
akan dikaji bagaimana reaksi indera mata terhadap cahaya. Proses melihat
diawali dengan masuknya cahaya melalui sistem visual kita, yaitu mata.
Kemudian cahaya masuk melalu kornea atau lapisan transparan yang berada
di bagian depan mata. Kornea melindungi mata dan membelokkan cahaya
yang masuk ke dalam lensa yang terletak dibelakangnya. Kemudian, lensa
memfokuskan cahaya. Jumlah cahaya yang masuk ke mata diatur oleh iris
atau bagian mata yang memberi warna mata. Kemudian pupil akan

1
2

menyesuaikan banyak-sedikitnya cahaya yang masuk. Selanjutnya,


bayangan akan jatuh pada retina, dan diteruskan oleh serat optik ke otak.
(Wade, 2008)
Proses visual tersebut terjadi dengan waktu yang sangat cepat.
Begitu pula, pada saat proses visual berkoordinasi dengan proses motorik.
Maka proses tersebut dapat dihitung dengan waktu reaksi. Visual-motor
reaction time adalah banyaknya waktu yang berlalu antara inisiasi dari
stimulus penglihatan dan penyelesaian dari respon motor terhadap stimulus
tersebut. (Erickson, 2007). Terdapat teori mengenai waktu reaksi yang
bernama fractioned reaction time paradigm, yang memuat empat komponen
temporal, yaitu: (1)sinyal waspada untuk bersiap; (2)sinyal untuk memulai
gerakan; (3) momen pertama dari pergerakan yang dapat diobservasi;
(4)waktu saat pergerakan selesai. (Vickers, 2007). Selain itu terdapat teori
yang bernama Hicks Law yang menyatakan bahwa waktu reaksi bertambah
dengan pola linear saat reaksi bertambah dengan pola linear saat respon dan
stimulus bertambah (Vickers, 2007). Menurut Vickers (2007) proses yang
terjadi saat adanya stimulus sampai terjadinya reaksi yaitu

Pergerakan
Stimulus
yang dapat Lingkungan
Identifikasi
diobservasi

Respon yang
Seleksi Respon Otot memproduksi
umpan balik

Sum-sum
Memprogram
tulang Compramotor
respon
belakang

Memori,
jaringan
Keluaran yang
neural, Program motor Terdapat error
diukur
refrensi,
neurons kaca
Menurut Sharma (2006) terdapat dua jenis waktu reaksi yaitu waktu
reaksi sederhana dan kompleks. Waktu reaksi sederhana adalah saat subjek
bereaksi terhadap tanda yang dibuat oleh eksperimenter dengan menekan
3

tombol telegraph. Kecepatan reaksi rata-rata untuk waktu reaksi visual


adalah 0,150 s 0,225 s. Waktu reaksi kompleks dibagi lagi menjadi dua
bagian, yaitu waktu reaksi pilihan dan waktu reaksi diskriminasi. Waktu
reaksi pilihan yaitu saat dua atau lebih stimuli diberikan sebelum subjek dan
instruksi. Waktu reaksi diskriminasi yaitu saat subjek harus bereaksi
terhadap satu dari beberapa stimuli yang diberikan. Waktu reaksi
diskriminasi lebih kecil daripada waktu reaksi pilihan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi waktu reaksi :
1. Gender
Dalam Mansyur (2008) waktu reaksi mahasiswa wanita untuk sinar
biru, hijau, kuning dan merah lebih lambat dari waktu reaksi
mahasiswa pria.
2. Warna Cahaya
Dari warna cahaya yaitu biru, hijau, kuning, dan merah, warna
merah merupakan warna reaksi tercepat baik pada wanita maupun
pria. (Mansyur, 2008)
3. Faktor posisi
Jika posisi cahaya berada di tempat yang mudah dijangkau maka
akan lebih cepat waktu rekasi yang dihasilkan. (Mansyur, 2008)
4. Kelelahan
Kebisingan mendorong adanya rasa tidak nyaman, mempercepat
stress dan meningkatkan kelelahan. Kelelahan dapat ditandai
dengan penumnan waktu reaksi pekerja terhadap suatu
rangsangan. (Nurullita, 2007)
5. Kewaspadaan
Salah satu hal yang dapat meningkatkan kewaspadaan yaitu jika
adanya kafein yang dapat berasal dari kopi. (Kaidah, 2011)
6. Distraksi
Distraksi dapat didefiniskan sebagai apapun yang dapat mengubah
seseorang menjadi tidak dapat berperilaku atau bereaksi dalam cara
yang normal. Distraksi dapat meningkatkan waktu reaksi.
(Anderson, 2012).
7. Familiaritas
4

Saat seseorang menjadi semakin familiar terhadap stimulus


tersebut, maka waktu reaksinya akan memendek. (McMorris,
2006)
8. Latihan
Reaksi waktu lebih sedikit pada subjek yang sudah expert
dibandingkan dengan subjek yang baru. (Sharma, 2006)
9. Atensi
Atensi dan diversi dari atensi memberikan efek terhadap waktu
reaksi. Saat subjek atentif maka waktu reaksi lebih sedikit, namun
saat subjek inatentif maka waktu reaksi terkadang lebih dan
terkadang kurang. (Sharma, 2006)
10. Karaketeristik Stimulus
Ketajaman, bentuk, dan perpanjangan dari stimuli memiliki efek
penting dalam reaksi waktu. Saat ketajaman stimuli dikurangi,
maka reaksi waktu akan lebih besar. (Sharma, 2006)
11. Grup dari Stimuli
Waktu reaksi terhadap sekelompok stimuli yang berbeda lebih
sedikit daripada waktu reaksi dengan satu stimulus. (Sharma, 2006)

III. ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Reaction time cahaya

IV. JALANNYA PERCOBAAN


A. Percobaan tanpa gangguan (prosedur 1-6)
B. Percobaan dengan gangguan (prosedur 7-11)
1. Tester dan testee duduk berhadapan. Tester duduk di sisi alat apparatus
reaction time cahaya yang terdapat tombol ON dan layar kecil,
sementara testee duduk di sisi alat yang terdapat 4 pilihan tombol
warna,
2. Tester memastikan alat dapat digunakan dengan menekan tombol
ON,
3. Tester secara acak menekan salah satu tombol warna dan pada sisi
testee menyala warna lampu yang sama,
4. Testee menekan tombol warna yang terlihat secepat mungkin,
5. Tester mencatat waktu yang tertera pada layar di lembar kerja,
5

6. Tester menekan tombol reset untuk mengulangi percobaan yang sama


sebanyak 5 kali, dengan warna yang berbeda-beda dan acak,
7. Tester menekan tombol riset sebanyak 2 kal sampai muncul ON
pada layar yang menandakan penggunaan gangguan siap digunakan,
8. Tester secara acak menekan salah satu tombol warna dan pada sisi
testee meyala warna lampu yang sama, namun warna-warna lain juga
muncul berkedip-kedip sebagai gangguan,
9. Testee menekan tombol warna yang pertama muncul dan diam (tidak
berkedip-kedip) secepat mungkin,
10. Tester mencatat waktu yang tertera pada layar di lembar kerja,
11. Tester menekan tombol reset 2 kali sebanyak 5 kali percobaan dengan
warna yang berbeda-beda dan acak.

V. HASIL
1. Waktu Reaksi Tanpa Gangguan
Percobaan Warna lampu Waktu reaksi
1 Biru 00:00:07:05:07
2 Merah 00:00:09:00:03
3 Hijau 00:00:07:03:02
4 Biru 00:00:08:07:09
5 Kuning 00:00:09:07:06

Waktu reaksi yang dihasilkan berbeda-beda. Waktu yang dihasilkan


testee tidak ada yang lebih dari 1s, yaitu berkisar antara 732 976 ms.
Waktu tercepat terjadi pada percobaan ketiga dengan warna lampu hijau
dan waktu 732 ms. Waktu terlambat dihasilkan pada percobaan terakhir
dengan warna lampu kuning yaitu sebesar 976 ms. Rata-rata waktu
6

reaksi testee adalah 517,4 ms. Pada percobaan pertama ke percobaan


kedua testee mengalami penambahan reaksi waktu, dan menurun lagi
pada percobaan ketiga. Namun, pada percobaan keempat dan kelima
testee mengalami penambahan waktu reaksi kembali. Hal ini
menunjukan bahwa waktu reaksi testee berfluktuasi

2. Waktu Reaksi dengan Gangguan

Percobaan Warna lampu Waktu reaksi


1 Merah 00:01:07:08:01
2 Kuning 00:01:01:04:07
3 Biru 00:00:09:02:07
4 Hijau 00:01:00:04:09
5 Kuning 00:00:09:07:06

Waktu reaksi dengan dan tanpa gangguan pada testee cukup


signifikan. Pada waktu reaksi tanpa gangguan tidak ada waktu yang
lebih dari 1 s, sementara pada percobaan dengan gangguan testee
mencapai waktu 1s pada tiga percobaan. Waktu berkisar antara 927 ms
1.781 ms. Waktu tercepat dihasilkan pada percobaan ketiga dengan
lampu berwarna biru, dan waktu terlama dihasilkan pada percobaan
pertama dengan lampu berwarna merah. Rata-rata waktu reaksi yang
dihasilkan testee adalah 1.176 ms.

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN


Mengacu pada hasil percobaan diatas dapat dikatakan bahwa waktu
reaksi cahaya testee cukup baik. Sesuai dengan teori Anderson (2012),
dapat dikatakan bahwa distraksi berpengaruh cukup signifikan pada
waktu reaksi yang dialami testee. Distraksi memperpanjang waktu
reaksi. Faktor kelelahan juga dapat mempengaruhi testee saat waktu
reaksi testee cenderung besar. Karena kelelahan dapat memperpanjang
waktu reaksi. Selain itu, faktor latihan tidak berpengaruh banyak pada
testee. Terlihat bahwa testee tidak mengalami pengurangan waktu yang
banyak dari percobaan pertama ke percobaan kelima.
7

Percobaan ini menggunakan jenis waktu reaksi pilihan, dimana


subjek memilih dua atau lebih stimuli diberikan sebelum subjek
bereaksi dan diberi instruksi sebelumnya. Walaupun waktu reaksi
kompleks (waktu reaksi pilihan), biasanya lebih lama daripada waktu
reaksi sederhana, namun testee mampu menjawab warna lampu dalam
waktu 517,4 ms pada percobaan tanpa gangguan, dan 1.176 ms pada
percobaan dengan gangguan. Padahal rata-rata waktu reaksi pada waktu
reaksi sederhana (visual) biasanya berkisar 0,150 s atau 1.500 ms.
Testee mengalami pola pada kedua percobaan fluktuatif. Hal ini
tidak sesuai dengan teori Hicks Law dalam Vickers (2007) yang
mengatakan bahwa waktu reaksi mengalami pertambahan dengan pola
linear.
Menurut Mansyur (2008) dari warna cahaya yaitu biru, hijau,
kuning, dan merah, warna merah merupakan warna reaksi tercepat baik
pada wanita maupun pria. Namun, saat warna lampu merah pada
percobaan tanpa gangguan waktu yang dihasilkan cenderung lebih besar
daripada waktu reaksi lampu dengan warna lain. Bahkan, saat
percobaan dengan gangguan dan menggunakan lampu merah waktu
reaksi yang dihasilkan merupakan waktu reaksi yang terlama.

VII. APLIKASI
1. Terdapat pada pengendara saat lampu lalu lintas menyala dengan warna
hijau, kuning, atau merah.
2. Saat membaca pesan dengan kode morse melalui lampu, maka waktu
reaksi cahaya sangat dibutuhkan.

VIII. LAMPIRAN
8

Gambar 1.1
Reaction time cahaya

Gambar 1.2
Tester sedang menguji coba restee
9

Yogyakarta, 24 November 2015


Penyusun,

Radita Vidya Nibraska

Asisten : Tsabitah

Hasil :

Anda mungkin juga menyukai