CBD PSIKOTIK Sasya Pea Agung Nani
CBD PSIKOTIK Sasya Pea Agung Nani
PSIKOTIK
Disusun Oleh:
Pembimbing
Dr. Inu Wicaksana, Sp.KJ
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. M N
Usia : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Daleman, Muntilan, Magelang
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status : Cerai hidup
Agama : Islam
Pendidikan : SMP (tamat)
Tanggal Pemeriksaan : 9 Februari 2017
Identitas Pengantar
Nama : Ny. R
Usia : 68 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Daleman, Muntilan, Magelang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Janda
Agama : Islam
Hubungan : Ibu kandung
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara auto dan alloanamnesis pada tanggal 9 Februari 2017
pukul 16.30 WIB di rumah pasien
A. Keluhan Utama
Marah-marah dan merusak rumah sejak 1 hari SMRS.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Alloanamnesis (dilakukan kepada ibu kandung pasien pada tanggal 13 Februari 2017)
Pasien datang ke RSJ Prof Dr.Soerojo Magelang diantar oleh ibu kandung
pasien untuk kontrol ke Poliklinik. Pasien riwayat dirawat di RSJS sekitar 2 minggu
SMRS. Pasien sudah berobat di RSJ Prof Dr.Soerojo sejak kurang lebih 10 tahun.
Ibu pasien mengatakan bahwa gejala mengamuk dan marah-marah pasien
pertama kali muncul saat pasien SMP sekitar 20 tahun yang lalu. Pasien juga sering
berbicara sendiri, keluar rumah sendirian, dan kemudian suka mengambil barang-
barang tetangganya. Pasien juga sering merusak barang-barang dirumahnya, seperti
memecahkan kaca jendela. Selain itu pasien juga suka melakukan hal-hal aneh seperti
memasukkan barang-barang ke dalam sumur. Ibu pasien tidak mengetahui secara pasti
kejadian apa yang pertama kali menyebabkan pasien mengalami gejala seperti itu.
Pasien sempat dibawa ke paranormal, dan gejala tersebut perlahan mulai hilang. Ibu
pasien mengatakan bahwa pasien bisa bersekolah kembali dan melanjutkan ke jenjang
SMA. Setelah 2 bulan kemudian, gejala timbul kembali ketika pasien mengalami
masalah asmara saat wanita yang disukainya lebih memilih lelaki lain. Pada saat itu
pasien mudah marah dan sering menulis nama wanita tersebut di tembok dan
sepanjang lingkungan rumahnya dan mengalami kesulitan belajar disekolah sehingga
pasien memutuskan untuk berhenti sekolah. Setelah itu pasien dibawa berobat
kerumah sakit umum setempat oleh keluarganya dan dirujuk ke RSJS dan pasien
sempat mondok selama beberapa minggu. Setelah keluar mondok, keluhan mulai
berkurang, dan pasien dapat menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Namun pasien
tidak minum obat secara teratur. Pasien sempat menikah dan dikaruniai 2 orang anak,
sekitar 5 tahun kemudian ayah pasien meninggal dan pasien sangat merasa terpukul
sehingga gejala muncul kembali ditambah lagi istri pasien meminta cerai. Pasien juga
merasa sedih karena harus berpisah dari kedua anaknya yang ikut tinggal bersama
istrinya. Setelah bercerai, muncul kembali gejala marah-marah ditambah dengan
pasien sering mengancam dan seringkali hampir melukai warga sekitar rumahnya.
Pasien sempat menikah lagi dengan istri kedua, tetapi tidak lama setelah itu pasien
kembali bercerai. Pasien dibawa lagi oleh ibu dan adiknya ke RSJS, dan ibu pasien
mengatakan bahwa pasien hampir lebih dari 10 kali mondok karena gejala akan
muncul karena pasien tidak rutin minum obat dan tidak pernah kontrol.
Autoanamnesis:
Pasien mengatakan bahwa dirinya sering tidak bisa tidur di malam hari. Pasien
juga sering merasa sedih karena ia merasa ditinggalkan oleh istrinya. Pasien juga
mengatakan bahwa dirinya sedih karena tidak bisa bertemu dengan anaknya. Hal ini
membuat pasien menjadi mudah tersinggung dan cepat marah. Bila marah maka
pasien akan meluapkan emosinya ke barang-barang yang ada dirumah seperti
memukul kaca jendela rumahnya. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya suka
berjalan-jalan sendiri dan mengumpulkan batu dan barang-barang tetangga yang
dianggapnya indah. Kemudian pasien juga suka memasukkan barang ke dalam sumur
karena disuruh oleh seseorang yang mengatakan bahwa bila dimasukkan ke sumur
maka barang tersebut akan berubah menjadi emas. Pasien juga sering mendengar
suara kakek-kakek yang melarangnya keluar pada malam hari. Tetapi kakek-kakek
tersebut tidak terlihat.
1998 2017
Fungsi Peran
F. Genogram
Keterangan :
B. Alam Perasaan
Mood : Normothym
Afek : Stabil, pengendalian cukup baik, echt, empati tidak dapat
dirabarasakan, dangkal, skala diferensiasi menyempit, Appropriate
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi :
Auditorik : Ada (pasien mendengar bisikan suara kakek-kakek yang
melarangnya keluar rumah)
- Visual : Tidak ada
- Taktil : Tidak ada
- Olfaktorik : Tidak ada
- Gustatorik : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
D. Fungsi Intelektual
Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : sesuai taraf pendidikan
Daya konsentrasi : Baik
Orientasi
Waktu : Baik(Mengetahuiwaktu&tanggalsekarang)
Tempat : Baik (Mengetahui dirinya berada di rumahnya di
Magelang)
Orang : Baik (Mengetahui nama orang tuanya)
Situasi : Baik (Mengetahui tentang keramaian diruang)
Daya ingat
Jangka panjang : Baik
Jangka pendek : Baik
Jangka segera : Baik
Pikiran abstrak : Baik
Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
E. Proses Pikir
Arus Pikir
Produktivitas : Sedikit
Kontinuitas : Spontan, koheren, relevan
o Remming : Tidak Ada
o Blocking : Tidak ada
o Asosiasi Longgar : Ada
o Inkoherensi : Tidak ada
o Word Salad : Tidak ada
o Neologisme : Tidak ada
Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi Pikir
Preokupasi : Tidak ada
Waham
o Waham Bizarre : Tidak ada
o Waham Non Bizzare (+) : Waham Curiga (merasa bahwa banyak
tetangga yang tidak menyukai dia)
Ideas of reference : Tidak Ada
Bentuk Pikir : Non Realistik
F. Pengendalian Impuls : Baik
G. Daya nilai
Normo sosial : Baik
Uji daya nilai : Baik
Penilaian realitas : Baik
Tilikan (insight) : Derajat 5
H. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya
Pemeriksaan Hasil
Warnakulitsawomatang,tidakikterik,tidaksianosis,tidakkemerahan.Tidakada
Kulit
efloresensiyangbermakna.
Bentuknormochepali,simetris,rambuthitam,lurus,distribusimerata,tidakmudah
dicabut.Tidakadadeformitas.Tidakadaedemapalpebral,konjungtivapucat/,sklera
Kepala ikterik/,pupil2mm/2mm,reflekscahayalangsungdantidaklangsung+/+,refleks
kornea+/+.Telingadalambatasnormal.Nafascupinghidung().Mukosabibirkering
(),pucat(),sianosis().
Pembesarankelenjargetahbening(),pembesarankelenjartiroid(),JVP(5+2)
Leher
cmH2O,kakukuduk().
Bentuksimetris,tulangdadanormal,selaigatidakadaretraksi,gerakandindingdada
simetris.
Paruparu:
Inspeksi:statis,dinamissimetriskanandankiri,selaigatidakmelebardan
tidakterdapatretraksi.
Palpasi:gerakandindingdadasimetris,vokalfremituskananbawahmelemah
Perkusi:Sonorpadakedualapangparuatasdanparukananbawah.
Auskultasi:vesikuler(+)normalpadaseluruhlapanganparu,ronkhi/,
wheezing()
Thoraks Jantung:
Inspeksi:ictuscordistidakterlihat
Palpasi:ictuscordistidakteraba
Perkusi:batasparudanjantungkanansetinggiICS3hinggaICS5garis
sternaliskanandengansuararedup,batasparudanjantungkirisetinggiICS5
2cmmediallineamidclaviculariskiridengansuararedup,batasatas
jantungsetinggiICS3lineaparasternaliskiri.
Auskultasi:HR88x/menit,BunyijantungIdanIInormal,regular,murmur(),
gallop()
Inspeksi:bentukabdomennormal,venektasi()
Auskultasi:bisingusus(+)normal
Abdomen Perkusi:suaratimpani,shiftingdullness()
Palpasi:dindingabdomensupel,turgorkulitbaik,nyeritekan(),hepardanlien
tidakteraba,ballotement(),undulasi()
Alatkelamin Tidakdiperiksa
Ekstremitasatas:simetris,deformitas(),oedem(),CRT<2detik.
Ekstremitas
Ekstremitasbawah:simetris,deformitas(),oedem(),CRT<2detik.
Status Neurologis
GCS : 15 (E4 M6 V5)
Pemeriksaan Nervus Cranialis I XII : Tidak ditemukan kelainan
Pemeriksaan Rangsang meningeal : Tidak ditemukan kelainan.
o Kaku Kuduk : (-)
o Brudzinski I : Tidak dilakukan
o Brudzinski II : Tidak dilakukan
o Laseque : Tidak dilakukan
o Kernig : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Refleks Fisiologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Biseps : Tidak dilakukan
o Triseps : Tidak dilakukan
o Patella : Tidak dilakukan
o Achilles : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Refleks Patologis : Tidak dilakukan pemeriksaan
o Hoffman Tromner : Tidak dilakukan
o Babinski : Tidak dilakukan
o Chaddock : Tidak dilakukan
o Schaefer :Tidak dilakukan
o Oppenheim :Tidak dilakukan
o Gordon :Tidak dilakukan
- Gerakan Involunter : +
Dari status mental didapatkan tampak seorang pria, wajah sesuai usia, rawat diri
baik, cara berpakaian rapi, dan kebersihan baik. Selama pemeriksaan pasien tidak dapat
duduk tenang, pembicaraan sedikit. Mood normothym dan afek appropriate, stabil,
pengendalian cukup baik, echt, empati tidak dapat dirabarasakan, dangkal, skala
diferensiasi menyempit. Pasien juga memiliki gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik (+) yaitu dapat mendengar suara-suara yang melarangnya keluar rumah. Arus
pikiran didapatkan produktivitas banyak, asosiasi longgar, tidak didapatkan hendaya
berbahasa. Isi pikiran tidak ada preokupasi, gangguan isi pikir berupa waham . Bentuk pikir
non realistik. Tilikan derajat 4. Taraf dapat dipercaya pasien dapat dipercaya.
Skizofrenia Residual
Pedoman Diagnostik Berdasarkan Pada Pasien
PPDGJ III
X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik :
Tidak ditemukan kelainan fisik atau penyakit tertentu yang mempengaruhi keadaan
mental pasien. Diduga ada ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga
membutuhkan farmakoterapi.
B. Psikologik :
Ditemukan gangguan psikologik yang membutuhkan psikofarmaka dan psikoterapi
untuk memperbaiki daya tahan mental dan kemampuan beradaptasi.
XI. PENATALAKSANAAN
A. Rawat Jalan
Indikasi: Tidak terdapat hendaya yang berat, pasien masih mampu merawat diri
pasien, keluarga pasien rutin menemani pasien kontrol rutin ke Poli. Pasien tidak
ada kecenderungan untuk membahayakan diri sendiri dan orang lain.
B. Farmakologi
Inj. Haloperidol decanoat 1 amp/4 minggu
C. Non-farmakologi
Psikoterapi :
o Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
o Konseling: membantu pasien untuk memahami penyakitnya, dan membantu
mengatasi atau menghadapi stressor tersebut dan menganjurkan untuk
berobat teratur.
Terapi keluarga
Memberikan bimbingan kepada keluarga agar selalu berperan aktif dalam
setiap proses penatalaksanaan pasien. Memberi penjelasan kepada keluarga pasien
tentang pentingnya peranan obat untuk kesembuhan pasien sehingga keluarga perlu
mengingatkan dan mengawasi pasien untuk minum obat secara teratur. Efek
samping obat juga diberitahukan kepada keluarga. Memberikan edukasi kepada
keluarga agar dapat mengontrol sikap dan ucapan yang dapat menimbulkan stress
pada pasien.
Sosioterapi
Memberikan penjelasan pada keluarga pasien dan orang sekitar pasien untuk
memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan yang kondusif. Melibatkan
pasien dalam kegiatan di luar rumah, misalnya ikut membantu membersihkan
rumah, bekerja di sawah.
XII. PROGNOSIS
A. Premorbid:
Riwayat gangguan dalam keluarga tidak ada : Baik
Status perkawinan Cerai hidup : Buruk
Dukungan keluarga ada : Baik
Status ekonomi Kurang : Buruk
Stressor Jelas : Baik
Kepribadian premorbid Tidak ada : Baik
B. Morbid
Onset usia Muda : Buruk
Jenis penyakit Psikotik : Buruk
Perjalanan Penyakit Kronis : Buruk
Penyakit organik Tidak ada : Baik
Respon Terapi Bagus : Baik
Kepatuhan minum obat Tidak Teratur : Buruk
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad malam