PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
saat musim hujan menjelang musim kemarau selalu datang penyakit antraknosa
yang menyerang cabai. Penyakit tersebut menyerang bagian buah cabai sehingga
nampak seperti terbakar dan gosong. Walaupun petani sudah membeli benih yang
bermutu dan memperlakukannya dengan baik namun untuk mencegah penyakit ini
belum menemukan cara yang efektif. Akibatnya, produksi cabai menurun dan
tanaman cabai ini merupakan penyakit yang menjadi salah satu kendala utama
gloeosporiodes Penz. Jamur patogen ini menjangkiti bagian yang berbeda dari
perkembangan tanaman, tahap yang paling diperhatikan dari infeksi ini dalam
variasi buah setelah panen dan ini bagian yang penting pada hasil buah di daerah
1
2
yang tidak memberikan efek berbahaya bagi manusia maupun lingkungan. Dalam
hal ini, senyawa yang dihasilkan oleh tanaman merupakan hal yang menarik
sebagai sumber yang aman dan berpotensi untuk fungisida bahan nabati
lingkungan, manusia, dan hewan karena tidak menyisakan residu bahan kimia
yang berbahaya di dalam tanah dan sangat baik untuk pertanian organik
(Purwantisari, 2008). Saat ini, penduduk dunia mulai menaruh perhatian pada
persen rumah tangga membeli produk organik secara teratur (Pikiran Rakyat,
antara lain alkaloid, terpenoid, steroid, asetogenin, fenil propan, dan tanin yang
bersifat toksik pada dosis tinggi (Lenny, 2006:1). Salah satu tanaman yang
kurkuminoid dan minyak atsiri yang merupakan bagian penting dalam aktivitas
biologi seperti anti inflamasi, anti oksidan, anti mikroba, dan anti fungi (Cikrikci
Penelitian tentang anti oksidan dan aktivitas anti mikroba sabun larutan
murni rimpang kunyit pada pasien HIV (Ungphaiboon et al., 2005:575). Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa aktivitas anti mikroba sabun larutan murni
ekstrak rimpang kunyit 0,5% w/v dapat menghambat secara signifikan (p<0,05)
neoformans. Selain itu, stabilitas ekstrak rimpang kunyit sebagai anti mikroba
suhu 45oC dan suhu ambient. Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa
ekstrak rimpang kunyit dapat dijadikan anti mikroba dan anti fungi dengan batas
Sifat bahan nabati pada umumnya mudah terurai di alam (Thamrin et al.,
2008:35) menyebabkan anti fungi ekstrak rimpang kunyit tidak stabil. Karena itu,
masih memiliki aktivitas sebagai anti fungi setelah disimpan dalam lama dan suhu
4
rimpang kunyit terlebih dahulu disimpan pada lama dan suhu penyimpanan yang
telah ditentukan yaitu selama 0, 7, 14, 21, 28 dan 35 hari dan suhu kamar (242C)
B. Rumusan Masalah
gloeosporioides Penz.?
5
C. Batasan Masalah
1. Lama penyimpanan ekstrak yang digunakan 0, 7, 14, 21, 28 dan 35 hari yang
disimpan pada suhu kamar (242C) dan suhu dingin (102 oC).
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan atau bahan
cabai merah dalam lamanya penyimpanan ekstrak rimpang kunyit pada suhu yang
efektif.
E. Asumsi
neoformans menurun secara signifikan selama empat bulan pada suhu 45 oC dan
F. Hipotesis
Terdapat pengaruh lama dan suhu penyimpanan ekstrak rimpang kunyit (C.