Anda di halaman 1dari 22

1.

Apa efek pemberian oli bekas pada luka bakar pasien dan bagaimna bila
luka bakar diberi odol serta apa efeknya ?

Jangan diolesi dengan segala macam bahan misalnya krem, mentega, odol,
kecap, minyak ular, dll, yang masih sering dilakukan di masyarakat.. Tindakan
ini tidak tepat karena memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi pada
luka, menambah rasa sakit dan menyulitkan dokter yang akan memberikan
pengobatan, karena harus membersihkan luka tersebut.
2. Bagaimana mekanisme didapatkan TD menurun, RR, dan nadi pada hasil
pemeriksaan fisiknya?

Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat,
tekanan darah menurun dan produksi urine menurun (kegagalan fungsi
ginjal).

1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.

2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula


dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya
volume cairan intra vaskuler. Tubuh kehilangan cairan antara % - 1 %,
Blood Volume setiap 1 % luka bakar. Kerusakan kult akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebih
(insensible water loss meningkat).

LUKA BAKAR (COMBUSTIO)


( Dr. Sunarso Kartohatmodjo Sp.B. MM )
3. Bagaimana cara menghitung luas luka bakar dan berapa ukurannya pada
pasien?

LUAS LUKA BAKAR


Wallace membagi tubuh atas bagian bagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal
dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.
Kepala dan leher = 9 %
Lengan = 18 %
Badan Depan = 18 %
Badan Belakang = 18 %
Tungkai = 36 %
Genitalia/perineum = 1 %
Total = 100 %

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan
penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak anak dipakai
modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15
tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

SUMBER : LUKA BAKAR (COMBUSTIO), oleh Dr. Sunarso


Kartohatmodjo Sp.B. MM

4. Apa saja klasifikasi luka bakar? (termasuk dalam derajat berapa)

DERAJAT KEDALAMAN Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar


tergantung pada derajat panas sumber, penyebab dan lamanya kontak
dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi atas 6 tingkat,
sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:
1. Luka bakar derajat I :
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik
berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung
saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa
pengobatan khusus.

2. Luka bakar derajat II


Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi
disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf
sensorik teriritasi. Dibedakan atas 2 (dua) bagian :
A. Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari
corium/dermis. Organ organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar
sebecea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa
terbentuk cicatrik.
B. Derajat II dalam / deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa sisa
jaringan epitel tinggal sedikit. Organ organ kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya
penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
3. Luka bakar derajat III Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan
yang lebih dalam sampai mencapai jaringan subkutan, otot dan tulang.
Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak
dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat
sampai berwarna hitam kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis
dan dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa nyeri dan
hilang sensasi karena ujung ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi
lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

SUMBER : LUKA BAKAR (COMBUSTIO), oleh Dr. Sunarso


Kartohatmodjo Sp.B. MM
Luka Bakar :

KRITERIA BERAT RINGANNYA (American Burn Association)


1. Luka Bakar Ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
2. Luka bakar sedang
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar II 10 20 5 pada anak anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
3. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan
genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain

LUKA BAKAR (COMBUSTIO), oleh Dr. Sunarso Kartohatmodjo Sp.B.


MM

Luka bakar yg seperti apa yang perlu resusitasi cairan ?

http://milissehat.web.id/?p=81

5. Mengapa kesadaran penderita menurun setelah dipasang infuse NaCL 30


tetes permenit (5 menit
6. Bagaimana patofisiologi terjadinya luka bakar serta Respon organ tubuh
apa saja yg timbul saat mengalami luka bakar?
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah
sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan
menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan
hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi
yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah :
a. Respon kardiovaskuiler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler mengakibatkan
kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti
dengan penurunan curah jantung. Hemokonsentrasi sel darah merah,
penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh. Hal ini
menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh
kehilangan cairan antara % - 1 %, Blood Volume setiap 1 %
luka bakar.
Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
tambahan
karena penguapan yang berlebih (insensible water loss
meningkat).
b. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR
menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat
gagal ginjal
c. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon
hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya
perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi
abdomen, muntah dan aspirasi. Sering terdapat ileus paralitik dan
Curling Ulcer yang dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah
pendarahan yang timbul sebagai hematesis melena.
d. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari
organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan
memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam luka.
7. Px. Penunjang apa saja yg dpt dilakukan pada penderita luka bakar?
8. Apa saja terapi yang dpt dilakukan?

PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT.


Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada
penderita trauma trauma lainnya harus ditangani secara teliti dan
sistematik.

I. Evaluasi Pertama (Triage)


A. Airway, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputi
airway, ventilasi dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan
intubasi endotrakeal, pemasangan infuse untuk mempertahankan volume
sirkulasi
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.
Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril,
bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula
mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan trauma abdomen
dengan adanya internal bleeding atau mengalami patah tulang punggung /
spine.
C. Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita
terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi
yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi,
serta ditanyakan penyakit penyakit yang pernah di alami sebelumnya.
D. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau
ringan.
1. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan
luas luka bakarnya.
2. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)

II. Penanganan di Ruang Emergency

1. Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan


penderita.
2. Bebaskan pakaian yang terbakar
3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan
adnya trauma lain yang menyertai.
4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat
dipasang endotracheal tube. Traheostomy hanya bila ada indikasi.
5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan
pemasanga scalp vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50
cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak anak di atas 2 tahun dan
1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.
6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi.
Dicatat jumlah urine/jam.
7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan
intermitten pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan
jangan secara intramuskuler.
9. Timbang berat badan
10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid
booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
11. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka
dicuci debridement dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih
tutup dengan tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai
tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5 kasa di
buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 : 30
12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati
(eskar)dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan
nekrotik sampai di dapatkan permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan
pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan melingkar, agar bagian
distal tidak nekrose karena stewing.
13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka
telah dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan
tidak infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara
persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka bakar yang relative
superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu split
tickness skin
grafting. Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitive penutup
luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh
sembuh dalam waktu 2 minggu dengan diameter > 3 cm.

PENANGANAN SIRKULASI

Pada luka bakarberat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan
diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke
jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemic intra vaskuler dan edema
interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik tergangu sehingga
sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel /
jaringan / organ.

Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hamper
menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyebabkan
kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami deficit, timbul
ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan.
Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam
waktu singkat, untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab
syok secara nyata bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi
cairan konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan
penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkna perbaikkan prognosis,
derajat kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi
dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui
memiliki nilai prognostic terhadap angka mortalitas. Pada penanganan perbaikan
sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formula berikut :

- Evans Formula
- Brooke Formula
- Parkland Formula
- Modifikasi Formula
- Monafo Formula

PENANGANAN PERNAPASAN

Trauma inhalasi merupakan foktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan
angka kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjasi dalam waktu singkat 8
sampai 24 jam pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup
atau bilamana luka bakar mengenai daerah muka / wajah dapat menimbulkan
kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap.
Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas
karena edema laring. Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat
panas, produk produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan
jelaga dan bahan khusus yang menyebabkan kerusakan dari mukosa lansung pada
percabangan trakheobronkhial. Keracunan asap yang disebabkan oleh
termodegradasi material alamiah dan materi yang diproduksi. Termodegradasi
menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen sianida, nitrogen oksida,
hydrogen klorida, akreolin dan partikel partikel tersuspensi. Efek akut dari bahan
kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi
jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan edem.
Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia
jaringan. Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup kuat terhadap
pengikatan hemoglobin dengan kemampuan 210 240 kali lebih kuat disbanding
kemampuan O2. Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga mengakibatkan
hipoksia jaringan.

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal
sebagai berikut.

1. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.


2. Sputum tercampur arang.
3. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
4. Penurunan kesadaran termasuk confusion.
5. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas
bernafas atau adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau
tenggorokan, menandakan adanya iritasi mukosa.
6. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
7. Adanya sesak napas atau hilangnya suara. Bilamana ada 3 tanda / gejala
diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi. Penanganan penderita
trauma inhalasi bila tanpa distress pernapasan maka harus dilakukan
trakheostomi. Penderita dirawat diruang resusitasi instalasi gawat darurat
sampai kondisi stabil.

MONITORING PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT

Monitoring penderita luka bakar harus diikuti secara cermat. Pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi, penderita palpasi, perkusi dan auskultasi adalah prosedur yang
harus dilakukan pada perawatan penderita. Pemeriksaan laboratoris untuk
monitoring juga dilakukan untuk mengikuti perkembanagn keadaan penderita.
Monitoring penderita kita dibagi dalam 3 situasi yaitu pada saat di triage, selama
resusitasi (0-72 jam pertama)dan pos resustasi.

I. Triage Intalasi Gawat Darurat

A. A-B-C : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan dilakukan
segera diatasi adakah problem airway, breathing, sirkulasi yang segera diatasi life
saving. Penderitaluka bakar dapat pula mengalami trauma toraks atau mengalami
pneumotoraks.
B. VITAL SIGN : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, repsirasi, nadi, rectal
temperature. Monitoring jantung terutama pada penderita karena trauma listrik,
dapat terjadi aritmia ataupun sampai terjadi cardiac arrest.

C. URINE OUTPUT : Bilamana urine tidak bisa diukur maka dapat dilakukan
pemasangan foley kateter. Urine produksi dapat diukur dan dicatat tiap jam.
Observasi urine diperiksa warna urine terutama pada penderita luka bakar derajat
III atau akibat trauma listrik, myoglobin, hemoglobin terdapat dalam urine
menunjukkna adanya kerusakaan yang hebat.

II. MONITORING DALAM FASE RESUSITASI (sampai 72 jam)

1. Mengukur urine produksi. Urine produksi dapat sebagai indikator apakah


resusitasi cukup adekuat / tidak. Pada orang dewasa jumlah urine 30-50 cc
urine/jam

2. Berat jenis urine. Pascatrauma luka bakar jenis dapat normal atau meningkat.
Keadaan ini dapat menunjukkna keadaan hidrasi penderita. Bilamana berat jenis
meningkat berhubungan dengan naiknya kadar glukosa urine.

3. Vital Sign

4. pH darah.

5. Perfusi perifer

6. laboratorium

a. serum elektrolit
b. plasma albumin
c. hematokrit, hemoglobin
d. urine sodium
e. elektrolit
f. liver function test
g. renal function tes
h. total protein / albumin
i. pemeriksaan lain sesuai indikasi

7. Penilaian keadaan paru

Pemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk mengetahui adanya
perubahan yang terjadi antara lain stridor, bronkhospam, adanya secret, wheezing,
atau dispnae merupakan adannya impending obstruksi. Pemeriksaan toraks foto
ini. Pemeriksaan arterial blood gas.

8. Penilaian gastrointestinal.

Monitoring gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan auskultasi untuk


mengetahui bising usus dan pemeriksaan sekresi lambung. Adanya darah dan pH
kurang dari 5 merupakan tanda adanya Culing Ulcer.

9. Penilaian luka bakarnya.

Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada cairan berbau
atau ada tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih perawatan
selanjutnya dilakukan 5 hari kemudian.

LUKA BAKAR (COMBUSTIO), oleh Dr. Sunarso Kartohatmodjo Sp.B. MM

Luka Bakar yang Perlu Perawatan Khusus


1. Luka Bakar Listrik.
2. Luka Bakar dengan trauma Inhalasi
3. Luka Bakar Bahan Kimia
4. Luka Bakar dengan kehamilan

Luka Bakar listrik


Luka bakar bisa karena voltase rendah atau voltase tinggi. Kerusakan
jaringan tubuh disebabkan karena beberapa hal berikut :
1. Aliran listrik (arus bolak-balik, alternating current / AC) merupakan energi
dalam jumlah besar. Berasal dari sumber listrik, melalui bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah (cairan, darah / pembuluh darah). Aliran
listrik dalam tubuh menyebabkan kerusakan akibat yang ditimbulkan oleh
resistensi. Kerusakan dapat bersifat ekstensif local maupun sistemik
(otak/ensellopati, jantung/fibrilisasi ventrikel, otot/ rabdomiosis, gagal ginjal,
dan sebagai berikut).
2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara yang berubah menjadi api.
3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat diperkirakan
luasnya. Hal ini di sebabkan akibat kerusakan system pembuluh darah di
sepanjang bagian tubuh yang dialiri listrik (trombosis, akulasi kapiler)

PENANGANAN/SPECIAL MANAGEMENT
A. PRIMARY SURVEY
a. Airway cervical spine.
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability-Pemeriksaan kesadaran GCS dan periksa pupil
e. Exposure-cegah penderita dari hipotermi.
B. SECOUNDARY SURVEY
1. Pemeriksaan dari kepala sampai kaki.
2. Pakaian dan perhiasan dibuka
a. Periksa titik kontak
b. Estimasi luas luka bakar / derajat luka bakarnya.
c. Pemeriksaan neurologist
d. Pemeriksaan traumalain, patah tulang/dilokasi.
e. Kalau perlu dipasang endotrakeal intubasi.
C. RESUSITASI
1. Bila didapatkan luka bakar, dapat diberikan cairan 2-4 cc/kg/ luas luka
bakar.
2. Kalau didapatkan haemocromogen (myoglobin), urine output
dipertahankan
antara 75-100 cc/jam sampai tampak menjadi jernih.
3. Sodium bicarbonate dapat ditambahkan pada ringer laktat sampai pH >
6,0
4. Monitor jarang dipergunakan.
D. CARDIAC MONITORING
1. Monitoring ECG kontinu untuk disritmia.
2. ventricular fibrilasi, asystole dan aritmia diterapi sesuai Advanced Cardiac
Live Support.
III. MONITORING POST RESUSITASI
(72 jam pascatrauma) Hal hal yang perlu diobservasi setiap harinya secara
sistematik dan teliti meliputi observasi klinis dan data pemeriksaan
laboratorium yaitu :
1. Cairan elektrolit
2. Keadaan luka bakarnya
3. Kondisi potensial infeksi
4. Status nutrisi / gizi

Luka bakar dengan trauma inhalasi


Pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)
Luka bakar mengenai daerah muka / wajah
Dapat merusak mukosa jalan napas
Edema laring hambatan jalan napas.

Gejala

Sesak napas
Takipnea
Stridor
Suara serak
Dahak berwarna gelap (jelaga)

Hati hati kasus trauma inhalasi mematikan

Mekanisme kerusakan saluran napas.

1. Trauma panas langsung


Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti
jelaga dan bahan khusus menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada
percabangan trakeobronkial.
2. Keracunan asap yang toksik
Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi
terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen dioksida,
nitrogen klorida, akreolin iritasi dan bronkokonstriksi saluran napas.
Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat trakealbronkitis dan
edema.
3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)
Intoksikasi CO hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas cukup kuat
terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding dengan
O2) CO memisahkan O2 dari Hb hipoksia jarinagn. Peningkatan kadar
karboksihemoglobin (COHb) dapat dipakai untuk evaluasi berat / ringannya
intoksikasi CO.

KLINIS

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3
atau lebih dari keadaan berikut :
1. Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar
2. Sputum tercampur arang
3. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
4. penurunan kesadaran.
5. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya
wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi
mukosa)
6. Gejala distress napas. Takipea
7. Sesak atau tidak ada suara.
Pada fase awal kerusakan saluran napas akibat efek toksik yang langsung
terhirup .
Pada fase lanjut edema paru dengan terjadinya hpoksemia progresif
ARDS
Korelasi tingkat keracunan CO / presentase COHb dengan kelainan neurologist

Kadar Keracunan CO Kelainan Neurologis

10-20 % (ringan) sakit kepala, binggung, mual

20-40 % (sedang) lekas marah, pusing, lapangan penglihatan menyempit

40-60 % (berat) Halusinasi, ataksia, konvulsi atau koma, takipnea

Pemeriksaan tambahan :
1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)
Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45 % (berat), bahkan setelah 3 jam
dari kejadian, kadar COHb pada batas 20-25 %. Bila kadar COHb lebih dari 15
% setelah 3 jam kejadian bukti kuat terjadi taruama inhalasi.
2. Gas Darah
PaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%, FiO2
= 0,5) mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada
fase awal, tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.
3. Foto Toraks biasanya normal pada fase awal
4. Bronkoskopi Fiberoptic
Bila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik bintik
pendarahan dan ulserasi diagnosa trauma inhalasi.
5. Tes Fungsi paru
Scan Paru Xenon tidak praktis.

Diagnosa Trauma Inhalasi :


1. Kecurigaan klinis
2. Riwayat kejadian
3. Pemeriksaan gad darh dan kadr COHb
4. Dikonfirmasi dengan bronkoskopi fiberoptic
5. pemeriksaan fungsi paru.

Luka Bakar Kimia.


Di Amerika Serikat terdapat 500.000 jenis kimia yang beredar. Sekitar
30.000 jenis yang berbahaya.
Dilaporkan 2-6 % kejadian luka bakar karena bahan kimia

Klafisikasi Bahan kimia :

1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan
bahan pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi
protein.
2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau
kolam renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
3. Organic Compounds
Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat
menyebabkankerusakana kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.

Berat / ringannya trauma tergantung :

1. bahan
2. Konsentrasi
3. Volume
4. Lama kontak
5. Mekanisme trauma

Penatalaksanaan :

1. Bebaskan pakaian yang terkena


2. Irigasi dengan air yang kontinu
3. Hilangkan ras nyeri
4. Perhatikan airway, breathing dan circulation
5. Indenifikasi bahan penyebab.
6. Perhatikan bila mengenai mata.
7. Penanganan selajutnya sama seperti penanganan luka bakar.

Luka Bakar dan kehamilan


Hati hati terhadap komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin
Pada luka 60 % atau lebih menimbulkan terminasi spontan dari kehamilan.

Penatalaksanaan:
1. Segera dilakukan stabilisasi airway. Hipoksia dapat terjadi pada ibu dan
janin
2. Distress napas hipoksia dapat menimbulkan resistensi vaskuler pada
uterus, mengurangiuterus blood flow dan oksigen ke janin menurun.
3. Monitoring janin
4. Konsultasi dengan spesialis kandungan

LUKA BAKAR (COMBUSTIO), oleh Dr. Sunarso Kartohatmodjo Sp.B.


MM

9. Komplikasi yg timbul pada luka bakar !


KOMPLIKASI
1. Syok karena kehilangan cairan.
2. Sepsis / toksis.
3. Gagal Ginjal mendadak
4. Peneumonia
LUKA BAKAR (COMBUSTIO), oleh Dr. Sunarso Kartohatmodjo Sp.B.
MM

10. Bagaimana cara perhitungan kebutuhan cairan ?


penanganan tepat pada syok hipovolemik dan luka bakar,tetapi
dokter memberikan cairannya kurang karena pada pasien sudah
terjadi luka bakar derajat berat ,>25 %. Sudah terjadi syok .

Cara perhitungan cairan pemberian cairan pada penderita luka


bakar?
RESUSTASI CAIRAN

BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.

Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 5 Tahun : berat badan x 50 cc

jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.


diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa : hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali

Menurut Evans Cairan yang dibutuhkan :


1. RL / NaCl = luas combustio % X BB/ Kg X 1 cc
2. Plasma = luas combustio % X BB / Kg X 1 cc
3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc

Hari I 8 jam X
16 jam X

Hari II hari I
Hari ke III hari ke II

LUKA BAKAR (COMBUSTIO)


( Dr. Sunarso Kartohatmodjo Sp.B. MM )
Resusitasi cairan pasien luka bakar, Abdul Wahab, Bagian Anestesi dan ICU, Fak.
Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar

Anda mungkin juga menyukai