Anda di halaman 1dari 15

1.

Standarisasi dan peraturan


1.1. Standarisasi

Tujuan standarisasi ialah mencapai keseragaman, antara lain mengenai:

a. ukuran, bentuk dan mutu barang;


b. cara menggambar dan cara kerja.

Dengan makin rumitnya konstruksi dan makin meningkatnya jumlah dan jenis
barang yang dihasilkan, standarisasi menjadi suatu keharusan.
Standarisasi membatasi jumlah jenis bahan dan barang, sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya kesalahan.
Standarisasi juga mengurangi pekerjaan tangan maupun pekerjaan otak. Dengan
tercapainya standarisasi, mesin-mesin dan alat-alat dapat dipergunakan secara lebih baik
dan lebih efisien, sehingga dapat menurunkan harga pokok dan meningkatkan mutu.

Dua organisasi internasional yang bergerak di bidang standarisasi ialah:

-"International Electrotechnical Commission" (IEC) untuk bidang teknik listrik, dan


-"International Organization for Standardization" (ISO) untuk bidang-bidang lainnya.

Sekretariat kedua organisasi ini berada di Geneva, dan mereka bekerja sama dengan erat.

Organisasi-organisasi tersebut menerbitkan publikasi-publikasi yang disebut


standar atau norma. Untuk teknik listrik dikenal norma-norma IEC. Norma-norma ini
ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Perancis dan bahasa Inggris.
IEC juga menerbitkan publikasi-publikasi bersama dengan CEE (International
Commission on Rules for the Approval of Electrical Equipment). CEE ini suatu panitia
internasional untuk segi-segi keamanan peralatan listrik.

Perbedaan antara norma-norma nasional menghambat perdagangan internasional.


Untuk memecahkan persoalan ini di bidang teknik listrik, Masyarakat Ekonomi Eropa
(MEE) telah membentuk suatu panitia yang disebut CENELCOM (Comite Europeen des
Normes Electriques des Etats Membres de la Communaute' Economique Europeenne).

Di Indonesia hingga saat ini belum terbentuk suatu badan Standarisasi Nasional.
Namun demikian Indonesia telah menjadi anggota IEC maupun ISO.

Kegiatan standarisasi di Indonesia dilakukan oleh beberapa departemen


untuk bidangnya masing-masing. Untuk bidang teknik listrik arus kuat usaha standarisasi
diprakarsai oleh Lembaga ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perusahaan Umum
ListrikNegara (PLN) dan beberapa instansi lain.

Di Negeri Belanda standarisasi di bidang teknik listrik dan elektronika dikerjakan oleh yayasan
"Nederiands Electrotechnisch Comite" (NEC), yang menjadi anggota IEC maupun
CENELCOM.
Standarisasi bidang-bidang lainnya dikerjakan oleh yayasan "Nederlands
Normalisatie Instituut" (NN 0, yang menjadi anggota ISO.
Kedua yayasan tersebut bekerja sama dengan erat dan berkantor di satu gedung.
Semua norms dicetak dan diterbitkan oleh NNI. Norma-norma ini diberi kode NEN dengan
nomor urut, misainya NEN 1010.

1.2. Peraturan
Pemasangan instalasi listrik terikat pada peraturan-peraturan. Tujuan
peraturanperaturan ini ialah:

a. pengamanan manusia dan barang;


b. penyediaan tenaga listrik yang aman dan efisien.

Dapat diperkirakan bahwa kebanyakan orang tidak ahli di bidang listrik. Supaya listrik
dapat digunakan dengan seaman mungkin, maka syarat-syarat yang ditentukan, d_atam
peraturan sangat ketat.
Peraturlan instalasi listrik terdapat dalam buku Peraturan Umum Instalasi Listrik t977,
disingkat PUIL 1977. Buku peraturan ini diterbitkan oleh Panitia Revisi PUIL, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
PUIL 1977 merupakan pembaharuan dari Peraturan Umum anstalasi Listrik yang
lama, yaitu PUIL NI 6. Sedangkan PUIL NI 6 ini adalah terjemahan dari "Algemeene
Voorschriften voor Electrische Sterkstroom Installaties in Nederlandsch Indi'e "atau AVE
Norm 2004, terbitan tahun 1937.
Dengan surat keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi clan Koperasi nomor
Per-04/Men/1978 tertanggal 10 Maret 1978, PUIL 1977 dinyatakan berlaku di tempat
kerja. Kemudian dengan surat keputusan Menteri Pekerjaan Umum clan Tenaga Listrik
Nomor 71A/KPTS/1978 tertanggal 18 Maret 1978, PUIL 1977 dinyatakan berlaku dalarri
lingkungan Peru'sahaan Umum Listrik Negara.
Dengan berlakunya PUIL 1977, maka PUIL NI 6 tidak berlaku lagi. Demikian
pula dengan peraturan atau ketentuan lain di bidang instalasi listrik, kecuali yang tidak
bertentangan dengan PUIL 1977.
PUIL 1977 berlaku untuk semua instalasi listrik arus kuat (ayat 102 A1), kecuali
instalasi-instalasi atau bagian-bagian iristalasi yang disebut dalam ayat 102 A2.
Instalasi yang telah ada sebelum PUI L 1977 berlaku, dapat terus dipetrgunakan,
tetapi sedapat mungkin harus disesuaikan dengan PUIL 1977 dalam waktu . yang
sesingkat-singkatnya (ayat 106 Al).
Semua instalasi baru, clan semua perubahan, pembaharuan atau perluasan
instalasi, harus memenuhi PUI L 1977 (ayat 106 A2-A3).
Di samping PUIL 1977, haru's juga diperhatikan peraturan-peraturan lain yang
ada hubungannya dengan instalasi listrik, yaitu (ayat 103 Al):

a. Undang-undang dan peraturan mengenai keselamatan. kerja yang ditetapkan


dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970; b. Peraturan Bangunan
Nasional;
c.Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 tahun 1972 tentang
Perusahaan Umum Listrik Negara;
d.Peraturan-peraturan lain mengenai kelistrikan yang berlaku clan tidak
bertentangan dengan PUIL 1977.

Peralatan listrik hanya boleh dipergunakan untuk instalasi, apabila:


a. memenuhi ketentuan-ketentuan PUIL 1977;
b. telah, mendapat pengesahan atau izin dari instansi yang berwenang (ayat 202
A2).

Sebelum dipergunakan, semua instalasi yang selesai dipasang harus diperiksa clan
diuji lebih dahulu sesuai dengan ketentuan-ketentuan PUIL 1977 (ayat 202-131).
Menurut ayat 110 T16, tegangan dibagi sebagai berikut:
a.tegangan rendah : tegangan sampai setinggi-tingginya 1000 V;
b.tegangan menengah : tegangan di atas 1000 V sampai setinggi-tingginya 20.000
V;
C.tegangan tinggi : tegangan di atas 20.000 V.

Jilid ini membahas instalasi-instalasi arus kuat tegangan rendah, kecuali yang
disebut dalam ayat 102 A2.

Di negeri Belanda peraturan untuk instalasi listrik tegangan rendah terdapat dalam buku
"Veiligheidsvoorschriften voor laagspannings-installaties" NEN 1010. Buku
"Werkvoorschriften" NEN 3140 mengatur cara-cara melaksanakan pekerjaan dangen aman pada
instal asi-instal asi listrik tegangan rendah.
Yang dimaksud dengan tegangan rendah di negeri Belanda ialah tegengan sampai setinggi-
tingginya 500 V. Tegangan di atas 500 V disebut ".tegangan tinggi" 1hOpa spanning).

1.3. Pengujian peralatan listrik

Menurut ayat 202 A2 semua peralatan listrik yang akan dipergunakan untuk
instalasi, harus memenuhi ketentuan-ketentuan PUIL 1977.
Di Indonesia peralatan listrik diuji oleh suatu lembaga dari Perusahaan Umum
Listrik Negara, yaitu PusaiPenyelidikan Masalah Kelistrikan, disingkat LMK.
Peralatan listrik yang mutunya diawasi oleh LMK dan telah disetujui, diizinkan
untuk memakai tanda persetujuan LMK -(gambar 1.1). Pada kabel yang berselubung
bahan termoplastik, misalnya berselubung PVC, tanda persetujuan ini dibuat timbul dan
diletakkan pada selubung luar kabel. Cara ini sulit dilaksanakan untuk kabel-kabel ukuran
kecil, misalnya NYA ukuran kecil. Untuk kabel-kabel demikian digunakan kartu sebagai
tanda persetujuan LMK (gambar 1.2)
Hingga saat ini baru kabel-kabel listrik produksi dalam negeri saja yang
mutunya telah diawasi oleh LMK, sehingga dapat menggunakan tanda persetujuan LMK
tersebut.
Di negeri Belanda peralatan listrik diuji oleh "N.V. tot Keuring van
Electrotechnische Materialen te Arnhem", disingkat KEMA. Badan ini suatu badan
swasta yang didirikan oleh persatuan direktur-direktur perusahaan listrik di negeri
Belanda (VDEN).
Barang-barang yang memenuhi persyaratan terberat diberi tanda persetujuan
"KEMA KEUR" (gambar 1.3).
1.4. Lambang-lambang
Selain menguasai peraturan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan
instalasi, seorang ahli listrik harus juga mahir'membaca gambar instalasi. Denah ruangan
yang akan dilengkapi dengan instalasi, pada umumnya digambar dengan skala 1:100 atau
1:50. Pada denah ini digambar instalasi yang akan dipasang, dengan menggunakan
lambang-lambang yang berlaku.
Gambar-gambar 1.4a sampai dengan 1.4e memperlihatkan lambang-lambar.g
yang penting untuk instalasi listrik arus kuat. Ukuran-ukuran yang diberikan dalam
beberapa gambar tersebut dimaksudkan sebagai petunjuk untuk pembuatan gambar
insialasi.
Ukuran gambar ikut menentukan ukuran lambang yang sebaiknya digunakan.
Akan tetapi supaya hasilnya rapi, perbandingan antara ukuran masing-masing lambang
harus seragam. Jumlah lambang sebaiknya dibatasi'sedapat mungkin; hanya yang perlu
saja digambar. Bentuk lambang yang digunakan sedapat mungkin ben tuk yang paling
sederhana.
Lambang-lambang dapat juga digambar dalam bentuk gambar cerminnya atau
dalam kedudukan apa pun, asal tidak menimbulkan keragu-raguan.
Di dalam atau di samping lambang dapat ditambahkan penjelasan-penjelasan
khusus bila diperlukan.
Apabila ada alat yang lambangnya belum dibakukan, maka dipilih suatu
lambang dan artinya dijelaskan dalam gambar.
Lambang-lambang yang penting dapat digambar lebih tebal atau lebih besar
sehingga lebih menonjol.
Catatan
Lambang-lambang yang digunakan dalam buku ini berdasarkan NENI 5152.
Dibandingkan dengan lambang-lambang yang tercantum dalam PUIL 1977, terdapat
beberapa perbedaan kecil, misalnya lambang untuk hantaran netral berisolasi.
Lambang-lambang yang terdapat dalarn PUIL 1977 dimuat seluruhnya dalam
apendiks 1 sampai dengan apendiks 3 dari buku ini. Apendiks-apendiks ini disusun
berdasarkan IEC 117. Ada beberapa lambang yang tercantum dalam apendiks-apendiks
tersebut, tetapi tidak terdapat dalam gambar 1.4a sampai dengan gambar 1.4e, dan
sebaliknya.
Untuk gambar-gambar yang harus dibuat tentu saja harus digunakan lambang-
lambang yang tercantum dalam PUIL 1977.
Saat ini Komisi Bidang Listrik dari Proyek Pengembangan Sistem Standarisasi
Nasional yang dikerjakan oleh LIPI, sedang membakukan

lambang-lambang grafis listrik. Sebagai pedoman akan digunakan


publikasipublikasi I EC, CCI R (Comitd Consultative International des Radio
Communi,ation) clan CCITT (Comite Consultative International Telegraphique
et Telephonique).
1.5. Jenis-jenis gambar

1.5.1. Pengantar
Gambar elektroteknik memberi keterangan tentang pelaksanaan instalasi listrik
clan pembuatan peralatan listrik.
Gambar-gambar dapat dibagi berdasarkan:
a. tujuannya, dan
b. cara menggambarnya.

Nama yang diberikan pada gambar umumnya menyatakan tujuan gambar itu,
kadang-kadang juga cara menggambarnya.
Berturut-turut di bawah ini akan dibahas jenis-jenis gambar yang paling sering
digunakan dalam teknik arus kuat.
Sebuah gambar bagan atau diagram menjelaskan dengan bantuan
lambanglambang, bagaimana cara menghubungkan bagian-bagian instalasi, tanpa meng
hiraukan perbandingan ukuran-ukuran ruangnya.

Pembagian menurut a dan b tersebut di atas dapat dibagi lagi sebagai berikut:
a. Pembagian menurut tujuan
1.diagram-diagram yang bersifat menjelaskan: diagram daaar
diagram lingkaran arus diagram instalasi
2. diagram-diagram pelaksanaan:
- diagram pengawatan
- diagram saluran
3. gambar instalasi
4. gambar situasi.
b. Pembagian rnenurut cara menggambar
1. cara menggambar dengan garis ganda
2. cara menggambar dengan garis tunggal.

Kemudian masih dapat dibedakan menggambar secara terperinci dan secara


disederhanakan.
Gambar-gambar harus jelas dan mudah dibaca; hanya yang perlu saja harus
digambar.
1.5.2. Diagram dasar
Diagram dasar dimaksudkan untuk menjelaskan cara kerja suatu instalasi secara
elementer.
Gambar 1.5 memperlihatkan diagram dasar suatu perlengkapan hubung-bagi
(PHB), digambar dengan cara disederhanakan, dan gambar 1.6 memperlihatkan diagram
yang sama digambar secara terperinci. Gambar 1.7 memperlihatkan bentuknya.

1.5.3. Diagram lingkaran arus


Diagram lingkaran arus dimaksudkan untuk menjelaskan cara kerja suatu
rangkaian secara lerperinci. Diagram ini digunakan untuk merencanakan rangkaian-
rangkaian yang rumit dan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan yang terjadi padanya.
Tanpa diagram ini sering kali tidak mungkin untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang cara kerja suatu rangkaian.
Gambar 1.8 memperlihatkan diagram lingkaran arus suatu rangkaian kutubsatu.
Dalam diagram lingkaran arus, sakelar-sakelar selalu digambar sedemikian hingga
bergerak dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas (gambar-gambar 1.9 dan 1.10).
1.5.4. Diagram pengawatan
Diagram pengawatan memperlihatkan cara pelaksanaan pengawatan dalam
suatu alat listrik.
Gambar 1.18 memperlihatkan diagram pengawatan suatu kotak bagi.

1.5.5. Diagram saluran


Diagram saluran memperlihatkan hubungan antara bagian-bagian suatu
instalasi.
Gambar 1.11 memperlihatkan suatu diagram saluran topografis. Dalam diagram
saluran topografis, saluran-salurannya sedapat mungkin digambar sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
Gambar 1.12 memperlihatkan diagram saluran yang sama dalam bentuk yang
lebih sederhana.

1.5.6.Gambar instalasi dan diagram instalasi


Dari keterangan-keterangan yang tercantum dalam gambar instalasi harus dapat
diambil kesimpulan, apakah instalasi itu dapat membahayakan orang atau tidak, clan
apakah ia dapat menimbul kan bahaya kebakaran atau gangguan bagi konsumen lain atau
tidak.
Gambar 1.13 memperlihatkan gambar instalasi untuk suatu ruangan. Saluran
salurannya tidak digambar. Dalam praktek gambar ini juga digunakan sebagai gambar
pelaksanaan. Mereka yang bertugas memasang instalasinya, menentukan sendiri letak
saluran-salurannya di tempat pekerjaan.
Dalam praktek tidak selalu mungkin untuk memberi nama yang tepat bagi suatu
gambar. Beberapa gambar sering digabungkan dalam satu gambar.

Untuk instalasi-instalasi yang agak besar, saluran-salurannya harus digambar,


karena panjang salurannya harus diukur untuk dapat menyusun perkiraan biayanya. Akan
tetapi perlu diinpat bahwa pelaksanaannya tidak akan selalu sesuai dengan gambar.
Gambar instalasi sering dilengkapi dengan diagram instalasi. Gambar 3.17
memperlihatkan suatu diagram instalasi sederhana. Dari keterangan-keterangan yang
tercantum dalam diagram instalasi, dapat ditentukan apakah instalasinya sesuai dengan
peraturan atau tidak.

1.5.7.Gambar situasi
Gambar situasi harus rnenunjukkan dengan jelas letak gedung atau tempat, di
mana instalasinya akan dipasang, serta rencana penyambungannya dengan jaringan PLN.
Keterangan-ketenangan ini diperlukan PLN (atau perusahaan listrik lain) untuk dapat
menentukan keinungkinan penyambungannya clan biayanya.
1.5.8.Diagram garis ganda dan diagram garis tunggal
Pada cara menggambar dengan garis ganda setiap hantaran digambar dengan
garis tersendiri. Gambar 1.14 memperlihatkan diagram garis ganda untuk sebuah sakelar
kutub-satu dengan satu titik lampu.
Gambar 1.15 memperlihatkan rangkaian yang sama dalam bentuk diagram garis
tunggal. Dalam diagram garis tunggal hantaran-hantaran yang sejenis digambar dengan
satu garis dengan beberapa garis lintang kecil. Jumlah garis lintang ini menyatakan
jumlah hantaran_sejenis yang ada.

Sejumlah alat yang sejenis juga dapat dinyatakan dengan garis-garis lintang
kecil dalam lambang alat itu, seperti dalam gambar 1.16. Gambar ini memperlihatkan
diagram garis tunggal suatu kotak-bagi. Jumlah garis lintang kecil dalam lambang
pengaman ulir menyatakan jumlah pengaman ulir itu.
Dalam kotak-bagi gambar 1.16 terdapat sejumlah unsur yang bemilai sama,
yaitu pengaman-pengaman ulir dan sakelar-sakelar kutub-dua. Karena itu gambar 1.16 ini
masih dapat disederhanakan lagi (gambar 1.17). Gambar 1.17 ini mem perlihatkan
diagram dasar kotak-bagi tersebut.
Gambar 1.18 memperlihatkan diagram garis ganda kotak bagi yang sama.
Bentuknya dapat dilihat dalam gambar 1.19. Gambar 1.20 memperlihatkan gambar
ukurannya. Gambar-gambar ukuran ini dapat dijumpai dalam buku-buku katalog.
Ukuran-ukurannya biasanya disusun dalam bentuk tabel.

Anda mungkin juga menyukai

  • Simulasi Kontrol Frekuensi
    Simulasi Kontrol Frekuensi
    Dokumen33 halaman
    Simulasi Kontrol Frekuensi
    Surya Hidayat
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Presiden Soekarno
    Sejarah Presiden Soekarno
    Dokumen3 halaman
    Sejarah Presiden Soekarno
    Surya Hidayat
    Belum ada peringkat
  • KWH METER
    KWH METER
    Dokumen7 halaman
    KWH METER
    Surya Hidayat
    100% (1)
  • Soal
    Soal
    Dokumen1 halaman
    Soal
    Surya Hidayat
    Belum ada peringkat
  • Soal
    Soal
    Dokumen1 halaman
    Soal
    Surya Hidayat
    Belum ada peringkat
  • Bab 5 Pentanahan
    Bab 5 Pentanahan
    Dokumen2 halaman
    Bab 5 Pentanahan
    Surya Hidayat
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen15 halaman
    Bab 1
    Surya Hidayat
    Belum ada peringkat
  • Instalasi Listrik
    Instalasi Listrik
    Dokumen19 halaman
    Instalasi Listrik
    Surya Hidayat
    Belum ada peringkat
  • Instalasi Rumah Tinggal
    Instalasi Rumah Tinggal
    Dokumen25 halaman
    Instalasi Rumah Tinggal
    Surya Hidayat
    Belum ada peringkat
  • INVERTER
    INVERTER
    Dokumen41 halaman
    INVERTER
    Surya Hidayat
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Presiden Soekarno
    Sejarah Presiden Soekarno
    Dokumen3 halaman
    Sejarah Presiden Soekarno
    Surya Hidayat
    Belum ada peringkat
  • Peranan Tik
    Peranan Tik
    Dokumen10 halaman
    Peranan Tik
    Surya Hidayat
    Belum ada peringkat
  • Integral
    Integral
    Dokumen19 halaman
    Integral
    Sudrajad Merindukan Boyolali
    Belum ada peringkat