Anda di halaman 1dari 23

Pasien belum diobati sejak ada keluhan.

Pasien mendapat terapi obat TB paru yang


dikonsumsi secara teratur sehari sekali semenjak 3 bulan yang lalu.
Riwayat Alergi
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat atau makanan.

Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
o Tekanan darah : 110/70 mmHg
o Freukuensi nadi : 90 kali/menit
o Pernapasan : 26 kali/menit
o Suhu : 36,5oC
Antropometri
o Tinggi Badan : 155 cm
o Berat Badan : 40 Kg
o IMT : 16.6 (Gizi kurang)

Pemeriksaan Fisik
Kepala
Bentuk : Normocephal, simetris
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/- ,
pupil isokor kanan = kiri, refleks cahaya (+/+)
Telinga : Bentuk normal, simetris kiri dan kanan, liang lapang,
membran timpani intak, serumen (-)
Hidung : Bentuk normal, septum di tengah, tidak deviasi,
Pernafasan cuping hidung tidak ada, sekret tidak ada.
Mulut : Mukosa bibir basah, lidah tidak kotor, faring dan tonsil

Referat Radiologi Pneumothorax 12


tidak hiperemis.
Leher
Inspeksi : Bentuk normal, deviasi trakea (-)
Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening (-)
JVP tidak meningkat
Thoraks Anterior
Inspeksi : Bentuk dada kanan = kiri, pergerakan nafas kanan = kiri
Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal kanan = kiri
Iktus kordis teraba di sela iga V garis midklavikula kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Batas atas : sela iga III garis sternalis kiri
Batas kanan : sela iga IV garis parasternalis kanan
Batas kiri : sela iga V garis midklavikula kiri
Auskultasi : Pernafasan vesikuler, rhonki (+/+), wheezing (-/-)
Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Thoraks Posterior
Inspeksi : punggung simetris kanan = kiri
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Pernafasan vesikuler
Abdomen
Inspeksi : Supel, perut tampak datar, dan tidak ada jaringan parut
Palpasi : Nyeri tekan abdomen (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Seluruh lapang abdomen timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, Sianosis (-/-), edema (-/-)
Inferior : Akral hangat, Sianosis (-/-), edema (-/-)

Referat Radiologi Pneumothorax 12


Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan laboratorium (20 Januari 2014)

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Hematologi Rutin
Hemoglobin 12,1 10-18 g/dl
Hematokrit 56,8 30-55 %
Eritrosit 5,34 4,76 6.95 10^6/L
Leukosit 8 4,0 11,0 10^3/L
Trombosit 349 150 450 10^3/L
Klinik
Ast (SGOT) 15 <37 U/l
Alt (SGPT) 22 <41 U/l
Kreatinin 0.50 0,8 ~ 1,5 mg/dl
Ureum 16 10 50 mg/dl
Glukosa Darah Sewaktu 90 80 ~ 150 mg/dl

Hasil Foto Rontgen Posisi Posterior Anterior (22 Januari 2014)

Referat Radiologi Pneumothorax 12


Keterangan :
Thoraks PA : Cor, Sinuses dan Diafragma Normal, Hili kasar, Corakan bertambah
Infiltrat kedua paru, bayangan lusen lateral kiri
Kesan : KP aktif, disertai pneumothoraks kiri

Diagnosis
Susp. Pneumothorax ec. TB paru

Penatalaksanaan

Referat Radiologi Pneumothorax 12


Oksigen 4 L/menit
Infus RL 20 gtt
Salbutamol 2 mg 2 x 1
INH 300 mg 1x1
B6 1x1
Rifampisin 300 mg 1x1

Prognosis
Dubia Ad Bonam

Pemeriksaan anjuran
1. Sputum BTA
2. CT-Scan Thoraks

BAB II
PENDAHULUAN

Referat Radiologi Pneumothorax 12


Latar Belakang
Pneumothoraks adalah keadaan dimana terdapatnya udara bebas dalam cavum pleura,
maka akan menimbulkan penekanan terhadap paru-paru sehingga paru-paru tidak mengembang
dengan maksimal. Pneumothoraks dapat terjadi baik secara spontan atau traumatik.
Pneumothoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan
pneumothoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenic(1).
Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Diantara pleura
parietalis dan visceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura normal berisi sedikit cairan
sereous jaringan. Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif. Tekanan negatif intrapleural
membantu dalam proses respirasi(1).
Insidensi pneumothorax sulit diketahui karena episodenya banyak tidak diketahui.
Namun dari sejumlah penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pneumothorax
sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki leih sering
daripada wanita, dengan perbandingan 5:1. Pada pria, resiko pneumothorax spontan akan
meningkat pada perokok berat dibanding non prokok. Pneumothorax spontan sering terjadi pada
usia muda, dengan insidensi puncak dekade ketiga kehidupan (20-40 tahun)(1,2).
Untuk diagnosis dilakukan dengan beberapa tahap dari melakukan anamnesis dengan
adanya gejala nyeri dada, sesak, mudah lelah dan denyut jantung yang cepat. Dan juga dilakukan
pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi,dan auskultasi. Kemudian dilakukan
juga pemeriksaan radiologi yang di dapatkan pada foto thorax adanya bayangan udara dalam
cavum pleura memberikan bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular
pattern), dan juga bisa didapatkan pendorongan jantung dan trakea ke kontralateral(3).

ANATOMI DAN FISIOLOGI


PLEURA

Referat Radiologi Pneumothorax 12


Gambar 1. Anatomi paru-paru dan pleura(1)

1. Anatomi pleura
Pleura merupakan lapisan pembungkus paru (pulmo). Dimana antara pleura yang
membungkus pulmo dextra et sinistra dipisahkan oleh adanya mediastinum. Pleura dari interna
ke externa terbagi atas 2 bagian(1) :
a. Pleura visceralis / pulmonis, yaitu pleura yang langsung melekat pada permukaan pulmo.
b. Pleura parietalis, yaitu bagian pleura yang beratasan dengan dinding thorax.
Kedua lapisan ini saling berhubungan pada hilus pulmonale sebagai ligamentum pulmonale
(pleura penghubung). Diantara kedua lapisan pleura terdapat sebuah rongga yang disebut dengan
cavum pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang berfrungsi agar tidak terjadi gesekan antar
pleura ketika proses pernafasan(1).

Pleura parietal bedasarkan letaknya terbagi atas :


a. Cupula pleura (pleura cervicalis) :
Merupakan pleura parietalis yang terletak diatas costa I namun tidak melebihi dari collum
costae nya. Cupula pleura terletak setinggi 1-1,5 inchi di atas 1/3 medial os.clavicula.

b. Pleura parietalis pars diafraghmatica :


Pleura yang menghadap ke diafraghma permukaan thoracal yang dipisahkan oleh fascia
endothoracica.

Referat Radiologi Pneumothorax 12


c. Pleura parietalis pars mediastinalis (medialis) :
Pleura yang menghadap ke mediastinum/ terletak di bagian medial dan membentuk
bagian lateral dari mediastinum(1).

Refleksi Pleura
a. Refleksi vertebrae :
Pleura costalis melanjut sebagai pleura mediastinalis di depan columna vertebralis
membentuk refleksi vertebrae yang membentang dari SIC I-XII.
b. Refleksi costae :
Pleura costalis melanjut sebagai pleuraq diaphramatica membentuk refleksi costae.
c. Refleksi sternal :
Pleura costalis melanjut sebagai pleura mediastinalis di belakang dari os.sternum
membentuk refleksi sternal.
d. Pleura mediastinalis melanjut sebagai pleura diaphragma(1).

Garis Refleksi Pleura


Garis refleksi pleura antara dextra dan sinistra terdapat perbedaan, yakni ;
a. Garis refleksi pleura dextra :
Garis refleksi dimulai pada articulation sternoclavicularis dextra lalu bertemu
kontralateralateralnya di planum medianum pada angulus ludovichi/ angulus Louis
setinggi cartilage costae II. Lalu berjalan ke caudal sampai di posterior dari procesus
Xiphoideus pada linea mediana anterior/ linea midclavicularis, menyilang costae X pada
linea axillaris media dan menyilang cartilage costa XII pada collum costaenya.
b. Garis refleksi pleura sinistra :
Garis refleksi dimulai pada articulation sternoclavicularis sinistra lalu bertemu
kontralateral nya di planum medianum pada angulus ludovichi/ angulus Louis setinggi
cartilage costae II. Lalu berjalan turun sampai cartilage costa IV dan membelok di tepi
sternum lalu mengikut cartilage costa VIII pada linea midclavicularis dan menyilang
costae X pada linea axillaris anterior dan menyilang costa XII pada collum costaenya(1).

Vaskularisasi pleura

Referat Radiologi Pneumothorax 12


Pleura parietal divaskularisasi oleh Aa. Intercostalis, a.mammaria, a.musculophrenica.
Dan vena-venanya bermuara pada system vena dinding thorax. Sedangkan pleura visceralisnya
mendapatkan vskularisasi dari Aa. Bronchiales(1).

Innervasi Pleura
a. Pleura parietalis pars costalis diinervasi oleh Nn. Intercostalis
b. Pleura paritalis pars diaphramatica bagian perifer diinervasi oleh Nn. Intercostales,
sedangkan bagian central oleh n.phrenicus
c. Pleura visceralis diinervasi oleh seraut afferent otonom dari plexus pulmonalis(1).

2. Fisiologi Pleura
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negative thorax kedalam paru-paru
yang elastic dapat mengembang. Tekanan pleura pada waktu istirahat (restting pressure) dalam
posisi tiduran adalah -2 sampai -5 cm H2O; sedikit bertambah negative di apex sewaktu posisi
berdiri. Sewaktu inspirasi tekanan negative meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O(1).
Selain fungsi mekanis, seperti telah disinggung diatas, cavum pleura steril karena mesothelial
bekerja melakukan fagositosis benda asing; dan cairan yang diproduksinya bertindak sebagai
lubrikans(1).
Cairan cavum pleura sangat sedikit, sekitar 0,3 ml/ kg, bersifat hipoonkotik dengan
kosentrasi protein 1g/ dl. Gerakan pernafasan dan gravitasi kemungkinan besar ikut mengatur
jumlah produksi dan resorbsi cairan cavum pleura. Resobsi terjadi terutama pada pembuluh limfe
pleura parietalis, dengan kecepatan 0,1 sampai 0,15 ml/kg/jam(1).

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
PNEUMOTHORAX

DEFINISI

Referat Radiologi Pneumothorax 12


Pneumothorax adalah keadaan dimana terdapat udara atau gas dalam cavum pleura. Pada
kondisi normal, cavum pleura tidak terisi udara sehingga paru-paru dapat leluasa mengembang
terhadap rongga dada.(4)
Pneumothorax adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru (5).

KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut penyebabnya, pneumothorax dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu;(5,6)
1. Pneumothorax spontan yaitu setiap pneumothorax yang terjadi secara tiba-tiba.Pneumothorax
tipe ini dapat diklasifikasikan lagi kedalam dua jenis yaitu;
a. Pneumothorax spontan primer, yaitu pneumothorax yang terjadi secara tiba-tiba tanpa
diketahui sebabnya atau tanpa penyakit dasar yang jelas. Lebih sering pada laki-laki
muda sehat dibandingkan wanita. Timbul akibat ruptur bulla kecil (12cm) subpleural,
terutama dibagian puncak paru.
b. Pneumothorax spontan sekunder, yaitu pneumothorax yang terjadi dengan didasari oleh
riwayat penyakit paru yang telah dimiliki sebelumnya, tersering pada pasien bronkhitis
dan emfisema yang mengalami ruptur emfisema subpleura atau bulla. Penyakit dasar lain:
Tb paru, asma lanjut, pneumonia, abses paru atau ca paru. Fibrosis kistik, penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), kanker paru-paru, asma, dan infeksi paru-paru.
2. Pneumothorax traumatik, yaitu pneumothorax yang terjadi akibat adanya suatu trauma, baik
trauma penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun
paru(5,6).
Pneumothorax tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi dua jenis, yaitu:
a. Pneumothorax traumatik non-iatrogenik, yaitu pneumothorax yang terjadi karena jejas
kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada, barotraumas.
b. Pneumothorax traumatik iatrogenik aksidental adalah suatu pneumothorax yang terjadi
akibat komplikasi dari tindakan tersebut medis. Pneumothorax jenis ini pun masih
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Pneumothorax traumatik iatrogenik aksidental adalah suatu pneumothorax yang
terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan
tersebut, misalnya pada parasentesis dada, biopsi pleura.

Referat Radiologi Pneumothorax 12


2) Pneumothorax traumatik iatrogenik artifisisal (deliberate) adalah suatu
pneumothorax yang sengaja dilakukan dengan cara mengisikan udara ke dalam
cavum pleura. Biasanya tindakan ini dilakukan untuk tujuan pengobatan,
misalnya pada pengobatan tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk
menilai permukaan paru-paru(5,6).

Dan berdasarkan jenis fistulanya, maka pneumothorax dapat diklasifikasikan kedalam tiga jenis
yaitu(2) :
a. Pneumothorax tertutup (simple pneumothorax) pada tipe ini, pleura dalam keadaan
tertutup (tidak ada jejas terbuka pada dinding dada), sehingga tidak ada hubungan dengan
dunia luar.
b. Pneumothorax terbuka (Open Pneumothorax), yaitu pneumothorax dimana terdapat
hubungan antara czvum pleura dengan bronkus yang merupakan bagian dari dunia luar
(terdapat luka terbuka pada dada).
c. Pneumothorax ventil (Tension Pneumothorax) adalah pneumothorax dengan tekanan intra
pleural yang positif dan makin lama makin bertambah besar karena ada fistel di pleura
viseralis yang bersifat ventil.

Sedangkan menurut luasnya paru mengalami kolaps, maka pneumothorax dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu(2) :
1) Pneumothorax parsialis, yaitu pneumothorax yang menekan pada sebagian kecil paru
(<50% volume paru).
2) Pneumothorax totalis, yaitu pneumothorax yang mengenai sebagian besar paru (>50%
volume paru).

INSIDENSI DAN EPIDEMIOLOGI


Didapatkan dari literatur lain Pneumothorax lebih sering terjadi pada penderita dewasa
yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki leih sering daripada wanita. Pneumothorax sering
dijumpai pada musim penyakit batuk(2).
Di RSUD Dr. Soetomo, leih kurang 55% kasus pneumothorax disebabkan oleh penyakit
dasar seperti tuberculosis paru aktif, tuerkulosis paru disertai fibrosis atau emfiesema local,
bronkotis kronis dan emfiesema. Selain karena penyakit tersebut di atas, pneumothorax pada

Referat Radiologi Pneumothorax 12


wanita dapat terjadi saat menstruasi dan sering berulang. Keadaan ini disebut pneumothorax
katamenial yang disebabkan oleh endometriosis di pleura. Kematian akibat pneumothorax lebih
kurang 12%(2).

ETIOLOGI
Etiologi trauma thorax kebanyakan diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya
berupa trauma tumpul. Trauma tajam terutama disebakan oleh tikaman dan tembakan. Trauma
pada bagian ini juga sering disertai dengan cedera pada tempat lain misalnya abdomen, kepala,
dan ekstremitas sehingga merupakan cedera majemuk. Tersering disebabkan oleh ruptur spontan
pleura visceralis yang menimbulkan kebocoran udara ke rongga thorax. Pneumothorax dapat
terjadi berulang kali(5). Udara dalam kavum pleura ini dapat ditimbulkan oleh:
a) Robeknya pleura visceralis sehingga saat inspirasi udara yang berasal dari alveolus akan
memasuki kavum pleura. Pneumothorax jenis ini disebut sebagai closed pneumothorax.
Apabila kebocoran pleura visceralis berfungsi sebagai katup, maka udara yang masuk
saat inspirasi tak akan dapat keluar dari kavum pleura pada saat ekspirasi. Akibatnya,
udara semakin lama semakin banyak sehingga mendorong mediastinum kearah
kontralateral dan menyebabkan terjadinya tension pneumothorax.
b) Robeknya dinding dada dan pleura parietalis sehingga terdapat hubungan antara kavum
pleura dengan dunia luar. Apabila lubang yang terjadi lebih besar dari 2/3 diameter
trakea, maka udara cenderung lebih melewati lubang tersebut disbanding traktus
respiratorius yang seharusnya. Sehingga udara dari luar masuk ke kavum pleura lewat
lubang tadi dan menyebabkan kolaps pada paru ipsi lateral. Saat ekspirasi, tekanan
rongga dada meningkat, akibatnya udara dari kavum pleura keluar melalui lubang
tersebut, kondisi ini disebut sebagai open pneumothorax(5,7).
PATOFISIOLOGI
Secara garis besar kesemua jenis pneumothorax mempunyai dasar patofisiologi yang
hampir sama(8).
Pneumothorax spontan terjadi karena lemahnya dinding alveolus dan pleura visceralis.
Apabila dinding alveolus dan pleura visceralis yang lemah ini pecah, maka akan nada fistel yang
menyebabkan udara masuk ke cavum pleura. Mekanismenya pada saat inpirasi rongga dada
mengembang, disertai pengembangan cavum pleura yang kemudian menyebabkan paru dipaksa

Referat Radiologi Pneumothorax 12


ikut mengembang seperti balon yang dihisap. Pengembangan paru menyebabkan tekanan
intraaveolar menjadi negatif sehingga udara luar masuk. Pada pneumothorax spontan, paru-paru
kolaps, udara inspirasi bocor masuk ke cavum pleura sehingga tekanan intrapleura tidak negatif.
Pada saat ekspirasi mediastinal ke sisi yang sehat. Pada saat ekspirasi mediastinal kembali lagi
ke posisi semula. Proses yang terjadi ini dikenal dengan mediastinal flutter(8).
Pneumothorax ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga respirasi paru sisi sebaliknya
masih bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan sempurna(8).
Terjadinya hipereksansi cavum pleura tanpa disertai gejala pre-shock atau shock dikenal
dengan simple pneumothorax. Berkumpulnya udara pada cavum pleura dengan tidak adanya
hubungan dengan lingkungan luar dikenal dengan closed pneumothorax. Pada saat ekspirasi,
udara juga tidak dipompakan balik secara maksimal karena elastic recoil dari kerja alveoli tidak
bekerja sempurna. Akibatnya bilamana proses ini semakin berlanjut, hipereksansi cavum pleura
pada saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada
paru dan cavum pleura karena luka yang bersifat katup tertutup terjadilah penekanan vena cava,
shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbullah gejala
pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension
pneumothorax(8).
Pada open pneumothorax terdapat hubungan antara cavum pleura dengan lingkungan
luar. Open pneumothorax dikarenakan trauma penetrasi. Perlukaan dapat inkomplit (sebatas
pleura parietalis) atau komplit (pleura parietalis dan visceralis). Bilamana terjadi open
pneumothorax inkomplit pada saat inspirasi udara luar akan masuk kedalam kavum pleura.
Akibatnya paru tidak dapat mengembang karena tekanan intrapleural tidak negatif. Efeknya akan
terjadi hiperekspansi cavum pleura yang menekan mediastinal ke sisi paru yang sehat. Saat
ekspirasi mediastinal bergerser kemediastinal yang sehat. Terjadilah mediastinal flutter.
Bilamana open pneumothorax komplit maka saat inspirasi dapat terjadi hiperekspansi cavum
pleura mendesak mediastinal kearah yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada cavum
pleura dan paru karena luka yang bersifat katup tertutup. Selanjutnya terjadilah penekanan vena
cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan nafas. Akibatnya dapat timbullah
gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava, yang dapat menyebabkan tension
pneumothorax(8).

Referat Radiologi Pneumothorax 12


DIAGNOSIS
1. Dari anamnesis di dapatkan gejala yang sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara
yang masuk ke cavum pleura, gejalanya bisa berupa(9) :
a. Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik
nafas dalam atau terbatuk
b. Sesak nafas
c. Dada terasa sempit
d. Mudah lelah
e. Denyut jantung yang cepat
f. Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi pada dada), pada waktu
respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal, trakea dan jantung terdorong ke sisi
yang sehat, deviasi trakea, ruang intercostals yang melebal.
b. Palpasi :
Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar, iktus jantung terdorong
ke sisi thorax yang sehat, fremitus suara melemah atau menghilang padasisi yang sakit.
c. Perkusi :
Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar, batas jantung
terdorong kearah thorax yang sehat, apabila tekanan intrapleural tinggi, pada tingkat yang
berat terdapat gangguan respirasi sianosis, gangguan vaskuler syok.
d. Auskustasi :
Pada bagian yang sakit , suara nafas melemah sampai mengilang, suara vocal melemah
dan tidak menggetar serta bronkofoni negative(4,5).

3. Pemeriksaan radiologi :
a. Foto rontgen gambaran radiologis yang tampak pada foto rontgen kasus pneumothorax
antara lain(3,10) :
1. Bagian pneumothorax akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akant ampak
garis-garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak
membentuk garis, akan tetapi berentuk lobuler sesuai dengan lobus paru.

Referat Radiologi Pneumothorax 12


2. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radiooaque yang berada di
daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps
paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak nafas yang dikeluhkan.
3. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostalis
melear, diafragma mendatar dan tertekan kebawah. Apabila ada pendorongan jantung
atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumothorax
ventil dengan tekanan intrapleura yang tinggi.

Gambar 3. foto Pneumothorax dengan bayangan udara dalam cavum pleura memberikan
bayangan radiolusen yang tanpa struktur jaringan paru (avascular pattern)(11).

Gambar 4. Tension Pneumothorax total kiri dengan cairan (hidropneumothorax)


mendorong jantung, trakea, ke kontralateral(11).

Referat Radiologi Pneumothorax 12


Gambar 5. Pneumothorax pada sisi sebelah kiri dengan kolaps pada sebagian pada paru
kiri. Lapangan paru luar terlihat hitam(11).

Gambar 6. Pneumothorax bilateral pada arah panah tebal dan pneumomediastinum pada
arah panah yang tipis(11).

2. CT-scan thorax

Referat Radiologi Pneumothorax 12


Pada pemeriksaan CT-scan pneumotoraks tension didapatkan adanya kolaps paru, udara
di rongga pleura, dan deviasi dari struktur mediastinum. Pemeriksaan CT-scan lebih sensitif
daripada foto toraks pada pneumotoraks yang kecil walaupun gejala klinisnya masih belum jelas.
Penggunaan USG untuk mendiagnosis pneumotoraks masih dalam pengembangan(12).

Gambar 7. Pneumothorax ct scan potongan axial Tampak udara dan colaps paru(12).

Referat Radiologi Pneumothorax 12


Gambar 8. Pneumothorax potongan axial tampak udara dan terjadinya colaps paru (12).

DIAGNOSIS BANDING
1. Emfiesema paru
2. Asma bronchial
3. Bula yang besar(13).

PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksaan pneumothorax (umum)
Primary survey dengan memperhatikan :
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation

2. Tindakan bedah emergency

Referat Radiologi Pneumothorax 12


a. Krikotiroidotomi
b. Trakheostomi
c. Tuetorakostomi
d. Torakostomi
e. Eksplorasi vascular

3. Tindakan dekompresi
Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumothorax yang luasnya
>15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi tekanan intrapleura dengan
membuat hubungan antara cavum pleura dengan udara luar dengan cara(2) :
a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura akan berubah
menjadi negative karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut(2).
b. Mempuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
1) Dapat memakai infuse set jarum ditusukkan ke dinding dada sampai kedalam rongga
pleura, kemudian infuse set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan
dimasukkan ke botol yang berisi air(2).
2) Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan kanula. Setelah
jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding thorax sampai menebus ke cavum
pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan
dengan pipa plastic infuse set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang
berisi air (2).
3) Pipa water sealed drainage (WSD) pipa khusus (thorax kateter) steril, dimasukkan ke
rongga pleura dengan perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjempit.
Setelah troakar masuk, maka thorax kateter segera dimasukkan ke rongga pleura dan
kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter thorax yang masih tertinggal di
rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter thorax yang ada di dada dan di pipa kaca
WSD dihubungkan melalui pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastic lainnya.
Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleural tetap positif,
Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negative sebesar 10-20 cm H2O.

4. Pengobatan tambahan
a. Apabila terdapat proses lain diparu, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap
penyebabnya, misalnya : terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronchitis dengan
obstruksi saluran nafas diberi antibiotic dan bronkodilator(4).
b. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat

Referat Radiologi Pneumothorax 12


c. Pemberian antibiotik profilaksis setelah tindakan bedah dapat diperimbangkan, untuk
mengurangi insidensi komplikasi, seperti emfiesema(5).

5. Rehabilitasi
a. Penderita yang telah sembuh dari pneumothorax harus dilakukan pengobatan secara tepat
untuk penyakit dasarnya.
b. Untuk sementara waktu penderita dilarang mengejan, batuk, atau bersin terlalu keras.
c. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah laksan ringan
d. Control penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk, sesak nafas(4,5).

KOMPLIKASI
1. Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis
sampai ke apeks.
2. Emfiesema subkutan, biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum.
Udara yang tadinya terjebak di mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah
yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang
mudah ditembus udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka
dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada dan belakang.
3. Piopneumothorax : Berarti terdapatnya pneumothorax disertai emfiesema secara
bersamaan pada satu sisi paru.
4. Pneumothorax kronik : menetap selama lebih dari 3bulan. Terjadi bila fistula
bronkopleura tetap membuka.
5. Hidro-pneumothorax : ditemukan adanya cairan dalam pleuranya. Cairan ini biasanya
bersifat serosa, serosanguinea atau kemerahan (berdarah)(15).

PROGNOSIS
Hasil dari pneumothorax tergantung pada luasnya dan tipe dari pneumothorax.
Spontaneous pneumothorax akan umumnya hilang dengan sendirinya tanpa perawatan.
Secondary pneumothorax yang berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya, bahkan ketika
kecil, adalah jauh lebih serius dan membawa angka kematian sebesar 15%. Secondary
pneumothorax memerlukan perawatan darurat dan segera. Mempunyai satu pneumothorax
meningkatkan risiko mengembangkan kondisi ini kembali. Angka kekambuhan untuk keduanya

Referat Radiologi Pneumothorax 12


primary dan secondary pneumothorax adalah kira-kira 40%; kebanyakan kekambuhan terjadi
dalam waktu 1,5 sampai 2 tahun(15).

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Pneumothorax merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh udara,
sehingga menyebakan pendesakkan terhadap jaringan paru yang menimbulkan gangguan dalam
pengembangannya terhadap rongga dada saat proses respirasi. Oleh karena itu, pada pasien

Referat Radiologi Pneumothorax 12


sering mengeluhkan adanya sesak nafas dan nyeri dada. Berdasarkan penyebabnya
pneumothorax dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatic.
Pneumothorax spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan
pneumothorax traumatic dapat bersifat iatrogenic dan non iatrogenik. Dan menurut fistel yang
terbentuk, maka pneumothorax dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil (tension).
Dalam menentukan diagnose pneumothorax seringkali didasarkan pada hasil foto rontgen
berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan bronkovaskuler pada lapang paru yang
terkena, disertai danya garis putih yang merupakan batas paru (colaps line). Dari hasil rontgen
juga dapat diketahui seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area dapat diketahui
seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area paru yang terkena pendesakan serta kondisi
jantung dan trakea. Pada prinsinya, penanganan pneumothorax berupa observasi dan pemberian
O2 yang dilanjutkan dengan dekompresi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.ED:11. Jakarta : EGC;
2007.P.598.
2. Alsgaff ,Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :Airlangga
University Press; 2009. P. 162-179
3. Rasad, Sjahriar .RadiologiDiagnostik. Jakarta : Indonesia University; 2008. P. 120

Referat Radiologi Pneumothorax 12


4. Sudoyo, aru, W. setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati,
Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. P.
1063
5. Bowman, Jeffery, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Update: 2010 May 27;
cited 2011 January 10. Available from http://emedicine.medscape.com/article/827551
6. Price, Sylvia A. danLorrainne M. Willson.2008. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 7. Jakarta EGC.
7. Prabowo, A. Y. (2010, Desember 20). Water Seal Drainage Pada Pneumothorax Post
Trauma Dinding Thorax. Bagian Ilmu Penyakit Dalam. RSUD Panembahan Senopati
Bantul; 2010. Available from http://www.fkumycase.net/
8. Srillian, Vera. Pneumothorax, Tension and Traumatic. 2011. Available from
http://ad.z5x.net/...,http://scribd.com/doc/48405598/pneumothorax
9. Fahmi. KolapsParu-Paru (Pneumothorax). (2010, februari 02).Available from
http://referat.um.ac.id/...7ed4eed11a.474&topic=9843.msg9932#msg9932
10. Malueka, rusdy, ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press;
2007. P. 56
11. John, Thomas. Gargkavita. Radiological Society. Update: 2011 maret 19;cited 2012 juni.
Available from http://emedicine.medscape.com/19031988
12. Jaeniro, de, rio. Department Of Radiologi. Aacepted 30 may 2010; received 15 feb 2011.
Available from http://www.hindawi.jurnals/crim/2010/961984
13. Harrisons. principle of Internal Medicine Volume II. Editor. Fauci, Braunwald, Kasper,
Hauser. Longo, Jameson, Loscalso. Penerbit; The McGraw-Hill companies. Amerika
2008. Hal 1660.
14. Rubenstein, David. Wayne, David. Bradley, John. KedokteranKlinis. Edisi VI. Erlangga;
2007. P. 285
15. Fishman P.A, Elias. A, Fishman. A, Grippi M, A, Senior R, M. Pack, A, I. 2008.
Fishmans Pulmonary Disease and Disorder 4th edition. United States of America;
The McGraw. Hill Companies.

Referat Radiologi Pneumothorax 12

Anda mungkin juga menyukai