Disusun Oleh :
Dadang Riankusuma Togela
111.130.057
Kelas A
Secara umum, Nikel laterit dapat dibagi menjadi beberapa zona (Sundari,
2012). Profil nikel laterit dideskripsikan dan diterangkan oleh daya larut mineral
dan kondisi aliran air tanah yang juga menetukan persebaran secara lateral.
Diagram skematik profil vertikal endapan nikel laterit daerah New Caledonia
(modifikasi Chetelat, 1947)
3. Bentuk Lahan
Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau
proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan pensesaran. Gaya
(tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir
semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural. Struktur
geologi baik secara regional maupun lokal sangat mempengaruhi
pembentukan mineral nikel, besarnya intensitas terjadinya pembentukan
struktur geologi (sesar, kekar) terutama secara lokal tentunya akan sangat
membantu dalam proses pelapukan secara kimiawi. Rekahan yang terjadi
terhadap batuan akan memudahkan penetrasi air tanah dan reagen-reagen
kimia untuk masuk dan mempercepat proses pelapukan.
Endapan nikel laterit umumnya berasosiasi dengan bentukan asal fluvial
dimana bentukan ini berkaitan dengan aktifitas sungai dan air permukaan
berupa pengikiran, pengangkatan, dan penimbunan pada daerah seperti
lembah, ledok, dan dataran alluvial. Proses penimbunan bersifat merata pada
daerah-daerah ledok, sehingga umumnya bentuk asal fluvial mempunyai relief
yang datar.
4. Pola pengaliran
Interpretasi pola pengaliran juga dapat digunakan untuk menentukan
intensitas pelarutan, dimana daerah yang pola pengalirannya lebih
berkembang akan lebih besar pula intensitas pelarutan yang dibutuhkan untuk
proses laterisasi. Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian
akan masuk (terserap) ke dalam tanah (infiltrasi), sedangkan air yang tidak
terserap ke dalam tanah akan tertampung sementara dalam cekungan-
cekungan permukaan tanah (surface detention) untuk kemudian mengalir di
atas permukaan tanah ke tempat yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya
masuk ke sungai. Air infiltrasi akan tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler
yang selanjutnya akan membentuk kelembaban tanah.
5. Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai peran penting dalam pembentuakn nikel
laterit,dimana selain akar tanaman yang memudahkan penetrasi air tanah dan
pelapukan, namun ketinggian dan kerimbunan serta kerapatan tanaman juga
menjadi faktor pertimbangan, karena tanaman yang terlalu rapat, rimbun dan
terlalu tinggi mengakibatkan intensitas kontak massa batuan dengan matahari
sebagai faktor penyuplai panas akan rendah, sehingga akan mempengaruhi
proses pelapukan.
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair
atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan
bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material
yang dikeluarkan pada saat meletus.
Hal yang penting dalam pemetaan bahaya erupsi merapi adalah saat
penarikan batas tingkat kawasan rawan bencana gunungapi yang harus
memperhatikan arah aliran awan panas, lahar, dan atau guguran lava pijar serta
memperhatikan sifat letusan gunungapi yang bersangkutan (tanpa
memperhitungkan arah/kecepatan angin), pelemparan lateral serta pola
bentanglahan (landscape). Analisis dasar untuk melakukan pemetaan kawasan
rawan bencana gunungapi agar bisa mengantisipasi kerugian yang ditimbulkan
oleh bencana. Adapun analisis tersebut meliputi :
Dari segi fisik perencanaan jalan harus di perhatikan beberapa aspek fisik
yang meliputi beberapa karakteristik medan yaitu topografi, proses geomorfologi,
batuan, tanah, kerapatan aliran dan penggunaan lahan.
Teknik analisis data dengan cara pengharkatan (scoring) terhadap sifat dan
karakteristik medan yang berupa: