Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Air Untuk Irigasi


Air adalah sumber daya alam yang terbesar di dunia ini. Manusia sendiri sangat
membutuhkan air dalam kehidupannya. Dan dalam penggunaannya sehari-hari kurang
lebih 80% air di bumi ini digunakan untuk bercocok tanam.
Dalam aplikasinya sendiri air yang digunakan untuk bercocok dialirkan dari
sumber-sumber tertentu. Upaya dalam pemanfaatan air dari sumber untuk disalurkan
dalam penggunannya mengairi lahan-lahan bercocok tanam yang dinamakan Irigasi.
Irigasi adalahusahapenyediaandanpengaturanairuntukmenunjangpertanian.
Kemampuan suatu sumber air untuk mengeluarkan air pada suatu daerah tergantung
pada siklus hidrologinya. Penting sekali untuk mengukur secara tepat elemen-elemen
sikus hidrologi seperti presipitasi, evaporasi dan transpirasi untuk menaksir berapa
banyak air yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi

1.2. Maksud dan Tujuan Irigasi


Menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 ayat 1 1982, tujuan irigasi disediakan
dan dimanfaatkan adalah untuk memperoleh hasil produksi yang optimal dari semua
usaha pertanian yang mendapatkan manfaat dari air irigasi
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 ayat 2 1982, maksud irigasi
disediakan adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan air bagi usaha pertanian dalam
jumlah dan waktu yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan bagi semua tanaman
menurut tata yang telah ditetapkan.
Tujuan irigasi secara teknis adalah menampung dan mengumpulkan air serta
melancarkan jalannya air dari daerah-daerah tergenang (inundasi).
Tujuan irigasi secara langsung adalah untuk membasahi tanah agar dicapai
suatu kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman dalam hubungannya dengan
prosentase kandungan air dan udara sebagai pengangkut bahan-bahan pupuk untuk
perbaikan tanah. Irigasi menunjang produksi pertanian melalui cara-cara berikut :
a. Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah yang suhu tanahnya
terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman, maka suhu tanah
tersebut dapat disesuaikan dengan cara mengalirkan air yang bertujuan menurunkan
suhu.
b. Pemberantasan hama, sebagai salah satu contonya adalah dengan
penggenangan air irigasi, maka liang atau lubang tempat tikus bersarang akan
direndam oleh air dan tikus akan keluar sehingga lebih mudah dalam
pemberantasannya.
c. Membersihkan tanah, yaitu dilakukan pada tanah yang tidak subur akibat
adanya unsur-unsur racun dalam tanah. Salah satu usaha untuk membersihkan
tanah, antara lain dengan menggenangkan air sawah untuk melarutkan unsur-unsur
berbahaya tersebut, kemudian air genangan tersebut dialirkan ke tempat
pembuangannya.
d. Memperbaiki permukaan air tanah, misalnya dengan perembesan melalui
dinding-dinding saluran, permukaan air tanah dapat mempertinggi dan
memungkinkan tanaman untuk mengambil air melalui akar-akar meskipun
permukaan tanah tidak dibasahi.
e. Membersihkan bangunan air kotor, misalnya dengan prinsip pengeceran, karena
tanpa pengeceran tersebut air kotor dari kota akan berpengaruh jelek bagi
pertumbuhan tanaman.
f. Kulmatasi, yaitu menimbun tanah-tanah rendah dengan jalan mengalirkan air
berlumpur dan sebagai akibat dari endapan lumpur tersebut maka tanah yang
rendah akan menjadi cukup tinggi, sehingga genangan yang terjadi selanjutnya
tidak terlampau dalam, kemudian dimungkinkan adanya usaha pertanian.
Dengan adanya irigasi, diharapkan air dari sungai dan hujan dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, sehingga kebutuhan air
tanaman dapat dijaga keberadaannya yang akan dapat meningkatkan produksi tanaman.
Dengan demikian, maka masalah kekurangan pangan dan sandang dapat diatasi. Lebih
lanjut, peningkatan produksi tanaman ini akan meningkatkan pendapatan petani.
Sedangkan tujuan pemberian tugas irigasi bagi mahasiswa adalah diharapkan
mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dasar dalam bidang teknis
perencanaan saluran dan bangunan pengairan yang merupakan prasyarat untuk
mendesain suatu jaringan irigasi, selain itu diharapkan mahasiswa dapat lebih
memahami mata kuliah irigasi dengan lebih mendalam sehingga dapat menerapkan
teori-teori irigasi dalam pertanian.
Adapun maksud dari pemberian tugas ini adalah diharapkan mahasiswa Teknik
Pengairan dapat :
1. Merencanakan jaringan irigasi yang sesuai dengan standar
perencanaan irigasi
2. Dapat menganalisa kebutuhan air irigasi bagi tanaman
3. Menyusun pola tanam

1.3. Keuntungan Irigasi


Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian. Dengan adanya irigasi, diharapkan air dari sungai dan hujan dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, sehingga kebutuhan air
tanaman dapat dijaga keberadaanya yang akan dapat meningkatkan produksi tanaman.
Pada perencanaan penyediaan air irigasi, selain dimasukkan rencana
penyediaan air untuk tanaman sebagai tujuan utama, juga untuk kebutuhan air keperluan
rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, peternakan, perikanan air
tawar, dan penggelontoran daerah permukiman. Irigasi juga dapat digunakan untuk
penanggulangan bahaya kebakaran, masyarakat selalu diperkenankan menggunakan air
yang berada pada saluran-saluran irigasi, karena hal ini dianggap merupakan suatu
keharusan untuk mengatasi bahaya yang ditimbulkan oleh kebakaran tersebut demi
pengamanan dan kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan ataupun yang berada di
sekelilingnya, juga dapat digunakan sebagai untuk transportasi.
Proyek irigasi dalam aplikasinya banyak memberikan keuntungan-keuntungan,
seperti:
a. Perkembangan secara umum negeri tersebut dan kesehatan bangsa.
b. Perlindungan terhadap kelaparan dan persediaan pangan tercukupi.
c. Kemajuan dalam lahan bercocok tanam dan apresiasi dalam nilai tanah.
d. Air terjun kadang bisa digunakan untuk membangkitkan tenaga hidro-elektrik
e. Memungkinkan beberapa terusan-terusan besar dikembangkan untuk
kepentingan navigasi (pelayaran dalam negeri).
f. Penyediaan air domestik. Pada tempatnya saluran-saluran air merupakan satu-
satunya sumber air untuk kebutuhan air lokal.
g. Kemajuan dalam komunikasi. Jalan tidak berpermukaan diperlukan sepanjang
saluran-saluran penting, terutama untuk jalan inspeksi, dapat bermanfaat untuk
kepentingan pokok juga.
h. Perkebunan. Tumbuhan ditanam sepanjang pinggiran saluran, batas lapangan,
dsb meningkatkan bahan bakar kayu dan persediaan buah-buahan.
i. Penambahan persediaan air bawah tanah. Saluran dan air irigasi meresap ke
dalam tanah dan menjadi air tanah.

5.4. Syarat Utama Air, Tanah dan Tanaman Untuk Irigasi


Tanah merupakan proses penguraian batuan yang terdiri dari proses mekanik
disintegrasi dan proses kimia dekomposisi. Ada beberapa jenis tanah yang mempunyai
komposisi mineral yang sama dengan batu asalnya atau beberapa mineral baru karena
dimungkinkan bersenyawa dengan air, karbondioksida dan mineral organik lainnya.
Tanah mendukung pertumbuhan tanaman dengan menyediakan air dan oksigen
yang sangat berguna bagi tanaman. Di dalam tanah selain terdapat air tanah juga
terdapat udara, mineral, dan karbonat bebas yang tersimpan pada lapisan teratas bumi.
Juga terdapat sisa-sisa tanaman dan hewan ( fosil ) dengan berbagai macam tingkatan
dekomposisi.
Sifat fisik tanah mempengaruhi kesuburan tanah dan daya tumbuh tanaman.
Sifat fisik terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah tekstur tanah
dan struktur tanah. Menurut ukurannya butiran tanah dibedakan atas pasir, lumpur, dan
tanah liat.
Untuk mendapatkan mutu tanah yang baik dan lahan yang baik untuk untuk
irigasi perlu diperhatikan ciri fisik dan ciri kimianya, yaitu:
Ciri-ciri fisik:
Tekstur dan struktur tanah
Permeabilitas dan tingkat infiltrasi
Kapasitas menyimpan air
Kemiringan lahan dan ke dalaman permukaan tanah
Drainability dan kedalaman lapisan batu
Ciri-ciri kimia :
Cation-exchange capacity
Exchangeable cation
Alkaline earth carbonates
Toxic ion salinity

Jenis tanah dapat digolongkan menjadi:


a) Red soil ( tanah merah)
Tekstur dari tanah merah kebanyakan sandy loam dan sandy lay yang mempunyai
derajat kapur rendah dan punya warna merah di permukaannya. Biasanya
kekurangan kadar nilai praktis yang tinggi dalam pengolahannya. Juga dalam hal
penggunaan irigasi, pupuk hijau, pupuk kimia, dll.
b) Laterit soil (tanah laterit)
Banyak dijumpai di puncak-puncak bukit, tekstur tanahnya terbuka dan berpori
namun seperti tekstur karang. Di tempat-tempat tersebut tanah laterit dibuat sebagai
bahan bangunan. Laterit punya kadar nitrogen, kadar phospor, potasium dan kapur
yang rendah.
c) Aluvial soil ( tanah aluvial )
Biasa ditemui sepanjang aliran sungai dan biasanya datang bersamaan dengan
banjir. Teksturnya kekurangan nitrogen dan biasanya respon dengan pupuk phospor.
Tanah ini sangat cocok untuk tanaman beras, tebu atau jagung.
d) Black soil ( tanah hitam )
Pada umumnya tanah hitam punya tampilan bongkah-bongkah yang pecah dimusim
kering. Juga pada bagian-bagian tertentu punya kandungan kapur dengan kedalaman
tertentu pula. Tanah hitam respon terhadap penggunaan pupuk nitrogen dan phospor.
Juga dapat pula digunakan pupuk buatan dan pupuk hijau ( kompos )
e) Desert soil ( tanah gurun )
Pada umumnya berpasir, punya curah hujan yang rendah, kadar garam yang baik
dan rendah kandungan organik yang lainnya. Tanah ini akan sangat produktif jika
diterapkan irigasi. Tanpa pengairan yang baik tanah ini akan sia-sia.
f) Sakine and alkaline soil
Terdapat pada daerah yang curah hujannya lebih tinggi dari tanah berpasir (desert
soil ). Apabila pada tanah ini diterapkan sistem irigasi maka harus diterapkan sistem
drainasi yang baik pula. Karena, apabila tidak maka akan terjadi pengendapan pada
suatu daerah yang tidak dapat ditumbuhi tanaman.
g) Peaty and marshy soil
Tanah ini terbentuk oleh tanaman yang dapat tumbuh di tempat yang basah.
Tanaman yang mati tidak dapat segera terurai karena adanya kelebihan air. Setelah
beberapa tahun kemudian barulah proses penguraian berjalan. Jika ada pemupukan
dan pengairan yang baik maka tanah ini dapat menghasilkan dengan baik.
Air sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Jumlah air yang diperlukan
untuk tumbuhan relatif kecil bila dibandingkan dengan jumlah air yang lewat pada
tumbuhan yang berkembang. Sebagai contoh pada penggunaan air pada tanaman
jagung:
Air sebagai unsur pokok 0,9%
Air sebagai bahan reaksi 0,1%
Air yang hilang dalam transpirasi 98,9%
Air yang terdapat di dalam tanah dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian :
Air Higroskopis
Biasa ditahan sebagai partikel tanah oleh gaya tarik molekular dan tidak terpengaruh
oleh gerakan gaya gravitasi ataupun gerakan kapilaritas. Air ini tidak cocok untuk
tanaman.
Air Kapiler
Berada pada pori-pori kapiler tanah dan ditahan oleh gaya permukaan. Cocok untuk
digunakan di pertanian dengan syarat adanya sistem irigasi yang baik.
Air Gravitasi
Merupakan air yang berlimpah dalam tanah yang dapat keluar dengan gaya gravitasi
dan juga turun hingga ke muka air tanah.
Air juga dapat diklasifikasikan atas tidak tersedia (unavailable), tersedia
(available), dan berlebihan (superflous). Klasifikasi ini berdasarkan atas ketersediaan
air tanah bagi tumbuhan.
Air tanah sendiri memiliki beberapa klasifikasi:
a. Field capacity (kapasitas lahan)
Jumlah air yang dapat ditahan tanah setelah kelebihan air gravitasi dibuang dan
setelah gerakan air untuk material telah menipis.
b. Permanent wilting point (titik laju penanaman)
Disebut juga koefesien laju, merupakan air dimana tanaman tidak dapat lagi
mengambil air dari tanah untuk pertumbuhannya. Merupakan tingkat paling rendah
pada jangkauan uap air yang tersedia. Untuk sebagian besar tanah, nilainya sekitar
15% dari air higroskopis.
c. Avaible moisture (uap air yang tersedia)
Merupakan perbedaan jumlah air dalam tanah antara field capacity dan permanent
wilting. Air yang tersedia ini sangat berguna bagi tumbuhan.

d. Moisture equivalent (persamaan uap air)


Merupakan prosentase dari uap air yang terkumpul dalam sampel kecil dari tiap
kedalaman 1cm tanah kering dengan pengaruh graitasi tiap 1000 kali dengan
periode 30 menit. Rumusnya :
Persamaan Uap Air (Moisture Equivalent) = kapasitas lahan (field capacity)
= 1,8 hingga 2 titik laju permanen
= 2,7 hingga 3 nilai koefisien higroskopis
Sedangkan dalam suatu proyek irigasi sangat penting untuk mengetahui
kualitas air dalam penggunaannya untuk pertanian. Parameter yang umumnya
mempengaruhi kualitas air irigasi adalah nilai pH (pH rate) dan jumlah total padatan
terlarut (total dissolved solids).Kesesuaian air untuk irigasi dalam hubungan antara TDS
dan nilai pH
Total Dissoled Solids (TDS) Kesesuaian Air Ketidaksesuaian Air
Diatas 400 ppm Semua air pada dasarnya sesuai -
400 - 600 ppm pH < 9,0 pH< 9,0
600 800 ppm ph < 8,5 ph < 8,5
800 1000 ppm pH < 8,0 pH < 8,0
1000 1200 ppm - Diragukan untuk irigasi
Lebih dari 1200 ppm - Tidak cocok untuk irigasi

Batas konduktivitas menurut The U.S Salinity Laboratory


Kelas Conductivitas (micromhos/cm) Kelayakan Untuk Irigasi
C1 dibawah 250 Aman
C2 250 - 750 Aman bersyarat
C3 750 - 2250 Aman dengan tanah permeable
C4 2250 - 4000 Kurang aman
C5 Diatas 4000 Tidak cocok

Mengetahui kesesuaian air untuk irigasi selain dengan kriteria nilai pH dan
juga batas konduktivitas ada juga dengan kriteria U.S.D.A. Air irigasi dengan
kandungan kalsium dan ion magnesium dalam jumlah yang seimbang atau melebihi
sodium, sejumlah kosentrasi dari kalsium atau magnesium akan tertahan pada partikel
lempung dari tanah untuk mempertahankan kemiringan yang baik dan permeabilitas.
Berdasarkan beberapa faktor yang berpengaruh, The U.S Salinity Laboratory pada tahun
1954 memakai kriteria SAR, yaitu menghitung konsentrasi ion dengan rumus :
Sodium
SAR
Calcium Magnesium
2
nilai 24 keatas : tinggi ( S1,S2,S3 )
nilai 10 18 : menengah ( S2 )
nilai dibawah 10 : rendah ( S1 )

Penambahan gypsum (CaSO4) pada air dapat menurunkan nilai SAR.


Sedangkan kualitas air yang baik adalah penurunan C1-C2 dan S1-S2. nilai C2-S2, C1-
S2 dan C3-S1 merupakan nilai air yang cukup baik.

Anda mungkin juga menyukai