Anda di halaman 1dari 6

I.

DASAR TEORI

Zat Warna asam


Zat warna asam termasuk zat warna yang larut dalam air karena
memiliki gugus pelarut sulfonat atau karboksilat dalam struktur molekulnya,
Gugus tersebut juga berfungsi untuk mengadakan ikatan ionic dengan tempat-
tempat positif dalam serat wol atau sutera.
Zat warna asam mempunyai satu gugus sulfonat dalam struktur
molekulnya disebut zat warna asam monobasik, sedangkan zat warna asam
yang mempunyai 2 gugus sulfonat disebut zat warna dibasik, beritu
seterusnya.
Karena gugus pelarut zat warna asam dibasik kelarutannya makin
tinggi, akibatnya menjadi lebih mudah rata, namun tahan luntur hasil celupan
terhadap pencuciannya akan berkurang. Selain itu, dibandingkan zat warna
asam monobasik, jumlah maksimum zat warna asam dibasik yang dapat
terserap oleh serat wol atau sutera menjadi lebih kecil, terutama bila suasana
larutan celup kurang bagitu asam, karena pada kondisi seperti itu, tempat-
tempat positif pada bahan terbatas. Jadi untuk pencelupan warna tua dan
kondisi tersebut digunakan zat warna asam monobasik.
Keunggulan lain dari zat warna asal warnannya yang lebh cerah, hal
tersebut karena ukuran partikelnya relatif kecil (lebih kecil dari zat warna
direk). Struktur kimia zat warna asam bervariasi, antara lain trifenil metan,
xanten, nitro aromatik, azo dan pirazolon. Kebanyakan zat warna asam jenis
azo, sehingga hasil celupnya dapat dilunturkan oleh reduktor.
Penggolongan zat warna asam yang lebih umum adalah berdasarkan
pemakaiinnya, yakni :
a. Zat warna asam celupan rata (Levelling Acid Dyes)
Disebut zat warna asam celupan rata, karena pencelupannnya mudah rata
akibat molekul zat warnanya yamg relatif sangat kecil, sehingga
substantifitasnya terhadap serat relatif kecil, sangat mudah larut dan
warnanya sagat cerah, tetapi tahan luntur warnanya rendah.
Ikatan antara serat dan zat warnannya adalah ikaan ionik, disamping ikatan
zvan der walls. Untuk pencelupan warna tua, biasanya diperlukan kondisi
larutan celup yang sangat asam, yakni pH 3-4, tetapi untukl zat warna sedang
dan muda dapat dilakukan pada pH 4-5.
b. Zat warna asam Milling
Ukuran molekul zat warna milling agak lebih besar dibandingkan zat warna
asam celupan rata, sehingga afinitas zat warna asam milling lebih besar dan
agak sukar bermigrasi dalam serat, akibatnya agak sukar mendapatkan
kerataan hasil celup.
Tahan luntur warna hasil selupannya lebih baik dari zat warna asam
celupan rata, karena walaupun ikatan antara serat dan zat warna dengan serat
masih didominasi ikatan ionik tetapi ikatan sekunder berupa gaya Van Der
Waals-nya juga relatif mulai cukup besar(sesuai dengan makin besarnya
ukuran partikel zat warna).
untuk mencelup zat warna tua, umumnya diperlukan kondisi lariutan celup pH
4-5, tetapi untuk warna sedang dan muda, dilakukan pada kondisi pH 5-6 agar
hasil celupannya rata. Penambahan NaCl dalam larutan celup akan berfungsi
sebagai pendorong penyerapan.

c. Zat warna asam Super Milling


Diantara seluruh jenis zat warna asam, ukuran molekulnya paling besar (tetapi
masih lebih kecil daripada ukuran molekul zat warna direk) sehingga afinitas
terhapad serat relatif besar dan sukar bermigrasi, akibatnya sukar
mendapatkan kerataan hasil celupannya, namun tahna luntur warnanya tinggi.
Tahan luntur yang tinggi diperoleh dari adanya ikatan antara serat dan zat
warna yang berupa ikatan ionik yang didukung oleh ikatan Van der Waals serta
kemuungkinan terjadinya ikatan hidrogen. untuk pencelupan warna tua, dapat
dilakukan pada kondisi larutan celup pH 5-6, tetapi untuk warna sedang dan
muda dapat dilakukan dengan pH 6-7. Agar resiko belang menjadi lebih kecil,
biasanya tidak diperlukan penambahan NaCl (atau jumlahnya dikurangi),
karena NaCl dalam suasana celup yang kurang asam akan berfungsi sebagai
pendorong penyerapan zat warna.
Dalam pencelupan menggunakan zat warna asam super milling seringkali
sukar untuk menghindarkan terjadinya ketidakrataan. Untuk itu pada
prosesnya ditambahkan perata anionik.
Ukuran partikel zat warna juga menentukan besarnya ikatan sekunder antara
zat warna dengan serat berupa ikatan gaya Van der Waals, dimana makin
banyak elektron dalam molekul (makin besar ukuran molekul), zat warna
makin besar ikatan fisika (Van der Waals)nya. Oleh karena itu, ketahan luntur
hasil pencelupan zat warna asam levelling lebih rendah bila dibandingkan
dengan tahan luntur hasil celup dengan zat warna asam milling dan super
milling.

Jenis ZW Asam menurut ukuran partikel, affiitas terhadap serat,


kerataan dan tahan luntur

Aff.thd
ZW Asam Uk.Partikel Kerataan TL
Serat
Levelling Kecil Mudah rata

Milling Sedang

S Miling Sukar rata

Besar Bagus
II. ALAT DAN BAHAN
III. Alat :

Gelas piala 500 ml


Pipet volume 10 ml
Gelas ukur 100 ml
Pembakar Bunsen
Thermometer
Pengaduk kaca
Timbangan Digital
IV.
V. Resep dan Fungsi Zat
VI.
VII. Bahan :
Kain contoh uji (sutera)
Zat warna asam milling
Asam asetat
pembasah
NaCl
VIII.
Sabun netral

IV. REAKSI-REAKSI

Coo- Coo-
w w

NH2 NH3


w
ZW SO3 - Coo-
w
NH3 + .
- O3S - ZW

V. RESEP
Resep Pencelupan

Resep / No 1 2 3 4
ZW Asam %

Pembasah cc/l

Asam Asetat 30 % cc/l

NaCl gr/l

Vlot

Suhu

VI. RESEP PERHITUNGAN

VII. Fungsi Zat


Zat Warna Asam : berfungsi untuk mewarnai kain sutera
Asam Asetat : berfungsi untuk memberi suasana asam pada
larutan celup
Pembasah :berfungsi untuk membasahi kain,
mengurangi tegangan
permukaan pada bahan
NaCl : berfungsi sebagai pendorong penyerapan zat
warna
Sabun Netral : berfungsi untuk menghilangkan sisa zat warna
yang
menempel pada bahan
Na2CO3 : berfungsi untuk fiksasi zat warna DIAGRAM
ALIR


VIII. DIAGRAM ALIR
Persiapan larutan celup

Celup

Proses iring


Pencucian

IX. KURVA PENCELUPAN


ZW 0,25 cc/l
As.Asetat asam asetat
NaCl 90 oC


10 30 25 5 15

Anda mungkin juga menyukai