Makalah Pengukuran Kinerja Berbasis HR Scorecard
Makalah Pengukuran Kinerja Berbasis HR Scorecard
PENDAHULUAN
Dalam salah satu buku yang ditulis oleh Robert S. Kaplan yang berkolaborasi
dengan David P. Norton pada tahun 1990-an telah diperkenalkan konsep tentang balance
scorecard untuk mengukur suatu kinerja. Sejak saaat itu, Kaplan dan Norton telah
mengaplikasikan dan mengembangkan konsep balance scorecard 200 perusahaaan di
Amerika Serikat. Selanjutnya, timbul pertanyaaan yang selalu diajukan dalam mendesain
konsep tersebut, yaitu selama ini strategi apa yang dijalankan pada organisasi anda ?
melalui pertanyaan yang demikian itu, kemudian telah memberikan suatu inspirasi bagi
Kaplan dan Norton untuk memahami lebih lanjut para pimpinan organisasi untuk berpikir
lagi tentang perkembangan organisasi ke depan.
Pada umumnya para pimpinan organisasi itu mempunyai kesamaan pandang,
terutama dalam memusatkan perhatiannya kepada strategi financial dan memberikan
prioritas kepada perbaikan proses operasionalnya. Para pimpinan organisasi tersebut
kebanyakan dan pada umumnya kurang memperhatikan pada strategi pelanggan
(customer), yaitu siapa yang menjadi target: bagaimanakah nilai nilai yang berlaku
dalam suatu organisasi tersebut ? kemudian mereka tampaknya belum menyadari dan
memahami pentingnya strategi untuk pengembangan sumber daya manusia, yaitu
menggunakan (human capital) sebagai aspek alat ukur.
1 | Page
BAB II
ISI
2 | Page
akibat ditimbulkan atau dihasilkannya. Sebagai suatu aset strategik, arsitektur sumber
daya manusia adalah berupa sumber daya dan kapabilitas, yang diantaranya sulit ditiru
atau diperdagangkan dan sulit diidentifikasi, dan bersifat langka, khusus atau tailored.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka harus diperlukan hal hal berikut.
1. Meletakkan fungsi sumber daya manusia baik secara teknis maupun strategic
management.
2. Membuat system sumber daya manusia dengan mengadopsi konsep HPWS (High
Performance Work System).
3. Mengimplementasikan baik dalam perilaku inti (dikaitkan dengan kompetisi inti)
maupun perilaku spesifik (berkaitan dengan tuntutan tertentu, tetapi memberikan
dampak yang besar). Semua itu tidak terlepas dari falsafah dasarnya, yaitu if you
cant not measure it, you cant managed it atau dengan kata lain, what gets managed,
gets done.
3 | Page
performance work system atau HPWS. Dalam HPWS ini, setiap elemen pada sistem
sumber daya manusia dirancang untuk memaksimalkan seluruh kualitas human
capital melalui organisasi. Untuk membangun dan memelihara persediaan human
capital melalui organisasi. Untuk membangun dan memelihara persediaan human
capital yang berkualitas, HPWS melakukan hal hal sebagai berikut.
a. Menghubungkan keputusan seleksi dan promosi serta memvalidasi model
kompetensi.
b. Mengembangkan strategi yang menyediakan waktu dan dukungan efektif untuk
keterampilan yang dituntut oleh implementasi strategi organisasi.
c. Melaksanakan kebijaksanaan kompensasi dan manajemen kinerja yang menarik,
mempertahankan dan memotivasi kinerja karyawan yang tinggi.
3. Perilaku karyawan yang strategic (Employee Behavior Strategically)
Peranan sumber daya manusia atau human capital yang strategik akan lebih
memfokuskan pada produktivitas perilaku karyawan dalam organisasi. Perilaku
strategik itu adalah perilaku produktif yang secara langsung mengimplementasikan
strategi organisasi, namun strategi ini terdiri atas dua kategori umum berikut ini.
a. Perilaku inti (core behavior) adalah alur yang langsung berasal dari kompetensi
inti perilaku yang didefinisikan organisasi.
b. Perilaku tersebut sangat fundamental untuk keberhasilan perilaku spesifik yang
situasional (situation specific behavior) yang esensial sebagai key point dalam
organisasi atau rantai nilai dari suatu bisnis, misalnya berupa keterampilan cross-
selling yang dibutuhkan oleh suatu bank.
4 | Page
2. HR Scorecard dapat memaksimalkan human resources dalam mengendalikan biaya
yang dikeluarkan dan nilai yang dikontribusikan pada perusahaan.
3. HR Scorecard dapat memberikan gambaran yang jelas hubungan sebab akibat antar
departemen.
4. HR Scorecard dapat memaksimalkan human resources secara professional dan
mengelola dan tanggung jawabnya yang strategic.
5. HR Scorecard fleksibel dalam pengimplementasiannya.
5 | Page
tahapannya yang menggambarkan tujuan dan ukuran ukuran strategik dari sebuah
perusahaan dari tahapan development HR strategy measures.
Dengan melihat dan memahami pentingnya peran HR Scorecard pada table diatas,
apalagi dengan transformasi departemen sumber daya manusia kearah yang lebih
strategis, maka pihak manajemen tidak ada alasan lagi untuk segera
mengimplementasikan HR Scorecard kedalam perusahaan karena dapat menggambarkan
dan mengukur seberapa besar kontribusinya pada perusahaan.
6 | Page
manusia dapat diformulasikan kedalam peran strategik pada organisasi ? menurut
Becker, Huselid dan Urlich, HR Scorecard perlu diilustrasikan sebagaimana sumber
daya manusia yang dapat menghubungkan fungsi fungsi yang dilaksanakannya
kedalam proses proses implementasi strategik organisasi, maka berdasarkan fungsi
tersebut, langkah langkah yang dilakukan dalm proses pelaksanaan sumber daya
manusia dijelaskan sebagai berikut.
7 | Page
oleh bagaimanakah mengimplementasikan strategi secara efektif, bukan isi dari
strategi itu sendiri.
Setelah data data itu terkumpul maka dapat dibuat gambaran rantai nilai
(value chain) perusahaan kedalam model konseptual yang menggunakan grafik,
kemudian menguji kembali untuk pemahaman dan penerimaan dalam kelompok kecil
dari beberapa opini leader dan apakah pemikiran dari leader tersebut terhadap
perusahaan. Peta strategi juga berisikan hipotesis atau prediksi mengenai proses
organisasisional yang mendukung kinerja perusahaan.
8 | Page
hubungan ini, maka dapat dirancang kebijaksanaan selanjutnya, seperti meningkatkan
gaji dan bonus yang dapat mempertahankan karyawan R&D yang berpengalaman.
9 | Page
Langkah 7. Melaksanakan manajemen pengukuran (implementation
management by measurement)
10 | P a g e
Fungsi dari HPWS adalah menempatkan dasar untuk membangun sumber
daya manusia menjadi asset strategic, dan HPWS dapat memaksimalkan kinerja
karyawan. Untuk setiap pengukuran sumber daya manusia itu, harus memasukkan
kumpulan indikasi yang merefleksikan pada fokus pada kinerja dari setiap elemen
sistem sumber daya manusia. Pengukuran HPWS, penekanannya pada bagaimana
organisasi yang bekerja melalui setiap fungsi sumber daya manusia, mulai dari
tingkat makro dan menekankan pada orientasi kinerja pada setiap aktivitas, seperti
contoh pertanyaan berikut ini.
- Berapa banyak kandidat yang berkualitas sangat baik yang direkrut untuk setiap
strategi penerimaan karyawan baru ?
- Berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk training bagi karyawan baru setiap
tahunnya ?
- Bagaimanakah proporsi merit pay yang ditentukan oleh performance appraisal
(PA) secara formal ?
- Apa perbedaannya dalam pemberian merit pay diantara karyawan yang berkinerja
tinggi dan berkinerja rendah ?
3. Mengukur HR System Alignment
Berarti menilai sejauh manakah system sumber daya manusia memenuhi
kebutuhan implementasi strategi perusahaan atau disebut kesejajaran eksternal
(external alignment), sedangkan yang dimaksud dengan kesejajaran internal (internal
alignment) adalah bagaimana setiap elemen dapat bekerja secara bersama sama dan
tidak mengalami konflik diantara mereka. Dalam hal ini, tidak perlu dilakukan
pengukuran kesejajaran internal karena bila sistem sumber daya manusia sudah fokus
pada implementasi strategi (kesejajaran eksternal) atau dapat mengelola kesejajaran
eksternal, maka ketidaksejajaran internal cenderung tidak terjadi. Fokus pada
kesejajaran internal ini lebih sesuai bila pengukuran suatu perusahaan tidak
mengadopsi perspektif strategi sumber daya manusia.
4. HR Efficiency
HR efficiency merefleksikan pada bagaimana fungsi sumber daya manusia
dapat membantu perusahaan untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan dengan
cara biaya efektif, namun juga bukan berarti sumber daya manusia harus
meminimalkan biaya, tanpa memperhatikan hasil outcome, tetapi lebih pada
merefleksikan keseimbangan (balance). Pengukuran HR efficiency terdiri atas dua
jenis kategori berikut.
11 | P a g e
a. Pengukuran efisiensi inti (core efficiency) yang mempresentasikan, pengeluaran
sumber daya manusia yang signifikan dan tidak memiliki kontribusi langsung
dengan implementasi strategi perusahaan yang terdiri atas :
Biaya manfaat (benefit cost) sebagai suatu persentase dari penggajian,
Biaya kesejahteraan (worker compensation) per karyawan,
Persentase pemasukan yang tepat pada sistem informasi.
b. Pengukuran efisiensi strategik (strategic efficiency) mengukur efisiensi kegiatan
dan proses sumber daya manusia yang dirancang untuk menghasilkan HR
deliverable tersebut yang terdiri atas :
Biaya per orang yang dipekerjakan,
Biaya per jam pelatihan,
Pengeluaran sumber daya manusia bagi karyawan.
5. HR Deliverable
Untuk mengintegrasikan sumber daya manusia kedalam sistem pengukuran
kinerja bisnis, manajer harus mengidentifikasi masalah yang menghubungkan antara
sumber daya manusia dan rencana rencana implementasi strategi organisasi. Hal ini
bertentangan dengan HR deliverable, yang merupakan outcome dari arsitektur sumber
daya manusia yang akan melaksanakan strategi perusahaan. Hal ini bertentangan
dengan HR doables yang memfokuskan pada efisiensi sumber daya manusia dan
jumlah kegiatan. HR deliverable terdiri atas sebagai berikut.
a. HR performance driver. Kapabilitas atau asset yang berhubungan dengan orange
(core people-related), misalnya berupa produktivitas karyawan dan kepuasan
kerja.
b. Enabler performance driver. Memperkuat performance driver, misalnya berupa
perubahan dan struktur reward memungkinkan adanya pencegahan daripada
reaktif atau bila suatu perusahaan mengidentifikasi produktivitas karyawan
sebagai inti performance driver, maka dengan melatih keterampilan ulang
(reskilling), dapat menjadi enabler performance driver.
Jadi, sebaiknya perusahaan selalu memfokuskan pada dua hal tersebut diatas
secara seimbang, misalnya daripada hanya memikirkan sumber daya manusia yang
memfokuskan pada hal hal enabler sumber daya manusia tertentu yang dapat
memperkuat performance driver dalam hal operasional, pelanggan (customer), dan
segmen financial di perusahaan (nonsumber daya manusia).
12 | P a g e
HR deliverable adalah kontribusi penting dalam human capital untuk
mengimplementasikan strategi perusahaan. Dalam hal ini, secara strategik
memfokuskan pada tingkah laku karyawan, seperti rendahnya turn over. Pengukuran
HR deliverable membantu untuk mengidentifikasikan hubungan kausal yang unik
dimana sumber daya manusia menciptakan value dalam perusahaan. Pemilihan
pengukuran HR deliverable yang tepat tergantung pada peran dimana sumber daya
manusia akan ditampilkan pada implementasi strategi.HR deliverable dapat saja
berupa kapabilitas organisasi karena kapabilitas tersebut akan mengkombinasikan
kompetensi individual dengan sistem organisasi yang menambah value melalui rantai
nilai perusahaan.
13 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
HR Scorecard merupakan suatu bentuk pengukuran sumber daya manusia
(human resources) yang mencoba memperjelas peran sumber daya manusia secara
detail sebagai sesuatu yang selama ini dianggap masih intangible (tidak berwujud)
untuk diukur perannya sejauh mana terhadap pencapaian visi, misi, dan strategi
perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut terbentuk konsep dasar untuk
melaksanakan dan mengimplementasikan HR Scorecard ke dalam 7 langkah yang
dilakukan dalam proses pelaksanaan sumber daya manusia yaitu:
Mendefinisikan strategi bisnis secara jelas (clearly define business strategy)
Membangun kasus bisnis untuk sumber daya manusia sebagai modal strategik
(build a bussines case for HR as a strategic asset)
Menciptakan peta strategi (create strategy map)
Mengidentifikasikan HR deliverables dalam peta strategi (identify HR
deliverables within the strategy map)
Kemitraan antara HR architechture dan HR deliverables (align the HR
architechturer with HR deliverables)
Merancang sistem pengukuran strategic sumber daya manusia (Design the
strategic HR measurement system)
Melaksanakan manajemen pengukuran (implementation management by
measurement)
14 | P a g e