Apa efek pemberian oli bekas pada luka bakar pasien dan bagaimna bila
luka bakar diberi odol serta apa efeknya ?
Jangan diolesi dengan segala macam bahan misalnya krem, mentega, odol,
kecap, minyak ular, dll, yang masih sering dilakukan di masyarakat.. Tindakan
ini tidak tepat karena memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi pada
luka, menambah rasa sakit dan menyulitkan dokter yang akan memberikan
pengobatan, karena harus membersihkan luka tersebut.
2. Bagaimana mekanisme didapatkan TD menurun, RR, dan nadi pada hasil
pemeriksaan fisiknya?
Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
yang khas yaitu : gelisah, pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat,
tekanan darah menurun dan produksi urine menurun (kegagalan fungsi
ginjal).
1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan
penderita adalah 1 % dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak anak dipakai
modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur 15
tahun, 5 tahun dan 1 tahun.
http://milissehat.web.id/?p=81
PENANGANAN SIRKULASI
Pada luka bakarberat / mayor terjadi perubahan permeabilitas kapiler yang akan
diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke
jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemic intra vaskuler dan edema
interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik tergangu sehingga
sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel /
jaringan / organ.
Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hamper
menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyebabkan
kondisi hipovolemik. Volume cairan intravaskuler mengalami deficit, timbul
ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke jaringan.
Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam
waktu singkat, untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab
syok secara nyata bermakna memiliki korelasi dengan angka kematian. Beberapa
penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi
cairan konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan
penatalaksanaan syok dalam waktu singkat, menunjukkna perbaikkan prognosis,
derajat kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi
dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui
memiliki nilai prognostic terhadap angka mortalitas. Pada penanganan perbaikan
sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formula berikut :
- Evans Formula
- Brooke Formula
- Parkland Formula
- Modifikasi Formula
- Monafo Formula
PENANGANAN PERNAPASAN
Trauma inhalasi merupakan foktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan
angka kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjasi dalam waktu singkat 8
sampai 24 jam pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan tertutup
atau bilamana luka bakar mengenai daerah muka / wajah dapat menimbulkan
kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap.
Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas
karena edema laring. Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat
panas, produk produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar seperti bahan
jelaga dan bahan khusus yang menyebabkan kerusakan dari mukosa lansung pada
percabangan trakheobronkhial. Keracunan asap yang disebabkan oleh
termodegradasi material alamiah dan materi yang diproduksi. Termodegradasi
menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen sianida, nitrogen oksida,
hydrogen klorida, akreolin dan partikel partikel tersuspensi. Efek akut dari bahan
kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi
jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan edem.
Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia
jaringan. Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup kuat terhadap
pengikatan hemoglobin dengan kemampuan 210 240 kali lebih kuat disbanding
kemampuan O2. Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga mengakibatkan
hipoksia jaringan.
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal
sebagai berikut.
Monitoring penderita luka bakar harus diikuti secara cermat. Pemeriksaan fisik
meliputi inspeksi, penderita palpasi, perkusi dan auskultasi adalah prosedur yang
harus dilakukan pada perawatan penderita. Pemeriksaan laboratoris untuk
monitoring juga dilakukan untuk mengikuti perkembanagn keadaan penderita.
Monitoring penderita kita dibagi dalam 3 situasi yaitu pada saat di triage, selama
resusitasi (0-72 jam pertama)dan pos resustasi.
A. A-B-C : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan dilakukan
segera diatasi adakah problem airway, breathing, sirkulasi yang segera diatasi life
saving. Penderitaluka bakar dapat pula mengalami trauma toraks atau mengalami
pneumotoraks.
B. VITAL SIGN : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, repsirasi, nadi, rectal
temperature. Monitoring jantung terutama pada penderita karena trauma listrik,
dapat terjadi aritmia ataupun sampai terjadi cardiac arrest.
C. URINE OUTPUT : Bilamana urine tidak bisa diukur maka dapat dilakukan
pemasangan foley kateter. Urine produksi dapat diukur dan dicatat tiap jam.
Observasi urine diperiksa warna urine terutama pada penderita luka bakar derajat
III atau akibat trauma listrik, myoglobin, hemoglobin terdapat dalam urine
menunjukkna adanya kerusakaan yang hebat.
2. Berat jenis urine. Pascatrauma luka bakar jenis dapat normal atau meningkat.
Keadaan ini dapat menunjukkna keadaan hidrasi penderita. Bilamana berat jenis
meningkat berhubungan dengan naiknya kadar glukosa urine.
3. Vital Sign
4. pH darah.
5. Perfusi perifer
6. laboratorium
a. serum elektrolit
b. plasma albumin
c. hematokrit, hemoglobin
d. urine sodium
e. elektrolit
f. liver function test
g. renal function tes
h. total protein / albumin
i. pemeriksaan lain sesuai indikasi
Pemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk mengetahui adanya
perubahan yang terjadi antara lain stridor, bronkhospam, adanya secret, wheezing,
atau dispnae merupakan adannya impending obstruksi. Pemeriksaan toraks foto
ini. Pemeriksaan arterial blood gas.
8. Penilaian gastrointestinal.
Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada cairan berbau
atau ada tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih perawatan
selanjutnya dilakukan 5 hari kemudian.
PENANGANAN/SPECIAL MANAGEMENT
A. PRIMARY SURVEY
a. Airway cervical spine.
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability-Pemeriksaan kesadaran GCS dan periksa pupil
e. Exposure-cegah penderita dari hipotermi.
B. SECOUNDARY SURVEY
1. Pemeriksaan dari kepala sampai kaki.
2. Pakaian dan perhiasan dibuka
a. Periksa titik kontak
b. Estimasi luas luka bakar / derajat luka bakarnya.
c. Pemeriksaan neurologist
d. Pemeriksaan traumalain, patah tulang/dilokasi.
e. Kalau perlu dipasang endotrakeal intubasi.
C. RESUSITASI
1. Bila didapatkan luka bakar, dapat diberikan cairan 2-4 cc/kg/ luas luka
bakar.
2. Kalau didapatkan haemocromogen (myoglobin), urine output
dipertahankan
antara 75-100 cc/jam sampai tampak menjadi jernih.
3. Sodium bicarbonate dapat ditambahkan pada ringer laktat sampai pH >
6,0
4. Monitor jarang dipergunakan.
D. CARDIAC MONITORING
1. Monitoring ECG kontinu untuk disritmia.
2. ventricular fibrilasi, asystole dan aritmia diterapi sesuai Advanced Cardiac
Live Support.
III. MONITORING POST RESUSITASI
(72 jam pascatrauma) Hal hal yang perlu diobservasi setiap harinya secara
sistematik dan teliti meliputi observasi klinis dan data pemeriksaan
laboratorium yaitu :
1. Cairan elektrolit
2. Keadaan luka bakarnya
3. Kondisi potensial infeksi
4. Status nutrisi / gizi
Gejala
Sesak napas
Takipnea
Stridor
Suara serak
Dahak berwarna gelap (jelaga)
KLINIS
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3
atau lebih dari keadaan berikut :
1. Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar
2. Sputum tercampur arang
3. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
4. penurunan kesadaran.
5. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya
wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi
mukosa)
6. Gejala distress napas. Takipea
7. Sesak atau tidak ada suara.
Pada fase awal kerusakan saluran napas akibat efek toksik yang langsung
terhirup .
Pada fase lanjut edema paru dengan terjadinya hpoksemia progresif
ARDS
Korelasi tingkat keracunan CO / presentase COHb dengan kelainan neurologist
Pemeriksaan tambahan :
1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)
Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45 % (berat), bahkan setelah 3 jam
dari kejadian, kadar COHb pada batas 20-25 %. Bila kadar COHb lebih dari 15
% setelah 3 jam kejadian bukti kuat terjadi taruama inhalasi.
2. Gas Darah
PaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%, FiO2
= 0,5) mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada
fase awal, tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.
3. Foto Toraks biasanya normal pada fase awal
4. Bronkoskopi Fiberoptic
Bila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik bintik
pendarahan dan ulserasi diagnosa trauma inhalasi.
5. Tes Fungsi paru
Scan Paru Xenon tidak praktis.
1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan
bahan pembersih dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi
protein.
2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau
kolam renang dapat menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
3. Organic Compounds
Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat
menyebabkankerusakana kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.
1. bahan
2. Konsentrasi
3. Volume
4. Lama kontak
5. Mekanisme trauma
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan:
1. Segera dilakukan stabilisasi airway. Hipoksia dapat terjadi pada ibu dan
janin
2. Distress napas hipoksia dapat menimbulkan resistensi vaskuler pada
uterus, mengurangiuterus blood flow dan oksigen ke janin menurun.
3. Monitoring janin
4. Konsultasi dengan spesialis kandungan
BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 5 Tahun : berat badan x 50 cc
Hari I 8 jam X
16 jam X
Hari II hari I
Hari ke III hari ke II