Anda di halaman 1dari 9

1.

Pendahuluan
Spodoptera litura merupakan hama yang cukup banyak
terdapat pada beberapa komoditas pertanian di Indonesia.
Kerusakan berat pada daun yang diakibatkan hama ini dapat
mengurangi produksi panen secara signifikan. Pengendalian
hama ini sebagian besar menggunakan insektisida kimiawi
seperti methyl parathion, chlorpyrifos, phosalone, endosulfan,
deltamethrin dan alphamethrin (Ramegowda, 2003). Pada sisi
lain, penggunakan insektisida yang telah menyebabkan polusi
lingkungan yang serius (air, udara, dan Tanah), daya tahan
hama, munculnya hama kembali, dan toksisitas terhadap
manusia (Dhaliwal et al., 2004; Horowitz & Ishaaya, 2012). Oleh
karena itu, kebutuhan di masa depan adalah untuk
mengembangkan pendekatan yang ramah lingkungan untuk
memerangi hama serangga yang dapat mengatur populasi hama
dan aman bagi lingkungan. Baru-baru ini, penggunaan pestisida
botanik menawarkan kemungkinan baru dari teknik kontrol
serangga terhadap hama yang menjanjikan.

Penggunaan pestisida botanik sebagai insektisida


merupakan penerapan lama dan digunakan di seluruh dunia.
Pestisida botanik telah digunakan secara luas baik di pertanian
skala kecil maupun pertanian komersial (Isman, 2008).
Insektisida botanik yang baik harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut sebelum dikembangkan, seperti lebih mudah
untuk dihasilkan dalam jumlah besar, tidak berbahaya bagi
organisme lain, dan memiliki efek mematikan pada hama
serangga. Pestisida botanik memiliki banyak keuntungan
daripada pestisida kimia, seperti bahaya kesehatan dan polusi
lingkungan yang kecil, aman untuk organisme lain yang bukan
target, tidak ada dampak negatif pada pertumbuhan tanaman,
dan aman bagi manusia (Pavela, 2014; Dimetry, 2014).

Pengembangan pestisida botanik berdasarkan bahan


tembakau telah berkembang. Namun, penggunaan ekstrak
batang tembakau masih terbatas, dan sejauh ini tidak ada
dokumen tentang potensinya untuk diadopsi lebih luas sebagai
kontrol serangga. Oleh karena itu, pengembangan lebih lanjut
dari pestisida botanik dari produk limbah batang tembakau
diperlukan.

Saat ini, salah satu cara untuk memanfaatkan potensi


limbah batang tembakau yaitu dengan cara pirolisis untuk
menghasilkan asap cairan yang dapat digunakan sebagai
insektisida terhadap S. litura. Asap cair merupakan sebuah
produk yang diperoleh dari proses penguraian bahan-bahan
kimia dari material organik dengan pemanasan di sebuah
ruangan yang kurang atau tidak ada konten oksigen untuk
mematahkan ikatan molekul-molekul rumit ke obligasi molekuler
yang lebih kecil (Czernik & Bridgewater,2004). Asap cair yang
berisi beberapa senyawa yang telah berfungsi sebagai
insektisida sehingga dapat menjadi bahan alami untuk
mengatasi masalah-masalah hama (Tiilikkala et al., 2010;
Tiilikkala et al. 2011).

Dari sejarah panjang penggunaan pirolisis, hanya


ditemukan penelitian dalam jumlah terbatas yang fokus pada
asap cair dari batang tembakau sebagai insektisida, dan ini
adalah subjek penelitian baru-baru ini. Informasi tentang
toksisitas asap cair dari batang tembakau, serta aktivitas dari
asap cair untuk pertumbuhan dan penyebaran S. litura, belum
tersedia. Oleh karena itu, diperlukan penelitian pada topik ini
untuk menyediakan informasi tentang penggunaan asap cair
limbah batang tembakau sebagai insektisida yang dapat
digunakan oleh para petani untuk mengontrol larva dari S. litura
dengan cara yang ramah lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menentukan aktivitas asap cair limbah batang tembakau
sebagai insektisida pada larva S. litura.

2. Bahan-bahan dan metode


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Pemanis
Indonesia dan Serat Balai Penelitian Tanaman dari Agustus 2015 untuk Januari
2016.
2.1 Ekstraksi Limbah batang Tembakau

Batang tembakau dikumpulkan dari ladang tembakau di Stasiun Percobaan


Karangploso dan sekitar daerah Malang, Jawa Timur. Percobaan ini menggunakan
variasi Virginia Coker 176. Dua kilogram tembakau batang dipotong kecil-kecil
sekitar 2-4 cm. Bahan ini dimasukkan ke dalam ditutup dengan peralatan pirolisis.
Asap destilasi untuk mendapatkan asap cair dan itu digunakan untuk uji hayati.
2.2 Massa Pemeliharaan Larva S. litura

Larva S. litura dikumpulkan dari Stasiun Percobaan Karangploso,


Malang, Jawa Timur. Larva diizinkan untuk memakan daun kubis Cina (Brassica
rapa var. Chinensis) dalam botol plastik (1,5kg) yang ditutupi dengan kain kasa
untuk ventilasi di bawah kondisi laboratorium. Mereka terus berkembang sampai
menjadi pupa. Pupa yang dikumpulkan dan ditempatkan dalam stoples plastik
lain hingga dewasa. Ngengat jantan dan betina diizinkan untuk kawin dan
menghasilkan massa telur. Massa telur disimpan untuk menetas. Larva yang baru
menetas dikumpulkan dan dipelihara pada daun kubis untuk menghasilkan 2
instar. Instar kedua generasi F2 digunakan untuk bioassay.

2.3 Bioassay dari asap cair Limbah batang Tembakau


Sebuah uji pendahuluan dilakukan dengan konsentrasi tingkat 3,125;
6.25; 12,5; 25; 50; 100%; dan kontrol. Setiap tingkat konsentrasi dan kontrol
memiliki empat ulangan. Setiap replikasi digunakan sepuluh larva 2 instar.
Sebuah sprayer dengan tekanan rendah kompresor memproduksi tetes 2-
3 mm digunakan untuk menyemprot larva uji dengan asap cair. Larva yang
ditempatkan pada daun kubis Cina 4 4cm dalam ukuran dalam botol dari 13 cm
dengan diameter dan tinggi cm 14 yang sepotong kertas saring berjajar di bawah
daun. Kemudian larva disemprot dengan asap cair menurut tarif konsentrasi.
Toples plastik kemudian ditutup dengan kain kasa. Persentase larva mati diamati
setiap hari selama lima hari berturut-turut setelah perawatan.
Uji pendahuluan dilanjutkan dengan uji definitif . Tingkat konsentrasi
asap cair mengambil tarif yang digunakan oleh Harwanto et al. (2012), yaitu
LC10, LC25, LC50, LC60, LC75, LC95, dan kontrol. Larva dan peralatan yang
digunakan adalah sama dengan yang digunakan dalam tes awal. Tujuh tingkat
perlakuan (tarif konsentrasi) dengan empat replikasi yang diatur dalam Rancangan
Acak Lengkap (CRD). Setiap suku konsentrasi yang digunakan 15 larva maka,
dengan masing-masing perlakuan memiliki 60 larva. Aplikasi dari asap cair
dilakukan dengan dua metode, yaitu metode penyemprotan (metode langsung) dan
metode penyebaran (metode tidak langsung). Metode penyemprotan adalah uji
yang dilakukan seperti dengan awal sebelumnya. Sementara itu, metode
penyebaran yaitu 4 4 cm daun kubis Cina dicelupkan ke dalam asap cair, dan
dikeringkan. Larva uji yang diizinkan untuk memakan daun dirawat dan diobati
yang ditutupi dengan kain kasa.
Jumlah larva mati dicatat setiap hari selama lima hari berturut-turut.
Nilai Konsentrasi (LC) ditentukan dengan analisis probit menggunakan software
POLO Plus (Prijono, 1999; Kranthi, 2005).

2.4 Dampak dari Asap Cair Limbah Batang Tembakau


pada Berat Larva dan Kepompong S. Litura
Untuk memastikan dampak asap cair pada pengembangan
larva, tes dilaksanakan dengan konsentrasi sub lethal LC25
(0,48%), LC50 (2,07%), LC75 (8,89%) dan kontrol didasarkan
pada perhitungan dari tes definitif (Syahputra, 2013; Syahputra
& Prijono, 2011). Tiap laju konsentrasi termasuk kontrol yang
digunakan 25 detik larva instar. Metode perlakuan dan biakan
dari larva sama dengan yang dilakukan untuk uji pendahuluan.
Daun kubis digantikan dengan yang baru setiap hari. Larva
dibiakkan hingga berkembang menjadi pupa. Berat badan sehat
dari larva diukur pada 4, 7, dan 10 hari setelah perlakuan. Berat
badan sehat dari pupa juga diukur. Analysis of variance and
Duncan Multiple Range Test =0.05 diterapkan untuk
menentukan pengaruh yang signifikan dari perlakuan yang
digunakan.

3. Hasil dan diskusi


Kegiatan asap cair limbah batang tembakau berakar
terhadap S. larva litura ditentukan dengan parameter mortalitas
larva dan inhibisi pertumbuhan larva.

3.1 Bioassay asap cair tembakau


Tes awal Limbah Stem dalam studi bioassay konsentrasi
yang dihasilkan dari internet LC10, LC25, LC50, LC60, LC75, LC95
tidak. 1.18; 2.911; 7.89; 11,49; 21.42; dan
89.98%. Rata-rata angka kematian persentase dari tes
menunjukkan bahwa asap cair limbah batang tembakau yang
dapat menyebabkan kematian S. larva litura (Gambar 1 dan 2).
Aplikasi asap cairan untuk 120 jam setelah pengobatan dengan
metode penyemprotan dan metode pemberian makanan yang
dapat menyebabkan mortalitas S. litura sebanyak 95%. Pada
perlakuan hari kedua, laju kematian S. litura meningkat. Dan
pada hari keempat, tingkat kematian di atas 80%. Data ini
menunjukkan bahwa asap cair bereaksi secara perlahan-lahan
menghancurkan hama tetapi dapat menyebabkan kematian pada
hama dengan persentase di atas 80%. Gambar 1 dan 2 juga
menunjukkan bahwa ada variasi dalam laju kematian S. litura di
setiap tingkat konsentrasi asap cair. Peningkatan konsentrasi
diikuti dengan tingkat kematian S. litura. Hal ini dimungkinkan
dengan fakta bahwa dengan bertambahnya konsentrasi, jumlah
racun yang menyebabkan larva mati akan lebih besar sehingga
banyak larva akan mati.
LC50 nilai yang digunakan sebagai salah satu kriteria
aktivitas insecticida ke asap cair. Semakin rendah LC50 maka
insektisida beracun lebih banyak. Hasil menunjukkan bahwa
metode penyemprotan adalah paling efektif dari tabung metode
penyebaran seperti yang ditunjukkan oleh nilai lebih rendah dari
konsentrasi kematian (LC) (Tabel 1). Dalam 5 hari setelah
pengobatan, LC50 sekitar 2.91% untuk metode penyemprotan
lebih rendah kemudian sekitar 6,99% untuk metode penyebaran.
Dapat disimpulkan bahwa dengan penyemprotan asap cair dapat
membunuh secara langsung pada hama yang ditargetkan atau
tidak langsung dengan daun yang mengandung residu dari asap
cair.
Aktifitas dari asap cairan limbah batang tembakau telah
terbukti dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya. Misalnya,
menggunakan cairan-asap dari kayu laban dengan konsentrasi
dari 5% menyebabkan kematian rayap Coptotermes curvignatus
hingga 100% (Oramahi et al., 2014). Cairan dari kulit kelapa
dapat menyebabkan kematian Nilaparvata lugens hingga 100%
(Wagiman et al., 2014). Asap cair dari kayu birch menyebabkan
kematian Myzus persicae hingga 95% (Tiilikkala et al., 2010).
Asap cair dari tomat dan daun tembakau yang dapat membunuh
Leptinotarsa decemlineata hingga 80% dan 94% (Booker et al.,
2010; Caceres et al., 2015).
Menurut Kim et al. (2008), sebagian besar sifat-sifat dari
asap cairan limbah sebagai kontak racun disebabkan oleh asam
asetat yang terkandung dalam asap cairan yang merusak
permeabilitas cangkang serangga dan menyebabkan kematian.
Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa asap cairan limbah
bekerja lebih baik dalam hubungan langsung daripada
penyebaran atau secara tidak langsung. Aplikasi asap cairan dari
batok kelapa pada planthopper coklat juga memiliki konsentrasi
lebih rendah dalam metode langsung (metode semprotan) bila
dibandingkan dengan langsung atau tidak langsung metode
penyebaran (Wagiman et al., 2014).

3.2 Akibat-akibat asap cairan Limbah batang


tembakau pada Berat larva dan Pupal S. litura
Untuk memastikan tidak mematikannya asap cairan limbah
batang tembakau pada S. litura, sebuah pengamatan telah
dilakukan pada pengembangan S. litura yang telah diterapkan
dengan asap cair menggunakan parameter berat larva setelah
empat, tujuh, dan sepuluh hari. Setelah pengobatan dan
mengukur berat pupal konsentrasi menyebabkan tidak
mematikanya larva S. litura, tetapi menghambat pertumbuhan
larva seperti yang ditunjukkan (Tabel 2) berat lebih rendah
dibanding dengan kontrol larva yang diperlakukan.
Kelangsungan hidup larva mempunyai kemampuan untuk
menetralkan atau melakukan detoksifikasi terhadap racun yang
memasuki tubuh sehingga racun tidak menyebabkan kematian.
Namun, akibat proses detoksifikasi kebutuhan energi dari tubuh
yang telah digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
serangga. Hal tersebut biasa terjadi efek dari pertumbuhan
serangga yang sehat (Farrar, 1989). Aplikasi asap cairan limbah
batang bakau menyebabkan berat pupa lebih rendah
dibandingkan dengan larva sebagai kontrol. Hasil studi
menunjukkan bahwa asap cairan limbah batang tembakau
mempunyai insektissida terhadap larva S. litura.

Gambar 1 . akibat-akibat asap cairan limbah batang tembakau


metode penyemprotan pada tes definitif terhadap mortalitas
Spodoptera litura di 120 jam

Gambar 2 . akibat-akibat asap cairan limbah batang tembakau


metode penyebaran pada tes definitif terhadap mortalitas
Spodoptera litura di 120 jam
Tabel 1. LC dari asap cairan limbah batang tembakau
terhadap Spodoptera litura pada 120 jam setelah
pengobatan
Tabel 2. Dampak asap cairan limbah batang tembakau
pada berat larva dan pupal Spodoptera litura

4. Kesimpulan
Aplikasi asap cairan limbah stem tembakau dengan
metode semprot dan metode penyebaran yang dapat
menyebabkan kematian S. litura hingga 95%. Metode
penyemprotan lebih efektif dari metode penyebaran seperti yang
ditunjukkan oleh nilai dari konsentrasi mematikan lebih rendah.
Dalam 5 hari setelah pengobatan, LC50 menunjukan 2.9% untuk
metode penyemprotan, lebih rendah dari metode penyemprota
8.87%. Konsentrasi tidak mematikan menyebabkan kematian
larva S. litura, tetapi menghambat pertumbuhan seperti yang
ditunjukkan oleh berat larva lebih rendah dari dan pupal. Asap
cairan limbah batang tembakau memiliki aktivitas insektisida
terhadap larva S. litura

Anda mungkin juga menyukai