Anda di halaman 1dari 12

Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Jurnal Ekonomi Islam) Volume 9 (1), Januari 2017 P-ISSN: 2087-135X; E-ISSN:

2407-8654 Halaman 1-12

BANK SYARIAH YANG TERDAFTAR PADA PASAR KEUANGAN: RISIKO,


TATA KELOLA, PENDAPATAN, DAN MODAL
Teguh Budiman1, Farida Titik Kristanti2, Wardhana3
Abstrak. Bank Islam Terdaftar di Pasar Keuangan: Risiko, Tata Kelola, Earning, dan Capital. Bank syariah adalah
bank yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam menjalankan bisnis. Hingga 2015, ada 12 Bank Islam di
Indonesia; salah satu dari mereka sudah terdaftar di pasar saham. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis perbedaan tingkat kesehatan bank dinilai menggunakan profil bank risiko, tata kelola perusahaan
yang baik, pendapatan, dan modal (RGEC) antara Bank Islam yang terdaftar dan yang tidak terdaftar.
Menggunakan data periode 2011-2015 menggunakan independent t-test untuk menguji perbedaan. Uji statistik
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam risiko kredit yang diukur dengan NPF dan Earning
yang diukur dengan BOPO yang mewakili efisiensi biaya antara kedua kelompok perusahaan. Bank syariah yang
terdaftar memiliki risiko kredit yang lebih rendah dan efisiensi yang lebih besar daripada yang tidak terdaftar.
Kata kunci: risiko, tata kelola, produktif, modal
Abstrak. Bank Syariah yang Terdaftar Pada Pasar Keuangan: Risiko, Tata Kelola, Pendapatan, dan Modal. Bank
syariah adalah bank yang mengaplikasikan prinsip-prinsip syariah dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Hingga
tahun 2015 terdapat 12 Bank Islamik di Indonesia, dimana salah satunya sudah terdaftar di pasar modal. Tujuan
studi ini adalah menganalisis perbedaan kesehatan bank yang dinilai menggunakan profil risiko, tata kelola
perusahaan yang baik, pendapatan, dan modal untuk Bank syariah yang terdaftar dengan yang tidak terdaftar di
pasar modal Indonesia. Uji independen t digunakan untuk menguji perbedaan tersebut dengan menggunakan data
periode 2011- 2015. Hasil pengujian statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada risiko kredit yang
diukur dengan NPF dan Earning, diukur dengan BOPO yang mencerminkan efisiensi biaya, antara kedua kelompok
perusahaan tersebut. Bank syariah yang terdaftar di pasar modal memiliki risiko kredit yang lebih kecil dan
efisiensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak terdaftar di Bursa Efek.

Kata kunci: risiko, tata kelola, pendapatan, modal

Diterima: September 14, 2016; Revisi: November 11, 2016; Diterima: November 19, 2016 1,3 Universitas Padjajaran, Jl. Dipati
Ukur, Lebak Gede, Bandung, Jawa Barat 2 Telkom University, Jl. Telekomunikasi, No. 1, Dayeuhkolot, Bandung, Jawa Barat
E-mail: 1teguh.budiman11@gmail.com; 2farida_titik@yahoo.com; 3wardhana@fe.unpad.ac.id DOI: 10,15408 / aiq.v9i1.4011
Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Jurnal Ekonomi Islam) 2
Vol. 9 (1), Januari 2017

Pendahuluan
Peran sektor keuangan dalam perekonomian sangat penting, terutama dalam penyediaan dana untuk
pembiayaan ekonomi (terutama investasi). Perbankan adalah salah satu daerah keuangan yang diharapkan
berperan aktif dalam pembangunan ekonomi nasional dan regional. Pertumbuhan ekonomi suatu negara
ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah sektor perbankan yang memiliki fungsi utama sebagai
lembaga dana publik (Kuncoro, 2002).
Keuangan Islam telah menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa dalam dua dekade terakhir.
Tonggak, dalam pertumbuhan dan popularitas Lembaga Keuangan Islam (IFI), adalah Konferensi Menteri
Luar Negeri negara-negara Muslim pada tahun 1973, di mana keputusan pendirian Islamic Development
Bank (IDB) terjadi (Hanif, 2011). Dalam sistem keuangan Indonesia, salah satu jenis perbankan adalah
Bank Islam yang menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam menjalankan operasi perusahaan. Bank Islam
dalam perkembangannya diharapkan mempengaruhi pertumbuhan industri keuangan Islam.
Pengembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1991 ketika pembentukan pertama
bank umum syariah di Indonesia, Bank mu'amalat Indonesia. Kemudian, untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi bank syariah di Indonesia, pemerintah berhasil membuat dasar hukum penuh dan
set tertentu dari perbankan syariah yaitu UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Antonio,
2011). Jumlah bank syariah di Indonesia adalah 12 bank, 22 unit usaha, dan 161 BPRS (Islamic Banking
Statistik, Juni 2015). Ini menunjukkan perkembangan bank syariah dan menunjukkan permintaan
masyarakat yang tinggi untuk perbankan syariah.
Menurut data dari Statistik Perbankan Syariah pada bulan Juni 2015, pertumbuhan laba industri
perbankan syariah pada tahun 2014, bank-bank syariah hanya mencapai laba Rp. 1,79 triliun, turun 46%
dibandingkan dengan laba tahun 2013 sebesar Rp. 3,3 triliun. Sementara itu, laba bersih hanya Rp 1
triliun, turun 69% dibandingkan dengan laba bersih pada 2013 mencapai Rp 3,2 triliun. Sementara itu,
pada bulan Juni 2015, juga mengalami penurunan sebesar 38% menjadi Rp 1,1 triliun dibandingkan
dengan 2014, tapi dari mengenai laba bersih, meningkat sebesar 31% dibandingkan tahun 2014 yang
mencapai Rp 1,3 triliun.
Bank syariah dituntut untuk memiliki tingkat kesehatan dan suara kinerja keuangan untuk bersaing
dengan bank konvensional. Hal ini dapat dilihat pertumbuhan laba yang dihasilkan oleh bank syariah;
pertumbuhan pendapatan yang sehat adalah tanda kinerja perusahaan yang baik. Akibatnya, pertumbuhan
laba yang sehat akan meningkatkan nilai perusahaan (Simorangkir, 2003). Ukuran pertumbuhan laba
bersih dapat melihat dengan membandingkan (rasio) antara laba pada periode saat ini dengan pendapatan
pada periode sebelumnya.
Terkait dengan kesehatan bank, sejak 2011, Bank Indonesia telah menerapkan Risk metode
wisatawan Berdasarkan Bank Rating (RBBR) menggantikan
DOI http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad: 10,15408 / aiq.v9i1 0,4011
3 Teguh Budiman: Bank Islam Terdaftar Di Pasar Keuangan

CAMELS Rating System. Berdasarkan PBI No.13 / 1 / PBI / 2011 dan SE No. 13/24 / DPNP tentang
Penilaian Bank Umum tanggal 25 Oktober 2011. Metode Risk Based Bank Rating (RBBR) atau RGEC
berdasarkan empat faktor termasuk Profil Risiko (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG),
Profitabilitas (Laba) dan Capital (Modal). Sementara Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8 tahun
2014 tentang Bank Penilaian Islam dan UUS menyebutkan bahwa bank syariah diminta untuk menilai
tingkat kesehatan bank secara individual dan konsolidasi dengan penilaian cakupan dari beberapa faktor.
Pertama, Profil risiko (risk profile). Kedua, Good Corporate Governance. Ketiga, Profitabilitas (earning).
Keempat, Capital (Modal). Penilaian profil risiko dilakukan pada sepuluh risiko seperti risiko kredit,
risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko strategis, risiko kepatuhan, risiko
reputasi, risiko pengembalian, dan risiko investasi. Baik Penilaian Tata Kelola Perusahaan yang dilakukan
dalam pengelolaan Bank Islam menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Peringkat
dari laba dibuat untuk kinerja profitabilitas, sumber dari profitabilitas dan pendapatan stabilitas (Learning
Keberlanjutan) Bank Islam. Peringkat modal dilakukan pada tingkat kecukupan modal dan manajemen
modal Bank Islam.
Penelitian tentang kesehatan bank dan kinerja bank syariah di Indonesia telah dilakukan sejak
beberapa tahun lalu. Sofyan dan Anggono (2015) melakukan penelitian menggunakan data 2005-2014
dan beberapa metode regresi. Hasil penelitian menunjukkan rasio NIM, CAR yang signifikan dan positif
berdampak pada keuntungan, sedangkan rasio NPL dan LDR berpengaruh kritis dan buruk pada
keuntungan. Sementara Rotinsulu dkk (2015) melakukan penelitian tentang bank milik negara di
Indonesia pada tahun 2007 hingga 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RBRR mempengaruhi
profitabilitas secara bersamaan. Risiko kredit dan risiko likuiditas berdampak negatif terhadap
profitabilitas. Risiko pasar merugikan mempengaruhi profitabilitas modal sementara tidak berpengaruh
pada profitabilitas.
Berbagai penelitian yang menilai bank kesehatan perbedaan juga telah dibuat di Indonesia. Lupa,
et.al. (2016) menemukan bukti bahwa bank syariah memiliki profitabilitas yang lebih baik dan likuiditas
daripada yang konvensional. Studi Fitriana, Rosyid dan Fakhrina (2015) menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan dalam tingkat kesehatan bank yang dinilai oleh RGEC antara bank syariah dan konvensional
kecuali pada variabel laba. Astuti (2015) menemukan bukti bahwa ada perbedaan kinerja yang signifikan
antara bank asing dan Bank Nasional. Bank asing memiliki CAR lebih baik, LDR, dan ROA, sedangkan
Bank Nasional memiliki BOPO lebih baik. Putri dan Damayanti (2013) menemukan bukti bahwa ada
perbedaan profil risiko dan GCG antara bank besar dan bank kecil, sementara profitabilitas dan
kapitalisasi tidak menunjukkan perbedaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Anggraini, et.al (2015)
yang terkait milik metode RBBR menemukan bahwa BRI Syariah adalah bank yang sehat.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad DOI: 10,15408 / aiq.v9i1.4011
Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Jurnal Ekonomi Islam) 4
Vol. 9 (1), Januari 2017

Saat ini, mayoritas bank syariah yang ada unit usaha syariah yang dimiliki oleh bank konvensional.
Dengan pasar bebas ASEAN, kompetisi tidak hanya untuk Indonesia tetapi juga dari negara-negara
ASEAN lainnya (terutama Malaysia). Sebagai perbankan syariah perlu meningkatkan kualitas kinerja
mereka, salah satunya adalah mencatatkan diri sebagai perusahaan publik dan menjual saham di pasar
modal. Kemudian, hal itu bisa menambah modal bank dan juga pada akhirnya akan meningkatkan ukuran
perusahaan. Selain itu, salah satu dari 12 bank syariah yang ada di Indonesia saat ini, Bank Panin Islamic
Bank baru saja tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Fakta menunjukkan fenomena penasaran untuk melihat apakah ada perbedaan tingkat kesehatan
bank yang dinilai oleh RGEC dan kinerja antara bank syariah yang terdaftar dan yang tidak terdaftar.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada perbedaan profil risiko, tata kelola perusahaan
yang baik, pendapatan dan modal antara bank syariah yang terdaftar dan yang tidak terdaftar.
sastra Ulasan
TeoriSignaling digunakan sebagai argumen utama dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa
manajemen akan secara alami sengaja mengirimkan sinyal ke pasar. Pelaporan keuangan dan
pengungkapan berpotensi sarana penting bagi manajemen untuk mengkomunikasikan kinerja perusahaan
dan pemerintahan untuk investor luar (Healy dan Palepu, 2001). Bank paling menguntungkan akan
memberikan informasi yang lengkap dan lebih baik untuk pasar (Bini, et.al, 2011).
Salah satu cara untuk memahami sinyal pasar yang dikeluarkan oleh bank-bank yang menggunakan
komponen RGEC untuk menilai kinerja bank selama periode yang dapat dianggap kesehatan mereka,
berdasarkan pada nilai-nilai yang diperoleh dari rating. Hal ini kemudian dapat mengambil
langkah-langkah perbaikan untuk mengurangi risiko dan menghindari kegagalan bank-bank ini lebih jauh
untuk mencegah krisis keuangan dalam sistem perekonomian Indonesia.
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.13 / 24 / DPNP tanggal 25 Oktober 2011. Bank wajib
melakukan penilaian (self-assessment) dari Bank dengan menggunakan pendekatan Risk (Risk-based
Penilaian Bank / RBBR) baik secara individu dan secara konsolidasi, ruang lingkup penilaian meliputi
faktor-faktor berikut: profil risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG), profitabilitas (laba);
dan Capital (modal) untuk menghasilkan nilai gabungan dari Bank.
Dalam menilai kesehatan suatu bank, OJK menggunakan pendekatan kualitatif dengan berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Sejak 2011 sampai sekarang, metode yang
digunakan untuk menilai kesehatan bank-bank RBBR (Bank Berbasis Risiko Rating). Secara khusus,
untuk bank syariah, OJK menerbitkan PeraturanKeuangan:
DOI http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad 10,15408 / aiq.v9i1.4011
5 Teguh Budiman: Bank Islam Tercantum Dalam Pasar Keuangan

Otoritas jasa (Otoritas jasa Keuangan) No. 08 / POJK.03 / 2014 dari Tingkat Kesehatan Bank Islam
Pengkajian dan Bisnis Islam Satuan. Berdasarkan peraturan tersebut, tingkat kesehatan bank merupakan
hasil dari penilaian kondisi bank yang dilakukan oleh risiko termasuk risiko yang terkait dengan
penerapan prinsip-prinsip Islam dan kinerja bank atau disebut berbasis risiko.
Berdasarkan SE 13/24 / DNP pada Tingkat Kesehatan Bank Umum, dapat dilihat penjelasan dari
semua delapan jenis risiko yang dihadapi oleh sektor perbankan, yaitu: Risiko Kredit, Risiko Pasar,
Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Kepatuhan, Hukum risiko, risiko Reputasi, risiko Strategis.
Namun, bank-bank Islam maka yang ditambah dengan dua risiko, yaitu risiko hasil dan risiko investasi.
Risiko variabel dalam penelitian ini adalah risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar karena
risiko-risiko dapat diukur secara kuantitatif.
Berikut fokus penelitian ini pada Profil Risiko, Good Corporate Governance, Earning dan Capital
(RGEC) rasio, hipotesis utama dari penelitian ini adalah: Pertama, ada perbedaan antara risiko kredit dari
bank syariah yang terdaftar dan yang tidak terdaftar. Kedua, ada perbedaan antara risiko likuiditas bank
syariah yang terdaftar dan yang tidak terdaftar. Tiga, ada perbedaan antara risiko pasar bank syariah yang
terdaftar dan yang tidak terdaftar. Keempat, ada perbedaan antara NIM bank syariah yang terdaftar dan
yang tidak terdaftar. Kelima, ada perbedaan antara ROA bank syariah yang terdaftar dan yang tidak
terdaftar. Keenam, ada perbedaan antara NOM bank syariah yang terdaftar dan yang tidak terdaftar.
Ketujuh, ada perbedaan antara BOPO bank syariah yang terdaftar dan yang tidak terdaftar. Delapan, ada
perbedaan antara CAR bank syariah yang terdaftar dan yang tidak terdaftar.
Metode
Unit analisis mengacu pada tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap analisis data
lebih lanjut (Sekaran, 2009). Unit analisis dalam penelitian ini adalah Bank Islam (BUS) yang terdaftar di
OJK selama 2011-2015 dengan menggunakan pendekatan kuantitatif komparatif. Sementara studi
banding adalah studi yang membandingkan, variabel yang sama dengan penelitian variabel independen,
tapi sampel lebih dari satu atau dalam waktu yang berbeda. Populasi adalah seluruh kelompok orang,
peristiwa, atau kepentingan objek penelitian (Sekaran, 2009). Dalam melakukan penelitian ini, populasi
penelitian yang digunakan semua bank syariah yang terdaftar terdaftar dan yang tidak terdaftar selama
2011-2015.
Purposive Random Sampling digunakan dengan kriteria sebagai berikut: (1) bank umum syariah
dan terdaftar di OJK selama tahun 2011-2015. (2)
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad DOI: 10,15408 / aiq.v9i1.4011
Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Jurnal Ekonomi Islam) 6
Vol. 9 (1), Januari 2017

Menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember, dan telah diaudit oleh akuntan
publik, dirilis ke publik di media cetak dan elektronik, serta bank-bank Indonesia yang terdaftar di
direktori yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan OJK. (3) Ketersediaan data yang diperlukan dalam
penelitian, yang diperlukan rasio, informasi keuangan, dan data lain yang diperlukan. Sampel perusahaan
yang memenuhi kriteria tersebut sebanyak 11 bank Islam. Bank BTPN Syariah dikeluarkan dari sampel
karena pergantian baru ke dalam bank umum syariah di tahun 2014. Dari 11 bank hanya Panin Bank
Syariah (BPS) sudah tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 1. Daftar Bank Islam di Indonesia
No Kode Emiten
1 MUA Bank Muamalat
2 VIS Bank Victoria Syariah
3 BRIS Bank Rakyat Indonesia Syariah
4 BJBS Bank BJB Syariah
5 BNIS Bank Negara Indonesia Syariah
6 BMRS Bank Mandiri Syariah
7 BMS Bank Mega Syariah
8 BPS Panin Bank Syariah
9 BSK Bank Syariah Bukopin
10 BCS Bank Central Asia Syariah
11 MYS Maybank Syariah
12 BTPNS Bank Tabungan NegaraSyariah:
Sumber OJK,

2015t-test digunakan untuk memeriksa hubungan antara variabel independen (yang merupakan
kategori atau non skala -metric) dan variabel dependen (yang terus menerus, metrik atau interval dan
skala rasio) (Ghozali, 2011). Karena dua kategori variabel independen, uji statistik menggunakan t-test.
Tes ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang terpisah memiliki nilai yang berbeda.
Langkah pertama adalah kebutuhan untuk menguji diasumsikan varians sama dengan satu berbeda dengan
melihat tes Levene. Jika uji F Levene memiliki probabilitas> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa t-test
harus menggunakan varians yang sama diasumsikan, dan jika probabilitas <0,05 maka t-test harus
menggunakan salah satu yang berbeda (varian yang sama tidak diasumsikan). Langkah kedua adalah
untuk melihat nilai t-test untuk menentukan apakah ada perbedaan nilai rata-rata secara signifikan
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad~~V DOI: 10,15408 / aiq.v9i1.4011
7 Teguh Budiman: Bank Islam Terdaftar Di Pasar Keuangan

atau tidak. Jika nilai signifikansi> 0,05, maka tidak ada perbedaan yang signifikan dalam dua kelompok
sampel. Sementara itu, jika nilai signifikansi <0,05 maka dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang
signifikan dalam dua kelompok sampel.
Hasil danDiskusi
tesstatistik menunjukkan bahwa hasil probabilitas uji F Lavene hanyalah NPV faktor yang perlu
menggunakan Equal Variance Diasumsikan karena memiliki probabilitas 0,036 yang lebih kecil dari 0,05.
Sementara, faktor lain seperti FDR, VAP, NI, ROA, NOM, ROA dan CAR menggunakan salah satu yang
berbeda (varian yang sama tidak diasumsikan), karena memiliki probabilitas yang lebih besar dari 0,05.
Hasil statistik juga menunjukkan bahwa satu-satunya faktor risiko kredit yang diukur dengan NPF
dan BOPO memiliki perbedaan yang signifikan dalam bank syariah yang terdaftar dan yang tidak
terdaftar. Hasil ini ditunjukkan dengan jumlah yang signifikan dari kedua faktor ini kurang dari 0,05
(NPF, sig. = 0,005, dan BOPO, sig. = 0,037). Ini membuktikan hipotesis bahwa ada perbedaan yang
signifikan dalam risiko kredit (NPF) dan BOPO antara bank syariah yang terdaftar dan yang tidak
terdaftar. Bank syariah yang terdaftar memiliki rata-rata NPF (risiko kredit) sebesar 0,80% lebih besar
daripada yang tidak terdaftar 2,19%. Adapun BOPO, bank syariah tercatat memiliki rata-rata 71,19%
yang lebih kecil daripada yang tidak terdaftar dari 90,86%. ). Ini membuktikan bahwa ada perbedaan yang
signifikan dari BOPO antara bank syariah yang terdaftar dan yang tidak terdaftar.
NPF (Non Performing Financing) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan bank untuk
mengelola kredit bermasalah dari total kredit yang diberikan oleh bank. Jika kenaikan NPF, hal itu akan
menyebabkan peningkatan kredit bermasalah, menyediakan lebih besar PPAP, penurunan pendapatan,
keuntungan menderita kerugian, mengurangi modal, dan modal yang lebih rendah. NPF menunjukkan
kualitas keseluruhan aset kredit, jika NPF meningkat, hal itu akan menyebabkan peningkatan pinjaman
bermasalah yang memerlukan lebih besar penyediaan PPAP dan menyebabkan pendapatan menurun.
Penelitian ini membuktikan bahwa bank syariah yang terdaftar memiliki lebih kecil NPF daripada yang
tidak terdaftar. Penelitian ini karena bank syariah yang terdaftar memiliki kewajiban untuk memberikan
sinyal yang baik ke pasar (menurut teori signaling); sehingga investor tertarik untuk membeli saham
mereka.
Bank syariah yang terdaftar juga memiliki BOPO lebih kecil daripada yang tidak terdaftar. BOPO
digunakan untuk mengukur efisiensi dan kemampuan bank untuk melaksanakan operasi mereka. Semakin
rendah tingkat rasio BOPO berarti kinerja yang lebih baik dari manajemen bank karena lebih efisien
penggunaan sumber daya yang ada. Namun, setiap perusahaan perbankan akan berusaha untuk
menghasilkan sebanyak keuntungan. Selain efisiensi, untuk mengurangi biaya operasional, bank harus
dapat menggunakan semua kemampuan keuangan sebagai aset untuk menghasilkan laba. Studi ini
menemukan bukti bahwa bank yang terdaftar lebih efisien daripada bank-bank yang tidak terdaftar karena
mereka memiliki BOPO rendah.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad DOI: 10,15408 / aiq.v9i1.4011
Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Jurnal Ekonomi Islam) 8
Vol. 9 (1), Januari 2017
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad DOI: 10,15408 / aiq.v9i1.4011

Tabel 2. StatistikHasil
ujiF Prob Equal Variance Diasumsikan / Equal
Variance Tidak Diasumsikan
Sig. (2 tailed)
NPF 4,625 0,036 Equal Variance Tidak Diasumsikan 0,005
FDR 0.070 0,792 Equal Variance Diasumsikan 0.477
VAP 0,819 0.370 Equal Variance Diasumsikan 0,218
NI 1.090 0.301 Equal Variance Diasumsikan 0,344
ROA 0,224 0,638 Equal Variance Diasumsikan 0,498
NOM 0,233 0,632 Equal Variance Diasumsikan 0,603
BOPO 0.809 0.925 Equal Variance Diasumsikan 0,037
CAR 0,368 0,547 Equal Variance Diasumsikan 0,327
Sumber: Estimasi Hasil

faktor-faktor lain seperti FDR (risiko likuiditas), VAP (risiko pasar), NI (tata kelola perusahaan ),
NOM, ROA (Earning), dan CAR (Capital) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara bank
syariah yang terdaftar terdaftar dan yang tidak terdaftar. Hasil statistik juga menunjukkan bahwa
probabilitas FDR, VAP, NI, NOM, ROA dan CAR lebih besar dari 0,05, sehingga tidak ada perbedaan
semua variabel antara bank syariah yang terdaftar dan yang tidak terdaftar.
FDR menunjukkan risiko likuiditas bank. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek, semakin tinggi FDR. Ini berarti risiko likuiditas bank syariah yang tercantum
adalah 109,90%; itu lebih besar daripada yang tidak terdaftar dari 98,16%. Hal ini menunjukkan bahwa
bank syariah tercatat sangat cair. Likuiditas yang tinggi dapat menyebabkan biaya kesempatan bagi bank.
Teori menyatakan bahwa selalu ada trade off antara likuiditas dan profitabilitas, tetapi tidak membuktikan
dalam penelitian ini. Kinerja bank yang diukur dengan ROA menunjukkan bahwa bank syariah yang
terdaftar memiliki kinerja yang lebih baik daripada yang tidak terdaftar. ROA Bank Islam yang tercantum
adalah 1,87%. Jika tidak, tidak terdaftar Bank Islam adalah 0,85%.
Demikian pula, faktor-faktor lain seperti VAP yang menunjukkan risiko pasar. VAP adalah bentuk
kontrol dari risiko pasar yang menggambarkan berapa banyak potensi kerugian Bank Islam dalam hal
perubahan nilai tukar atau perubahan nilai dari portofolio itu sendiri di pasar. Bank syariah yang terdaftar
memiliki rata-rata 26,74% dibandingkan mereka yang yang tidak terdaftar yang sama dengan 21,79%.
Bank syariah itu berarti terdaftar memiliki potensi kerugian yang lebih besar dalam hal perubahan nilai
tukar atau perubahan nilai pasar dari portofolio. Namun, harus diingat prinsip
9 Teguh Budiman: Bank Islam Terdaftar Di Pasar Keuangan

berisiko tinggi, return yang tinggi. Sebuah risiko yang signifikan akan memungkinkan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan yang besar. Risiko besar tidak mungkin khawatir karena diikuti dengan bank
syariah yang memiliki kinerja yang lebih baik. Kinerja yang ditunjukkan oleh ROA rata Bank Islam yang
tercantum yang lebih baik daripada yang tidak terdaftar.
Tabel 3. Statistik Grup
STATUS N Mean Std. Deviasi Std. Kesalahan Berarti
NPF Tidak terdaftar 50 2,1956 1,51789 0,21466
Dipasang 5 0,8020 0,69518 0,31089
FDR Tidak terdaftar 50 98,1622 35,32809 4,99615
terdaftar 5 109,9000 30,19782 13,50488
VAP Tidak terdaftar 50 21,7982 8,62257 1,21942
Dipasang 5 26,7460 6,26559 2,80206
NI Tidak terdaftar 50 6,4676 2,85076 0,40316
Dipasang 5 5,2260 1,48811 0,66550
ROA Tidak terdaftar 50 0,8504 3,32532 0,47027
Dipasang 5 0,8780 0,98223 0,43927
NOM Tidak terdaftar 50 0,2008 4,86426 0,68791
Dipasang 5 1.3500 0,64807 0,28983
BOPO Tidak terdaftar 50 90,8630 19,84286 2,80620
Dipasang 5 71,1940 15,79148 7,06216
CAR Tidak terdaftar 50 22,1686 14,67733 2,07569
Dipasang 5 28,8440 10,31932 4,61494

Variabel Good Corporate Governance (GCG) yang diwakili oleh rasio keuangan (NI) yang
menggambarkan tingkat pendapatan jumlah penyaluran dana yang diperoleh dengan menggunakan aktiva
produktif yang dimiliki oleh Bank Islam. Meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik
antara bank syariah NI terdaftar terdaftar dan yang tidak terdaftar, Mean NI terdaftar bank Islam di 5,22%
ternyata relatif kecil dibandingkan dengan yang tidak terdaftar, sebesar 6,46%. NI dari bank syariah yang
terdaftar relatif kecil, tetapi itu tidak berarti bahwa pemerintahan mereka lebih buruk. Kinerja terdaftar
bank syariah yang diukur dengan ROA terbukti lebih baik daripada yang tidak terdaftar. Meskipun tidak
ada yang signifikan secara statistik perbedaan
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad DOI: 10,15408 / aiq.v9i1.4011
Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Jurnal Ekonomi Islam) 10
Vol. 9 (1), Januari 2017

antara ROA bank syariah yang terdaftar dan tidak terdaftar, namun, Bank Islam yang terdaftar memiliki
lebih besar ROA daripada tidak terdaftar (1,88% dibandingkan 0,85%). ROA digunakan untuk mengukur
kemampuan bank untuk membuat keseluruhan keuntungan. Ini berarti bahwa kemampuan bank syariah
yang terdaftar dalam menghasilkan keuntungan secara keseluruhan lebih baik daripada yang tidak
terdaftar, meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik.
Rasio utama yang digunakan untuk menilai profitabilitas bank syariah adalah dengan menggunakan
Net Operating Margin (NOM). NOM digunakan untuk menentukan kemampuan aktiva produktif dalam
menghasilkan laba. Hasilnya adalah bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara NOM dari bank
syariah yang terdaftar dan yang tidak terdaftar. Namun NOM bank syariah yang terdaftar, sebesar 1,35%,
lebih besar dari mereka yang tidak terdaftar, yaitu sebesar 0,44. Ini berarti bahwa bank syariah tercatat
memiliki kinerja yang lebih baik dalam menghasilkan laba dari aktiva produktif daripada yang tidak
terdaftar.
CAR juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok bank,
meskipun bank-bank Islam yang terdaftar memiliki CAR lebih tinggi daripada yang tidak terdaftar
(28,24% dibandingkan dengan 22,19%). CAR merupakan indikator untuk menilai aspek modal di bank.
Ada komponen modal dan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dalam perhitungannya. Modal yang
lebih tinggi akan meningkatkan rasio CAR, yang berarti Bank Islam memiliki modal yang cukup dan
dapat menutupi kerugian dari aktivitas Bank Islam. Peningkatan modal ekuitas, khususnya, akan
menurunkan biaya dana. Meningkat adalah karena Bank Islam dapat menggunakan modal mereka untuk
dialokasikan ke aset, yang kemudian dapat meningkatkan profitabilitas Bank Islam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari beberapa indikator, tidak ada perbedaan antara bank yang
terdaftar dan bank non-terdaftar. Hasil ini muncul karena hanya satu bank syariah yang sudah terdaftar di
bursa. Tapi, yang terdaftar di bursa saham bisa menjadi salah satu strategi untuk modal menguat di bank
syariah. Seperti kita ketahui, regulator sekarang dipaksa unit usaha syariah untuk spin-off. Kebijakan
spin-off menurut Al Arif (2015) memiliki efek pada efisiensi bank syariah. Regulator harus fokus untuk
membuat bank syariah yang sehat di Indonesia.
Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bukti bahwa bank syariah yang terdaftar memiliki kinerja yang lebih baik
daripada yang tidak terdaftar. Hal ini disebabkan, perusahaan yang sudah go public memiliki kewajiban
untuk selalu memberikan sinyal yang baik untuk pasar yang dilakukan dengan memberikan kinerja yang
baik, sehingga investor tertarik untuk berinvestasi di bank. Ada perbedaan yang signifikan untuk risiko
kredit yang diukur dengan Non Performing Finance dan BOPO yang mewakili efisiensi biaya, antara
bank syariah yang terdaftar terdaftar dan yang tidak terdaftar. Terdaftar Bank Islam menunjukkan
efisiensi yang lebih baik pada kedua faktor.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad DOI: 10,15408 / aiq.v9i1.4011
11 Teguh Budiman: Bank Islam Tercantum Dalam Pasar Keuangan

bank Listed memberikan sinyal yang baik untuk investor di pasar modal melalui baik pertunjukan di
laporan keuangan mereka. Dalam penelitian ini, sinyal yang baik yang diwakili oleh nilai-nilai rendah
NPF dan BOPO. Faktor-faktor lain seperti FDR, VAP, ROA, NOM, dan CAR meskipun secara statistik
tidak berbeda, tapi rata-rata semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
bank syariah tercatat memiliki kinerja yang lebih baik daripada yang tidak terdaftar. Bank syariah karena
itu, yang tercantum merupakan masalah bagi yang ada bank syariah yang tidak terdaftar. Menjadi bank
yang pergi make public bank akan selalu berusaha untuk memberikan sinyal yang baik kepada investor
melalui kinerja keuangan yang sehat.
Referensi Al Arif, MNR (2015). Keterkaitan Kebijakan Pemisahan Terhadap Tingkat Efisiensi PADA
Industri Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 19 (2): 295-304.
Anggraini, M. et.al. (2015). Analisis KINERJA Keuangan Bank Konvensional Dan Bank Syariah
Mencari Google Artikel using Pendekatan RGEC (Studi PADA PT. BRI, Tbk dan PT. BRI Syariah
Periode 2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 27 No 1: 1-6. Antonio, MS (2011). Bank
Syariah Dari Teori Ke Praktik.Jakarta: Gema Insani Press. Astuti, HD (2015). Analisa
PERBANDINGAN KINERJA Bank Asing Dan Bank Nasional
DENGAN Rasio Keuangan. Jurnal Magister Manajemen. Vol.01, No.1: 19-29. Bank Indonesia.
(2011). PBI Nomor 13/1 / PBI / 2011 TENTANG PENILAIAN Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Bini, L. et.al. (2011). Signalling Theory dan Pengungkapan Sukarela
untuk The Financial Market (bukti dari indikator profitabilitas yang diterbitkan dalam laporan tahunan),
Makalah disampaikan pada Kongres EAA Tahunan ke-34, 20-22 April 2011. Fitriana, N. et.al. (2015).
Tingkat Kesehatan Bank BUMN Syariah DENGAN Bank Umum Konvensional: Metode RGEC (Profil
Risiko, Good Corporate Governance, Produktif dan Capital). Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 17 (2):
1-12. Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate DENGAN Program SPSS. Edisi 5.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hanif, M. (2011). Perbedaan dan Kesamaan
Islam dan Perbankan Konvensional,
Jurnal Internasional Bisnis dan Ilmu Sosial. Vol. 2 No 2: 166-175. Healy, PM & KG Palepu.
(2001). Asimetri informasi, pengungkapan perusahaan, dan pasar modal: Sebuah tinjauan literatur
pengungkapan empiris. Jurnal Akuntansi dan Ekonomi. Vol. 31: 405-440. Kuncoro, M. (2002).
Manajemen Perbankan. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad DOI: 10,15408 / aiq.v9i1.4011
Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Jurnal Ekonomi Islam) 12
Vol. 9 (1), Januari 2017

Lupa, W. et.al. (2016). Analisis PERBANDINGAN Tingkat Kesehatan Perbankan Syariah DENGAN
Perbankan Konvensional DENGAN Metode CAMEL. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. Vol. 16 (1):
694-705. Putri, IDADE & IGAE Damayanti. (2013). Profil Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Risiko, Good Corporate Governance, Laba, & PADA Modal Perusahaan Perbankan Besar
Dan Kecil. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2 (2013): 483-496. Rivai, V. et.al. (2007). Bank
dan Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. Rotinsulu, DP et.al. (2015). The Analisa Risiko Berbasis Bank Penilaian
Metode Pada Profitabilitas Bank di Bank Milik Negara. Jurnal EMBA. Vol.3 No.1: 95- 106. Sekaran, U.
(2009). Metodologi Penelitian UNTUK Bisnis, edisi 4 Buku 1.
Jakarta: PT. Salemba Empat. Simorangkir, C. (2003). Manajemen Keuangan. Jakarta: Badan
Penerbitan FE
Universitas Indonesia. Sofyan, YPP & AH Anggono. (2015). Pengaruh Berbasis Bank Penilaian
Komponen Risiko terhadap Laba pada 19 Bank Umum Indonesia di Masa 2005-2014. Australia Jurnal
Akuntansi, Ekonomi dan Keuangan. Volume 1. Isu 1: 56-65.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/iqtishad DOI: 10,15408 / aiq.v9i1.4011

Anda mungkin juga menyukai