Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

OSTEOMYELITIS

Disusun Oleh:

Cindy Belinda (030.12.057)

Onny Hernik S (030.12.202)

Andriany Chairunnisa (030.11.026)

Margareth Yosephine (030.11.174)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN UDARA DR.ESNAWAN ANTARIKSA

PERIODE 14 NOVEMBER- 16 DESEMBER 2016


Lembar Pengesahan

Referat dengan judul:

Osteomyelitis

Disusun oleh:

Cindy Belinda (030.12.057)

Onny Hernik S (030.12.202)

Andriany Chairunnisa (030.11.026)

Margareth Yosephine (030.11.174)

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing

Sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik ilmu Radiologi

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Periode 14 November 2016 16 Desember 2016

Jakarta, Desember 2016

Pembimbing

(dr. Partogi, Sp.Rad)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa karena atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan referat kepaniteraan klinik Radiologi. Penulisan
referat ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat tugas
kepaniteraan klinik di bagian Radiologi di Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti. Kami berharap bahwa penyusunan referat ini
dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan masyarakat sebagai
salah satu bentuk pengabdian masyarakat.
Dalam usaha penyelesaian tugas referat ini, kami banyak
memperoleh bimbingan dan dorongan dari banyak pihak,dalam
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada para dokter Radiologi di Rumah Sakit
TNI Angkatan Udara, dan dokter staff pengajar di fakultas
kedokteran Universitas Trisakti yang telah membantu dan
membimbing dalam menyelesaikan referat ini. Dan semua
teman-teman Kepaniteraan Radiologi di Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam


penyusunan referat ini, oleh karena itu dengan kami menerima
semua saran dan kritikan yang membangun guna
penyempurnaan tugas referat ini.

Jakarta, Desember
2016
Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................


2

KATA PENGANTAR ....................................................................................


3

DAFTAR ISI ...............................................................................................


4

BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................


5

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................


6

BAB III: PENUTUP .....................................................................................


33

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


34
BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomyelitis, dan dapat timbul


akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik
maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Pada anak-anak infeksi
tulang seringkali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain
seperti infeksi faring (faringitis), telinga (otitis media) dan kulit (impetigo).
Bakterinya (Staphylococcus aureus, Streptococcus, Haemophylus influenzae)
berpindah melalui aliran darah menuju metafisis tulang didekat lempeng
pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid.

Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat


peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali
mendiagnosis osteomyelitis ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak,
sehingga pengobatan dengan antibiotika dapat dimulai, dan perawatan
pembedahan yang sesuai dapat dilakukan dengan pencegahan penyebaran infeksi
yang masih terlokalisasi dan untuk mencegah jangan sampai seluruh tulang
mengalami kerusakan yang dapat menimbulkan kelumpuhan. Diagnosis yang
salah pada anak-anak yang menderita osteomyelitis dapat mengakibatkan
keterlambatan dalam memberikan pengobatan yang memadai.

Pada orang dewasa, osteomyelitis juga dapat awali oleh bakteri dalam
aliran darah, namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau operasi.
Osteomyeelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak ditangani
dengan baik. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, osteomyelitis sangan
resisten terhadap pengobatan dengan antibiotika. Infeksi tulang sangat sulit untuk
ditangani, bahkan tindakan drainase dan debridement, serta pemberian antibiotika
yang tepat masih tidak cukup untuk menghilangkan penyakit.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang biasanya menyerang


metafisis tulang panjang dan banyak terdapat pada anak-anak. Bakteri mencapai
tulang dapat secara langsung (perkontinuitatum) atau dari aliran darah
(hematogen). Streptococcus dan staphylococcus aureus terutama menyerang anak
dan dewasa. Pada saat ini, yang menjadi problem adalah infeksi yang berasal dari
prostesis sendi. Secara klinis dapat dibagi atas osteomyelitis akut, serta
osteomyelitis subakut dan kronik. Osteomyelitis akut biasanya menyerang anak-
anak sampai usia pubertas.

Sumber: buku ilmu penyakit dalam

Klasifikasi

Pada keseluruhan insiden terbanyak pada negara berkembang.


Osteomyelitis pada anak-anak sering bersifat akut dan menyebar secara
hematogen, sedangkan osteomielitis pada orang dewasa merupakan infeksi
subakut atau kronik yang berkembang secara sekunder dari fraktur terbuka dan
meliputi jaringan lunak. Sedangkan osteomyelitis vertebra lebih sering menyerang
dewasa berusia 45 tahun keatas.

Kejadian pada anak laki-laki lebih sering dibandingkan dengan anak


perempuan dengan perbandingan 4:1. Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang
panjang, misalnya femur, tibia, humerus, radius, ulna dan fibula. Namun tibia
menjadi lokasi tersering untuk osteomielitis post trauma karena pada tibia hanya
terdapat sedikit pembuluh darah.

Faktor-faktor pasien seperti perubahan pertahanan netrofil, imunitas


humoral, dan imunitas selular dapat meningkatkan resiko osteomielitis. 6

Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates


adalah sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan
anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma
pada kaki sekitar 16% (30-40% pada pasien dengan DM). insidensi osteomielitis
vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk. Osteomielitis hematogen
akut banyak ditemukan pada anak-anak, anak laki-laki lebih sering terkena
dibanding perempuan (3:1). Tulang yang sering terkena adalah tulang panjang dan
tersering adalah femur, tibia, humerus, radius, ulna, fibula. Pada dewasa infeksi
hematogen biasanya paling banyak pada tulang vertebra dibandingkan tulang
panjang.

Orang dewasa terkena karena menurunnya pertahanan tubuh karena


kelemahan, penyakit ataupun obat-obatan. Diabetes juga berhubungan dengan
osteomielitis, imunosupresi sementara baik yang didapat ataupun di induksi
meningkatkan faktor predisposisi, trauma menentukan tempat infeksi,
kemungkinan disebabkan oleh hematom kecil atau terkumpulnya cairan di tulang.
Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran infeksi lokal ke
jaringan lunak yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi kronis, dengan
rasa nyeri dan kecacatan; amputasi ekstremitas yang terlibat; infeksi umum; atau
sepsis. Sebanyak10-15% pasien dengan osteomielitis vertebral mengembangkan
temuan neurologis atau kompresi corda spinalis. Sebanyak 30% dari pasien anak
dengan osteomielitis tulang panjang dapat berkembang menjadi trombosis vena
dalam (DVT). Perkembangan DVT juga dapat menjadi penanda adanya
penyebarluasan infeksi.

Siregar P. Osteomielitis. Dalam Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian


Bedah Staff Pengajar FK UI. Binarupa Aksara. Jakarta. 1995. Hal 472
74

Faktor Risiko

Osteomyelitis biasanya tidak membedakan ras atau jenis kelamin. Tetapi


beberapa orang memiliki resiko lebih untuk terkena penyakit ini, resiko tersebut
adalah :

Diabetes mellitus
Pasien yang mendapat hemodialisis
Orang yang daya tahan tubuhnya lemah/buruk
Sickel cell disease
Penyalahguna obat obatan IV
Orang tua.
Alkoholisme
Penggunaan steroid jangka panjang
Penyakit sendi kronik
Trauma (pembedahan ortopedi atau fraktur terbuka)
Pemakaian prosthetic ortopedi
Rasjad C., Infeksi dan Inflamasi. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
Edisi 3. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal 132- 41.

Etiologi
Organisme spesifik yang diisolasi dari osteomyelitis seringkali
dihubungkan dengan usia pasien atau keadaan-keadaan tertentu yang
menyertainya (trauma atau riwayat operasi). Staphylococcus aureus terlibat pada
kebanyakan pasien dengan osteomielitis hematogenous akut dan bertangguang
jawab atas 90% kasus pada anak-anak yang sehat. Penyebab osteomielitis pada
anak-anak ialah Staphylococcus aureus (89-90%), Streptococcus (4-7%),
Haemophillus influenza (2-4%), Salmonella typhi dan Escherichia coli (1-2%).
Bakteri penyebab osteomielitis kronik terutama Staphylococcus aureus (75%),
atau Escherichia coli, Proteus atau Pseudomonas aeruginosa. Staphylococcus
epidermidis merupakan penyebab utama osteomielitis kronik pada operasi-operasi
ortopedi yang menggunakan implan.

Selain disebabkan bakteri piogenik, osteomielitis juga dapat disebabkan


oleh infeksi bakteri granulomatosa seperti tuberkulosis dan siphilis melalui proses
spesifik, oleh jamur seperti aktinomikosis yang pada awalnya seringkali bersifat
kronik. Selain itu juga dapat disebabkan oleh virus.

Rasad S., Kartoleksono S, Ekayuda I. Infeksi Tulang dan Sendi. Radiologi


Diagnostik. Bagian Radilogi FKUI. Jakarta. 1995. Hal: 62-72.

Organism Comments

Staphylococcus aureus Organism most often isolated in all


types of osteomyelitis

Coagulase-negative staphylococci Foreign-bodyassociated infection


or Propionibacterium species

Enterobacteriaceae species or Common in nosocomial infections


Pseudomonas aeruginosa

Streptococci or anaerobic bacteria Associated with bites, fist injuries


caused by contact with another person's
mouth, diabetic foot lesions, decubitus
ulcers

Sickle cell disease


Salmonella species or Streptococcus
pneumoniae

Bartonella henselae Human immunodeficiency virus


infection

Pasteurella multocida or Eikenella Human or animal bites


corrodens

Aspergillus species, Mycobacterium Immunocompromised patients


avium-intracellulare or Candida
albicans

Mycobacterium tuberculosis Populations in which tuberculosis is


prevalent

Brucella species, Coxiella burnetii Population in which these pathogens are


(cause of chronic Q fever) or other endemic
fungi found in specific geographic
areas

Organisms Commonly Isolated in Osteomyelitis Based on Patient Age

Infants (<1 year)


Group B streptococci
Staphylococcus aureus
Escherichia coli

Children (1 to 16 years)
S. aureus
Streptococcus pyogenes
Haemophilus influenzae

Adults (>16 years)


Staphylococcus epidermidis
S. aureus
Pseudomonas aeruginosa
Serratia marcescens
E. coli

Adapted with permission from Dirschl DR, Almekinders LC. Osteomyelitis.


Common causes and treatment recommendations. Drugs 1993;45:29-43.

Klasifikasi Osteomyelitis
Osteomyelitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
klinis, yaitu Osteomyelitis akut, sub akut, dan kronis. Hal tersebut tergantung dari
intensitas proses infeksi dan gejala yang terkait.

Osteomyelitis Hematogen Akut


Osteomyelitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum
tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikro organisme
berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan
ini sering ditemukan pada anak anak dan sangat jarang pada orang dewasa.
Diagnosis yang dini sangat penting oleh karena prognosis tergantung dari
pengobatan yang tepat dan segera
Osteomyelitis Hematogen Subakut
Osteomyelitis hematogen subakut biasanya disebabkan oleh
Stafilokokus aureus dan umumnya berlokasi dibagian distal femur dan
proksimal tibia. Gejala Osteomyelitis hematogen subakut lebih ringan oleh
karena organisme penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten.
Osteomyelitis Kronis
Osteomyelitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari Osteomyelitis
akut yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomyelitis
kronis juga dapat terjadi setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi
pada tulang. Bakteri penyebab Osteomyelitis kronis terutama oleh
stafilokokus aureus ( 75 %), atau E.colli, Proteus atau Pseudomonas.

2.6 Penegakan Diagnosa


Gejala hematogenous osteomyelitis biasanya berajalan lambat namun
progresif. Direct Osteomyelitis umumnya lebih terlokalisasi dan jelas. Gejala
umum pada osteomyelitis adalah:
- Demam tinggi
- Kelelahan dan Malaise
- Terbatasnya gerakan dan edema lokal yang disertai dengan erytem.

2.6.1 Anamnesa
Osteomyelitis Hematogen Akut
Osteomyelitis hematogen akut berkembang secara progresif atau cepat.
Pada keadaan ini mungkin dapat ditemukan adanya infeksi bakterial pada kulit
dan saluran napas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada
daerah infeksi, nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang
bersangkutan. Gejala gejala umum timbul akibat bakterimia dan septikemia
berupa panas tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang.

Osteomyelitis Hematogen Subakut


Osteomyelitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak
anak dan remaja. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah atrofi otot,
nyeri lokal, sedikit pembengkakan dan dapat pula penderita menjadi pincang.
Terdapat rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa minggu atau
mungkin berbulan bulan. Suhu tubuh biasanya normal.

Radiologi
Osteomyelitis Kronis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari
luka/sinus setelah operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang kadang
disertai demam dan nyeri lokal yang hilang timbul didaerah anggota gerak
tertentu.

Osteomyelitis Hematogen Akut


Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak
ditemukan kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan
pembengkakan jaringan lunak.
Gambar 2. Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran sklerotik di diametafisis tibia

Gambar 3. Proyeksi AP tibia terlihat gambaran sklerotik di lateral diametafisis tibia.

Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari


berupa refraksi tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan
pembentukan tulang baru dibawah periosteum yang terangkat.
Gambar 4. Tampak destruksi tulang tibia dengan pembentukan tulang subperiosteal.

Gambar 5. Ultrasound image of the left hip shows a large joint effusion

Osteomyelitis Hematogen Subakut


Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2
cm terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang
kadang pada daerah diafisis tulang panjang.

Gambar 6. radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada Osteomyelitis sub
akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh daerah sclerosis.

Osteomyelitis Kronis
Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda tanda porosis
dan sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin
adanya sekuestrum.
Gambar 7. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan sclerosis extensive
dibagian distal metafisis pada radius

Gambar 8. Osteomyelitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan. Ditandai dengan
adanya gambaran sekuestrum (panah).

Pada pemeriksaan CT dan MRI bermanfaat untuk membuat


rencana pengobatan serta melihat sejauh mana kerusakan tulang terjadi.
Gambar 9. CT image pada Osteomyelitis kronik. (A) In this tibia, chronic
osteomyelitis is associated with a radiodense sharply marginatedfocus within a lucent
cavity (arrow). (B) Coronal reformatted image.(C & D) Transaxialimages. CT scanning
can be used to identify sequestered bone as in these tibiae

Osteomyelitis pada Tulang Lain


a. Tengkorak
Biasanya Osteomyelitis pada tulang tengkorak terjadi
sebagai akibat perluasan infeksi di kulit kepala atau sinusitis
frontalis. Proses destruksi bisa setempat atau difus. Reaksi
periosteal biasanya tidak ada atau sedikit sekali. Dibawah ini
adalah gambaran CT-SCAN kepala pada pasien dengan
Osteomyelitis Tuberkulosis.
Gambar 10. CT-SCAN kepala pada pasien dengan Osteomyelitis Tuberkulosis.

b. Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau
ekstraksi gigi. Namun, infeksi Osteomyelitis juga dapat
menyebabkan fraktur pada mulut. Infeksi terjadi melalui kanal
pulpa merupakan yang paling sering dan diikuti hygiene oral yang
buruk dan kerusakan gigi.

Gambar 11. Osteomyelitis pada mandibula.


c. Pelvis
Osteomyelitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada
bagian sayap tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka.
Sendi sakroiliaka jarang terjadi. Pada foto terlihat gambaran
destruksi tulang yang luas, bentuk tak teratur, biasanya dengan
sekuester yang multipel. Sering terlihat sklerosis pada tepi lesi.
Secara klinis sering disertai abses dan fistula. Bedanya dengan
tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat, dan pada
tuberkulosis abses sering mengalami kalsifikasi. Dalam diagnosis
diferensial perlu dipikirkan kemungkinan keganasan.
Gambar 12. Osteomyelitis pada pelvis

.
Osteomyelitis Pada Tulang Belakang
Vertebra adalah tempat yang paling umum pada orang dewasa
terjadi Osteomyelitis secara hematogen. Organisme mencapai badan
vertebra yang memiliki perfusi yang baik melalui arteri tulang belakang
dan menyebar dengan cepat dari ujung pelat ke ruang diskus dan kemudian
ke badan vertebra. Sumber bakteremia termasuk dari saluran kemih
(terutama di kalangan pria di atas usia 50), abses gigi, infeksi jaringan
lunak, dan suntikan IV yang terkontaminasi, tapi sumber bakteremia
tersebut tidak tampak pada lebih dari setengah pasien.
Banyak pasien memiliki riwayat penyakit sendi degeneratif yang
melibatkan tulang belakang, dan beberapa melaporkan terjadinya trauma
yang mendahului onset dari infeksi. Luka tembus dan prosedur bedah yang
melibatkan tulang belakang dapat menyebabkan Osteomyelitis vertebral
nonhematogeno atau infeksi lokal pada diskus vertebra.
Gambar 13. Osteomyelitis
pada Vertebra.

Osteomyelitis pada vertebrae jarang terjadi, hanya 10% dari


seluruh infeksi tulang (Epstein, 1976), dan dapat muncul pada seluruh
usia. Kuman penyebab terbanyak ialah Staphylococcus aureus dan
Eschericia coli. Pasien yang menderita penyakit ini sering memiliki
riwayat infeksi kulit atau pelvis.

Radiologi Diagnostik, sjahriar rasad, dkk, Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia, Jakarta, 2001.

Pemeriksaan Penunjang

Penatalaksanaan
BAB III

PENUTUP

Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya


disebabkan oleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai
semua usia tetapi umumnya mengenai anak-anak dan orang tua. Oteomielitis
umumnya disebabkan oleh bakteri, diantaranya dari species staphylococcus dan
stertococcus. Selain bakteri, jamur dan virus juga dapat menginfeksi langsung
melalui fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur bagian distal, humerus , radius
dan ulna bagian proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan mandibula
merupakan tulang yang paling beresiko untuk terkena osteomielitis karena
merupakan tulang yang banyak vaskularisasinya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu :


osteomielitis akut, sub akut dan kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas
tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan
nyeri. Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan
lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau
hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang
terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk
dari tulang menuju kulit.

Oteomielitis didiagnosis banding dengan osteosarkoma dan Ewing


sarkoma sebab memiliki gambaran radiologik yang mirip. Gambaran radiologik
osteomielitis baru terlihat setelah 10-14 hari setelah infeksi, yang akan
memperlihatkan reaksi periosteal, sklerosis, sekwestrum dan involikrum.

Osteomielitis dapat diobati dengan terapi antibiotik selama 2-4 minggu


atau dengan debridement. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama
perjalanan penyakitnya, untuk yang akut prognosisnya umumnya baik, tetapi yang
kronis umumnya buruk.

Anda mungkin juga menyukai