Anda di halaman 1dari 16

RMK

Standar Akuntansi Pemerintahan & Pelaporan Keuangan

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Akuntansi Pemerintahan


Dosen Pengampu: Dr. Bandi, M.Si., Ak., CA

Disusun oleh:
1. JATI NARENDRO PT S431608011
2. YULIA TRI ANGGANI S431608020
3. SUMAYYAH S431608021

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
Standar Akuntansi Pemerintahan & Pelaporan Keuangan

A. PP 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


PENDAHULUAN
PP ini dibuat demi melaksanakan ketentuan pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara maka perlu menetapkan Peraturan Pemerintah terkait
dengan Standar Akuntansi Pemerintah.
DEFINISI PASAL 1
Pemerintah merupakan pemerintah pusat dan daerah.
Sedangkan akuntansi merupakan proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penginterpretasian
atas hasilnya, serta penyajian laporan.
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan merupakan prinsip-prinsip yang
mendasari penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan bagi
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dan merupakan rujukan penting bagi Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, dan pemeriksa dalam
mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur secara jelas dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang
terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan
pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) adalah komite yang bertugas
menyusun & mengembangkan SAP sebagaimana dimaksud dalam:
- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) merupakan
klarifikasi, penjelasan, dan uraian lebih lanjut atas pernyataan SAP yang diterbitkan
oleh KSAP.
Buletin Teknis SAP adalah informasi yang diterbitkan oleh KSAP yang memberikan
arahan/pedoman secara tepat waktu untuk mengatasi masalah-masalah akuntansi
maupun pelaporan keuangan yang timbul.
Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan adalah uraian yang memuat latar belakang
penyusunan SAP.
DEFINISI PASAL 2
1. SAP dinyatakan dalam bentuk PSAP.
2. SAP dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan.
3. PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan dikembangkan oleh KSAP
dengan mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
4. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dikembangkan oleh KSAP.
5. Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
sebagaimana ditetapkan dalam lampiran I.
6. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran II.
KETENTUAN UMUM PASAL 3
1. PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat dilengkapi dengan IPSAP
dan/atau Buletin Teknis.
2. IPSAP dan Buletin Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan ditetapkan
oleh KSAP dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
3. IPSAP dan Buletin Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari SAP.
PASAL 4
PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri dari:
1. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, adalah sebagaimana ditetapkan
dalam lampiran III;
2. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran, adalah sebagaimana ditetapkan
dalam lampiran IV;
3. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas, adalah sebagaimana ditetapkan dalam
lampiran V;
4. SAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan, adalah sebagaimana
ditetapkan dalam lampiran VI;
5. PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan, adalah sebagaimana ditetapkan dalam
lampiran VII;
6. PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi, adalah sebagaimana ditetapkan dalam
lampiran VIII;
7. PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap, adalah sebagaimana ditetapkan dalam
lampiran IX;
PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri dari:
8. PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan, adalah sebagaimana
ditetapkan dalam lampiran X;
9. PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban, adalah sebagaimana ditetapkan dalam
lampiran XI;
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Peristiwa Luar Biasa, adalah sebagaimana ditetapkan dalam lampiran XII; dan
11. PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian, adalah sebagaimana
ditetapkan dalam lampiran XIII.
PASAL 5
Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 serta PSAP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 dan tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini, merupakan satu
kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
PASAL 6
1. Pemerintah menyusun sistem akuntansi pemerintahan yang mengacu pada SAP.
2. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
3. Sistem akuntansi pemerintahan pada tingkat pemerintah daerah diatur dengan peraturan
gubernur/bupati/walikota, mengacu pada Peraturan Daerah tentang pengelolaan
keuangan daerah yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

PASAL 7
Semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penyelenggaraan akuntansi
pemerintahan sepanjang belum diganti dan tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah
ini dinyatakan tetap berlaku.
PASAL 8
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 13 Juni 2005. Agar setiap
orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
B. PP 71 TAHUN 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
PENDAHULUAN
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara.
Untuk melaksanakan Pasal 184 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
DEFINISI PASAL 1
Pemerintah merupakan pemerintah pusat dan daerah.
Sedangkan akuntansi merupakan proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penginterpretasian
atas hasilnya, serta penyajian laporan.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah SAP yang diberi judul,
nomor, dan tanggal efektif.
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan merupakan prinsip-prinsip yang
mendasari penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan bagi
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan dan merupakan rujukan penting bagi Komite
Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, dan pemeriksa dalam
mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur secara jelas dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) merupakan
klarifikasi, penjelasan, dan uraian lebih lanjut atas pernyataan PSAP.
Buletin Teknis SAP adalah informasi yang berisi penjelasan teknis akuntansi sebagai
pedoman bagi pengguna.
SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja,
dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang
ditetapkan dalam APBN/APBD.
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) adalah komite yang bertugas
menyusun SAP akrual sebagaimana dimaksud dalam:
- Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
- Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak
analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi
pemerintah.
KETENTUAN UMUM PASAL 2
1. SAP dinyatakan dalam bentuk PSAP.
2. SAP dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
KETENTUAN UMUM PASAL 3
1. PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat dilengkapi dengan IPSAP
dan/atau Buletin Teknis SAP.
2. IPSAP dan Buletin Teknis SAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan
diterbitkan oleh KSAP dan diberitahukan kepada Pemerintah dan Badan Pemeriksa
Keuangan.
3. Rancangan IPSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Badan
Pemeriksa Keuangan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sebelum IPSAP
diterbitkan.
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PASAL 4
1. Pemerintah menerapkan SAP Berbasis Akrual.
2. SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam bentuk
PSAP.
3. SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
4. PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PASAL 5
1. Dalam hal diperlukan perubahan terhadap PSAP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2), perubahan tersebut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.
2. Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh KSAP
sesuai dengan mekanisme yang berlaku dalam penyusunan SAP.
3. Rancangan perubahan PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh
KSAP kepada Menteri Keuangan.
4. Menteri Keuangan menyampaikan usulan rancangan perubahan PSAP sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) kepada Badan Pemeriksa Keuangan untuk mendapat
pertimbangan
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PASAL 6
1. Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi Pemerintahan yang mengacu pada SAP.
2. Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan.
3. Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur dengan peraturan
gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan.
4. Pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan
Menteri Dalam Negeri
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PASAL 7
1. Penerapan SAP Berbasis Akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dapat
dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi
penerapan SAP Berbasis Akrual.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri.
PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PASAL 8
1. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dinyatakan
dalam bentuk PSAP.
2. PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi
dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan.
3. PSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sebagaimana tercantum
dalam Lampiran II yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
KETENTUAN PENUTUP PASAL 9
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku; dan
2. Peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penyelenggaraan
akuntansi pemerintahan sepanjang belum diubah dan tidak bertentangan dengan
Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku.
KETENTUAN PENUTUP PASAL 10
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 22 Oktober 2010.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
C. Neraca (Balance sheet/Statement of Financial Position)
Merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Berdasarkan PP 71 2010
(juga PP 24 tahun 2005), neraca disajikan menggunakan basis akrual.
Neraca terdiri dari:

Aset
Aset dalam Neraca diklasifikasikan menjadi:
- Aset Lancar terdiri atas kas dan setara kas, investasi jangka pendek, surat berharga
yang mudah diperjualbelikan, piutang dan persediaan.
- Aset Non Lancar terdiri atas investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,
dan aset lainnya.
- Contoh:
Kewajiban
Kewajiban dalam Neraca diklasifikasikan menjadi:
- Kewajiban Jangka Pendek, seperti bunga pinjaman, utang jangka pendek pihak
ketiga, utang perhitungan fihak ketiga (PFK).
- Kewajiban Jangka Panjang.
Ekuitas Dana
Ekuitas dana merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah, atau dapat
disebut surplus/defisit Laporan Operasional atau selisih antara pendapatan dan beban
akrual. Dalam neraca diklasifikasikan menjadi:
- Ekuitas Dana Lancar
- Ekuitas Dana Investasi
- Ekuitas Dana Cadangan
D. Laporan Realisasi Anggaran (PSAP No. 2 )
RUANG LINGKUP DAN MANFAAT PSAP No. 02
PSAP No. 02 diterapkan dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang disusun
dan disajikan dengan menggunakan anggaran berbasis kas;
LRA menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya.
DEFINISI LRA
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan keuangan
pemerintah yang menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan
secara tersanding untuk suatu periode tertentu. Menyajikan informasi realisasi pendapatan-
LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode untuk memenuhi kewajiban
pemerintah yang diatur dalam peraturan perundangan (statutory).
STRUKTUR LRA
Pendapatan-LRA
Belanja
Transfer
Surplus/defisit-LRA
Pembiayaan
Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA)
BASIS AKUNTANSI
Pencatatan LRA menggunakan BASIS KAS:
Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum Negara/Kas
Umum Daerah.
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Kas
Umum Daerah.
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada rekening Kas Umum
Negara/Kas Umum Daerah.
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari rekening Kas Umum
Negara/Kas Umum Daerah.
ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:
Pendapatan-LRA
Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang menambah saldo
anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Belanja
Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang mengurangi saldo
anggaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Transfer
Penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas
pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
Surplus/defisit-LRA
Selisih lebih/kurang antara pendapatan LRA dan belanja selama satu periode
pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit LRA.
Penerimaan Pembiayaan
Semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari
penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan
negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga,
penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
Pengeluaran Pembiayaan
Semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian
pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali
pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana
cadangan.
Pembiayaan Neto
Selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan
dalam periode tahun anggaran tertentu.
Sisa Lebih/kurang pembiayaan anggaran (SILPA/SIKPA)
Selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode
pelaporan.
INFORMASI YANG DISAJIKAN DALAM LRA
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi pendapatan menurut jenis pendapatan LRA.
Rincian lebih lanjut jenis pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan;
Entitas pelaporan menyajikan klasifikasi belanja menurut jenis belanja dalam LRA.
Klasifikasi belanja menurut fungsi disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
AKUNTANSI PENDAPATAN LRA
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA
dibukukan sebagai pengurang Pendapatan-LRA pada periode yang sama;
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang Saldo
Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
E. Laporan Arus Kas (PSAP No. 3)
Merupakan laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan. Dalam penyajiannya diklasifikasikan menjadi:
Aktivitas Operasi
Indikator yang menunjukkan kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas
yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya dimasa yang akan datang tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
- Contoh arus kas masuk dari aktivitas operasi:
Penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, penerimaan hibah,
penerimaan bagian laba perusahaan negara/daerah dan investasi lainnya serta
transfer masuk.
- Contoh arus kas keluar dari aktivitas operasi:
Belanja pegawai, barang, bunga, hibah, subsidi, bantuan sosial, belanja tak
terduga/belanja lain-lain dan transfer.
Investasi Aset Non Keuangan
Mencerminkan arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan sumber daya
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah
kepada masyarakat di masa yang akan datang.
- Arus kas masuk antara lain berasal dari penjualan aset tetap dan aset lainnya.
- Arus keluar antara lain berasal dari perolehan aset tetap dan aset lainnya.
Pembiayaan
Mencerminkan arus kas yang berhubungan dengan pendanaan defisit atau penggunaan
surplus anggaran.
- Contoh arus kas masuk:
Penerimaan pinjaman, penerimaan divestasi, penerimaan kembali pinjaman, dan
pencairan dana cadangan.
- Contoh arus kas keluar:
Penyertaan modal pemerintah, pembayaran pokok pinjaman, pemberian pinjamana
jangka panjang dan pembentukan dana cadangan.
Non Anggaran
Mencerminkan penerimaan kas atau pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi
anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah.
F. Laporan Operasional (PSAP No. 12)
Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
Beban dari kegiatan operasional
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada
Pos luar biasa, bila ada
Surplus/defisit-LO
TOPIK BAHASAN-LO
1. Pendahuluan
- PP 71/2010 tentang SAP berbasis Akrual.
- Konsepsi akrual dan peranan Laporan Operasional (LO) dalam perhitungan cost,
penilaian kinerja, estimasi pendapatan dan perubahan ekuitas.
2. Laporan Operasional
- Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
- Beban dari kegiatan operasional
- Surplus/Defisit dari kegiatan operasional
- Kegiatan Non Operasional
- Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
- Surplus/Defisit-LO
3. LO dan Implementasinya
LO disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga
penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
G. Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuiatas ini menyajikan informasi yang berkaitan dengan kejadian yang
menyebabkan perubahan ekuitas selama suatu periode tertentu. Laporan ini diawali dengan
saldo ekuitas awal periode, kemudian diikuti dengan kejadian-kejadian yang menyebabkan
kenaikan atau penurunan ekuitas pemilik yang dilaporkan sehingga mencapai suatu nominal
ekuitas baru pada akhir periode pelaporan.
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
Catatan atas laporan keuangan ini menyajikan keterangan dan penjelasan atas jumlah
nominal yang ada pada laporan keuangan entitas sehingga angka-angka yang tertera dapat
dijelaskan di pertanggunjawabkan. Serta menyajikan informasi mengenai kebijakan
fiskal/keuangan, menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan,
menyajikan informasi mengenai dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-
kebijakan akuntansi apa saja yang dipilih oleh entitas dalam laporan keuangan serta transaksi
dan kejadian penting lainnya, mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh standar
akuntansi pemerintahan yang belum disajikan pada lembar on the face laporan keuangan,
menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian wajar, yang tidak
disajikan pada lembar on the face laporan keuangan.
H. Laporan Konsolidasian
Penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian adalah laporan keuangan dua atau lebih entitas ekonomi
yang disajikan seolah-olah seperti entitas tunggal. Setelah suatu entitas pemerintah
menyusun dan menyajikan laporan keuangannya (unit/satuan kerja), maka dinas tersebut
haruslah membuat laporan keuangan konsolidasian pada tingkat daerah untuk mencerminkan
kondisi dan kinerja keuangan sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena dasar akuntansi yang
digunakan adalah dasar akrual. Kelengkapan yang diperlukan adalah bukti-bukti transaksi,
laporan keuangan dinas dan kertas kerja. Perbedaan utama dalam penyusunan terletak pada
jurnal penututupan di tingkat dinas.
Hubungan Antara Entitas Pengendali (Pemda/Perkab/Pemkot) Dengan Entitas Kendali
(Dinas)
Hubungan antara dinas-dinas dengan Pemda/Pemkab/Pemkot dapat disamakan dengan
hubungan antara investor dengan investee,dimana dinas-dinas sebagai investee sementara
Pemda/Pemkab/Pemkot sebagai investor. Hal ini menyebabkan masing-masing pihak
menyelenggarakan rekening koran dinas (R/K-Dinas) sementara dinas-dinas
menyelenggarakan rekening koran Pemda/Pemkab/Pemkot (R/K- Pemkab/Pemkot).
Baik pemerintah daerah, pemerintah kabupaten, maupun pemerintah kota menyelenggarakan
akuntansi yang tersusun dari hasil konsolidasian dengan dinas-dinas yang ada didalamnya.
Aktivitas penggunaan dana di dinas tersebut menggunakan modal kerja yang berasal dari
pemerintah daerah, kabupaten, kota. Bukti-bukti yang didapat dari aktivitas penggunaan dana
tersebut dikumpulkan dan dicatat oleh pemda, pemkab, pemkot sebagai entitas pengendali.
Dua jenis metode pencatatan yang digunakan adalah:
1) Surplus/defisit entitas kendalian yang tidak dipisahkan
2) Surplus/defisit entitas kendalian dipisahkan
Penyajian Laporan-Laporan Keuangan Konsolidasi
Suatu entitas pengendali yang memiliki entitas kendali secara keseluruhan perlu menyajikan
laporan keuangan konsolidasian. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan informasi mereka yang
dapat terpenuhi dengan laporan keuangan konsolidasian milik entitas pengendali.
Para pemakai laporan keuangan dari entitas pengendali biasanya memperhatikan hal-hal
yang membutuhkan pengetahuan tentang peristiwa mengenai masalah-masalah keuangan dari
entitas ekonomi secara keseluruhan. Kebutuhan ini dapat dilayani oleh laporan keuangan
konsolidasian yang menyajikan informasi keuangan dari entitas ekonomi sebagai entitas
tunggal tanpa mempertimbangkan batasan hukum dari entitas-entitas yang terpisah secara
legal. Akan tetapi di beberapa negara, suatu entitas pengendali juga dibebaskan dari
kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan konsolidasian.
Lingkup Laporan Keuangan Konsolidasian
Suatu entitas pengendali yang menerbitkan laporan keuangan seharusnya mengkosolidasikan
semua entitas kendalian baik di luar maupun dalam negeri. Suatu entitas kendalian
seharusnya dikeluarkan dari konsolidasi jika:
1) Pengendali tersebut diharapkan bersifat sementara karena entitas kendalian didapatkan
dan dimiliki dengan maksud untuk dijual atau dilepaskan dalam waktu dekat.
2) Entitas tersebut beroperasi dibawah batasan eksternal yang ketat sehingga mencegah
entitas pengendali untuk memperoleh manfaat dari aktivitas entitas kendalian.
Salah satu contoh pengendalian sementara adalah kondisi dimana suatu entitas kendalian
diperoleh dengan maksud untuk dilepas/dijual dalam jangka pendek. Pengendalian
sementara juga terjadi jika entitas pengendali ingin menyerahkan pengendalian tersebut
pada entitas lain, misalnya pemerintahan nasional dapat menstranfer partisipasinya dalam
suatu entitas kendalian kepada pemerintah lokal. Untuk pengecualian tersebut, Entitas
pengendalian harus benar-benar berkomitmen terhadap rencana formal untuk
melepaskan/menjual entitas kendalinya.
Prosedur Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggabungkan laporan keuangan entitas
pengendali (Pemda) dengan entitas kendalinya (dinas) berdasarkan line by line dan
menambahkan jumlah ke pos pos sesuai dengan kelompok dan jenis masing-masing laporan
atau sesuai dengan elemen-elemen dalam neraca seperti aktiva, utang, aktiva/ekuitas bersih,
pendapatan, dan biaya.
Laporan keuangan konsolidasian tersebut harus dapat menyajikan informasi keuangan
sebagai entitas tunggal. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut maka langkah-langkah yang
harus diperhatikan adalah:
Mengeliminasi jumlah investasi tercatat dengan porsi aktiva bersih entitas pengendali
pada setiap entitas kendalian.
Menghitung secara akurat partisipasi minoritas dalam surplus atau defisit bersih oleh
kendalian untuk dialokasikan dengan tepat kepada entitas pengendalian.
Mengidentifikasi dan menyajikan partisipasi minoritas tersebut sacara terpisah dari
kewajiban dan aktiva/ekuitas bersih entitas pengendali.
Prosedur penyusunan laporan keuangan konsolidasian adalah:
Membuat jurnal eliminasi
Membuat kertas kerja
Membuat laporan keuangan konsolidasian

Anda mungkin juga menyukai