Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

Gangguan Kepribadian Emosional tidak Stabil


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Psikiatri RSKO Jakarta

Disusun oleh :
Pundi Pandan Putri Pinanti Abral
1161050100

Dokter Pembimbing :
Dr Gerald Mario Semen, Sp.KJ (K), S.H
Dr Imelda Wijaya, Sp. KJ
Dr Herny Taruli Tambunan, M.Ked(KJ), Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT CIBUBUR
JAKARTA

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa arena telah
melimpahkan kasih dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat dengan
judul Depresi Agitatif ini.
Penulisan refarat ini dilakukan dengan tujuan sebagai pemenuhan salah satu syarat
untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Psikiatri di Rumah Sakit Ketergantungan
Obat Jakarta.
Selesainya referat ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu penulis
menucapkan terimakasih kepada dr Gerarld Mario Semen, Sp.KJ(K)S.H, dr Herny Taruli
Tambunan, M.Ked(KJ) Sp.KJ, dan juga dr Imelda Wijaya, Sp.KJ sebagai pendamping dan
pembimbing penulisan referat ini.
Penulis menyadari referat ini masih jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran
penulis harapkan demi penyempurnaannya. Penulis berharap referat ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pembaca. Akhir kata penulis menyampaikan banyak terima kasih dan Tuhan
memberkati.

Jakarta, 28 April 2017

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

Depresi dikenal sebagai keluhan umum yang sering dialami masyarakat. Wanita
memiliki kecenderungan hampir dua kali lipat lebih besar daripada pria untuk mengalami
depresi. Perbedaan dalam resiko relatif antara pria dan wanita bermula pada awal usia remaja
dan bertahan hingga paling tidak usia pertengahan. Meski perbedaan hormonal atau
perbedaan biologis lainnya yang terkait dengan gender kemungkinan berpengaruh, namun
perbedaan gender sebagian besar disebabkan oleh lebih banyak jumlah stres yang dihadapi
wanita dalam kehidupan kontemporer. Orang-orang yang lebih muda mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk sembuh dari pada kelompok yang lebih tua, dan kecil
kemungkinan penyakitnya kambuh.
Selama beberapa dekade terakhir para peneliti berupaya memahami peran berbagai
neurotransmiter dalam gangguan mood. Ada dua transmiter yang paling banyak dipelajari,
yaitu norepineprin dan serotonin. Teori norepineprin merupakan yang paling relevan dengan
gangguan bipolar, dan secara umum, dinyatakan bahwa kadar norepineprin yang rendah
memicu depresi dan kadar yang tinggi memicu mania. Teori serotonin menyatakan bahwa
kadar serotonin yang rendah menimbulkan depresi.
Depresi memiliki beberapa wajah yang mungkin belum dikenal oleh masyarakat luas.
Salah satunya depresi agitatif. Dimana gangguan ini memiliki bentuk yang berbeda dari
depresi lainnya. Penulis mencoba untuk memaparkan seluk beluk mengenai depresi agitatif
ini.
Depresi bisa berdiri sendiri maupun bersamaan dengan penyakit organik. Depresi
akan sulit di diagnosis jika depresi ditemukan bersamaan dengan penyakit lain. Banyak
gangguan medis dan neurologis serta agen farmakologis dapat menghasilkan gejala depresi.
Biasanya pasien datang dengan gangguan depresi pertama kali pergi ke dokter umum dengan
keluhan somatik, mereka mengeluh gangguan sistem endokrin, gangguan infeksi dan
peradangan, serta penyakit medis lain seperti kanker dan penyakit kardiopulmonal.
Baik depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan dengan penyakit lain harus
diobati dengan sungguh-sungguh, karena depresi dapat mempengaruhi dan memperburuk
penyakit organik yang sudah ada. Pemilihan obat anti depresan yang tepat sangat diperlukan
agar mendapatkan efek terapi yang optimal dan menghindari efek samping yang mungkin
timbul.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri.

B. EPIDEMIOLOGI
Gangguan depresi berat merupakan gangguan yang sering terjadi, dengan prevalensi
seumur hidup sekitar 15%, kemungkinan sekitar 25% terjadi pada wanita.
Terlepas dari kultur atau negara, terdapat prevalensi gangguan depresi berat yang dua
kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Usia onset untuk gangguan depresi berat
kira-kira usia 40 tahun. 50% dari semua pasien, mempunyai onset antara usia 20-50 tahun.
Beberapa data epidemilogi baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan
depresi berat mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun, jika
pengamatan tersebut benar, mungkin berhubungan dengan meningkatnya penggunaan alkohol
dan zat -zat lain pada kelompok usia tersebut.
Angka gangguan depresif berat pada anak-anak pre sekolah diperkirakan adalah
sekitar 0,3% dalam masyarakat, dibandingkan dengan 0,9% dalam lingkungan klinis.
Diantara anak-anak usia sekolah dalam masyarakat, kira-kira 2% memiliki gangguan depresif
berat. Depresi lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan pada anak usia
sekolah.

C. ETIOLOGI
Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga faktor
-faktor dibawah ini berperan.
a. Faktor Biologis
Data yang dilaporkan paling konsisten dengan hipotesis bahwa gangguan depresi
berat berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik ( norepinefrin
dan serotonin ). Penurunan serotonin dapat encetuskan depresi, dan pada beberapa
pasien yang bunuh diri memiliki konsentrasi metabolik serotonin di dalam cairan

4
serebrospinal yang rendah serta konsentrasi tempat ambilan serotonin yang rendah di
trombosit. Faktor neurokimia lain seperti adenilate cyclase, phsphotidyl inositol, dan
regulasi kalsium mungkin juga memiliki relevansi penyebab.
Penelitian anak pra pubertas dengan gangguan depresif berat dan remaja-remaja
dengan gangguan mood telah menemukan kelainan biologis.
Anak pra pubertas dalam suatu episode gangguan depresif berat mensekresikan
hormon pertumbuhan yang secara bermakna lebih banyak selama tidur dibandingkan
dengan anak normal dan anak dengan gangguan mental nondepresi.

b. Faktor Genetika
Data genetik menyatakan bahwa sanak saudara derajat pertama dari pasien
gangguan depresi berat kemungkinan 1,5 2,5 kali lebih besar daripada sanak saudara
derajat pertama kontrol. Memiliki satu orang tua yang terdepresi kemungkinan
meningkatkan resiko dua kali untuk keturunan, memiliki kedua orang tua terdepresi
kemungkinan meningkatkan resiko empat kali bagi keturunan untuk terkena gangguan
depresi sebelum usia 18 tahun.

c. Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dan stess lingkungan, suatu pengalamn klinis yang telah
lama direplikasikan adalah bahwa peristiwa kehidupan yang menyebabkan stress
lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode
selanjutnya. Hubungan tersebut telah dilaporkan untuk gangguan depresi berat.
Data yang paling mendukung menyatakan bahwa peristiwa kehidupan paling
berhubungan dengan perkembangan depresi selanjutnya adalah kehilangan orang tua
sebelum usia 13 tahun. Stressor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset
suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan.
Bebeapa artikel teoritik mempermasalakan hubungan antara fungsi keluarga
dan onset serta perjalanan gangguan depresi berat. Selain itu, derajat psikopatologi di
dalam keluarga mungkin mempergaruhi kecepatan pemulihan, berkurangnya gejala,
dan penyesuaian pasien pasca pemulihan.

5
D. JENIS-JENIS DEPRESI

Menurut WHO depresi dibagi menjadi :


1. Mild depression/minor depression dan dysthymic disorder. Pada depresi ringan,
mood yang rendah datang dan pergi dan penyakit datang setelah kejadian
stressfull yang spesifik. Individu akan merasa cemas dan juga tidak bersemangat.
Perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk mengurangi depersi jenis ini.
Minor depression ditandai dengan adanya dua gejala pada depressive episode
namun tidak lebih dari lima gejala depresi muncul selama dua minggu berturut-
turut, dan gejala itu bukan karena pengaruh obatan-obatan atau penyakit. Bentuk
depresi yang kurang parah disebut distimia (Dystymic disorder). Depresi ini
menimbulkan gangguan Minor Depression ringan dalam jangka waktu yang lama
sehingga seseorang tidak dapat bekerja optimal. Gejala depresi ringan ada
gangguan distimia dirasakan minimal dalam jangka waktu dua tahun.
2. Moderate Depression. Pada depresi sedang mood yang rendah berlangsung terus
dan individu mengalami simtom fisik juga walaupun berbeda-beda tiap individu.
Perubahan gaya hidup saja tidak cukup dan bantuan diperlukan untuk
mengatasinya.
3. Severe depression/major depression. Depresi berat adalah penyakit yang tingkat
depresinya parah. Individu akan mengalami gangguan dalam kemampuan untuk
bekerja, tidur, makan, dan menikmati hal yang menyenangkan dan penting untuk
mendapatkan bantuan medis secepat mungkin. Deperesi ini dapat muncul sekali
atau dua kali dan beberapa kali selama hdup. Major depression ditandai dengan
adanya lima atau lebih simtom yang ditunjukan dalam major depressive episode
dan berlangsung selama 2 minggu berturut-turut. Sedangkan literatur lain
membagi klasifikasi depresi menjadi lebih luas lagi seperti. Major depression
memiliki subtype depresi yang salah satunya adalah depresi agitatif.

Depresi Agitatif
Depresi agitatif sendiri merupakan salah satu jenis major depression. Dimana
ditandai dengan tidak mampunya pengidap untuk beristirahat (restlessness) atau
ditemukan gangguan motoric dalam bentuk motor excitement. Biasanya depresi
agitatif disebut juga melancholia-agitata atau mixed mania.

6
Orang dengan depresi agitatif memiliki tanda dan gejala yang terjadi dalam satu
waktu yang sama yang nantinya dapat menyebabkan hal beresiko seperti bunuh
diri (suicide).

Kriteria Diagnostik untuk Depresi Agitasi :


- Telah mengalami episode depresi mayor
- Terdapat dua dari gejala berikut :
o Agitasi motoric
o Agitasi fisik
o Pikiran yang tidak focus, bercampur, berantakan
Salah satu bentuk klinik datri depresi agitasi dikenal dengan istilah Agitated
Major Depressive Disorder yang dapat ditegakkan dengan menemukan dua dari
manisfestasi retardasi psikomotor yang berlangsung selama beberapa hari dalam
sebuah episode :
Mondar-mandir
Meremas tangan
Tidak bisa duduk dalam waktu lama
Mencabut rambut, mencubit kulit, ataupun baju
Berteriak, bergumam
Terus berbicara, terlihat tidak bisa berhenti bicara
Pengobatan yang dapat dilakukan dengan memberika farmakoterapi
moodstabilizing yang dapat dibarengi dengan pemberian anti-depresan dan obat
neuroleptik

E. GEJALA KLINIS
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang dan berat) depresi secara umum:
Efek depresif,
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya
aktivitas.

Gejala lainnya :
7
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Gangguan tidur
g. Nafsu makan berkurang.

Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek
dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung lama.

F. PATOFISIOLOGI
Timbulnya depresi dihubungkan dengan peran beberapa neurotransmiter aminergik.
Neurotransmiter yang paling banyak diteliti ialah serotonin. Konduksi impuls dapat
terganggu apabila terjadi kelebihan atau kekurangan neurotransmiter di celah sinaps atau
adanya gangguan sensitivitas pada reseptor neurotransmiter tersebut di post sinaps sistem
saraf pusat.
Pada depresi telah di identifikasi 2 sub tipe reseptor utama serotonin yaitu reseptor
5HTIA dan 5HT2A. Kedua reseptor inilah yang terlibat dalam mekanisme biokimiawi
depresi dan memberikan respon pada semua golongan anti depresan.
Pada penelitian dibuktikan bahwa terjadinya depresi disebabkan karena menurunnya
pelepasan dan transmisi serotonin (menurunnya kemampuan neurotransmisi serotogenik).
Beberapa peneliti menemukan bahwa selain serotonin terdapat pula sejumlah neurotransmiter
lain yang berperan pada timbulnya depresi yaitu norepinefrin, asetilkolin dan dopamin.
Sehingga depresi terjadi jika terdapat defisiensi relatif satu atau beberapa neurotransmiter
aminergik pada sinaps neuron di otak, terutama pada sistem limbik. Oleh karena itu teori
biokimia depresi dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Menurunnya pelepasan dan transport serotonin atau menurunnya kemampuan
neurotransmisi serotogenik.
2. Menurunnya pelepasan atau produksi epinefrin, terganggunya regulasi aktivitas
norepinefrin dan meningkatnya aktivitas alfa 2 adrenoreseptor presinaptik.
3. Menurunnya aktivitas dopamin.
4. Meningkatnya aktivitas asetilkolin.
8
Teori yang klasik tentang patofisiologi depresi ialah menurunnya neurotransmisi akibat
kekurangan neurotransmitter di celah sinaps. Ini didukung oleh bukti-bukti klinis yang
menunjukkan adanya perbaikan depresi pada pemberian obat-obat golongan SSRI (Selective
Serotonin Re-uptake Inhibitor) dan trisiklik yang menghambat re-uptake dari neurotransmiter
atau pemberian obat MAOI (Mono Amine Oxidasi Inhibitor) yang menghambat katabolisme
neurotransmiter oleh enzim monoamin oksidase.
Belakangan ini dikemukakan juga hipotesis lain mengenai depresi yang menyebutkan
bahwa terjadinya depresi disebabkan karena adanya aktivitas neurotransmisi serotogenik
yang berlebihan dan bukan hanya kekurangan atau kelebihan serotonin semata.
Neurotransmisi yang berlebih ini mengakibatkan gangguan pada sistem serotonergik, jadi
depresi timbul karena dijumpai gangguan pada sistem serotogenik yang tidak stabil. Hipotesis
yang belakangan ini dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective
Serotonin Re-uptake Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin dan bukan
menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin menjadi lebih cepat dan sistem
neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki gejala-gejala depresi.
Mekanisme biokimiawi yang sudah diketahui tersebut menjadi dasar penggunaan dan
pengembangan obat-obat anti depresan.

G. TANDA GANGGUAN DEPRESI BERAT

a. Perasaan yang berubah-ubah


Depresi berat merupakan gangguan mood yang mempengaruhi cara seseorang merasa tentang
kehidupan pada umumnya. Memiliki pandangan putus asa atau tak berdaya pada kehidupan
adalah gejala yang paling sering dikaitkan dengan depresi. Perasaan lain yang mungkin
dirasakan adalah merasa tidak berharga, membenci diri atau rasa bersalah yang tidak tepat.

b. Kehilangan minat
Depresi dapat merenggut kesenangan atau kenikmatan dari hal yang disukai. Hilangnya minat
dari kegiatan yang pernah dinantikan, seperti olahraga, hobi atau pergi keluar dengan teman
adalah satu lagi tanda-tanda depresi berat.

c. Kelelahan dan tidur


Sebagian alasan seseorang berhenti melakukan hal-hal yang dinikmatinya adalah karena
merasa sangat lelah. Depresi sering datang dengan kekurangan energi dan perasaan yang luar

9
biasa dari kelesuan, yang dapat menjadi gejala paling melemahkan. Dan bisa mengakibatkan
tidur berlebihan atau tidak tidur sama sekali.
d. Kecemasan dan lekas marah
Orang dengan depresi juga memberikan kontribusi menimbulkan kecemasan dan mudah
tersinggung. Penelitian menunjukkan, pria lebih cenderung menunjukkan tanda-tanda ini.
Karena wanita lebih mungkin menginternalisasi masalah mereka, sementara pria cenderung
mengeksternalisasi perasaan mereka dengan menyalahkan orang lain.

e. Selera makan dan berat badan meningkat


Nafsu makan dan berat badan dapat berfluktuasi secara berbeda untuk setiap orang dengan
depresi berat. Beberapa akan memiliki nafsu makan dan berat badan bertambah, sementara
yang lain sebaliknya.

f. Emosi tak terkendali


Satu menit dikuasai amarah. Berikutnya, menangis tak terkendali. Emosi yang naik dan turun
dalam waktu singkat ini adalah gejala depresi. Mirip dengan kelainan suasana hati (gangguan
bipolar), yakni suasana hati yang berfluktuasi tak terkendali dan membuat orang tersebut
bingung.

g. Bunuh diri
Realitas paling menakutkan dari depresi adalah hubungannya dengan keinginan bunuh diri.
Emosi yang tak terkendali dan perasaan hampa sering menyebabkan orang untuk berpikir
bahwa bunuh diri adalah solusi permanen. Bahkan, 90 persen dari lebih dari 34.000 orang
yang bunuh diri di AS setiap tahun didiagnosis memiliki gangguan psikiatrik.

H. PEDOMAN DIAGNOSTIK
Pedoman diagnostik untuk episode depresi berat tanpa gejala psikotik:
Semua 3 gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 gejala lainnya, dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci

10
Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-
kurangnya 2 minggu, tetapi jika gejala utama amat berat dan beronset cepat, maka masih
dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.

Pedoman diagnostik untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik


Episode depresif berat yang memiliki kriteria tanpa gejala psikotik tersebut diatas;
Diseratai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau alfaktorik biasanya berupa suara
yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju stupor.

I. DIAGNOSA BANDING
Dalam menegakkan suatu gangguan depresi, diagnosis lain perlu dipikirkan, seperti
adanya gangguan organik, intoksikasi atau ketergantungan zat dan abstinensia, distimia,
siklotimia, gangguan kepribadian, berkabung dan gangguan penyesuaian.
Perubahan intrinsik yang berhubungan dengan epilepsi lobus temporalis dapat
menyerupai gangguan depresi, khususnya jika fokus epileptik adalah sisi kanan.
Berkabung merupakan suatu respon normal yang hebat, dan menyakitkan karena
kehilangan, tetapi responsif terhadap dukungan dan empati dapat membuat berangsur
mereda / sembuh seiring berjalanya waktu.

J. TERAPI
Mekanisme terjadinya obat anti depresi adalah :
Menghambat reuptake aminergic neurotransmitter
Menghambat penghancuran oleh enzim monoamine
oxidase
Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic transmitter pada sinaps neuron di SSP.

Golongan obat anti depresan antara lain :

11
Trisiklik: Amitriptylin, Tianeptine, Imipramine,
Clomipramine, Opipramol
Tetrasiklik: Maprotiline, Mianserin, Amoxapine
MAOI Reversibel: Moclobemide
Atypical: Trazodone, Mirtazepin
SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor):
Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Citalopram.

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis)
sekitar 2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam, serta waktu paruh
sekitar 12-48 jam (pemberian 1-2 kali per hari). Ada 5 proses dalam pengaturan dosis,
yaitu:
- Initiating dosage (tes dosage), untuk mencapai dosis anjuran selama 1 minggu,
misalnya amitriptylin 25 mg/hari pada hari 1-2,50 mg/hari pada hari ke 3 dan ke 4,
100 mg/hari pada hari ke 5 dan ke 6.
- Titrating dosage (optimal dose), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif,
kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amitriptylin 150 mg/hari selama hari ke 7-
15 ( minggu II), kemudian minggu ke III 200 mg/hari dan minggu ke IV 300 mg/hari.
- Stabilizing dosage (Stabilzation dose), dosis optimal dipertahankan selama 2-3
bulan. Misalnya amitriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan
sampai dosis pemeliharaan.
- Maintaning dosage (maintanance dose), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis
pemeliharaan dosis optimal. Misalnya amitriptylin 150 mg/hari.
- Tapering dosage (tapering dose), selama 1 bulan, kebalikan dari proses initialing
dose. Misalnya amitriptylin 150 mg/hari 100 mg/hari selama 1 minggu. 100 mg
75 mg/hari selama 1 minggu, 75 mg 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari
25 mg/hari selama 1 minggu.
Dengan demikian obat anti depresan dapat dihentikan total. Kalau kemudian sindrom depresi
kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya.
Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one
hour before sleep) untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan
dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan.

12
Psikoterapi
Diberikan untuk membantu pasien untuk mengatasi stressor dikehidupan dengan lebih
baik. Karena pengobatan ini memberikan respon yang baik serta bermakna. Apabila digabung
dengan pemberian obat akan menunjukkan hasil yang lebih baik. Pasien juga dapat bertahan
lebih lama menggunakan obat bila ia masuk ke dalam proses psikoterapi.
K. PROGNOSIS

Tidak ada satu literature yang dapat secara pasti menegakkan prognosis gangguan
depresi. Karena hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangannya antara biologio, psikologi dan
genetic seseorang maka keberadaan ketiga hal tersebut berpengaruh. Gangguan yang berat
cenderung untuk menjadi kronis atau dapat kambuh sewaktu-waktu. Apabila berulang banyak
yang tidak dapat sembuh. Indicator prognosis, kemungkinan depresi baik apabila episode
ringan, tidak ada gejala psikotik, waktu rawat inap singkat, dan lain lain. Indikator prognosis
buruk apabila depresi bersamaan dengan distimik, penyalahgunaan alcohol, dan zat
lain,ditemukan gejala cemas,da nada riwayat episode depresi sebelumnya.

13
BAB III
KESIMPULAN

Depresi merupkan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih, dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan dan rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan
bunuh diri.
Dasar umum untuk gangguan depresi berat tidak diketahui, tetapi diduga ada
beberapa faktor yang berperan, yaitu faktor biologis, faktor genetika dan faktor psikososial.
Untuk menegakkan diagnosa PPDGJ III mensyarati harus ada 3 gejala utama gangguan
depresi dan minimal 4 gejala lainnya dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat.
Salah satu jenis depresi yaitu depresi agitatif ternyata memiliki tanda dan gejala yang justru
bertolak belakang dengan jenis depresi lain sehingga disebut mixed mania.
Pemberian anti depresan dilakukan melalui tahapan tahapan, yaitu dosis initial,
titrasi, stabilisasi, maintenance dan tapering off, dimana dosis dan lama pemberiannya
berbeda-beda.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Sadock, Sinopsis Psikiatri, Jilid II, edisi Ketujuh, Binarupa Aksara, Jakarta,
1997.
2. Maslim, R: Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropika, edisi II, Jakarta, 2001.
3. Maslim, R : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPGDJ III,
Jakarta, 2001.
4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3057920
5. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Kedua. Universitas Indonesia. 213
6. http://www.rightdiagnosis.com/a/agitated_depression/intro.htm

15
16

Anda mungkin juga menyukai