Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran fetus dan plasenta dari uterus, ditandai
dengan peningkatan aktifitas miometrium (frekuensi dan intensitas kontraksi) yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks serta keluarnya lendir darah (show) dari vagina.
Lebih dari 80% proses persalinan berjalan normal, 15-20% dapat terjadi komplikasi persalinan.
UNICEF dan WHO menyatakan bahwa hanya 5%-10% saja yang membutuhkan seksio sesarea
(Prawirohardjo, 2008) (UNPAD, 2004) (Mochtar, 1998).
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas umum otot polos miometrium
yang relatif tenang sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin
sampai kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktivitas
kontraksi secara terkoordinasi, diselingi suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya
menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum
(Prawirohardjo, 2008).
Proses fisiologi kehamilan yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan persalinan
belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yang dapat diterima bahwa
keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia, bergantung pada aktivitas progesteron
yang menimbulkan relaksasi otot-otot uterus untuk mempertahankan ketenangan uterus sampai
mendekati akhir kehamilan (UNPAD, 2004).
Persalinan dianggap normal juga jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (in partu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Seorang wanita belum dikatakan inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks (Prawirohardjo, 2008).

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable
melalui jalan lahir biasa dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2008).
Menurut sumber lain dikatakan bahwa persalinan ialah serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput dari tubuh ibu (UNPAD, 2004).
Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. Primigravida adalah seorang
wanita yang hamil untuk pertama kali. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup (viable). Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi
yang viable untuk pertama kali. Multipara atau pleuripara adalah seorang wanita yang pernah
melahirkan bayi yang viable untuk beberapa kali (Prawirohardjo, 2008).
In partu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan. Partus biasa
atau partus normal atau partus spontan adalah bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa
memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi dan umumnya
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Sedangkan, Partus luar biasa atau partus abnormal
adalah bila bayi dilahirkan pervaginam dengan cunam atau ekstraktor vacum, versi dan ekstraksi,
dekapitasi, embriotomi, dan sebagainya (Prawirohardjo, 2008). Dikenal beberapa istilah menurut
umur kehamilan dan berat badan bayi yang dilahirkan, yaitu (Prawirohardjo, 2008) (UNPAD,
2004):
a. Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gram.
b. Partus imaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 20 sampai 28 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 500 1000 gram.
c. Partus prematurus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 28 sampai 37 minggu atau
bayi dengan berat badan antara 1000 2500 gram.
d. Partus matures atau partus aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37 sampai 42
minggu atau dengan bayi dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

2
e. Partus postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah kehamilan setelah
kehamilan 42 minggu.

2.2 Letak, Presentasi, Sikap, dan Posisi Janin Mempengaruhi Persalinan

Orientasi janin digambarkan menurut letak, presentasi, sikap, dan posisi. Hal ini
dapat ditentukan secara klinis dengan melakukan palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, dan
auskultasi, atau secara teknis menggunakan USG atau sinar X. Pemeriksaan klinis kurang akurat
atau bahkan tidak mungkin dilakukan dan diinterpretasikan pada wanita obese (Cunningham FG,
2006).
1. Letak Janin
Letak adalah hubungan sumbu panjang janin dengan sumbu panjang ibu. Terdiri dari
letak memanjang dan letak melintang. Kadangkala terdapat letak oblik, dimana akibat
sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45. Letak oblik tidak stabil, dapat
berubah posisi menjadi letak memanjang atau melintang selama proses persalinan. Letak
memanjang terjadi pada lebih dari 99% persalinan aterm. Faktor predisposisi untuk letak
lintang adalah multiparitas, plasenta previa, hidramnion, dan anomali uterus
(Cunningham FG, 2006).
2. Presentasi Janin
Bagian terbawah janin adalah bagian tubuh janin yang berada paling depan di dalam jalan
lahir. Bagian terbawah janin menentukan presentasi. Bagian terbawah janin dapat diraba
melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Karena itu, pada letak memanjang, bagian
terbawah janin adalah kepala janin atau bokong, masing-masing membentuk presentasi
kepala atau bokong. Jika janin terletak pada sumbu panjang melintang, bahu merupakan
bagian terbawahnya. Jadi, presentasi bahu teraba melalui serviks pada perabaan vagina.
a. Presentasi Kepala
Presentasi kepala diklasifikasikan berdasarkan hubungan kepala dengan badan janin.
1) Biasanya kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu menempel pada dada.
Pada keadaan ini, ubun-ubun kecil (fontanela oksipitalis) merupakan bagian
terbawah janin, disebut presentasi puncak kepala (verteks) atau oksiput.

3
Gambar 1. Presentasi Puncak kepala
(2). Leher janin juga dapat mengalami hiperekstensi sehingga oksiput dan punggung
saling menempel dan wajah menjadi bagian terdepan di jalan lahir, disebut Presentasi
muka.

Gambar 2. Presentasi Muka


(3). Kepala janin dapat mengambil suatu posisi di antara kedua keadaan ini, pada
beberapa kasus terjadi fleksi parsial dengan bagian presentasi adalah fontanel anterior
(ubun-ubun besar) atau bregma. Disebut presentasi sinsiput.

4
Gambar 3. Presentasi Sinsiput

(4). Dapat juga mengalami ekstensi parsial pada kasus lainnya, dengan dahi sebagai
bagian terbawah, disebut presentasi dahi. Ketika persalinan maju, presentasi sinsiput atau
dahi hampir selalu berubah menjadi presentasi verteks atau muka karena masing-masing
akan mengalami fleksi atau ekstensi.

Gambar 4. Presentasi Dahi

b. Presentasi Bokong
Bila janin menunjukan presentasi bokong, terdapat tiga konfigurasi umum yang dapat
terjadi.

5
Gambar 5. Presentasi Bokong Murni (Frank Breech)

o Apabila paha berada dalam posisi fleksi dan tungkai bawah ekstensi di depan
badan, hal ini disebut presentasi bokong murni (frank breech).
o Jika paha fleksi di abdomen dan tungkai bawah terletak di atas paha, keadaan ini
disebut presentasi bokong sempurna (complete breech) .
o Bila salah satu atau kedua kaki, atau satu atau kedua lutut, merupakan bagian
terbawah, hal ini disebut presentasi bokong tidak sempurna (incomplete breech)
atau presentasi bokong kaki (footling breech).

6
Gambar 6. Presentasi Bokong. (A) Complete Breech, (B) Frank Breech, (C) Footling
atau Incomplete Breech.

3. Sikap atau Postur Janin


Pada bulan-bulan terakhir kehamilan janin membentuk suatu postur khas yang disebut
sebagai sikap atau habitus. Biasanya janin membentuk suatu massa ovoid yang secara
kasar menyesuaikan dengan bentuk rongga uterus. Dengan sendirinya, janin menjadi
melipat atau membungkuk sehingga punggungnya akan menjadi sangat konveks, kepala
mengalami fleksi maksimal sehingga dagu hampir bertemu dengan dada, paha fleksi di
depan abdomen, tungkai bawah tertekuk pada lutut, dan lengkung kaki bersandar pada
permukaan anterior tungkai bawah. Pada semua presentasi kepala, lengan biasanya saling
menyilang di dada atau terletak di samping, dan tali pusat terletak di ruang antara kedua
lengan dengan ekstremitas bawah. Postur khas ini terjadi akibat cara pertumbuhan janin
dan akomodasinya terhadap rongga uterus (Cunningham FG, 2006).

4. Posisi Janin
Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan pada bagian
terbawah janin dengan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu. Karena itu, pada setiap
presentasi terdapat dua posisi kanan atau kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sakrum janin
masing-masing merupakan titik penentu pada presentasi verteks, muka, dan bokong
(Cunningham FG, 2006).

7
2.3 Persalinan Dengan Presentasi Oksiput

Janin dengan presentasi oksiput atau verteks ditemukan pada sekitar 95% dari semua
persalinan. Presentasi paling sering ditentukan dengan palpasi abdomen dan dipastikan dengan
pemeriksaan vagina yang dilakukan beberapa saat sebelum atau pada awitan persalinan. Pada
sekitar 40% persalinan, janin memasuki panggul dengan posisi oksiput kiri lintang (LOT)
dibandingkan 20% dengan posisi oksiput kanan lintang (ROT). Pada posisi oksiput anterior
(LOA atau ROA) kepala dapat memasuki panggul dengan oksiput berotasi 45 ke anterior dari
posisi lintang atau berikutnya baru berputar. Mekanisme persalinan biasanya sangat mirip dengan
pada posisi oksiput lintang. Pada sekitar 20% persalinan janin masuk panggul dengan posisi
oksiput posterior (OP). Bagian-bagian kepala janin dijelaskan sebagai berikut (Cunningham FG,
2006):
Ubun-ubun besar (bregma)/ UUB: berbentuk jajaran genjang, terbentuk dari pertemuan
sutura sagitalis, koronalis, dan frontalis. Berukuran kira-kira 3-2 cm
Ubun-ubun kecil (lambda)/ UUK: berbentuk segitiga, terbentuk dari pertemuan sutura
sagitalis dan lambdoidalis
Puncak kepala (verteks) adalah puncak tempurung kepala yang terletak antara UUB dan
UUK
Belakang kepala (oksiput) adalah bagian belakang kepala antara UUK sampai foramen
magnum
Dahi (sinsiput) adalah bagian depan kepala antara UUB sampai akar hidung (glabela),
dibatasi olet sutura koronalis dan lobang mata.
Glabela adalah bagian yang meninggi diantara kedua lubang mata.

8
Gambar 7. Kepala janin tampak atas

Gambar 8. Kepala janin tampak samping

Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada presentasi
kepala ini ditemukan 58% ubun-ubun kecil terletak di kiri depan, 23 % di kanan depan,
11% di kanan belakang, dan 8% di kiri belakang. Keadaan ini mungkin disebabkan terisinya
ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon sigmoid atau rectum (Prawirohardjo, 2008).
Dikemukakan 2 teori yang dapat menjelaskan kenapa lebih banyak letak kepala (Mochtar,
1998) :
1. Teori akomodasi: bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang volumenya
besar berada di atas, dan kepala di bawah di ruangan yang lebih sempit.
2. Teori gravitasi: karena kepala relatif besar dan berat, maka akan turun ke bawah. Karena
his yang kuat, teratur dan sering, maka kepala janin turun memasuki pintu atas panggul
(engagement). Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk

9
(fleksi maksimal), sehingga lingkar kepala yang memasuki panggul, dengan ukuran yang
terkecil:
Diameter suboccipito-bregmatika = 9,5 cm
Sirkumferensia suboccipito-bregmatika = 32 cm.

2.4 Fisiologi Persalinan

2.4.1 Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan


Untuk menerangkan persalinan, dipengaruhi oleh POWER, PASSAGE, PASSENGER
(UNPAD, 2004):
A. POWER: tenaga yang mendorong anak keluar, yaitu :
his
tenaga mengejan/meneran
B. PASSAGE: perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan
C. PASSENGER: gerakan anak pada persalinan

A. Tenaga yang mendorong anak keluar (UNPAD, 2004)


1. His
a. His ialah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir kehamilan
sebelum persalinan dimulai, sudah terdapat kontraksi rahim yang disebut his
pendahuluan atau his palsu. His ini sebetulnya, hanya merupakan peningkatan
kontraksi Braxton Hicks, sifatnya tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian
bawah dan lipat paha, tetapi tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang
ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Lamanya kontraksi pendek, tidak
bertambah kuat jika dibawa berjalan, bahkan sering berkurang. His pendahuluan tidak
bertambah kuat seiring majunya waktu, bertentangan dengan his persalinan yang
makin lama makin kuat. Hal yang paling penting adalah bahwa his pendahuluan tidak
mempunyai pengaruh pada serviks.
b. His persalinan merupakan kontraksi fisiologis otot-otot rahim. Bertentangan dengan
sifat kontraksi fisiologis lain, his persalinan bersifat nyeri. Nyeri ini mungkin
disebabkan oleh anoksia dari sel-sel otot sewaktu kontraksi, tekanan oleh serabut otot

10
rahim yang berkontraksi pada ganglion saraf di dalam serviks dan segmen bawah
rahim, regangan serviks, atau regangan dan tarikan pada peritoneum sewaktu
kontraksi.
c. Kontraksi rahim bersifat autonom, tidak dipengaruhi oleh kemauan, tetapi dapat juga
dipengaruhi oleh rangsangan dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan.
Seperti kontraksi jantung, pada his juga terdapat pacemaker yang memulai kontraksi
dan mengontrol frekuensinya. Pacemaker ini terletak pada kedua pangkal tuba.
Kontraksi rahim bersifat berkala dan yang harus diperhatikan ialah sebagai berikut:
Lamanya kontraksi; berlangsung 47-75 detik
Kekuatan kontraksi; menimbulkan naiknya tekanan intra uterin sampai 35 mmHg.
Interval antara dua kontraksi; pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10
menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
2. Tenaga mengejan/meneran
a. Selain his, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong
anak keluar terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan hanya dapat berhasil jika
pembukaan sudah lengkap, dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
b. Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir, misalnya pada pasien yang lumpuh
otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan juga
melahirkan plasenta setelah plasenta lepas dari dinding rahim.

B. Perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan


Adapun perubahan yang terjadi pada uterus dan jalan lahir saat persalinan berlangsung
sebagai berikut:
1. Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan
a. Sejak kehamilan lanjut, uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, yaitu segmen atas
rahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terbentuk dari
isthmus uteri. Dalam persalinan, perbedaan antara segmen atas dan bawah rahim lebih
jelas lagi. Segmen atas memegang peranan aktif karena berkontraksi. Dindingnya
bertambah tebal dengan majunya persalinan. Sebaliknya, segmen bawah rahim
memegang peranan pasif dan makin menipis seiring dengan majunya persalinan

11
karena diregang. Jadi, segmen atas berkontraksi, menjadi tebal dan mendorong anak
keluar sedangkan segmen bawah dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi serta
menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui bayi.
2. Sifat kontraksi otot rahim
a. Kontraksi otot rahim mempunyai dua sifat yang khas, yaitu:
Setelah kontraksi, otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum
kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum
kontraksi. Kejadian ini disebut retraksi. Dengan retraksi, rongga rahim mengecil
dan anak berangsur di dorong ke bawah dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah
his hilang. Akibatnya segmen atas makin tebal seiring majunya persalinan, apalagi
setelah bayi lahir.
Kontraksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus uteri dan
berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim. Jika
kontraksi di bagian bawah sama kuatnya dengan kontraksi di bagian atas, tidak
akan ada kemajuan dalam persalinan. Karena pada permulaan persalinan serviks
masih tertutup, isi rahim tentu tidak dapat didorong ke dalam vagina. Jadi,
pengecilan segmen atas harus diimbangi oleh relaksasi segmen bawah rahim.
Akibat hal tersebut, segmen atas makin lama semakin mengecil, sedangkan
segmen bawah semakin diregang dan makin tipis, isi rahim sedikit demi sedikit
terdorong ke luar dan pindah ke segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal
dan segmen bawah makin tipis, batas antar segmen atas dan segmen bawah
menjadi jelas. Batas ini disebut lingkaran retraksi fisiologis. Jika segmen
bawah sangat diregang, lingkaran retraksi lebih jelas lagi dan naik mendekati
pusat, lingkaran ini disebut lingkaran retraksi patologis atau lingkaran Bandl
yang merupakan tanda ancaman robekan rahim dan muncul jika bagian depan
tidak dapat maju, misalnya karena pangul sempit.

12
3. Perubahan bentuk rahim
Pada tiap kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran
melintang maupun ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan bentuk ini
ialah sebagai berikut:
a. Karena ukuran melintang berkurang, lengkungan tulang punggung anak berkurang,
artinya tulang punggung menjadi lebih lurus. Dengan demikian, kutub atas anak
tertekan pada fundus, sedangkan kutub bawah ditekan ke dalam pintu atas panggul.
b. Karena rahim bertambah panjang, otot-otot memanjang diregang dan menarik
segmen bawah dan serviks.
Hal ini merupakan salah satu penyebab pembukaan serviks.
4. Faal ligamentum rotundum dalam persalinan
Ligamentum rotundum mengandung otot-otot polos. Jika uterus berkontraksi, otot-otot
ligamentum ini ikut berkontraksi sehingga menjadi lebih pendek. Pada tiap kontraksi,
fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah ke depan dan mendesak
dinding perut depan ke depan. Perubahan letak uterus sewaktu kontraksi kontraksi
penting karena dengan demikian sumbu rahim searah dengan sumbu jalan lahir. Dengan
adanya kontraksi ligamentum rotundum, fundus uteri tertambat. Akibatnya fundus tidak
dapat naik ke atas sewaktu kontraksi. Jika fundus uteri dapat naik ke atas sewaktu
kontraksi, kontraksi tersebut tidak dapat mendorong anak ke bawah.
5. Perubahan pada serviks
Agar anak dapat keluar dari rahim, perlu terjadi pembukaan serviks. Pembukaan serviks
ini biasanya didahului oleh pendataran serviks.
Pendataran serviks
Pendataran serviks adalah pemendekan kanalis servikalis yang semula berupa
sebuah saluran dengan panjang 1-2 cm, menjadi satu lubang saja dengan pinggir
yang tipis. Pendataran ini terjadi dari atas ke bawah.
Pembukaan serviks
Yang dimaksud dengan pembukaan serviks adalah pembesaran ostium eksternum
menjadi suatu lubang dengan diameter sekitar 10 cm yang data dilalui anak.
6. Perubahan pada vagina dan dasar panggul

13
Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditentukan oleh
bagian depan anak. Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul diregang menjadi
saluran dengan dinding yang tipis. Sewaktu kepala sampai di vulva, lubang vulva
menghadap ke depan atas. Dari luar, peregangan oleh bagian oleh bagian depan tampak
pada perineum yang menonjol dan tipis, sedangkan anus menjadi terbuka.

C. Gerakan-gerakan anak pada persalinan (Prawirohardjo, 2008) (UNPAD, 2004)


(Cunningham FG, 2006)
Gerakan-gerakan anak pada persalinan yang paling sering kita jumpai ialah
presentasi belakang kepala dan kebanyakan presentasi ini masuk ke dalam pintu atas
panggul dengan sutura sagitalis sagitalis melintang. Ubun-ubun kecil kiri melintang lebih
sering daripada ubun-ubun kecil kanan melintang. Karena itu, akan diuraikan pergerakan
anak dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil kiri melintang.
Gerakan-gerakan pokok persalinan adalah engagement, descens (penurunan
kepala), fleksi, rotasi interna (putaran paksi dalam), ekstensi, rotasi ekstrena
(putaran paksi luar), dan ekspulsi.
Mekanisme persalinan terdiri dari suatu gabungan gerakan-gerakan yang berlangsung
pada saat yang sama. Misalnya, sebagai bagian dari proses engagement terjadi fleksi dan
penurunan kepala. Gerakan-gerakan tersebut tidak mungkin diselesaikan bila bagian
terbawah janin tidak turun secara bersamaan. Seiring dengan itu, kontraksi uterus
menghasilkan modifikasi penting pada sikap atau habitus janin, terutama setelah kepala
turun ke dalam panggul
Gambar 9. Gerakan-gerakan utama kepala pada persalinan

14
1. Engagement
Mekanisme yang digunakan oleh diameter biparietal-diameter transversal kepala
janin pada presentasi oksiput untuk melewati pintu atas panggul disebut sebagai
engagement. Fenomena ini terjadi pada minggu-minggu terakhir kehamilan.
Turunnya kepala dapat dibagi menjadi masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
dan majunya kepala.

Gambar 10. Pengukuran engagement


Pembagian ini terutama berlaku bagi primigravida. Masuknya kepala ke dalam pintu
atas panggul pada primigravida sudah terjadi pada bulan terakhir kehamilan. Tetapi
pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke
dalam pintu atas panggul biasanya terjadi dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan (UNPAD, 2004).
Sinklitisme
Peristiwa yang terjadi adalah sinklitismus. Pada presentasi belakang kepala,
engagement berlangsung apabila diameter biparietal telah melewati pintu atas

15
panggul. Kepala paling sering masuk dengan sutura sagitalis melintang. Ubun-ubun
kecil kiri melintang merupakan posisi yang paling sering kita temukan. Apabila
diameter biparietal tersebut sejajar dengan bidang panggul, kepala berada dalam
sinklitisme.
Sutura sagitalis berada di tengah-tengah antara dinding panggul bagian depan
dan belakang. Engagement dengan sinklitisme terjadi bila uterus tegak lurus terhadap
pintu atas panggul dan panggulnya luas. Jika keadaan tersebut tidak tercapai, kepala
berada dalam keadaan asinklitisme.

Gambar 11. Sinklitisme


Asinklitisme
Asinklitisme anterior, menurut Naegele ialah arah sumbu kepala membuat sudut
lancip ke depan dengan pintu atas panggul. Dapat pula terjadi asinklitismus posterior
yang menurut Litzman ialah apabila keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior
(Prawirohardjo, 2008).

Gambar 12. asinklitismus anterior Gambar 13. Asinklitismus posterior

16
Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal, namun jika
derajat berat, gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sefalopelvik pada panggul
yang berukuran normal sekalipun. Perubahan yang berturut-turut dari asinklitismus
posterior ke anterior mempermudah desensus dengan memungkinkan kepala janin
mengambil kesempatan memanfaatkan daerah-daerah yang paling luas di rongga
panggul (Cunningham FG, 2006).

2. Descens (penurunan kepala)


Hal ini merupakan syarat utama kelahiran bayi. Pada wanita nulipara, engagement
dapat terjadi sebelum awitan persalinan dan desensus lebih lanjut mungkin belum
terjadi sampai dimulainya persalinan kala dua. Pada wanita multipara, desensus
biasanya mulai bersamaan dengan engagement. Descens terjadi akibat satu atau lebih
dari empat gaya (Cunningham FG, 2006):
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi
c. Usaha mengejan yang menggunakan otot-otot abdomen
d. Ekstensi dan pelurusan badan janin

17
3. Fleksi
Ketika desens mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau dasar
panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada
janin dan diameter suboksipitobregmatika yang lebih pendek menggantikan diameter
oksipitofrontal yang lebih panjang.
Gambar 14. Proses Fleksi

Gambar 15. Empat derajat fleksi kepala (A). Fleksi buruk, (B). Fleksi sedang, (C)
Fleksi lebih lanjut, (D) Fleksi lengkap

4. Rotasi Interna ( Putaran Paksi Dalam)


Yang dimaksud dengan putaran paksi dalam ialah pemutaran bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan, ke bawah

18
simfisis. Pada presentasi belakang kepala, bagian yang terendah adalah daerah ubun-
ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan, ke bawah simfisis. Putaran
paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir,
khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran paksi dalam tidak
terjadi tersendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi
sebelum kepala sampai ke Hodge III kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai
di dasar panggul (UNPAD, 2004).
Gambar 16. Mekanisme persalinan pada posisi oksiput anterior kiri
Gambar 17. Mekanisme persalinan untuk ubun-ubun kecil kiri lintang: (A).

Asinklitismus posterior pada tepi panggul diikuti fleksi lateral, menyebabkan (B)
asinklitismus anterior, (C) Engagement, (D) Rotasi dan ekstensi.

Sebab-sebab putaran paksi dalam yakni (UNPAD, 2004):


a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian terendah dari kepala
b. Bagian terendah kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit, yaitu di sebelah
depan atas tempat terdapatnya hiatus genitalis antara antara musculus levator ani
kiri dan kanan.
c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior

5. Ekstensi

19
Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul terjadilah
ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu
bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan
ekstensi untuk melaluinya. Kalau tidak terjadi ekstensi, kepala akan tertekan pada
perineum dan menembusnya. Pada kepala, bekerja dua kekuatan yang satu
mendesaknya ke bawah, dan yang satunya disebabkan oleh tahanan dasar panggul
yang menolaknya ke atas. Resultannya ialah kekuatan ke arah depan atas (UNPAD,
2004).
Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simfisis, yang dapat maju karena
kekuatan tersebut di atas ialah bagian yang berhadapan dengan subocciput sehingga
pada pinggir atas perineum, lahirlah berturut-turut ubun-ubun besar, dahi hidung,
mulut, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi. Suboksiput yang menjadi pusat
pemutaran disebut hipomoklion (UNPAD, 2004).

Gambar 18. Permulaan ekstensi Gambar 19. Ekstensi kepala

6. Rotasi Eksterna (putaran paksi luar)


Setelah kepala lahir, belakang kepala anak memutar kembali kearah punggung anak
untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam.Gerakan ini disebut putaran restitusi (putaran balasan : putaran paksi luar).
Selanjutnya putaran dilanjutkan hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber
ischiadicum sesisi. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar yang
sebenarnya dan disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam diameter
anteroposterior pintu bawah panggul.
Gambar 20. Rotasi eksterna

20
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi
hipomoklion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan
selanjutnya seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

Gambar 21. Kelahiran bahu depan

21
Gambar 22. Kelahiran bahu belakang

2.4.2 Perubahan yang Terjadi Menjelang Persalinan


Perubahan Hormonal
Tidak banyak terjadi perubahan pada kadar hormon estrogen dan progesteron
menjelang partus. Meski didapat peningkatan kerja hormon estrogen dan insufisiensi efek
progesteron, hal ini lebih disebabkan perubahan pada reseptor hormon. Menjelang partus, PRA
(progesteron reseptor A) yang bekerja menginhibisi efek progesteron, jumlahnya meningkat
sedang PRB (progesteron receptor B) yang kerjanya berkebalikan dengan PRA malah menurun.
Hal inilah yang menyebabkan fungsi utama progesteron untuk menjaga kehamilan jadi
berkurang (Prawirohardjo, 2008) (Hacker, 2010).
Hal ini juga didukung dengan peningkatan reseptor estrogen (ERA). ERA selama
kehamilan dihambat kerjanya oleh progesteron, sehingga peningkatan jumlah reseptor ini akan
membantu peningkatan aktifitas estrogen. Dimana estrogen sangat berperan untuk merangsang
kontraksi uterus. Efek estrogen yang berperan menunjang kontraksi adalah efeknya dalam
aktivasi formasi gap-junction, meningkatkan reseptor oxytocin dan COX-2 serta meningkatkan
sintesis prostaglandin (Hacker, 2010).
Prostaglandin dan oxytocin juga meningkat menjelang partus. Selain dipengaruhi
peningkatan estrogen, sekresi PG juga berasal langsung dari paru janin yang juga mensekresikan
PAF. Membran janin juga mensekresi PAF (platelets activating factors) yang berperan
menginisiasi kontraksi uterus (Prawirohardjo, 2008) (Cunningham FG, 2006) (Hacker, 2010).

Perubahan Anatomi

22
Perubahan anatomi yang penting terjadi menjelang persalinan adalah pada jalan lahir
dan jaringan lunak rongga panggul. Dibawah pengaruh estrogen jaringan otot dan ligamen
berelaksasi sehingga memudahkan akomodasi dari panggul ketika bayi melewati rongga
panggul. Pada uterus, miometrium membesar dan menjelang persalinan akan mulai muncul HIS
(kontraksi uterus). Setiap selesai kontraksi HIS, miometrium akan memendek. Hal ini akan
menyebabkan tarikan pada SBR (ismus) yang memiliki jaringan otot yang lebih sedikit, dan
selanjutnya akan menyebabkan tarikan pada serviks sehingga serviks akan mulai menipis dan
berdilatasi (Cunningham FG, 2006) (Hacker, 2010).

Perubahan Fisiologis
Menjelang persalinan akan dimulai suatu kontraksi uterus yang disebut HIS
persalinan. Selain itu, karena pengaruh estrogen dan prostaglandin serviks akan menjadi makin
lunak hipermukus dan hipervaskularisasi. Hal ini akan menyebabkan sekresi lendir oleh kelenjar
yang nantinya akan memberikan tampakan bloody show (mukus bercampur darah) yang
merupakan salah satu tanda in partu. Apabila pembukaan sudah lengkap, ibu akan mulai
memiliki refleks meneran yang nantinya dapat membantu kelahiran bayi (Cunningham FG,
2006) (Hacker, 2010).

2.4.3 Tahapan Persalinan Normal


Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut
mengeluarkan lendir yang disertai darah (bloody show). Lendir yang disertai darah ini berasal
dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya
berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah
karena pergeseranpergeseran ketika serviks membuka.

A. Kala I (Pembukaan Jalan Lahir)


Kala I persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri dengan
dilatasi serviks lengkap. Dilatasi lengkap dapat berlangsung kurang dari satu jam pada sebagian
kehamilan multipara. Pada kehamilan pertama, dilatasi serviks jarang terjadi dalam waktu
kurang dari 24 jam. Rata-rata durasi total kala I persalinan pada primigravida berkisar dari 3,3

23
jam sampai 19,7 jam. Pada multigravida ialah 0,1 sampai 14,3 jam. Proses membukanya serviks
sebaga akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu:
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase laten diawali dengan mulai timbulnya kontraksi
uterus yang teratur yang menghasilkan perubahan serviks.
2. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi yakni :
1) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam,
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian akan
tetapi terjadi dalam waktu yang lebih pendek

Gambar
23. Berbagai fase pembukaan serviks pada kala I

B. Kala II (Pengeluaran)
Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Pada kala II, his menjadi lebih
kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Saat kepala janin sudah masuk di ruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasakan tekanan pada rektum dan hendak buang air

24
besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia
mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.
Dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan presentasi
suboksiput di bawah simfisis, dahi, muka dan dagu. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi
untuk mengeluarkan badan dan anggota badan bayi.
Masih ada banyak perdebatan tentang lama kala II yang tepat dan batas waktu yang
dianggap normal. Batas dan lama tahap persalinan kala II berbeda-beda tergantung paritasnya.
Durasi kala II dapat lebih lama pada wanita yang mendapat blok epidural dan menyebabkan
hilangnya refleks mengedan. Pada Primigravida, waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini adalah
25-57. Rata-rata durasi kala II yaitu 50 menit.

C. Kala III (Kala Uri)


Kala III persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Setelah bayi lahir,
uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian, uterus
berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pada tahap ini dilakukan tekanan ringan di atas puncak rahim dengan cara Crede untuk
membantu pengeluaran plasenta. Plasenta diperhatikan kelengkapannya secara cermat, sehingga
tidak menyebabkan gangguan kontraksi rahim atau terjadi perdarahan sekunder.

D. Kala IV (2 Jam Setelah Melahirkan)


Kala IV persalinan ditetapkan berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta lahir.
Periode ini merupakan masa pemulihan yang terjadi segera jika homeostasis berlangsung dengan
baik. Pada tahap ini, kontraksi otot rahim meningkat sehingga pembuluh darah terjepit untuk
menghentikan perdarahan. Pada kala ini dilakukan observasi terhadap tekanan darah,
pernapasan, nadi, kontraksi otot rahim dan perdarahan selama 2 jam pertama. Selain itu juga
dilakukan penjahitan luka episiotomi. Setelah 2 jam, bila keadaan baik, ibu dipindahkan ke
ruangan bersama bayinya.
Observasi yang dilakukan pada Kala IV diantaranya:
1. Tingkat kesadaran.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan pernapasan.

25
3. Kontraksi uterus.
4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi
400 samapai 500 cc.
Asuhan dan pemantauan pada kala IV
1. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang uterus
berkontraksi.
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan
fundus uteri.
3. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau episiotomi).
5. Evaluasi kondisi ibu secara umum.
6. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman
belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.

26
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama Pasien : NMS

No Rekam Medis : 261461

Alamat Asal :

Alamat Sekarang :

Usia : 34 tahun 3 bulan 12 hari

Status : Menikah

Nomor Telepon :

MRS :

Tanggal Pemeriksaan :

3.2 Anamnesis

1. Keluhan Utama
Nyeri perut hilang timbul
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Kebidanan RSUD pada tanggal 13 Mei 2017 pukul 9.41
WITA. Pasien datang sadar dengan diantar suami mengeluh nyeri perut hilang timbul
yang dirasakan sejak pukul 02.00 WITA. Nyeri perut dirasakan hilang timbul dan makin
lama dirasakan semakin sering. Nyeri perut ini awalnya timbul tiba-tiba dalam durasi
yang sebentar sekitar 5-10 detik kemudian menghilang. Dikatakan nyeri timbul kembali
sekitar 1 jam kemudian dan terus berulang dalam frekuensi yang semakin sering. Nyeri
dideskripsikan pasien seperti kenyat atau seperti menegang pada otot perut pasien.
Selain nyeri perut pasien juga mengeluhkan keluar lendir dan juga darah sejak
tadi malam. Gerak janin ada dan dirasakan baik. Keluhan lain seperti pusing, rasa
mengantuk disangkal oleh pasien. Keluhan nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati,
mual dan muntah juga disangkal.
27
3. Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 tahun, siklus teratur 28-30 hari, lamanya 5-6 hari tiap kali menstruasi
HPHT : Lupa
Taksiran persalinan : 05 Mei 2017
4. Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah satu kali pada tahun 2006 saat pasien berusia 23 tahun.
5. Riwayat Kehamilan

Sex Penolo
N Jenis L P ng Tempat
Thn UK BBL Abortus
o Partus Persali Persalinan
nan
1. 2007 37 Perva 3000 P Dokter RSUD -
minggu ginam g

2 2011 17 Kuret RSUD Abortus


minggu ase incomple
te
3 2017 Hamil
ini

6. Riwayat ANC
Pasien mengontrol kehamilannya di dokter kandungan dan di poli sebanyak lebih dari 3
kali. Pernah dilakukan pemeriksaan USG sebanyak 3 kali. Pasien sudah mendapat
imunisasi TT.
7. Riwayat Pemakaian kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi sebelumnya
8. Riwayat Penyakit Terdahulu
Penyakit sistemik seperti asma, hipertensi, kencing manis dan penyakit jantung disangkal
oleh pasien.
9. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu kandung pasien memiliki riwayat hipertensi. Riwayat penyakit sistemik lain seperti
kencing manis dan penyakit jantung disangkal.
10. Riwayat Pernikahan

28
Pasien menikah 1 kali sejak 11 tahun yang lalu. Usia pasien saat menikah yaitu dua puluh
tiga tahun. Riwayat Sosial dan Keluarga Pasien tidak merokok maupun mengonsumsi
minuman beralkohol. Pasien menggunakan asuransi berupa BPJS.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Status Present
Keadaan Umum : Baik
GCS : E4V5M6
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Respirasi : 18 x/ menit
Suhu Aksila : 36,4oC
Berat Badan : 54 kg
Tinggi Badan : 154 cm
Status General
Mata : anemis -/-, ikterus -/-, cowong +/+
THT : kesan tenang
Thorax
Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Mammae : bentuk simetris, puting susu menonjol, pengeluaran (-),
Abdomen : massa (-), nyeri tekan (-),bising usus (+) normal,
distensi (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat ++/++, edema --/--
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar:
Terdapat luka bekas SC
Tinggi Fundus Uteri : pusat-processus xyphoideus
Leopold :
Leopold I : Teraba bagian lunak, kurang bundar, letak bokong
Leopold II : Sebelah kanan teraba cembung datar, merupakan
punggung, sebelah kiri teraba kecil, kemungkinan
ekstrimitas
Leopold III : Bagian bawah bulat agak keras, agak susah di goyangkan,
kepala janin sudah masuk PAP
Leopold IV : Kedua tangan divergen, penurunan kepala kurang lebih 4/5
Denyut Jantung Janin : ada 142 x/menit

29
His : 3x dalam 10 menit,durasi 30-35 detik
VaginalTouche pukul 9.50 WITA:
Pembukaan serviks 8 cm,eff 75%, ketuban (+), teraba kepala, denominator tidak jelas,
penurunan H2, tidak teraba bagian kecil/tali pusat.
Data Biologis
Makan dan Minum
Pola Makan : 3x sehari
Pola Minum : 1000 ml/hari
Kesulitan Makan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Eliminasi
Masalah Perkemihan : tidak ada
Warna Urin : kuning jernih
Masalah Defekasi : tidak ada
Warna Feses : kekuningan,tidak ada pendarahan
Mobilisasi : normal
Tidur : 8 jam, keluhan tidur tidak ada

3.4 Diagnosis

G3P1011, UK 41-42 minggu tunggal Hidup, Letkep + PK I fase aktif + ROB

30
3.5 Penatalaksanaan

MRS
Ekspektatif Delivery Pervaginam
IVFD RL 500 cc ~ 20 tpm

3.6 Perjalanan Persalinan

Tanggal 13 Mei 2017


Pukul 10.10 WITA
Telah lahir bayi Laki-laki, dengan BBL 3200 gram, AS:7-9, anus (+), kelainan kongenital (-)
S : Sakit perut (+),keluhan subjektif (-)
O : Evaluasi abdomen: TFU sepusat, kontraksi (+) baik, semburan darah (-)
tampak tali pusat keluar dari OUE
A : P2012 Pspt B pp hari 0
P : Manajemen aktif kala III
Injeksi Oksitosin 1 amp (IM), 10 IU
Lakukan perasat peregangan tali pusat terkendali
Masase fundus uteri
Monitoring: tanda vital,keluhan,tanda-tanda pelepasan plasenta UE

Pukul 10.15 WITA


Lahir plasenta, kesan lengkap, kalsifikasi (-), hematom (-).
S : Keluhan nyeri perut (+) berkurang,keluhan subjektif (-).
O : Status Present
GCS : E4V5M6 VAS :2
TD :130/80 mmHg N : 88x/mnt
T : 36,3oC RR : 18x/mnt
Status General
Mata : anemis -/-
Thorax
Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

31
Pulmo : Vesikuler(+), rhonki -/-, whezzing -/-
Ext : Hangat + +

+ +

Status Obstetri
Abdomen : TFU sepusat,kontraksi (+) baik
Vagina : pendarahan aktif (+)
A : P2012 Pspt B pp hari 0
P :IVFD RL 50ml+ oxytocin 20 IU 28 tpm.
Monitoring tanda vital,keluhan,tanda-tanda syok
KIE

Evaluasi 2 jam post partum :


Pk.12.15 WITA
S : Keluhan sakit perut (+) berkurang, nyeri di luka jahitan (+)
O : Status Present
GCS :E4V5M6 VAS :2
TD : 120/80mmHg N : 84/mnt
T : 36,3C RR : 20x/mnt
Status General
Mata: anemis -/-
Thorax
Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler(+), rhonki -/-, wheezing -/-
Ext : Hangat + +

+ +

Status Obsetri
Ahdomen : TFU setinggi pusat,kontraksi (+) baik

32
Vagina : pendarahan aktif (-)
A : P2012 Pspt B pp hari 0
P :IVFD RL
Cefadroxil 500 mg tiap 112 jam (Po)
Paracetamol 500mg tiap 8 jam (po)
Monitoring: tanda vital, keluhan.
KIE

3.7 Perkembangan di Ruangan Margapati

Tanggal 13 Mei 2017


Pukul 14.00 WITA
S: Keluhan subjektif (-)
O:Status present
TD = 120/80 mmHg
N = 80 x/mnt
RR = 20 x/mnt
T = 36,4oC
Status General
Mata: Ikterik -/-
Thorax: Cor S1 S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Ekstermitas: Akral hangat ++/--
Oedem --/--
Status Obstetri
Abdomen: TFU 2 jari bawah pusat
Kontraksi (+) baik
Vagina: luka (+)
A : P2012 Pspt B pp hari 0
P :IVFD RL
Cefadroxil 500 mg tiap 112 jam (Po)

33
Paracetamol 500mg tiap 8 jam (po)
Monitoring: tanda vital, keluhan
KIE

34
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Diagnosis

Berdasarkan anamnesa didapatkan pasien mengeluh nyeri perut hilang timbul sejak
kurang lebih 7-8 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri perut ini awalnya timbul tiba-tiba dalam
durasi yang sebentar sekitar 5-10 detik kemudian menghilang. Dikatakan nyeri timbul kembali
sekitar 1 jam kemudian dan terus berulang dalam frekuensi yang semakin sering. Nyeri
dideskripsikan pasien seperti kenyat atau seperti menegang pada otot perut pasien. Selain itu
pasien juga mengeluh keluar lendir dan darah pervaginam.

Pada pemeriksaan fisik saat pasien berada di ruang bersalin didapatkan bekas luka
SC transperitoneal pada perut. Perut terlihat membesar, teraba tinggi fundus uteri jarak
processus xiphoideus ke umbilicus. Pada pemeriksaan leopold teraba janin dengan letak
membujur dan kepala masuk pintu atas panggul. Pemeriksaan menggunakan doppler didapatkan
denyut jantung janin sebanyak 142 kali/menit dan kontraksi uterus saat di ruang bersalin
sebanyak 3 kali/10 menit dengan durasi 30-35 detik.

Pemeriksaan vagina toucher didapatkan bukaan sudah 8 cm dengan effacement 75%,


teraba kepala dengan penurunan sudah sampai Hodge II tidak teraba tali pusat yang melilit atau
menghalangi. Ketika tangan pemeriksa dikeluarkan, terlihat adanya air ketuban yang bercampur
dengan darah.

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien memenuhi kriteria inpartu,


yakni adanya his yang adekuat, bloody show, air ketuban dan bukaan yang sudah 8 cm ketika
dilakukan pemeriksaan dalam. Usia kehamilan pasien adalah 41-42 minggu. Pada pasien juga
ditemukan tanda pasti kehamilan yakni ditemukan denyut jantung janin pada saat pemeriksaan
fisik Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ditegakkan G3P1011, UK 41-42
minggu tunggal Hidup, Letkep + PK I fase aktif + ROB

35
4.2 Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk kasus ini antara lain ketuban pecah dini serta partus lama
kala I (prolonged latent phase atau protracted active phase). Pada pasien ini, keluhan awal yang
dirasakan adalah nyeri perut, pasien mengaku tidak merasakan adanya keluar cairan atau darah
pervaginam sehingga kemungkinan diagnosis ketuban pecah dini dapat disingkirkan. Pasien
sedang hamil yang ketiga (multi) dimana biasannya PK I berlangsung lebih cepat, batasan untuk
fase laten memanjang adalah tidak lebih dari 20 jam untuk primi dan 14 jam pada pasien multi.
Sedangkan pada fase aktif membuka bisa hingga 2 cm per jam.

Menurut pengakuan pasien nyeri perut mulai kurang lebih 8 jam (7 jam 41 menit)
sebelum masuk RS dan saat diperiksa vaginal toucher pertama di RS sudah bukaan 8, dilihat dari
rentang waktu dan mengingat tidak dilakukan pemeriksaan untuk menilai cepatnya bukaan dari
rumah ke RS, diagnosis partus lama kala I tidak dapat ditegakkan.

4.3 Penatalaksanaan

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ditegakkan G3P1011, UK 41-


42 minggu tunggal Hidup, Letkep + PK I fase aktif + ROB. Pada pasien riwayat operasi
kandungan tidak ada, riwayat tensi tinggi sebelum kehamilan maupun saat ante natal care tidak
ada, riwayat penyakit ibu seperti penyakit jantung, asma disangkal. Pasien memiliki riwayat
abortus spontan sebelumnya pada usia kehamilan 17 minggu. Pemeriksaan fisik paru jantung
dalam batas normal, pada abdomen ditemukan his adekuat, tidak ditemukan luka operasi di
perut, bladder kosong, pada pemeriksaan dalam jalan lahir lapang tidak ada masa. Pasien
direncanakan untuk ekspektatif pervaginam.

36
BAB V
KESIMPULAN

Persalinan (partus = labor) adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viable
melalui jalan lahir biasa dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2008).
Janin dengan presentasi oksiput atau verteks ditemukan pada sekitar 95% dari semua persalinan.
Presentasi paling sering ditentukan dengan palpasi abdomen dan dipastikan dengan pemeriksaan
vagina yang dilakukan beberapa saat sebelum atau pada saat persalinan. Persalinan, dipengaruhi
oleh POWER, PASSAGE, PASSENGER (UNPAD, 2004):
Tahapan persalinan dibagi menjadi IV Kala. Kala I persalinan dimulai dengan
kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap, dibagi dalam 2 fase,
yaitu fase laten dan fase aktif . Kala II persalinan adalah tahap di mana janin dilahirkan. Kala III
persalinan berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Kala IV persalinan ditetapkan
berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta lahir.
Pasien perempuan usia 34 tahun datang dengan keluhan nyeri perut hilang timbul
yang dirasakan sejak pukul 02.00 WITA. Nyeri perut dirasakan hilang timbul dan makin lama
dirasakan semakin sering. Nyeri perut ini awalnya timbul tiba-tiba dalam durasi yang sebentar
sekitar 5-10 detik kemudian menghilang. Dikatakan nyeri timbul kembali sekitar 1 jam
kemudian dan terus berulang dalam frekuensi yang semakin sering. Nyeri dideskripsikan pasien
seperti kenyat atau seperti menegang pada otot perut pasien. Pasien juga mengeluhkan keluar
lendir dan juga darah sejak tadi malam. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan atau
sistemik. HPHT dikatakan lupa, tafsiran lahir tanggal 5 Mei 2017. Sebelumnya pasien pernah
keguguran saat kehamilan kedua tahun 2011sementara hamil pertama lahir normal tahun 2007,
jenis kelamin perempuan berat 3000 gr saat usia kandungan 37 minggu. Pasien rutin mengontrol
kehamilannya di dokter kandungan dan di poli. Pernah dilakukan pemeriksaan USG sebanyak 3
kali. Pasien sudah mendapat imunisasi TT. Riwayat kontrasepsi sebelumnya disangkal
Pemeriksaan fisik dalam batas normal, pemeriksaan obstetric abdomen didapat his
3x/10 menit dalam 30-35 detik, janin letak kepala, kepala masuk 4/5. Pemeriksaan vagina
didapatkan pembukaan serviks 8 cm,eff 75%, ketuban (+), teraba kepala, penurunan H2,. Pasien
didiagnosis G3P1011, UK 41-42 minggu tunggal Hidup, Letkep + PK I fase aktif + ROB dengan
rencana ekspektatif delivery pervaginam dan rawat inap 1 hari.

37
38
References
Cunningham FG, G. N. L. K., 2006. Obstetri Williams. 21 ed. Jakarta: EGC.

Hacker, 2010. Essential of Obstetrics and Gynecology 5th edition. 5 ed.


Pennsylvania: Elseviers.

Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta:
EGC.

Prawirohardjo, S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

UNPAD, F. K., 2004. Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Produksi. 2 ed. Jakarta: ECG.

39

Anda mungkin juga menyukai