Anda di halaman 1dari 275

Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Bogor
2005 - 2025

BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH


Pemerintah Kabupaten Bogor
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
2005 - 2025 merupakan dokumen perencanaan hasil revisi
dari RTRW Kabupaten Bogor tahun 2000

Buku rencana ini mencakup potensi, masalah dan prospek


pengembangan wilayah,kebijakan dan strategi penataan ruang,
rencana tata ruang, arahan pemanfaatan ruang, arahan pengendalian,
arahan pengawasan pemanfaatan ruang, serta hak, kewajiban dan
peran serta masyarakat.

BAPPEDA KABUPATEN BOGOR


SUB BIDANG TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengisyaratkan bahwa penyusunan rencana tata ruang
dilakukan harus mencakup ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, yang disusun secara berjenjang
mulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten serta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRW Kabupaten serta RTRW Kota), yang pada akhirnya, rencana tata
ruang tersebut ditetapkan dengan peraturan daerahnya masing-masing.
Kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor pada tahun 2007 merupakan landasan bagi
fasilitasi penyusunan Raperda RTRW Kabupaten Bogor. Penyusunan RTRW tersebut ditujukan agar kegiatan pembangunan
di Kabupaten Bogor memiliki dasar dan panduan yang menetapkan peluang serta batasan bagi kegiatan pembangunan.
Hal ini terkait dengan adanya isu dan permasalahan utama Kabupaten Bogor yang meliputi :
1. Masih terbatasnya akses infrastruktur dalam menunjang pengembangan kawasan perdesaan sebagai kawasan pengembangan
ekonomi (rural development), termasuk kurangnya akses transportasi sebagai sarana penghubung antar sentra kegiatan;
2. Rendahnya perhatian terhadap keberadaan kawasan strategis perbatasan yang seharusnya menjadi fokus perhatian (rencana tata
ruang yang tidak adaptif untuk merespons perkembangan kabupaten/kota tetangga) baik segi sosial, ekonomi dan ekologi.
3. Lemahnya keterkaitan fungsional khususnya kota-kota prioritas dengan hinterland-nya karena kurangnya dukungan infrastruktur
(transportasi, jalan, listrik dan telekomunikasi serta prasarana pengairan)
4. Berkembangnya sektor modern diperkotaan, telah pula mempengaruhi terhadap terjadinya perubahan struktur sosial ekonomi
masyarakat yang berakhir pada berubahnya struktur ruang yang ada.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman I -1


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Dalam upaya menghadapi tantangan era globalisasi di masa depan, diharapkan Kabupaten Bogor mampu memanfaatkan peluang
melalui penerapan prinsip kemandirian lokal. Prinsip ini diyakini akan mampu menggali potensi dan warna lokal secara optimal
dan kemudian dapat memanfaatkannya sebagai identitas Kabupaten Bogor agar dapat bersaing dalam kegiatan pembangunan di
bidang sosial ekonomi dan budaya. Secara umum dapat diartikan bahwa dengan memanfaatkan potensi lokal, diharapkan akan dapat
berkembang lebih cepat.
Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya untuk mendorong perkembangan wilayah secara mendasar, guna meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dan lingkungan hidup yang berkesinambungan. RTRW Kabupaten Bogor diharapkan akan mewujudkan
keterpaduan antara daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam pengelolaan kawasan dengan pengembangan perekonomian
wilayah yang produktif, efektif, dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah, yang pada akhirnya tercipta kesejahteraan masyarakat
yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.
Namun di dalam pelaksanaannya, RTRW Kabupaten Bogor kurang dipedomani dalam pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan
ruang maupun pengendalian pemanfaatan ruangnya. Hal ini seringkali menimbulkan permasalahan lingkungan, seperti pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana sehingga menimbulkan dampak masalah transportasi, bencana banjir, slum area/squatter, degradasi
lingkungan, ketidakteraturan pemanfaatan ruang. Permasalahan tersebut tidak hanya terjadi pada wilayah yang bersangkutan, namun
terjadi dalam lingkup antar wilayah perbatasan yaitu tidak sesuainya pemanfaatan ruang antar wilayah-wilayah perbatasan tersebut.
Oleh karena itu, RTRW yang telah disusun harus memiliki kekuatan hukum. Pemerintah daerah yang memiliki kewenangan
menyusun Perda RTRW harus dapat menyusun Materi Raperda dengan lengkap dan jelas serta mencakup aspek-aspek yang perlu
diatur terutama yang dikhawatirkan akan menimbulkan konflik dalam pemanfaatan ruang.
Sebagai satu rangkaian kegiatan dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor, pada tahun 2005 telah disusun Revisi Rencana Tata
Ruang Kabupaten Bogor. Sebagai tindak lanjut, maka pada tahun anggaran 2007, dilakukan penyempurnaan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bogor, indikasi program, serta sistem kelembagaan operasionalisasi penataan ruang Kabupaten Bogor sebagai
materi teknis Raperda serta tersosialisasikannya dan disepakatinya materi teknis Raperda Kabupaten Bogor. Materi Teknis Raperda
RTRW Kabupaten Bogor nantinya menjadi lampiran dari Perda tentang RTRW Kabupaten Bogor.
Materi teknis Raperda yang dihasilkan tersebut merupakan wadah integrasi dari kebijakan dan peraturan yang sudah ada, yang
diharapkan dapat menjadi alat pengendali atau acuan yang memiliki kekuatan hukum bagi Pemerintah Daerah, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Pusat serta masyarakat luas untuk terselenggaranya pembangunan wilayah di Kabupaten Bogor yang terkoordinasi
serta pemanfaatan ruang yang selaras dengan rencana tata ruangnya.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman I -2


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

1.2. Azas dan Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bogor


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor disusun berasaskan :
a. keterpaduan;
b. keserasian, keselarasan dan keseimbangan;
c. keberlanjutan;
d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
e. keterbukaan;
f. kebersamaan dan kemitraan;
g. perlindungan kepentingan umum;
h. kepastian hukum dan keadilan; dan
i. akuntabilitas.

Tujuan penataan ruang Kabupaten Bogor, antara lain bertujuan untuk mewujudkan :
a. terselenggaranya pemanfaatan ruang wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan kemampuan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang selektif, efektif dan efisien, melalui pemberian BCR yang rendah pada kawasan
yang memiliki nilai konservasi;
b. meningkatkan kualitas lingkungan pada kawasan lindung sebagai kawasan konservasi air dan tanah, melalui program rehabilitasi
lahan, dengan kegiatan vegetatif dan sipil teknis serta kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak dapat mengganggu fungsi kawasan;
c. tercapainya pembangunan infrastruktur yang dapat mendorong perkembangan wilayah dan perekonomian masyarakat khususnya
pada daerah-daerah tertinggal dan terisolasi guna menekan migrasi dari desa ke kota dengan pengembangan desa desa potensial;
d. pembangunan dan pengembangan perkotaan berhirarkis yang dibentuk oleh sistem jaringan antara kegiatan perdesaan dan perkotaan
internal Kabupaten Bogor dan eksternal Jabodetabekjur; dan
e. terwujudnya rencana tata ruang yang lebih rinci sebagai arahan pengendalian, pengawasan, dan pelaksanaan pembangunan dalam
mewujudkan sistem kota-kota.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman I -3


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

1.3. Ruang Lingkup


1.3.1 Ruang Lingkup Materi
RTRW Kabupaten Bogor ini mencakup strategi, pola struktur ruang wilayah kabupaten meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan
ruang udara menurut peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Materi yang tercakup tersebut meliputi :
1. Tujuan pemanfatan ruang wilayah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan terciptanya lingkungan yang aman, nyaman
dan berkelanjutan yang diwujudkan melalui strategi pemanfaatan ruang wilayah.
2. Struktur dan pola ruang wilayah;
3. Sistem kelembagaan operasionalisasi penataan ruang;
4. Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang wilayah.

1.3.2 Ruang Lingkup Wilayah


Wilayah kajian adalah seluruh wilayah Kabupaten Bogor di Provinsi Jawa Barat. Wilayah kajian ini dapat dilihat pada Peta 1.1.

Gambar 1.1
Peta Wilayah Kajian

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman I -4


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

1.3.3 Ruang Lingkup Waktu


Jangka waktu RTRW Kabupaten Bogor adalah 20 tahun.

1.4. Landasan Hukum


1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Peternakan Dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2824);
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831);
5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
6. Undang-Undang 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3299);
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
8. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427);
9. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469) ;
10. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman I -5


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);
12. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian (Lembaran Nagara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3479);
13. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Republik Indonesia
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480);
14. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3481);
15. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
16. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 129,
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 3881);
17. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);
18. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 3,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169);
19. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 94,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1226);
20. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);
21. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
22. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);
23. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman I -6


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

24. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433);
25. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4548);
26. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);
27. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1980 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3174);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1982 tentang Irigasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 38,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3226);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3294);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3660);
33. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3747);
34. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);
35. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman I -7


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

36. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);
37. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242);
38. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4385);
39. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 32,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4489);
40. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4532);
41. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
42. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Republik Negara Indonesia Nomor 4737);
44. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Republik Negara Indonesia Nomor 4833);
45. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
46. Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 2000 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
47. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006;
48. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan
Cianjur ;
49. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah;

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman I -8


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

50. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata
Ruang di Daerah;
51. Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 2 Tahun 1999 tentang Izin Lokasi;
52. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Tata Ruang Daerah;
53. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;
54. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1456.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst;
55. Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor 1457.K/20/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan
di Bidang Pertambangan dan Energi;
56. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327/KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang
Penataan Ruang;
57. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;
58. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana
Tata Ruang Daerah;
59. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Lingkungan Geologi (Lembaran Daerah Propinsi
Jawa Barat Tahun 2002 Nomor 2 Seri E);
60. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Barat (Lembaran
Daerah Propinsi Jawa Barat Tahun 2003 Nomor 2 Seri E);
61. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2005 tentang Sempadan Sumber Air (Lembaran Daerah Propinsi Jawa Barat
Tahun 2005 Nomor 2 Seri E);
62. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (Lembaran Daerah Propinsi
Jawa Barat Tahun 2006 Nomor 1 Seri E);
63. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pembentukan Kecamatan (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2004 Nomor 127);
64. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2004 tentang Recana Strategis Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2003 2008
(Lembaran Daerah Kabupaten Bogor Tahun 2004 Nomor 148); dan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman I -9


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

65. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pembentukan Kecamatan (Lembaran Daerah Kabupaten Bogor
Tahun 2004 Nomor 127.

1.5. Sistematika Pembahasan

Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang, landasan hukum, ruang lingkup wilayah, serta sistematika pembahasan.

Bab II Potensi, Masalah dan Prospek Pengembangan Kabupaten Bogor


Bab ini menjelaskan beberapa potensi dan masalah yang terdapat di Kabupaten Bogor. Adapun sektor yang tercakup
adalah struktur ruang wilayah, lingkungan, ekonomi wilayah, infrastruktur, sosial budaya, dan kelembagaan.

Bab III Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
Bab ini menjelaskan tentang kebijakan dan strategi pengembangan sesuai dengan potensi, masalah dan prospek wilayah
Kabupaten Bogor.

Bab IV Arahan Pengelolaan Ruang Wilayah Kabupaten Bogor


Bab ini menjabarkan arahan struktur dan pola ruang wilayah internal dan terhadap rencana tata ruang yang lebih makro
luasannya. Hal ini dijabarkan melalui struktur tata ruang wilayah dan pemanfaatan lahan kabupaten seluruhnya. Selain
itu pada bab ini pula dijabarkan mengenai arahan pemanfaatan ruang kawasan lindung, budidaya serta arahan
pengelolaan kawasan lindung dan budidaya, arahan pengembangan infrastruktur, serta arahan pengembangan kawasan
prioritas.

Bab V Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Bab ini menjabarkan tentang pengawasan terhadap pemanfaatan ruang yang diselenggarakan dalam bentuk pelaporan
pemantauan dan evaluasi serta penertiban.

Bab VI Hak, Kewajiban, dan Peranserta Masyarakat


PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman I -10
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Pada bab ini dijelaskan mengenai hak, kewajiban dan peranserta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Bab VII Penutup

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman I -11


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

BAB II POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK


PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN BOGOR

2.1. Potensi, Masalah, dan Prospek Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor
2,2,1 Potensi, Masalah, dan Prospek Sumber Daya Alam
2.2.1.1 Sumberdaya Alam
1. Potensi :
Secara geografis Kabupaten Bogor terletak diantara 618"0" - 647"10" Lintang Selatan dan 10623"45" - 10713"30" Bujur Timur, yang
berdekatan dengan Ibukota Negara sebagai pusat pemerintahan, jasa dan perdagangan dengan aktifitas pembangunan yang cukup
tinggi, dengan batasan wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Tangerang (Provinsi Banten), Kabupaten/Kota Bekasi dan


Kota Depok,
b. Sebelah Timur : Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Purwakarta
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi
d. Sebelah Barat : Kabupaten Lebak Provinsi Banten
e. Bagian Tengah Kota Bogor

Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Bogor secara administratif dapat dilihat pada

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -1


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 2,1 Peta Administrasi Kabupaten Bogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -2


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 2,1
Luas Wilayah Per Kecamatan di Kabupaten Bogor
NO KECAMATAN LUAS (Ha) NO KECAMATAN LUAS (Ha)

1 Kecamatan Babakanmadang 9.181,089 21 Kecamatan Jonggol 11.578,115


2 Kecamatan Bojonggede 2.980,979 22 Kecamatan Kemang 3.212,283
3 Kecamatan Caringin 8.474,712 23 Kecamatan Klapanunggal 9.639,123
4 Kecamatan Cariu 8.564,890 24 Kecamatan Leuwiliang 9.205,821
5 Kecamatan Ciampea 3.430,057 25 Kecamatan Leuwisadeng 3.464,930
6 Kecamatan Ciawi 4.744,263 26 Kecamatan Megamendung 6.198,029
7 Kecamatan Cibinong 4.575,681 27 Kecamatan Nanggung 16.414,344
8 Kecamatan Cibungbulang 3.535,546 28 Kecamatan Pamijahan 11.242,235
9 Kecamatan Cigombong 4.325,162 29 Kecamatan Parung 2.583,724
10 Kecamatan Cigudeg 18.846,464 30 Kecamatan Parungpanjang 7.070,609
11 Kecamatan Cijeruk 4.638,998 31 Kecamatan Rancabungur 2.391,205
12 Kecamatan Cileungsi 6.993,598 32 Kecamatan Rumpin 13.648,127
13 Kecamatan Ciomas 1.637,129 33 Kecamatan Sukajaya 16.011,087
14 Kecamatan Cisarua 7.281,030 34 Kecamatan Sukamakmur 18.930,997
15 Kecamatan Ciseeng 4.063,264 35 Kecamatan Sukaraja 4.452,916
16 Kecamatan Citeureup 6.848,818 36 Kecamatan Tajurhalang 2.949,946
17 Kecamatan Dramaga 2.445,458 37 Kecamatan Tamansari 4.121,638
18 Kecamatan Gunungputri 6.094,739 38 Kecamatan Tanjungsari 15.962,485
19 Kecamatan Gunungsindur 4.971,106 39 Kecamatan Tenjo 8.188,371
20 Kecamatan Jasinga 13.563,636 40 Kecamatan Tenjolaya 4.556,382
Sumber : Bappeda Kab, Bogor

Jenis tanah di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur untuk kegiatan pertanian, perkebunan, dan
kehutanan, yang terdiri dari 22 jenis tanah (Tabel 2.2,), yang meliputi jenis tanah Asosiasi Latosol/Merah, Latosol/Coklat
Kemerahan dan Laterit Air .

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -3


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 2.2
Jenis Tanah di Kabupaten Bogor
Luas
No Jenis Tanah
Ha %
1) Andosol Coklat Kekuningan 2,992,197 1,00
2) Asosiasi Aluvial Coklat Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan 14,106,697 4,71
3) Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat 9,620,353 3,22
4) Asosiasi Latosol Coklat dan Latosol Coklat Kekuningan 11,459,777 3,83
5) Asosiasi Latosol Coklat dan Regosol Kelabu 17,623,374 5,89
6) Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat 26,270,316 8,78
7) Asosiasi Latosol Merah, Latosol Coklat Kemerahan dan Laterit Air Tanah 60,439,627 20,20
8) Asosiasi Podsolik Kuning dan Hidromorf Kelabu 1,008,500 0,34
9) Asosiasi Podsolik Kuning dan Regosol 897,197 0,30
10) Kompleks Grumusol, Regosol dan Mediteran 17,395,718 5,81
11) Kompleks Latosol Merah Kekuningan, Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol 20,078,172 6,71
12) Kompleks Latosol Merah Kekuningan, Latosol Coklat, Podsolik Merah 16,770,767 5,61
Kekuningan
13) Kompleks Podsolik Merah Kekuningan, Podsolik Kuning dan Regosol 8,506,440 2,84
14) Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol 5,058,594 1,69
15) Kompleks Resina, Litosol Batukapur dan Brown Forest Soil 2,660,600 0,89
16) Latosol Coklat 22,796,304 7,62
17) Latosol Coklat Kekuningan 5,728,560 1,91
18) Latosol Coklat Kemerahan 2,059 0,00
19) Latosol Coklat Tua Kemerahan 18,900,089 6,32
20) Podsolik Kuning 4,686,069 1,57
21) Podsolik Merah 6,206,286 2,07
22) Podsolik Merah Kekuningan 22,569,752 7,54
23) Tidak ada data 3,423,451 1,14
Total 298,838,304 100,00
Sumber : Hasil Pemetaan Kesesuaian Lahan, Bappeda Tahun 2007

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -4


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 2..2
Peta Penyebaran Jenis Tanah di Kabupaten Bogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -5


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Iklim wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan
rata-rata curah hujan tahunan 2,500 - 5,000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan
kurang dari 2,500 mm/tahun, Suhu rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20 - 30C, dengan rata-rata tahunan sebesar 25C,
Suhu rata-rata di masing-masing Wilayah Pengembangan Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.3,

Tabel 2.3
Suhu Rata-rata di Kabupaten Bogor

No Temperatur Kab, Bogor Wil, Barat Wil, Tengah Wil, Timur

1 Rata-rata 25 0C 25 0C 25 0C 27 0C

2 Minimal 20 0C 17 0C 20 0C 22 0C

3 Maksimal 30 0C 32 0C 30 0C 32 0C

Sumber: Hasil Studi Pola Pemanfaatan SDA di Kab, Bogor

Curah Hujan di Wilayah Kabupaten Bogor dapat di lihat pada Gambar 2.3.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -6


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 2.3
Peta Rata-Rata Curah Hujan Tahunan di Kabupaten Bogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -7


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2. Masalah :
Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe morfologi wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di
bagian utara hingga dataran tinggi di bagian selatan, sehingga membentuk bentangan lereng yang menghadap ke utara,
Klasifikasi keadaan morfologi wilayah serta prosentasenya terhadap luas seluruh wilayah Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut
:
Dataran rendah (15 - 100 m dpl,) sekitar 29,28 %, merupakan kategori ekologi hilir
Dataran bergelombang (100 - 500 m dpl,) sekitar 42,62 %, merupakan kategori ekologi tengah
Pegunungan (500 - 1,000 m dpl,) sekitar 19,53 %, merupakan kategori ekologi hulu
Pegunungan tinggi (1,000 - 2,000 m dpl,) sekitar 8,43 %, merupakan kategori ekologi hulu
Puncak-puncak gunung (2,000 - 2,500 m dpl,) sekitar 0,22 %, merupakan kategori ekologi hulu
Dengan kondisi ekologi dan morfologi yang ada tersebut, wilayah Kabupaten Bogor sebagian besar berfungsi lindung (non
budidaya dan budidaya terbatas), sehingga wilayah yang dapat terbangun terbatas untuk kegiatan budidaya hanya wilayah
dataran rendah bagian utara,

Masalah yang terdapat di Kabupaten Bogor adalah dengan kondisi morfologi sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan
dan pegunungan dengan batuan penyusunnya didominasi oleh hasil letusan Gunung, terdiri dari andesit, tufa, dan basalt,
Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus air dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong
besar, Jenis pelapukan batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah hujan yang tinggi,
Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain
Latosal, Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol.

Memperhatikan kepada kondisi fisik dasar daerah perbukitan dan pegunungan yang ada, secara alami (sebelum/tanpa rekayasa)
kawasan ini memiliki kerentanan lingkungan (Environmental fragility) yang relatif tinggi dan dapat menimbulkan bahaya geologi,
antara lain :
Bahaya gerakan tanah terutama terjadi pada lahan dengan lereng yang curam, sifat batuan dan tanah pelapukan buruk, dan
curah hujan tinggi,
Bahaya letusan Gunung api Gede yang terklasifikasi dalam gunung api aktif tipe A, Letusan Gunung api Gede terjadi, pada
tahun 1747 dan terakhir meletus pada tahun 1955,

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -8


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Dalam konteks aliran sungai Kabupaten Bogor merupakan daerah hulu, khususnya Kawasan Puncak terletak di dalam daerah
aliran sungai (DAS), DAS Ciliwung Ds (5 sub DAS seluas 26,286 Ha), DAS Cisadane Ds (2 sub DAS dengan luas 30,625 Ha), DAS
Citarum Hulu (mencakup 3 sub DAS dengan luas 27,920 Ha), dan DAS Kali Angke (16,250 Ha), Aliran air dari lereng utara Gn,
Gede membentuk tiga air terjun di Cibeureum,
BENCANA LONGSOR 2007
Bencana alam (longsor) 2007 di wilayah Babakanmadang dan Puncak, yang disebabkan oleh
Cikundul dan Cidengdeng dan bermuara di Sungai
tingginya curah hujan. Puncak hujan terjadi pada siklus tahunan (5 tahun) dengan intensitas Citarum, Aliran air dari lereng selatan bermuara di
hujan mencapai 254 mm/hari pada tanggal 4 Februari 2007, hal tersebut yang mendorong Sungai Cimandiri, dan dari lereng barat laut aliran air
terjadinya banjir dan longsor.
Curah hujan yang tinggi > 200 mm/hari yang terjadi dalam waktu singkat (< 1 jam) hanya bepotensi menuju ke Sungai Cisarua dan Cinaraga yang
terjadinya erosi, tapi curah hujan dengan intensitas tingi (245 mm/hr) dan berlengsung lama (> 6 jam) kemudian mengalir ke Sungai Ciliwung dan Kali
berpotensi longsor. Faktor pendorong terjadinya bencana :
Pemanfaatan lahan pada daerah bencana pada umumnya penggunaan lahan budidaya
Angke, Sungai Ciliwung yang
pertanian semusim khususnya wilayah pedesaan di Kec Babakanmadang daan permukiman bermuara di DKI, berhulu di Gunung Talaga sekitar
serta villa yang menempati lereng > 40 %,.
FAKTOR FISIOLOGI karakteristik basin : (geometris, fisik karakteristik sungai : daya
Desa Tugu Selatan sampai Kecamatan Bogor Timur
dukung sungai, kemampuan sungai menampung air). Adanya penyempitan pada DAS hilir. Kota Bogor, Ketinggian daerah aliran sungai ini antara
Bentuk batuan (MORFOLOGI LAHAN) yang rentan terhadap kejenuhan air, Bentuk 200 1000 meter, Sungai ini terdiri atas 10 anak sungai,
tutupan lahan (vegetasi) yang mendorong air masuk kedalam tanah secara berlebihan.
antara lain Citamiang, Cimegamendung atau Cikoneng,
Luas wilayah SubDas Ciliwung memiliki luas 38.260 ha meliputi : Cisarua, Cibogo,Cijulang, Cisukabirus, Ciesek dan
- Bagian Hulu (Kab Bogor) 14.876 ha
- Bagian Tengah (Kota Bogor, Kab Bogor dan Depok) 13.360 ha
Ciseuseupan, Selama meluncur dari atas ke bawah,
- Bagian Hilir (Kota Jakarta) 9.624 ha. sungai ini melewati tanah podsol bertekstur halus dan
kasar, Di DAS nya, sungai ini meluncur di tanah
Sub DAS Ciliwung berkemiringan antara 2 40 derajat, membentuk
Tengah kedalaman sungai antara 30 60 cm, Keberadaan DAS
Hulu Hilir
Peruntukan Lahan (Kota Bogor, Kab Bogor ,
(Kota Jakarta)
tersebut dimusim hujan memberikan kontribusi yang
Depok)
cukup besar terhadap banjir di DKI Jakarta dan
(Ha) (%) (Ha) (%) (Ha) (%) Tanggerang.
Hutan 5.075 34,12 - 0 - 0
Sawah 907 6,10 2.117 15,39 - 0
Perkebunan 2.781 18,69 - 0 - 0
Lahan Kering 2.230 14,99 6.756 49,10 - 0
Pemukiman 1.838 12,36 3.602 26,18 9.624 100,00
Lain-lain 2.045 13,75 1.285 9,34 - 0
Jumlah 14.876 100,00 13.760 100,00 9.624 100,00

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -9


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 2.4
Peta Klasifikasi Morfologi dan Ekologi Kabupaten Bogor

Gn. Halimun Gn. Salak


Gn. Gede
Morfologi Wilayah Pangrango

0 100 Dataran Rendah 29,28 % EKOLOGI HILIR

101 500 Dataran Bergelombang / Perbukitan 42,62 % EKOLOGI TENGAH


501 1.000 Pegunungan 19,83 %
EKOLOGI TENGAH
1.001 2.500 Pegunungan Tinggi & Puncak Gunung 8,56 %

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -10


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 2.5
Peta Kerentanan Tanah Kabupaten Bogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -11


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

3. Prospek :
Kabupaten Bogor, sebagai salah satu hinterland Kota Jakarta merupakan kawasan yang dipandang strategis bagi investasi. Kegiatan
investasi yang berkembang saat ini perumahan, industri, peternakan, pertambangan dengan sektor perumahan yang paling
banyak diminati oleh investor.
Pemanfaatan lahan pada periode 1994-2000 meliputi industri, perumahan seluas 29,145,416 ha, perumahan paling besar terdapat di
Kecamatan Babakan Madang (13,2%), Kecamatan Sukamakmur (13,0%), Kecamatan Tenjo (11,2%), Kecamatan Gunung Putri (7%),
dan Kecamatan Cileungsi (6%). Lokasi penyebaran pemanfaatan lahan dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Pemanfaatan lahan untuk agrowisata dan industri seluas 929,6 ha atau (2,3 %), lokasi penyebarannya paling luas terdapat di
Kecamatan Citeureup seluas 1715,7 ha (39 %) dan seterusnya seluas (22 %), Cigombong seluas 744,16 ha (17,06 %) dan Babakan
Madang seluas 490,78 ha atau 11,25 %, Sedangkan pemanfaatan untuk industri terbesar seluas 3 14,9 ha (30,34 %) terdapat di
Kecamatan Citeureup, dan di Klapanunggal seluas 162,84 ha atau (15%), di Cileungsi seluas 105,17 atau (10 %), Babakan Madang
seluas 63,62 ha atau (6,13 %), dan selebihnya <10 ha di Caringin dan Kemang, pem yang lainnya yang ada diperuntukan untuk
pemakaman, sirkuit, gelanggang olah raga, tower, pusat pengolahan Iimbah industri, pertanian, kehutanan dan TPST,

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -12


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 2.6
Peta Daerah Peka Erosi Kabupaten Bogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -13


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 2.7
Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Bogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -14


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 2..8
Peta Penyebaran Pemanfaatan lahan periode 1994 2000 di Kabupaten Bogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -15


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2.2.1.2 Sumberdaya Manusia


1. Potensi Sumberdaya Manusia
Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah 298,838,304 Ha terbagi kedalam 40 administrasi kecamatan (411 desa dan 17 kelurahan),
dengan jumlah penduduk 4.215.585 jiwa pada tahun 2006 terdiri atas 2,162,599 perempuan dan 2,049,712 laki-laki.

Tabel 2.4. STRUKTUR PENDUDUK BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN


TAHUN 2005
JENIS PEKERJAAN
ANGGOTA KELUARGA

NO KECAMATAN PNS TNI - DAGANG/ PETANI JASA/ LAIN-


POLRI PEGAWAI WIRA- & BURUH NYA JUMLAH
SWASTA PETERNAK
1 JASINGA 396 45 3,041 4,692 2,785 10,452 1,540 22,951
2 CIGUDEG 366 76 3,885 9,762 4,718 10,981 795 30,583
3 LEUWILIANG 949 104 2,796 5,934 2,584 10,796 1,342 24,505
4 LEUWISADENG 247 54 1,757 5,105 2,448 5,482 860 15,953
5 CIBUNGBULANG 640 128 4,368 10,156 3,839 8,667 1,747 29,545
6 CIAMPEA 985 183 4,790 11,193 2,432 10,423 2,358 32,364
7 TENJOLAYA 152 4 879 2,437 4,013 5,624 819 13,928
8 GUNUNG SINDUR 606 143 5,516 6,763 1,771 6,930 1,895 23,624
9 RUMPIN 534 38 4,255 5,305 8,715 8,045 2,167 29,059
10 PARUNG PANJANG 762 27 7,466 8,584 11,757 22,873 0 51,469
11 NANGGUNG 265 27 1,964 1,557 3,883 5,338 65,446 78,480
12 PAMIJAHAN 476 57 2,637 8,793 6,707 11,794 7,260 37,724
13 TENJO 253 35 2,523 3,738 3,844 2,132 451 12,976
14 SUKAJAYA 91 8 654 4,757 4,006 3,890 1,330 14,736
15 KEMANG 649 942 4,636 4,740 1,365 7,815 902 21,049

16 CIOMAS 3,210 446 8,806 6,352 840 12,315 3,297 35,266


17 CIJERUK 346 31 2,049 4,080 2,261 8,904 2,404 20,075
18 CIGOMBONG 727 204 4,269 3,959 1,237 8,998 1,281 20,675
19 CIAWI 1,239 197 6,195 4,871 1,612 8,992 4,052 27,158
20 CISARUA 537 91 5,515 5,782 1,437 10,226 1,945 25,533
21 PARUNG 1,049 415 6,563 12,669 5,799 7,715 1,674 35,884

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -16


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

JENIS PEKERJAAN
ANGGOTA KELUARGA

NO KECAMATAN PNS TNI - DAGANG/ PETANI JASA/ LAIN-


POLRI PEGAWAI WIRA- & BURUH NYA JUMLAH
SWASTA PETERNAK
22 DRAMAGA 1,056 57 4,031 4,865 1,309 10,604 634 22,556
23 CARINGIN 724 103 3,560 5,791 2,299 9,793 2,112 24,382
24 TAMANSARI 927 137 3,602 6,093 1,759 10,448 564 23,530
25 RANCABUNGUR 324 67 1,868 2,241 915 4,621 1,228 11,264
26 MEGAMENDUNG 394 130 4,367 4,468 2,182 11,365 964 23,870
27 CISEENG 323 78 3,137 5,647 2,827 7,673 1,352 21,037
28 CIBINONG 4,728 2,181 27,445 13,999 1,514 9,706 3,222 62,795
29 SUKARAJA 1,554 1,344 13,584 8,780 3,077 10,726 1,776 40,841
30 CARIU 315 48 1,277 2,416 7,344 4,074 377 15,851
31 TANJUNGSARI 391 58 1,840 3,160 7,542 5,415 1,676 20,082
32 JONGGOL 905 1,072 4,074 9,621 15,028 10,112 1,806 42,618
33 CILEUNGSI 1,101 845 17,568 16,060 4,941 16,295 10,060 66,870
34 CITEUREUP 846 191 18,006 9,029 1,564 7,429 1,397 38,462
35 GUNUNG PUTRI 1,777 1,913 27,652 9,908 2,149 7,367 804 51,570
36 BOJONGGEDE 4,699 632 15,392 9,834 842 10,563 1,717 43,679
37 TAJUR HALANG 1,884 731 5,591 5,630 1,270 5,076 2,539 22,721
38 KLAPANUNGGAL 169 39 6,763 3,457 3,359 7,704 740 22,231
39 SUKAMAKMUR 118 10 694 2,610 9,674 3,690 457 17,253
40 BABAKAN MADANG 296 54 3,991 8,040 7,849 6,048 915 27,193
KABUPATEN BOGOR 37,010 12,945 249,006 262,878 155,497 347,101 137,905 1,202,342
Sumber : Susda Tahun 2006

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -17


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2. Masalah kependudukan :
Kualitas sumberdaya manusia Kabupaten Bogor berdasarkan tingkat pendidikannya tergolong rendah. Sebagian besar
penduduk Kabupaten Bogor hanya mengenyam pendidikan hingga Sekolah Dasar, yaitu 63% lusus SD, 23% lulus SMP, 13%
lulus SMA, PT kurang dari 1%. Hanya 35 % penduduk usia sekolah yang bersekolah dan Hanya 12,96 % yang lulus wajib
belajar 9 tahun. Kondisi ini hampir terjadi di seluruh wilayah, Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini berimplikasi pada
lambatnya perkembangan wilayah ini. Tenaga kerja dengan kualitas rendah tidak dapat terserap oleh peluang kerja yang ada
yang berkisar pada kegiatan industri yang membutuhkan persyaratan skil yang memadai. Sementara kegiatan ekonomi adalan
yaitu pertanian, belum mampu mendukung pertumbuhan penduduk yang tinggi karena kegiatan pertanian masih dilakukan
dengan cara-cara konvensional yaitu mengandalkan lahan yang luas.

Surplus tenaga kerja dengan kualitas rendah ini, bisa terserap pada kegiatan ekonomi informal seperti supir angkutan, tukang
ojeg, pedagang asongan, pedagang kecil dan buruh. Kegiatan ekonomi informal tersebut umumya terdapat di luar Kabupaten
Bogor yaitu Kota Bogor dan Jakarta. Sehingga terjadi pergerakan tenaga kerja dengan kualitas rendah dari Kabupaten Bogor ke
wilayah lainnya untuk mengisi pasar kerja di sektor informal. Nilai ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan informal juga tidak
terlalu besar, sehingga terjadinya pola mobilitas yang tinggi belum dapat berimplikasi pada peningkatan ekonomi Kabupaten
Bogor secara signifikan, hal tersebut berdampak kepada besarnya tingkat pengangguran terbuka mencapai 204.858 jiwa, dan
angka kemiskinan sebesar 1.157.391 jiwa (27,46 %) tahun 2006 dari total penduduk Kabupaten Bogor.
Sebagai akibat dari tidak tertampung dalam sector-sektor yang berkembang diperkotaan (sector modern), dan rendahnya
penyerapan tenaga kerja disektor pertanian yang hanya menyerap 155,497 jiwa yang bekerja disektor pertanian atau 3,7 % dari
total penduduk.

2,2,2 Potensi, Masalah, dan Prospek Struktur Ruang


1. Potensi :
Faktor utama dalam pembentuk struktur tata ruang adalah sistem kota-kota, yaitu adanya pembagian fungsi dan skala pelayanan
kota menurut hirarkinya, Dalam sistem kota-kota yang diatur dalam RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2000 terdapat 9 (sembilan)
Kota pusat pertumbuhan yang tersebar di 3 Wilayah Pengembangan, yaitu Wilayah Pengembangan Barat, Tengah dan Wilayah
Pengembangan Timur, Untuk mengetahui kinerja dari sistem kota-kota eksisting, dapat dilakukan dengan melihat hubungan antar
kota-kota dan tingkat kesesuaian pembentukan hirarki kota-kota antara yang terjadi dengan yang direncanakan,

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -18


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

- Wilayah Pengembangan Tengah


Dalam cakupan wilayah pengembangan tengah, pada umumnya tidak terjadi keterkaitan timbal balik antarhirarki dengan
semestinya, Kota Cibinong yang ditetapkan sebagai kota hirarki I belum mampu berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan kota-
kota di wilayah belakangnya, Dengan daya tarik ekonomi yang kuat dan tersedianya berbagai fasilitas yang ada di Kabupaten
Bogor menyebabkan kota-kota lain di sekitarnya beraglomerasi dengan Kota Bogor, seperti Ciawi, Ciomas, dan Sukaraja, Keadaan
ini pada akhirnya semakin mendorong terbentuknya Metropolitan Bogor,

- Wilayah Pengembangan Timur


Pada Wilayah Pengembangan Timur yang memfungsikan Kota Cileungsi sebagai pusat pengembangan, dalam perkembangannya
belum banyak berperan mendorong wilayah lainnya berkembang, hanya berperan sebagai pusat pelayanan local kecamatan saja,
sedangkan dari aspek sosial ekonomi peranannya belum memberikan kontribusi yang optimal dalam aspek ekonomi bagi
pertumbuhan wilayah belakangnya, seperti kecamatan Gunungputri, Citeureup, Klapanunggal, Demikian halnya dengan
Kecamatan Sukamakmur yang ditetapkan sebagai Kota Hirarki II seiring dengan tidak jadinya Pengembangan Kota Jonggol Bukit
Asri, semakin tidak pasti perkembangannya,

- Wilayah Pengembangan Barat


Pada Wilayah Pengembangan Barat Leuwiliang yang diperankan sebagai wilayah pengembangan belum dapat berperan
banyak hal ini dapat dicirikan dari arah pergerakan barang dan jasa dari arah barat (Jasinga) lebih banyak berorientasi ke
Tangerang melalui Parungpanjang, aspek sosial ekonomi peranannya belum memberikan kontribusi yang optimal
dalam aspek ekonomi bagi pertumbuhan wilayah belakangnya, seperti kecamatan Pamijahan, Leuwisadeng, Nanggung,
Rumpin Cigudeg dan Parungpanjang lebih berorientasi pada kegiatan perftambangan sebagai basis perekonomian
masyarakatnya yang dinilai krang memberikan konstribusi terhadap pembangunan
secara fisik, lebih kepada keruksakan lingkungan,

2. Masalah :
Wilayah Kabupaten Bogor yang sebagian besar wilayahnya termasuk dalam fungsi kawasan
lindung, yang sangat keterkaitan serta membentuk satu kesatuan sistem dengan
Kabupaten/Kota lain di Wilayah Jabodetabekjur, sehingga memerlukan perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang yang terpadu,
Melihat fungsi dan peranan Kabupaten Bogor sebagai Kawasan Lindung, dan konservasi sangat

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -19


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

membatasi pola pembangunan/pengembangan wilayah, pola pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang wilayah Kabupaten
Bogor yang harus mempertimbangkan segala aktivitas ruang dan ekonomi wilayahnya berorientasi konservasi,
Posisi geografis Kabupaten Bogor yang banyak berbatasan dengan Provinsi/Kabupaten/Kota lain disis lain memiliki nilai positif
bagi perkembangan ekonomi khususnya bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat, Tapi disisi lain penhgembangan ekonomi
melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang dimilkinya menjadi tantangan bagi kelestarian lingkungan (sesuai fungsi peranan dan
letak geografis sebagai daerah penyangga kelestarian air)

3. Prospek :
Rencana pengembangan sistem kota-kota di Kabupaten Bogor adalah :
1. Menata dan mengarahkan perkembangan pusat-pusat kegiatan di bagian utara dan tengah,
2. Mengembangkan secara terbatas pusat-pusat kegiatan di bagian selatan,
3. Menata dan mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar wilayah, Sasaran dari rencana pengembangan
tersebut adalah berkembangnya Pusat Kegiatan Lokal di sekitar wilayah perbatasan khususnya yang berbatasan dengan
wilayah DKI Jakarta berdasarkan kecenderungan perkembangannya sudah meluas sampai ke wilayah perbatasan,
pengembangan PusatPusat Pertumbuhan sebagai Pusat kegiatan lokal yang diintegrasikan dengan rencana pengembangan
infrastruktur wilayah Khususnya untuk wilayah Cibinong, Cileungsi dan Parung panjang mengingat tingginya intensitas
kegiatan perkotaan di wilayah tersebut,

2,2,3 Potensi, Masalah, dan Prospek Pola Ruang


1. Potensi :
Pola penggunaan lahan di Kabupaten Bogor dikelompokkan menjadi hutan/vegetasi lebat, perkebunan, kebun campuran,
semak/belukar, tanah kosong, kawasan terbangun/pemukiman, sawah irigasi, sawah tdah hujan, Penggunaan tanah yang
dominan adalah penggunaan tanah kebun campuran yaitu mencapai luasan 85,202,5 Ha (28,48%), kawasan terbangun/pemukiman
47,831,2 (15,99%), semak belukar 44,956,1 (15,03%), Hutan vegetasi lebat/perkebunan 57,827,3 Ha (19,33%), sawah irigasi/tadah
hujan 23,794 Ha (7,95%), tanah kosog 36,351,9 (12,15%.

2. Masalah :
Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan tahun 1998 dan tahun 2003, diketahui adanya peningkatan luasan permukiman sebesar
4,197 Ha dan tanah kosong seluas 16,703 Ha peningkatan luasan permukiman juga dibarengi dengan peningkatan luasan kebun
campuran seluas 28,973 Ha, Peningkatan luas permukiman / perumahan sebagian besar menggunakan lahan semak/belukar

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -20


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

seluas 1,015 Ha, sawah irigasi seluas 1,028 Ha, kebun campuran seluas 552,6 Ha, sawah tadah hujan seluas 676 Ha, perkebunan 712
Ha, hutan/vegetasi lebat 126 Ha dan badan air 242 Ha,
Tutupan lahan yang mengalami penurunan pada kurun waktu 5 tahun terakhir (1998-2003) adalah sawah irigasi, sawah tadah
hujan, semak belukar, perkebunan, hutan/vegetasi lebat dan badan air, Sawah irigasi berkurang seluas 12,367 Ha, sawah tadah
hujan seluas 3,401 Ha, perkebunan seluas 2,071 Ha, hutan seluas 2,312 Ha dan badan-badan air seluas 707 Ha,
Jika dilihat dan topologi wilayah, pada wilayah yang telah berkembang, tutupan lahan yang berubah menjadi permukiman/tanah
kosong sekitar 34% berasal dan sawah irigasi (1,030 Ha); 32% berasal dan semak/belukar dan kebun campuran (974 Ha), Pada
wilayah ini hanya sebagian kecil (3%) wilayah hutan/vegetasi lebat yang berubah menjadi permukiman, Luas badan air dan sawah
tadah hujan yang berubah menjadi tanah kosong/permukiman berturut-turut seluas 305 Ha (10%) dan 284 Ha (9%),
Pada wilayah perkotaan, penggunaan lahan permukiman berasal dari l;ahan semak/belukar seluas 3,061 Ha (29%), kebun
campuran 1,863 Ha (17,6%), sawah tadah hujan 1,793 Ha (17%), perkebunan 1,658 Ha (16%) dan sawah irigasi 1,345 Ha (13%),
hutan/vegetasi lebat 720 Ha (6,8%) dan badan air 124 Ha (1,2%).

Pada wilayah yang telah berkembang perubahan menjadi tanah kosong/permukiman terluas ada di Kecamatan Cileungsi, Tutupan
yang berubah terluas berasal dan sawah irigasi (724 Ha), disusul oleh badan-badan air (275 Ha), semak/belukar (208 Ha),
perkebunan (198 Ha), kebun campuran (150 Ha) dan sawah tadah hujan (150 Ha),
tanah kosong/ permukiman banyak ditemukan di Kecamatan Parung panjang (1,275 Ha), berasal dari lahan sawah tadah hujan
seluas (564 Ha), perkebunan (444 Ha) dan semak/belukar (203 Ha), Di Kecamatan Klapanunggal konversi lahan menjadi
permukiman mencapai (342 Ha) dan semak/belukar (164 Ha), di Kecamatan Cariu perubahan tutupan lahan dari hutan/vegetasi
lebat menjadi permukiman seluas 186 Ha,

3. Prospek :
Adanya kebijakan RTRW Provinsi Jawa Barat yang terkait terhadap pola ruang Kabupaten Bogor, yaitu :
a. Dalam arahan rencana pengembangan kawasan andalan di Jawa Barat, Kabupaten Bogor diklasifikasikan sebagai Kawasan
Andalan Bogor Depok Bekasi (Bodebek) dengan kegiatan utama industri, pariwisata, jasa, dan sumberdaya manusia; dan
Kawasan Andalan Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) dengan kegiatan utama agribisnis dan pariwisata;
b. Dalam arahan pola tata ruang kawasan lindung : a), menetapkan kawasan lindung sebesar 45% dari luas seluruh luas wilayah
Kabupaten Bogor yang meliputi kawasan yang berfungsi lindung di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan hutan; b),
mempertahankan kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidroorologis untuk menjamin ketersediaan
sumber daya air; dan c), mengendalikan pemanfaatan ruang di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung,

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -21


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

c. Arahan pemanfaatan ruang sebagai kawasan hutan lindung (Gunung Halimun-Salak, Gunung Gede-Pangrango dan
sekitarnya) pada bagian Timur dan Barat wilayah Kabupaten Bogor dan sekitarnya;
d. Dalam pengembangan infrastruktur transportasi darat diarahkan melalui peningkatan jalur Bogor - Sukabumi - Cianjur
e. Pemanfaatan ruang pada Kabupaten Bogor sebagai salah satu kawasan rawan bencana lingkungan di wilayah Kabupaten
Bogor, meliputi:
1) Mengurangi resiko gangguan dan ancaman langsung maupun tidak langsung
2) Menyelenggarakan tindakan preventif dalam penanganan bencana lingkungan berdasarkan siklus bencana melalui upaya
mitigasi bencana, pengawasan terhadap pelaksanaan rencana tata ruang, kesiapsiagaan masyarakat yang berada di
kawasan rawan bencana, tanggap darurat, pemulihan dan pembangunan kembali pasca bencana,
3) Menyiapkan peta bencana lingkungan yang perlu dijadikan acuan dalam pengembangan wilayah kabupaten,
4) Melakukan penelitian dengan tingkat kedalaman yang lebih rinci dalam penetapan kawasan rawan bencana lingkungan
dan wilayah pengaruhnya,
5) Pengendalian perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya di wilayah Bogor dari bencana banjir,
gerakan tanah atau longsor,

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -22


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 2.9
Peta Tutupan Lahan Kabupaten Bogor Tahun 1998

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -23


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 2.10
Peta Tutupan Lahan Kabupaten Bogor Tahun 2003

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -24


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2,2,4 Potensi, Masalah, dan Prospek Sarana Wilayah


1. Potensi :
Dilihat berdasarkan penyebaran fasilitas pendidikan, bangunan sekolah hampir tersebar merata di seluruh kecamatan di Kabupaten
Bogor, Untuk sekolah negeri misalnya, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas terdapat hampir di semua
kecamatan,
Begitu juga dengan sekolah-sekolah swasta (umum maupun agama), banyak tersebar di hampir semua kecamatan di Kabupaten
Bogor, Hal ini berlaku pula bagi sarana peribadatan, yang hampir mayoritas penduduknya beragama Islam,
Jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Bogor hingga tahun 2006, yaitu : (1) Jumlah SD/MI Negeri sebanyak 1,564 unit, MI Swasta
sebanyak 524 unit dan SD Swasta sebanyak 37 unit, sehingga total jumlah SD/MI sebanyak 2,123 unit, (2) Jumlah SLTP Negeri
sebanyak 65 unit, SLTP Swasta sebanyak 165 unit, MTs Swasta sebanyak 190 unit, sehingga total jumlah SLTP/MTs sebanyak 420
unit; (3) Jumlah SLTA negeri dan swasta sebanyak 195 unit, Sedangkan sarana peribadatan yang ada di Kabupaten Bogor, terdiri
dari 2803 Masjid dan 856 Mushola, 5327 langgar, 29 gereja dan 15 pura/vihara,
2. Masalah :
- Permasalahan pendidikan di Kabupaten Bogor, antara lain masih rendahnya rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf,
masih terdapatnya tenaga guru yang terkategori tidak layak mengajar, Dari seluruh guru yang ada di Kabupaten Bogor, dari
tingkat SD sampai SMU rata-rata hanya sekitar 66,76 % yang layak mengajar selebihnya masih dinyatakan kurang atau tidak
layak mengajar,
- Di bidang kesehatan, rendahnya usia harapan hidup sebagai akibat dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB), tingginya angka gizi buruk; rendahnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, rendahnya angka
aksesibilitas pelayanan kesehatan dan masih rendahnya cakupan sarana air bersih (SAB),
3. Prospek :
Berdasarkan visi pengembangan Wilayah Kabupaten Bogor, diarahkan pada upaya pengembangan wilayah dengan pembangunan
dan pengembangan sarana yang berorientasi pada pengembangan untuk kesejahteraan masyarakat lokal dengan tetap berdasarkan
batasan-batasan daya dukung fisik dan lingkungan, Hal ini memungkinkan adanya perbaikan dari sisi sarana wilayah, berupa
pembangunan dan pengembangannya,

2,2,5 Potensi, Masalah dan Prospek Prasarana Wilayah


1. Potensi :
Kabupaten Bogor dengan luas mencapai 298 km, dan berbatasan langsung dengan kota-kota besar di sebelah utara (Tangerang, DKI
dan Bekasi) Dilihat dari aspek pasar potensi yang dimilki Kabupaten Bogor adalah dekat dengan pusat-pusat pemasaran, Dari sisi

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -25


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

ketersediaan sumberdaya alam, Kabupaten Bogor berpotensi sebagai penyedia air bersih bagi wilayah hilirnya, sebagai penyedia
hasil pertanian, penyedia tenaga kerja dll, Namun demikian permasalahan yang timbul seiring dengan peluang yang dihadapinya
antara lain:

a. Transportasi Darat :
Kondisi jalan sebagai salah satu prasarana transportasi mempunyai peran yang sangat
penting dan strategis dalam mendukung kelancaran mobilitas masyarakat, Jalan yang ada di
Kabupaten Bogor terdiri atas Jalan Nasional sepanjang 121,497 km (5 ruas), jalan provinsi
129,989 km (5 ruas), jalan Kabupaten yang bernomor ruas 1,506,565 Km (371 ruas), jalan
kabupaten yang tidak bernomor ruas 100,044 Km (62 ruas) dan jalan desa, Jalan Kabupaten
bernomor ruas dengan kondisi rusak adalah sekitar 38,39 %, kondisi sedang 18,22 % dan
kondisi baik 43,39%, Total panjang jalan Nasional, jalan propinsi dan jalan kabupaten yang
melintasi Kabupaten Bogor adalah 1,858,085 Km,
Tabel 2.5
Data Kondisi Jalan Kabupaten Berdasarkan Fungsi Jalan
Kondisi Jalan Kabupaten Bogor Akhir Tahun 2006
Panjang Jalan (Km) Jumlah Total
Fungsi Jalan
Rusak Rusak Jumlah
Baik Sedang Panjang
Ringan Berat Ruas
Bernomor Ruas 825,275 209,450 129,400 342,440 371 1,506,565
Kolektor I 21,300 9,100 5,350 7,950 8 43,700
Kolektor II 105,500 28,600 21,500 46,400 32 202,000
Lokal I 457,740 111,000 74,900 206,930 180 850,570
Lokal II 181,350 41,150 19,350 67,860 105 309,710
Lokal III 31,300 5,100 5,900 12,200 24 54,500
Lokal Sekunder 28,085 14,500 2,400 1,100 22 46,085
Tidak Bernomor Ruas 93,194 200,000 - 6,650 62 100,044
JUMLAH 918,469 409,450 129,400 349,090 433 1,606,609
Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor, Tahun 2006 diolah

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -26


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

b. Jaringan Irigasi dan Sumber Daya Air (SDA) Lainnya


1) Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi mempunyai peranan penting dalam mendukung produksi
pertanian, sehingga kontinuitas dan keberadaan distribusi air irigasi ke lahan-
lahan pertanian sangat menentukan tingkat produksi yang akan dicapai oleh
hamparan sawah di wilayah pelayanan irigasi,Kabupaten Bogor mempunyai luas
areal persawahan (pertanian lahan basah) seluas: 58,467 Ha dengan jumlah
jaringan irigasi sebanyak 826 Daerah Irigasi, terdiri dari jaringan irigasi pemerintah
seluas 12,579 Ha (32 DI), jaringan irigasi pedesaan seluas 40,270 Ha (794 DI) dan
Sawah Tadah Hujan seluas 5,618 Ha, Kondisi Jaringan irigasi Di Kabupatan Bogor
(berdasarkan Penanganan Teknis) diklasifikasikan sebagai berikut :
- Jaringan Irigasi Teknis : 29 Daerah Irigasi
- Jaringan Irigasi Setengah Teknis : 20 Daerah Irigasi
- Jaringan Irigasi Sederhana (Belum Teknis) : 777 Daerah Irigasi

Kondisi Jaringan irigasi Di Kabupatan Bogor (berdasarkan bidang kewenangan/lingkup penanganan) diklasifikasikan
sebagai berikut :
- Jaringan Irigasi Pemerintah : 32 Daerah Irigasi seluas 11,588 H, dengan kondisi :
(1). Baik : 8 DI
(2). Sedang : 8 DI
(3). Rusak Ringan : 12 DI
(4). Rusak Berat : 4 DI
- Jaringan Irigasi Perdesaan : 794 Daerah Irigasi, Seluas 41,261 Ha, dengan kondisi :
(1). Baik : 173 DI
(2). Sedang : 256 DI
(3). Rusak Ringan : 156 DI
(4). Rusak Berat : 209 DI

Kondisi Bangunan Irigasi di Kabupaten Bogor :


Panjang Saluran Induk : 1,744,228 Km
Panjang Saluran Sekunder : 279,640 Km

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -27


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Bangunan Bendung : 387 Buah


Bangunan Air Lainnya : 1,754 Buah
Pintu Air : 1,162 Buah

2) Sumber Daya Air (SDA) Lainnya


Sungai :
Wilayah Kabupaten Bogor teraliri 7 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu :
a) Sungai Cidurian, panjang sungai 60 Km, mempunyai anak sungai 10 buah dengan total panjang sungai 161,50 Km
b) Sungai Cimanceuri, panjang sungai 24 Km, mempunyai anak sungai 16 buah dengan total panjang sungai 149,60Km
c) Sungai Cisadane, panjang sungai 76 Km, mempunyai anak sungai 58 buah dengan total panjang sungai 639,30 Km
d) Sungai Ciliwung, panjang sungai 67 Km, mempunyai anak sungai 21 buah dengan total panjang sungai 240,30 Km
e) Sungai Angke, panjang sungai 30 Km, mempunyai anak sungai 6 buah dengan total panjang sungai 101,70 Km
f) Sungai Cileungsi, panjang sungai 58 Km, mempunyai anak sungai 14 buah dengan total panjang sungai 271,30 Km
g) Sungai Cibeet, panjang sungai 48 Km, mempunyai anak sungai 24 buah dengan total panjang sungai 251,80 Km
Sebagian besar dalam kondisi rusak akibat terjadinya erosi pada catchment area, yang mengakibatkan terjadinya
sedimentasi pada aliran sungai sehingga terjadi pendangkalan dimuara sungai dan terjadi degradasi dasar sungai di daerah hulu
akibat pengambilan pasir dan batu yang tidak terkendali/liar,

Air Permukaan :
Prediksi potensi suatu sumberdaya air umumnya dilakukan berdasarkan luas daerah
tangkapan air (catchment area) dari sumber air tersebut, Untuk sungai, daerah tangkapan air
dimana aliran permukaan akan mengalir ke sungai tersebut disebut Daerah Aliran Sungai
(DAS),
Kebutuhan air bersih Kabupaten Bogor (domestik dan perkotaan) dihitung
berdasarkan kriteria (FIDEP, 1993) dimana untuk jumlah penduduk di atas 1 juta jiwa
kebutuhan airnya 250 liter/kapita/hari, sedangkan untuk jumlah penduduk di bawah 1 juta
jiwa kebutuhan airnya 150 liter/kapita/hari,
Sampai dengan saat PDAM memiliki sebanyak 6 Cabang di Kabupaten Bogor,
dengan Jumlah pelanggan sebanyak 43,575 SL dan kapasitas produksi 2,098,5 l/dt

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -28


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

- Sistem Produksi :
- 11 Pengolahan Lengkap (1,180 l/dt)
- 10 Sumber Mata Air (789,5 l/dt)
- Instalasi Sumur Bor (129 l/dt)
- Cakupan Daerah pelayanan sebanyak 25 Kecamatan dari 40 Kecamatan

Tabel 2.6
Instalasi Produksi dan Kapasitas Air PDAM

KAPASITAS TERPAKAI
KAPASITAS RATA-2 SISA
(LT/DT)
KAPASITAS,
No, INSTALASI PRODUKSI TERPASANG BULAN KAPASITAS
TERPASANG
(L/DT) JAN PEB MAR APR (L/DT) (L/DT)
I, Instalasi Pengolahan Air (IPA)
1 Legong 430 331 309 316 318 425 6
2 Citayam 160 110 110 111 109 147 13
3 Jonggol 6 5,8 5,1 5,5 5 7 (- 1)
4 Setwalpres Jonggol 10 8 8 9 8 11 (- 1)
5 Cibinong 200 133 133 134 131 177 23
6 Kedung Halang 70 68 66 57 56 82 (- 12)
7 Cibungbulang 30 25 25 26 26 34 (- 4)
8 Leuwiliang 20 17 18 20 21 25 (- 5)
9 Parung Panjang Kebasiran 100 62 57 55 54 76 24
10 Sawangan 10 9 9 9 10 12 (- 2)
11 Gunung Putri 100 78 72 63 61 91 9
12 Bukit Golf 50 40 40 34 41 52 (- 2)
13 Ciampea 5 4 4 1 6 5 0

JUMLAH 1,191 885 851 835 846 1,144 48

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -29


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Air Tanah :
Air bawah tanah di Kabupaten Bogor terdapat dalam cekungan-cekungan air bawah tanah, Potensi sumber mata air yang
tercatat sebanyak 63 titik mata air,
Mata Air berjumlah 96 buah sementara Situ/Danau berjumlah 93 situ, mengairi 496,28 Ha areal pertanian, dengan kondisi :
- Berfungsi, sebanyak : 39 buah
- Kurang berfungsi, sebanyak : 40 buah
- Tidak berfungsi, sebanyak : 8 buah
- Alih fungsi, sebanyak : 6 buah
Penanganan infrastruktur pengairan sampai saat ini masih bertujuan untuk mempertahankan keandalan fungsi jaringan
irigasi dan pemanfaatan sumber air (penyediaan air yang cukup serta pengamanan areal produksi dan permukiman dari bahaya
banjir dan kekeringan),

c. Prasarana dan Sarana (PSD) Perumahan dan Permukiman


Prasarana perumahan merupakan prasarana dasar yang harus tersedia seiring
dengan berkembangnya perumahan dan permukiman, ditandai dengan peningkatan
jumlah, intensitas, dan pergerakan penduduk, Prasarana perumahan di Kabupaten
Bogor relatif tidak berkembang dengan pesat terutama di wilayah perkotaan dan
perbatasan (Cibinong, Cileungsi, Gunungputri, Ciomas, Jonggol), hal tersebut masih
ditandainya kekurangan air bersih untuk keperluan MCK, sempitnya jaringan jalan
menyebabkan kemacetan dan genangan dimusim hujan yang menggambarkan rendah
sistem drainase ,
Kemampuan PDAM dalam penyediaan air bersih baru mencapai 41,7 % dari tottal yang harus dilayani, Sisanya, masih
menggunakan sumber air terbuka (sumur atau mata air),
Kinerja penanganan persampahan di Kabupaten Bogor terutama di perkotaan, berdasarkan tingkat pelayanan pada tiap sumber
timbulan sampah adalah sebagai berikut:
1) Jumlah Wilayah Terlayani sampai tahun 2005, adalah 20 Kecamatan 76 Desa / Kelurahan atau sekitar 30 % luas
wilayah terbangun (sumber : DCK, 2005)
2) Sumber timbulan Sampah dan kondisi volume terangkut seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -30


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 2.7
Sumber Sampah Timbulan dan Pengangkutannya

Timbulan Terangkut Ke TPA


Sumber Sampah %
(m3) (m3)
Rumah tangga 206,400 33,322 20
Pasar/Pertokoan 154,800 66,643 40
Industri 103,200 49,982 30
Kantor/Sekolah 20,640 9,996 6
Lain lain 30,960 6,664 4
Total 516,000 166,608 32
Sumber : Laporan DCK Kabupaten Bogor, 2004

3) Luas dan lokasi Tempat Pembuangan Akhir di Kabupaten Bogor seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.8
Luas dan Sistem TPA,

TPA Luas/ Kapasitas Tahun Berfungsi Sistem

TPA Sukasirna 0,7 Ha 1998 OD


TPA Pondok Rajeg 9,6 Ha 1995 OD
TPA Waru 0,6 Ha 1998 OD
. TPA Galuga 1,125 Ha 1994 OD
Sumber : Laporan DCK, 2004

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -31


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2. Masalah :
Masih rendahnya cakupan pelayanan prasarana dasar masyarakat, dimana tingkat kerusakan prasarana yang ada semakin
tinggi, Terbatasnya akses infrastruktur dalam menunjang pengembangan kawasan perdesaan sebagai kawasan pengembangan
ekonomi (rural development), termasuk kurangnya akses transportasi sebagai sarana penghubung antar sentra kegiatan, seperti
terminal, perparkiran, halte, dan pangkalan angkutan umum serta kurangnya jumlah trayek dibandingkan dengan konsentrasi
kegiatan ekonomi atau permukiman,
Transportasi darat : berkenaan dengan kondisi jalan, perlu adanya peningkatan panjang jalan mantap (kondisi baik dan
sedang) pada ruas-ruas jalan Kabupaten dari 61,61 % menjadi 73,28 %, Kondisi tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan
aksesibilitas masyarakat pada wilayah-wilayah perbatasan, kawasan-kawasan tertinggal, kawasan unggulan, desa-desa pusat
pertumbuhan dan kawasan Ibukota Kabupaten Bogor,
Selain kondisi kerusakan jalan yang masih signifikan, pada prasarana transportasi jalan, masalah kuantitas jalan, dimensi
jalan serta masalah geometrik dan struktur jalan belum optimal, Berdasarkan hasil kajian Penyusunan Rencana Induk Hirarkhi
Jalan (Bappeda Kabupaten Bogor, Tahun 2006), panjang ideal jalan adalah 3,680,60 Km, sehingga kekurangan jalan adalah 1,832,515
Km atau 49,79 % dari kebutuhan ideal,
Dari segi dimensi, menurut PP No, 34 Tahun 2006 tentang Jalan, ruang milik jalan untuk jalan kecil minimal 11 meter yang
terdiri dari lebar lajur 5,5 meter, bahu jalan 2 meter, saluran tepi 0,75 meter, Sementara jalan di Kabupaten Bogor masih banyak
yang memiliki lebar > 4 meter, Masalah geometrik pun masih jauh dari ideal dimana sebagian besar jalan kabupaten tidak ideal
baik alignment horizontal maupun alignment vertical, Sedangkan dari faktor struktur, kapasitas pembebanan/tonase jalan kelas III
seharusnya mampu melayani tekanan gandar sampai dengan 8 ton, sedangkan kondisi eksisting jalan di Kabupaten Bogor rata-rata
hanya mampu dilalui oleh beban sebesar 3,5-4 ton,

Permasalahan yang dihadapi kaitannya dalam pelayanan transportasi darat antara lain:
a. Belum terealisasikannya rencana pembangunan terminal pada Masing masing wilayah pengembangan yang telah ditetapkan
dalam RTRW, baru 1 (satu) terminal Cileungsi yang sudah operasional,
b. Pengembangan infrastruktur wilayah masih terkendala kepada pembebasan lahan,
c. Pengembangan jaringan jalan pada ruas-ruas yang berfungsi regional belum banyak perubahan yang berarti,
khususnya pada ruas jalan yang menghubungkan wilayah barat dengan Kabupaten Tangerang, juga di wilayah
timur pada ruas jalan Babakan madang Tanjungsari,

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -32


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Masalah Air Minum di Kabupaten Bogor :


- Cakupan Pelayanan masih rendah sekitar 9,7%, permohonan menjadi pelanggan PDAM sangat tinggi
- TKA cukup tinggi 33%, disebabkan oleh kehilangan fisik 60% dan non fisik 40%
- Keterbatasan Sumber air baku di wilayah Kab, Bogor untuk pengembangan
- Kuantitas air tanah pada musim kemarau cenderung berkurang,
Permasalahan dalam penanganan persampahan adalah :
a, Kekurangan lahan untuk TPA di daerah perkotaan yang kurang dapat diakomodasi oleh daerah di sekitarnya, Hal ini
disebabkan belum adanya mekanisme penyelenggaraan penanganan persampahan secara bersama antara kabupaten dan kota,
b, Belum adanya prediksi yang rinci mengenai komposisi sampah, sehingga potensi bahan inorganik untuk pendaurulangan skala
besar belum dapat dilaksanakan, sehingga dapat menurunkan volume sampah yang terkumpul,
3. Prospek :
Fungsi Wilayah Jabodetabekjur sebagai satu kawasan Metropolitan yang merupakan satu kesatuan ekosistem dengan
Kabupaten/Kota lain di Wilayah Jabodetabekjur, memerlukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang yang terpadu dan setiap pembangunan/pengembangan wilayah-wilayah perbatasan tersebut diharapkan
dapat menjadi pendorong satu sama lain sehingga tercipta pengembangan wilayah yang seimbang,

2,2,6 Potensi, Masalah, dan Prospek Kawasan Budidaya


1. Kawasan Pertanian
a. Tanaman Pertanian Lahan Basah
1) Potensi
Pengembangan pertanian lahan basah (tanaman padi sawah) tersebar di daerah dengan bentuk lahan dataran banjir ,
dataran aluvial lembah fluvial , lereng bawah kipas aluvial vulkanik, lereng tengah kipas aluvial vulklanik, Bentuklahan tersebut
mempunyai topografi datar hingga bergelombang dengan kelerengan datar hingga agak curam, Sifat tanah di lahan tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Bertekstur halus
b) Drainase agak terhambat hingga terhambat
c) Kapasitas Tukar Kation tergolong sedang (17-24 me/100g)
d) Tingkat kemasaman pH 5,5-6

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -33


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 2.9 memperlihatkan wilayah-wilayah yang mempunyai potensi pengembangan pertanian lahan basah, Potensi
produksi pertanian lahan basah berdasarkian LQ >1 sebagian besar terdapat dengan sebaran lahan cukup luas di kecamatan
Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Pamijahan, Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur dan Cariu, pada wilayah ini
umumnya tersedia jaringan irigasi baik teknis maupun pedesaan disamping karekateristik lahannya yang cukup sesuai untuk
tanaman padi sawah,
2) Permasalahan
Pemanfaatan lahan untuk tanaman padi sawah di daerah ini memiliki sedikit hambatan karena adanya kerikil/batuan
pada permukaan tanah (stoniness), Pemanfaatan lahan untuk persawahan di dataran banjir dan dataran aluvial seperti yang ada
di kecamatan Tenjo, Parung Panjang, Jasinga, Cigudeg, dan Leuwiliang, Jonggol, Ciseeng meiliki hambatan adanya ancaman
banjir akibat meluapnya air sungai, Rendahnya produktivitas dan kualitas hasil pertanian, disebabkan belum meratanya
penerapan teknologi, kualitas SDM serta kurangnya minat generasi muda untuk terjun dalam usaha tani , dukungan sarana dan
prasarana pertanian yang belum memadai,disamping kekurangan modal, tingginya biaya operasional usaha pertanian,
Sedangkan disisi lain, terdapat keterbatasan lahan yang dimiliki petani (rata-rata 2500 m2 per keluarga),
3) Prospek :
Dengan melihat komoditi pertanian cukup potensil, perlu adanya usaha peningkatan keterampilan usaha tani yang
bukan saja mampu menghasilkan komoditas berkualitas dan bernilai tinggi, tapi juga mampu menghasilkan produk olahan
lanjutan yang memiliki nilai tambah, Selain itu perlu juga dikembangkan pasar lokal yang telah ada yang selama ini menjadi
outlet hasil pertanian, menjadi pusat pengumpul hasil pertanian dan sarana transaksi antara produsen dengan pedagang yang
terdekat dengan sentra produksi hasil pertanian tersebut,

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -34


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 2.9
Potensi dan Produktifitas Padi di kabupaten Bogor
Padi Sawah Padi Gogo Total
NO KECAMATAN L,Panen Ha Produksi Ton L,Panen Ha Produksi Ton L,Panen Ha Produksi Ton
1 Tenjo 2,394,31 12,894,13 657,00 1,710,69 3,051,31 14,604,81
2 Parungpanjang 2,744,04 14,243,61 284,00 740,77 3,028,04 14,984,37
3 Jasinga 2,064,76 10,913,18 311,00 810,64 2,375,76 11,723,82
4 Cigudeg 4,471,56 24,133,39 47,00 123,16 4,518,56 24,256,55
5 Sukajaya 4,018,07 21,597,39 138,00 368,79 4,156,07 21,966,18
6 Nanggung 1,410,45 7,321,75 15,00 36,18 1,425,45 7,357,92
7 Rumpin 3,530,94 18,268,01 207,00 526,88 3,737,94 18,794,89
8 Leuwiliang 1,981,17 10,779,04 - - 1,981,17 10,779,04
9 Leuwisadeng 1,254,80 6,847,60 - - 1,254,80 6,847,60
10 Cibungbulang 3,090,89 16,766,10 - - 3,090,89 16,766,10
11 Pamijahan 6,253,85 34,139,41 - - 6,253,85 34,139,41
12 Ciampea 3,143,74 16,896,20 - - 3,143,74 16,896,20
13 Tenjolaya 1,711,18 9,132,73 - - 1,711,18 9,132,73
14 Gunungsindur 303,61 1,584,03 - - 303,61 1,584,03
15 Parung 638,93 3,370,49 - - 638,93 3,370,49
16 Ciseeng 911,80 4,747,63 - - 911,80 4,747,63
17 Bojonggede 268,06 1,408,61 - - 268,06 1,408,61
18 Tajurhalang 161,41 850,53 - - 161,41 850,53
19 Kemang 658,15 3,469,03 18,00 43,75 676,15 3,512,78
20 Rancabungur 499,62 2,626,82 9,00 21,59 508,62 2,648,41
21 Dramaga 1,269,22 6,722,71 - - 1,269,22 6,722,71
22 Ciomas 1,091,47 5,876,50 - - 1,091,47 5,876,50
23 Tamansari 1,136,63 6,126,39 58,00 144,05 1,194,63 6,270,44
24 Cijeruk 1,365,30 7,175,26 58,00 144,85 1,423,30 7,320,11
25 Cigombong 1,159,69 6,101,46 58,00 144,48 1,217,69 6,245,94
26 Caringin 2,642,20 13,988,55 25,00 61,38 2,667,20 14,049,93
27 Ciawi 1,274,02 6,799,69 - - 1,274,02 6,799,69
28 Megamendung 1,103,96 5,756,28 - - 1,103,96 5,756,28
29 Cisarua 333,40 1,780,20 - - 333,40 1,780,20
30 Sukaraja 359,34 1,913,18 - - 359,34 1,913,18

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -35


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Padi Sawah Padi Gogo Total


NO KECAMATAN L,Panen Produksi L,Panen Produksi L,Panen Produksi
31 Citeureup 477,52 2,532,12 - - 477,52 2,532,12
32 Babakan Madang 421,79 2,215,50 - - 421,79 2,215,50
34 Gunungputri 93,20 488,92 46,00 110,00 139,20 598,93
35 Cileungsi 1,041,51 5,542,06 60,00 161,12 1,101,51 5,703,19
36 Kalapanunggal 1,258,65 6,538,92 179,00 460,10 1,437,65 6,999,02
37 Jonggol 9,049,78 49,630,13 140,00 345,96 9,189,78 49,976,09
38 Sukamakmur 2,978,48 16,307,17 440,00 1,088,93 3,418,48 17,396,10
39 Cariu 3,491,55 18,939,02 - - 3,491,55 18,939,02
40 Tanjungsari 4,601,27 24,919,60 85,00 211,70 4,686,27 25,131,30
JUMLAH 76,800,59 412,084,31 2,835,00 7,255,03 79,635,59 419,339,35

b. Tanaman Perkebunan
1) Potensi
Pengembangan pertanian tanaman perkebunan yang ada di Kabupaten Bogor disajikan di Tabel 2.10 Potensi
pengembangan tanaman perkebunan yang meliputi perkebunan besar swasta negara (PBSN) cukup luas mencapai 21,490 ha,
dengan komoditi unggulan Teh, Kelapa sawit, Pemanfaatan lahan umumnya merupakan daerah perbukitan denudasional
berbatuan tuf vulkanik masam dengan topopografi bergelombang hingga berbukit, tanahnya bertekstur halus, kedalaman solum >
100 cm, KTK sedang (17-24 me/100g), dan pH 6,1-6,6,
2) Permasalahan
Pengembangan untuk komoditi perkebunan termasuk kedalam kelas kesesuaian lahan sesuai bersyarat (S3) untuk
penggunaan lahan tanaman perkebunan, mempunyai faktor pembatas kesuburan tanah dan topografi, Sifat tanah masam,unsur
hara rendah, Untuk penggunaan bagi tanaman perkebunan, lahan tersebut mempunyai faktor pembatas topografi, Hambatan
faktor topografi ini dapat mengancam kerusakan tanah karena erosi,

3) Prospek
Wilayah yang memiliki nilai LQ> 1 terdapat pada wilayah Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, Ciawi,
Tanjungsari dan Rumpin,

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -36


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 2.10
Potensi Pengembangan Tanaman Perkebunan

No Kecamatan Faktor pembatas Luas (ha)


1 Tenjo Lereng 23276, 73
2 Parungpanjang Lereng 1175,74
3 Rumpin Lereng 3337,96
4 Cigudeg Lereng 6561,29
5 Jasiinga Lereng 9860,84
6 Nanggung Lereng 4518,72
7 Leuwuliang Lereng 5313,76
8 Sukajaya Lereng 10,053,01
9 Pamijahan Lereng 808,53
10 Ciampea Lereng 3224,26
11 Cibungbulang Lereng 825,03
12 Jonggol Lereng 1702,0
13 Citeureup Lereng 1746,0
14 Sukamakmur Lereng 2941,0
Total 27,879,0

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -37


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 2.11
Kegiatan Ekonomi Berdasarkan Hasil Produksi
Di Kabupaten Bogor Tahun 2006

Kacang Kacang
Padi Jagung Kedelai Tanah Sayuran Buah Perkebunan
No Kecamatan Total
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml
(ton) LQ (ton) LQ (ton) LQ (ton) LQ (ton) LQ (ton) LQ (ton) LQ
1 Nanggung 10,458 1,43 34 0,25 2 0,70 43 1,19 575 1,85 173 0,13 0 0,00 14,054
2 Leuwiliang 17,186 0,95 0 0,00 0 0,00 37 0,41 202 0,26 1,163 0,36 1,321 7,97 34,773
3 Leuwisadeng 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 107 8,43 461 8,61 5 1,83 573
4 Pamijahan 37,310 1,62 0 0,00 0 0,00 13 0,11 1,073 1,10 174 0,04 528 2,51 44,159
5 Cibungbulang 17,900 1,19 0 0,00 0 0,00 60 0,81 1,045 1,63 103 0,04 22 0,16 28,922
6 Ciampea 29,003 0,88 81 0,13 0 0,00 60 0,37 127 0,09 158 0,03 0 0,00 63,089
7 Tenjolaya 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 386 4,15 0 0,00 0 0,00 386
8 Dramaga 6,717 1,01 319 2,61 1 0,39 9 0,28 2,147 7,63 451 0,38 26 0,43 12,696
9 Ciomas 5,850 1,41 0 0,00 0 0,00 53 2,59 81 0,46 9 0,01 0 0,00 7,946
10 Tamansari 6,626 0,94 1,139 8,78 7 2,57 137 3,96 160 0,54 2 0,00 0 0,00 13,472
11 Cijeruk 10,993 1,25 1,645 10,17 0 0,00 90 2,08 71 0,19 0 0,00 35 0,44 16,798
12 Cigombong 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 85 4,15 0 0,00 0 0,00 85
13 Caringin 14,327 1,12 0 0,00 0 0,00 55 0,87 3,381 6,20 363 0,16 0 0,00 24,610
14 Ciawi 6,647 1,20 0 0,00 0 0,00 32 1,17 175 0,75 83 0,08 1,390 27,52 10,594
15 Cisarua 2,262 0,74 206 3,63 7 5,87 23 1,52 2,659 20,38 174 0,32 0 0,00 5,890
16 Megamendung 5,141 0,67 937 6,63 48 16,17 93 2,47 417 1,28 355 0,26 0 0,00 14,672
17 Sukaraja 3,446 0,13 71 0,15 0 0,00 18 0,14 266 0,24 1,746 0,38 0 0,00 49,353
18 Babakan Madang 2,481 0,40 106 0,94 0 0,00 19 0,63 2 0,01 0 0,00 0 0,00 11,770
19 Sukamakmur 24,002 1,41 6 0,02 0 0,00 35 0,42 138 0,19 337 0,11 28 0,18 32,723
20 Cariu 59,688 1,76 217 0,35 0 0,00 85 0,51 201 0,14 3,255 0,54 1 0,00 65,054
21 Tanjungsari 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 116 0,91 5,247 9,79 375 13,71 5,738
22 Jonggol 40,447 1,78 107 0,25 0 0,00 45 0,40 612 0,63 251 0,06 0 0,00 43,639
23 Cileungsi 4,031 1,11 152 2,26 0 0,00 112 6,23 76 0,49 464 0,71 2 0,06 6,992

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -38


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Kacang Kacang
Padi Jagung Kedelai Tanah Sayuran Buah Perkebunan
No Kecamatan Total
Jml Jml Jml Jml Jml Jml Jml
(ton) LQ (ton) LQ (ton) LQ (ton) LQ (ton) LQ (ton) LQ (ton) LQ
24 Klapanunggal 5,065 1,70 56 1,02 0 0,00 8 0,55 50 0,40 137 0,26 0 0,00 5,701
25 Gunung Putri 864 0,52 3 0,10 0 0,00 32 3,90 35 0,50 483 1,62 6 0,39 3,192
26 Citeureup 2,681 0,50 0 0,00 0 0,00 13 0,49 284 1,24 690 0,72 25 0,51 10,303
27 Cibinong 1,055 0,14 539 3,85 0 0,00 44 1,18 0 0,00 17 0,01 0 0,00 14,523
28 Bojonggede 2,383 0,96 0 0,00 0 0,00 77 6,26 20 0,19 45 0,10 0 0,00 4,782
29 Tajurhalang 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 16 5,27 100 7,81 21 #### 137
30 Kemang 4,525 0,72 0 0,00 41 16,76 126 4,05 145 0,54 0 0,00 1 0,02 12,090
31 Rancabungur 4,263 0,83 791 8,30 17 8,49 80 3,14 62 0,28 209 0,23 0 0,00 9,896
32 Parung 3,558 0,80 0 0,00 2 1,15 59 2,68 17 0,09 128 0,16 3 0,07 8,570
33 Ciseeng 8,923 1,00 620 3,76 21 6,06 177 4,02 0 0,00 25 0,02 8 0,10 17,126
34 Gunung Sindur 3,314 0,52 725 6,15 1 0,40 220 6,99 124 0,46 77 0,07 0 0,00 12,244
35 Rumpin 20,175 1,65 295 1,31 9 1,90 44 0,73 257 0,49 263 0,12 345 3,09 23,441
36 Cigudeg 23,674 1,53 0 0,00 2 0,33 37 0,48 1,233 1,87 898 0,32 0 0,00 29,716
37 Sukajaya 19,902 1,38 0 0,00 0 0,00 8 0,11 978 1,60 15 0,01 0 0,00 27,553
38 Jasinga 19,823 0,43 160 0,19 12 0,67 82 0,36 729 0,37 63,201 7,60 4 0,01 89,025
39 Tenjo 13,155 1,46 165 0,99 6 1,72 34 0,77 50 0,13 14 0,01 0 0,00 17,232
40 Parung Panjang 15,739 0,40 0 0,00 0 0,00 176 0,90 1,163 0,69 0 0,00 0 0,00 76,216
Total 453,614 8,374 176 2,236 19,265 81,271 4,146 869,735
Sumber: Hasil Analisa, 2006

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman II -39


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

c. Peternakan
1. Potensi :
Di sektor peternakan, Kabupaten Bogor juga memiliki potensi yang cukup besar, Dilihat dari segi populasi, jenis ternak
besar yang jumlahnya paling banyak adalah kerbau, ternak kecil adalah domba dan jenis unggas adalah ayam pedaging, potensi
peternakan di Kabupaten Bogor seperti diuraikan dibawah ini,

Tabel 2.12
Keragaan Populasi Hewan Ternak (ekor)
NO Hewan Ternak Popluasi
1 Sapi perah 1,674
2 Sapi Potong 704
3 Kerbau 12,100
4 Kambing 28,572
5 Domba 61,924
6 Ayam Buras 360,635
7 Ayam petelur 841,580
8 Ayam Pedaging 10,027,164
9 Itik 21,010
Sumber : Dinas Peternakan Kab, Bogor, Tahun 2005
a. Ternak Besar
Sapi Perah
Populasi ternak sapi perah di Kabupaten Bogor terdapat di Kecamatan Leuwiliang, Ciampea, Cibungbulang, Pamijahan, Cisarua
dan Ciawi, Sentra peternakan di kabupaten Bogor terdapat di Kecamatan Cibungbulang dan Cisarua, dengan populasi sekitar
sapi perah 962 ekor atau sekitar 54,04 % dari total populasi tahun 2000,
Pada tahun 1998 populasi sapi perah di Kecamatan Cibungbulang sempat mencapai angka tertinggi sebesar 1,040 ekor atau
sebesar 69,19% dari total populasi,

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -40


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Sapi Potong
Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Bogor banyak terdapat di Jasinga, Parung Panjang, Cigudeg, Rumpin, Cibungbulang,
dan Pamijahan, Dari sepuluh wilayah yang ada, Kecamatan Rumpin memiliki populasi sapi potong terbesar yaitu 418 ekor atau
sekitar 81,48 % dari total populasi tahun 2000, Perkembangan populasi ternak sapi potong Pada tahun 1997 di Kecamatan Rumpin
sempat mencapai angka tertinggi sebesar 726 ekor atau sebesar 87,15% dari total populasi,

b. Ternak Kecil
Kambing
Populasi ternak kecil terdapat di semua Kabupaten Bogor, Wilayah kecamatan dengan populasi terbanyak meliputi Citeureup,
Sukaraja, Babakanmadang, Jonggol, Cariu, Pamijahan, Jasinga, dan Cigudeg,
Peluang perkembangan populasi ternak kecil Kabupaten Bogor terdapat pada wilayah Kecamatan Cariu dan Babakanmadang,,

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -41


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Tabel 2.13
Populasi Ternak Kecil Kabupaten Bogor
Popoulasi (Tahun 2007)
No Kecamatan Popoulasi (Tahun 2007)
Kambing Domba No Kecamatan
Kambing Domba
1 Cibinong 3,770 1,609
21 Nanggung 1,873 5,496
2 Gunung Putri 3,790 4,022
22 Cigudeg 4,345 11,209
3 Citeureup 8,437 7,922
23 Tenjo 2,683 1,674
4 Sukaraja 1,716 6,608
24 Ciawi 1,149 4,354
5 Babakan Madang 8,686 4,015
25 Cisarua 3,968 6,281
6 Jonggol 4,372 12,153
26 Megamendung 1,870 5,661
7 Cileungsi 3,630 5,274
27 Caringin 2,180 5,276
8 Cariu 3,023 22,736
28 Cijeruk 2,356 6,332
9 Sukamakmur 5,999 7,656
29 Ciomas 899 4,325
10 Parung 1,543 1,498
30 Dramaga 476 3,223
11 Gunung Sindur 5,413 1,970
31 Tamansari 701 2,018
12 Kemang 874 2,064
32 Klapanunggal 4,357 4,267
13 Bojonggede 3,592 2,851
33 Ciseeng 1,851 3,707
14 Leuwiliang 2,013 4,352
34 Rancabungur 1,967 6,963
15 Ciampea 1,553 5,017
35 Sukajaya 2,836 8,804
16 Cibungbulang 1,526 5,539
36 Tanjungsari 1,641 9,912
17 Pamijahan 3,357 10,220
37 Tajurhalang 4,102 3,004
18 Rumpin 6,121 6,305
38 Cigombong 2,393 5,327
19 Jasinga 5,438 4,917
39 Leuwisadeng 1,345 2,458
20 Parungpanjang 1,349 1,630
40 Tenjolaya 1,061 1,818
JUMLAH 120,255 220,467
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan, 2007

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -42


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

c. Ternak Unggas
Potensi populasi ternak ayam di Kabupaten Bogor tersebar hampir di seluruh wilayah, dengan populasi terbanyak terdapat
di wilayah Kecamatan Rumpin, Gunungsindur,
Permasalahan pengembangan usaha peternakan ayam yang dihadapi saat ini adanya tekanan lingkungan seiring dengan
pesatnya perkembangan kegiatan perkotaan (perumahan dan industri) yang mendesak kegiatan usaha ternak ayam yang sudah
ada agak terganggu,
Permasalahan yang dihadapi khususnya iuntuk pengembangan usaha ternak ayam, belum terintegrasinya kegiatan ini
dengan kegiatan pertanian lainnya sebagai bagian dari kegiatan perdesaan,
Peluang pengembangan peternakan ayam bagi terwujudnya usaha ternak yang didukung oleh lingkungannya dapat
dikembangkan pada lokasi/wilayah yang asaat ini berpotensi dan didukung oleh lingkungannya antara lain pada wilayah
Kecamatan Parungpanjang, Rumpin, Jonggol, Cariu dan Sukamakmur,

Tabel 2.14
Perkembangan Populasi Ternak Ayam di Kabupaten Bogor

PETELUR PEDAGING
No Kecamatan
2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006
1 Cibinong 81,500 40,000 74,000 69,500 78,000 82,500 91,500 154,800 133,928 86,070
3 Citeureup - 36,000 - - - 9,000 11,000 12,000 9,661 6,086
4 Sukaraja - - - - - 91,000 91,000 49,000 40,945 94,763
Babakan
5 Madang 36,000 41,590 44,000 44,000 40,000 40,000 40,000 34,030 7,923 39,123
6 Jonggol 46,000 60,590 85,000 113,200 100,000 18,000 96,000 114,500 160,867 95,633
7 Cileungsi 35,750 41,340 42,000 28,000 31,500 28,000 85,000 103,000 17,482 7,825
8 Cariu 16,000 21,590 45,000 65,000 40,000 85,500 26,000 292,000 447,635 209,523
9 Sukamakmur - - - - - 18,000 20,000 48,500 21,827 13,041
10 Parung 467,600 219,090 104,900 213,000 278,000 54,200 179,000 304,000 244,726 195,613
11 Gunung Sindur 1,130,400 1,620,590 1,346,000 951,000 959,000 446,500 573,623 555,800 999,018 980,672
12 Kemang 221,500 220,090 218,000 370,600 197,900 230,700 131,000 285,000 726,586 239,952
13 Bojonggede 231,625 160,590 363,950 155,000 - 680,000 313,000 678,074 1,052,461 311,242

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -43


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

PETELUR PEDAGING
No Kecamatan
2002 2003 2004 2005 2006 2002 2003 2004 2005 2006
14 Leuwiliang 10,000 16,301 - - - 393,500 580,000 312,000 358,571 194,743
15 Ciampea 4,640 4,970 - - - 143,650 410,000 98,000 210,406 246,907
16 Cibungbulang - - 50,000 40,000 40,000 383,500 480,500 282,000 320,774 362,536
17 Pamijahan - - - - - 131,350 375,000 148,500 236,043 858,088
18 Rumpin 592,080 516,590 642,000 620,000 565,000 449,000 461,700 349,000 357,261 132,147
19 Jasinga 86,000 95,590 70,000 50,000 60,000 24,000 34,000 159,000 122,631 95,633
20 Parungpanjang 107,407 123,601 78,800 78,000 75,000 295,001 295,000 244,000 232,993 185,180
21 Nanggung - - - - 2,500 222,000 113,000 115,000 66,494 192,133
22 Cigudeg 40,500 39,590 75,000 90,000 140,000 55,000 63,000 79,000 75,966 72,159
23 Tenjo 46,000 48,090 45,054 72,000 71,000 15,000 55,000 99,000 39,207 69,551
24 Ciawi - - - - - 229,000 72,000 260,000 205,186 301,678
25 Cisarua 30,500 40,820 - - - 24,800 25,000 61,000 57,456 40,861
26 Megamendung 70,000 45,590 40,000 40,000 40,000 194,750 83,500 161,500 199,103 178,225
27 Caringin - - - 10,000 3,000 108,000 342,000 522,500 312,942 259,078
28 Cijeruk - - - - 15,000 834,000 596,000 376,000 418,057 208,654
30 Dramaga 25,800 33,190 - 2,500 3,500 125,000 203,000 408,500 278,617 329,499
31 Tamansari 60,000 69,850 63,000 5,000 30,000 117,000 20,000 122,000 33,993 43,469
32 Klapanunggal - - - - - 51,250 52,700 93,000 60,932 47,382
33 Ciseeng - 40,590 52,400 36,000 37,300 259,500 75,000 368,100 479,790 340,801
34 Rancabungur - - - - - 53,907 60,000 82,000 351,178 304,286
35 Sukajaya - - - - - - - 10,000 8,792 25,212
36 Tanjungsari 12,000 652,042
37 Tajurhalang 195,000 430,348
38 Cigombong - 113,021
39 Leuwisadeng 9,000 259,948
JUMLAH 3,376,302 3,581,432 3,439,104 3,055,300 3,022,700 5,902,608 6,070,608 7,028,804 8,294,000 8,257,900

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -44


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

2. Masalah :
Permasalahan dalam usaha ternak kecil adalah; penyediaan bibit ternak yang masih rendah, kualitas pakan yang rendah,
serta sistem perkandangan yang kurang memadai untuk berkembangnya ternak Kambing/Domba,
Sedangkan permasalahan pada ternak jenis unggas adalah ; belum optimalnya program vaksinasi ternak, cara
pemeliharaan yang masih tradisional, dan kualitas pakan rendah,
3. Prospek :
Usaha yang diperlukan dalam pengembangan peternakan meliputi; penyuluhan yang intensif tentang teknik budidaya
ternak dan unggas serta pencarian bibit ternak yang baik, sehingga dapat menghasilkan produksi ternak yang lebih baik pula,

d. Perikanan
1.Ikan Air Tawar
Potensi perikanan Kabupaten Bogor yang meliputi ikan air deras, keramba, air tenang (kolam), dengan produksi terbanyak
sampai tahun 2006 terdapat pada wilayah Kecamatan , Wilayah-wilayah kecamatan sentra produksi perikanan sawah antara lain
Ciampea, Pamijahan, Ciungbulang, Leuwiliang, dan Jasinga, Produksi Perikanan sawah di wilayah Kecamatan Ciampea yaitu
sebesar 105 ton dan di wilayah Kecamatan Pamijahan sempat mencapai angka tertinggi yaitu sebesar 133 ton,

Tabel 2.15
Produksi Perikanan Sawah di Kabupaten Bogor

Produksi Ikan (ton)


No Kecamatan
Benih Ikan Keramba Ikan Hias Sawah
1 Cibinong 0,32 - 2,86 -
2 Gunung Putri - - 0,84 -
3 Citeureup - - 1,67 -
4 Sukaraja 0,25 - 0,15 -
5 Babakan Madang - - 0,85 -
6 Jonggol - - - -
7 Cileungsi - - 0,14 -
8 Cariu - - - -
9 Sukamakmur - - - -
10 Parung 14,03 - 1,30 254,00

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -45


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Produksi Ikan (ton)


No Kecamatan
Benih Ikan Keramba Ikan Hias Sawah
11 Gunung Sindur 37,60 - 0,34 68,81
12 Kemang 55,99 - 6,43 -
13 Bojonggede - - 0,98 -
14 Leuwiliang 2,17 94,00 0,42 6,52
15 Ciampea 12,59 - 16,97 4,79
16 Cibungbulang 35,72 41,00 2,18 21,89
17 Pamijahan 21,18 139,00 2,68 14,82
18 Rumpin - - - 20,90
19 Jasinga - - - -
20 Parungpanjang 0,06 - - -
21 Nanggung 4,03 - - 2,52
22 Cigudeg - 16,00 - 8,60
23 Tenjo 0,18 - - -
24 Ciawi 0,42 8,00 0,06 3,70
25 Cisarua - 6,00 0,11 -
26 Megamendung 0,04 - 1,86 -
27 Caringin 1,16 - 0,31 -
28 Cijeruk 5,30 - 1,67 4,60
29 Ciomas 8,79 - 0,62 -
30 Dramaga 12,47 - - 0,14
31 Tamansari 2,35 - 0,20 -
32 Klapanunggal - - 0,08 -
33 Ciseeng 54,41 - 7,01 130,80
34 Rancabungur 7,75 - 0,17 -
35 Sukajaya 7,31 6,00 - 14,87
36 Tanjungsari - - - -
37 Tajurhalang - - 1,48 -
38 Cigombong 0,88 - - 4,00
39 Leuwisadeng 1,75 - - 2,00
40 Tenjolaya 25,25 - 11,32 12,78
JUMLAH 312,00 310 62,70 575,74
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan, 2005

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -46


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

2.Ikan Hias
Berdasarkan Tabel di bawah terlihat bahwa ada dua wilayah kecamatan penghasil ikan hias yaitu Ciampea dan
Cibungbulang, Pada tahun 2005 produksi ikan hias di wilayah Kecamatan Ciampea mencapai 24,691 ekor (95,66%) lebih tinggi
dibanding Cibungbulang yang hanya 847 ekor (3,28% dari total ikan hias),

Tabel 2.16
Produksi Ikan Hiasdi Kabupaten Bogor
TAHUN 2005
NO KECAMATAN MAS LELE GURAME IKAN HIAS
(Ton) (Ton) (Ton) ( RE )
1 Cibinong 38,50 23,10 15,40 3,288,00
2 Gunung Putri 1,80 2,70 4,50 -
3 Citeureup 16,50 9,90 6,60 -
4 Sukaraja 62,50 41,70 34,75 70,00
5 Babakan Madang 4,00 2,40 1,60 -
6 Jonggol 9,75 - 29,25 -
7 Cileungsi 10,50 - 3,50 -
8 Cariu 12,60 - 5,40 8,00
9 Sukamakmur 7,50 2,50 - -
10 Parung - 213,20 319,80 -
11 Gunung Sindur - 786,80 337,20 -
12 Kemang 68,75 68,75 137,50 49,00
13 Bojonggede 23,00 32,20 36,80 5,00
14 Leuwiliang 46,80 40,95 29,25 4,00
15 Ciampea 73,35 40,75 48,90 142,00
16 Cibungbulang 221,40 123,00 147,60 7,578,00
17 Pamijahan 399,00 159,60 239,40 11,00
18 Rumpin 8,25 9,90 13,20 -
19 Jasinga 1,35 1,05 0,75 -
20 Parungpanjang 1,20 0,80 - -
21 Nanggung 13,50 - 4,50 -
22 Cigudeg 31,85 - 17,15 -
23 Tenjo 2,00 - - -
24 Ciawi 12,60 5,25 3,15 -

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -47


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

TAHUN 2005
NO KECAMATAN MAS LELE GURAME IKAN HIAS
(Ton) (Ton) (Ton) ( RE )
25 Cisarua 2,10 0,30 0,60 -
26 Megamendung 0,60 0,90 0,50 -
27 Caringin 57,60 9,60 28,80 84,00
28 Cijeruk 19,80 8,25 4,95 502,00
29 Ciomas 29,70 16,50 19,80 42,310,00
30 Dramaga 96,30 32,10 85,60 11,402,00
31 Tamansari 3,30 2,20 5,50 -
32 Klapanunggal 87,25 29,25 - 6,831,00
33 Ciseeng - 375,60 250,40 -
34 Rancabungur 20,60 51,50 30,90 35,00
35 Sukajaya 35,10 - 18,90 -
36 Tanjungsari 9,10 - 3,90 -
37 Tajurhalang 35,00 49,00 56,00 56,00
38 Cigombong 108,60 45,25 27,15 -
39 Leuwisadeng 8,80 5,50 7,70 -
40 Tenjolaya 213,75 118,75 142,50 148,00
JUMLAH 1,794,30 2,309,25 2,119,40 72,524,00

2. Pariwisata
1) Potensi :
Potensi pariwisata di Kabupaten Bogor memiliki beragam bentuk obyek wisata yang tersebar
diseluruh wilayah Kabupaten Bogor meliputi objek wisata alam, budaya maupun kegiatan wisata
lainnya, Lokasi penyebaran objek wisata di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel berikut.

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -48


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Tabel 2.17 : Penyebaran Objek wisata di Kabupaten Bogor

No Lokasi Nama Obyek Jenis Obyek


1 Pamijahan Curug Cigamea Air Terjun
Curug Seribu Air Terjun
Curug Ngumpet Air Terjun
Kawah Ratu Kawah
Air Panas GSE Air panas
Air Panas Ciasmara Air panas
Panorama Alam Ciasihan Panorama
Bumi Perkemahan Gunung Bunder Buper
Bumi Perkemahan Pancasila Buper
Telaga Ciputri Wisata Air
2 Cigudeg Kampung Adat Budaya
3 Tamansari Bumi Perkemahan Sukamantri Buper
4 Jasinga Situ Cikadondong Wisata air
Taman Bambu Taman
Air panas Kembang Kuning Air panas
Curug Bandung Wisata air
Situ Jantungeun Wisata air
Situ Rancabungur Wisata air
5 Ranca Bungur Situ Wadana Wisata air
6 Sukamakmur Dua Walet Gua
Situs Area Budaya
Prasasti Batu Tulis Pasis Awi Budaya
7 Citeureup Kebun Wisata Pasir Mukti Taman
8 Cibinong Situ Cikaret Wisata air
Situ Ciriung Wisata air
9 Babakan Madang Air Panas Gunung Pancar Air panas
Kawah Hitam Kawah
Wana Wisata Gn Pancar Hutan

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -49


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

No Lokasi Nama Obyek Jenis Obyek


10 Bojong Gede Situ Tonjong Wisata air
Situ Kemuning Wisata air
11 Gn Putri Taman rekreasi Gn Putri Indah Taman
Situ Gn Putri Wisata air
12 Ciampea Kampung Wisata Budaya
Batu Tulis Ciareteun Budaya
13 Leuwiliang Arung Jeram Cianten Olahraga
14 Kawasan Puncak Wisataalam
Sumber : Data Potensi Pariwisata Kab, Bogor,
2) Masalah :
Masalah pengembangan pariwisata di Kabupaten Bogor akan dihadapkan kepada dua pilihan yang mempengaruhi
terhadap berkelanjutannya suatu ekosistem, antara lain pengembangan wisata alam Puncak akan dihadapkan kepada isu
terganggunya fungsi wilayah sebagai daerah konservasi, dan pilihan lain pariwisata Kabupaten Bogor merupakan salah satu
andalan bagi Jawa Barat yang harus dikembangkan khususnya pada kawasan wisata Puncak,
Sedangkan pengembangan wisata GSE terkendala dengan rendahnya aksesibilitas regional sebagai faktor utama dalam
pengembangan GSE sebagai alternatif wisata guna mengurangi tekanan terhadap permintaan wisata Puncak,
3) Prospek :
Pengembangan pariwisata dimasa mendatang memiki prospek berkembang, khususnya pada kawasan wisata GSE
seiring semakin meningkatnya kunjungan dan memilki akses yang cukup baik apabila pelaksanaan pembangunan Bogor
Outer Ring Road yang akan menghubungkan antara Kota Bogor dengan akses menuju kawasan wisata GSE
3. Potensi Sumber Daya Hutan
a. Sektor Kehutanan
Luas kawasan hutan Kabupaten Bogor seluas 84.047,02 Ha atau sebesar 28,12 % dari luas seluruh wilayah Kabupaten
Bogor, Berdasarkan fungsinya dari 84.047,02 Ha kawasan hutan tersebut sebesar 8,67 % atau sebesar 25.912,29 Ha merupakan
Hutan Produksi dan sisanya sebesar 19,45 % atau sebesar 58.134,73 Ha merupakan Hutan Lindung,
Berdasarkan penutupan vegetasinya, kawasan hutan yang berhutan (bervegetasi hutan) adalah seluas 110,720,03 ha atau
(37,05%), sedangkan sisanya sebesar 62,95% atau 188.118,27 ha merupakan kawasan hutan yang tidak berhutan (non hutan
yang merupakan sawah, pemukiman, tegalan, tanah terbuka), semak dan belukar, Penyebaran kawasan hutan secara lengkap
disajikan pada Gambar dibawah ini :

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -50


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Gambar 2.11
Peta Kawasan Hutan Kabupaten Bogor

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -51


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

1) Hutan Produksi
Merujuk pada UU No, 41 Tahun 1999 yang dimaksud dengan hutan produksi adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan, Berdasarkan hasil analisis citra landsar TM 7 (perekaman 16 Mei
1999) kondisi vegetasi hutan pada kawasan hutan produksi, menunjukkan bahwa 8,67 % dari luas kawasan hutan
produksi 25.912,29 Ha atau merupakan kawasan hutan bervegetasi hutan (berhutan).

2) Hutan Lindung
Berdasarkan UU No, 41 Tahun 1999 yang dimaksud dengan hutan lindung adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah, Merujuk peta Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Bogor hasil analisis citra landsar TM 7 (perekaman 16 Mei 1999) kondisi vegetasi hutan pada kawasan
hutan lindung.
Luas kawasan hutan lindung seluas 58.134,73 Ha atau 19,45 % merupakan kawasan hutan bervegetasi hutan
(berhutan), dengan kondisi vegetasi termasuk kelas hutan lebat, Dengan demikian kondisi hutan lindung di Kabupaten
Bogor Wilayah Barat ini termasuk masih baik,

4. Potensi Sumber Daya Air


Potensi sumberdaya air suatu daerah merupakan kemampuan sumberdaya air wilayah tersebut baik sumberdaya air hujan,
air permukaan maupun air tanah guna memenuhi kebutuhan terhadap air baku yang dimanfaatkan untuk kepentingan domestik,
industri maupun pertanian

a. Daerah Aliran Sungai (DAS)


Di wilayah Kabupaten Bogor terdapat 7 (tujuh) Sistem Daerah Aliran Sungai (DAS), yang terdiri dari DAS Ciujung,
DAS Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, DAS Citarum, dan DAS Kali Bekasi, yang secara keseluruhan
berada dalam satuan Wilayah sungai (SWS) Ciliwung Cisadane, Sungai-sungai utama DAS tersebut keseluruhan mengalir ke
arah utara dan bermuara di Laut Jawa, Berdasarkan peta wilayah untuk Kabupaten Bogor, secara umum hanya terdapat 4
(empat) DAS dan beberapa Sub DAS yang masuk dalam areal studi, Data luas masing-masing DAS dan Wilayah administrasi
yang dilaluinya dapat dilihat pada Tabel 2.18 dibawah ini,

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -52


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Tabel 2.18
Data luas masing-masing DAS dan Wilayah administrasi
NO DAS/SUB DAS LUAS (Ha)

1 Cisadane 124.013
a. Cisadane Hulu 85.426
b. Cisadane Tengah 19.565
c. Cisadane Hilir 19.022
2 Ciliwung 28.636
a. Ciliwung Hulu 14.876
b. Ciliwung Tengah 13.76
3 Kali Bekasi 41.173
4 Citarum Hilir/Cibeet 85.196
5 Cidurian 44.454
Cidurian Hulu 34.784
6 Ciujung/Ciujung Hulu 9.67
7 Cimanceuri/Cimanceuri Hulu 22.498

Pada umumnya aliran sungai dari DAS yang berda di Kabupaten Bogor memiliki pola aliran denritik dibagian tengah
dan radial di hulunya dengan tingkat kerapatan drainase sedang hingga rendah,

b. Air Permukaan
Sumberdaya air permukaan dalam Kabupaten Bogor terdiri dari air sungai dan air genangan/situ/danau, baik alam
maupun buatan,
Sungai-sungai yang ada, pada umumnya mempunyai hulu di bagian selatan, yaitu pada bagian tubuh pegunungan
seperti di sekitar Gunung Salak, Gunung Gede-Pangranggo dan Gunung Halimun, Karakteristik aliran sungai secara umum
mengalir sepanjang tahun, pada waktu musim hujan mempunyai debit yang besar dan mengakibatkan banjir setempat, Pada
waktu musim kemarau, di beberapa alur sungai menunjukkan kecenderungan kondisi surut minimum,

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -53


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Berdasarkan hasil analisis ketersediaan air, pada umumnya sungai-sungai di wilayah ini mempunyai debit minimum
pada bulan Agustus dan maksimum di bulan januari di sepanjang tahunnya, Debit minimum bervariasi dari 0,610 7,658
m3/det dan maksimum 23,320 261,790 m3/det, Sungai Cisadane, Cidurian, Ciujung, dan Cimanceuri adalah merupakan
sungai utama yang masih cukup potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan, Dari hasil Studi Potensi Sumberdaya Air dan
Pemanfaatannya Tahun 1998, sungai-sungai tersebut mempunyai potensi debit andalan dengan peluang 80 % rata-rata dimusim
kemarau bervariasi antara 1,06 8,73 m3/det, dan rata-rata tahunan bervariasi antara 2,22 12,91 m3/det, Untuk
pengembangan pemanfaatan air sungai ke depan pengelolaan dan pengendalian daerah hulu perlu mendapat perhatian
terutama pengendalian konversi perubahan penggunaan lahan, Hal ini mengingat ratio antara debit aliran maksimum dan
minimum sudah mendekati tahap kritis,
Kondisi fisik sungai-sungai di DAS dan Sub DAS di bagian selatan umumnya memiliki beda tinggi antara dasar
sungai dengan lahan disekitar berkisar antara 3,0 5,0 m, sehingga aliran sungai berpotensi untuk meluap disekitarnya, baik
akibat banjir maupun arus balik akibat pembendungan, Sedangkan untuk bagian utara-barat (Cimanceuri dan Cidurian Hilir)
beda tinggi anatara dasar sungai dan lahan bantaran disekitarnya umumnya > 5 m , sehingga umumnya menyulitkan untuk
pengambilan langsung, maupun pembendungan,
Di Bagian hulu dari Sungai Cidurian sudah dikembangkan daerah-daerah irigasi seluas 22,959 Ha untuk irigasi desa
dan 1,381 Ha irigasi pemerintah memanfaatkan adanya Bendung Cidurian dan Bendung Karacak di sungai Cianten serta ada
pula pengambilan bebas (free intake), Daerah irigasi ini tersebar di Kecamatan Jasinga, Cigudeg, Sukajaya, Parung Panjang,
Nanggung, dan Tenjo untuk Cabang Dinas Jasinga, Kecamatan Rumpin, Ciampea, Cibungbulang, Leuwiliang dan Pamijahan
untuk Cabang Dinas Leuwiliang, Irigasi desa umumnya berfungsi sebagai suplesi yang memanfaatkan sungai Cikaniki,
Cianten, Ciapus, Ciampea dan Cidurian, Pemanfaatan air dengan pengambilan air sungai secara langsung untuk air minum
umumnya dilakukan oleh masyarakat secara sporadis di beberapa tempat seperti Sungai Cikaniki, cianten, Ciampea dan
Ciapus, Secara umum kualitas air permukaan di Kabupaten Bogor masih cukup baik, dalam artian belum ada pencemaran
oleh industri yang menguatirkan,
Berdasarkan hasil studi Preliminary Stydy on Ciliwung Cisadane Flood Control Project, 2001 di Kabupaten Bogor
terdapat lokasi yang berpotensi untuk pembuatan waduk yaitu Waduk Sodong dan Waduk Parung Badak, Waduk ini
berfungsi sebagai pengendali banjir maupun irigasi, Rencana waduk Sodong berlokasi di Sungai Cikaniki Kecamatan
Leuwiliang, anak sungai Cisadane dengan potensi genangan 3,069 km2 dan volume 24,027 juta m3, Sedangkan Waduk Parung
Badak berada di bagian Hulu Sungai Cisadane di Kecamatan Rancabungur, dengan potensi genangan 2,75 km2 dan volume
40,069 juta m3,

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -54


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

c. Danau / Situ,
Disamping sungai-sungai alam yang berada dalam Kabupaten Bogor, bentuk sumber air permukaan lain yang ada di
wilayah studi berupa Situ atau danau, baik Situ alam maupun buatan, Berdasarkan studi sebelumnya yang pernah dilakukan
oleh Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan
Umum pada Tahun 1998, hasil inventarisasi menunjukkan bahwa dalam Wilayah Kabupaten Bogor (termasuk Depok)
terdapat 122 (seratus dua puluh dua) unit Situ, yang tersebar dalam wilayah Kecamatan Parung Panjang, Jasinga, Cigudeg,
Nanggung, Leuwiliang, Ciampea, Rumpin, Parung, Bojonggede, Semplak, Cisarua, Cibinong, Beji, Pancoran Mas, Sukmajaya,
Cimanggis, Gunung Putri, Cileungsi, Kedung Halang, Citeurep, Cijeruk, dan Jonggol, Dari jumlah tersebut 68 % dapat
dikatakan sudah rusak, Sedangkan untuk Kabupaten Bogor, sesuai dengan data pada Tabel 2,31 terdapat 45 (empat puluh
lima) unit Situ, yang tersebar dalam tujuh kecamatan dengan luasan berkisar antara 0,50 15,33 Ha,
Secara garis besar penyebab kerusakan situ di wilayah JABOTABEK adalah :
- Kerusakan yang disebabkan oleh perubahan tataguna lahan
- Kerusakan akibat kondisi hidrologis
- Seperti sedimentasi dan berkurangnya debit aliran yang masuk
- Ketidakjelasan pola pengelolaan
- Kurangnya kesadaran masyarakat
Dari segi topografi wilayah masih ada beberapa lokasi yang memungkinkan memungkinkan untuk di kembangkan
situ-situ buatan yang dapat dimanfaatkan sebagai tampungan air baku, resapan air, maupun pengendali banjir (Retarding
Basin),
d. Air Tanah
Air tanah merupakan sumber alam yang potensinya, menyangkut kuantitas dan kualitasnya, tergantung pada kondisi
lingkungan tempat proses pengimbuhan (groundwater recharge), pengaliran (groundwater flow), dan pelepasan air bawah
tanah (groundwater discharge) berlangsung pada suatu wadah yang disebut cekungan air bawah tanah,
Mengacu pada peta hidrogeologi Kabupaten Bogor yang telah dipetakan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan dan
Departeman Pekerjaan Umum, maka kondisi air tanah di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Gambar (2.9Peta Potensi Air
Tanah),
Berdasarkan peta potensi air tanah skala 1 : 100,000 tersebut Kabupaten Bogor terlihat mempunyai wilayah air tanah
langka cukup luas, hal ini dikarenakan potensi air tanah kurang dari 5 liter/detik dikelompokan pada wilayah air tanah
langka,
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, air tanah di Kabupaten Bogor dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -55


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

e. Air Tanah Dangkal


Air tanah bebas yang dimaksud adalah air yang terdapat dibawah permukaan pada akifer yang tersekat bagian
bawahnya oleh lapisan kedap air, Sedangkan dibagian atasnya tidak tersekat, Pengukuran muka air bawah tanah pada waktu
survey (bulan Oktober 2001) yang dilakukan terhadap 150 sumur gali menunjukkan kedudukan muka air tanah berkisar
antara 1 hingga 13 meter dibawah muka tanah setempat, Dari informasi penduduk setempat, kedudukan muka air tanah ini
meningkat naik pada musim penghujan, yaitu mencapai 0,5 hingga 3 meter dibawah muka tanah setempat, Dibagian kaki
perbukitan, kedudukan air tanah bebas ini beragam mencapai 15 m dibawah muka tanah setempat yang terperangkap pada
zona lapukan batuan dibawahnya,
f. Air Tanah Dalam
Berdasarkan peta Hidrogeologi, Kabupaten Bogor bagian utara pada umumnya memperlihakan kondisi air tanah
langka, Kedudukan air tanah dalam diwilayah bagian utara dapat dibagi menjadi air tanah tertekan dan air tanah tidak
tertekan, Air tanah dalam pada umumnya berupa air tanah tertekan, yaitu lapisan akuifer yang bagian atasnya tersekat
lapisan kedap air,

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -56


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Gambar 2.12
Peta Air Tanah Kabupaten Bogor

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -57


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Dari hasil pendugaan geolistrik dan dibandingkan dengan kondisi geologi dan hidrogeologi setempat didapat korelasi
antara batuan dan tahanan jenis yang dijelaskan berurutan dari atas ke bawah sebagai berikut :
Pada lapisan paling atas adalah lapisan yang mempunyai (nilai tahanan jenis 5,8-49 m), Lapisan ini sebagai lapisan
tanah penutup yang merupakan bagian dari endapan danau (nilai tehanan jenis 20-49 m), yang umumnya halus hingga
kasar, ketebalan maksimum 1,60 meter,
Dibawahnya ada kelompok lapisan yang mempunyai nilai tahanan jenis dari 2,6-27 m, Kelompok lapisan ini
ditafsirkan sebagai saling silang antara lempung dan lempung pasiran yang didalamnya terdapat lensa-lensa pasir dengan
ketebalan maksimum 5 m, Kelompok ini termasuk kedalam endapan danau dengan ketebalan dari 7 hingga 45 meter,
Dibawahnya lagi diketemukan lapisan yang mempunyai jenis dari 22,5 - 160 m, Lapisan ini ditafsirkan sebagai
lapisan breksi tufaan yang merupakan bagian dari endapan gunungapi, Lapisan ini tersebar secara merata dilokasi tapak
proyek dengan ketebalan dari 10 hingga 150 m yang menebal ke arah selatan,
Dibawahnya lagi diketemukan lapisan yang mempunyai nilai tahanan jenis antara 4,4 -13,5 m, Lapisan ini ditafsirkan
sebagai lapisan pasir tufaan yang merupakan bagian dari satuan gunungapi, Sebaran dari lapisan ini merata dilokasi tapak
dengan ketebalan 80 hingga 90 m dengan menebal kearah selatan,
Paling bawah adalah lapisan dengan nilai tahanan jenis antara 1,4 - 2,9 m, Lapisan ini ditafsirkan sebagai lapisan pasir
tufaan yang merupakan bagian dari satuan gunung api, Sebaran dari lapisan ini merata dilokasi tapak dengan ketebalan 80
hingga 90 m dengan menebal kearah selatan,
Dari urutan stratigrafi tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dapat bertindak sebagai akuifer yang
potensial adalah:
- Lapisan breksi tufaan diperkirakan bisa bertindak sebagai lapisan akuifer dengan dimensi yang cukup tebal dan
potensinya cukup baik,
- Lapisan breksi tufaan yang berada diantara dua lapisan yang relatif kedap air bisa memberikan kondisi airtanah yang
dikandungnya bersifat tertekan.

Permasalahan
Pemanfaatan sumberdaya air Kabupaten Bogor dihadapkan kepada penggunaan air untuk kepentingan AMDK, menjadi lebih
besar dari pada pemanfaatan/penggunaan air untuk kepentingan kelanjutan bahan baku pertanian. Hal ini dapat dilihat
ketidak mantapannya air sungai, yang dicirikan dengan cepatnya kering sungai-sungai yang ada, semakin sulitnya
penyediaan air bersih melalui pembangunan IPLT

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -58


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

A. Mata Air
Jumlah mata air di wilayah Kabupaten Bogor yang sudah terdata (diketahui) sekitar 80 mata air besar, sedang dan kecil,
tersebar pada beberapa wilayah kecamatan pada kawasan kaki gunung Salak dan gunung pangrango.
Tabel 2. 19
Jumlah mata air di wilayah Kabupaten Bogor

NO Kecamatan Jumlah Debit minimum liter / detik Ekologi


1 Cigudeg 2 6 TNGHS
2 Leuwiliang 6 32 TNGHS
3 Ciampea 13 196 TNGHS
4 Darmaga 2 103 TNGHS
5 Ciomas 13 246 TNGHS
6 Cijeruk 3 120 TNGHS
Jumlah 39 703
7 Ciawi 3 16 Gede Pangrango
8 Caringin 1 10 Gede Pangrango
9 Megamendung 3 56 Gede Pangrango
10 Sukaraja 2 13 Gede Pangrango
11 Citeureup 2 13 Gede Pangrango
12 Jonggol 3 23 Gede Pangrango
13 Cisarua 9 88 Gede Pangrango
Jumlah 23 219
Total 62 922
Sumber : BAPEDA KABUPATEN BOGOR

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -59


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Gambar 2.13
Peta Lokasi sebaran mata air

5. Potensi Sumber Daya Mineral


a. Potensi Pertambangan
Kabupaten Bogor mempunyai sumberdaya bahan galian non logam terdiri dari
Batubelah (andesit, basalt dan dasit) , sirtu, batugamping, tras, lempung, bentonit, zeolit,
fosfat, pasir gunung, pasir kuarsa dan tanah urug, Setiap jenis bahan galian dan sebarannya
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2,13 Sebagaimana program pemerintah terutama dalam
bidang pembangunan fisik, yang dilaksanakan secara terencana dari satu tahapan kepada
tahapan berikutnya, selalu meningkat dengan pesat,

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -60


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Sejalan dengan hal tersebut tentunya membutuhkaan sejumlah bahan galian bangunan yang memadai, dan selalu
meningkat kebutuhannya, Demikian juga daerah Kabupaten Bogor yang secara geografis terletak di selatan Ibukota negara
yang bertindak sebagai penyangga berbagai kegiatan pembangunan di ibukota Jakarta dan sekitarnya, Oleh karena itu
keberadaan bahan galian bangunan di wilayah Kabupaten Bogor menjadi komoditas vital yang diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan kegiatan pembangunan, baik di wilayah Bogor sendiri maupun di seputar Jakarta,
1) Batu Belah
Batu Gunung sebagian besar terbentuk dari batuan terobosan ( intrusi ) seperti andesit, basalt, dan dasit, Namun
ada pula berasal dari hasil kegiatan vulkanik seperti lava dan komponen-komponen breksi vulkanik,
Potensi Batu belah di Kabupaten Bogor cukup besar dengan luas penyebaran 42,250,1434 ha terdiri dari 220,75 ha
untuk luas batuan intrusi dan 42,250,144 ha untuk batuan lava,
Lokasi dan deskripsi dari bahan galian tersebut adalah sebagai berikut :
Kecamatan Rumpin
Sebaran meliputi komplek Gunung Manceuri diantaranya G, Nyungcung, G,Maloko, G, Eundeur dan G, Suling, G,
Punyuh, G, Pangangkang, G, Kasing dan G, Dongkal, yang berasal dari batuan beku instrusi dan aliran lava lebih baik jika
dibandingkan dengan batu andesit yang berasal dari komponen-komponen breksi volkanik, Tanah breksi volkanik
tebalnya sekitar 2 7 m, dan beberapa tempat komponennya terdapat relatif sedikit tertanam dalam masa dasar pasir
tufaan, sehingga dapat mengurangi nilai ekonominya,
Kecamatan Cigudeg
Sebaran batu belah di daerah ini merupakan bagian dari komplek Gunung Manceuri yang meliputi G, Sudamanik,
G, Tenjoleat, Pasir Rahong dan G, Tala Sigelap, Diperkirakan jumlah cadangan sebesar 51 juta m3,
Sedangkan batu belah yang berada di G, Rahong dan sekitarnya berupa lava andesit, warna bervariasi dari abu-abu
sampai kehitman, bertekstur porfiritik, sebagian terdapat rongga-rongga halus, kelulusan kecil, penggalian sukar,
Cadangan yang ada di Gunung Rahong sebesar 7 juta m3 dan Gunung Sigelap sebesar 102 juta m3, Kualitas cukup baik
sebagai bahan bangunan, alas jalan maupun bangunan teknik sipil lainnya, Secara keseluruhan cadangan yang ada di
Kecamatan Cigudeg adalah sekitar 228 m3,
Kecamatan Leuwiliang
Sebaran meliputi sekitar di Gunung Sodong, S, Citempuan bagian Utara dan Selatan dan G, Galuga, Batu belah ini
merupakan hasil intrusi basalt dan diperkirakan ada 2 (dua) lapisan basalt yang dipisahkan oleh lapisan tufa, Di Cadas
Gantung tebal lapisan diperkirakan 10 sampai 15 meter, sedangkan tempat-tempat lain lebih tipis, Perhitungan cadangan
perkiraan Gunung Sodong: 2,576,780 m3 , Bila berat jenis rata-rata basalt adalah 2,88, maka cadangan basalt ini (lapisan atas

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -61


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

dan bawah) adalah 7,369,590 metrik ton, Mutu basalt ini memenuhi syarat untuk bahan bangunan, khususnya sebagai
pengeras jalan,
Perkiraan cadangan untuk Kecamatan Leuwiliang diperkirakan 119,5 juta m3 ,

Kecamatan Parung Panjang


Sebaran meliputi G, Dago dan G, Salak, Batu belah di daerah ini berupa lava andesit, berwarna abu-abu sampai
kehitaman, bertekstur porfiritik, sebagian berongga-rongga dengan kelulusan kecil, Penggalian sukar, Cadangan
dikecamatan ini adalah sekitar 41 juta m3 ,
2) Batu Gamping
Batu gamping yang terdapat di Kabupaten Bogor merupakan bagian dari Formasi Klapanunggal dan Anggota
Formasi Bojongmanik di bagian bawah, singkapannya berupa lensa dalam batuan batulempung, Sebaran batuan yang
cukup luas terdapat di kecamatan Ciampea dengan potensi diperkirakan sebesar 150 juta m3, Sedangkan secara setempat-
setempat dan tidak begitu luas, tersebar antara lain:
- Kecamatan Leuwiliang meliputi daerah sekitar Gunung Jambu, Gunung Sodong, Gunung Cibodas,
- Kecamatan Cigudeg sekitar desa Sukamaju
- Kecamatan Rumpin terdapat di desa Cipinang dan desa Cibodas,
- Kecamatan Parungpanjang terdapat di desa Jagabaya dan desa Lumpang potensinya diperkirakan jutaan ton,
Batuan ini umumnya bersifat padu dan keras agak sukar digali, Penduduk setempat telah memanfaatkannya
batugamping sebagai kapur tohor dan bahan bangunan lainnya,
3) Tras
Sebaran endapan tras terdapat Kecamatan Cigudeg sekitar Desa Cikarat dan Desa Cirangsad dan di Kecamatan
Rumpin di sekitar Desa Jampang, Pengamatan megaskopis, umumnya tras sebagai hasil pelapukan tufa pasiran berbatu
apung, berwarna kuning kecoklatan, berbutir kasar dan penyebarannya tidak begitu luas dan terdapat secara setempat-
setempat,
Potensi diperkirakan lebih dari 10 juta meter kubik, endapan tras ini umumnya menempati lahan berupa
peladangan, kebun campuran dan pesawahan,
4) Fosfat
Lokasi keterdapatan fosfat di daerah penyelidikan, yaitu : Gunung Jambu dan Gunung Cibodas (Kecamatan
Leuwiliang) dengan potensi diperkirakan sebesar 29,680 ton,,

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -62


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Sebagai kendala endapan fosfat guano ini menjadi tidak ekonomis disebabkan oleh beberapa hal, yaitu : Cara
terdapat endapan tersebut di dalam gua-gua batugamping yang tersebar diberbagai tempat dengan cadangan kecil,
penggaliannya di dalam gua sulit dilakukan dan pada umumnya kadar P2O5 kebanyakan rendah,
5) Bentonit
Lokasi endapan bentonit di daerah penyelidikan, meliputi Kecamatan Jasinga dengan potensi diperkirakan sebesar
983,500 ton, sedangkan di Kecamatan Nanggung yang tersebar di desa Nanggung, desa Curug Bitung, desa Bantakaret,
desa Cisarua, desa Malasari yang kesemuanya terletak di Kecamatan Nanggung dengan luas lahan 212,015 m2 dan
cadangan diperkirakan puluhan ribu ton,
6) Zeolit
Endapan zeolit di daerah Kabupaten Bogor terdapat di desa Nanggung Kecamatan Nanggung, Endapan zeolit
tersebut membentuk morfologi perbukitan bergelombang, dalam batuan formasi Bojongmanik, Mineral Zeolit dalam
endapan ini terutama jenis klipnotibolit dan sedikit mordenit, sedang minerl lainnya terdiri dari kuarsa, kristobalit dan
plagioklas, Luas sebaran yang diketahui adalah 287,558 m2 dengan perkiraan cadangan jutaan ton,
7) Batubara
Daerah yang mengindikasikan terdapatnya batubara adalah diantara Kec, Nanggung dan Kecamatan Cigudeg
yaitu di desa Pekapuran antara sungai Cikaniki dan Sungai Cidurian, Pada daerah-daerah yang terindikasi mempunyai
lapisan batubara, Indiskasi cadangan secara hipotetik diperkirakan 111,911 ton,
Batubara muda berupa Lignit ditemukan di sekitar kampung Babakan Rajeg, S, Cilampeong (Batok), S, Cilalay
(Singabraja) dan pasirmadang, Tebal lapisan antara 30-60 cm terkadang menerus atau membaji kemiringan lapisan hampir
mendatar sekitar 5-10 dan pada umunya berada 1-1,5 m di bawah permukaan, ditemukan lebih dari 1 lapisan, luas
sebaran 22,9252 ha,
8) Timbal
Timbal yang terdapat di Kabupaten Bogor tersebar di sekitar Gunung Limbung Kecamatan Jasinga dengan potensi
cadangan sebesar 3,500,000 ton dan di Gunung Gede yang termasuk Kecamatan Jasinga dan Cigudeg mempunyai potensi
cadangan sebesar 1,460,935 ton dan saat ini eksplorasi lanjutan sedang berlanjut, Sedangkan yang ada di Gn, Mas Kenyala
potensinya adalah indikasi terunjuk yang terdapat pada urat kuarsa pada granit-granodiorit dan tufa,

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -63


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Sebaran Bahan Galian Logam :


Dari data yang diperoleh cadangan bijih emas adalah sekitar 6,000,000 ton, Daerah lain yang memiliki potensi terindikasi
adalah di Gunung Gede, dan Gunung Limbung Jasinga, Ciberang, Ds, Cisarua, S, Cibarengkok, S, Cibuluh, Kecamatan Cigudeg,

Tabel 2.20
Potensi Sumber Daya Mineral Di Wilayah Kabupaten Bogor

No, Bahan Galian Lokasi Cadangan Keterangan


1, Andesit - Cigudeg dan Rumpin 92,589,206 ton Terukur Tereka dan
- Parung Panjang, Nanggung, Sukajaya, - Terindikasi
Tenjo, Pamijahan Cibungbulang,
Jonggol, Sukamakmur, Cariu dan
Tanjungsari
2, Pasir - Rumpin, Parung Panjang, Gunung 1,872,580 ton Terukur
Sindur, Ciseeng, Cileungsi, Jonggol
3, Tanah Liat - Parung Panjang, Sukajaya, Leuwiliang 47,880,00 ton Terukur
4, Lempung - Citeureup dan Babakan Madang 232,793,300 ton Terukur
5, Batu Gamping - Klapanunggal dan Sukamakmur 1,118,387,000 ton Terukur
- Ciampea 420,000,00 ton Terukur
- Leuwiliang 13,979,000 ton Terukur
6, Trass - Cigudeg, Rumpin, Parung Panjang, 4,475,747 ton Terukur
Ciseeng, Leuwisadeng dan Jonggol
- - Terindikasi
7, Bentonit - Nanggung 750,000 ton Terukur
- Jasinga 1,861,000,00 ton Tereka
8, Felsdpar Jasinga, Cigudeg, Rumpin, Parung 1,592,880 ton Terukur
Panjang

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -64


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

No, Bahan Galian Lokasi Cadangan Keterangan


9, Pasir Kuarsa - Citeureup 5,521,000 ton Terukur
- Klapanunggal Terindikasi
10, Bond Clay - Cigudeg - Terindikasi
11, Kaolin - Parung Panjang Terindikasi
12, Zeolit - Nanggung - Terindikasi
13, Perlit - Nanggung - Terindikasi
14, Obsidian - Nanggung - Terindikasi
15, Fospat - Leuwiliang 30,000 ton Terukur
- Ciampea Terindikasi
16, Diatomea
17, Emas (Au) - Nanggung 2,430,000 wmt Terukur
dan Perak Cigudeg - Terindikasi
Jasinga - Terindikasi
Tanjungsari - Terindikasi
18, Galena (Pb) - Cigudeg, Rumpin dan Sukajaya 1,114,357 ton Terukur
- Cariu Terindikasi
19, Bijih Besi - Nanggung 25,408 ton Terukur

Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Bogor

b. Permasalahan
Kegiatan penambangan di Kabupaten Bogor baik langsung maupun tidak langsung mendorong kegiatan usaha di
bidang pertambangan dapat memberikan manfaat secara sosial ekonomi bagi masyarakat dalam hal penyediaan lapangan
kerja.

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -65


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Kegiatan penambangan khususnya Galian C (pasir) yang paling banyak diusahakan di wilayah Kjabupaten Bogor,
yang secara perlahan tapi pasti akan berpengaruh terhadap timbulnya kerusakan atau ketidakseimbangan lingkungan fisik
sekitarnya, khususnya penambangan galian pasir yang menghasilkan produk berbentuk lubang penambangan yang besar
dengan radius dapat mencapai ratusan meter akan menyebabkan bentuk draw down yang yang menurun secara luas juga,
sehingga berdampak secara umum kepada penurunan muka air tanah.
Prakiraan dampak lain yang mungkin dapat terjadi adalah berupa dampak lokal disekitar lokasi tambang, yaitu berupa
longsoran tebing. Longsoran tebing ini hanya dapat terjadi jika terjadi ketidak seimbangan beban masa akibat gravitasi bumi.
Oleh karena itu faktor kesalahan teknis penambangan merupakan faktor utama terjadinya longsor. Dengan demikian longsor
dilokasi tambang masih dapat dihindari dengan menerapkan teknik penambangan yang sesuai standar.
Di Kecamatan Cileungsi, proses penambangan pasir yang menggunakan sistem sedot dapat melahirkan adanya lobang besar
seperti kawah atau telaga yang luas dan dalam. Diperkirakan sistem tersebut dapat mempengaruhi kedalaman air tanah (water
table). Pada kondisi dimana tidak terjadi penambangan sumur-sumur penduduk di sekitar lokasi penambangan memiliki
kedalaman sekitar 12 meter. Penambangan pasir dengan sistem sedot diperkirakan akan menghasilkan kawah besar dengan
kedalaman hingga 40-50 meter. Adanya kawah tersebut diperkirakan akan mengakibatkan turunnya permukaan air tanah
(water table). Dengan demikian adanya penambangan pasir tersebut diperkirakan dapat mengakibatkan surutnya air sumur,
bahkan kering. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka harus dibuat sumur pantek atau jetpump dengan kedalaman lebih dari
40 meter sebagai pengganti bagi sumur-sumur biasa yang kering tersebut.

Gambar 2.14
Kondisi penambangan galian-C di Kecamatan Cileungsi.

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -66


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

c. Prospek :
Tahun 2005 menunjukan pemanfatan potensi sumber daya mineral didominan oleh bahan galian konstruksi seperti
andesit, pasir, trass, gamping, lempung dan felsdpar, dimana terdapat 127 perusahaan/penambang dengan luasan 9,553,745
Hektar, Sedangkan pemanfaatan mineral logam belum secara optimal hanya terdapat 1 (satu) perusahaan yang memanfaatkan
potensi bahan galian emas dan perak di wilayah Kecamatan Nanggung seluas 6,000 Hektar dengan produksi 2,500 s/d 3000
Kg/Tahun, Dengan melihat banyaknya usaha pertambangan saat ini, kaitannya dengan upaya peningkatan devisa bagi
daerah maka pengelolaan bahan tambang menjadi bahan setengah jadi melalui pembangunan Pabrik pengolahan, diharapkan
dapat memberikan nilai tambah baik secara sosial dan ekonomi,

6. Potensi Industri
a. Prasarana Industri dan Pergudangan
Potensi prasarana industri yang berkembang di Kabupaten Bogor masih terbatas, mengingat jenis usaha dan skala
industri yang dibangun masih bersifat aneka industri, Untuk industri kecil, sangat didominasi dengan kegiatan home industri,
antara lain industri makanan kecil (kerupuk, emping), usaha pembuatan tas, pengrajin besi bekas dan usaha sampingan
lainnya,
Potensi pengembangan industri di Kabupaten Bogor pada umumnya tersebar, menempati koridor-koridor jalan utama
yang membentuk kluster,
1) Kluster Ciampea
Potensi prasarana industri dan pergudangan di Kluster Ciampea belum sepenuhnya optimal pembangunannya,
Jenis prasarana industri di kluster ini terdiri atas industri kecil (home indutri) dan industri menengah,
Secara rinci jenis industri adalah sebagai berikut :
- Industri kecil (home industri) terdiri atas industri kerajinan bambu, kerjainan kayu, makanan dan batu bata yang
tersebar di Kecamatan Ciampea, Cibungbulang, Leuwiliang dan Kecamatan Pamijahan
- Industri menengah terdiri atas industri pengolahan keramik, pengolahan batu kapur, pengolahan kayu, teh dan
pengolahan kompos yang terdapat di Kecamatan Ciampea, Cibungbulang dan Kecamatan Leuwiliang
2) Kluster Jasinga
Potensi prasarana industri dan pergudangan di Kluster Jasinga terdiri atas industri kecil (home indutri) dan
industri menengah, Secara rinci jenis industri adalah sebagai berikut :

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -67


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

- Industri kecil (home industri) terdiri atas industri kerajinan bambu, kerjainan kayu, makanan dan batu bata yang
tersebar di Kecamatan Sukajaya dan Kecamatan Nanggung
-Industri menengah terdiri atas industri pengolahan keramik, pengolahan kayu, air mineral, pabrik cat, bahan galian
dan garment terdapat di Kecamatan Jasinga, Nanggung dan Kecamatan Cigudeg
3) Kluster Parung Panjang
Potensi prasarana industri dan pergudangan di Kluster Parung Panjang terdiri atas industri kecil (home indutri)
dan industri menengah, Secara rinci jenis industri adalah sebagai berikut :
- Industri kecil (home industri) terdiri atas industri kerajinan bambu, Meubel, perbengkelan, makanan, minuman dan
batu bata yang tersebar di Kecamatan Tenjo, Rumpin, Gunungputri dan Kecamatan Parung Panjang
-Industri menengah terdiri atas industri pengolahan kaolin, pengolahan keramik, bahan galian dan gespe terdapat di
Kecamatan Parung Panjang dan Rumpin
4) Kluster Cileungsi
Potensi prasarana industri dan pergudangan di Kluster Parung Panjang terdiri atas industri kecil (home indutri)
dan industri menengah, Secara rinci jenis industri adalah sebagai berikut :
- Industri kecil (home industri) terdiri atas industri kerajinan perlengkapan automotif, Meubel, perbengkelan, makanan,
minuman Cileungsi, dan Gunungputri
-Industri menengah terdiri atas industri Karoseri mobil, pengolahan keramik, tekstil, garment, baja, dll terdapat di
Kecamatan Klapanunggal, Gunungputri, Cileungsi dan Jonggol,
5) Kluster Cibinong
Dilihat kondisi dan hasil analisis yang dilakukan, Kabupaten Bogor mempunyai potensi pengembangan prasarana
industri pergudangan untuk :
- Usaha skala industri yang berkembang bersifat aneka industri dan didominasi oleh kegiatan home industri,
- Industri yang cukup berkembang antara lain pengolahan produk perkebunan, peternakan, perikanan dan konveksi
garmen serta bahan bangunan,

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -68


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Tabel 2.21
Potensi Prasarana Industri dan Pergudangan Di Kabupaten Bogor
No P r a s a r a n a In d u s t r i K lu s t e r I K lu s t e r II K lu s t e r I II
1 K e r a j in a n T a n g a n C ib u n g b u la n g , S u k a ja y a , N a n g g u n g T e n jo , P a ru n g P a n ja n g
2 P e n g o la h a n M a k a n a n C ia m p e a S u k a ja y a , N a n g g u n g T e n j o , R u m p in
3 P e n g o la h a n K e r a m ik C ia m p e a J a s in g a , N a n g g u n g R u m p in
4 B a tu B ata L e u w ilia n g J a s in g a , N a n g g u n g R u m p in
5 B atu K apu r C ia m p e a - -
6 G a rm e n t - J a s in g a -
7 P e n g o la h a n K a o lin - - P a ru n g P a n ja n g
8 Teh L e u w ilia n g - -
9 P a b r ik C a t - J a s in g a -
10 P e n g o la h a n K a y u L e u w ilia n g S u k a ja y a , N a n g g u n g -
Sumber : Hasil Analisis
b. Potensi
Pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Bogor cukup pesat, Sektor tersebut saat ini masih menjadi penyumbang
PDRB terbesar, Selain itu, adanya kawasan-kawasan industri di wilayah Botabek, juga perlu mendapat perhatian, Cukup
tingginya tingkat investasi di bidang industri di beberapa Kecamatan, terlihat dari perkembangan dan pertumbuhan Industri
pada Kawasan Peruntukkan Industri yang mempunyai luas 4,952 Ha terletak di Kecamatan Cileungsi, Kecamatan Cibinong,
Kecamatan Citeureup, Kecamatan Parung Panjang,

Tabel 2.22
Luas Lahan Industri di Kabupaten Bogor

Luas Wilayah Luas Peruntukkan


Kecamatan
Industri
Citeureup 16,150 2,776
Cileungsi 16,350 1,638
Cibinong 4,340 287
Parung Panjang 8,284 251
Sumber : RTRW Kab, Bogor Tahun 2000

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -69


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Tabel 2.23
Jumlah Industri di Kabupaten Bogor
Jumlah Unit Usaha
No, Jenis Industri
2001 2002 2003 2004 2005
1 Industri Menengah dan Besar 349 388 464 508 553
2 Industri Kecil 876 1180 1207 1671 1943
JUMLAH 1225 1568 1671 1822 1943
Sumber : Buku State Of Environment Report (SoER), 2006

c. Masalah :
Belum terbentuknya pola kawasan industri yang baik di Kabupaten Bogor, Hal ini mengakibatkan tidak
terakomodasinya kegiatan industri di Kabupaten Bogor,
d. Prospek :
Kabupaten Bogor, sebagai salah satu hinterland di bagian Selatan Kota Jakarta merupakan suatu kawasan yang banyak
menarik minat investor untuk menanamkan modalnya berusaha di bidang-bidang perumahan, industri, peternakan,
pertanian, dan lain-lain, Dengan melihat tingginya minat investasi industri di Kabupaten Bogor dan terbatasnya lahan
kawasan industri, maka perlu dibangun kawasan baru di luar kawasan industri yang sudah ada,

2,2,7 Potensi, Masalah, dan Prospek Arahan Tata Guna Tanah, Tata Guna Air, dan Tata Guna Udara
1. Potensi :
Pemukiman di pedesaan dan perkotaan memiliki prospek berkembang, karena adanya kebijakan umum pemerintah
Kabupaten Bogor, berupa :
a. Pemenuhan perumahan diprioritaskan bagi kelompok ekonomi lemah yang diarahkan untuk mengurangi jumlah perumahan
kumuh yang kurang sehat;
b. Penataan permukiman yang fungsional dan harmonisasi tata letak yang berdimensi jangka panjang serta berwawasan
lingkungan;

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -70


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

c. Pemenuhan sarana dan prasarana dasar permukiman meliputi perbaikan lingkungan, peningkatan jalan lingkungan, terminal
dan drainase lingkungan/sanitasi,
Berdasarkan Review terhadap RTRW Jawa Barat, maka Kabupaten Bogor sebagai bagian dari wilayah Bodebek-Jur
merupakan wilayah yang harus didorong pembangunannya, namun demikian hendaknya tetap dalam visi untuk mempertahankan
kawasan lindung dan yang berfungsi lindung dan mempertahankan sumber-sumber air dan daerah resapannya untuk menjaga
ketersediaan air sepanjang tahun,
Selanjutnya, berdasarkan Kebijakan Penetapan Kawasan Lindung, maka Kabupaten Bogor mengemban beberapa fungsi
lindung, yaitu :
a. Kawasan Resapan Air diarahkan tersebar di sebagian wilayah Kabupaten Bogor khususnya pada wilayah selatan;
b. Kawasan suaka alam taman nasional Halimun Salak dan Gede Pangrango yang sebagian kawasan merupakan daerah rawan
longsor yang harus dimanfaatkan sebagai kawasan berfungsi lindung,
2. Masalah :
Dalam implementasi, masyarakat tidak tahu tentang arahan kebijakan tata guna tanah, air dan udara termasuk dalam
batasan melakukan kegiatan,
3. Prospek :
adanya rencana pengembangan infrastruktur khususnya yang apat menghubungkan Tol Jagorfawi dengan Parung
(alternatif menuju Serang Banten), serta rencana pengembangan jalkan yang menghubungkan Sentul dengan Sukamakmur-
Tanjungsari sebagai alternatif Puncak menuju Bandung, Serta rencana pembangunan Sport Center (pengganti senayan)
memungkinkan Kabupaten Bogor untuk dapat lebih berkembang lagi,
Kabupaten Bogor berdasarkan Arahan Pemanfaatan Ruang Provinsi Jawa Barat Tahun 2002 diarahkan Fungsi Wilayahnya
sebagai Pusat pengembangan pertanian, industri pengolahan pertambangan dan pariwisata alam, Rencana Fasilitas/Sarana dan
Infrastruktur /Prasarana yang akan dikembangkan adalah sbb :

a. Rencana Pengembangan Fasilitas(Sarana)Kabupaten Bogor


- Fasilitas perdagangan-jasa : peningkatan pasar regional, fasilitas pendidikan; dan kesehatan skala regional dan kabupaten,
pengembangan industri pengolahan, industri kerajinan dan kegiatan industri lainnya,
b. Rencana Pengembangan Infrastruktur (Prasarana) Kabupaten Bogor
- Pengembangan jaringan jalan yang berperan menghubungkan antar PKN dan PKW di Bodebekjur yang dilengkapi
pembangunan Terminal regional (tipe B dan C) pada wilayah-wilayah yang berhubungan langsung dengan PKN/PKW,
khususnya pada Kawasan Pengembangan Utama Komoditi (KAPUK), Kawasan Pengembangan Ekonomi Terintegrasi

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -71


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

(KAPEKSI), dan Kawasan Pengembangan Utama (KAPUT), Pengembangan kawasan ekonomi ini terutama ditujukan untuk
meningkatan nilai ekonomi melalui pengkuatan struktur ekonomi wilayah.
-

2.2. Visi dan Misi Kabupaten Bogor


2,3,1 Visi Pengembangan Wilayah
Sebagaimana dijelaskan pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
bahwa visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, Selain itu, visi diartikan
juga sebagai suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh instansi pemerintah (LAN RI,
2000:9),
Berdasarkan pemahaman di atas, maka visi penataan ruang wilayah Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :

MEWUJUDKAN TATA RUANG WILAYAH YANG EFEKTIF, EFISIEN, DINAMIS,


BERBUDAYA DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Visi tersebut mengandung arti sebagai berikut :
EFEKTIF :
Masyarakat Kab. Bogor mampu memanfaatkan segenap potensi yang dimiliki untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik
secara individu maupun sosial.
EFISIEN:
Masyarakat Kab. Bogor berada pada tingkat peradaban yang tinggi di antara kabupaten/kota lain di Propinsi Jawa Barat
DINAMIS:
Masyarakat Kab. Bogor telah terpenuhi seluruh kebutuhan dasarnya sesuai dengan standar hidup yang layak bagi
kemanusiaan.
BERBUDAYA:
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah memenuhi prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance),
diindikasikan dengan :
BERWAWASAN LINGKUNGAN

2,3,2 Misi Pengembangan Wilayah

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -72


RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Untuk mewujudkan visi di atas, maka dirumuskan misi, Misi memiliki pengertian sebagai suatu mandat yang harus
dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik (LAN RI, 2000:11), Sehingga
dapat dirumuskan misi Pemerintah Kabupaten Bogor sebagai berikut :
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas
- Terwujudnya masyarakat yang berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan falsafah Pancasila yaitu beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa;
- Meningkatnya tingkat pendidikan formal dan derajat kesehatan masyarakat;
- Terwujudnya sumberdaya manusia yang berdaya saing yang ditunjukkan dengan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi
dan keterampilan.
2. Mewujudkan Perekonomian Yang Tangguh
- Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di sektor industri dan didukumg oleh
pertanian yang tangguh, sehingga tercapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkesinambungan;
- Terbangunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang andal dan terintegrasi, serta efisiensi dan efektivitas dalam
pemanfaatan potensi sumber daya air, energi, listrik dan telematika maupun sumber daya ekonomi lainnya.
- Terjaminnya ketersediaan kebutuhan pokok masyarakat
- Meningkatnya kemampuan daya beli dan pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Bogor
3. Mewujudkan Kabupaten Bogor yang Asri Dan Lestari
- Meningkatnya kesadaran dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam serta pelestarian fungsi lingkungan
hidup yang berkelanjutan;
- Terwujudnya pemanfaatan ruang yang serasi dengan ekosistemnya serta mampu mewadahi perkembangan wilayah dan
aktifitas perekonomian masyarakat.
4. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik
- Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penetapan kebijakan yang didukung oleh kondisi politik yang demokratis;
- Meningkatnya profesionalisme aparatur, efisiensi birokrasi dan akuntabilitas pemerintah daerah yang bermuara kepada
peningkatan pelayanan publik, sehingga terwujud pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa dan bertanggungjawab.

Pemerintah Kabupaten Bogor Halaman II -73


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

BAB III K EB IJA K A N D A N ST R A T EGI P EN A T A A N R U A N G


W IL A Y A H K A B U P A T EN B O GO R

Sesuai dengan potensi, masalah dan prospek pengembangan wilayah Kabupaten Bogor, maka diperlukan strategi penataan ruang
dalam jangka waktu 20 (dua puluh tahun). Kebijakan penataan ruang Kabupaten Bogor meliputi Kebijakan Pengembangan struktur ruang dan
pola ruang, sedangkan strategi penataan ruangnya meliputi strategi pengembangan daerah, rencana struktur dan pola ruang, penataan
kawasan perdesaan dan perkotaan, rencana kawasan strategis, penataan sistem pusat pemukiman pedesaan dan perkotaan, serta penataan
sistem prasarana wilayah.

3.1. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bogor


Kebijakan penataan ruang wilayah meliputi kebijakan pengembangan struktur ruang dan pola ruang.
Kebijakan pengembangan struktur ruang, meliputi :
a. peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan;
b.peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang
terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.
Kebijakan pengembangan pola ruang, meliputi :
a. kebijakan pengembangan kawasan lindung;
b. kebijakan pengembangan kawasan budi daya; dan
c. kebijakan pengembangan kawasan strategis.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -1


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Kebijakan pengembangan kawasan lindung, meliputi :


a. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
b.pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
Kebijakan pengembangan kawasan budi daya, meliputi :
a. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya; dan
b. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Kebijakan pengembangan kawasan strategis, meliputi :


a. pengembangan kawasan strategis puncak sebagai kawasan strategis lingkungan hidup yang berperan sebagai kawasan andalan
pariwisata melalui pembatasan pemanfaatan ruang yang lebih selektif dan efisien;
b. pengembangan kawasan strategis industri sebagai kawasan strategis sosial ekonomi melalui penataan dan pemanfaatan ruang serta
pembangunan jaringan infrastruktur yang mendorong perkembangan kawasan;
c. pengembangan kawasan strategis pertambangan sebagai kawasan strategis lingkungan hidup yang berperan sebagai kawasan
andalan sumber daya alam melalui konservasi bahan galian; dan
d. pengembangan kawasan strategis lintas administrasi kabupaten sebagai kawasan strategis sosial ekonomi melalui sinkronisasi
sistem jaringan.

3.2. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Bogor


Untuk mewujudkan kebijakan penataan ruang wilayah ditetapkan strategi penataan ruang wilayah, meliputi :
a. strategi pengembangan struktur ruang wilayah;
b. strategi pengembangan kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan;
c. strategi pengembangan sistem pusat permukiman perdesaan dan perkotaan;
d. strategi pengembangan sistem prasarana wilayah;
e. strategi penataan pola ruang wilayah;
f. strategi pengembangan kawasan lindung dan Budidaya;
g. strategi pengembangan kawasan strategis; dan
h. strategi pengembangan arahan kebijakan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumberdaya alam lainnya;

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -2


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Bogor dapat dijabarkan kedalam strategi pengembangan Kabupaten Bogor berdasarkan
Tinjauan Makro (berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah JABODETABEKPUNJUR dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat),
Strategi Pengembangan Kabupaten Bogor, Struktur Ruang, Pola Ruang, Penataan Sistem Prasarana Wilayah, Pengendalian Banjir,
Penataan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan, Kawasan Strategis, Penataan Wilayah Bopunjur, Penataan Ruang Darat; Ruang Air
dan Ruang Udara termasuk Ruang Didalam Bumi sebagai satu kesatuan.

3.3. Srategi Pengembangan Kabupaten Bogor berdasarkan Tinjauan Makro


3.3.1. Strategi berdasarkan Rencana Tata Ruang JABODETABEKPUNJUR
Kebijakan dan Srategi pengembangan wilayah JABODETABEKPUNJUR yang harus diakomodir dalam strategi
pengembangan wilayah Kabupaten Bogor adalah :
1. Mempertahankan kawasan lindung dan yang berfungsi lindung khususnya pada wilayah JABODETABEKPUNJUR.
2. Mempertahankan sumber-sumber air dan daerah resapannya dalam rangka menjaga ketersediaan air sepanjang tahun.
3. Mengendalikan pertumbuhan kawasan perkotaan yang berpotensi mengancam keberadaan kawasan lindung dan sentra produksi
pangan.
4. Mengembangkan industri yang ramah lingkungan.
5. Merelokasi kegiatan industri diluar kawasan industri kedalam kawasan industri yang ditetapkan.
6. Mempertahankan Kabupaten Bogor sebagai sentra produk hasil tani.
7. Membangun sarana transportasi dan mendorong pembangunan di Wilayah Pengembangan secara selektif dan bijaksana.
8. Mempertahankan dan memelihara kapasitas pelayanan prasarana wilayah dalam mendukung keberlangsungan sentra-sentra
produksi, pusat-pusat pelayanan dan kegiatan perkotaan lainnya.

3.3.2. Strategi Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat
Kebijakan dan Srategi pengembangan wilayah Jawa Barat yang harus diakomodir dalam strategi pengembangan wilayah
Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :
1. Mempertahankan kawasan lindung dan yang berfungsi lindung khususnya pada wilayah yang memiliki sifat khas mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air (fungsi hidrologis), pencegahan
banjir, erosi dan sedimentasi.
2. Mengidentifikasi dan melakukan penelitian lokasi secara pasti bagi kawasan-kawasan lainnya yang berfungsi lindung yang
meliputi :

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -3


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

a. kawasan perlindungan bawahan,


b. kawasan perlindungan setempat,
c. kawasan suaka alam,
d. kawasan pelestarian alam,
e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan,
f. kawasan rawan bencana alam, dan
g. kawasan lindung lainnya.
3. Mempertahankan Kawasan hutan yang telah ditetapkan keberadaannya. Pada beberapa bagian kawasan hutan tersebut perlu
dilakukan upaya-upaya untuk mengembalikan fungsi hutan dengan vegetasi yang sesuai dalam bentuk penanaman kembali atau
reboisasi dan rehabilitasi.
4. Mengendalikan pertumbuhan kawasan perkotaan yang berpotensi mengancam keberadaan kawasan lindung dan sentra produksi
pangan.
5. Melakukan peningkatan produktivitas pertanian, yang mencakup :
a. Mempertahankan areal lahan sawah beirigasi teknis.
b. Menambah, memperluas dan meningkatkan lahan pertanian beririgasi skala kecil dan pedesaan pada kawasan-kawasan yang
potensial.
c. Mendayagunakan lahan kecil secara optimal, termasuk lahan-lahan pertanian yang belum dimanfaatkan dan kurang produktif.
d. Mempertahankan dan mengefektifkan pemanfaatan kawasan budidaya khusus, (perkebunan teh, tanaman tahunan dan hutan
produksi)
e. Deviasi/pergeseran penggunaan lahan dari pertanian menjadi non pertanian diprioritaskan pada lahan-lahan yang tidak
produktif.
6. Mengembangkan dan pemantapan zona industri yang telah berkembang pada koridor bagian wilayah tengah dengan penekanan
pada pencegahan dampak yang dapat mengurangi daya dukung lingkungan serta pengembangan agro industri terutama pada
pusat-pusat atau sentra-sentra pertanian pada wilayah barat dan wilayah timur dengan memperhatikan kelestarian lingkungan
hidup.
7. Membangun sarana transportasi dan mendorong pembangunan wilayah pengembangan secara selektif dan bijaksana.
a. Pengembangan kawasan-kawasan pusat produksi, dengan dukungan sistem transportasi yang dapat menghubungkan
kawasan-kawasan tersebut dengan pusat-pusat pemasaran, baik dalam wilayah maupun luar wilayah.
b. Pengembangan sistem transportasi diarahkan untuk dapat mendorong perkembangan pusat-pusat dan kawasan di bagian barat
dan bagian timur wilayah, baik dalam bentuk peningkatan terhadap sistem transportasi yang ada maupun pengembangan baru
atau tambahan.
c. Pengembangan kegiatan di bangian tengah wilayah perlu diidentifikasi dan diteliti.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -4


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

8. Meningkatkan peran pariwisata dalam skala yang lebih luas dengan melakukan integrasi pariwisata di wilayah Kabupaten Bogor,
yaitu :
a. Pemanfaatan dan peningkatan pemanfaatan kawasan pariwisata yang telah berkembang, dengan penekanan pada kegiatan
yang memperhatikan kelestarian lingkungan.
b. Pengembangan kawasan-kawasan pariwisata baru terutama di wilayah bagian barat dan wilayah bagian timur sesuai dengan
potensi sumber daya alam yang ada yang didukung dengan kelengkapan infrastruktur.
9. Penetapan lokasi pertambangan dan pemantauan kawasan pengusahaan penggalian bahan galian dan mengurangi dampak
lingkungan sebagai akibat penggalian bahan galian.
10. Pengembangan sistem Perkotaan dan Pusat-pusat Pemukiman, meliputi :
a. Pengembangan kota-kota yang dapat menjadi pusat pertumbuhan wilayah di Bagian Barat (Leuwiliang, Jasinga, Dramaga, dan
Tenjo) dan di Bagian Timur (Jonggol, Cariu, Cileungsi dan Citeureup).
b. Melanjutkan pengembangan Kota Cibinong sebagai pusat administrasi pemerintahan.
c. Pengembangan pusat-pusat pemukiman yang akan menampung kebutuhan internal yang tumbuh maupun dari luar wilayah.
d. Pengendalian pusat-pusat pemukiman yang berkembang.
e. Pengembangan dan peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana kota yang meliputi jalan, air bersih, listrik, perumahan, dan
persampahan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar kota.
11. Strategi pengelolaan kawasan Perdesaaan adalah meliputi :
a. Pengendalian pemukiman pedesaaan tidak berubah menjadi pemukiman perkotaan dengan tujuan agar lahan pertanian yang
produktif tetap dapat dipertahankan serta konservasi air dapat terjaga dengan baik.
b. Pengembangan Kegiatan industri kecil, agro industri melalui pembangunan Desa Pusat Pertumbuhan yang dilengkapi dengan
fasilitas penunjangnya.
c. Pengembagan desa wisata, bagian dari pengembangan budaya dan kearifan lokal.
d. Pengembangan kawasan pertanian lahan basah, lahan kering, tanaman tahunan, hutan produksi, peternakan, perikanan,
pariwisata, pertambangan dan kawasan permukiman perdesaan.
12. Mendukung fungsi hidrologis wilayah sehingga keberadaan situ/danau alam/danau buatan dan pembangunan waduk/setu yang
dapat berfungsi sebagai pengendali banjir.
13. Mempertahankan sumber-sumber air dan daerah resapannya dalam rangka menjaga ketersediaan air sepanjang tahun.
14. Melakukan pengembangan ekonomi yang difokuskan pada pengembangan Sentra-sentra Produksi, Kawasan Pengembangan
Utama Komoditi (KAPUK), Kawasan Pengembangan Ekonomi Terintegrasi (KAPEKSI) dan Kawasan Pengembangan Utama
(KAPUT).

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -5


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

3.4. Strategi Pengembangan Kabupaten Bogor.


Strategi yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam rangka melakukan pengembangan wilayah
agar fungsi internal dan eksternal yang diemban wilayah Kabupaten Bogor dapat terlaksana adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan pengembangan wilayah dilakukan berdasarkan pengembangan kawasan yang berorientasi pada pengembangan
sektor kehutanan yang menggerakkan sektor pertanian perdesaan, sehingga mampu memberikan berbagai pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat di kawasan produksi pertanian dan sekitarnya, baik untuk pelayanan yang berhubungan
dengan sarana produksi, jasa distribusi maupun pelayanan sosial ekonomi lainnya.
2. Pemantapan daerah pusat-pusat pelayanan wilayah agar pengembangan fungsi pusat pelayanan terkait dengan sistem pusat-
pusat permukiman di wilayah lainnya. Pemantapan fungsi kota-kota pusat pelayanan di Wilayah Timur, dan wilayah selatan
dilakukan untuk mengejar ketertinggalan dengan Wilayah Barat dan wilayah utara, tetapi tetap dalam batas pengendalian untuk
menjaga kawasan perlindungan di bawahnya.
3. Meningkatkan aksesibilitas kota-kota Kecamatan sebagai pusat pelayanan di wilayah kabupaten dalam lingkup masing-masing
wilayah pengembangan dengan peningkatan fungsi dan peran jalan.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana wilayah pada seluruh Wilayah Pengembangan (WP) yang dikembangkan sesuai dengan
hirarki fungsi pelayanannya terutama ditekankan dalam kaitannya dengan pengembangan pusat pelayanan berbasis pertanian
(agropolitan) melalui penentuan daerah penghasil, pusat pengumpul, pusat (sentra produksi) dan pusat agropolitan.
5. Meningkatkan pengelolaan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan secara terpadu bagi pelayanan di Kecamatan Wilayah
Pengembangan (WP) atau Daerah Pusat Pertumbuhan (DPP) dalam kesatuan kegiatan ekonomi peternakan dan perikanan yang
terpadu untuk menggerakkan perkembangan sektor peternakan dan perikanan.
6. Pemantapan kawasan yang berfungsi lindung hidrologi serta memiliki lahan kritis di Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng,
Tenjolaya, Nanggung, Sukajaya, Rumpin, Jasinga, dan Cigudeg, Cigombong, Cijeruk, Caringin, Ciawi, Cisarua, Megamendung,
Babakan Madang dan Citeureup, Sukamakmur, Klapanunggal, Jonggol, Cariu, Tanjungsari, dan Kecamatan Tamansari.
7. Meningkatkan kesadaran pada masyarakat tentang sistem pengelolaan tanah yang mampu menjaga kelestarian lahan-lahan kritis.

3.5. Strategi Struktur Ruang


Strategi yang dilakukan adalah mengurangi ketimpangan wilayah Barat dengan wilayah Timur dan Wilayah Tengah, melalui
pengembangan permukiman perkotaan, perdesaan dan pengembangan infrastruktur wilayah

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -6


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Pengembangan struktur tata ruang wilayah Kabupaten Bogor di masa mendatang akan menunjukkan pola intensifikasi dan
ekstensifikasi (Wilayah Bogor Barat dan Wilayah Bogor Timur). Dalam pola intensifikasi, pengembangan tata ruang adalah pada
intensitas pemanfaatan ruang yang sudah ada dan relatif tidak banyak mengubah bentuk pemanfaatan ruang yang sudah ada.
Sementara dalam pola ekstensifikasi, pengembangan tata ruang adalah pada pengubahan bentuk pemanfaatan ruang atau
memperkenalkan bentuk pemanfaatan baru.
Arahan struktur ruang Wilayah Kabupaten Bogor harus dapat dijadikan pedoman, yaitu :
1. Merumuskan kebijakan pokok pemenfataan ruang
2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan Wilayah Pengembangan (WP), Daerah Pusat
Pertumbuhan (DPP) serta keserasian antar sektor pembangunan.
3. Memantapkan fungsi lindung, terutama berkenaan dengan hutan lindung, sempadan sungai, maupun daerah resapan air (recharge
area).

3.6. Strategi Pola Ruang


Strategi yang dilakukan adalah mengatur pemanfaatan ruang secara optimal sesuai peluang dan potensi sumber daya yang
dimiliki serta mengupayakan pemecahan masalah yang dihadapi saat ini dan yang akan datang dengan tetap mempertimbangkan :
1. Keserasian dengan pola ruang wilayah yang lebih luas serta wilayah lain yang berbatasan.
2. Pola ruang yang ditetapkan pada penggunaan lahahan eksisting dan kecenderungan pengembangannya, baik secara fisik, sosial,
maupun ekonomi mudah untuk dilaksanakan ( realistis ).
3. Mengamankan Kawasan Lindung dan mengurangi / menghentikan terjadinya bencana alam ( terutama bencana banjir dan tanah
longsor ) serta dampak dari bencana alam tersebut.
4. Mengembangkan pemanfaatan kawasan budidaya secara optimal.
5. Memperbaiki / meningkatkan daya dukung lingkungan serta mempertahankan kawasan konservasi.
6. Mempertahankan kawasan pertanian dan mengendalikan pengembangan kawasan permukiman.
7. Melakukan Strategi Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan dengan melaksanakan
a. Penanganan lahan kritis seluas 7,606 Ha dengan luasan tertinggi ditemukan di Kecamatan Rumpin (1,286 Ha), yang selanjutnya
disusul oleh kecamatan Sukamakmur (1,271 Ha), Kecamatan Cigudeg (725 Ha) dan Kecamatan Tenjo (475 Ha).
b. Pembuatan sipil teknis berupa Dam Pengendali , Dam Penahan dan sumur resapan
c. Kegiatan pelayanan terkait Tata Usaha Kayu Rakyat (TURK).

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -7


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

8. Pengembangan dan Penertiban kawasan pertambangan baik wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan
pertambangan dengan memperhatikan dampak lingkungan yang akan ditimbulkan sehingga tidak mengganggu kelestarian
lingkungan.

3.7. Srategi Penataan Sistem Prasarana Wilayah Kabupaten.


3.5.1 Jaringan Jalan.
1. Sistem Jaringan Transportasi
Pembangunan jaringan transportasi merupakan bagian yang amat penting dalam pembangunan nasional, sarana dan
prasarana transportasi sebagai pendukung kegiatan ekonomi dan berfungsi untuk menyediakan jasa pelayanan bagi arus
pergerakan orang atau barang, khususnya dalam distribusi barang dan jasa dari sumber bahan baku ke tempat produksi serta ke
lokasi pemasarannya, baik di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional. Jasa pelayanan sarana dan prasarana
transportasi sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan sosial masyarakat.
Dalam melayani mobilitas masyarakat di Kabupaten Bogor terdapat 13 ruas jalan Nasional sepanjang 151,497 km yang
terdiri atas 2 ruas jalan arteri dengan panjang 30,100 km dan 10 ruas jalan Kolektor-1 dengan panjang 91,397 km, serta 9 ruas jalan
Provinsi sebagai jalan Kolektor-2 dengan panjang 131,389 km. Selain itu, mobilitas masyarakat dilayani oleh 371 ruas jalan
Kabupaten sepanjang 1.506,570 km dengan 37% diantaranya dalam kondisi rusak ringan dan berat. Jaringan jalan di Kabupaten
Bogor juga harus dapat mendukung mobilitas yang tinggi dari pusat-pusat produksi menuju pasar produksi. Hal tersebut
dimaksudkan agar geliat perkembangan ekonomi masyarakat semakin meningkat, yang secara langsung maupun tidak langsung
akan meningkatkan PAD Kabupaten Bogor.

Strategi yang dilakukan dalam pengembangan sistem jaringan jalan, diantaranya :


a. Pemanfaatan dan Penanganan ruas-ruas jalan sesuai dengan kebutuhan dan kelas jalan.
b. Perkembangan serta peningkatan ruas-ruas yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan pertumbuhan kota
Kabupaten Bogor, yang disesuaikan dengan pertumbuhan wilayah-wilayah sekitar.
c. Pembangunan jalan Tol, yang dapat mengakses wilayah Kabupaten Bogor dengan wilayah perbatasan.
d. Melakukan perbaikan jalan-jalan yang meliputi perbaikan lapisan permukaan, drainase, marka, rambu dan lain-lain.
e. Melakukan pengaturan lalu-lintas dengan manajemen lalu-lintas pada simpang-simpang maupun ruas-ruas jalan yang sering
mengalami kemacetan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -8


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Sistem jaringan jalan di Kabupaten Bogor memanfaatkan sistem jaringan jalan primer yang ada dan rencana Pengem-
bangan/pembangunan jalan baru. Ruas jalan kabupaten di Kabupaten Bogor adalah ruas jalan yang menghubungkan kota-kota
Kecamatan di wilayah Kabupaten Bogor. Fungsi dan peran jalan kabupaten merupakan aksesibilitas sekaligus sebagai urat nadi
perekonomian wilayah Kabupaten Bogor secara internal.

2. Strategi Pengembangan Angkutan Umum dan Terminal Penumpang /Barang


a. Mengembangkan Terminal angkutan umum Regional kelas B
b. Mengembangkan Terminal angkutan umum Lokal kelas C di Wilayah Bogor Barat dan Wilayah Bogor Timur, guna
menghubungkan jaringan angkutan umum pada Wilayah Pengembangan (WP) dan Daerah Pusat Pertumbuhan (DPP).
c. Mengembangkan sub-sub terminal angkutan umum lokal di Kecamatan pada Wilayah Pengembangan guna mempermudah
aksesibilitas antar Kecamatan.
d. Penataan rute angkutan umum yang menghubungkan setiap Kecamatan sesuai dengan besarnya Demand pengguna angkutan
umum.
e. Mengembangkan rute angkutan umum bis yang bersifat regional untuk membuka hubungan dengan wilayah lain di
JABODETABEKPUNJUR.
3. Strategi Pengembangan Angkutan Barang dan Terminal Barang
Sehubungan dengan banyaknya kegiatan industri di Kabupaten Bogor, maka perlu dikembangkan suatu terminal barang
yang melayani seluruh pergerakan angkutan gandeng dan trailer pengangkut container) wajib masuk terminal barang untuk
membongkar muatannya, kemudian muatan-muatan tersebut akan didistribusikan dengan kendaraan yang lebih kecil. Hal ini
berfungsi untuk memperlambat kerusakan kondisi jalan akibat beban berat yang disebabkan oleh angkutan barang.

3.5.2 Jaringan Air Bersih.


1. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah rawan kekeringan yang tidak memiliki potensi mata air, dikembangkan
pemanfaatan air hujan dengan membangun sistem penampungan air hujan (SPAH) di kawasan perkotaan dan Sistem Akuifer
Buatan/Simpanan Air Hujan (SABSAH) di kawasan perdesaan.
2. Memanfaatkan idle capacity dari kapasitas terpasang yaitu 34 liter/detik untuk meningkatkan pelayanan air bersih sistem perpipaan.
3. Untuk mendukung program pengembangan potensi pertanian, perikanan dan pariwisata serta mengatasi desa-desa rawan air
bersih dibangun pengolahan air bersih.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -9


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4. Penyuluhan kepada masyarakat untuk menjaga sumber air dan memanfaatkan air bersih.
5. Disetiap desa dibentuk lembaga untuk mengelola SPAH atau SABSAH.

3.5.3 Air Limbah


1. Pengelolaan air limbah di Kecamatan Perkotaan pada lima tahun pertama dikembangkan dengan sistem tangki septic resapan, pada
lima tahun kedua dikembangkan dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal.
2. Pada setiap kota kecamatan, dikembangkan system tangki septic dengan bidang resapan.
3. Penyuluhan kepada masyarakat untuk menggunakan system sanitasi yang layak.
4. Diupayakan penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah sehingga tidak membuang limbah di badan sungai sebelum diolah.

3.5.4 Sampah
1. Berdasarkan pertimbangan kondisi fisik dan ekonomi maka TPA yang ada saat ini baru ada empat yaitu : TPA Pondok Rajeg
(Cibinong), TPS Galuga (Pamijahan) dan TPA Waru (Parung), dan TPA Sukasirna (Jonggol). Untuk TPA Pondok Rajeg perlu
dilakukan relokasi karena :
a. Daya tampung sangat terbatas
b. Berada pada daerah yang memiliki kemiringan lahan cukup tinggi sehingga dikhawatirkan longsor dan tidak bisa
dikembangkan sistim sanitary landfill
c. Intrusi leachate dikhwatirkan dapat mencemari air tanah pada kawasan permukiman di bawahnya
Secara bertahap lokasi yang perlu ditangani adalah:
a. Wilayah Tengah dan Timur yang meliputi Kecamatan Perkotaan Cibinong, Babakanmadang, Sukaraja, Bojonggede, Citeureup,
Ciawi, Parung, Ciomas, pelayanan secara terpusat. di Lokasi TPA Desa Nambo, direncanakan untuk dikembangkan daya
tampungnya untuk mendukung kebutuhan tempat sampah regional.
b. Wilayah Barat yang meliputi Kecamatan Ciampea, Leuwiliang, Gunungsindur dan Parungpanjang dialokasikan pada TPA
Parungpanjang (Desa Dago dan Gorowong) serta TPA Cigudeg (Desa Wates).
2. Pada Kawasan DAS dilakukan penyuluhan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -10


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Dalam pengelolaan sampah secara umum harus harus memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut
1. Aspek Teknis Operasional
Dalam teknis operasional pengelolaan Persampahan, yang perlu diperhatikan adalah:
a) Komposisi dan Karakteristik sampah
b) Komposisi dan karakteristik persampahan dapat dipergunakan untuk menentukan teknologi yang tepat untuk mengolah
sampah.
c) Sumber Sampah
d) Identifikasi sumber-sumber sampah dapat digunakan dalam merencanakan pola operasi pengelolaan Persampahan.
e) Pola Operasi
f) Pola operasi pengelolaan persampahan dimulai sumber persampahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemanfaatan serta pembuangan akhir.
2. Aspek Institusi
Pengelolaan Persampahan kota dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, BUMN/BUMD, swasta dan masyarakat.
3. Aspek Pembiayaan
Pengelolaan persampahan dalam aspek pembiayaan meliputi:
a. Sumber Dana (APBN, APBD, LOAN, GRANT/HIBAH, Masyarakat dan sebagainya)
b. Biaya investasi, operasi dan pemeliharaan
c. Retribusi.

4. Aspek Peran Serta Masyarakat dan Kemitraan


Dalam perencanaan dan pemrograman pengelolaan persampahan, aspek peran serta masyarakat adalah dalam bentuk pentahapan
dan proporsi kerjasama.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -11


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

5. Aspek Peraturan Perundangan


Peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan persampahan memuat tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggung
jawab penyelenggaraan pengelolaan persampahan yang meliputi: pengaturan, pembinaan, perencanaan, konstruksi, pengawasan,
pengoperasian, dan pemeliharaan, monitoring dan evaluasi serta pembangunan.

3.5.5 Pengendalian Banjir .


1. Pembuatan Tanggul pengendali banjir Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane sampai dengan tingkat perlindungan tertentu
sehingga masyarakat yang tinggal di lokasi banjir akan merasa aman.
2. Dilakukan pengamatan muka air sungai Ciliwung dan sungai Cisadane sebagai upaya mitigasi bencana banjir. Hasil rekaman data
hujan dan muka air dikirim secara teratur ke instansi yang berwenang ,sebagai antisipasi terjadinya kerusakan yang lebih besar
akibat banjir.
3. Upaya pengendalian daya rusak air, baik melalui pendekatan struktural maupun non struktural diantaranya melalui:
a. Upaya peningkatan kapasitas sungai.
b. Upaya pengaturan debit puncak banjir, melalui pembangunan waduk/tampungan sekaligus sebagai upaya penyediaan air
baku pada saat musim kemarau.
c. Upaya perlindungan terhadap limpasan banjir melaui pembuatan tanggul
d. Upaya pengendailan laju sedimen melaui pembangunan check dam
e. Upaya konservasi diprioritaskan pada wilayah Kabupaten bagian utara dan selatan yaitu meliputi DAS Ciliwung, DAS
Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Kali Bekasi, DAS Citarum dan, DAS Cisadane.
f. Peningkatan kapasitas aliran saluran drainase, untuk menghindari terjadinya genangan di dalam kota.
g. Merehabilitasi kawasan hutan pada daerah resapan air melalui program reboisasi.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -12


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

3.5.6 Pemanfataan Situ


Potensi alam Kabupaten Bogor termasuk situ-situ yang berjumlah kurang lebih 93 buah dan 63 buah mata air tersebar di
beberapa wilayah Kabupaten Bogor. Fungsi situ adalah sebagai reservoair dalam peresapan air ke dalam tanah, juga dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan, rekreasi, irigasi pertanian atau kebutuhan rumah tangga.
Mengembalikan fungsi situ sebagai resapan air, catchment area, konservasi sumber daya air dan sebagai pengendali banjir.

3.5.7 Perumahan dan Pemukiman


1. Melaksanakan pembangunan wilayah dengan memperhatikan aspirasi masyarakat dan melalui proses pembangunan yang
memiliki kepastian hukum
2. Membangun sarana dan prasarana gedung pemerintah di seluruh wilayah
3. Melaksanakan pemberian ijin mendirikan bangunan secara tepat, cepat dan akurat,
4. Menyediakan fasilitas umum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
5. Melaksanakan pemanfaatan potensi wilayah yang berwawasan lingkungan,
6. Meningkatkan kualitas lingkungan perumahan dan pemukiman untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat,
7. Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi serta lingkungan yang menjangkau/dapat menghubungkan antar wilayah kota
Kecamatan di Kabupaten Bogor,
8. Menciptakan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

3.5.8 Peternakan dan Perikanan


1. Pengembangan kawasan peternakan di Kabupaten Bogor pada umumnya memanfaatkan kawasan pertanian lahan kering,
penyebarannya tedapat di Kecamatan Cibungbulang, Jasinga, dan Ciawi.
2. Memanfaatkan dan mengelola potensi peternakan dan perikanan dengan optimal serta sesuai dengan kebijakan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
3. Menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk menarik investor serta mewujudkan kemudahan proses perijinan dan investasi
usaha perikanan
4. Mengembangkan teknologi ternak dan pemanfaatan alat perikanan yang ramah lingkungan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -13


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

5. Meningkatkan sarana dan prasarana Tempat Pemasaran ternak dan Ikan guna meningkatkan pelayanan terhadap pengguna Pasar
ternak dan ikan yang akan berpengaruh pada peningkatan pendapatan daerah.
6. Mengendalikan usaha perikanan khususnya di wilayah penyebarannya dengan memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya
dan lingkungan.

3.8. Strategi Penataan Kawasan Perdesaan dan Perkotaan.


Adapun strategi penataan ruang kawasan perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Bogor adalah :
1. Menyiapkan agar semua kawasan perdesaan dan perkotaan memiliki rencana tata ruang yang terpadu, sehingga tidak terjadi
adanya ketimpangan perkembangan wilayah dan konflik lintas wilayah.
2. Meningkatkan pelayanan sistem prasarana wilayah dikawasan perdesaan dan perkotaan dalam rangka meningkatkan hubungan
ekonomi yang kondusif bagi pertumbuhan dan pemerataan ekonomi wilayah.
3. Pengembangan kawasan perkotaan diarahkan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin potensi sumber daya kawasan perdesaan
sebagai daerah belakangnya sesuai dengan fungsi/ tipologi kawasan perdesaan.

3.9. Strategi Penataan Kawasan Strategis.


Pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Bogor sebagai berikut :
1. Di Wilayah Timur, Kecamatan Cariu dapat dijadikan kawasan strategis dengan berbasis pertanian. Sedangkan di wilayah Barat,
Kecamatan Jasinga dapat dikembangkan dengan berbasis pertanian dan Holtikultura.
2. Disamping pertanian, usaha jasa khususnya pada sektor pariwisata dapat dikembangkan. Cariu berbatasan dengan kawasan wisata
Cianjur, serta Kecamatan Jasinga yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Maja Kabupaten Lebak dan Kecamatan Gunung
Sindur yang relatif dekat dengan kawasan berkembang di Kabupaten Tangerang, sehingga dapat mengurangi beban kawasan
wisata tradisional Puncak.
3. Pengembangan kawasan strategis agropolitan, Kawasan Pengembangan Utama Komuditi (KAPUK) , dan Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terintegrasi (KAPEKSI) diarahkan untuk mendapatkan peningkatan pelayanan kebutuhan dasar untuk mendukung
kegiatan pertanian dan perikanan namun dengan tetap mennjaga pelestarian lingkungan hidup.
4. Pada kawasan rawan bencana diarahkan untuk semaksimal mungkin untuk mengurangi dampak yang diakibatkan dengan
terjadinya bencana alam, serta menghapuskan bencana yang diakibatkan oleh kerusakan lingkungan dan ulah manusia.
5. Pada kawasan yang pengendaliannya ketat, diupayakan terjadinya konversi lahan dan pemanfaatan sesuai dengan daya dukung
lingkungan tanpa merubah bentang alam.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -14


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

3.10. Strategi Penataan Wilayah Bopunjur.


Untuk penanganan Bopunjur dikeluarkan Keppres no. 48 tahun 1983 tentang penanganan khusus penataan ruang penertiban
dan pengendalian pembangunan, serta Keppres no. 79/1985 tentang penetapan RUTR Kawasan Puncak dan Perpres no. 54 tahun 2008
tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur.
Mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan itu sendiri sebagai kawasan andalan dan kawasan sekitarnya serta dapat
mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang. Wilayah Bopunjur dimungkinkan terjadinya Aglomerasi secara alami yaitu kawasan
industri dan pariwisata yang selanjutnya terjadi interaksi dengan pusat-pusat permukiman yang sudah ada atau yang baru dibangun.
Memprioritaskan penataan ruang Wilayah Bopunjur yang merupakan kawasan tertentu, sehingga memiliki nilai strategis.
Mengembangkan dan mengoptimalkan potensi sumber daya alam dan sumber daya buatan seperti industri dan pariwisata.
Wilayah Bopunjur merupakan kawasan penyangga bagi kawasan budidaya, sehingga menjadikan kawasan yang memberikan daya
dukung fungsi kawasan sebagai konservasi air dan tanah.
Meningkatkan prasarana dan sarana yang dapat menunjang pengembangan potensi wilayah Bopunjur, mengembangkan
kegiatan ekonomi lokal namun harus tetap memperhitungkan potensi bahaya bencana alam (longsor dan Banjir) dan tetap pada
konteks pembangunan yang berkelanjutan dalam arti tidak merusak ekosistem setempat dan menjaga kelestariannya.

3.11. Strategi Penataan Ruang Darat, Ruang Air dan Ruang Udara termasuk Ruang di Dalam
Bumi sebagai Satu Kesatuan.
Strategi penataan ruang darat, ruang udara, dan ruang dalam bumi dilakukan guna mewujudkan tertib pengaturan dalam
persediaan, penguasaan dan pemanfaatan atas tanah, air, udara dan sumber daya alam penting lainnya sebagai sumber daya publik
secara adil.
Arahan penataan ruang darat dilakukan melalui upaya pelestarian lingkungan termasuk didalamnya adalah upaya
melestarikan sumber daya air, sumber daya hutan dan suaka alam. Strategi yang dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan
pemanfaatan, pengelolaan dan pengawasan yang terpadu bagi kegiatan pertanian, pertambangan, industri dan kegiatan permukiman.
Karakter perkembangan dan pengembangan pemanfaatan ruang yang ada dan yang direncanakan diwilayah Kabupaten
Bogor, sebagai kawasan yang tumbuh ditandai oleh pergeseran pemanfaatan lahan atau alih fungsi lahan. Perlindungan terhadap
ruang darat harus dilakukan dengan tujuan pelestarian lingkungan hidup. Perlindungan atas ruang darat meliputi penggunaan ruang
darat yang mengacu pada rencana pemanfaatan ruang darat untuk kawasan lindung.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -15


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Penataan ruang udara dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan ruang udara yang meliputi Telekomunikasi, jalur
penerbangan dan ketersediaan udara bersih (oksigen), dengan mempertahankan ruang terbuka hijau untuk mempertahankan kualitas
udara.
Arahan pemanfaatan sumber daya alam dilakukan melalui upaya pelestarian ekosistem sumber daya alam, strategi yang
dilakukan adalah melakukan pengaturan kegiatan konservasi hutan, perlindungan air tanah, pengaturan wisata air, penyediaan sarana
prasarana dan pengaturan batas wilayah.
Strategi ruang dalam bumi dilakukan melalui pembatasan kelayakan wilayah di Kabupaten Bogor untuk dijadikan daerah
pertambangan dan galian. Selain itu pengaturan pengolahan sumber daya dalam bumi diatur sesuai dengan pemeliharaan
keberlangsungan lingkungan hidup. Untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan penatagunaan sumber daya alam yang mencakup
bentang alam bukit dan perbukitan serta penambangan pasir bagi pengembangan dan keperluan lainnya perlu dilakukan kegiatan
inventarisasi bentang alam bukit dan perbukitan, inventarisasi zona-zona layak tambang, dan menyusun pedoman teknis
penatagunaannya.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman III -16


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

BAB IV RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)


KABUPATEN BOGOR

4.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Bogor


Dalam rencana pengembangan wilayah yang mecakup aspek pengembangan Sumberdaya Alam dan pengembangan
Sumberdaya Manusianya, direncanakan melalui perumusan struktur ruang yang diarahkan pada :
a. Kegiatan ekonomi yang berbasis pada sumber daya hutan, pertanian dan industri pengolahan yang meliputi perikanan dan
pertambangan dan pariwisata dengan tetap memperhatikan aspek pelestarian lingkungan kawasan hutan yang memiliki nilai-
nilai konservasi.
b. Pengembangan di wilayah bagian selatan Kabupaten Bogor (lereng Gn Salak dan Gede Pangrango dan sekitarnya/Kecamatan
Tamansari, Ciawi, Megamendung, dan Cisarua) dikendalikan secara ketat karena terkait fungsinya sebagai kawasan
perlindungan bagi wilayah bawahnya.
c. Pengembangan di wilayah selatan sebelah barat (lereng Gn Salak dan Halimun, meliputi Kecamatan Ciomas, Tenjolaya,
Pamijahan, Nanggung, Leuwiliang dan Sukajaya) dikendalikan secara ketat karena terkait fungsinya sebagai kawasan
perlindungan bagi wilayah bawahnya.
d. Pengembangan Jalan Lintas :
- Tol Jagorawi - Jalan Tegar Beriman Kemang - Gunungsindur (alternatif menuju Tangerang).
- Poros selatan utara pada wilayah Bogor Barat/poros Cianteun (menghubungkan wilayah Sukabumi Tangerang).
- Poros tengah barat timur (Sentul Tanjungsari) untuk membuka keterisolasian (alternatif puncak yang menghubungkan
Bogor Cianjur).
e. Pengembangan Pusat-Pusat Pertumbuhan baru secara merata yang dilengkapi fasilitas dan sarana prasarana pendukungnya.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -1

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Pembangunan daerah Kabupaten Bogor ditekankan pada upaya untuk mempertahankan daya dukung lingkungannya,
sehingga tercapai keseimbangan dan kelestarian lingkungannya. Pada periode mendatang, Kabupaten Bogor dihadapkan pada
tantangan bagaimana melakukan pengembangan sektor-sektor ekonomi unggulan yang dapat memberi nilai tambah kepada
masyarakat lokal yang masih bertumpu pada sumberdaya alam yaitu melalui pengembangan sektor pertanian dalam arti luas
(pengembangan masyarakat agraris), disamping sektor ekonomi utama (industri) sektor pertanian yang saat ini memberikan kontribusi
relatif rendah terhadap PDRB (9,2%) dari total PDRB Kabupaten Bogor tahun 2005, ada harapan berkembang seperti sektor perikanan
darat yang menggambarkan adanya peningkatan dan agrobisnis lainya merupakan sektor ekonomi yang potensial untuk berkembang
di Kabupaten Bogor pada masa mendatang.
Secara umum, struktur ruang wilayah Kabupaten Bogor menggambarkan rencana sistem pusat pelayanan permukiman
perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan pengembangan. Rencana struktur ruang wilayah di Kabupaten Bogor merupakan
bentuk/gambaran sistem pelayanan berhirarki, yang bertujuan untuk menciptakan pemerataan pelayanan serta mendorong
pertumbuhan kawasan perdesaan dan perkotaan di wilayah Kabupaten Bogor.

4.1.1 Konsep Struktur Tata Ruang Kabupaten Bogor


Wilayah Kabupaten Bogor merupakan bagian dari kawasan Jabodetabek. Sebagai salah satu wilayah yang perkembangannya
relatif terbelakang diantara kota-kota di Jabodetabek keberadaannya tidak terlepas dari perkembangan wilayah sekitarnya (Kota
Bogor, Kota Depok, Kabupaten Lebak, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bekasi dan Jakarta). Kabupaten Bogor
dipandang sebagai salah satu wilayah yang kurang menarik bagi masuknya investasi khususnya pada wilayah barat, meskipun
wilayah ini memiliki potensi sumberdaya alam yang berlimpah. Hal ini disebabkan karena kondisi infrastruktur wilayah, belum
adanya kebijakan insentif (fiskal maupun non fiskal) yang menarik bagi investor serta kualitas SDM lokal yang sangat terbatas.
Dalam RTRW Propinsi Jawa Barat (Perda No.2 Tahun 2003), Kabupaten Bogor diposisikan sebagai wilayah andalan
pengembangan industri, dan pariwisata, disamping pertanian menjadi basis utama perekonomian masyarakat, dengan pusat pelayanan
utama berada di Kota Cibinong.
Dengan pengembangannya diarahkan untuk :
1. Pengembangan industri manufaktur dan industri pengolahan yang menunjang pertanian (agroindustry)
2. Pengembangan sentra-sentra produksi pertanian dan kerajinan melalui pola diversifikasi produk-produk hasil pertanian
3. Pengembangan pertanian melalui pola wisata alam (agrowisata) dan ekowisata
4. Pengembangan prasarana dan sarana produksi, koleksi dan distribusi pada simpul-simpul pemasaran (Kota Jasinga, Kota
Leuwiliang, Kota Parungpanjang, Cileungsi dan Cigombong) untuk menunjang industri dan jasa perdagangan
5. Pengembangan prasarana dan sarana transportasi ke kantong-kantong produksi (pertanian, perikanan, kehutanan, agroindustry,
pertambangan, sentra industri kecil dan menengah serta pariwisata)

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -2

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

6. Pelestarian daerah resapan air (recharge area)

Selanjutnya dalam konteks Kawasan Jabodetabek-Punjur ada 3 (tiga) fungsi utama Wilayah Kabupaten Bogor, yaitu:
1. Sebagai mitra wilayah bagi DKI Jakarta, dalam pengembangan permukiman perkotaan perdesaan dari kawasan Jadebotabek-
Punjur.
2. Sebagai wilayah konservasi, berkenaan dengan posisi geografisnya di bagian hulu dalam tata air untuk Kawasan Jabodetabek-
Punjur.
3. Sebagai wilayah sentra produksi pertanian (khususnya tanaman pangan dan holtikultura) sehubungan dengan perkembangan dan
keunggulan yang telah ada.

Sebagai bagian dari kawasan Jadebotabe-Punjur, maka secara regional pengembangan tata ruang Kabupaten Bogor juga harus
mempertimbangkan keberadaan rencana tata ruang di atasnya (RTRW Nasional, Propinsi Jawa Barat dan Jadebotabek-Punjur) maupun
rencana tata ruang wilayah sekitarnya yang berbatasan langsung. Dalam hal ini RTRW Kota Bogor dan Jadebotabek-Punjur serta perlu
adanya sinkronisasi rencana tata ruang Kabupaten Bogor dengan rencana tata ruang wilayah sekitarnya (Kota Bogor, Kota Depok,
Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bekasi dan Jakarta). Selanjutnya keterkaitan Kabupaten Bogor dengan wilayah
sekitarnya dapat dilihat dari aspek fisik dasar pemanfaatan ruang yang ada, aksesibilitas dan fungsi pengembangan. Antisipasi saling
keterkaitan dan saling pengaruh dari wilayah sekitarnya yang berbatasan langsung akan dijadikan dasar dalam perumusan struktur
tata ruang Wilayah Kabupaten Bogor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -3

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 4.1
Keterkaitan Ruang dengan Wilayah Sekitar
Keterkaitan Ruang
Pemanfaatan
Dengan Wilayah Fisik Dasar Aksesibilitas Fungsi Pengembangan
Ruang
Sekitar
Utara Bagian hilir Wilayah - Permukiman perdesaan dan Jalan Tol Jakarta Bogor Permukiman perkotaan
Kabupaten Bogor perkotaan Jalan Arteri Industri
Tangerang Hamparan dataran - Pertanian lahan basah/sawah Jalan Kolektor Perdagangan dan jasa
DKI Jakarta Batas fisik sebagain kecil irigasi teknis Jalan KRL Bogor - Jakarta Core Metropolitan
anak-anak sungai - Pertanian lahan kering Rangkasbitung - Merak Jadebotabek
- Jasa perdagangan
- Kawasan industri
Timur Hamparan dataran dan - Permukiman perdesaan Jalan kolektor Primer I: Permukiman
Purwakarta, Cianjur perbukitan-bergunung - Pertanian lahan koridor ruas jalan Trans Pariwisata
pada bagian selatan basah/sawah irigasi teknis Yogi dan Jalan Raya Puncak Perdagangan dan jasa
- Pertanian lahan kering
- Pariwisata
- Kawasan industri
Selatan Kompleks Gunung - Kawasan lindung Jalan arteri Pariwisata
Kabupaten Sukabumi Gede/Pangrango, Salak, Pertanian lembah sungai Jalan Raya Sukabumi Kawasan lindung
Halimun Pertanian
Sungai
Barat Kompleks Gn. Halimun Kawasan lindung Jalan kolektor Primer I: ruas Wilyah perbatasan dgn
Kabupaten Lebak Sungai Cidurian Hutan produksi jalan batas Kabupaten Propinsi Banten
Perkebunan/Pertanian lahan Lebak/ Jasinga Pertanian
kering Leuwiliang Ciampea - Perkebunan
Pertanian lahan basah (bagian Kota Bogor Hutan produksi
hilir) Permukiman perkotaan
(Maja)
Sumber: Hasil Analisis, 2005 dan RTRW Kabupaten Bogor

1. Pengembangan Kegiatan Utama di Kabupaten Bogor


Konsepsi pengembangan tata ruang Kabupaten Bogor merupakan arahan garis besar struktur kegiatan di Kabupaten Bogor
sebagai dasar kebijakan pokok pengembangan tata ruang yang diinginkan di masa datang. Ada dua aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam perumusan konsepsi struktur tata ruang Kabupaten Bogor, yaitu:
a. Pola spasial kegiatan-kegiatan fungsional utama yang akan dikembangkan di Kabupaten Bogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -4

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

b. Keterkaiatan antar kegiatan atau kawasan fungsional yang akan dikembangkan tersebut sehinga membentuk struktur tata
ruang wilayah yang diinginkan
Struktur tata ruang Kabupaten Bogor merupakan bentukan dari berbagai elemen-elemen kegiatan fungsional utama yang akan
dikembangkan di Kabupaten Bogor serta pengembangan pola jaringan jalan yang terdapat di kawasan perencanaan. Deskripsi
struktur ruang Kabupaten Bogor terbentuk berdasarkan pola ekologi dan pola keterkaitan antar kota-kota (inter-urban linkage) yang
menjadi simpul-simpul pelayanan, perkembangan tata ruang serta sistem kota-kota dan jangkauan pelayanannya. (ditampilkan dalam
Peta 4-1).
Pengembangan struktur tata ruang Kabupaten Bogor di masa mendatang akan menunjukkan pola intensifikasi dan
ektensifikasi. Dalam pola intensifikasi, pengembangan tata ruang adalah pada intesitas pemanfaatan ruang yang sudah ada dan
"relatif" tidak banyak mengubah bentuk pemanfaatan ruang yang suda ada. Sementara dalam pola ektensifikasi, pengembangan tata
ruang adalah pada pengubahan bentuk pemanfaatan ruang atau memperkenalkan bentuk pemanfataan baru. Pola intesifikasi
diarahkan pada pengembangan koridor-koridor yang ada saat ini, sedangkan pola ektensifikasi diarahkan pada klaster-klaster
pengembangan yang relatif belum dimanfaatkan untuk kawasan budidaya.
Pengembangan konsepsi struktur tata ruang Kabupaten Bogor pada masa yang akan datang didasarkan pada beberapa
pertimbangan pola pemanfaatan ruang atau penggunaan lahan eksisting yang menunjukkan pola sebaran lokasi kegiatan utama di
Kabupaten Bogor (pertanian, perkebunan, kawasan hutan, pertambangan, permukiman, perdagangan dan jasa, pemerintahan,
industri) serta keterkaitannya satu sama lain yang membentuk tata ruang wilayah yang cenderung pada pola konsentrik dengan
pusatnya adalah kota-kota Kecamatan.
Pada dasarnya arahan struktur ruang Kabupaten Bogor ini merupakan pedoman untuk :
a. Perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang
b. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar Klaster Pengembangan (KP) serta keserasian antar
sektor pembangunan di Kabupaten Bogor
c. Memantapkan fungsi lindung yang terletak di Kabupaten Bogor, terutama berkenaan dengan hutan lindung, sempadan sungai
maupun daerah peresapan (recharge area)
d. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang wilayah sesuai dengan potensi dan daya dukung, sehingga bentuk-bentuk kegiatan yang
memanfaatkan ruang akan seimbang sesuai dengan daya dukung ruang tersebut
e. Penataan ruang untuk seluruh Kecamatan di Kabupaten Bogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -5

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2. Konsep Pengembangan Pusat-pusat Kegiatan


Pengembangan struktur ruang Kabupaten Bogor didasarkan pada perkembangan setiap komponen kegiatan yang ada. Untuk
mendukung visi pengembangan Kabupaten Bogor, maka perlu dibuat struktur ruang yang mampu mewujudkan terciptanya visi
tersebut. Sesuai dengan statement visi maka kegiatan utama yang akan dikembangkan di Kabupaten Bogor adalah ; pengembangan
sentra-sentra produksi pertanian, perikanan, kehutanan, agroindustry, pertambangan, pengembangan sentra industri kecil dan
menengah, kawasan industri manufaktur serta jasa kepariwisataan.
Untuk Lebih jelasnya deskripsi kegiatan utama yang akan dikembangkan di Wilayah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada
Tabel 4-2 di bawah ini.
Tabel 4-2
Deskripsi Kegiatan Utama di Kabupaten Bogor
No Kegiatan Deskripsi
1 Pertanian Pertanian lahan basah di Kecamatan Nanggung, Leuwiliang, Cibungbulang, Ciampea dan Pamijahan, Jonggol, Cariu, Sukamakmur,
Ciomas, Dramaga, Rancabungur, Kemang, Ciseeng dan Parung.
Perkebunan yang mendukung agribisnis terdapat di Kecamatan Jasinga, Parungpanjang, Tenjo, Cigudeg, Nanggung, Cisarua, Ciawi,
Cijeruk, dan Kemang
Perikanan di Kecamatan Ciampea, Cibungbulang, Pamijahan, Ciseeng dan Cibinong
Peternakan di Kecamatan: Jasinga, Cigudeg, Nanggung, Leuwiliang, Cibungbulang, Ciampea, Pamijahan, Rumpin, Cisarua, Ciawi dan
Babakanmadang.
2 Industri Kawasan industri manufaktur di Kecamatan, Parungpanjang, Cileungsi, Gunungputri, Klapanunggal dan Cariu.
Sentra industri kecil dan menengah di Kecamatan Ciampea, Cibungbulang, Nanggung, Leuwiliang, Pamijahan, Parungpanjang,
Parung, Gunungsindur, Cibinong dan Ciomas.
Sentra agroindustri di Kecamatan Ciampea, Cibungbulang, Leuwiliang, Cijeruk, Ciawi, Cisarua,
3 Pertambangan Penambangan non logam di Parungpanjang, Rumpin, Cigudeg, Leuwiliang dan Tenjo.
Penambangan batu kapur di Kecamatan Ciampea dan Klapanunggal.
Penambangan mineral logam dan bukan logam di Kecamatan Leuwiliang, Jasinga, Parungpanjang, Cigudeg dan Nanggung
4 Pariwisata Kawasan pariwisata Gunung Salak Endah di Kecamatan Pamijahan, Cibungbulang dan Ciampea, serta Taman Nasional Gunung
Halimun di Kecamatan Nanggung
Obyek wisata Goa Gudawang di Kecamatan Cigudeg (desa Cigudeg) Parungpanjang (Desa Lumpang dan Desa Dago), Jasinga (Desa
Koleang).
Kawasan perkebunan teh Cianten/Puraseda, Batutulis Ciaruteun, Napaktilas Goa Gudawang, Arung Jeram sungai Cianten, Situ Cibaju.
5 Perdagangan Pengembangan pasar regional dan terminal agribisnis pada kota-kota yang diposisikan sebagai simpul-simpul pemasaran di Kabupaten
Bogor, yakni: Kota Leuwiliang, Jasinga, Parungpanjang, Parung, Ciampea, Ciawi, Cigombong, Cileungsi, Citeureup dan Cariu
Sumber: Hasil Analisis, 2006

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -6

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

3. Konsep Pengembangan Sistem Pusat-pusat Kegiatan


Pada masa mendatang Kota Cibinong ditetapkan dan dikembangkan untuk menjadi Cibinong Raya, dengan lingkup
perkotaannya meliputi sebagian wilayah Kecamatan Tajurhalang, Citeureup, Bojonggede, Sukaraja dan Babakanmadang, dengan
fungsi utama sebagai kota simpul jasa distribusi pemasaran, produksi dan pusat pelayanan utama untuk wilayah Kabupaten Bogor.
Untuk mendapatkan optimalisasi sistem pemasaran dan pelayanan penduduk akan ditetapkan simpul-simpul pemasaran dan pusat-
pusat pelayanan, maka Kabupaten Bogor di bagi menjadi 3 (tiga) Klaster Pengembangan, adalah sebagai berikut:
a. Simpul Pemasaran Sekunder
Kota Leuwiliang dan Cileungsi diposisikan sebagai simpul pemasaran sekunder yang memiliki skala pelayanan regional
(melayani wilayah Pengembangan / WP Barat dan Timur). Infrastruktur wilayah yang harus tersedia pada Simpul Pemasaran
Skunder, meliputi:
1) Fasilitas perdagangan, yakni terminal agribisnis, pusat grosir dan pusat pertokoan atau pasar Kecamatan dengan skala
pelayanan wilayah klaster pengembangan
2) Fasilitas transportasi, yaitu sistem jaringan transportasi yang melayanai transportasi tingkat regional
3) Fasilitas pendidikan, yaitu sampai pendidikan tingkat SLTA
4) Fasilitas kesehatan, yaitu fasilitas puskesmas, poliklinik dan rumah sakit bersalin
5) Fasilitas-fasilitas yang berfungsi untuk skala pelayanan klaster pengembangan

b. Simpul Pemasaran Utama


Kota Cibinong dengan peranannya sebagai pusat pemerintahan, diposisikan juga sebagai Kota utama sebagai Simpul
pemasaran Utama primer dengan skala pelayanan regional antar PKN dan PKW pada kawasan Jabodetabek-Punjur, infrastruktur
yang harus tersedia pada simpul Utama antara lain :
1) Fasilitas perdagangan, yakni terminal agribisnis, pusat grosir, factory outlet, pusat pertokoan dan pasar Kecamatan dengan
skala pelayanan regional, minimal untuk seluruh Kecamatan wilayah barat.
2) Fasilitas transportasi, yaitu sistem jaringan transportasi yang melayanai transportasi tingkat regional
3) Fasilitas pendidikan, yaitu sampai pendidikan tinggi berbasis kompetensi wilayah
4) Fasilitas Kesehatan, yaitu fasilitas rumah sakit dengan skala pelayanan regional.
5) Fasilitas-fasilitas yang berfungsi untuk pelayanan regional atau fungsi kota

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -7

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.1.2 Sistem Pusat Permukiman Perdesaan.


Pusat pelayanan lingkungan permukiman perdesaan dengan jangkauan pelayanan lokal dialokasikan tersebar merata dipusat-
pusat desa/kelurahan yang mempunyai jumlah penduduk memadai. Jenis kegiatan yang akan dikembangkan disesuaikan dengan
kebutuhan, seperti fasilitas perdagangan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas rekreasi dan olah raga,
untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.
Pengembangan wilayah perdesaan dititik beratkan pada pembangunan pertanian melalui pengembangan Desa Pusat
Pertumbuhan (DPP), meliputi :
a. Desa Batok dan Desa Tapos Kecamatan Tenjo;
b. Desa Sukamulih Kecamatan Sukajaya;
c. Desa Banyuasih Kecamatan Cigudeg;
d. Desa Pabangbon dan Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang;
e. Desa Ciasmara Kecamatan Pamijahan;
f. Desa Ciampea Udik Kecamatan Ciampea;
g. Desa Cidokom Kecamatan Rumpin;
h. Desa Parigimekar Kecamatan Ciseeng;
i. Desa Tajurhalang Kecamatan Tajurhalang;
j. Desa Cisalada Kecamatan Cigombong;
k. Desa Ciderum Kecamatan Caringin;
l. Desa Cibeduk Kecamatan Ciawi;
m. Desa Cipayung Girang Kecamatan Megamendung;
n. Desa Gunung Geulis Kecamatan Sukaraja;
o. Desa Sirnajaya Kecamatan Sukamakmur;
p. Desa Sirnagalih Kecamatan Jonggol;
q. Desa Selawangi, Desa Tanjungrasa, Desa Sirnarasa, dan Desa Pasirtanjung Kecamatan Tanjungsari; dan
r. Desa Cikahuripan Kecamatan Klapanunggal.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -8

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Adapun kegiatan yang diperlukan didalam pengembangan pertanian diwilayah perdesaan antara lain :
1. Penyediaan sarana produksi Pertanian, perikananpeternakan dan kehutanan.
2. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung Industri rumah tangga untuk kepentingan bagi kegiatan pertanian.
3. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian.
4. Pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang penyaluran hasil pertanian dan agrowisata.

Pengembangan kegiatan pertanian,perikanan, peternakan dan kehutanan dialokasikan pada daerah budidaya pedesaan,
sedangkan kegiatan lainnya berlokasi dipusat pertumbuhan atau pusat pelayanan yang merupakan konsentrasi permukiman
dicerminkan dalam satu titik lokasi dan daerah belakangnya.

4.1.3 Sistem Pusat Permukiman Perkotaan di Kabupaten Bogor


Pembagian wilayah pengembangan Kabupaten Bogor berdasarkan :
1. Pada Pembagian wilayah administrasi
2. Mengacu pada strategi dan kebijaksanaan mengembangkan pembangunan yang telah ditetapkan dalam Pola Dasar, Renstra dan
Properda Kabupaten Bogor yang telah membagi wilayah Kabupaten menjadi 3 (tiga) wilayah pembangunan
3. Hubungan inter regional maupun intra regional (Fungsi Eksternal dan Internal)
4. Daya dukung lingkungan
5. Prospek pertumbuhan ekonomi
6. Dinamika penduduk
7. Ketersediaan sarana dan prasarana wilayah.
Prioritas pengembangan ditekankan pada kawasan perkotaan Cibinong dan wilayah Utara (daerah perbatasan) dengan
penekanan fungsi utama sebagai pusat permukiman, industri dan jasa perdagangan.
Fungsi dan Peran Perwilayahan Kabupaten Bogor pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu :
1. Kedudukan dan Peran Kabupaten Bogor secara eksternal, dalam Sistem Tata Ruang Nasional, RTRW Jawa Barat, dan Penataan
Ruang Kawasan Jabodetabek-Punjur.
2. Fungsi Kabupaten Bogor secara internal, yaitu mengembangkan peran masing-masing pusat pertumbuhan sesuai dengan potensi,
permasalahan, peluang dan tantangan yang dihadapi.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -9

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Pembagian wilayah pembangunan Kabupaten Bogor terbagi kedalam sistem pembangunan sebagai berikut :
1. Wilayah Pengembangan Barat meliputi : Kecamatan Jasinga, Nanggung, Sukajaya, Tenjo, Parungpanjang, Cigudeg, Leuwisadeng,
Leuwiliang, Pamijahan, Tenjolaya, Dramaga, Ciampea, Rumpin dan Cibungbulang.
2. Wilayah Pegembangan Tengah meliputi : Kecamatan Cibinong, Bojonggede, Tajurhalang, Parung, Gunungsindur, Ciseeng,
Kemang, Rancabungur, Ciomas, Tamansari, Cijeruk, Cigombong, Caringin, Ciawi, Megamendung, Cisarua, Babakanmadang dan
Sukaraja.
3. Wilayah Pengembangan Timur meliputi : Kecamatan Gunungputri, Tanjungsari, Klapanunggal, Cileungsi, Jonggol, Cariu,
Sukamakmur dan Citeureup.

Fungsi dan Peran Perwilayahan Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3
Pengembangan Fungsi Wilayah dan Pusat Pertumbuhan di
Kabupaten Bogor Tahun 2005 -2025

HIRARKI NAMA JANGKAUAN RUANG LINGKUP


NO FUNGSI PUSAT PELAYANAN
PUSAT PUSAT PELAYANAN
1. PKN - Cibinong 1. Pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa wilayah 1. Wilayah Kabupaten Bogor
BODEBEK Kabupaten; 2. 3 Wilayah Pengembangan di
2. Pusat pelayanan sosial dan pertumbuhan wilayah Kabupaten Bogor , kegiatan
Kabupaten utama sektor primer, sekunder
3. Pusat komunikasi antar Kecamatan dan tersier antar Kecamatan,
4. Pusat pengembangan wilayah belakang, antar subwil agrowisata dan pertanian
5. Pusat Permukiman Perkotaan
6. Pusat kegiatan agrowisata dan budaya.
2 II WP Timur 1. Pusat kegiatan perdagangan jasa dan iindustri 1. Kecamatan hinterlandnya
Cileungsi manufaktur 2. Kawasan Kota bagian Timur
2. Pintu gerbang timur untuk kegiatan jasa dan Kabupaten Bogor, kegiatan utama
perdagangan perdagangan/jasa dan industri
3. Pusat pelayanan sosial dan pertumbuhan wilayah. 3. Kegiatan utama sektor primer,
4. Pusat Permukiman Perkotaan sekunder dan tersier

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -10

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

HIRARKI NAMA JANGKAUAN RUANG LINGKUP


NO FUNGSI PUSAT PELAYANAN
PUSAT PUSAT PELAYANAN
3 II WP Barat 1. Pusat kegiatan pengembangan jasa pertanian dan 1. Seluruh wilayah Kecamatan di
Leuwiliang pertambangan , kehutanan, pariwisata , budaya; WP Barat
2. Pintu gerbang jalur transportasi darat di bagian barat 2. Kawasan Taman Nasional
untuk kegiatan petanian dan hasil hutan. Halimun Salak.
3. Pusat pelayanan sosial dan pertumbuhan wilayah 3. Kegiatan utama pusat pelayanan
Kecamatan agibisnis dan agrikultur,
4. Pusat pengembangan wilayah. pariwisata, perkebunan dan
pertambangan
4. Kegiatan utama sektor primer,
dan sekunder.
Sumber : Hasil Analisis, 2006

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -11

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 4.1
Peta Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Bogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -12

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.1.4 Kebijakan Pengelolaan Struktur Ruang Kabupaten Bogor


Arahan pengembangan fungsi Kota Cibinong hingga tahun 2025, sebagai pusat administrasi Kabupaten, sebagai pusat
penampungan hasil produksi pertanian pasca panen di daerah sekitarnya, pusat pendidikan, pusat perdagangan/pemasaran serta
akomodasi kegiatan wisata Kabupaten Bogor.
Rencana pengelolaan struktur ruang Kabupaten Bogor diupayakan memiliki tingkat kepentingan untuk dapat mengelola dan
mengatur daerah pedesaan dan pusat pertumbuhannya (pusat permukiman), serta keterkaitan antar pusat pertumbuhan.
Pembangunan wilayah pedesaan yang umumnya dilakukan di wilayah Utara, sedangkan diwilayah Selatan dititik beratkan pada
pengelolaan sumber daya alam.
Dalam rangka mengembangkan kehidupan pertanian berbasis kehutanan/agrofororestry di kawasan perdesaan di Kabupaten
Bogor, kegiatan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Pelaksanaan Program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) yaitu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang
dilakukan bersama antara Perhutani dengan masyarakat desa hutan serta pihak yang berkepentingan sehingga melalui PHBM ini
dapat tercipta aspek lingkungan, ekonomi dan sosial yang selaras menuju hutan lestari.
2. Pembentukan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) yang keanggotaannya bersifat terbuka untuk menfasilitasi Program
PHBM.
3. Penanaman Fast Growing Species dengan menanam tanaman mindi. Selanjutnya hasil produksinya dilakukan bagi hasil dengan
masyarakat. Selain tanaman pokok, masyarakat dapat menanam tanaman pengisi atau tanaman sela, sehingga dapat
dikembangkan kawasan hutan yang menjadi basis ekonomi masyarakat.
4. Penyaluran produk-produk hasil hutan dan kemudahan sistem informasi serta akses terhadap mekanisme pasar sumber-sumber
daya hutan yang dibentuk melalui Koperasi Masyarakat Desa Hutan;
Kegiatan pelaksanaan program PHBM dan Pembentukan LMDH berada di kawasan pedesaan sedangkan kegiatan penanaman
Fast Growing Species dan penyaluran produk-produk hutan berlokasi di pusat pertumbuhan atau pusat pelayanan.
Oleh karena itu kebijakan pengelolaan struktur ruang Kabupaten Bogor diarahkan dalam rangka pengembangkan kawasan
kehutanan, perikanan dan kelautan, pariwisata pantai dan pariwisata pertanian serta pengembangan kawasan fungsional non
pertanian dalam satu kesatuan wilayah Kabupaten.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -13

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.1.5 Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Kabupaten Bogor


Sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Bogor, memuat sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya
air, dan sistem jaringan prasarana lingkungan.
1 Sistem Jaringan Transportasi
Rencana pengembangan sistem transportasi jalan, terdiri dari sistem jaringan jalan, fungsi dan status jalan. Pengelompokan
jalan berdasarkan sistem jaringan jalan dibagi menjadi sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
Pengelompokan jalan berdasarkan fungsi jalan untuk jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder dibagi kedalam jalan arteri,
jalan kolektor primer, jalan lokal, dan jalan lingkungan. Pengelompokan jalan berdasarkan status dibagi menjadi jalan nasional,
jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota dan jalan desa.

2 Sistem Jaringan Energi dan Tenaga Listrik


Hirarki pelayanan jaringan listrik terbagi dalam Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT), Saluran Udara Tegangan
Menengah ( SUTM ) dan Saluran Udara Tegangan Rendah ( SUTR ).
Rencana pengembangan sistem jaringan listrik di Kabupaten Bogor diarahkan keseluruh wilayah pedesaan terutama pada daerah-
daerah yang merupakan sentra produksi pertanian, industri pengolahan atau kawasan pariwisata.
Sedangkan untuk jaringan listrik, berdasarkan data Suseda Propinsi Jawa Barat tahun 2005, rasio elektrivikasi Kabupaten
Bogor baru mencapai 50,96 %, berarti masih sekitar 49,04 % kepala keluarga di Kabupaten Bogor yang belum menikmati listrik.
Sementara berdasarkan data jumlah pelanggan listrik PLN pada tahun 2006, bahwa tingkat elektrivikasi Kabupaten Bogor pada
tahun 2006 meningkat menjadi sebesar 57,20% yang dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu :
- Rasio Elektrivikasi Tinggi (lebih besar dari 60%) meliputi 16 kecamatan, yaitu Kecamatan Cibinong, Babakan Madang, Gunung
Putri, Cileungsi, Jonggol, Ciomas/Tamansari, Leuwiling/Leuwisadeng, Kemang, Dramaga, Ciampea/Tenjolaya, Cibungbulang,
Bojonggede/Tajurhalang, Gunung Sindur, Megamendung, Cisarua dan Cijeruk,
- Rasio Elektrivikasi Sedang (30 % s/d 60 %) meliputi 21 kecamatan, yaitu Kecamatan Sukaraja, Citeureup, Cariu/Tanjungsari,
Pamijahan, Rumpin, Cigudeg, Jasinga, Nanggung, , Parung, Ciawi, Cigombong dan Caringin.
- Rasio Elektrivikasi Rendah (lebih kecil dari 30%) meliputi 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Rancabungur/Ciseeng, Klapanunggal,
Sukamakmur, Sukajaya, Parungpanjang dan Tenjo.
Rencana Pengelolaan Jaringan Energi dan Tenaga Listrik, ditujukan menjaga kelestarian kualitas udara, estetika, dan
keselamatan, meliputi:
pengaturan jalur SUTT dan SUTET, dengan mempertahankan garis sempadannya sebagai jalur hijau dan terbebas dari aktifitas
hunian penduduk.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -14

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

pemanfaatan ruang untuk transmisi listrik, melalui pengembangan jaringan listrik tenaga tinggi dan distribusi listrik.pengaturan
jaringan komunikasi selular dikembangkan pada penggunaan bangunan Base Transceiver Station (BTS) bersama.

Gambar 4.2.
Peta Rasio Elektrivikasi Per Kecamatan pada Tahun 2006

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -15

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Sumberdaya Energi, meliputi :


(1) Sumberdaya energi merupakan sebagian dari sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi dan atau
energi baik secara langsung maupun dengan proses konservasi atau transportasi.
(2) Pengembangan sumberdaya energi dimaksudkan untuk menunjang penyediaan jaringan energi listrik dan pemenuhan energi
lainnya.
(3) Pengembangan sarana untuk pengembangan listrik jaringan Saluran Udara atau Kabel Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV dan
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV diperlukan untuk menyalurkan energi listrik yang dibangkitkan oleh
pembangkit baru, yaitu SUTET 500 KV di :
a. Kecamatan Ciawi;
b. Kecamatan Cijeruk; dan
c. Kecamatan Caringin.
(4) Pengembangan energi baru dan terbarukan oleh pemerintah kabupaten, meliputi:
a. energi mikrohidro di kecamatan Leuwiliang; dan
b. energi panas bumi di kecamatan Pamijahan.
(5) Rencana pengelolaan sumberdaya energi, untuk memenuhi kebutuhan listrik dan energi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

3 Sistem Jaringan Air Baku


Sistem prasarana sumber air baku di Kabupaten Bogor terdiri dari 2 jenis yaitu sistem prasarana sumber air untuk
kebutuhan pertanian dan sistem prasarana sumber air untuk kebutuhan air bersih (air minum) bagi masyarakat. Sistem prasarana
sumber air untuk kebutuhan pertanian menggunakan prasarana sistem jaringan irigasi sedangkan prasarana sumber air untuk
kebutuhan air bersih (air minum) menggunakan prasarana sistem jaringan distribusi perpipaan dan non perpipaan.
Sistem prasarana sumber air untuk kebutuhan pertanian memanfaatkan jaringan irigasi yang sumber air bakunya berasal dari DAS
Ciliwung, DAS Cisadane, DAS Cikaniki, DAS Cidurian, DAS Cikarang, DAS Cileungsi dan DAS Bekasi.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -16

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 4.5
Estimasi ketersediaan air permukaan tahunan untuk masing-masing DAS

No. DAS / Sub DAS Luas (Ha) Volume Air (juta m3)/tahun
1. Cisadane: 124.013 1775
2. Ciliwung: 28.636 410
3. Kali Bekasi: 41.173 590
4. Citarum Hilir: 85.196 1220
5. Cidurian: 44.454 635
6 Ciujung: 9.670 175
7. Cimanceuri: 22.498 245
Sumber : Hasil perhitungan

Tabel 4.6
Kapasitas Debit Sungai di Kabupaten Bogor
Debit (L/detik)
No Sungai Keterangan
Maksimum Minimum
1. Ciliwung 23.778 1.935 138 Sungai belum terdapat alat pengukur debit
2. Cibeureum 645 402
3. Cuhideung 626 235
4. Cisasah 395 228
5. Cipamingpis 994 121
6. Cihoe 4.683 52
7. Cibeet 4.254 377
8. Ciomas 8.048 131
9. Ciluar 12.707 168
10. Citeureup 4.611 451
11. Cikeas 5.815 392
12. Cijati 408 135
13. Cibeuteung 2.661 2.436
14. Angke 8.291 75,9
15. Pasanggrahan 2.285 354
16. Ciaten 11.514 212
17. Cigamea 8.268 449
18. Cidurian 20.437 7.246
19. Cibodas 39.727 1.474
20. Cisadane 2.896 218
21. Citempuan 2.397 1.362
Sumber : Sensus Daerah Kabupaten Bogor dan data pelanggan PLN Kabupaten Bogor Tahun 2006, diolah

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -17

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4 Sistem Pelayanan Persampahan


Hirarki pelayanan persampahan terdiri atas Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
dengan konsep dasar pengelolaan persampahan berupa reduce, reuse dan recicle ( 3 R ).
Prasarana persampahan merupakan rencana pengelolaan prasarana yang digunakan lintas wilayah administratif, meliputi:
a. tempat pengolahan sampah (TPS) terpadu yang dikelola bersama untuk kepentingan antar wilayah.
b. tempat pengelolaan limbah industri B3 dan non B3.
Rencana pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan lintas wilayah secara administratif, sebagai berikut :
a. kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan.
b. pengalokasian Tempat Pengolahan Sampah (TPS) terpadu sesuai dengan persyaratan teknis.
c. pengolahan sampah dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis.
d. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan.
Rencana pengembangan tempat pengelolaan sampah (TPA dan TPST) skala regional dialokasikan pada :
a. Wilayah Barat di Desa Galuga Kecamatan Cibungbulang, Desa Growong dan Desa Dago Kecamatan Parung Panjang, serta Desa
Cigudeg Kecamatan Cigudeg.
b. Wilayah Tengah di Desa Candali dan Desa Pasir Gaok Kecamatan Rancabungur.
c. Wilayah Timur di Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal dan Desa Sukasirna Kecamatan Jonggol.

TABEL 4.7
KEBUTUHAN PRASARANA PERSAMPAHAN
JUMLAH PENDUDUK KEBUTUHAN PRASARANA PERSAMPAHAN (UNIT)
NO. KECAMATAN TAHUN (JIWA) TRANSFER DEPO TRUK SAMPAH KONTAINER KERETA SAMPAH
2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025
1 Cibinong 273,596 371,806 770,754 4 10 20 9 23 45 9 23 45 39 97 194
2 Gunung Putri 226,596 368,031 901,209 3 8 16 7 19 37 7 19 37 31 82 164
3 Citeureup 190,558 224,262 382,169 2 5 10 5 12 28 5 12 28 22 49 100
4 Sukaraja 156,369 154,723 173,009 2 5 10 6 13 27 6 13 27 24 54 118
5 Babakan Madang 91,433 103,768 165,916 6 13 26 1 3 10 1 3 10 6 13 42
6 Jonggol 113,769 116,134 144,977 1 1 4 1 4 11 1 4 11 6 15 38
7 Cileungsi 179,142 189,934 262,803 3 7 14 6 16 33 6 16 33 25 67 157
8 Cariu 48,445 47,016 34,857 1 1 4 1 3 9 1 3 9 5 12 38
9 Sukamakmur 74,936 73,174 75,062 0 0 3 0 1 5 0 1 5 1 3 22
10 Parung 92,620 94,484 117,715 2 4 8 4 11 22 4 11 22 17 44 88
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -18

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

11 Gunung Sindur 83,373 82,751 93,738 1 2 5 2 5 13 2 5 13 8 20 52


12 Kemang 79,953 78,079 79,781 1 2 5 2 5 17 2 5 17 9 22 58
13 Bojonggede 161,172 158,006 158,721 2 6 12 5 14 28 5 14 28 23 60 120
14 Leuwiliang 107,689 108,843 106,998 0 1 4 1 2 7 1 2 7 4 10 39
15 Ciampea 143,820 141,592 141,724 2 4 8 4 9 21 4 9 21 16 37 112
16 Cibungbulang 127,928 125,048 130,590 1 2 4 2 6 18 2 6 18 10 24 52
17 Pamijahan 137,099 134,049 140,361 1 2 4 2 5 15 2 5 15 9 21 60
18 Rumpin 127,807 125,168 132,731 0 1 3 1 2 9 1 2 9 4 9 30
19 Jasinga 97,237 94,996 96,543 1 2 6 2 4 10 2 4 10 8 18 47
20 Parungpanjang 95,476 93,299 97,130 1 1 3 2 4 13 2 4 13 6 15 38
21 Nanggung 89,432 88,204 97,201 1 1 3 1 3 9 1 3 9 1 3 23
22 Cigudeg 116,830 114,124 118,234 0 1 3 1 2 7 1 2 7 4 9 33
23 Tenjo 65,972 65,463 74,081 1 1 3 1 3 9 1 3 9 5 11 28
24 Ciawi 99,747 107,847 156,211 1 2 4 2 4 17 2 4 17 7 18 42
25 Cisarua 110,650 108,776 117,951 1 3 6 3 6 14 3 6 14 11 26 52
26 Megamendung 94,771 93,624 103,956 1 2 4 2 4 10 2 4 10 8 17 34
27 Caringin 112,765 111,507 124,341 2 5 10 5 11 27 5 11 27 20 45 90
28 Cijeruk 69,619 68,708 56,239 0 0 2 0 1 9 0 1 9 2 4 28
29 Ciomas 132,686 137,351 178,562 2 6 12 5 14 27 5 14 27 22 58 116
30 Dramaga 102,695 105,799 135,706 1 2 4 2 5 10 2 5 10 9 21 52
31 Tamansari 88,125 88,252 103,443 1 2 4 2 4 13 2 4 13 6 16 47
32 Klapanunggal 78,816 81,050 103,416 1 2 4 1 4 12 1 4 12 6 16 48
33 Ciseeng 90,122 88,607 96,149 0 1 2 1 2 9 1 2 9 4 10 43
34 Rancabungur 50,610 49,487 51,842 1 2 4 2 4 10 2 4 10 7 17 57
35 Sukajaya 57,567 56,329 56,810 0 0 2 0 1 9 0 1 9 1 3 13
36 Tanjungsari 53,431 52,199 53,047 0 0 2 0 1 9 0 1 9 1 3 28
37 Tajurhalang 78,525 76,685 78,350 1 3 6 3 7 14 3 7 14 12 28 65
38 Cigombong 79,072 77,260 80,322 1 2 6 2 4 9 2 4 9 8 19 42
39 Leuwisadeng 74,677 74,768 87,568 0 0 3 0 1 7 0 1 7 2 4 17
40 Tenjolaya 56,006 54,855 58,213 0 0 3 0 1 6 0 1 6 2 4 19
Jumlah 4,311,137 4,586,057 6,138,430 49 112 256 96 243 615 96 243 615 411 1,004 2446
Sumber Hasil Analisis Tahun 2006

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -19

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.2 Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bogor


Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bogor ditentukan dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah, perkembangan tataguna
lahan, kesesuaian lahan, dan penataan kawasan hutan di wilayah ini. Secara rinci luas dan lokasi manfaat ruang dapat dilihat pada tabel dan
peta rencana pola ruang Kabupaten.

Tabel 4.8
Pemanfaatan Ruang Kabupaten Bogor

PEMANFAATAN RUANG
Lindung
Luar Hutan Permukiman Permukiman
Hutan Hutan Kawasan Hutan Produksi Lahan Lahan Tanaman Permukiman Perkotaan Perkotaan Zona Kawasan
NO KECAMATAN Konservasi Lindung Hutan Produksi Terbatas Basah Kering Perkebunan Tahunan Perdesaan Padat Sedang Industri Industri Waduk
1 BABAKANMADANG 379.62 2,191.67 3,106.54 227.93 709.90 - 1,020.27 9,13 95.22 121.36 2.43 4,294.36 - 135.83 -
2 BOJONGGEDE - - - - - - - - - - 2,935.77 - - - -
3 CARINGIN 4,019.91 - 2,165.85 - - 1,208.44 209.92 92.20 792.94 924.15 - 1,223.35 - - -
4 CARIU - - 4,523.36 1,149.55 - 2,700.10 894.09 163.11 579.84 1,493.52 - 1,268.36 - 114.73
5 CIAMPEA - - - 19.44 - 1,653.83 4.17 12.80 534.61 - 1,146.91 -
6 CIAWI 1,930.28 - 2,021.24 - - 310.35 312.64 730.74 1.40 324.84 - 1,120.24 - - -
7 CIBINONG - - - - - - - - - 4,417.10 1.49 28.82 76.88 -
8 CIBUNGBULANG - - - 138.70 - 1,908.01 - - 73.53 225.76 - 1,178.43 -
9 CIGOMBONG 860.68 - 1,014.60 - - 563.27 87.66 - 1,611.82 221.49 - 1,013.36 - - -
10 CIGUDEG 650.16 - 7,495.95 5,573.66 1,251.12 1,656.57 5,039.03 1,713.94 1,114.29 709.33 - 1,111.00 -
11 CIJERUK 865.58 - 2,358.08 - - 1,846.68 146.59 - 1,887.30 55.64 - 656.70 - - -
12 CILEUNGSI - - - - - 119.71 - - - 414.24 4,744.73 940.41 312.97 376.04 -
13 CIOMAS - - - - - 336.37 - - - 37.37 - 1,247.20 - -
14 CISARUA 1,109.28 2,514.49 2,578.33 - - - 905.63 1,068.60 68.06 387.48 - 1,180.96 - - -
15 CISEENG - - - - - 1,113.68 - - - 1,007.65 1,903.32 - - - -
16 CITEUREUP - - 3,887.57 - 328.60 2,270.01 938.05 1.46 652.57 574.51 1,353.40 246.34 423.58 -
17 DRAMAGA - - - - - 1,050.85 0.03 - - 237.22 - 1,136.57 - - -
18 GUNUNGPUTRI - - - - - 19.96 - - - - 4,455.20 - 1,074.57 1.35 -

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -20

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

PEMANFAATAN RUANG
Lindung
Luar Hutan Permukiman Permukiman
Hutan Hutan Kawasan Hutan Produksi Lahan Lahan Tanaman Permukiman Perkotaan Perkotaan Zona Kawasan
NO KECAMATAN Konservasi Lindung Hutan Produksi Terbatas Basah Kering Perkebunan Tahunan Perdesaan Padat Sedang Industri Industri Waduk
19 GUNUNGSINDUR - - - - - 350.10 - - 173.49 102.75 3,514.14 46.30 691.93 - -
20 JASINGA 888.59 - 2,561.81 1,496.50 40.59 1,511.85 723.78 2,319.61 4,281.31 2,300.14 - 776.79 99.63 - -
21 JONGGOL - - 3,351.60 - 803.78 2,763.18 2,329.10 - 14.76 1,085.66 - 3,596.44 203.83 - 4.15
22 KEMANG - - - - - 88.59 - 613.59 - 32.54 2,473.10 0.15 - - -
23 KLAPANUNGGAL - - 1,819.14 1,209.79 2,854.72 939.77 366.78 - 1,625.50 969.51 967.32 247.16 93.60 327.15 -
24 LEUWILIANG 3,314.35 - 2,277.16 32.22 - 1,657.67 392.55 - 1,644.11 238.40 - 1,805.85 18.89 - -
25 LEUWISADENG - 1,556.18 154.52 - 1,585.58 555.48 3.37 50.40 288.70 - 792.33 - - -
26 MEGAMENDUNG 497.61 2,463.46 2,077.19 46.49 - 1,311.52 437.51 110.67 664.57 - 783.29 - - -
27 NANGGUNG 9,794.97 - 4,083.94 449.66 177.61 1,223.00 2.02 1,029.73 2,627.53 48.85 - - - - 70.55
28 PAMIJAHAN 5,285.23 - 1,660.73 - - 3,464.43 18.20 - 1,287.44 1,097.01 - 956.55 - - -
29 PARUNG - - - - - 353.80 - - - 443.52 1,723.74 - - - -
30 PARUNGPANJANG - - - 1,462.78 - 119.36 177.93 - 933.91 1,462.69 - 2,373.56 492.09 - -
31 RANCABUNGUR - - - - - 703.59 123.26 346.68 - 580.62 65.49 554.40 - - -
32 RUMPIN - - 2,305.83 1,798.49 - 5,500.78 1,100.54 166.66 1,313.23 1,206.27 38.19 2,289.63 - - -
33 SUKAJAYA 10,004.55 - 3,296.47 8.63 18.65 1,690.02 31.27 340.73 3,264.51 496.17 - - - - 429.96
34 SUKAMAKMUR - 1,542.40 8,001.08 1,757.36 3,477.71 661.30 6,743.30 681.44 1,509.47 1,835.65 - 511.40 - - 84.10
35 SUKARAJA - 32.58 853.19 0.63 - - 387.21 - - 758.79 1,853.71 1,418.20 - - -
36 TAJURHALANG - - - - - - - - - 2,922.65 - - - -
37 TAMANSARI 1,022.74 - 987.44 - - 644.46 - - 617.01 1,324.18 - 512.70 - - -
38 TANJUNGSARI - - 5,136.86 3,290.88 4,760.10 2,587.27 2,259.85 217.51 1,719.21 441.31 - 1,060.61 - - -
39 TENJO - - 2,915.84 - 626.45 471.18 - 287.38 1,697.41 - 2,155.37 - - -
40 TENJOLAYA 1,911.88 - 341.17 - - 1,495.73 - - 559.54 584.70 - - - - -

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -21

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 4.3
Peta Pola Ruang Wilayah KabupatenBogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -22

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.2.1 Kawasan Lindung


Mengacu pada Keppres RI No. 32 tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan Undang-undang No. 26 tahun 2007
maka kawasan lindung yang ditetapkan di Kabupaten Bogor terdiri 5 (empat) jenis kawasan lindung, yaitu : Kawasan yang
Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya, Kawasan Perlindungan Setempat, Kawasan Pelestarian Alam, Kawasan Rawan
Bencana Alam dan Kawasan Lindung Lainnya yang dapat dilihat pada Peta Pola Ruang Kabupaten Bogor (Peta 4.3).
Kawasan lindung di Kabupaten Bogor seluas 133.548,409 Hektar (44,69 % dari luas wilayah Kabupaten Bogor seluas 298.838,304
Hektar), terdiri dari kawasan lindung di luar kawasan hutan seluas 82.243,63 Hektar (27,52 %) dan kawasan lindung di dalam kawasan
hutan seluas 51.304,78 Hektar (17.17 %).

Tabel 4.9 Tabel 4.10


Kawasan Lindung Di Luar Kawasan Hutan Kawasan Lindung Di Dalam Kawasan Hutan

No Nama Kawasan Luas (Ha) % No Nama Kawasan Luas (Ha) %

1 Mata Air 1,892.00 0.63 1 Hutan Lindung 8,745.06 2,93

2 Setu/Danau 1,012.41 0.34 2 Hutan Konservasi 42,559.72 14,24

3 Sungai Besar 8,444.86 2.83 Jumlah 51,304.78 17,17

4 Waduk 1,407..28 0.25


5 Rawan Bencana 13,189.00 4.41
6 Resapan Air 56,298.08 18,84
82,243.63 27,52

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -23

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

1. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya


Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya mencakup kawasan hutan lindung, kawasan
resapan air dan kawasan karst.
a. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung di Kabupaten Bogor tersebar diseluruh wilayah Kecamatan dengan luas 8.745,06 Ha.
Pemanfaatan lahan pada umumnya banyak dimanfaatkan untuk kegiatan kehutanan dan pariwisata.
Kriteria Lindung adalah kawasan yang mempunyai lereng lapangan > 40 %, dan pada daerah yang tanahnya peka
terhadap erosi dengan kelerengan lapangan lebih dari 25 % Hutan lindung dan atau kawasan hutan lainnya dengan nilai skor
lebih besar dari 175 (kelas lereng, jenis tanah, intensitas hujan) Mempunyai kelas kemampuan lahan dengan permukaan tanah
ditutupi batuan lepas, tekstur tanah kasar dengan Jenis tanah sangat peka terhadap erosi, memiliki ketinggian di atas 2000
meter dpl, serta diperkenankan mengubah bentang alam.

Untuk mengetahui sebaran kawasan hutan lindung di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel 4.11

Tabel 4.11
Sebaran Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Bogor

NO KECAMATAN LUAS (HA)


1 KECAMATAN BABAKANMADANG 2,191.67
2 KECAMATAN CISARUA 2,514.49
3 KECAMATAN MEGAMENDUNG 2,463.46
4 KECAMATAN SUKAMAKMUR 1,542.40
5 KECAMATAN SUKARAJA 32.58
JUMLAH 8,745.06

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -24

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Kawasan Resapan Air


Kawasan yang memiliki kemampuan tinggi untuk meresap air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi
(akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan hulu sungai dan memiliki sumber air terbesar di Kabupaten Bogor, yaitu di
Kecamatan Cisarua, Megamendung, Tamansari, Caringin, Cijeruk, Cigombong, Pamijahan, Tenjolaya dan Ciomas.
Kriteria kawasan resapan air adalah kawasan dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1.000 mm/tahunMempunyai
kemampuan meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1 m'/hari, Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 m terhadap
permukaan tanah setempat Kemiringan lereng lebih dari 15 %.
Gambaran sebaran potensi sumber air /mata air di wilayah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12
Penyebaran dan Debit Mata Air di Kabupaten Bogor

Debit min liter /


NO Kecamatan Jumlah Ekologi
detik
1 Cigudeg 2 6 TNGHS
2 Leuwiliang 6 32 TNGHS
3 Ciampea 13 196 TNGHS
4 Darmaga 2 103 TNGHS
5 Ciomas 13 246 TNGHS
6 Cijeruk 3 120 TNGHS
7 Ciawi 3 16 Gede Pangrango
8 Caringin 1 10 Gede Pangrango
9 Megamendung 3 56 Gede Pangrango
10 Sukaraja 2 13 Gede Pangrango
11 Citeureup 2 13 Gede Pangrango
12 Jonggol 3 23 Gede Pangrango
13 Cisarua 9 88 Gede Pangrango
Jumlah 62 922
Sumber : BAPEDA KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -25

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

b. Kawasan Karst.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.1456 K/20/MEM 2000 tentang Pedoman
Pengelolaan Kawasan Karst, maka Kawasan Karst adalah kawasan batu kapur yang ditandai oleh adanya cekungan /lareng
terjal, tonjolan bukit berbatu kapur tak beraturan, bergua dan mempunyai sistem aliran air bahwa tanah.
Kawasan bukit kapur (karst) di Kabupaten Bogor tersebar di wilayah Kecamatan Klapanunggal, dan Ciampea, kawasan
tersebut pada umumnya sudah dieksploitasi. Sedangkan kawasan karst Ciseeng saat ini digunakan untuk rekreasi air panas.
Untuk mengamankan kawasan bukit kapur (karst) diperlukan adanya pengendalian secara ketat agar ekosistem lingkungan
dapat terjaga dan lestari.

2. Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan yang memberikan perlindungan setempat mencakup sempadan sungai, setu, sekitar mata air dan ruang
terbuka hijau termasuk di dalamnya hutan kota.
a. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan Sempadan Sungai yang dimaksud adalah sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai buatan atau kanal atau
saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Lebar garis sempadan sungai ditetapkan dengan mempertimbangkan letak, kondisi, dan karakteristik sungai
bersangkutan, maka:
1) Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah
luar sepanjang kaki tanggul.
2) Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah
luar sepanjang kaki tanggul.
3) Garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar (DAS 500 km2) ditetapkan
sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter, sedangkan pada sungai kecil (DAS<500 km2) ditetapkan sekurang-kurangnya
50 (lima puluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
4) Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman < 3 (tiga) meter,
ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
5) Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman 3-20 (tiga sampai
duapuluh) meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -26

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

6) Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan dengan kedalaman maksimum > 20 (duapuluh)
meter, ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter, dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Kawasan ini terletak di sepanjang kiri-kanan sungai-sungai yang merupakan bagian dari DAS Ciliwung dan DAS
Cisadane.
Pada kawasan DAS, disyaratkan bahwa dari hulu sampai hilir minimal 30% harus dihijaukan.
b. Kawasan Sempadan Mata Air dan Waduk/ Embung
Sumber mata air yang tersebar di Kabupaten Bogor sangat prioritas dijaga kelestariannya, untuk itu kawasan sekitar
mata air harus dilindungi. Disamping itu ada beberapa waduk /embung yang kawasan sempadannya perlu dilindungi dari
kegiatan budidaya yang merusak kelestariannya.
c. Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau privat dan ruang terbuka hijau publik. Ruang terbuka hijau
menyebar pada kawasan perkotaan dan dialokasikan minimal 30 ( tiga puluh ) % dari luas kawasan yang teriri dari 10% ruang
tebuka hijau privat dan 20% ruang terbuka hijau publik.
Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan bahwa yang termasuk kawasan ruang terbuka
hijau adalah taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai. Selain itu berdasarkan
Permendagri No. 1 tahun 2007 termasuk dalam kawasan ruang terbuka hijau adalah taman kota, taman wisata alam, taman
rekreasi, taman lingkungan perumahan dan pemukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, lapangan
upacara, parkir terbuka, lahan pertanian diperkotaan, jalur dibawah SUTT, jalur pengaman jalan, median jalan, jalur pipa gas,
pedestrian dan daerah penyangga lapangan udara.
3. Kawasan Pelestarian Alam
Kawasan pelestarian alam yang dapat ditetapkan di Kabupaten Bogor meliputi Kawasan Taman Wisata Alam dan
merupakan kawasan yang memiliki daya tarik pemandangan alam dan sekaligus dapat dijadikan sebagai sarana rekreasi/wisata
tanpa mengganggu kawasan konservasi. Kawasan Taman Wisata Alam di Kabupaten Bogor meliputi :
a. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, di Kecamatan Cisarua, Megamendung dan Caringin;
b. Taman Nasional Gunung Salak, di Kecamatan Cigombong, Cijeruk, Tamansari, Tenjolaya, dan Pamijahan; dan
c. Taman Nasional Gunung Halimun, di Kecamatan Leuwiliang, Nanggung dan Sukajaya.
d. Taman Wisata Alam Talaga Warna, Kecamatan Cisarua;
e. Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Kecamatan Babakan Madang; dan
f. Taman Wisata Alam Gunung Salak Endah, Kecamatan Pamijahan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -27

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4. Kawasan Rawan Bencana Alam


Kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kawasan rawan bencana di Kabupaten Bogor
meliputi:

a. Kawasan Rawan Erosi dan Tanah Longsor


Kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami tanah longsor. Kawasan ini merupakan daerah rentan
perubahan, dengan kelerengan >40%, solum tanah dangkal, tutupan lahan rendah, dan struktur geologi labil.
Sebaran lahan kritis di Kabupaten Bogor mencapai luas 7.606 ha tersebar pada wilayah Kecamatan Rumpin seluas 1.286
ha, Kecamatan sukamakmur 1.271 ha dan Kecamatan Cigudeg 725 ha dan Kecamatan Tenjo 475 ha, Kawasan ini menyebar di
tiap Kecamatan menempati daerah-daerah terjal, dengan penggunaan lahan berupa Hutan Produksi, dan jenis tanaman
semusim. Kawasan ini sebagian telah berkembang menjadi kawasan permukiman, persawahan, dan pengembangan
pariwisata.

b. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi


Kawasan rawan letusan gunung berapi merupakan daerah terlarang untuk dibudidayakan dan merupakan daerah
konservasi mutlak. Namun saat ini kawasan tersebut telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan, perkebunan
dan permukiman.
Untuk mengamankan kawasan rawan letusan gunung berapi agar tidak mengakibatkan terjadinya korban jiwa jika
gunung tersebut meletus diperlukan adanya pembuatan peta bahaya gunung berapi melalui sistem Zonasi, dan program
pemindahan penduduk yang bermukim didaerah kawasan rawan letusan gunung berapi.
Kriteria kawasan gunung berapi adalah kawasan dengan jarak atau radius tertentu dari pusat letusan yang
terpengaruh langsung atau tidak langsung, dengan tingkat kerawan berbeda seperti kawasan berupa lembah yang akan
menjadi daerah aliran lahar dan lava.
Penyebaran kawasan rawan letusan gunung api di Kabupaten Bogor meliputi :
1) Gunung Salak, di Kecamatan Cigombong, Cijeruk, Tamansari, Tenjolaya, dan Pamijahan;
2) Gunung Gede Pangrango, di Kecamatan Cisarua, Megamendung dan Caringin; dan
3) Gunung Halimun, di Kecamatan Leuwiliang, Nanggung dan Sukajaya.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -28

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.2.2 Kawasan Budidaya


Kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
1. Kawasan Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi yang telah ada di wilayah Kabupaten Bogor, meliputi Kawasan Hutan Produksi Terbatas, yaitu
kawasan yang diperuntukkan sebagai hutan produksi dimana eksploitasinya hanya dapat dilakukan dengan tebang pilih atau
tebang habis dan tanam. Kawasan ini sebagian besar kawasan ini menempati lereng 25-40%. Jenis tanaman kayu hutan dan
sebagian berupa semak belukar (gundul). Pemanfaatan lahan berupa kegiatan perladangan, untuk mengamankan agar kawasan
hutan produksi tidak berubah fungsi diperlukan adanya pengendalian secara ketat terhadap segala bentuk kegiatan pemanfaatan
lahan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.
Ketinggian lahan < 2.000 m dpl, kecuali lahan yang sudah diperuntukan bagi tanaman teh dan perkebunan lainnya, baik
pada lahan HGU maupun milik masyarakat Nilai skor fisik kurang atau sama dengan 124 - 174 (kelas lereng, jenis tanah dan
intensitas hujan) diluar hutan suaka alam dan hutan pelestarian alamKemiringan lereng < 40 %Kedalaman efektif lapisan tanah > 60
cm Diluar kawasan lindung Bukan daerah yang memiliki potensi erosi permukaan yang tinggi Secara ruang jika digunakan untuk
budidaya hutan alam/hutan tanaman memberikan manfaat :
meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor
meningkatkan fungsi lindung
meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumber daya hutan
meningkatkan pendapatan masyarakat dan memberikan lapangan kerja bagi masyarakat setempat
meningkatkan pendapatan daerah dan nasional
meningkatkan ekspor
mendorong perkembangan usaha dan peran serta masyarakat
Sebarab lokasi rencana pengembangan hutan produksi di wilayah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.13.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -29

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 4.13
Sebaran Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi tetap di Kabupaten Bogor

NO KECAMATAN LUAS (HA) NO KECAMATAN LUAS (HA)


1 KECAMATAN BABAKANMADANG 227.93 1 KECAMATAN BABAKANMADANG 709.90
2 KECAMATAN CARIU 1,149.55 2 KECAMATAN CIGUDEG 1251.12
3 KECAMATAN CIAMPEA 19.44 3 KECAMATAN CITEUREUP 328.60
4 KECAMATAN CIBUNGBULANG 138.70 4 KECAMATAN JASINGA 40.59
5 KECAMATAN CIGUDEG 5,573.66 5 KECAMATAN JONGGOL 803.78
6 KECAMATAN JASINGA 1,496.50 6 KECAMATAN KLAPANUNGGAL 2854.72
7 KECAMATAN KLAPANUNGGAL 1,209.79 7 KECAMATAN NANGGUNG 177.61
8 KECAMATAN LEUWILIANG 32.22 8 KECAMATAN SUKAJAYA 18.65
9 KECAMATAN LEUWISADENG 154.52 9 KECAMATAN SUKAMAKMUR 3477.71
10 KECAMATAN MEGAMENDUNG 46.49 10 KECAMATAN TANJUNGSARI 4760.10
11 KECAMATAN NANGGUNG 449.66 JUMLAH 14422.78
12 KECAMATAN PARUNGPANJANG 1,462.78
13 KECAMATAN RUMPIN 1,798.49
14 KECAMATAN SUKAJAYA 8.63
15 KECAMATAN SUKAMAKMUR 1,757.36
16 KECAMATAN SUKARAJA 0.63
17 KECAMATAN TANJUNGSARI 3,290.88
18 KECAMATAN TENJO 2,915.84
JUMLAH 21,733.08

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -30

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2. Kawasan Pertanian
Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan. Di wilayah Kabupaten Bogor, kawasan pertanian meliputi kawasan
pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan.
a. Kawasan Pertanian Lahan Basah
Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah di mana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah
maupun teknis ( dalam hal ini yang dimaksud adalah sawah ). Kriteria pertanian lahan basah adalah : Bulan kering < 3 bulan, C.H >
1500 mm, Drainase terhambat, Tekstur SCL, Si, CL, pH 5,5 - 7.0, Hara tersedia sedang tinggi, Kawasan yang secara teknis dapat
digunakan untuk pertanian lahan basah. Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan basah dapat memberikan
manfaat :
meningkatkan produksi pangan
meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektoral
meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam untuk pertanian pangan
meningkatkan pendapatan petani dan penyediaan lapangan kerja

1) Kawasan Pertanian Lahan Basah beririgasi


Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah di mana pengairannya dapat diperoleh secara irigasi, baik
yang secara teknis bisa ditanami padi satu kali atau pun dua kali per tahun. Kawasan ini sebagian besar menyebar di Kecamatan
Pamijahan, Tenjolaya, Rancabungur, Ciseeng, Ciomas, Dramaga Ciampea, Parung, Parungpanjang, Jasinga, Jonggol dan
Sukamakmur, dan merupakan dataran datar dengan jenis tanah aluvial yang memiliki status kesuburan tinggi dan dilengkapi
infrastruktur irigasi teknis dan irigasi pedesaan.
2) Kawasan Pertanian Lahan Basah Tadah Hujan
Kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah di mana pengairannya sepenuhnya tergantung pada hujan.
Kawasan ini menempati areal dengan topografi datar, jenis tanah aluvial, dan status kesuburan tinggi. Kawasan ini menyebar
secara spot-spot di berbagai wilayah Kecamatan.
Sebaran lokasi rencana pengembangan pertanian lahan basah (sawah) beririgasi di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 4.14.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -31

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 4.14. Lokasi Pertanian Lahan Basah (Sawah) Beririgasi di Kabupaten Bogor
NO KECAMATAN LUAS (HA)
1 KECAMATAN CARINGIN 1,208.44
2 KECAMATAN CARIU 2,700.10
3 KECAMATAN CIAMPEA 1,653.83
4 KECAMATAN CIAWI 310.35
5 KECAMATAN CIBUNGBULANG 1,908.01
6 KECAMATAN CIGOMBONG 563.27
7 KECAMATAN CIGUDEG 1,656.57
8 KECAMATAN CIJERUK 1,846.68
9 KECAMATAN CILEUNGSI 119.71
10 KECAMATAN CIOMAS 336.37
11 KECAMATAN CISEENG 1,113.68
12 KECAMATAN DRAMAGA 1,050.85
13 KECAMATAN GUNUNGPUTRI 19.96
14 KECAMATAN GUNUNGSINDUR 350.10
15 KECAMATAN JASINGA 1,511.85
16 KECAMATAN JONGGOL 2,763.18
17 KECAMATAN KEMANG 88.59
18 KECAMATAN KLAPANUNGGAL 939.77
19 KECAMATAN LEUWILIANG 1,657.67
20 KECAMATAN LEUWISADENG 1,585.58
21 KECAMATAN NANGGUNG 1,223.00
22 KECAMATAN PAMIJAHAN 3,464.43
23 KECAMATAN PARUNG 353.80
24 KECAMATAN PARUNGPANJANG 119.36
25 KECAMATAN RANCABUNGUR 703.59
26 KECAMATAN RUMPIN 5,500.78
27 KECAMATAN SUKAJAYA 1,690.02
28 KECAMATAN SUKAMAKMUR 661.30
29 KECAMATAN TAMANSARI 644.46
30 KECAMATAN TANJUNGSARI 2,587.27
31 KECAMATAN TENJO 626.45
32 KECAMATAN TENJOLAYA 1,495.73
JUMLAH 42,454.72
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -32

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

b. Kawasan Pertanian Lahan Kering


Kawasan yang diperuntukkan bagi pertanian tanaman semusim dataran rendah. Kawasan ini menyebar spot-spot di
berbagai wilayah Kecamatan, menempati areal dengan bentuk wilayah berombak (4-8%), jenis tanah koluvial (endapan kaki
bukit), batuan permukaan sedikit. Pola penggunaan lahan eksisting adalah ladang dengan jenis tanaman adalah ubi kayu dan
jagung.
Kriteria pertanian lahan kering adalah : Bulan kering 5 - 8 bulan, Curah hujan > 1500 mm/tahun, Drainase baik, sedang,
dan agak cepat, Tekstur SCL, SiL, Si, CL, SiCL, Kedalaman efektif > 60 cm, KTK Tanah sedang, pH tanah 5.0 - 6.0, Hara tersedia (>
sedang, P2O5 tinggi, K2O > rendah), Batuan permukaan < 3 %, Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk pertanian lahan
kering.
Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan pertanian lahan kering dapat memberikan manfaat :
meningkatkan produksi pangan, holtikultura, tanaman tahunan dan tanaman industri
meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektoral
meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam untuk pertanian pangan
meningkatkan pendapatan petani dan penyediaan lapangan pekerjaan

c. Kawasan Pertanian Tanaman Tahunan/Perkebunan


Kawasan perkebunan atau berupa kebun campuran yang diperuntukkan bagi tanaman tahunan atau perkebunan yang
menghasilkan baik bahan pangan maupun bahan baku industri. Kawasan ini menempati areal dengan lereng berbukit (25-40%),
jenis tanah kambisol, mediteran, dan podsolik, bahaya erosi sedang, dan pola penggunaan lahan eksisting tegalan dengan
komoditas dominan singkong. Kawasan ini menyebar di berbagai wilayah Kecamatan di Kabupaten Bogor.
Kriteria kawasan perkebunan adalah : Bulan kering < 2 bulan, Curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun, Drainase sedang s/d
baik, Tekstur SL, L, SCL, SiL, Si, CL, SiCL, Kedalaman efektif >100 cm, KTK tanah sedang, pH tanah 5.0-6.0 Total N (sedang), P2O5
sedang, K2O > sedang), Batuan permukaan <3%, memilik skor < 125 yang berada diluar kawasan lindung, secara teknis dapat
digunakan untuk kegiatan perkebunan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -33

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Sebaran lokasi rencana pengembangan perkebunan di wilayah Kabupaten Bogor dapat dilihat pada tabel 4.15

Tabel 4.15
Lokasi dan Luas Areal Perkebunan di Kabupaten Bogor
NO KECAMATAN LUAS (HA)
1 KECAMATAN BABAKANMADANG 9.13
2 KECAMATAN CARINGIN 92.20
3 KECAMATAN CARIU 163.11
4 KECAMATAN CIAWI 730.74
5 KECAMATAN CIGUDEG 1,713.94
6 KECAMATAN CISARUA 1,068.60
7 KECAMATAN CITEUREUP 938.05
8 KECAMATAN JASINGA 2,319.61
9 KECAMATAN KEMANG 613.59
10 KECAMATAN LEUWISADENG 3.37
11 KECAMATAN MEGAMENDUNG 437.51
12 KECAMATAN NANGGUNG 1,029.73
13 KECAMATAN RANCABUNGUR 346.68
14 KECAMATAN RUMPIN 166.66
15 KECAMATAN SUKAJAYA 340.73
16 KECAMATAN SUKAMAKMUR 681.44
17 KECAMATAN TANJUNGSARI 217.51
JUMLAH 10,872.60

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -34

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

3. Kawasan Perikanan
Pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Bogor terdiri atas perikanan darat. Sentra perikanan darat di Kabupaten
Bogor tersebar di Kecamatan Pamijahan dan Ciseeng, saat ini telah berkembang dan dilengkapi dengan pasar ikan dan fasilitas
penunjang lainnya. Untuk mengamankan dan mengoptimalkan fungsi kawasan perikanan diperlukan adanya upaya pengendalian
pemanfaatan ruang secara ketat terhadap berbagai bentuk kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.

4. Kawasan Pertambangan
Kabupaten Bogor mempunyai sumberdaya non logam terdiri dari : batu gunung, sirtu, batu gamping, tras, lempung,
bentonit, zeolit, fosfat, pasir gunung, pasir kuarsa dan tanah urug. Setiap jenis bahan galian tersebut secara terperinci dapat
diuraikan sebagai berikut (Gambar 4.4Peta Lokasi Sumberdaya Mineral ).
Kriteria kawasan pertambangan adalah Kawasan yang memiliki deposit yang secara lingkungan dan ekonomis layak
tambang, Kawasan yang apabila dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan memiliki manfaat bagi masyarakat, Di luar Kawasan
Lindung, Tidak berada pada sawah yang beririgasi.
Batu gunung sebagian besar terbentuk dari batuan terobosan seperti andesit, basalt, dasit, magmatit dan diorit kuarsa.
Lokasi dan deskripsi dari bahan galian tersebut adalah sebagai berikut :
Kecamatan Rumpin
Sebaran meliputi komplek Gunung Manceuri di Kecamatan Rumpin yang terdiri atas batu gunung dari batuan beku
instrusif basalt dan aliran lava serta komponen breksi volkanik.
Potensi batu gunung saat ini cadangan yang ada diperkirakan 610 m3, yang telah banyak diusahakan oleh beberapa
perusahaan yang memegang SIPD.
Kecamatan Cigudeg
Sebaran batu gunung di Kecamatan Cigudeg merupakan bagian dari komplek Gunung Manceuri yang meliputi Gunung
Sudamanik, Gunung Tenjoleat, Pasir Rahong dan Gunung Tala Sigelap. Diperkirakan jumlah Cadangan yang ada di Gunung
Rahong sebesar 7 juta m dan Gunung Sigelap sebesar 102 juta m , Kualitas cukup baik sebagai bahan bangunan, alas jalan maupun
3 3

bangunan teknik sipil lainnya.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -35

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 4.4
Peta Lokasi Sumberdaya Mineral

Kecamatan Leuwiliang
Sebaran meliputi sekitar di Gunung Sodong, S. Citempuan bagian Utara dan Selatan dan G. Galuga. cadangan perkiran
Gunung Sodong : 2.576.780 m3 .Perkiraan cadangan batu gunung di Kecamatan Leuwiliang diperkirakan 119.5 juta m3 (tereka).
Kecamatan Parung Panjang
Sebaran meliputi Gunung Dago dan Gunung Salak. Batu gunung di daerah ini berupa lava andesit, berwarna abu-abu
sampai kehitaman, bertekstur porfiritik, sebagian berongga-rongga dengan kelulusan kecil. Penggalian sukar. Cadangan yang ada
di Kecamatan Parung Panjang adalah sekitar 41 juta m3 .

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -36

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Batu gamping terdapat di dalam Formasi Klapanunggal dan Anggota Formasi Bojongmanik di bagian bawah.
Batu Gamping Formasi Bojongmanik
Sebaran batuan yang cukup luas terdapat di Kecamatan Ciampea dengan potensi diperkirakan sebesar 150 juta m3, sedangkan secara
setempat-setempat dan tidak begitu luas, tersebar antara lain;
Kecamatan Leuwiliang meliputi daerah sekitar Gunung Jambu, Gunung Sodong, Gunung Cibodas.
Kecamatan Cigudeg sekitar Desa Sukamaju
Kecamatan Rumpin terdapat di Desa Cipinang dan Desa Cibodas.
Kecamatan Parung Panjang terdapat di Desa Jagabaya dan Desa Lumpang.

Potensi batu gamping tersebut diperkirakan jutaan ton.


Batuan ini umumnya bersifat padu dan keras agak sukar digali. Penduduk setempat telah memanfaatkannya batu gamping
sebagai kapur tohor dan bahan bangunan lainnya.
Sebaran endapan tras terdapat Kecamatan Cigudeg sekitar Desa Cikarat dan Desa Cirangsad dan di
Kecamatan Rumpin di sekitar Desa Jampang (Gunung Sindur). Potensi tras diperkirakan lebih dari 10 juta meter kubik,
dimana penduduk setempat telah mengusahakan tras ini secara kecil-kecilan dengan peralatan sederhana untuk
digunakan sebagai bahan baku batako. Endapan Tras ini umumnya menempati lahan berupa peladangan, kebun
campuran dan pesawahan.
Lokasi keterdapatan fosfat di daerah penyelidikan, yaitu: Gunung Jambu dan Gunung Cibodas (Kecamatan Leuwiliang)
dengan potensi diperkirakan sebesar 29.680 ton. Sebagai kendala endapan fosfat guano ini menjadi tidak ekonomis disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu: Cara terdapat endapan tersebut di dalam gua-gua batu gamping yang tersebar diberbagai tempat dengan
cadangan kecil, penggaliannya di dalam gua sulit dilakukan dan pada umumnya kadar P2O5 kebanyakan rendah.
Lokasi endapan tersebar di Kecamatan Jasinga dengan potensi diperkirakan sebesar 983.500 ton, sedangkan di Kecamatan
Nanggung yang tersebar di Desa Nanggung, Desa Curug Bitung, Desa Bantakaret, Desa Cisarua dan Desa Malasari. Potensi
bentonit ini diperkirakan puluhan ribu ton.
Endapan zeolit di Kabupaten Bogor terbanyak terdapat di Desa Nanggung Kecamatan Nanggung. Endapan zeolit tersebut
membentuk morfologi perbukitan bergelombang, dalam batuan formasi Bojongmanik. Mineral Zeolit dalam endapan ini terutama
jenis klipnotibolit dan sedikit mordenit, sedang mineral lainnya terdiri dari kuarsa, kristobalit dan plagioklas. Potensi zeolit ini
diperkirakan jutaan ton.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -37

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Potensi Batubara yang terdapat di Kabupaten Bogor tersebar di Kecamatan Nanggung. Singkapan batubara yang ditemui
berupa lapisan-lapisan tipis yang berasosiasi dengan batupasir dan terdapat sebagai sisipan sisipan tipis selang-seling dengan
batulempung berwarna abu-abu tua, tertanam dalam massa karbonan. Berdasarkan pengamatan secara makroskopis (litotipe)
batubara tersebut termasuk ke dalam jenis vitrain dan clarain. Batubara yang terdapat di Kabupaten Bogor belum dimanfaatkan.
Wilayah lyang mengindikasikan tersingkapnya batubara diantaranya Sungai Cikaniki dan Sungai Cidurian daerah Pekapuran
Kecamatan Cigudeg.
Mineral Logam
Potensi mineral ini terdapat pada kawasan Gunung Pongkor Kecamatan Nanggung, merupakan sebagian daerah
konsesi PT. Aneka Tambang Unit Pertambangan Gunung Pongkor yang saat ini beroperasi. Cadangan bijih emas adalah
sekitar 6.000.000 ton dengan kadar Au = 14,3 gr/ton, Ag = 152,97 gr/ton. Daerah lain yang memiliki potensi indikasi
terunjuk adalah di Ciberang, Desa Cisarua Kecamatan Cigudeg dengan kadar Au = 50,5 gr/ton, Ag = 28 gr/ton.
Sedangkan mineral ikutan yang cukup berpotensi antara lain kalkopirit, galena dan sfale tersebar di Gunung Gede
Kecamatan Jasinga dengan kadar Zn 4,6%, Pb = 2,6% dan Cu = 0,3%, pirit dan arsenopirit tersebar di Gunung Pongkor
Nanggung dengan kadar Au = 2 - 123 ppm dan Ag < 1880 ppm, serta logam dasar lainnya di Sungai Cibarengkok
dan Sungai Cibuluh Kecamatan Cigudeg dengan kadar AU = 730-3850 ppm, Au = 0,037 - 11 ppm.
Potensi mineral Timbal tersebar disekitar :
Gunung Limbung dengan potensi cadangan tereka sebesar 3.500.000 ton dengan kadar Cu = 0,1 gr/ton, Zn = 4,12%, Pb= 0,9%
dan Au <1 gr/ton.
Gunung Gede Kecamatan Jasinga dan Cigudeg mempunyai potensi cadangan tereka sebesar 1.450.935 ton dengan kadar Cu =
0,37gr/ton, Au < 1gr/ton, Pb = 2,4% dan Zn = 4,6%.
di sekitar Gunung Mas Kenyala dengan potensi indikasi terunjuk yang terdapat pada urat kuarsa pada granit-granodiorit dan
tufa.
5. Kawasan Permukiman
Relatif terbatasnya kemampuan masyarakat di wilayah perdesaan dalam memperbaiki lingkungan permukiman,
menyebabkan sebagian kondisi fisik dan lingkungan permukiman belum memenuhi persyaratan kualitas sosial maupun kesehatan.
Kondisi tersebut kemudian diperburuk dengan masih belum meratanya distribusi prasarana dasar yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas lingkungan permukiman di perdesaan.
Kepadatan yang tinggi pada suatu lingkungan permukiman akan menumbuhkan lingkungan permukiman yang kumuh dan
tidak layak, timbulnya permukiman-permukiman baru yang tidak teratur serta kurangnya dukungan prasarana dasar untuk

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -38

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

permukiman. Akibatnya, timbul gejala turunnya kesehatan penduduk, kerawanan sosial dsb. Masalah-masalah yang timbul di
lingkungan permukiman ini harus segera diatasi, khususnya pada kota-kota Kecamatan, seperti: Kota Cibinong, Leuwiliang,
Cileungsi, Klapanunggal, Gunungputri, Ciomas, Ciawi, dan Bojonggede.
Mengingat permasalahan permukiman di Kabupaten Wilayah Bogor semakin mendesak untuk segera diselesaikan, perlu
dilakukan langkah-langkah tindakan sebagai berikut:
a. Permukiman di Perkotaan
Program intensifikasi permukiman perkotaan, seperti land readjustment (panataan ruang permukiman) dan peremajaan
permukiman (melalui pemugaran permukiman, pembangunan rusun dsb)
Program pembentukan kota baru, khususnya untuk kota-kota ibukota Kecamatan yang memiliki potensi kuat untuk
dikembangkan sebagai pusat-pusat pertumbuhan baru, untuk menekan laju urbanisasi, disamping sebagai upaya
pemerataan jumlah penduduk
Program penyediaan infrastruktur perkotaan (PJM P3KT, KIP dsb)

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemernitahan, pelayanan sosial dan kegiatan
ekonomi.
Kawasan perkotaan ditetapkan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria sebagai berikut:
Wilayah dengan fungsi pemanfaatan ruang sebagai kawasan perkotaan, baik yang telah ada mapun yang akan ditetapkan
pengembangannya, yang mempunyai kepadatan penduduk tertentu, kelengkapan jenis fasilitas perkotaan dan sarana
prasarana transportasi
Wilayah yang merupakan satu kesatuan wilayah perkembangan kota dan atau direncanakan sebagai kesatuan wilayah
pengembangan perkotaan
Wilayah yang memiliki kemudahan untuk penyediaan infrastruktur perkotaan dengan membentuk kesatuan sistem
kawasan dengan kawasan perkotaan yang ada
Wilayah yang mempunyai jarak tertentu dari kawasan perkotaan lainnya yang ada
Wilayah yang mempunyai jenis dan besaran kegiatan utama budidaya bukan pertanian
Wilayah yang mempunyai daya dukung lingkungan yang memungkinkan untuk pengembangan fungsi perkotaan
Wilayah yang terletak di atas tanah yang bukan merupakan kawasan beririgasi teknis dan bukan kawasan rawan bencana
Wilayah yang dapat mendorong kegiatan ekonomi sesuai dengan fungsi dan peranannya
Dengan definisi tersebut, arahan pengelolaan kawasan perkoaan yang paling mendasar adalah adanya penataan ruang
yang jelas, dan secara luas akan mengarah kepada beberapa hal sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -39

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Penataan ruang kawasan perkotaan mencakup tiga hal, yaitu perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian. Ketiganya harus
dilaksanakan secara bersamaan sebagai suatu kesatuan utuh penataan ruang perkotaan
Perencanaan tata ruang kawasan perkotaan disesuaikan dengan kedudukan dan fungsi kawasan perkotaan dalam wilayah
Penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan berpedoman pada aspek pengelolaan secara terpadu berbagai
sumberdaya, fungsi dan estetika lingkungan, serta kualitas ruang yang dikembangkan atas dasar kemitraan antara
pemerintah, dunia usaha dan masyarakat secara menyeluruh
Perencanaan tata ruang kawasan perkotaan mempunyai kedalaman rencana yang berbeda menurut besaran kota. Perbedaan
tersebut adalah sbb:
o Strategi dan arahan kebijakan pemanfaatan raung kawasan perkotaan besar dan kota sedang
o Pemanfaatan ruang secara rinci untuk kota kecil
Penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan diselenggrakan untuk mencapai keserasian pengembangan kawasan
perkotaan secara administratif dan fungsional dengan pengembangan wilayah sekitarnya serta daya dukung dan daya
tampung lingkungan
Penyusunan rencana tata ruang kawasan perkotaan diselenggarakan dengan tetap memperhatikan hak-hak yang melekat
pada penduduk

Penyusunan rencana tata ruang perkotaan mencakup penyusunan rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang, yang
mencakup tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumberdaya alam lainnya.

b. Permukiman di Perdesaan
Program perbaikan lingkungan permukiman untuk meningkatkan kualitas fisik permukiman di perdesaan
Program penataan ruang permukiman perdesaan, agar upaya pengembangan lahan untuk fungsi permukiman dengan
pengembangan fungsi-fungsi lainnya dapat dilakukan secara proposional
Program penyediaan prasarana dan sarana dasar untuk permukiman perdesaan.
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk didalamnya pengelolaan
sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Pengembangan kawasan perdesaan dilakukan dengan dasar pertimbangan ekonomi keruangan dan lingkungan.
Pertimbangan ekonomi keruangan dalam hal ini adalah menciptakan keseimbangan perkembangan kawasan perdesaan dengan
kawasan perkotaan, dalam struktur perekonomian. Kawasan perdesaan akan dikembangkan sebagai kawasan ekonomi berbasis
pada kegiatan pertanian.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -40

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Dengan pertimbangan tersebut di atas, maka arahan pengelolaan kawasan perdesaan adalah sbb:
Kegiatan yang dikembangkan pada kawasan perdesaan adalah kegiatan pertanian dalam pengertian luas
Kegiatan budidaya lain yang berkaitan dengan pengembangan pertanian, seperti industri pengolahan hasil pertanian, dapat
dilaksanakan pada kawasan ini
Fungsi kegiatan pelayanan perkotaan dikembangkan pada pusat-pusat permukiman perdesaan potensial, sebgai daerah
penyangga antara perdesaan dengan perkotaan
Pola permukiman perdesaan dikembangkan dengan sedapat mungkin adanya satu pusat permukiman perdesaan untuk
setiap kawasan tertentu, yang menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial dan pemerintahan

c. Kawasan Industri
Upaya pengembangan kawasan industri di Kabupaten Bogor diarahkan pada kegiatan yang berskala regional,
mengingat adanya potensi sumberdaya yang cukup banyak. Klaster Gunungsindur, Cibinong, Ciawi diarahkan
pengembangannya untuk industri kecil dan sedang, sperti: industri kerajinan, home industry dsb. Sementara itu, Klaster
Klapanunggal, Cariu dan Gunungputri lebih diarahkan pada pengembangan sektor industri berbasis teknologi/manufaktur,
seperti: industri elektronika, industri transportasi, industri kimia, industri pengolahan hasil tambang. Yang perlu mendapat
dalam pengembangan sektor industri adalah permasalahan yang timbul sebagai dampak aktivitas industri terhadap lingkungan
sekitar terutama masalah pencemaranm lingkungan. Aktivitas industri boleh dilaksanakan selama tidak mengganggu
lingkungan sekitar.
1) Tujuan Pengembangan Kawasan Industri
Kawasan industri didefinisikan sebagai area tempat berkonsentrasinya aktifitas-aktifitas manufakturing atau industri
yang didukung oleh prasarana, fasilitas dan berbagai unsur pendukung lainnya yang tersedia dan ditangani oleh perusahaan
kawasan industri (Keppres No. 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri). Kawasan industri ditujukan sebagai instrumen yang
melayani alokasi industri sesuai dengan arahan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang disusun.
Tujuan dibentuknya kawasan industri adalah sbb:
Percepatan pertumbuhan industri wilayah
Menyediakan fasilitas bagi kegiatan industri
Merangsang aglomerasi industri
Membangun industri yang ramah lingkungan yang berkelanjutan
Walaupun secara kelembagaan, kawasan industri disadari sebagai alat publik, namun tidak ada partisipasi
realistik dari sektor publik/pemerintah yang menjadikan kawasan industri sebagai target dari investasi komersil.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -41

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2) Lokasi Kawasan Industri


Seluruh kegiatan industri yang terletak di sebuah wilayah (Kabupaten/kota) yang telah memiliki kawasan
industri, dihimbau untuk berlokasi di kawasan industri tersebut, kecuali industri yang berorientasi pada bahan
mentah tertentu pada suatu lokasi spesifik di luar kawasan industri. Sampai saat ini belum ada suatu peraturan
perundangan yang mewajibkan suatu industri harus berlokasi di kawasan industri.
Pembangunan kawasan industri dapat dilakukan di atas lahan yang diperuntukkan bagi zona industri sesuai
dengan arahan dalam RTRW, dan pengembangan kawasan industri seharusnya tidak mengurangi area lahan
pertanian dan tidak boleh didirikan di atas lahan yang diperuntukkan bagi konversi alam dan cagar budaya.
Beberapa Definisi :
Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana,
sarana dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri
Kompleks Industri (Industrial Complex) adalah suatu konsentrasi kegiatan sejumlah industri di suatu tempat yang saling
berdekatan atas pertimbangan adanya saling keterkaitan teknis/ekonomis atau integrasi industri hulu menengah - hilir
Kawasan Berikat (Expert Processing Zone) adalah suatu kawasan industri atau sebagian dari kawasan industri yang
diberi status berikat dimana diberlakukan ketentuan khusus yang memberikan keringanandan kemudahan perlakuan
kapabeanan.
Lahan Peruntukan Industri (Kawasan Industri dalam Arti Umum) adalah suatu bentangan lahan yang dalam
kebijaksanaan tata ruang wilayah diperuntukkan bagi berbagai kegiatan industri.
Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK) adalah suatu sarana teknis berupa los kerja yang disediakan di dalam Kawasan
Industri.
Permukiman Industri Kecil (PIK) adalah suatu areal/lahan peruntukan yang disediakan khusus untuk industri kecil yang
didalamnya dilengkapi dengan infrastruktur, fasilitas produksi, fasilitas pelayanan bersama dan dapat pula ditentukan
dengan tempat tinggal pengusahanya.
Lingkungan Industri Kecil (LIK) adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan berbagai usaha industri kecil yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana beserta fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh suatu badan
Sentra Industri Kecil, adalah sekumpulan kegiatan industri kecil sejenis yang lokasinya mengelompok pada lokasi yang
tidak terlalu berjauhan

Dasar Hukum/Landasan Hukum


Dasar hukum yang melandasi pembangunan dan pengembangan kawasan industri adalah sbb:
a. Undang-undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -42

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

b. Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, khususnya pasal 22 butir 4
c. Keppres No. 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri, khususnya pasal 17, pasal 5 ayat 3, pasal 7
d. Keppres No. 33 Tahun 1990 tentang Pembangunan Tanah bagi Pembangunan Kawasan Industri, khususnya pasal 7
e. Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 291/M/SK/10/1989 tentang Tata Cara Perizinan dan Standar Teknis Kawasan
Industri

Tipologi industri :
a. Tipologi industri berdasarkan Klasifikasi Komoditi Indonesia (KKI) adalah:
Industri makanan, minuman dan tembakau
Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit
Industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya
Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan
Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batubara, karet dan plastik
Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara
Industri logam dasar
Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya
Industri pengolahan lainnya
b. Tipologi industri berdasarkan skala kegiatannya adalah:
Industri rumah tangga
Industri kecil
Industri menengah
Industri sedang
Industri besar
c. Tipologi industri berdasarkan bentuk pengelolaannya adalah:
Kompleks industri (industrial complex)
Kawasan industri (industrial estate)
Lahan peruntukan industri
Kawasan Berikat
Permukiman Industri Kecil
Sentra Industri Kecil
Sarana Usaha Industri Kecil

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -43

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Konsep Keruangan
Pendekatan ruang kegiatan industri dalam arti ekonomi yang didekati dengan prinsip ekonomi regional adalah berupa:
a. Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) yaitu suatu konsepsi pengembangan industri berdasarkan pendekatan
spasial (kewilayahan) dimana dalam konteks pembangunan industri, seluruh wilayah negara RI dibagi dalam satuan-
satuan WPPI. Untuk seluruh Indonesia terdapat 6 WPPI.
b. Zona Industri (ZI) yaitu suatu wilayah bagian dari WPPI yang mempunyai potensi menjadi wilayah yang dapat
mendinamisasi pembangunan ekonomi daerah (regional) oleh berkembangnya kegitan industri sebagai penggerak utama
tumbuhnya kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Terdapat 52 zona industri yang tersebar di 6 WPPI yang ada.
Pendekatan ruang kegiatan secara fisik pada dasarnya adalah berupa kawasan industri, yaitu berupa
bentangan alam yang secara fisik didominasi oleh kegiatan industri. Ada beberapa bentuk ruang kegiatan industri
ini, yaitu kawasan industri, kawasan berikat, kompleks industri, lahan peruntukan industri, kantong industri, lokasi
industri kecil
Kriteria Teknis dan Spasial
Untuk mendukung pengembangan kawasan industri (lahan peruntukan industri) dalam rangka
pemanfaatan ruang RTRW Kabupaten, kriteria-kriteria teknis yang perlu diperhatikan terutama yang menyangkut
ukuran kapling, tenaga kerja, energi listrik, kebutuhan air dan telekomunikasi. Kriteria tersebut dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Khusus untuk Kawasan Industri yang dikelola oleh suatu Badan, berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.
291/M/SK/10/1989, kriteria teknis untuk Kawasan Industri adalah sebagai berikut:
a. Mencadangkan tanah kawasan industri dengan komposisi:
Kapling-kapling industri seluas maksimum 70% dari luas kawasan (BCR sebagai Perda setempat)
Ruang terbuka hijau dan daerah penyangga minimum 105 dari luas kawasan
Prasarana dan sarana penunjang teknis seluas 20% dari luas kawasan:
- Kapling saluran drainase: 8 14%
- Fasilitas penunjang : 6 12%

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -44

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 4.16
Kriteria Teknis Pengembangan Kawasan Industri

No Jenis Standar Kebutuhan Keterangan

1 Tenaga Kerja 90 100 Tk/Ha

2 Ukuran Kapling 0,3 5 Ha/Kapling - Terdapat beberapa variasi ukuran kapling


- Perbandingan lebar: panjang = 1 : 3 atau 1 : 2
dengan ukuran lebar minimal kelipatan 18 m
- Rata-rata kebutuhan lahan 1,34 Ha/UU
Industri
3 Energi Listrik 0,15 0,2 HVA/Ha
4 Air Bersih 0,55 0,75 l/dt/ha Untuk kompleks Industri 2 3 l/dt/ha
5 Air Limbah 70 80% dari air bersih
6 Sampah Padat 4 M3/Ha/Hari
7 Telekomunikasi 4 5 SS/Ha Termasuk faximile/telex
Telpon Umum 1 SS/16 Ha
8 Bangkitan Transportasi Export: 3,5 TEUs/Ha/Bln Belum ternasuk angkutan buruh dan karyawan
Import:3,0 TEUs/Ha/Bln
9 Kebutuhan Hunian 1,5 TK/Unit rumah Kebutuhan lahan per unit rumah lengakap
dengan fasilitas penunjang 150-200 m2/unit

b. Prasarana yang wajib disediakan oleh perusahaan kawasan industri


Jaringan jalan lingkungan dalam kawasan industri, yaitu:
- Jalan satu jalur dengan dua arah, lebar perkesaran minimum 8 meter
- Jalan dua jalur dengan dua arah, lebar perkerasan minimum 2 x 7 meter
Saluran pembuangan akhir hujan (drainase) sesuai dengan ketentuan teknis Pemda setempat
Instalasi penyediaan air bersih, termasuk saluran distribusi ke setiap kapling industri
Instalasi penyediaan dan jaringan distribusi tenaga listrik sesuai dengan ketentuan PLN
Jaringan telekomunikasi sesuai dengan ketentuan dan persayaratan teknis yang berlaku
Penerangan jalan pada tiap jalur jalan
Unit perkantoran perusahaan kawasan industri
Unit pemadam kebakaran
Intalasi pengolahan air limbah industri, termasuk saluran pengumpulnya
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -45

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

c. Prasarana dan sarana penunjang teknis lainnya yang dapat disediakan adalah kantin, poliklinik, sarana ibadah, rumah
penginapan sementara (mess transito), pusat kesegaran jasmani (fitness centre), halte angkutan umum, areal penampungan
sementara limbah padat, pagar kawasan industri, pencadangan tanah untuk perkantoran bank, pos dan pelayanan
telekomunikasi dan pos keamanan
Sedangkan standar teknis untuk perusahaan indsutri pengolahan yang berada dalam kawasan industri adalah:
a. Wajib melengkapi kapling industrinya dengan sarana pengendalian limbah cair, limbah gas, limbah debu, kebisingan dan
bau yang mengganggu, yang dikeluarkan oleh kegiatan industrinya
b. Beban pengelolaan air limbah dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:
- Perusahaan Kawasan Industri meningkatkan kemampuan unit pengelolaan air limbah
- Memasang unit pengelolaan limbah pendahuluan (pre treatment plant) tersendiri apabila limbahnya melampaui batas
kemampuan pengelolaan unit pengelolaan limbah pusat
c. Perusahaan industri yang berada dalam Kawasan Industri tidak diperkenankan mengambil air tanah untuk kegiatan
industrinya
Kriteria spasial dalam pengembangan Kawasan Industri antara lain:
a. Pembangunan kawasan industri tidak dilakukan pada kawasan pertanian, kawasan hutan produksi dan kawasan lindung
b. Pembangunan kawasan industri pada lokasi yang memiliki aksesibilitas yang baik
c. Pembangunan kawasan industri pada lokasi yang mudah memperoleh sumber air baku

Kriteria teknis dan kriteria lokasi industri menurut bentuk pengelolaannya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -46

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 4-17
Kriteria Lokasi Industri

Bentuk Pengelolaan
Kriteria Industrial Industrial Estat Lahan Peruntukan Kawasan Berikat Permukiman Sentra Industri Sarana Usaha
Complex Industri Industrial Kecil Kecil Industri Kecil
Jarak dari Di luar kota Maksimal 16 Km Daerah pinggiran Daerah pinggiran kota Tak tentu Tak tentu Di dalam
Pusat Kota kota dengan aksesibilitas tinggi industri Estat
ke pelabuhan/air port
Jarak Terhadap Terpisah dari Minimal 2 Km Minimal 3 Km Terpisah dari permukiman Relatif berbaur Relatif berbaur Di dalam
Permukiman permukiman dengan permukiman dengan permukiman industrial estat
Jaringan Jalan Di sekitar jalan Di sekitar jalan Di sekitar jalan Di sekitar jalan regional Dapat dijangkau Dapat dijangkau Di dalam
regional regional regional jalan tol jalan tol industrial estat
Fasilitas dan Minimal tersedia Dalam radius Dalam radius Dalam radius pelayanan Minmal terlayani Minimal tersedia Di dalam
Prasarana sumber air pelayanan listrik, pelayanan listrik, air listrik, air bersih, telkom, listrik sumber air sumber air bersih industrial estat
air bersih, bersih, telkom, perbankan dan sistem bersih
telkom, perbankan dan transportasi terutama
perbankan dan sistem transportasi pelabuhan/air port dan
sistem cargo terminal
transportasi
Kualitas Air Terlayani sungai Terlayani sungai Terlayani sungai Terlayani sungai Golongan Terlayani sungai Terlayani sungai Di dalam
Sungai Golongan C, D, Golongan C, D, Golongan C, D, E C, D, E Golongan C, D, E Golongan C, D, E industrial estat
E E
Peruntukan Budidaya Non Budidaya Non Budidaya Non Budidaya Non Pertanian Dapat berbaur Dapat berbaur antara Di dalam
Lahan Pertanian Pertanian Pertanian antara lain dgn lain dgn permukiman industrial estat
permukiman dan dan pertanian
pertanian
Orientasi Lokasi bahan Aksesibilitas dan Infrastruktur Aksesibiltas ke pelabuhan Tenaga kerja
Lokasi baku tenaga kerja
Sumber: Depertemen Perindustrian

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -47

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 4. 18
Standar Teknis Kawasan Industri

Bentuk Pengelolaan
Kriteria Industrial Complex Industrial Estat Lahan Peruntukan Kawasan Permukiman Sentra Industri Kecil Sarana Usaha Industri
Industri Berikat Industrial Kecil Kecil
Luas lahan per Unit usaha Minimum 4,5 Ha 0,1-4,5 Ha Maksimum 3 Ha 0,1 4,5 Ha Maksimum 100 m2 Tak tentu Maksimum 100 m2

Air bersih Minimum 12 lt/dt/ha 1 12 lt/dt/ha Maksimum 8 lt/dt/ha 1 12 lt/dt/ha Maksimum 6 lt/dt/ha Maksimum 6 lt/dt/ha Maksimum 6 lt/dt/ha

Jumlah Tenaga Kerja 80 jiwa/ha 30 jiwa/ha 80 jiwa/ha 80 jiwa/ha 300-500 jiwa/ha 300-500 jiwa/ha 300-500 jiwa/ha

Kualitas limbah industri Golongan 1 Golongan 1 Golongan 2 Golongan 1 Golongan 2 Golongan 2 Golongan 2

Building Coverage 40% 60% 60% 60% 60% 60% Di dalam industrial estat

Sumber: Departemen Perindustrian

Pengembang (developer) kawasan industri legal adalah sbb:


Perusahaan yang berfungsi sebagai wakil pemerintah pusat dan pemerintah daerah
Bentuk kerjasama antara pihak pemerintah dengan perusahaan lokal, asing atau perusahaan joint venture
Perusahaan yang memiliki lahan di atas 10 Ha di dalam zona industri
Sejak tahun 1990, pihak swasta telah memainkan peran yang besar dalam pengembangan kawasan industri, sementara
pihak publik/pemerintah hanya sedikit berperan, hal ini diakibatkan oleh Keppres 1989, dan telah menjadikan pihak swasta
sebagai pengambil alih kepemimpinan .
Developer legal kawasan industri memiliki kewajiban sebagai berikut:
Menyediakan lahan dan hak legal dari penggunaan lahan
Membuat rencana atas pengembangan lahan kawasan
Membuat rencana teknis atas lahan kawasan industri
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan
Membuat peraturan dan ketentuan internal bagi kawasan
Menangani distribusi dan marketing
Menyediakan prasarana bagi kebutuhan perusahaan-perusahaan industri

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -48

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Adapun prosedur dalam pengembangan kawasan sebagai berikut:


Developer membuat rencana untuk kawasannya di dalam zona industri yang telah ditetapkan, sebelum mereka meminta
pengalokasian untuk kawasan industri tsb
Berbagai macam prosedur, seperti Ijin Prinsip, Ijin Lokasi, Ijin Usaha Industri, adalah diperlukan sebagai persyaratan mendirikan
kawasan industri. Sebagai tambahan, Hak Guna Bangunan (HGB) harus dimiliki setelah semua prosedur di atas dilalui
Pihak developer kawasan industri harus membuat AMDAL bagi kawasan tersebut untuk memperoleh Ijin Usaha Kawasan
Industri
Seluruh prosedur di atas di bawah kendali Pemerintah Pusat sebelum belakunya UU Otonomi Daerah Tahun 2000.
pemberlakuan otonomi daerah mengalihkan kendali pemerintah pusat ke pemerintah daerah

Berikut ini adalah arahan pengembangan sektor industri untuk masing-masing klaster di Kabupaten Bogor:

(a) Klaster Cibinong lebih diarahkan pada pengembangan industri kecil dan kerajinan. Potensi industri kecil dan industri kerajinan
yang telah berkembang di klaster ini meliputi: industri pangan, industri sandang (garment) dan kulit (tas jaket), industri barang
dari logam, industri kayu dan bambu, industri bunga kering serta aneka industri lainnya. Selain itu, Klaster Cibinong berpotensi
besar untuk pengembangan agroindustry, namun perlu dilakukan upaya untuk mempercepat pengembangan agroindustry.
(b) Klaster Gunungsindur perkembangan industrinya lebih diarahkan pada industri kecil dan kerajinan. Potensi industri kecil dan
industri kerajinan yang telah berkembang di klaster ini meliputi: industri pangan (keripik pisang), industri sandang, industri
bahan galian, industri kayu dan bambu. Industri kerajinan yang ada perlu lebih dikembangkan untuk mendukung
pengembangan sektor pariwisata.
(c) Klaster Cileungsi/Klapanunggal/Jonggol diarahkan pada kelompok industri manufaktur, industri besar, industri sedang dan
industri kecil. Industri kecil yang telah berkembang.. Sedangkan untuk pengembangan industri berbasis teknologi, seperti:
industri elektronika, industri kimia, industri kendaran bermotor diarahkan pada kawasan industri (Industrial Techno Park) yang
direncanakan akan dibangun di Desa Sukajadi seluas 300 Ha yang terletak pada koridor Cariu Tol Purwakarta. Sedangkan
untuk kegiatan industri yang berlokasi didekat permukiman hanya untuk jenis industri kecil non polutif terutama di Kecamatan
Cileungsi dan Kecamatan Ciomas.
(d) Kawasan industri di Kabupaten Bogor tersebar hampir diseluruh wilayah Kecamatan . Jenis industri yang dikembangkan
adalah hasil pertanian dan kehutanan, aneka industri, industri logam, industri mesin dan kimia. Selain industri pengolahan juga
dikembangkan industri rumah tangga (Home Industry).
Untuk mengamankan kawasan industri agar tidak berdampak terhadap lingkungan dibutuhkan adanya pengendalian dan
pengawasan secara ketat terhadap aktivitas terutama yang dapat mengganggu kualitas lingkungan (buangan limbah industri).

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -49

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

d. Pariwisata
Kegiatan pariwisata adalah kegiatan yang memanfaatkan keindahan alam dan panorama, nilai budaya yang bernilai tinggi,
bangunan peninggalan budaya dan atau mempunyai nilai sejarah yang tinggi.
Kriteria parawisata adalah :
Kegiatan yang secara teknis dapat digunakan untuk pariwisata serta tidak mengganggu kelestarian budaya dan lingkungan;
Kegiatan pariwisata dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah;
Memiliki keindahan alam dan panorama, serta karakteristik masyarakat dengan kebudayaan yang bernilai tinggi sebagai daya
tarik wisatawan;
Merupakan peninggalan budaya yang mempunyai nilai sejarah (bangunan dan prasasti);
Tersedia lahan yang memadai sesuai dengan karakteristik kegiatannya;
Tersedia sarana dan prasarana;
Berada di kawasan yang mempunyai kepadatan penduduk/pemukiman rendah, Lanskap yang memenuhi aspek estetika dan
fungsional.
Pengembangan pariwisata di Kabupaten Bogor akan terkait dengan jumlah kunjungan wisatawan ke objek-objek wisata
yang terdapat di wilayah ini. Pada umumnya prasarana yang tersedia saat ini terbatas pada ketersediaan fasilitas umum untuk
melayani pengunjung ke objek wisata setempat.
Pengembangan sarana penunjang saat ini belum berkembang secara optimal. Hal ini terkait dengan terbatasnya jumlah
pengunjung yang menetap atau menginap dan minimnya objek wisata kawasan yang dapat menarik jumlah pengunjung dalam
jumlah besar. Pengembangan sarana diprioritaskan pada peningkatan sarana transportasi ke objek-objek wisata di Kabupaten
Bogor.
Rencana pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :
1) Kawasan Pariwisata Pamijahan, meliputi objek dan daya tarik Curug Ciganea, Curug Ngumpet, Curug Seribu, Kawah Ratu, Air
Panas GSE. Selain air terjun terdapat objek wisata bumi perkemahan G. Bunder di Desa G. Bunder.
2) Kawasan pariwisata Gunung Salak Endah di Kecamatan Pamijahan, Cibungbulang dan Ciampea, serta Taman Nasional Gunung
Halimun di Kecamatan Nanggung
3) Obyek wisata Goa Gundawang di Kecamatan Cigudeg (desa Cigudeg) Parungpanjang (Desa Lumpang dan Desa Dago), Jasinga
(Desa Koleang).
4) Kawasan perkebunan teh Cinten/Puraseda, Batutulis Ciaruteun, Napaktilas Goa Gundawang, Arung Jeram sungai Cianten, Situ
Cibaju.
5) Kawasan pariwisata Puncak, meliputi objek wisata Taman Safari, Curug Cilember, Gunung Mas (kebun the)
6) Kawasan wisata Lido, (wisata air)

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -50

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

7) Kawasan Wisata Gunung Pancar (air panas)


8) Kawasan wisata Mekar Sari (Taman Bunga)

Dalam upaya pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Bogor, aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu :
1) Dari segi teknis empat unsur utama pengembangan parawisata dari aspek teknis yakni: unsur tourist attraction (objek wisata)
dalam arti luas, unsur fasilitas wisata (hotel-hotel, losmen, toko, kantor pos, dan kemudahan-kemudahan lainnya), unsur
aksesibilitas yang menghubungkan tempat tinggal wisatawan menuju objek wisata dan fasilitas wisata tersebut, unsur
pengorganisasian.
2) Dari segi non teknis; aspek non teknis mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan wisata, karena melibatkan berbagai
instansi dan masyarakat diluar jajaran parawisata, oleh kerena itu pengembangan parawisata tidak hanya tergantung pada
aspek teknis tetapi juga tergantung pada aspek non teknis
Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Bogor adalah meningkatkan arus kunjungan wisatawan baik wisatawan
nusantara maupun manca negara melalui pengembangan dan peningkatan dari segi teknis dan non teknis. Pengembangan dari segi
teknis adalah meningkatkan daya tarik objek wisata melalui peningkatan aksesibilitas, pengembangan kegiatan dengan ciri khas
kawasan. Dari segi non teknis adalah meningkatkan kerjasama dengan masyarakat, swasta maupun lembaga-lembaga.
Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Bogor diprioritaskan pada :
1) Pengembangan didasarkan pada aspek kebudayaan secara luas
2) Meningkatan sarana dan prasarana akomodasi wisata pada kawasan-kawasan pariwisata
3) Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang objek dan daya tarik yang sedang dan belum berkembang

4.3 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Sarana dan Prasarana.


4.3.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi
Rencana pengembangan sistem transportasi jalan terdiri dari sistem jaringan jalan, fungsi dan status jalan. Pengelompokan
jalan berdasarkan sistem jaringan jalan dibagi menjadi sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Pengelompokan
jalan berdasarkan fungsi jalan untuk jaringan jalan primer dan jaringan jalan sekunder dibagai kedalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan
lokal, dan jalan lingkungan. Pengelompokan jalan berdasarkan status dibagai menjadi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten
dan jalan desa. Rencana pengelolaan prasarana transportasi jalan meliputi pengembangan bagi jalan nasional jalan tol, jalan nasional
bukan jalan tol, jalan provinsi, jalan lintas/tembus kabupaten, jalan lingkar dan terminal dilakukan melalui pengembangan jalan baru
dan pengembangan jalan yang ada.
Rencana pengelolaan dan pengembangan sarana prasarana transportasi terdiri dari pengelolaan jaringan jalan yang ada dan
rencana pengembangan jalan baru. Rencana pengelolaan jalan yang ada dilakukan melalui program peningkatan, rehabilitasi dan
pemeliharaan rutin untuk ruas-ruas jalan Nasional, jalan Provinsi, dan jalan Kabupaten, terdiri dari :

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -51

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

a. Jaringan jalan Nasional, meliputi :


1. Jaringan jalan arteri :
a). Jalan Cilodong/Batas Depok Bogor; dan
b). Jalan Ciawi Benda.
2. Jaringan jalan kolektor 1 :
a). Jalan Raya Ciawi (Bogor);
b). Jalan Ciawi Cisarua;
c). Jalan Raya Cisarua (Cisarua);
d). Jalan Cisarua Puncak;
e). Jalan Bogor Leuwiliang;
f). Jalan Raya Leuwiliang (Leuwiliang);
g). Jalan Leuwiliang Jasinga;
h). Jalan Raya Jasinga (Jasinga);
i). Jalan Jasinga Cigelung;
j). Jalan Batas Depok/Kabupaten Bogor Kota Bogor.
3. Jalan tol Jakarta Bogor Ciawi (Tol Jagorawi).
b. Jaringan jalan provinsi (kolektor 2), meliputi :
1. Jalan Narogong Cibinong (Citeureup);
2. Jalan Mayor Oking (Citeureup);
3. Jalan Mayor Oking (Cibinong);
4. Jalan Cileungsi Cibeet;
5. Jalan Cibubur Cileungsi 3;
6. Jalan Batas Tangerang/Bogor Parung;
7. Jalan Moch. Toha (Parung Panjang);
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -52

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

8. Jalan Parungpanjang Bunar;


9. Jalan Pondok Rajeg - Harapan Jaya - Jalan Bersih Cibinong; dan
10. Jalan Cibarusah Cibucil.
c. Pengelolaan Jaringan jalan kabupaten (lokal) dan jalan desa (lingkungan), dilakukan terhadap seluruh jalan kabupaten dan desa
di wilayah Kabupaten Bogor.

Rencana pengembangan jalan baru dilakukan melalui pembangunan, peningkatan dan penetapan ruas jalan, terdiri dari :
a. Pengembangan jaringan jalan Nasional :
1. Jalan tol Sholeh Iskandar - Bojong Gede Antasari Depok;
2. Jalan tol Jagorawi Cikampek (Jakarta Outer Ring Road/JORR II);
3. Jalan tol Ciawi Sukabumi;
4. Jalan tol Jasinga Tenjo;
5. Bukaan jalan tol lingkar luar Bogor (Bogor Outer Ring Road);
6. Bukaan jalan tol kawasan Sport Center dan Wisata Gunung Geulis;
7. Jalan raya Jakarta Bogor Sukabumi;
8. Jalan Dramaga Leuwiliang Jasinga; dan
9. Jalan raya Puncak.
b. Pengembangan jaringan jalan provinsi (kolektor 2), yang merupakan jalan tembus antar wilayah kabupaten/kota perbatasan,
meliputi ruas :
1. Citeureup Babakan Madang Sukamakmur Cipanas (Kabupaten Cianjur);
2. Babakan Madang Sukamakmur Tanjungsari Cariu Kabupaten Kerawang (tol Cikampek);
3. Gunung Putri Bojong Kulur - Kota Bekasi
4. Dramaga Tenjolaya Tamansari Cijeruk Cigombong Kabupaten Sukabumi;
5. Leuwiliang Kabupaten Sukabumi;

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -53

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

6. Leuwisadeng Nanggung Kabupaten Sukabumi;


7. Jasinga Tenjo Kabupaten Tanggerang;
8. Bojong Gede Kemang Gunung Sindur Rumpin Parung Panjang Kabupaten Tanggerang; dan
9. peningkatan fungsi, peranan dan kelas jalan pada wilayah perbatasan.
c. Pengembangan jaringan jalan kabupaten (lokal), meliputi ruas :
1. Barengkok Lebakwangi;
2. Lebakwangi Rumpin;
3. Putat Nutug Jampang;
4. Tenjo Parung Panjang;
5. Cibunar Lumpang;
6. Nanggung Malasari;
7. Rumpin Leuwiliang;
8. Leuwiliang Pamijahan;
9. Wanaherang Bojong Kulur;
10. Gunungputri Klapanunggal;
11. Klapanunggal Cipeucang;
12. Sukamakmur Dayeuh;
13. Dayeuh Jonggol;
14. Babakanmadang Megamendung.
15. Pamijahan Tamansari Cijeruk Cigombong

Rencana pengembangan jaringan transportasi tahun 2005 sampai 2025 di Kabupaten Bogor, meliputi pengembangan sarana dan
prasarana transportasi yang diarahkan untuk melengkapi melalui pembangunan baru maupun peningkatan kualitas (perkerasan dan
geometrik) jalan sesuai dengan fungsinya. Pengembangan jaringan transportasi diupayakan kepada penekanan untuk mengurangi
tingkat kemacetan dan tingginya permintaan pergerakan orang pengguna jalan darat, yitu dengan pemanfaatan jalur Kereta Api
Perkotaan.

Rencana pembangunan sarana dan prasaranan transportasi kedepan di Kabupaten Bogor antara lain:
1. Jaringan jalan
a. Pembangunan jalan arteri Tol jagorawi Tegar Beriman - Parung

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -54

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

b. Peningkatan ruas jalan Bunar Parungpanjang.


c. Pembangunan ruas alternatif Puncak (Sentul Sukamakmur Tanjungsari), melalui Pengembangan jaringan jalan provinsi
(kolektor 2), yang merupakan jalan tembus antar wilayah kabupaten/kota perbatasan

Rencana pengembangan jalan diupayakan memenuhi persyaratan jalan sesuai peranannya dengan kriteria, sebagai berikut :
1. Jalan Kolektor Primer
a. Kecepatan rencana minimal 40 km/jam
b. Lebar jalan minimal 7 meter
c. Kapasitas sama dengan atau lebih besar daripada volume lalu-lintas rata-rata
d. Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan
e. Tidak terputus walaupun masuk kota
2. Jalan Lokal Primer
a. Kecepatan rencana minimal 20 km/jam
b. Lebar minimal 6 meter
c. Tidak terputus walaupun melalui desa
3. Jalan Arteri Sekunder
a. Kecepatan rencana minimal 50 km/jam
b. Lebar badan jalan minimal 8 meter
c. Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu-lintas rata-rata
d. Lalu-lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu-lintas lambat
e. Persimpangan dengan pengaturan tertentu, tidak mengurangi kecepatan dan kapasitas jalan
4. Jalan Kolektor Sekunder
a. Kecepatan rencana minimal 30 km/jam
b. Lebar jalan minimal 7 meter
5. Jalan Lokal Sekunder
a. Kecepatan rencana minimal 20 km/jam
b. Lebar badan jalan minimal 5 meter

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -55

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Untuk mengantisipasi kondisi jaringan transportasi di Kabupaten Bogor yang relatif kurang baik, maka diperlukan adanya
peningkatan atau rehabilitasi jalan agar roda perekonomian wilayah dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal, terutama pada
daerah-daerah Kecamatan perdesaan yang merupakan sentra produksi pertanian.
Pada sisi lain pengelolaan pengembangan jalan penghubung utama di bagian barat (poros selatan utara) yang menghubungkan
wilayah Bogor barat dengan Kabupaten Tangerang akan memberikan dampak positif bagi pengembangan wilayah Kabupaten Bogor
khususnya wilayah Bogor Barat.

4.3.2 Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Perkeretaapian


Rencana pengembangan sistem transportasi perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a meliputi pengelolaan jalur
perkeretaapian, pengembangan prasarana transportasi kereta api untuk keperluan penyelenggaraan perkeretaapian komuter, dry port,
terminal barang, serta konservasi rel mati.
Rencana pengembangan jalur kereta api perkotaan meliputi pengembangan jalur kereta api ganda dan penataan jalur kereta api yang
beroperasi saat ini, meliputi :
a. jalur Cibinong Citayam;
b. jalur ganda Parungpanjang Tenjo;
c. jalur perkotaan Cigombong Citayam; dan
d. pembangunan stasiun penumpang kereta api di Kecamatan Cibinong, peningkatan stasiun penumpang di Kecamatan Tenjo dan
Kecamatan Parung Panjang.
Rencana pengembangan jalur kereta api baru pada ruas tertentu, disesuaikan atau mengikuti rencana pengembangan jaringan kereta api
(rail way master plan) nasional, meliputi :
a. Jalur Nambo Cileungsi Bekasi;
b. Jalur Cileungsi Cianjur; dan
c. Jalur Citayam Parung Panjang.

Rencana Angkutan Kereta Api Perkotaan, diarahkan pada :


a. Pemanfaatan jalur KRL Cigombong Citayam (pengembangan Kereta Api Perkotaan);
b.Pembangunan stasiun penumpang kereta api di Kecamatan Cibinong, peningkatan stasiun penumpang di Kecamatan Tenjo dan Parung
Panjang.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -56

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Peraturan zonasi untuk jaringan jalur kereta api disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jaringan jalur kereta api dilakukan dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang
kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi;
kketentuan pelarangan pemanfaatan ruang pengawasan jalur kereta api yang dapat mengganggu kepentingan operasi dan
keselamatan transportasi perkeretaapian;
pembatasan pemanfaatan ruang yang peka terhadap dampak lingkungan akibat lalu lintas kereta api di sepanjang jalur kereta api;
pembatasan jumlah perlintasan sebidang antara jaringan jalur kereta api dan jalan; dan
penetapan garis sempadan bangunan di sisi jaringan jalur kereta api dengan memperhatikan dampak lingkungan dan kebutuhan
pengembangan jaringan jalur kereta api.

Peraturan zonasi untuk bandar udara umum disusun dengan memperhatikan :


pemanfaatan ruang untuk kebutuhan operasional bandar udara;
pemanfaatan ruang di sekitar bandar udara sesuai dengan kebutuhan pengembangan bandar udara berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
batas-batas Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan dan batas-batas kawasan kebisingan.
Peraturan zonasi untuk ruang udara untuk penerbangan disusun dengan memperhatikan pembatasan pemanfaatan ruang udara
yang digunakan untuk penerbangan agar tidak mengganggu sistem operasional penerbangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-perundangan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -57

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 4.5
Peta Rencana Jaringan Jalan Kabupaten Bogor

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -58

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Adapun rencana Pembangunan dan Peningkatan Jalan di Kabupaten Bogor ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 4.19
Ruas Jalan yang Perlu di Tingkatkan di Kabupaten Bogor

Panjang
No. Koridor Penanganan Jalan Tambahan Panjang Jalan Periode (Tahun)
Jalan (km)
1 Cigombong-Tamansari-Pamijahan-Sukaraksa-Bunar 58.79 21.99 2010 - 2011
2 Citeureup-Klapanunggal-Sukajaya-Sukamakmur 16.20 0.00 2012
3 Citeureup-Babakan Madang 10.60 0.00 2012
4 Gunung Sindur-Parung-Jampang-Parung 13.00 0.00 2010 - 2011
5 Bojong Gede - Kemang 8,7 FO 500 m 2 x 10m 2009
6 Tegar Beriman-Bojonggede 4,8 jalur cepat+jembatan bentang 100 2009
m 2x10 m dan under pass PDAM
7 Frontage Road Toll Depok - BORR 4.00 0.00 2011-2012
8 Parung Panjang-Bunar 28.95 Propinsi 2012
9 Cisarua-Cigombong 25.32 6.85 2013 -2014
10 Gunung Putri-Cikahuripan-Setusari 14.10 4.60 2013
11 Cigudeg-Bayuasih-Ciseeng 23.62 3.46 2014 -2016
12 Bojonggede-Cilebut-Kota Bogor 8.00 0.00 2017
13 Citeureup-Cileungsi 23.33 0.00 2013 -2016
14 Sentul-Kandang Roda 3.90 3.16 2014
15 Tamansari-Ciomas-Bubulak 12.18 2.23 2017
16 Cariu-Cileungsi 44.58 0.00 2015 -2016
17 Ciputat-Parung-Bogor 23.74 0.00 2017
18 Bts.Tangerang-Parung 11.73 0.00 2017
19 Lingkar Laladon 3.28 3.28 2013-2014
20 Lingkar Leuwiliang 2.59 2.59 2015-2016
21 Cariu-Gn. Batu-Sukamakmur-Babakan Madang 41.16 12.46 2018 - 2019
22 Sukajaya-Jonggol 17.80 0.00 2019 -2020

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -59

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Panjang
No. Koridor Penanganan Jalan Tambahan Panjang Jalan Periode (Tahun)
Jalan (km)
23 Cipayung-Katulampa-Babakan Madang 13.09 5.29 2018
24 Pamijahan-Leuwiliang 4.50 0.00 2021 -2022
Panjang Jalan
No.
Koridor Penanganan Jalan (km) Tambahan Panjang Jalan Periode (Tahun)
25 Leuwiliang-Ciseeng 16.94 0.00 2020 -2021
26 Parung panjang-Rumpin-Ciseeng 21.10 0.00 2020
27 Tenjo-Parung Panjang 15.50 0.00 2021
28 Jasinga-Tenjo 18.60 0.00 2022
29 Ciseeng-Parung 9.90 0.00 2018 -2019
30 Jasinga-Sukajaya 17.20 0.00 2022
31 Ciseeng-Ciampea 14.68 0.48 2021
32 Parung Panjang-Gunung Sindur 11.68 2.28 2021
33 Sukaharja-Bts.Cianjur 8.00 8.00 2022
34 Dramarga-Jasinga 47.86 0.00 2018 -2020
35 Cibubur-Cileungsi 9.44 0.00 2022
Sumber: Hasil Analisis, 2006

6. Pengembangan Terminal dan Sarana Angkutan Umum


a. Pengembangan terminal penumpang di Kabupaten Bogor diarahkan pada pemindahan terminal penumpang yang telah ada ke
arah barat dengan megembangkan Terminal tipe B di Kecamatan Cibinong dan Leuwiliang sebagai simpul utama.
b. Sedangkan pada pusat Kecamatan-Kecamatan lainnya yang berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang, direncanakan
untuk pengembangan Terminal tipe C di Kecamatan Cigombong, Parungpanjang, Jasinga, Parung, Cileungsi, dan Ciawi. Serta
pembangunan terminal-terminal pembantu seperti : Terminal terpadu Bojonggede, Laladon, Jonggol, Cariu
c. Pengembangan terminal untuk tujuan wisata, dikembangkan pada :
- terminal wisata di Pamijahan.
- terminal wisata di Sukamantri.
- terminal wisata puncak di Ciawi.
d. Pengembangan terminal peti kemas pada wilayah kegiatan industri seperti : Kecamatan Babakan madang dan Cileungsi

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -60

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Rencana pengembangan terminal, meliputi :


a. terminal angkutan penumpang, antara lain :
1. terminal tipe B Cibinong;
2. terminal tipe B Leuwiliang;
3. terminal tipe B Cileungsi;
4. terminal tipe B Parung;
5. terminal tipe B Dramaga;
6. terminal tipe B Ciawi;
7. terminal tipe C Parung Panjang;
8. terminal tipe C Jasinga;
9. terminal tipe C/Terpadu Bojonggede;
10. terminal tipe C Jonggol; dan
11. terminal tipe C Cariu.
b. terminal untuk tujuan wisata, antara lain meliputi :
1. terminal wisata di Kecamatan Pamijahan;
2. terminal wisata di Kecamatan Tamansari; dan
3. terminal wisata di Kecamatan Ciawi.
c. terminal barang/peti kemas, antara lain meliputi Kecamatan Ciawi, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Cibungbulang, Kecamatan
Cileungsi, Kecamatan Cariu, Kecamatan Tenjo, Kecamatan Jasinga, dan Kecamatan Babakan Madang.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -61

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 4.6
Peta Rencana Pengembangan Terminal

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -62

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.3.2 Rencana Pengembangan Jaringan Energi


Sumber tenaga listrik UPJ Cibinong berasal dari APJ Bogor dan Depok dengan katagori jaringan listrik tegangan menengah.
Rencana pengembangan jaringan energi di Kabupaten Bogor adalah sampai dengan di desa-desa di Kabupaten Bogor telah
menggunakan lisrik. Kebutuhan Listrik (Perumahan dan Non Perumahan) di Kabupaten Bogor Tahun 2025 diperkirakan mencapai
100 % teraliri listrik.

4.3.3 Rencana Pengembangan Jaringan Telekomunikasi


Kebutuhan jaringan telepon di Kabupaten Bogor Tahun 2025 diperkirakan 103.293 SST, dimana 20 % akan terdistribusi di
wilayah perkotaan dan selebihnya menyebar secara merata di seluruh wilayah Kecamatan. Selain sistem sambungan telepon
otomatis juga akan dikembangkan sistem jaringan telepon seluler melalui pemasangan tiang pemancar diberbagai wilayah
Kecamatan.
Rencana Pengembangan Sistem Prasarana Telekomunikasi, diarahkan bagi pengembangan :
(1) Prasarana telekomunikasi merupakan perangkat komunikasi dan transformasi informasi yang dikembangkan, meliputi :
a. sistem kabel;
b. sistem seluler; dan
c. sistem satelit.
(2) Rencana pengembangan prasarana telekomunikasi dilakukan hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau serta
mendorong kualitas perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
(3) Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah daerah memberikan dukungan dalam pengembangan
kemudahan jaringan telematika.
(4) Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi diarahkan pada penggunaan infrastruktur bersama.
(5) Pengaturan jaringan komunikasi selular dikembangkan pada penggunaan bangunan Base Transceiver Station (BTS) bersama.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -63

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.3.4 Rencana Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air.


1. Pengembangan Air Bersih.
Masalah Air Minum di Kabupaten Bogor antara lain :
- Cakupan Pelayanan masih rendah sekitar 9.7%, permohonan menjadi pelanggan PDAM sangat tinggi
- TKA cukup tinggi 33%, disebabkan oleh kehilangan fisik 60% dan non fisik 40%
- Keterbatasan Sumber air baku di wilayah Kab. Bogor untuk pengembangan
- Kuantitas air tanah pada musim kemarau cenderung berkurang.
Pengelolaan prasarana air bersih di Kabupaten Bogor memperhatikan hal-hal berikut:
- Pemanfaatan sumber air baku saat ini,
- Pola pelayanan air bersih kepada penduduk saat ini,
- Ketersediaan air baku di daerah yang direncanakan,
- Proyeksi kebutuhan air bersih sampai dengan tahun 2025
- Rencana pola pelayanan air bersih ke penduduk sampai dengan tahun 2025
- Target MDG (Millenium Development Goals) 2015 untuk melayani kebutuhan air minum 80% penduduk sampai dengan
tahun 2015.

Sebagai langkah preventif perlu dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Bogor mulai saat ini untuk melindungi
keberlangsungan keberadaan sumber air tanah dan air permukaan yang ada.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah rawan kekeringan yang tidak memiliki potensi mata air, dikembangkan
pemanfaatan air hujan. Pemanfaatan air hujan dapat dilakukan dengan membangun Sistem Penampungan Air Hujan (PAH) di
kawasan perkotaan, dan Sistem Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan (SABSAH) di kawasan pedesaan. Jika dikembangkan
Sistem PAH dan Sistem ABSAH, maka diperlukan beberapa bangunan sebagai kolam penampung.
Rencana pengembangan sistem Penampungan Air Hujan (PAH) di kawasan perkotaan, dan sistem Akuifer Buatan dan
Simpanan Air Hujan (ABSAH) dikembangkan pada lokasi-lokasi sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -64

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel : 4.20
Lokasi Rencana Pengembangan sistem PAH dan SABSAH

No Kecamatan Rencana Pengembangan Sistem


Lokasi / Desa Sistem Lokasi / Desa Sistem
1 Bojonggede 1. Desa Sasak Panjang 1. SABSAH
2. Desa Ragamukti 2. SABSAH
3. Desa Ragajaya 3. SABSAH
2 Leuwiliang 1. Kalong 2 1. PAH 2. Desa Cibeber 1. SABSAH
3. Desa Sadeng 2. SABSAH
4. Desa Leuwisadeng 3. SABSAH
3 Tenjo 1. Tapos 1. PAH 3. Desa Babakan 1. SABSAH
2. Ciomas 2. PAH
4 Jonggol 1. Jonggol 1. PAH 1. Desa Singajaya 1. SABSAH
2. Cibodas 2. PAH 2. Desa Sukamaju 2. SABSAH
3. Weninggalih 3. PAH 3. Desa Sukamanah 3. SABSAH
4. Desa Sirnagalih 4. SABSAH
5 Cariu 1. Desa Antajaya 1. PAH 5. Desa Cibatu Tiga 1. SABSAH
2. Desa Selawangi 2. PAH 6. Desa Babakan Raden 2. SABSAH
3. Desa Cariu 3. PAH 7. Desa Tegalpanjang 3. SABSAH
4. Desa Kutamahi 4. PAH
6 Cisarua : 1. Desa Citeko 1. PAH -
7. Babakan Madang 1. Desa Karang tengah 1. SABSAH
: 2. Desa Bojongkoneng 2. SABSAH
3. Desa Cijayanti 3. SANSAH
8 Parungpanjang : 1. Jagabaya 1. PAH 1. Desa Parungpanjang 1. SABSAH
2. Pingku 2. PAH 2. Desa Kabasiran 2. SABSAH
3. Desa Cikuda 3. SABSAH
3. Desa Dago 4. SABSAH
4. Desa Cibunar 5. SABSAH
5. Desa Jagabita 6. SABSAH
6. Desa Lumpang 7. SABSAH
7. Desa Gintung Cilejet 8. SABSAH
Desa Gorowong 9. SABSAH

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -65

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

No Kecamatan Rencana No Kecamatan Rencana


Pengembangan Pengembangan
Sistem Sistem
Lokasi / Desa Sistem Lokasi / Desa Sistem
10. Kecamatan 1. Desa Cileuksa 1. PAH - -
Sukajaya : 2. Desa Sukamulih 2. PAH
11. Ciawi 1 . Desa Pandansari 1. PAH - -
2 . Desa Banjarwangi 2. PAH
3 . Desa Cileungsi 3. PAH
4 . Desa Citapen 4. PAH
5 . Desa Bojongmurni 5. PAH
6. Desa Cibedug 6. PAH
12. Cibunbulan Situ udik 1. PAH - -
13. Cigudeg Rengasjajar 1. PAH - -
14. Megamendung Sukakarya 1. PAH - -

2. Rencana Sistem Pelayanan Air Bersih


Kebutuhan air bersih Kabupaten Bogor sampai tahun 2025, harus dicarikan alternatif sumber air baku yang kapasitasnya
memadai, diantaranya adalah mengembangkan pemanfaatan sumber air permukaan yang banyak tersedia di Kabupaten Bogor.
3. Rencana Pengembangan Air Bersih
Sampai dengan saat ini memiliki sebanyak 11 Cabang Pelayanan, dimana 4 cabang berlokasi di Kota Depok, 1 Cabang di
Kota Bogor dan 6 Cabang di Kabupaten Bogor. Jumlah pelanggan 96,298 SL, di Kota Depok 41,314 SL, di Kabupaten Bogor 43,575
SL dan di Kota Bogor 11,409 SL.
- Kapasitas Produksi : 2.098,5 l/dt
- Sistem Produksi : 11 Pengolahan Lengkap (1.180 l/dt)
10 Sumber Mata Air (789,5 l/dt)
117 instalasi Sumur Bor (129 l/dt)
- Cakupan Pelayanan :14,40 % dari jumlah penduduk meliputi pelayanan sebanyak 25 Kecamatan dari 40 Kecamatan
- Pengembangan Wilayah pelayanan dibagi menjadi 11 cabang :
1) Pelayanan Depok I
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -66

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2) Pelayanan Depok II
3) Pelayanan Depok III
4) Pelayanan Depok IV
5) Pelayanan V Leuwiliang
6) Pelayanan VI Ciomas
7) Pelayanan VII Kedung Halang
8) Pelayanan VIII Parung panjang
9) Pelayanan IX Cileungsi
10) Pelayanan X Ciawi
11) Pelayanan XI Cibinong

4. Rencana Wilayah Pelayanan


- Wilayah pengembangan pelayanan : Bogor Timur (Cabang IX dan Gunung Putri, Kec. Gunung Putri dan Kec. Cileungsi.
- Bogor Tengah (Cabang X dan XI, Kec. Cibinong, Kec. Bojonggede, dan Bukit Sentul
- Bogor Barat (Cabang VI, Kec. Ciampea dan Kec. Ciomas

5. Rencana Pelayanan Air Minum PDAM Kab. Bogor (Tdk termasuk Depok,& Kota Bogor)
Rencana pelayanan air bersih Tahun 2010 dengan proyeksi jumlah penduduk sekitar 4.253.311 jiwa, dibutuhkan Sl. Sebanyak
85.000 unit, dengan Cakupan pelayanan sebesar 12%, Kapasitas . terpasang 1803.5 l/det (1433.5 l/det + 370 l/det)
6. Rencana Sistem Pengairan Dan Pengendali Banjir
Pengembangan prasarana sumberdaya air diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan air baku dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah serta pengendalian daya rusak air.
7. Air Baku
Pembangunan prasarana sumber daya air melalui upaya penyediaan air baku (kebutuhan air domestik, industri dan air
pertanian) melalui pemanfaatan dan pengembangan sumber air permukaan (sungai, waduk,embung) maupun sumber air bawah
permukaan. Rencana pengembangan prasarana sumber air permukaan untuk air baku, dikembangkan di lokasi Sungai Ciliwung
di ( Kecamatan Megamendung, Cisarua.) dan Sungai Cidurian di Kecamatan Nanggung serta Sungai Cijurai di Kecamatan
Sukamakmur.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -67

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Pengembangan prasarana sumber air tanah untuk air baku dengan melakukan penurapan mata air dan membangun sumur
bor, pencegahan pencemaran pada Cekungan Air Tanah (CAT). Pengembangan waduk, dam dan embung ditetapkan meliputi :
Waduk Cijurei, Waduk Cidurian dan Waduk Gadog.
8. Sarana Irigasi
Prasarana pengairan direncanakan sesuai dengan kebutuhan peningkatan sawah dari irigasi non teknis atau setengah teknis
menjadi irigasi teknis. Di samping itu direncanakan pula pada beberapa lokasi pemindahan sawah yang sebelumnya menempati
lahan dengan fungsi lindung mutlak yang dipindahkan ke lahan tanaman semusim.
Rencana Pengembangan Sistem Air Bersih
Rencana pegnembangan sistem air bersih ini adalah untuk menjadikan semua kecamatan memiliki sistem air bersih pada tahun
2025 dan pengembangan sistem perdesaan untuk desa-desa yang memungkinkan untuk dikembangkan melalui sistem perpipaan.
Usulan rencana pengembangan tersebut didasarkan pada :
1. Penilaian kebutuhan penyediaan air bersih dalam tiap kecamatan/desa;
2. Perkiraan biaya pelaksanaan sistem tersebut;
3. Prioritas penanganan terutama untuk desa rawan air dan desa yang belum memiliki sistem air bersih;
4. Prioritas penanganan sistem perpipaan oleh PDAM;
5. Ibukota kecamatan yang belum memiliki sistem air bersih.
Pengembangan PDAM
Dalam upaya meningkatkan pelayanan, PDAM Kabupaten Bogor merencanakan akan meningkatkan rencana pengembangan
pelayanan ke beberapa kecamatan, yaitu :
1. Wilayah Bogor yang berada di Bagian Timur, direncanakan di Kecamatan Gunung Putri dan Kecamatan Cileungsi;
2. Wilayah Bogor yang berada di Bagian Tengah, pengembangan wilayah pelayanan di Kecamatan Cibinong dan Bojonggede dan
Bukit Sentul;
3. Wilayah Bogor yang berada di Bagian Barat, pengembangan wilayah pelayanan diarahkan ke Kecamatan Ciampea dan Ciomas;

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -68

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 4.21
Rencana Pengembangan PDAM

No. Wilayah Kecamatan Rencana WTP Wilayah Pelayanan Sumber Air


1. Timur Gunung Putri WTP-Bojong Kulur Desa Bojongkulur dan Desa Ciangasana Sungai Cikeas
Desa Limusnunggal
Desa Bojong Kulur
WTP Bojong Nangka Kota Wisata, Sungai Cikeas
WTP Bojong Kulur Desa Bojongnangka
Cileungsi WTP Bukit Golf Desa Situsari Sungai Cikeas
Desa Dayeuh
Desa Mampir
Desa Cipeucang
Desa Gandoang
Desa Cileungsi Kidul
Desa Jatisari
Desa Mekarsari
Desa Cileungsi
2. Tengah Cibinong WTP Sukahaulti Desa Sukahati Sungai Ciliwung
Bojonggede Desa Pakansari
Bukit Sentul Desa Tengah
Citeureup Desa Cirimekar
Desa Ciriung
Desa Puspasari
Desa Karang Asem Barat
3. Barat Ciampea Reservoar 3.000 m3 Ibukota Kecamatan Ciampea Mata Air Kahuripan
Ciomas Reservoar 3.000 m3 Ibukota Kecamatan Ciampea Mata Air Binong
Sumber : PDAM Kabupaten Bogor, Tahun 2007

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -69

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.3.5 Rencana Pengembangan Prasarana Lingkungan


1. Sistem Pembuangan Air Limbah
Tingkat kepadatan penduduk rata-rata Kabupaten Bogor pada tahun 2005 adalah 2.046 jiwa/Km2, dengan Kecamatan
Ciawi memiliki kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 3.960 jiwa/Km2 dan Kecamatan Tanjungsari memiliki kepadatan terendah,
yaitu 351 jiwa/Km2. Untuk wilayah yang memiliki kepadatan rendah diupayakan program peningkatan penyehatan
lingkungan permukiman melalui pengembangan pengelolaan sistem air limbah. Pengelolaan air limbah dibedakan atas dua
kategori, yaitu: air limbah domestik dan air limbah industri (termasuk limbah rumah sakit). Sistem pengelolaan air limbah
domestik dari pemukiman penduduk dibedakan menjadi sistem setempat dan sistem terpusat. Untuk daerah pemukiman
dengan kepadatan penduduk lebih dari 500 jiwa/Km2, maka dikembangkan sistem pengelolaan air limbah terpusat dan
dilengkapi dengan sarana Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), sedangkan daerah pemukiman dengan kepadatan rendah
dikembangkan sistem pengelolaan setempat dengan menggunakan septic tank dan resapan.
Sedangkan untuk industri yang menghasilkan limbah diwajibkan membuat studi AMDAL/RKL-RPL sesuai dengan
batasan besaran beban sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No.17 tahun 2001, tentang jenis usaha dan atau kegiatan
yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Setiap kegiatan hotel dan restoran di kawasan pariwisata di Kabupaten Bogor wajib dilengkapi sarana pembuangan
air limbah dapurnya dengan Unit Penangkap Lemak dan Minyak. Selanjutnya air limbahnya diperbolehkan masuk ke
sistem perpipaan pengelolaan air limbah terpusat. Demikian pula air limbah dari kegiatan binatu (laundry) harus melewati
pengolahan pendahuluan berupa Unit Penangkap Busa atau Unit Pemecah Busa sebelum masuk ke sistem perpipaan yang
ada.
2. Rencana Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
Permasalahan :
Tingginya jumlah perusahaan yang belum mengelola limbah B3-nya dengan baik
Terdapat 97 perusahaan yang menimbulkan limbah B3, diantaranya :
-34 perusahaan mengirimkan ke PT. PPLI;
-4 perusahaan mengelola dengan dibakar dan di Incenerator;
-11 perusahaan bekerja sama dengan pihak ketiga;

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -70

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

-41 perusahaan belum mengelola dengan baik hanya menyimpan dalam drum, dalam karung dan disimpan
dibelakang pabrik.
Pengelolaan limbah yang tidak memenuhi syarat akan menyebabkan terjadinya pencemaran air dan tanah
Mahalnya biaya penanganan limbah B3 menjadi kendala utama industri-industri untuk mengirimkan limbah B3 ke
PT. PPLI
Berdasarkan PP Nomor 18 Tahun 1999 Jo Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun, telah dilakukan pemantauan ke kegiatan industri penghasil B3.
Di Kabupaten Bogor terdapat 95 perusahaan penghasil limbah B3 dengan sistem pengolahan yang berbeda-beda,
seperti yang terdapat pada tabel 4.22. sedangkan untuk jenis-jenis industri yang menghasilkan limbah B3 dapat
dilihat pada tabel 4.23
Untuk lebih jelasnya industri-industri penghasil limbah disajikan pada tabel di bawah ini
Tabel 4.22
Sistem Pengelolaan Limbah B3
No. Sistem Pengelolaan Jumlah Perusahaan
1. Dikirim ke PT. PPLI 33
2. Dijual ke Teknotama 1
3. Kerjasama dengan Pihak ke III 7
4. Kerjasama dengan PMI 2
5. Diambil suplier 2
6. Didaur ulang 1
7. Dibakar di Incenerator 4
8. Disimpan dalam karung 12
9. Disimpan dalam drum 16
10. Disimpan dalam bak kedap air 1
11. Disimpan dibelakang pabrik 12
12. Tidak dikelola 3
Jumlah 95
Sumber : DTRLH, Tahun 2007
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -71

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Khusus untuk limbah industri yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), tempat pengelolaan
sampah dialokasikan di Desa Nambo Kecamatan Klapanunggal. Sistem pengelolaan limbah bahan berbahaya
diarahkan untuk meminimalkan pencemaran udara, tanah dan sumberdaya air serta meningkatkan kualitas
lingkungan.
3. Rencana Pengembangan Persampahan
Kriteria penentuan lokasi TPA sampah menyangkut aspek teknis, ekonomis, lingkungan, serta sosial, yaitu meliputi
kriteria regional, kriteria penyisih, dan kriteria penetapan.
Kriteria regional meliputi :
1. Kondisi Geologi Tidak dibenarkan berlokasi di atas suatu holocene fault atau berdekatan dengan daerah yang mempunyai
sifat bahaya geologi yang dapat merusak fasilitas TPA. Daerah yang dianggap tidak layak adalah daerah formasi batu pasir,
batu gamping, atau dolomit berongga dan batuan berkekar lainnya (jointed rocks).
2. Kondisi Hidrogeologi Lokasi TPA tidak boleh terletak di tempat yang mempunyai muka air kurang dari 3 meter, tidak boleh
mempunyai kelulusan tanah lebih besar dari 10 cm/det serta harus berjarak lebih dari 100 meter terhadap sumber air minum
di hilir aliran.
3. Lereng Lokasi TPA tidak boleh terletak pada bukit dengan lereng tidak stabil dan akan dinilai layak apabila terletak di
daerah landai yang agak tinggi, bekas tambang terbuka dengan kemiringan 0-20%. Tidak layak di daerah dengan depresi
yang berair, lembah rendah dan tempat yang berdekatan dengan air permukaan dengan kemiringan alami lebih besar dari
20%.
4. Tata Guna Tanah TPA yang digunakan untuk sampah organik tidak boleh terletak di radius 3.000 meter dari landasan
lapangan terbang untuk pesawat turbo jet dan 1.500 meter untuk landasan pesawat lain, karena akan menarik kehadiran
burung. Selain itu, tidak boleh terletak di wilayah peruntukan bagi lokasi sarana dan daerah lindung perikanan, satwa liar,
dan pelestarian tanaman.
5. Daerah Banjir Lokasi TPA sebaiknya berada di daerah banjir dengan daur 25 tahun.

Kriteria penyisih dilakukan dengan mengikuti Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA (SNI T-11-1991-03), yang melakukan
pembobotan berdasarkan kesesuaian iklim, utilitas yang tersedia, lingkungan biologis, kondisi tanah, hidrogeologis, dan tata
guna lahan. Kriteria penetapan merupakan kriteria berkaitan dengan kewenangan instansi terkait untuk menetapkan lokasi
terpilih sesuai dengan kebijakan dan ketentuan setempat yang berlaku.
Secara bertahap lokasi yang perlu ditangani adalah:

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -72

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

a. Wilayah Tengah dan Timur yang meliputi Kecamatan Perkotaan Cibinong, Babakanmadang, Sukaraja, Bojonggede,
Citeureup, Ciawi, Parung, Ciomas, pelayanan secara terpusat. di Lokasi TPA Desa Nambo, direncanakan untuk
dikembangkan daya tampungnya untuk mendukung kebutuhan tempat sampah regional.
b. Wilayah Barat yang meliputi Kecamatan Ciampea, Leuwiliang, Gunungsindur dan Parungpanjang dialokasikan pada TPA
Parungpanjang (Desa Dago dan Gorowong) serta TPA Cigudeg (Desa Wates).
Kebutuhan sarana pengembangan dan pengelolaan sampah di Kabupaten Bogor hingga tahun 2025 disajikan pada
tabel 4.21.
Tabel 4.21
Kebutuhan prasarana persampahan sampai dengan tahun 2025

JUMLAH PENDUDUK KEBUTUHAN PRASARANA PERSAMPAHAN (UNIT)


NO. KECAMATAN
TAHUN (JIWA) TRANSFER DEPO TRUK SAMPAH KONTAINER KERETA SAMPAH
2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025
1 Cibinong 273,596 371,806 770,754 4 10 20 9 23 45 9 23 45 39 97 194

2 Gunung Putri 226,596 368,031 901,209 3 8 16 7 19 37 7 19 37 31 82 164

3 Citeureup 190,558 224,262 382,169 2 5 10 5 12 28 5 12 28 22 49 100

4 Sukaraja 156,369 154,723 173,009 2 5 10 6 13 27 6 13 27 24 54 118

5 Babakan Madang 91,433 103,768 165,916 6 13 26 1 3 10 1 3 10 6 13 42

6 Jonggol 113,769 116,134 144,977 1 1 4 1 4 11 1 4 11 6 15 38

7 Cileungsi 179,142 189,934 262,803 3 7 14 6 16 33 6 16 33 25 67 157

8 Cariu 48,445 47,016 34,857 1 1 4 1 3 9 1 3 9 5 12 38

9 Sukamakmur 74,936 73,174 75,062 0 0 3 0 1 5 0 1 5 1 3 22

10 Parung 92,620 94,484 117,715 2 4 8 4 11 22 4 11 22 17 44 88

11 Gunung Sindur 83,373 82,751 93,738 1 2 5 2 5 13 2 5 13 8 20 52

12 Kemang 79,953 78,079 79,781 1 2 5 2 5 17 2 5 17 9 22 58

13 Bojonggede 161,172 158,006 158,721 2 6 12 5 14 28 5 14 28 23 60 120

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -73

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

NO. KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK KEBUTUHAN PRASARANA PERSAMPAHAN (UNIT)


TAHUN (JIWA) TRANSFER DEPO TRUK SAMPAH KONTAINER KERETA SAMPAH

14 Leuwiliang 107,689 108,843 106,998 0 1 4 1 2 7 1 2 7 4 10 39

15 Ciampea 143,820 141,592 141,724 2 4 8 4 9 21 4 9 21 16 37 112

16 Cibungbulang 127,928 125,048 130,590 1 2 4 2 6 18 2 6 18 10 24 52


2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025

17 Pamijahan 137,099 134,049 140,361 1 2 4 2 5 15 2 5 15 9 21 60

18 Rumpin 127,807 125,168 132,731 0 1 3 1 2 9 1 2 9 4 9 30

19 Jasinga 97,237 94,996 96,543 1 2 6 2 4 10 2 4 10 8 18 47

20 Parungpanjang 95,476 93,299 97,130 1 1 3 2 4 13 2 4 13 6 15 38

21 Nanggung 89,432 88,204 97,201 1 1 3 1 3 9 1 3 9 1 3 23

22 Cigudeg 116,830 114,124 118,234 0 1 3 1 2 7 1 2 7 4 9 33

23 Tenjo 65,972 65,463 74,081 1 1 3 1 3 9 1 3 9 5 11 28

24 Ciawi 99,747 107,847 156,211 1 2 4 2 4 17 2 4 17 7 18 42

25 Cisarua 110,650 108,776 117,951 1 3 6 3 6 14 3 6 14 11 26 52

26 Megamendung 94,771 93,624 103,956 1 2 4 2 4 10 2 4 10 8 17 34

27 Caringin 112,765 111,507 124,341 2 5 10 5 11 27 5 11 27 20 45 90

28 Cijeruk 69,619 68,708 56,239 0 0 2 0 1 9 0 1 9 2 4 28

29 Ciomas 132,686 137,351 178,562 2 6 12 5 14 27 5 14 27 22 58 116

30 Dramaga 102,695 105,799 135,706 1 2 4 2 5 10 2 5 10 9 21 52

31 Tamansari 88,125 88,252 103,443 1 2 4 2 4 13 2 4 13 6 16 47

32 Klapanunggal 78,816 81,050 103,416 1 2 4 1 4 12 1 4 12 6 16 48

33 Ciseeng 90,122 88,607 96,149 0 1 2 1 2 9 1 2 9 4 10 43

34 Rancabungur 50,610 49,487 51,842 1 2 4 2 4 10 2 4 10 7 17 57

35 Sukajaya 57,567 56,329 56,810 0 0 2 0 1 9 0 1 9 1 3 13

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -74

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

JUMLAH PENDUDUK KEBUTUHAN PRASARANA PERSAMPAHAN (UNIT)


NO. KECAMATAN
TAHUN (JIWA) TRANSFER DEPO TRUK SAMPAH KONTAINER KERETA SAMPAH
2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025 2006 2011 2025

36 Tanjungsari 53,431 52,199 53,047 0 0 2 0 1 9 0 1 9 1 3 28

37 Tajurhalang 78,525 76,685 78,350 1 3 6 3 7 14 3 7 14 12 28 65

38 Cigombong 79,072 77,260 80,322 1 2 6 2 4 9 2 4 9 8 19 42

39 Leuwisadeng 74,677 74,768 87,568 0 0 3 0 1 7 0 1 7 2 4 17

40 Tenjolaya 56,006 54,855 58,213 0 0 3 0 1 6 0 1 6 2 4 19

Jumlah 4,311,137 4,586,057 6,138,430 49 112 256 96 243 615 96 243 615 411 1,004 2446
Sumber Hasil Analisis Tahun 2007

Dalam pengelolaan sampah secara umum harus harus memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut :
a. Aspek Teknis Operasional
Dalam teknis operasional pengelolaan Persampahan, yang perlu diperhatikan adalah:
1) Komposisi dan karakteristik persampahan dapat dipergunakan untuk menentukan teknologi yang tepat untuk mengolah
sampah.
2) Sumber Sampah
3) Identifikasi sumber-sumber sampah dapat digunakan dalam merencanakan pola operasi pengelolaan Persampahan.
4) Pola Operasi
5) Pola operasi pengelolaan persampahan dimulai sumber persampahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemanfaatan serta pembuangan akhir.
b. Aspek Institusi
Pengelolaan Persampahan kota dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota, BUMN/BUMD, swasta dan
masyarakat.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -75

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

c. Aspek Pembiayaan
Pengelolaan persampahan dalam aspek pembiayaan meliputi:
1) Sumber Dana (APBN, APBD, LOAN, GRANT/HIBAH, Masyarakat dan sebagainya)
2) Biaya investasi, operasi dan pemeliharaan
3) Retribusi.
d. Aspek Peran Serta Masyarakat dan Kemitraan
Dalam perencanaan dan pemrograman pengelolaan persampahan, aspek peran serta masyarakat adalah dalam bentuk
pentahapan dan proporsi kerjasama.
e. Aspek Peraturan Perundangan
Peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan persampahan memuat tentang pembagian tugas, wewenang
dan tanggung jawab penyelenggaraan pengelolaan persampahan yang meliputi: pengaturan, pembinaan, perencanaan,
konstruksi, pengawasan, pengoperasian, dan pemeliharaan, monitoring dan evaluasi serta pembangunan.

4.3.6 Rencana Sistem Sarana Lingkungan


Rencana sistem sarana lingkungan di Kabupaten Bogor terdiri dari fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan fasilitas
ekonomi.
1. Fasilitas Kesehatan
Rencana pengembangan fasilitas kesehatan beserta penambahan tenaga medis dan tenaga kesehatan sampai tahun 2025
ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan tempat tidur sebanyak 6499 TT yang akan dikonversi kedalam opembangunan
Rumah Sakit dan peningkatan pelayanan Pusekesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap (rujukan), serta penyediaan tenaga medis
dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
a. Rencana pengembangan/pembangunan sarana dan prasarana tersebut akan meliputi:
1) Pembangunan Rumah Sakit pada Kota Pusat-Pusat Pertumbuhan antara lain; Kecamatan Parung Panjang, Parung, Gunung
Putri, Cigombong, Ciampea, dan Jasinga.
2) Peningkatan Puskesmas yang ada menjadi Puskesmas Rawat Inap terdiri atas : Kecamatan caringin, Megamendung,
Babakan Madang, Klapanunggal, Bojong Gede, Ciomas, Cibungbulang, Cigudeg, Tenjo, dan Gunung Sindur

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -76

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

b. Rencana penyediaan tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan meliputi :


1) Tenaga Dokter sebanyak 2455 orang
2) Apoteker 613 orang
3) Perawat 7.181 orang
4) Bidan 6.138 orang
5) Tenaga Gizi 1.324 orang
c. Penambahan tempat Praktek Dokter sebanyak 427 unit praktek dokter.
2. Fasilitas Pendidikan
Rencana pengembangan fasilitas pendidikan di Kabupaten Bogor, lebih ditekankan kepada pengembangan sumberdaya
manusia melalui pendidikan kejuruan yang disesuaikan dengan potensi dan tingkat penyerapan dan permintaan tenaga kerja.
Sampai tahun 2025 diperkirakan kebutuhan sekolah kejuruan setingkat SLTA sebanyak 542 unit saat ini tersedia sebanyak 195
unit sekolah.
Rencana pengembangan sebanyak 347 unit sampai tahun 2025 rencananya tersebar diseluruh wilayah kecamatan di
Kabupaten Bogor.
Rencana pengembangan sekolah kejuruan pada wilayah perkotaan dikembangkan sekolah kejuruan teknik mesin dan
industri, pada kawasan pertanian dikembangkan sekolah teknik pertanian dan budidaya pertanian.
3. Fasilitas Olah Raga
Pengembangan fasilitas olah raga sebagai salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan kesehatan jasmani dan penciptaan bibit atlit
dibidang olah raga, rencana pengembangan dilakukan melalui :
a. Rencana pembangunan Pusat olah raga (Sport Center) di Kecamatan Megamendung, Babakamadang dan Kecamatan Sulkaraja
sebagai pusat kegiatan olah raga yang berskala regional, nasional dan internasional;
b. Rencana pengembangan pusat pelatihan olah raga di tingkat wilayah.
c. Rencana penyediaan sarana/prasarana olah raga di Desa/Kelurahan dengan penyediaan areal / setingkat ukuran lapangan
bola.
4. Fasilitas Peribadatan
Rencana pengembangan sarana peribadatan dikembangkan berdasarkan kondisi dan kebutuhan penduduk setempat. Penyediaan
sarana ibadah untuk umat muslim dikembangkan 1 (satu) unit msejid agung pada setiap pusat kota kecamatan.

5. Fasilitas Pemakaman
Rencana pengembangan tempat pemakaman umum (TPU) maupun tempat pemakaman bukan umum (TPBU) untuk memenuhi
kebutuhan penyediaan lahan makam bagi masyarakat, dilakukan melalui :
a. pengembangan tempat pemakaman umum (TPU) skala lokal dialokasikan pada setiap kecamatan.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -77

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

b. pengembangan tempat pemakaman umum (TPU) skala regional dialokasikan pada 3 (tiga) wilayah, yaitu :
1. Wilayah Barat di Kecamatan Parungpanjang;
2. Wilayah Tengah di Kecamatan Pondok Rajeg;
3. Wilayah Timur di Kecamatan Cileungsi;
c. Pengembangan tempat pemakaman bukan umum skala regional di Kecamatan Tanjungsari, Cariu, Jonggol;
d. Tempat pemakaman bukan umum skala lokal dialokasikan pada :
1. Kecamatan Gunung Sindur;
2. Kecamatan Tajurhalang;
3. Kecamatan Cibinong;
4. Kecamatan Cijeruk;
e. taman makam pahlawan di Kecamatan Cibinong.

6. Fasilitas Perdagangan
Rencana pengembangan sarana dan prasarana perdagangan dilakukan sesuai prediksi tingkat perkembangan penduduk dan
ekonomi wilayah di Kabupaten Bogor , meliputi :
a. peningkatkan/penataan pasar daerah dan pasar desa, serta kawasan perdagangan lainnya;
b. pembangunan pasar regional/induk di Kecamatan Ciawi dan Kecamatan Parung;
c. pembangunan pusat perbelanjaan pada pusat kota;
e. pembangunan kawasan pergudangan di Kecamatan Citeureup, dan Cileungsi.

4.4 Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya.


4.4.1 Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung.
Pengelolaan kawasan lindung dilakukan dengan pembatasan/pelarangan terhadap aktifitas manusia yang dapat mengganggu
kelestarian fungsi ekologis kawasan lindung. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian ketat terhadap aktivitas pembangunan. Kawasan
hutan yang masih lestari perlu dijaga dari perambahan masyarakat. Sedangkan kawasan yang sudah terbuka agar dilakukan reboisasi
dengan berbagai jenis tanaman hutan (mahoni, sana keling, dan lain-lain).
1. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung yang Memberikan Perlindungan Kawasan di Bawahnya.
a. Hutan Lindung
Kawasan lindung yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya yang ada diKabupaten Bogor dan berfungsi
sebagai kawasan resapan air .
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -78

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Luas hutan diKabupaten Bogor adalah 58.134,73 Ha. Sebagian besar kawasan ini merupakan hutan rakyat dan sebagian
merupakan kawasan hutan yang dikelola oleh Perhutani dan secara fisik sebagian merupakan ladang/ tegalan.
Secara fisik kawasan ini memiliki karakteristik bentuk wilayah bervariasi antara berombak hingga berbukit dan bergunung,
jenis tanah umumnya latosol dan kambisol, dengan kemampuan meresapkan air cukup baik, dan curah hujan cukup tinggi>2000
mm/tahun.
Fungsi ekologis kawasan ini perlu dilestarikan agar kemampuan untuk meresapkan air hujan dapat dijaga dan ditingkatkan.
Untuk itu pemanfaatan lahan dikawasan ini perlu dilaksanakan dengan pengendalian ketat dengan mempertahankan tutupan
lahan secara optimal.
Adapun arahan pengelolaan pemanfaatan lahan di kawasan resapan air ini antara lain:
1) Di kawasan hutan produksi tetap, perlu dibarengi dengan tanaman konservasi berupa tanaman leguminosa seperti kaliandra,
lamtoro, dan gliricidae yang ditanam secara strip croping, yaitu membentuk barisan tanaman (pagar) mengikuti kontur tanah
dengan jarak antar barisan 4-5 meter.
2) Di kawasan non hutan, dengan kemiringan lahan >40% diarahkan untuk pengembangan hutan rakyat, dengan jenis tanaman
penghasil kayu bangunan, seperti sonokeling dan mahoni. Sedangkan tanaman pinus tidak direkomendasikan, karena
daunnya mengandung lignin, sehingga serasahnya sulit terdekomposisi, sehingga dengan demikian kurang mampu
memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan kapasitas peresapan air. Tanaman sela berupa tanaman buah-buahan, cengkih
dan kopi dapat ditanam dengan tingkat kepadatan populasi lebih rendah dibanding tanaman kayu-kayuan.
Tiap 3-4 baris tanaman kayu-kayuan dapat di tanam tanaman sela yang membentuk barisan sejajar kontur (strip croping).
Untuk menjaga agar tidak terjadi erosi dan meningkatkan kesuburan tanah, maka di bawah pohon-pohon ini dapat
dibudidayakan rumput-rumputan (rumput gajah, rumput setaria, rumput Meksiko, dan lain-lain) untuk penyediaan hijauan
pakan ternak (HPT) yang dapat ditanam secara strip croping. Adanya rumput ini maka aliran permukaan (run off) akan
tertahan dan lumpur erosi dapat diendapkan di muka barisan tanaman rumput, sehingga secara berangsur-angsur akan
membentuk guludan dan terrasering.
3) Di kawasan non hutan, dengan kemiringan lahan >25% diarahkan untuk pengembangan kebun campuran (talun kebun),
yaitu suatu sistem pertanian hutan tradisional dimana dalam sebidang tanah ditanami berbagai macam tanaman yang diatur
secara spasial dan temporal. Tanaman buah-buahan seperti: cengkih, kopi, alpukat, dan durian dibudidayakan bersama
berbagai tanaman kayu-kayuan dan tanaman pangan lainnya. Jenis tanaman kayu-kayuan yang dikembangkan merupakan
kelompok kayu tidak keras dan cepat besar seperti sengon, kaliandra, turi, dan lain-lain. Jenis kayu ini memiliki nilai
ekonomis sebagai sumber kayu bakar, papan cor, dan bahan peti kemas. Di bawah tanaman buah-buahan dan kayu-kayuan
dapat dikembangkan jenis tanaman yang tahan naungan dan merupakan sumber bahan makanan, seperti garut, gembili, huwi,

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -79

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

iles-iles, gadung, dan lain-lain. Tanaman kayu-kayuan ditanam dengan melakukan rotasi, sehingga sifat fisik dan kimia tanah
tetap dapat dilestarikan.
4) Di kawasan non hutan dengan kemiringan lahan 9-25% diarahkan untuk pengembangan pertanian perkebunan buah-
buahan, antara lain: alpukat, durian, rambutan, dan lain-lain. Untuk menjaga agar tidak terjadi erosi dan meningkatkan
kesuburan tanah, maka perlu tindakan konservasi berupa penanaman rumput hijauan pakan ternak (HPT) yang ditanam
secara strip croping membentuk pagar menurut kantur. Teknik penanaman ini akan dapat mencegah aliran permukaaan dan
erosi, sehingga secara lambat laun akan terbentuk terras bangku secara alami.
5) Di kawasan non hutan dengan kemiringan lahan datar (<9%), diarahkan untuk pengembangan pertanian tanaman semusim
dataran tinggi, yaitu: sayur-sayuran antara lain: bawang daun, kentang, wortel, kacang merah, tomat, dan lain-lain. Meskipun
lahan ini relatif datar, namun dengan curah hujan yang tinggi, maka perlu tindakan konservasi berupa penanaman tanaman
rumput hijauan pakan ternak secara strip croping dan tanaman tahunan yang cepat besar seperti lamtoro sebagai tanam
penaung.
6) Merubah status kepemilikan hutan rakyat menjadi hutan negara dengan membeli lahan hutan yang dikuasai rakyat.
7) Melakukan pengendalian terhadap meluasnya hutan rakyat.
8) Pada beberapa kawasan hutan yang memungkinkan agar dibuat kegiatan wisata alam dan wisata ilmu pengetahuan serta tidak
diperbolehkan adanya kegiatan/ bangunan selain usaha untuk memelihara dan meningkatkan fungsi lindung.
9) Tidak diperbolehkan adanya alih fungsi lahan.
b. Kawasan Karst.
Kawasan Karst yang terletak diKecamatan Klapanunggal, ciapea dan Ciseeng dimana diantaranya terdapat obyek wisata
Air panas merupakan kawasan yang tidak boleh dilakukan penambangan dan ditetapkan sebagai kawasan konservasi.
Agar kawasan Karst tidak menjadi lebih terganggu ekosistemnya, maka arahan pengelolaan Kawasan Karst di Kabupaten
Bogor sebagai berikut :
1) Mengembalikan fungsi kawasan sebagai kawasan penyimpan cadangan air tanah dengan melakukan reboisasi dan
mengembangkan penggunaan lahan dikawasan ini adalah ekosistem hutan lindung.
2) Merubah fungsi lahan dari pertanian menjadi kawasan lindung.
3) Melakukan exploitasi potensi ekonomi yang ada secara terbatas.
4) Mengembalikan kawasan karst sebagai obyek wisata alam yang khas bernilai ekologi.
5) Permukiman perdesaan yang sudah ada dikawasan ini diupayakan tidak berkembang dengan memberikan insentif dan
disinsentif.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -80

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2. Pengelolaan Kawasan Perlindungan Setempat


a. Kawasan Sempadan Sungai
Pada kawasan sempadan sungai dimaksudkan untuk menjaga terjadinya erosi, pencemaran sungai serta adanya korban
bencana banjir.
Ditinjau dari luasan DAS nya, seluruh sungai di Kabupaten Bogor tidak ada yang tergolong sebagai sungai besar.
Lebar garis sempadan sungai ditetapkan dengan mempertimbangkan letak, kondisi, dan karakteristik sungai bersangkutan.
Adapun arahan pengelolaan pemanfaatan kawasan sempadan sungai di Kabupaten Bogor adalah sbagai berikut :
1) Kawasan sempadan sungai di luar perkotaan dapat di tanami tanaman yang memiliki fungsi konservasi, seperti bambu.
Tanaman ini mampu menahan erosi dan longsor, namun juga memiliki nilai ekonomi. Sifatnya yang memiliki daya regenerasi
tinggi sangat cocok untuk melindungi daerah sempadan sungai yang rawan longsor.
2) Kawasan sempadan sungai di dalam perkotaan dapat dimanfaatkan untuk taman penghijauan; prasarana lalu lintas; jalur
pemasangan kabel listrik, telepon, dan saluran air bersih; tempat pemasangan papan reklame, dan lain-lain yang tidak
mengancam kelestarian fungsi sungai.
b. Kawasan Sempadan Mata Air.
Untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu atau merusak kualitas maupun kuantitas air serta
kelestarian fungsi mata air maka ditetapkan perlindungan bagi kawasan mata air adalah radius 200 meter dari titik mata air. Pada
radius 15 meter harus bebas dari bangunan, kecuali bangunan untuk penyaluran air.
Pengelolaan yang dilakukan meliputi :
1) Pencegahan berkembangnya kegiatan budidaya yang dapat mengganggu fungsi mata air.
2) Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada.
3) Pengembalian fungsi kawasan dengan melakukan reboisasi.
4) Menjaga kawasan diatas mata air sebagai kawasan resapan air.
c. Kawasan Terbuka Hijau Termasuk Hutan Kota.
Untuk pengelolaan ruang terbuka hijau, sebagai taman kota, hutan kota, area bermain dan olah raga, halaman rumah, bahu
jalan, ruang bebas SUTT serta sempadan sungai.
Berdasarkan PP Nomor 63 tahun 2002 Tentang Hutan Kota, disebutkan bahwa hutan kota diselenggarakan dengan tujuan
untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya. Disamping

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -81

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

itu hutan kota juga berfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro,nilai estetika dan meresapkan air serta menciptakan
keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota.
Pengembangan Ruang Terbuka Hijau seluas 30%, dikembangkan melalui penerapan Ruang Terbuka Hijau Publik 20% terdiri
atas alokasi ruang taman, fasos, jalur hijau yang dikembangkan oleh perumahan-perumahan (developer) serta RTH Prifat 10 % yang
dikembangkan dalam area rumah tinggal (pekarangan). Untuk mencapai luasan RTH 30% ditentukan alokasi pembangian lahan
dalam perumahan-perumahan yang dikembangkan oleh developer antara lain:
1. Alokasi Fasos seluas 20%
2. Alokasi Jaringan jalan & drainase 20&
3. Lahan efektif (efektif kapling) 60 %
Langkah-langkah pengamanan untuk melindungi kawasan ruang terbuka hijau diantaranya adalah :
1) Tidak diijinkan atau membiarkan adanya daerah gundul serta menutup daerah gundul dengan pepohonan atau rumput.
2) Dilarang melakukan penebangan pohon tanpa ijin pada instansi atau pejabat yang berwenang.
3) Melakukan penguatan pada tebing dengan tanaman keras yang bermanfaat.
4) Kegiatan perkotaan yang diijinkan dikawasan terbuka hijau adalah kegiatan yang menunjang fungsi kawasan.

3. Rencana Pengelolaan Kawasan Wisata Alam


Kabupaten Bogor mempunyai lokasi-lokasi yang dapat dijadikan obyek wisata alam. Adapun arahan pengelolaan untuk kawasan
wisata alam adalah sebagai berikut :
a. Kawasan ini hanya dapat diperuntukkan kegiatan-kegiatan yang menunjang pariwisata dengan intensitas rendah.
b. Kawasan ini perlu dipertahankan dengan membatasi skala pengembangan infrastruktur pemukiman,kecualiinfrastruktur yang
menunjang pariwisata.
c. Jika penggunaan lahan disekitar kawasan saat ini adalah pemukiman, maka diarahkan sebagai kawasan pemukiman dengan
intensitas rendah dan diterapkan konsep budaya perumahan tradisional.

4. Rencana Pengelolaan Kawasan Rawan Bencana Alam


Untuk pengelolaan kawasan rawan erosi dan tanah longsor, hal yang patut diperhatikan adalah pelestarian fungsi ekologis
kawasan ini yaitu dengan menjaga agar bahaya erosi dan bencana alam longsor tanah dapat dihindarkan. Untuk itu pemanfaatan lahan
di kawasan ini harus dilakukan pengendalian secara ketat dengan mempertahankan tutupan lahan secara optimal. Laju aliran permukaan
dikendalikan dengan mengurangi panjang lereng dan kemiringan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -82

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

a. Di kawasan hutan produksi perlu dibarengi dengan tanaman konservasi berupa tanaman leguminosa seperti kaliandra, lamtoro,
dan gliricidae yang ditanam secara strip croping, yaitu membentuk barisan tanaman (pagar) mengikuti kontur tanah dengan jarak
antar barisan 4-5 meter.
b. Untuk kawasan non hutan perlu dihindarkan dari kegiatan budidaya tanaman semusim secara monokultur, melainkan diarahkan
untuk pengembangan hutan rakyat, dengan jenis tanaman penghasil kayu bangunan, seperti jati dan mahoni, serta tanaman sela
berupa tanaman buah-buahan, cengkeh dan kopi. Pada kawasan hutan, untuk menjaga agar tidak terjadi erosi dan meningkatkan
kesuburan tanah, maka perlu dikembangkan tanaman sela berupa lamtoro yang ditanaman secara strip croping yang membentuk
pagar mengikuti kontur dan dilengkapi bangunan konservasi tanah berupa teraserring.
c. Bagi kawasan rawan banjir, pengelolaan berupa upaya penanggulangan dampak banjir yang dilakukan dengan pembangunan
tanggul sungai. Selain itu pengendalian pembangunan permukiman perlu dilakukan. Untuk daerah-daerah yang masih kosong perlu
dihijaukan dengan tanaman yang memiliki sifat menahan banjir, seperti bambu dan rumput gajah.
Agar Kabupaten siap menghadapi bencana alam yang mungkin terjadi, maka perlu adanya mitigasi bencana. Tujuan utama
mitigasi bencana adalah untuk mereduksi kerugian dan korban yang diakibatkan adanya bencana alam.
Mitigasi bencana dapat dilakukan dengan penyediaan perangkat lunak (software ) dan perangkat keras ( hardware ). Perangkat
lunak yang dimaksud antara lain penyediaan perangkat hukum yang mengatur pengelolaan kawasan rawan bencana, sedangkan
perangkat keras yang dimaksud adalah penyediaan peralatan yang mampu mendeteksi akan adanya bencana alam dan
mereduksidampakyang diakibatkan adanya bencana alam.
Beberapa cara mitigasi bencana alam yang dapat dilaksanakan antara lain dengan penyediaan :
a. Perangkat/peralatan untuk mendeteksi adanya gejala bencana alam.
b. Sistim informasi bahaya bencana alam.
c. Perencanaan yang berbasisi pada keselamatan dari bahaya bencana alam.
d. Sosialisasi atau peringatan dini terhadap bahaya bencana alam.
e. Penanganan saat terjadi bencana dan pada pasca terjadinya bencana alam.

4.4.2 Rencana Pengelolaan Kawasan Budidaya


1. Rencana Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi
Pengelolaan kawasan hutan produksi tetap ini diarahkan agar selain dapat memberikan fungsi ekologis serta
menghasilkan kayu hutan juga dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan. Untuk itu pola pengelolaan
kawasan hutan ini diarahkan untuk Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), yaitu model pengelolaan hutan
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -83

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

parstisipatif yang melibatkan masyarakat sekitar hutan yang dijadikan sebagai obyek pembangunan kehutanan, sehingga
dengan demikian diharapkan kawasan hutan akan menjadi basis ekonomi rakyat sekitar hutan. Untuk itu penanaman tanaman
sela yang memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat seperti (cengkeh, nangka, melinjo, rambutan, durian, dll) dapat
dikembangkan. Selain itu di kawasan hutan di Kabupaten Bogor juga cocok untuk pengembangan APIARI (Perlebahan) untuk
menghasilkan madu.
Untuk meningkatkan pengayaan vegetasi dan tutupan lahan, maka pada areal-areal yang masih gundul atau bervegetasi
jarang akan dilakukan program reboisasi dengan jenis tanaman kayu hutan mahoni dan tanaman buah lainnya Diharapkan
dengan pengelolaan hutan bersama masyarakat ini maka kegiatan perambahan hutan dapat dikendalikan.
2. Rencana Pengelolaan Kawasan Pertanian
a. Arahan pengelolaan untuk kawasan pertanian lahan basah beririgasi diarahkan untuk mempertahankan kawasan
pertanian agar tidak terjadi alih fungsi lahan dan meningkatkan produktivitasnya melalui rehabilitasi sarana/jaringan irigasi
dan jalan usaha tani, sehingga dapat mendorong peningkatan Indek Pertanaman (IP) dari IP-200 menjadi IP-300, dengan
pola tanam padi-padi-palawija.
b. Sedangkan untuk kawasan pertanian lahan basah tadah hujan, arahan pengembangannya ditujukan untuk
mempertahankan agar tidak terjadi alih fungsi lahan menjadi non pertanian. Untuk itu perlu pengendalian ketat terhadap
perijinan untuk peruntukan lain. Selain pengendalian terhadap alih fungsi lahan, pengembangan kawasan ini diarahkan
untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan input teknologi irigasi pompanisasi baik air permukaan maupun tanah
dangkal, guna meningkatkan indek pertanaman IP-200 menjadi IP-300, dengan pola tanam padi-palawija-bera menjadi padi-
padi-palawija / hortikultura.
c. Arahan pengelolaan kawasan pertanian lahan kering ditujukan untuk budidaya tanaman pangan lahan kering (ladang)
seperti jagung, kedelai, dan sayuran (kacang panjang, kacang hijau, bayam, cabe, dll).
d. Sedangkan untuk arahan pengelolaan kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, arahan pemanfaatan kawasan ini
ditujukan untuk menjaga agar kelestarian lahan dapat dipertahankan dan produktivitas lahan dapat ditingkatkan melalui
pola pemanfaatan Kebun Campuran (Talun Kebun), dengan mengkombinasikan tanaman kayu-kayuan, buah-buahan, dan
tumpangsari dengan tanaman pangan.
3. Rencana Pengelolaan Kawasan Perikanan
Arahan pengelolaan kawasan perikanan dimaksudkan untuk pengembangan perikanan. Guna mengoptimalkan
pengembangan kawasan ini, maka perlu pembinaan terhadap sumber daya manusia perikanan terutama para petani ikan,
misalnya bantuan. Dan khususnya di Kecacamatan Pamijahan dan Ciseeng perlu dikembangkan fasilitas penunjang lainnya
guna meningkatkan nilai tambah bagi produk perikanan yang dihasilkan oleh kawasan ini.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -84

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4. Rencana Pengelolaan Kawasan Permukiman


a. Arahan pengelolaan pemanfaatan ruang kawasan permukiman perkotaan diarahkan untuk mengoptimalkan dan
mengendalikan peruntukan lahan dengan tetap mempertahankan keberadaan fungsi resapan melalui ruang terbuka hijau
(RTH).
b. Untuk itu perlu pengaturan aktivitas pembangunan melalui penerapan Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Guna
mengoptimalkan fungsi layanan bagi penduduk kota serta pelayanan ekonomi bagi wilayah belaknganya, maka perlu
penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang memadai dan dukungan prasarana jalan serta terminal antar kota baik
berupa penumpang maupun barang.
c. Sedangkan arahan pengelolaan pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman perdesaan ditujukan untuk
mengoptimalkan fungsi layanan bagi masyarakat perdesaan dengan pengaturan tata ruang permukiman dan pengadaan
fasilitas sosial dan fasilitas umum perdesaan yang mendukung kegiatan pertanian.

5. Rencana Pengelolaan Kawasan Pertambangan


Arahan pengelolaan kawasan pertambangan di Kabupaten Bogor meliputi antara lain :
a. Pengembangan kawasan pertambangan yang mempertimbangkan potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi
dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan.
b. Pengelolaan kawasan bekas penambangan harus direhabilitasi dengan melakukan penimbunan yang menggunakan
material tanah subur sehingga menjadi lahan yang dapat digunakan kembali sebagai kawasan hijau ataupun kegiatan
budidaya lainnya. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhatiakn aspek kelestarian lingkungan hidup.
c. Setiap kegiatan usaha penambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah atas (top soil) untuk keperluan
rehabilitasi / reklamasi lahan bekas pertambangan.

4.5 Rencana Pengembangan Kawasan Strategis


4.5.1. Rencana Pengembangan Kawasan Agropolitan.
Berdasarkan analisis potensi, kesesuaian lahan, dan analisis lokasi, Kecamatan Leuwiliang dan sekitarnya ditetapkan sebagai
Kawasan Agropolitan di Kabupaten Bogor. Pengembangan Kawasan Agropolitan, dilakukan dengan memacu pertumbuhan kawasan
pertanian, serta mengurangi kesenjangan antara Kawasan Perdesaan dan Perkotaan, sehingga merupakan pendekatan pengembangan
Kawasan Perdesaan yang mampu memberikan berbagai pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kawasan produksi
pertanian dan sekitarnya.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -85

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Agar terjadi suatu keseimbangan, maka kawasan perdesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan
dengan kawasan perkotaan (urban-rural linkages) secara dinamis.
Oleh karena itu struktur ruang Kabupaten Bogor disusun berdasarkan pada tata jenjang Kawasan Agropolitan yaitu tata
jenjang pusat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta pemanfaatannya di kawasan produksi pertanian dan
sekitarnya serta pemanfaatan ruangnya.
Kawasan Agropolitan juga diartikan sebagai sistem fungsional desa-desa yang ditunjukkan dengan adanya hirarkhi
keruangan desa yakni adanya Desa Pusat Pertumbuhan (pusat agropolitan dan desa-desa disekitarnya yang membentuk kawasan
agropolitan). Kawasan tersebut terkait dengan sistem pusat-pusat permukiman Nasional, sistem pusat-pusat permukiman Provinsi
dan sistem pusat-pusat permukiman Kabupaten.
Kebijakan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur untuk mendukung pendapatan petani dengan sasaran
pengembangansarana dan prasarana dasar yang mampu memberikan dampak posistif bagi produktifitas petani harus dilakukan.
Oleh karena itu dalam kebijakan kegiatan pokok diprioritaskan pada kegiatan antara lain :
1. Memperbaiki aksesibilitas terutama melalui perbaikan kualitas dan kapasitas jalan.
2. Meningkatkan modal sosial yang ada dalam masyarakat.
3. Mendorong tumbuhnya pusat kegiatan ekonomi baru dengan memperhatikan produk andalan daerah.
4. Meningkatkan akses masyarakat dan usaha kecil dan menengah kepada permodalan, pasar, informasi dan teknologi.
5. Meningkatkanketerkaitan kegiatan ekonomi di wilayah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan.
6. Mengembangkan kerjasama dan keterkaitan kegiatan ekonomi antar daerah dalam kegiatan ekonomi lokal.
7. Penguatan dan penataan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -86

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Gambar 4.7
Konsepsi Pengembangan Kawasan Agropolitan
(yang ada bulatan penghasil bahan baku)

Pengembangan komoditas pertanian diarahkan melalui pendekatan pembangunan sistem dan usaha agrobisnis.
Pengembangan sistem agrobisnis dapat diartikan sebagai cara pandang dengan menekankan pada tiga hal, yaitu :
1. Melalui pembangunan agrobisnis, pendekatan pembangunan pertanian ditingkatkan dari pendekatan produksi kependekatan
yang berdasarkan bisnis.
2. Pembangunan pertanian bukan semata merupakan sektoral, namun juga terkait oleh agroindustri hulu, agroindustri hilir dan
lembaga jasa penunjang.
3. Pembangunan pertanian bukan sebagai pembangunan parsial pengembangan komoditas, melainkan sangat terkait dengan
pengembangan wilayah.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -87

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Kecamatan Leuwiliang direncanakan untuk ditetapkan sebagai Kawasan Agropolitan, yang memiliki fungsi dalam kawasan
agropolitan sebagai pusat perdagangan dan transportasi pertanian, penyedia jasa pendukung pertanian, pasar konsumen produk non
pertanian, pusat industri pertanian dan penyedia pekerjaan non pertanian.

4.5.2. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Puncak.


Kawasan Puncak yang meliputi tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua, merupakan kawasan
yang dinilai andalan sebagai kawasan Pariwisata Kabupaten Bogor. Pengembangan Kawasan Pariwisata dilakukan dengan
memanfaatkan potensi alam dan sumber daya manusia yang berbasis pertanian/perdesaan. Agar terjadi suatu keseimbangan antara
alam yang dimanfaatkan maka kawasan perdesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan dengan kegiatan
kawasan perkotaan (urban-rural linkages) secara dinamis.
Kebijakan pengembangan pariwisata puncak dilakukan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan meningkat
fungsi dan peranan sebagai kawasan konservasi. Oleh karena itu dalam pengembangannya diprioritaskan pada kegiatan antara lain :
1. Mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi yang berbasis masyarakat pariwisata.
2. Meningkatkan akses masyarakat dan usaha kecil kepada permodalan, pasar, informasi dan teknologi.
3. Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi melaluin pengembangan desa-desa dan masyarakat wisata.
4. Mengembangkan kerjasama dan keterkaitan kegiatan ekonomi antara masyarakat dengan pelaku-pelaku wisata.
5. Penguatan dan penataan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.

Pengembangan pariwisata diarahkan melalui pendekatan pemanfaatan ruang yang terbatas dengan menekankan pada :
1. Membatasi pemanfaatan lahan yang berlebihan dengan penerapan BCR rendah, diarahkan pada pembangunan secara vertikal
(bangunan tinggi)
2. Pengembangan budidaya pertanian/kehutanan pada areal lahan yang memiliki topografi > 25 %
3. Pengembangan fasilitas pendukung wisata (hotel dan objek lainnya) yang terkait dengan pengembangan wilayah.

Kecamatan Cisarua direncanakan untuk ditetapkan sebagai Pusat pengembangan Kawasan Pariwisata Puncak sebagai pusat
pelayanan jasa pariwisata, penyedia jasa pendukung pariwisata, pasar konsumen produk pertanian,.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -88

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.5.3. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Industri.


Kawasan Strategis industri meliputi tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Cileungsi, klapanunggal dan Gunungputri, merupakan
kawasan yang dinilai andalan sebagai kawasan yang berkembangnya kegiatan industrii di Kabupaten Bogor. Pengembangan
Kawasan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang didukung oleh parasana yang memadai.
Kebijakan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur untuk mendukung berkembangnya kegiatan industri melalui
pengembangan dan pembangunan sarana dan prasarana yang mampu memberikan dampak posistif bagi produktifitas kawasan. Oleh
karena itu dalam kebijakan kegiatan pokok diprioritaskan pada kegiatan antara lain :
1. Memperbaiki aksesibilitas terutama melalui perbaikan kualitas jalan.
2. Meningkatkan kualitas SDM yang ada dalam masyarakat.
3. Mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi baru.
4. Meningkatkan akses masyarakat dan usaha kecil dan menengah kepada permodalan, pasar, informasi dan teknologi.
5. Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan melalui pengembangan
bahan baku industri.
6. Penguatan dan penataan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.

Kecamatan Cileungsi direncanakan untuk ditetapkan sebagai Pusat Kawasan Pengembangan Industri yang memiliki fungsi
sebagai pusat penyedia jasa dan pelayanan, pasar konsumen produk industri.

4.5.4. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Tambang.


Kawasan Strategis tambang merupakan kawasan yang dinilai potensial terhadap pengembangan ekonomi lokal dan dalam
pelaksanaannya berdampak langsung terhadap gangguan lingkungan. Pengembangan kawasan dilakukan dengan memanfaatkan
potensi sumber daya yang didukung oleh parasana yang memadai.
Kebijakan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur untuk mengendalikan kerusakan lingkungan dan berkembangnya
kegiatan penambangan rakyat yang mampu memberikan dampak posistif bagi produktifitas kawasan. Oleh karena itu dalam
kebijakan kegiatan pokok diprioritaskan pada kegiatan antara lain :
1. Memperbaiki aksesibilitas terutama melalui perbaikan kualitas jalan.
2. Meningkatkan kualitas SDM yang ada dalam masyarakat.
3. Meningkatkan akses masyarakat dan usaha kecil dan menengah kepada permodalan, pasar, informasi dan teknologi.
4. Meningkatkan keterkaitan kegiatan ekonomi melalui pengembangan pengolahan bahan tambang menjadi produk setengah jadi.
5. Penguatan dan penataan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -89

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Kecamatan Cigudeg direncanakan untuk ditetapkan sebagai Pusat Kawasan Pengembangan Tambang yang memiliki fungsi sebagai
pusat penyedia jasa dan pelayanan, serta pengolahan hasil tambang.

4.5.5. Rencana Pengembangan Kawasan Strategis Perbatasan.


Kawasan Strategis Perbatasan merupakan kawasan yang dinilai potensial terhadap pengembangan ekonomi yang terintegrasi
dengan wilayah sekitar. Pengembangan kawasan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumber daya yang didukung oleh
parasana yang memadai.
Kebijakan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur untuk mengendalikan lingkungan dan berkembangnya kegiatan
ekonomi perkotaan/perbatasan yang mampu memberikan dampak posistif bagi produktifitas kawasan. Oleh karena itu dalam
kebijakan kegiatan pokok diprioritaskan pada kegiatan antara lain :
1. Mengsinergikan rencana peruntukan dan pemanfaatan ruang.
2. Memperbaiki aksesibilitas terutama melalui perbaikan kualitas jalan.
3. Meningkatkan kualitas fasilitas pelayanan melalui pengembangan prasarana.
4. Penguatan dan penataan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.

Kecamatan Sukaraja, Ciomas, Ciawi, Kemang dan Cibinong direncanakan untuk ditetapkan sebagai Kawasan Prioritas perbatasan
yang memiliki fungsi sebagai pusat penyedia jasa dan pelayanan, serta pengolahan hasil tambang.

4.5.6 Rencana Pengembangan Kawasan Ekonomi Potensial


Kawasan Pengembangan Ekonomi Potensial ditentukan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Kawasan
tersebut memiliki aglomerasi terhadap pusat permukiman perkotaan dan kegiatan produksi serta dengan pertimbangan dapat
memberikan dampak perkembangan suatu wilayah.
Kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Potensial untuk di Kabupaten Bogor adalah Kawasan Pengembangan
Utama Komoditi ( KAPUK ) dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terintegrasi (KAPEKSI).
Kawasan Pengembangan Utama Komoditi (KAPUK) diKabupaten Bogor terdiri dari :
1. KAPUK manggis dengan pusat pengembangannya di Kecamatan Leuwiliang serta wilayah pengembangan utama komoditi
meliputi sentra-sentra produksi Nanas dan Talas di Kabupaten Bogor.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -90

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2. KAPUK ternak hewan dengan pusat pengembangannya di Kecamatan Cisarua dan Leuwiliang serta wilayah pengembangan
utama komiditi meliputi sentra-sentra produksi hewan ternak di Kabupaten Bogor.
Sedangkan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terintegrasi (KAPEKSI) di Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut :
1. Kota Cibinong, Leuwiliang dan Cileungsi direncanakan untuk dijadikan sebagai sub pusat industri pengolahan. Jenis industri
olahan produk pertanian.
2. Kecamatan Cisarua direncanakan untuk dijadikan sebagai sub pusat pengembangan pariwisata. Sub pusat tersebut akan
melayani dua wilayah yaitu wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur.

Jenis pengembangan pariwisata yang dikembangkan adalah wisata alam dengan fasilitas hotel dan restoran dipusatkan di
Kecamatan Cisarua. Cakupan kawasan wisata meliputi kawasan wisata sekitar kawasan Gunungpancar, .
Sehubungan dengan pengembangan pada kawasan ekonomi potensial, maka upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut adalah :
1. Menciptakan pusat-pusat produksi bagi Sumber Daya Alam yang menjadi sektor unggulan. Memberikan kemudahan dalam
penyediaan prasarana, sarana dan pemasaran dalam pengembangan sumber daya alam yang tersedia pada kawasan secara
optimal.
2. Pengembangan program-program menyeluruh dan terpadu baik bagi sumber daya manusia, sumber daya alam maupun sumber
daya buatan guna menciptakan keseimbangan ekologis.
3. Melakukan pembinaan kepada masyarakat melalui pengembangan keanekaragaman pengolahan hasil panen, pengenalan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara inovatif dan sarana pemasaran yang dilakukan sehubungan dengan produksi yang diciptakan.
4. Melakukan pendekatan kepada swasta secara personal agar dapat berpartisipasi dalam menunjang peningkatan pemasaran yang
pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -91

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.5.7 Kawasan Rawan Bencana


Rencana pemanfaatan lahan pada kawasan rawan bencana (letusan gunung api, tanah longsor/erosi adalah dengan
menciptakan kesempatan yang sama bagi penduduk untuk dapat merasa aman didaerah tempat tinggalnya. Pengembangan ini
bertujuan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam
menangani masalah bencana di daerahnya.
a. Kawasan Rawan Bencana Tanah longsor
Kawasan rawan bencana longsor dibedakan atas zona-zona berdasarkan karakter dan kondisi fisik alaminya sehingga
pada setiap zona akan berbeda dalam penentuan struktur ruang dan pola ruangnya serta jenis dan intensitas kegiatan yang
dibolehkan, dibolehkan dengan persyaratan atau yang dilarangnya. Zona berpotensi longsor adalah daerah/kawasan yang rawan
terhadap bencana longsor dengan kondisi terain dan kondisi geologi yang sangat peka terhadap gangguan luar baik yang bersifat
alami maupun aktifitas manusia sebagai pemicu gerakan tanah sehingga berpotensi terjadinya longsor. Berdasarkan
hidrogeomorfologinya dibedakan menjadi 3 tipe zona yaitu:
Tabel 4.242
Tipologi Kawasan Rawan Bencana Longsor
ZONA TIPE A ZONA TIPE B ZONA TIPE C

Zona berpotensi longsor pa da daerah Zona berpotensi longsor pada daerah Zona Berpotensi longsor pada
lereng gunung, lereng pegunungan, kaki gunung, kaki pegunungan, kaki daerah dataran tinggi, dataran
lereng bukit, lereng perbukitan, dengan bukit, kaki perbukitan, dengan dataran rendah, dataran tebing
kemiringan lereng di atas 30 %, dengan kemiringan lereng 16% sampai dengan sungai, lembah sungai, dengan
ketinggian di atas 1000 mdpl. 30 %, dengan ketinggian: 500 m dpl kemiringan lereng 15%, dengan
sampai dengan 1000 m dpl. ketinggian 0 mdpl sampai dengan
500 mdpl.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -92

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

BENCANA LONGSOR 2007 1. PEMBUATAN SUMUR RESAPAN


Kabupaten Bogor memiliki luas 298.838 ha, diantaranya sekitar 30 % LUAS JUMLAH KAPASITA

merupakan daerah perbukitan/pegunungan yang dicirikan oleh topo-fisiografis PEMUKIMAN TUTUPAN


(Ha)
SUMUR
RESAPAN
S
TAMPUNG
KETERANGAN

beragam. Daerah pegunungan pada wilayah ini mempunyai dampak yaitu (titik) (M3)
DAS CILIWUNG HULU 3.883 19.415.000 1.941.500 - 0,10 x 100 cm atau 5m3 air
rentannya terhadap erosi dan longsor. Kondisi umum wilayah Kabupaten Bogor (CISARUA, resapan.
MEGAMENDUNG,
potensial untuk terjadinya Longsor, hal ini didukung oleh keadaan alam dan CIAWI)
DAS CILIWUNG 3.602 180.000 3.240.000 -1 sumur = 1,5 m3 / jam / 200 m2
iklimnya antara lain, curah hujan tergolong tinggi rata-rata 3500 4000 TENGAH tutup
an dengan asumsi intensitas hujan 6
mm/th, kemiringan lereng > 40 %, batuan penyusun umumnya batu pasir tufaan jam

TOTAL DAYA TAMPUNG 5.181.500


produk gunung api, pertanian semusim dan permukiman mendominasi penggunaan
lahan pada kawasan tersebut. 2. PENINGKATAN KAPASITAS SITU
Faktor tersebut saling terkait dan dalam proses alami akan JUMLAH SITU DAS LUAS KAPASITAS RENCANA KETERANGAN
membentuk suatu keseimbangan. Apabila keseimbangan tersebut terganggu CILIWUNG HULU +
TENGAH
(HA) (M3) KAPASITAS (M3)

maka alam akan berproses untuk mencapai keseimbangan baru. Dalam rangka 13 71,28 712.800 1.425.600 -Menambah kapasitas tampung
dengan
mencapai keseimbangan baru ini akan terjadi berbagai macam proses, baik Pengerukan maks 1 meter.

proses erosi maupun proses gerakan massa (Longsor).

PERMASALAHAN
Bencana longsor dan banjir dibagian hilir terjadi dengan puncak hujan
tinggi dengan intensitas hujan mencapai 254 mm/hari pada tanggal 4 Februari
2007. Hal ini yang mendorong terjadinya banjir dan longsor.
Curah hujan tinggi > 200 mm/hari yang terjadi dalam waktu singkat (< 1 jam) LAHAN KRITIS DI LUAR KAWASAN HUTAN
hanya bepotensi terjadinya erosi, tapi curah hujan dengan intensitas tingi (245 DAS/ Lahan Kritis (Ha) Jumlah
No (%)
mm/hr) dan berlengsung lama (> 6 jam) berpotensi longsor Sub DAS Perkebunan Pengembang Masyarakat (ha)

1 Ciliwung 894,70 704,10 381,90 1.980,70 7,52


2 Cisadane 774,00 1.579,00 4.190,50 6.543,50 24,83
RENCANA PENANGANAN 3 Kali Bekasi 939,30 3.507,60 2.403,58 6.850,48 26,00

I. SECARA VEGETATIF

DAS CILIWUNG CISADANE KALI JUMLAH JUMLAH JENIS POHON


LAHAN (HA) (HA) BEKASI (HA) POHON LAHAN KRITIS DI DALAM KAWASAN HUTAN
KRITIS (HA) (BATANG)
No Fungsi Hutan Jumlah (ha)
PERKEBUNAN 894,70 774,00 939,30 2.608 312.960 TANAMAN TAHUNAN / KERAS
1 Hutan Konservasi 551
(Karet, Cengkeh, Sawit)
2 Hutan Produksi 8.047
PENGEMBANG 704,10 1.579,00 3.507,60 5.790,7 144.767 TANAMAN PELINDUNG
(Akasia,Ketapang, Gmelina, Jumlah 8.598
Angsana)
MASYARAKAT 381,90 4.190,50 2.403,58 6.975,98 837.117 TAN BUAH (Manggis, Durian,
Mangga, Rambutan, Petai
Petaian)

JUMLAH JUMLAH POHON


FUNGSI JENIS POHON
(HA) (BATANG)

HUTAN KONSERVASI 551 66.120 -TANAMAN TAHUNAN / KERAS


HUTAN PRODUKSI 8.047 965.640 - TANAMAN INDUSTRI

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -93

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Kriteria dan penetapan kawasan bencana longsor mengacu pada Permen PU nomor 22/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor.
Untuk menunjang tujuan tersebut, maka upaya yang akan dilakukan antara lain :
1) Menciptakan infrastruktur yang khusus di daerah rawan bencana sehingga nilai investasi yang telah ditanam tidak terlalu sia-
sia dan daerah tersebut dapat berkembang sesuai dengan sumber daya yang dimiliki.
2) Menciptakan peraturan zonasi, peraturan bangunan, membatasi kebebasan membangun pada daerah-daerah yang dianggap
rawan bencana secara optimal.
3) Mempertimbangkan kestabilan lereng dalam perencanaan, perancangan, dan pengembangan lokasi bangunan.
4) Pengendalian pemanfaatan lahan garapan pada daerah-daerah perbukitan dan pegunungan.
5) Mempertahankan dan merevitalisasi kawasan mangrove / bakau sebagai barier area untuk mitigasi.
6) Menyediakan ruang untuk evakuasi berupa ruang terbuka hijau
7) Tidak mencetak pertanian lahan basah (sawah) pada kawasan terjal.
8) Menyusun rencana zonasi yang meliputi peraturan zonasi dan peta zonasi.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -94

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tipologi kawasan rawan bencana longsor di Kabupaten Bogor termasuk dalam tipologi kawasan rawan bencana zona
A,B dan C. Zona A berada pada 3 tingkat kerawanan yaitu:
1) Tingkat Kerawanan Tinggi meliputi Kecamatan Cigudeg dan sebagian Kecamatan Sukamakmur.
2) Tingkat Kerawanan Sedang mliputi Kecamatan Cisarua, Megamendung dan Babakanmadang.
3) Tingkat Kerawanan Rendah meliputi Kecamatan Citeureup, Tanjungsari, Tanasari dan Ciawi.

Arahan pengelolaan kawasan bencana longsor di Kabupaten Bogor mengacu pada peraturan zonasi untuk zona
berpotensi longsor.

Tabel 4.23
Acuan dalam Penyusunan Peraturan Zonasi untuk Zona Berpotensi longsor

TIPE TINGKAT ATURAN PERATURAN ZONASI


ZONA KERAWANAN
A Tinggi a. Tidak untuk kegiatan pembangunan fisik.
b. Fungsi tidak berubah/diubah sebagai hutan lindung.
c. Pemanfaatan yang tidak konsisten dalam fungsi kawasan dikembalikan pada kondisi dan fungsi
semula secara bertahap.
Sedang a. Dapat untuk kegiatan pariwisata terbatas.
b. Dapat untuk untuk kegiatan hutan kota dengan persyaratan pembangunan serta pengawasan dan
pengendalian yang ketat.
c. Kegiatan yang tidak konsisten dalam pemanfaatannya dikembalikan pada kondisi dan fungsi
semula secara bertahap.
d. Tidak layak untuk kegiatan-kegiatan ; hunian/permukiman, industri, pertambangan, hutan produksi,
pertanian pangan, perikanan dan peternakan.
Rendah a. Tidak layak untuk kegiatan industri, namun dapat untuk semua jenis kegiatan dengan persyaratan
tertentu.
b. Sangat layak untuk kegiatan pariwisata terbatas dan hutan kota/ruang terbuka hijau kota
c. Tetap memelihara fungsi lindung
d. Diperlukan pengawasan dan pengendalian
B Tinggi a. Fungsi tidak berubah/dirubah sebagai hutan lindung.
b. Tidak layak untuk kegiatan hunian/permukiman, per-tambangan, industri, peternakan, dan
perikanan.
c. Kegiatan lainnya: pariwisata terbatas, hutan kota, hu tan produksi, perkebunan, dan pertanian

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -95

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

TIPE TINGKAT ATURAN PERATURAN ZONASI


ZONA KERAWANAN
dengan persyaratan tertentu
d. Untuk kegiatan/kawasan yang tidak konsisten dalam pemanfaatan, akan dikembalikan pada kondisi
dan fungsi semula secara bertahap.
e. Diperlukan pengawasan dan pengendalian peman-faatan ruang yang ketat.
Sedang a. Tidak layak untuk kegiatan industri, pertambangan, dan hunian/permukiman.
b. Untuk kegiatan pariwisata dengan persyaratan tertentu
c. Untuk kegiatan hutan kota, hutan produksi, perkebun an, pertanian, perikanan, dan peternakan,
dengan pengawasan dan pengendalian yang ketat serta persyaratan tertentu antara lain:
d. Rekayasa teknis, terasering, perkuatan lereng, sistem drainase yang tepat, mengikuti kontur,
e. Pemilihan jenis vegetasi dan pola tanam yg tepat,
f. Untuk jenis kegiatan penelitian
g. Untuk kegiatan/kawasan yang tidak konsisten dalam pemanfaatan, akan dikembalikan pada kondisi
dan fungsi semula secara bertahap.
Rendah a. Tidak untuk kegiatan industri.
b. Layak untuk kegiatan pariwisata alam, hutan pro-duksi, hutan kota, perkebunan, dan pertanian
dengan persyaratan tertentu: rekayasa teknik, jenis wisata alam, pemilihan jenis vegetasi yang
mendukung fungsi daerah resapan dan kelestarian lingkungan, dan untuk kegiatan penelitian.
c. Untuk kegiatan/kawasan yang tidak konsisten dalam pemanfaatan, akan dikembalikan pada kondisi
dan fungsi semula secara bertahap.
d. Untuk kegiatan pertambangan dan hunian/permukim-an, dan pariwisata dengan persyaratan ketat
C Tinggi a. Tidak diizinkan untuk pembangunan industri/pabrik, hunian/permukiman, pertambangan, dan
peternakan.
b. Diizinkan untuk kegiatan hutan kota, hutan produksi, perkebunan dengan persyaratan ketat dan
penga-wasan dan pengendalian yang ketat.
c. Diizinkan untuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, dengan persyaratan ketat.
d. Diizinkan untuk kegiatan pariwisata dengan persyaratan tertentu
e. Untuk kawasan yang tidak konsisten dalam pemanfaatan, akan dikembalikan pada kondisi dan
fungsi semula secara bertahap.
Sedang a. Tidak diizinkan untuk pembangunan industri/pabrik
b. Diizinkan untuk kegiatan hutan kota hutan produksi, perkebunan dengan persyaratan ketat serta
penga-wasan dan pengendalian yang ketat
c. Untuk kegiatan pertanian, peternakan, dan perikanan dengan persyaratan tertentu
d. Untuk kegiatan pertambangan dan hunian/permukim-an, dan pariwisata dengan persyaratan ketat.
e. Persyaratan kegiatan pertambangan a.l.: aspek kesta bilan lereng, daya dukung lingkungan,
reklamasi lereng, revitalisasi kawasan, dsb.
Rendah a. Tidak diizinkan untuk pembangunan industri/pabrik.
b. Diizinkan untuk kegiatan pariwisata dengan syarat:
c. Diizinkan untuk kegiatan peternakan dengan persyaratan:
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -96

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

TIPE TINGKAT ATURAN PERATURAN ZONASI


ZONA KERAWANAN
d. Diizinkan untuk kegiatan pertambangan dengan persyaratan:
e. Diizinkan untuk permukiman dengan persyaratan:
f. Diizinkan untuk transportasi dengan persyaratan:
g. Untuk kawasan yang tidak konsisten dalam pemanfaatan, akan dikembalikan pada kondisi dan
fungsi semula secara bertahap.

b. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi


Berdasarkan informasi geologi dan tingkat risiko letusan gunung berapi, tipologi kawasan rawan letusan gunung berapi
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe sebagai berikut:
Tabel 4.24
Tipologi Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi
ZONA TIPE A ZONA TIPE B ZONA TIPE C
a. Kawasan yang berpotensi terlanda a. Kawasan yang berpotensi terlanda a. Kawasan yang sering terlanda awan panas,
banjir lahar dan tidak menutup awan panas, aliran lahar dan lava, aliran lahar dan lava, lontaran atau guguran batu
kemungkinan dapat terkena lontaran atau guguran batu pijar, (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas),
perluasan awan panas dan aliran lava. hujan abu lebat, hujan lumpur aliran panas dan gas beracun. Hanya
Selama letusan membesar, kawasan (panas), aliran panas dan gas diperuntukkan bagi kawasan rawan letusan
ini berpotensi tertimpa material beracun gunung berapi yang sangat giat atau sering
jatuhan berupa hujan abu lebat dan meletus
lontaran batu pijar
b. Kawasan yang memilki risiko tinggi (sangat
b. Kawasan yang memiliki tingkat
b. Kawasan yang memiliki tingkat risiko dekat dengan sumber letusan. Pada saat terjadi
risiko sedang (berjarak cukup
rendah (berjarak cukup jauh dari aktivitas magmatis, kawasan ini akan dengan
dekat dengan sumber letusan,
sumber letusan, melanda kawasan cepat terlanda bencana, makhluk hidup yang
risiko manusia untuk
sepanjang aliran sungai yang ada disekitarnya tidak mungkin untuk
menyelamatkan diri pada saat
dilaluinya, pada saat terjadi bencana menyelamatkan diri).
letusan cukup sulit, kemungkinan
letusan, masih memungkinkan
untuk terlanda bencana sangat
manusia untuk menyelamatkan diri,
besar)
sehingga risiko terlanda bencana
masih dapat dihindari).

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -97

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Kriteria dan penetapan kawasan rawan letusan gunung berapi longsor mengacu pada Permen PU nomor
21/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi
Sebagian Kabupaten Bogor yaitu berada pada zona kawasan rawan letusan gunung berapi type C. Arahan pengelolaan
kawasan rawan letusan gunung berapi di Kabupaten Bogor diarahkan dengan pendekatan konsep penyesuaian lingkungan yaitu
upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada. Untuk
kawasan rawan letusan gunung berapi tipologi C, penggunaan ruang diutamakan sebagai kawasan lindung, sehingga mutlak
dilindungi. Namun pada kawasan rawan letusan gunung berapi di kawasan perdesaan masih dapat dimanfaatkan sebagai
kawasan budi daya terbatas, seperti kegiatan kehutanan dan pariwisata (kawasan puncak gunung berapi).

4.5.8 Kawasan Pengendalian Ketat


Pengendalian terhadap kawasan-kawasan yang mempunyai kecenderungan perkembangan kegiatan budidaya yang sangat
tinggi, bertujuan menghindari terjadinya konflik dengan kawasan konservasi yang lokasinya berdekatan dengan kawasan tersebut.
Adapun kawasan yang dikendalikan dan memiliki kecenderungan sebagai kawasan yang cepat tumbuh dan dimungkinkan
dapat mengganggu fungsi utama di Kabupaten Bogor adalah daerah aliran sungai (DAS), sumber air dengan sempadannya, Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) , kawasan lindung dan pertambangan skala regional.
1. Daerah Aliran Sungai, Sumber Air dan Sempadannya
Di Kabupaten Bogor terdapat beberapa DAS antara lain DAS Ciujung, DAS Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Cisadane,
DAS Ciliwung, DAS Citarum, dan DAS Kali Bekasi.
Pemanfaatan lahan di kawasan hulu sungai tersebut saat ini adalah perladangan, perkebunan dan permukiman sehingga
mempengaruhi kondisi ekologis DAS seperti terjadinya penggundulan hutan dan pencemaran sungai yang menyebabkan
terjadinya bencana banjir di bagian hilir (DKI) terutama pada musim hujan.
Diantara daerah aliran sungai tersebut, daerah aliran sungai ( DAS ) Ciliwung dan Sadane merupakan DAS yang paling
berpengaruh terhadap wilayah hilir karena merupakan muara dari beberapa sungai, melalui Kota Bogor.
Adapun rencana pengelolaan dan pengendalian pokok daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung dan Sadane di Kabupaten
Bogor adalah sebagai berikut :
a. Rehabilitasi lahan kritis diluar kawasan, reboisasi hutan lindung serta pelestarian kawasan sumber-sumber mata air.
b. Pengendalian pencemaran sumber-sumber air dan badan air Sungai Ciliwung, Sungai Cileungsi dan Sungai Cisadane yang
ditimbulkan oleh Limbah Domestik, Industri dan Residu Pertanian.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -98

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

c. Reboisasi lahan kritis didalam kawasan hutan lindung, yang bertujuan untuk mengendalikan besarnya erosi dan sedimentasi
pada Kali Ngasinan.
d. Pengendalian ketersediaan, alokasi dan distribusi air baku untuk irigasi, industri, permukiman dan keperluan lainnya.
e. Pembangunan dan rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana pengairan.
f. Peningkatan kualitas sumber daya manusia disegala strata baik masyarakat maupun aparatur pemerintah.
g. Pengendalian banjir sepanjang Sungai Ciliwung yang berfungsi untuk mencegah daya rusak air.
Kawasan perlindungan setempat sekitar sempadan sungai di kawasan permukiman, garis sempadan sungai ditetapkan
sekurang-kurangnya 10 meter. Sempadan tersebut diupayakan untuk memberikan ruang terhadap tata hijau di stren kali
terutama Kali Ngasinan yang berada di wilayah Kota Cibinong.
2. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terpadu
Penentuan TPA terpadu di Kabupaten Bogor harus didasari atas kesepakatan bersama antar wilayah dan lokasi tersebut
harus jauh dari permukiman penduduk. Oleh karena itu maka di area sekitar TPA diupayakan untuk dibudidayakan tanaman
pepohonan yang berfungsi sebagai greenbelt dan upaya membatasi kawasan terbangun.
3. Kawasan Lindung Prioritas dan Pertambangan Skala Regional
Kawasan lindung prioritas merupakan kawasan yang diutamakan dalam upaya mengembangkan dan membudidayakan
tanaman keras.
Kawasan yang diprioritaskan dalam upaya memulihkan kembali hutan lindung di Kabupaten Bogor terdapat di kawasan
gunung Gede Pangrango.
Selain kawasan tersebut upaya melestarikan kawasan konservasi disemua wilayah Kabupaten Bogor harus ditindak
lanjuti, untuk mengantisipasi terjadinya banjir dan tanah longsor terutama di Kecamatan Babakanmadang, dan Sukamakmur.
Kawasan pertambangan skala regional dalam luasan dan jenis tertentu merupakan kewenangan provinsi untuk
mengaturnya dalam rangka penanganan yang berkelanjutan. Pertambangan skala regional diperlukan upaya penanganan yang
berkelanjutan seperti eksploitasi kawasan gunung kapur (kawasan Karst) yang berpotensi meresapkan air tanah.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -99

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.6 Rencana Kebijakan Penataan Ruang Darat, dan Ruang Udara Termasuk Ruang di Dalam
Bumi Sebagai Satu Kesatuan.
4.6.1 Penataan Ruang Darat.
Karakter perkembangan dan pengembangan pemanfaatan ruang yang ada dan yang direncanakan diwilayah Kabupaten
Bogor,sebagai kawasan yang tumbuh ditandai oleh pergeseran pemanfaatan lahan atau alih fungsi lahan. Perlindungan terhadap ruang
darat harus dilakukan dengan tujuan pelestarian lingkungan hidup. Perlindungan atas ruang darat meliputi penggunaan ruang darat
yang mengacu pada rencana pemanfaatan ruang darat untuk kawasan lindung.
Untuk pemanfaatan ruang yang ada diadalm bumi, telah diatur sesuai ketentuan yang diamanatkan dalam peraturan
perundang-undangan tentang galian tambang kelas A ( tambang strategis ) serta tentang minyak dan gas bumi.

Sedangkan pemanfaatan ruang darat untuk kepentingan umum, telah diatur dalam peraturan Presiden Republik Indonesia yang
menyebutkan bahwa semua pemanfaatan ruangnya harus tercantum dalam dokuman rencana tata ruang.

4.6.2 Penataan Ruang Udara.


Ruang udara diatas wilayah Kabupaten Bogor dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan yang meliputi transmisi gelombang
komunikasi (radio, televisi dan telekomunikasi) , saluran udara transmisi listrik dan penyediaan oksigen untuk kehidupan.
Lokasi bangunan transmisi diatur sesuai rencana detail tata ruang, serta pemanfaatannya mempertimbangkan efisiensi. Selain
itu juga harus memperhatikan faktor lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak terhadap gangguan atau keamanan terhadap
masyarakat sekitar. Katinggian bangunan sesuai ketentuan yang mengatur keselamatan penerbangan adalah maksimum 50 meter.
Untuk menjaga mutu udara, maka upaya untuk mengurangi atau membatasi polusi udara perlu dilakukan, baik pembatasan
emisi gas karbon kendaraan bermotor melalui uji emisi, maupun pembatasan gas buangan dari proses produksi industri dengan
penerapan teknologi pembuangan gas yang ramah lingkungan serta dengan mempertahankan luasan kawasan terbuka hijau guna
menjaga kualitas udara diwilayah Kabupaten Bogor.

Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Udara


Sistem transportasi udara, terdiri dari :
a. tatanan kebandarudaraan; dan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -100

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

b. ruang udara untuk penerbangan.


Tatanan kebandarudaraan yang terdapat di wilayah Kabupaten Bogor adalah bandar udara khusus, yaitu :
a. lapangan udara pertahanan keamanan Atang Senjaya di Kecamatan Kemang;
b. lapangan udara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di Kecamatan Rumpin; dan
c. Lapangan udara Sekolah Polisi Negara (SPN) Lido di Kecamatan Cigombong.
Ruang udara untuk penerbangan, meliputi :
a. Ruang udara sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk operasi penerbangan; dan
b. Ruang udara yang ditetapkan sebagai jalur penerbangan.

4.7 Pemanfaatan dan Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Kabupaten Bogor.


Agar pengembangan kawasan sebagai daerah pemukiman, kegiatan ekonomi, dan kawasan lindung yang telah direncanakan
dapat terlaksana dengan baik maka aspek legalisasi dan kelembagaan memegang peranan yang sangat vital. Sesuai dengan konsep
pelayanan publik, maka Pemerintah Kabupaten Bogor harus mampu berperan sebagai perencana dan pengendali pemanfaatan ruang
wilayah Kabupaten Bogor.
Mekanisme yang dapat digunakan adalah dengan melibatkan lapisan masyarakat serta semua instansi yang terkait dengan
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Instansi /dinas-dinas teknis daerah termasuk Dinas Pendapatan Daerah yang dalam hal ini berkepentingan terhadap pajak dan
restribusi yang terkait dengan pemanfaatan ruang akan dilibatkan dalam proses pemeriksaan, pemberian ijin, serta pengawasan
pemanfaatan tata ruang lembaga koordinasi penataan ruang daerah Kabupaten.
Adanya aspek legal dari setiap produk hukum yang berkaitan dengan RTRW Kabupaten Bogor, maka Pemerintah Daerah
Kabupaten Bogor akan lebih mudah dalam mengimplementasikan dan mengendalikan pemanfaatan ruang. Di samping itu, dengan
terakomodasinya semua kegiatan yang direncanakan di Kabupaten Bogor sampai dengan tahun 2025 didalam dokumen RTRW
Kabupaten Bogor dengan melibatkan instansi, dinas terkait serta masyarakat dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang diharapkan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -101

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.7.1 Tingkat Kewenangan Pemerintah dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang


Berdasarkan UU nomor 26 Tahun 2007, disebutkan bahwa rencana tata ruang dibedakan atas (1) Rencana Tata Ruang wilayah
Nasional, (2) Rencana Tata Ruang wilayah Provinsi, dan, (3) Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten/Kota. Ketiganya merupakan
rencana tata ruang yang hierarkis artinya Rencana Tata Ruang wilayah Provinsi merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang wilayah
Nasional, dan Rencana Tata Ruang wilayah Kabupaten/Kota merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang wilayah Provinsi Daerah.
Dengan demikian masing-masing memiliki kewenangan yang tidak sama.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -102

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4.7.2 Pelaksanaan Penataan Ruang


Tugas dan tanggungjawab koordinasi penataan ruang Kabupaten berada ditangan Bupati (pasal 10, Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 147 tahun 2004). Dalam pasal 11 disebutkan bahwa operasional sehari-hari tugas Koordinasi dilaksanakan oleh Badan
Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).
1. Tugas BKPRD adalah:
a. Merumuskan dan mengkoordinasikan berbagai kebijakan penataan ruang Kabupaten dengan memperhatikan kebijakan
penataan ruang Nasional dan Provinsi;
b. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang dan Rencana Tata Ruang Kawasan sebagai jabaran lebih lanjut
RTRW Kabupaten.
d. Mengintegrasikan dan memaduserasikan penyusunan RTRW Kabupaten dengan RTRW Provinsi, RTR Kawasan yang telah
ditetapkan Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota yang berbatasan;
e. Memaduserasikan rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten, masyarakat
dan dunia usaha dengan rencana tata ruang;
f. Mengoptimalkan penyelenggaraan penertiban, pengawasan (pemantauan, evaluasi, dan pelaporan) dan perizinan pemanfaatan
ruang;
g. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi, dan pemantauan penyelenggaraan pemanfaatan ruang;
h. Melaksanakan kegiatan pengawasan yang meliputi pelaporan, evaluasi, dan pemantauan penyelenggaraan pemanfaatan ruang;
i. Memberikan rekomendasi penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
j. Memberikan rekomendasi perizinan tata ruang Kabupaten;
k. Mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang;
l. Mengembangkan data dan informasi penataan ruang Kabupaten untuk kepentingan pengguna ruang pada jajaran pemerintah,
masyarakat, dan swasta.
m. Mensosialisasikan dan menyebarluaskan informasi penataan ruang Kabupaten;
n. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan penataan ruang Kabupaten
dan memberikan pengarahan serta saran pemecahannya;
o. Melaksanakan fasilitasi, supervisi kepada dinas/instansi, masyarakat dan dunia usaha berkaitan dengan penataan ruang;
p. Memadukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang Kabupaten dengan
Kabupaten/Kota yang berbatasan;
q. Melakukan evaluasi tahunan atas kinerja penataan ruang Kabupaten;

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -103

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

r. Menjabarkan petunjuk Bupati berkenaan dengan pelaksanaan fungsi dan kewajiban koordinasi penyelenggaraan panataan
ruang Kabupaten;
s. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas BPKRD secara berkala kepada Bupati.
2. Susunan keanggotaan BKPRD adalah sebagai berikut;
Penanggungjawab : Bupati/Walikota
Ketua : Wakil Bupati/Walikota
Ketua Harian : Sekretaris Daerah
Sekretaris : Kepala Bappeda
Anggota : Kepala Dinas terkait

3. Tugas dan Fungsi BKPRD


a. Merumuskan kebijakan penataan ruang di Kabupaten dengan memperhatikan kebijakan penataan ruang Nasional dan Provinsi;
b. Mengkoordinasikan perencnaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang;
c. Mengembangkan informasi penataan ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang;
d. Menterpadukan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian ruang di Kabupaten dan dalam
Kabupaten/Kota yang berbatasan;
e. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan penataan ruang di Kabupaten
dan memberikan pengarahan serta saran pemecahan;
f. Memberikan masukan kepada Bupati dalam merumuskan kebijakan penataan ruang di Kabupaten;
g. Melaporkan kegiatan kepada Bupati secara berkala.
Dalam melaksanakan tugasnya BKPRD membentuk Sekretariat, Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang, dan Kelompok
Kerja Pengendalian Tata Ruang. Sekretariat BKPRD bertanggungjawab kepada Sekretaris BKPRD Kabupaten. Sekretariat dipimpin
oleh Kepala Bidang Sosial, Budaya, dan Sumber Daya Alam.
4. Tugas Sekretariat BKPRD:
a. Menyiapkan bahan dalam rangka kelancaran tugas BKPRD Kabupaten
b. Memfasilitasi terselenggarannya jadwal kerja kegiatan BKPRD Kebupaten;
c. Menyiapkan dan mengembangkan informasi tata ruang Kabupaten;
d. Menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan terjadinya pelanggaran dalam penyelenggaraan tata ruang.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -104

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Agar BKPRD dapat menjalankan tugasnya secara efektif dan efisien maka perlu dibentuk kelompok-kelompok kerja yang
ditetapkan dengan SK Bupati. Menurut SK Mendagri Nomor 147 Tahun 2004 (Pasal 15 dan 16) kelompok kerja yang perlu dibentuk
adalah :
a. Kelompok Kerja (Pokja) Perencanaan Tata Ruang Kabupaten
1) Susunan Keanggotaan
Ketua : Kepala Bidang pada Bappeda yang mengurusi tata ruang
Wakil Ketua : Kepala Bagian Hukum
Sekretaris : Kepala Sub Bidang di Bappeda yang mengurusi tata ruang.
Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan yang terkait dengan fungsi penyusunan RTRW, Rencana Detil Tata
Ruang, dan Rencana Teknik Ruang.

2) Tugas Pokok POKJA Perencanaan Tata Ruang


a) Memberikan masukan kepada BPKRD Kabupaten dalam rangka perumusan kebijakan perencanaan tata ruang Kabupaten
b) Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten;
c) Mengkoordinasian Penyusunan Rencana Detail/Teknik Rencana Tata Ruang Kabupaten;
d) Melakukan evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang di Kabupaten;
e) Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah (konflik) yang timbul dalam perencanaan serta memberikan alternatif
pemecahannya;
f) Melaporkan kegiatan kepada BPKRD Kabupaten serta menyampaikan usulan pemecahan/kebijakan untuk dibahas dalam
sidang pleno BPKRD Kabupaten.

b. Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten


1) Susunan Keanggotaan
Ketua : Kepala Bagian Tata Pemerintahan
Wakil Ketua : Kepala subdinas yang mengurusi tata ruang
Sekretaris : Kepala subbidang pada Dinas yang mengurusi tata ruang.
Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan yang terkait dengan fungsi pengawasan, penertiban, dan perizinan
pemanfaatan ruang.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -105

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2) Tugas Pokok POKJA Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang Kabupaten:


a) Memberikan masukan kepada BPKRD Kabupaten dalam rangka perumusan kebijakan pemanfaatan dan pengendalian
ruang Kabupaten;
b) Mengkoordinasikan Pengawasan (pemantauan, evaluasi, dan pelaporan) terhadap rencana tata ruang Kabupaten;
c) Mengkoordinasikan penertiban perizinan pemanfaatan ruang Kabupaten;
d) Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah yang timbul dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang serta
memberikan alternatif pemecahannya;
e) Melaporkan kegiatan kepada BPKRD Kabupaten serta menyampaikan usulan pemecahan/kebijakan untuk dibahas dalam
Sidang Pleno BPKRD Kabupaten.

4.7.3 Peran Masyarakat


Berkaitan dengan Pola Ruang yang telah ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Bogor, masyarakat memiliki beberapa peran
diantaranya adalah sebagai pengguna (yang terkena aturan Rencana Tata Ruang), sebagai pengamat pelaksana Rencana Tata Ruang
dari aspek teknis maupun hukum. Di dalam penyusunan dan revisi Rencana Tata Ruang, dimungkinkan peran serta masyarakat
khususnya yang terkait dengan dampak atau keefektifan dari produk Rencan Tata Ruang tersebut. Peran serta masyarakat adalah
dalam bentuk berbagai kegiatan masyarakat dalam penyelenggaraan pemanfaatan Ruang, sehingga tujuan Rencan Tata Ruang untuk
kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.
1. Hak Masyarakat
Dalam kegiatan Penataan Ruang masyarakat berhak: :
a. Berperan serta dalam proses penyusunan Rencana Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan pengendalian
b. Mengetahui secara terbuka Rencana Tata Ruang yang ditetapkan;
c. Menikmati rnanfaat dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari adanya Rencan Tata Ruang;
d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang
sesuai dengan Rencana Tata Ruang.

2. Kewajiban masyarakat
a. Berperanserta didalam memelihara ketentuan penggunaan dan ketentuan teknis yang berlaku pada bangunan/lahan yang
dikuasainya;
b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam penyusunan Rencana Tata Ruang, pemanfaatan dan pengendalian Pemanfaatan
Ruang.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -106

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

3. Bentuk Peran Serta Masyarakat


Dalam kegiatan Aturan Pola Pemanfaatan Ruang, bentuk peran serta masyarakat mulai dari penyusunan hingga
pengendalian diuraikan sebagai berikut :
a. Didalam Penyusunan Rencana Tata Ruang adalah dalam bentuk penyediaan data informasi dan pemberian
masukan/saran/pendapat dalam perumusan Rencana Tata Ruang.
b. Didalam Pemanfaatan Ruang adalah dalam bentuk penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan Rencana Tata Ruang
yang ditetapkan, serta kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kualitas lingkungan sesuai dengan arahan didalam
Rencana Tata Ruang yang berlaku.
c. Didalam Pengendalian Ruang adalah dalam bentuk partisipasi pengawasan kegiatan pembangunan agar sesuai dengan Rencana
Tata Ruang yang berlaku.

4.7.4 Sosialisasi Rencana Tata Ruang


Pemerintah Daerah wajib melaksanakan sosialisasi produk Rencana Tata Ruang, khususnya setelah produk Rencana Tata
Ruang tersebut mendapatkan legalisasi. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat luas mengetahui, memperoleh manfaat, serta membantu
di dalam pengawasan/pengendalian di lapangan.
Sosialisasi produk Rencana Tata Ruang dilaksanakan melalui media cetak (surat kabar, majalah, brosur) dan media elektronik
(televisi, radio, website) serta menempatkan dokumen Rencana Tata Ruang pada kantor pelayanan umum seperti pada kantor Bupati,
Kantor Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Kantor Kecamatan dan Kelurahan.
Selain itu akan diterbitkan panduan/brosur tentang Rencana Tata Ruang maupun prosedur yang harus dilalui masyarakat/pengguna
Rencana Tata Ruang sebelum melaksanakan pembangunan fisik pada lahan/bangunan yang dikuasainya. Disamping akan disediakan
media interaktif atau sarana bagi masyarakat didalam menyalurkan aspirasinya mengenai Rencana Tata Ruang.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IV -107

Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA


RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

BAB V
PEMANFAATAN RUANG,
Kegiatan pemanfaatan ruang yang meliputi program, kegiatan dan tahapan pelaksanaannya. Kegiatan pemanfaatan ruang ini mencakup
pengembangan struktur tata ruang, pengembangan pola tata ruang, peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

5.1 Program Pengembangan Struktur Tata Ruang


Program pengembangan struktur tata ruang meliputi program pengembangan sistem kota-kota, infrastruktur wilayah, program
pengembangan kawasan andalan dan program pengamanan kawasan pertahanan dan keamanan.

5.1.1 Program Pengembangan Sistem Kota-kota


Untuk mewujudkan keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar wilayah, perlu didukung oleh ketersediaan serta
kualitas sarana dan prasarana yang sesuai dengan skala pelayanannya. Untuk itu program pengembangan sistem kota-kota adalah :
1. Penataan Kota Cibinong.
2. Pengembangan dan penataan Pusat Pembangunan Wilayah Cileungsi dan Leuwiliang.
3. Pengembangan Kota Pusat pertumbuhan Cigombong, Ciawi, Cariu, Parung, Jasinga, Parungpanjang dan Ciampea. Program-
program tersebut dijabarkan dalam kegiatan kegiatan berikut ini :
a. Penataan Kota Cibinong Raya kegiatannya adalah :
1) Pengembangan pusat pemerintahan Kabupaten Bogor di Cibinong.
2) Pembangunan terminal regional tipe A di Cibinong.
3) Pembangunan TPA regional.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -1


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4) Pembangunan rumah susun.


5) Peningkatan kapasitas pelayanan air bersih di kawasan perkotaan.
6) Pembangunan rumah sakit tipe A.
b. Penataan Pusat Pembangunan Leuwiliang dan Cileungsi kegiatannya adalah :
1) Pembangunan terminal regiuonal tipe B.
2) Pembangunan TPA regional di Cigudeg dan Parungpanjang.
3) Pembangunan terminal agribisnis di Leuwiliang.
4) Pembangunan rumah susun di Cileungsi.
5) Peningkatan kapasitas pelayanan air bersih di kawasan perkotaan.

5.1.2 Program Pengembangan Infrastruktur Wilayah


Program pengembangan infrastruktur wilayah meliputi program pengembangan transportasi darat, program pengembangan
sumber daya air dan irigasi, program pengembangan jaringan energi listrik dan telekomunikasi, program pengembangan
infrastruktur permukiman, program pengembangan kawasan strategis.

5.1.2.1 Pengembangan Transportasi Darat.


Untuk meningkatkan dan mempertahankan tingkat pelayanan infrastruktur transportasi guna mendukung tumbuhnya pusat-
pusat pertumbuhan, maka program pengembangan transportasi darat, laut, dan udara adalah :
1. Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan arteri primer.
2. Peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan kolektor primer.
3. Pembangunan jalan tol.
4. Pengembangan angkutan massal.
5. Pembangunan sarana terminal.
6. Peningkatan kapasitas dan pelayanan pelabuhan dan bandar udara.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -2


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

5.1.2.2 Program Pengembangan Sumberdaya Air dan Irigasi


Untuk mewujudkan keseimbangan ketersediaan air pada musim hujan dan kemarau serta meningkatkan dan
mempertahankan jaringan irigasi yang ada dalam rangka ketahanan pangan, program pengembangan prasrana sumber daya air dan
irigasi adalah :
1. Pembangunan waduk dan tandon air untuk menyediakan air baku serta konservasi sumber air.
2. Pemanfaatan sumber air baku alternatif yaitu situ-situ.
3. Pembangunan prasarana pengendali banjir.
4. Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi.
Kegiatan yang akan dilakukan untuk mengembangkan prasarana sumber daya air dan irigasi meliputi :
1. Pembangunan waduk Cijurai di Sukamakmur dan Waduk Cidurian di Cigudeg.
2. Peningkatan pengelolaan situ-situ, embung, bendung.
3. Pembangunan prasarana pengendali banjir di Sungai Ciliwung, Cisadane, Kali Bekasi
4. Rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi pada daerah-daerah irigasi (DI).

Penanganan Banjir dengan Konsep Ekohidrolik


Selama ini penanganan banjir di Kabupaten Bogor cenderung dilakukan dengan metode hidrolik murni seperti pembuatan,
tanggul, normalisasi sungai, talud dan konstruksi sipil keras lainnya. Penanganan masalah banjir dilakukan dengan metode menahan
atau meretensi air di bagian hulu, tengah dan hilir DAS

5.1.2.3 Program Pengembangan Prasarana Perumahan dan Permukiman


Untuk meningkatkan ketersediaan infrastruktur perumahandan permukiman, program pengembangan infastruktur
permukiman adalah pembangunan prasarana yang memiliki skala pelayanan lintas wilayah. Program ini dilakukan melalui kegiatan :
1. Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Regional di Nambo, Desa Gorowong di kecamatan Parungpanjang dan
Desa Wates di Kecamatan Cigudeg.
2. Penyediaan air bersih pedesaan dan perkotaan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -3


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

3. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah/Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPAL/IPLT) di perkotaan (Cibinong,
Citeureup, Cileungsi dan Gunungputri)

5.1.3 Program Pengembangan Kawasan Strategis


Pengembangan kawasan strategis dilaksanakan melalui program pengembangan agribisnis, industri, pariwisata, jasa dan
sumber daya manusia. Program-program ini kemudian dijabarkan melalui beberapa kegiatan berikut ini :
1. Program pengembangan agribisnis kegiatannya adalah:
a. Penataan kawasan sentra produksi pertanian.
b. Pembentukan kelembagaan.
c. Penyediaan infrastruktur pendukung seperti transportasi, irigasi/pengairan, listrik, dan telekomunikasi.
d. Pengembangan IPTEK atau pendidikan dan latihan teknis bagi aparat dan petani.
e. Optimalisasi balai-balai penelitian dan pengembangan.
f. Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil melalui pengadaan alat mesin pertanian, pengering, dan penggiling.
g. Pengadaan benih atau bibit unggul beserta pelatihannya.
h. Intensifikasi dan rehabilitasi komoditi unggulan.
i. Penelitian dan pengembangan varitas unggulan.
j. Penguatan kelembagaan tani di setiap kawasan.
k. Pemanfaatan teknologi dan sarana produksi yang ramah lingkungan.
2. Program pengembangan industri kegiatannya adalah :
a. Identifikasi dan pengembangan kelompok industri.
b. Penanganan produk-produk industri berbasis bahan baku lokal.
c. Mendorong masuknya investasi melalui regulasi dan perizinan.
d. Pengembangan jaringan pemasaran produk-produk industri.
e. Mengarahkan pengembangan kegiatan industri di lokasi kawasan industri (industrial estate).
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -4
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

3. Program pengembangan pariwisata kegiatannya adalah:


a. Penataan kawasan wisata.
b. Promosi pariwisata dan pengembangan tempat wisata.
c. Pengembangan produk agroindustri.
d. Pengembangan agro estate.
c. Pengembangan jasa konsultansi.
4. Program pengembangan sumber daya manusia kegiatannya adalah :
a. Pengembangan balai-balai riset dan teknologi.
b. Pengembangan perguruan tinggi.
c. Pengembangan balai-balai pelatihan.

5.2 Program Pengembangan Pola Tata Ruang


Pengembangan pola tata ruang meliputi program pengembangan kawasan lindung dan kawasan budidaya.

5.2.1 Program Pengembangan Kawasan Lindung


Pengembangan kawasan lindung ditujukan untuk mewujudkan proporsi kawasan lindung sebesar 45%. Untuk itu
programnya adalah :
1. Pengukuhan kawasan lindung.
2. Rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan lindung guna mengembalikan dan meningkatkan fungsi lindung.
3. Pengendalian kawasan lindung.
4. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan lindung.
5. Peningkatan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan.
6. Pengembangan pola insentif dan disinsentif pengelolaan kawasan lindung.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -5


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Program-program tersebut dijabarkan kedalam kegiatan kegiatan sebagai beriku:


1. Pengukuhan kawasan lindung kegiatannya adalah :
a. Penunjukan kawasan lindung baik yang merupakan hutan maupun non hutan.
b. Penataan batas dan pemetaan kawasan lindung.
c. Penetapan kawasan lindung.
2. Rehabilitasi dan konservasi lahan di kawasan lindung kegiatannya adalah penghijauan di seluruh kawasan lindung.
3. Pengendalian kawasan lindung kegiatannya adalah pengawasan, pengamanan dan pengaturan pemanfaatan sumberdaya kawasan
lindung di seluruh kawasan lindung.
4. Pengembangan partisipasi masyarakat kegiatannya adalah pengelolaan hutan bersama masyarakat/ masyarakat adat.
5. Peningkatan pemanfaatan potensi sumber daya hutan dilakukan melalui pengembangan wanafarma, ekowisata, agroforestry, dan
lain-lain di Gunung Salak,
6. Pengembangan pola insentif dan disinsentif pengelolaan kawasan lindung melalui pengembangan dana lingkungan, di DAS
Ciliwung dan Cisadane.

5.2.2 Program Pengembangan Kawasan Budidaya


Untuk mempertahankan lahan sawah, terutama yang beririgasi teknis, program yang akan dilakukan adalah:
1. Pengukuhan kawasan pertanian lahan basah khususnya lahan sawah beririgasi teknis.
2. Peningkatan pelayanan infrastruktur pertanian untuk mempertahankan keberadaan fungsi lahan sawah beririgasi teknis.
3. Mengendalikan alih fungsi lahan sawah.
Program-program tersebut dijabarkan melalui kegiatan :
1. Pengukuhan kawasan pertanian lahan basah khususnya lahan sawah beririgasi teknis melalui kegiatan pemetaan dan penetapan
lahan sawah beririgasi teknis.
2. Peningkatan pelayanan infrastruktur pertanian melalui peningkatan jaringan irigasi teknis, termasuk irigasi desa.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -6


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

5.3 Program Pengembangan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
Untuk meningkatkan daya dukung alamiah dan buatan menjaga keseimbangan daya tampung lingkungan Kabupaten Bogor,
program pengembangan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup adalah :
1. Pengendalian kualitas lingkungan.
2. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam.
3. Pengembangan daya dukung lingkungan buatan.
Program-program tersebut dijabarkan melalui:
1. Program pengendalian kualitas lingkungan kegiatannya adalah :
a. Pengendalian pencemaran lingkungan terutama pada DAS Ciliwung dan DAS Kalibekasi..
b. Penegakan hukum sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
2. Program efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam kegiatannya adalah:
a. Penerapan produksi ramah lingkungan terutama pada DAS Ciliwung, Cisadane,
b. Pengembangan energi alternatif terutama pada DAS Ciliwung, Cisadane,
c. Penerapan hemat energi terutama pada DAS Ciliwung, Cisadane,

5.4 Pentahapan Pemanfaatan Ruang


Dalam rangka mencapai struktur dan pola pemanfaatan ruang yang direncanakan dalam RTRW Kabupaten Bogor sampai
tahun 2025, perlu dilakukan pentahapan pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan kemampuan Pemerintah Daerah dan juga
melibatkan partisipasi stakeholder (pihak swasta dan masyarakat).

5.4.1 Tahapan Pengembangan Struktur Tata Ruang


Kebijakan pengembangan struktur ruang dalam RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2025 meliputi sistem kota-kota, infrastruktur
wilayah, dan kawasan strategis.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -7


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

1. Tahapan Pengembangan Sistem Kota-kota


Berdasarkan penetapan rencana pengembangan sistem kota-kota dalam RTRW 2025, ditetapkan Cibinong Raya yang berperan
sebagai PKN (bodebekjur), Kota Leuwiliang dan Cileungsi sebagai PKW (konteks regional Kabupaten).
Berkaitan dengan pentahapan pengembangan sistem kotakota, maka dalam pengembangannya terdapat dua kriteria, yaitu
pusat-pusat kegiatan yang dikembangkan dan pusat-pusat kegiatan yang dikendalikan. Pusat-pusat kegiatan yang dikembangkan
adalah pusatpusat kegiatan yang didorong pembangunannya agar tumbuh sesuai dengan fungsinya, baik sebagai PKN maupun PKW.
pusat-pusat kegiatan yang dikembangkan
Sementara itu, pusat-pusat kegiatan yang dikendalikan adalah pusat-pusat kegiatan yang diarahkan perkembangan
pembangunannya agar tumbuh sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungannya. Pusatpusat kegiatan yang
dikendalikan meliputi Kota Cibinong Raya dan sekitarnya, dan Kota Cileungsi.

Tabel 5.1
Tahapan Pengembangan Sistem Kota-kota

No Kota/Perkotaan Tahun Rencana


2010 2015 2020 2025
1 Cibinong Raya
2 Cileungsi
3 Leuwiliang
4 Cigombong
5 Cariu
6 Ciawi
7 Parung
8 Babakanmadang
Sumber : Hasil analisis Bappeda 2005.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -8


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2. Tahapan Pengembangan Infrastruktur


a. Transportasi
Tahapan pengembangan transportasi dalam rangka perwujudan struktur ruang adalah seperti tercantum dalam tabel 6.2

Tabel 5.2
Tahapan Pengembangan Transportasi

No Kegiatan Tahun Rencana


2010 2015 2020 2025
1 Pengembangan Ruas jalan Tegar Beriman
Kemang Gunung sindur (BSD)
2 Pengembangan Ruas tengah Sentul Sukamakmur
- Tanjungsari
3 Pengembangan Ruas Cigombong - Pamijahan
4 Pengembangan Kereta api perkotaan (Cibinong-
Cigombong)
5 Pengembangan Jalur kereta api wilayah timur
6 Pengembangan Terminal Tipe C Cigombong,
Ciawi, Parung,Bojonggede
7 Pengembangan terminal tipe B Cibinong, Cileungsi
8 Pengembangan terminal tipe C Parungpanjang,
Jasinga, Cariu
Sumber : Hasil analisis Bappeda 2005.

b. Infrastruktur Sumberdaya Air dan Irigasi Tahapan pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi adalah seperti
dijelaskan dalam tabel

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -9


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 5.3
Tahapan Pengembangan Sumber Daya Air

No Kegiatan Tahun Rencana


2010 2015 2020 2025
1 Pembangunan Waduk
2 Pembangunan irigasi
3 Rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi
4 Pembangunan prasarana pengendali banjir
5 Optimalisasi sumber air setu
Sumber : Hasil analisis Bappeda 2005.

3. Tahapan Pengembangan Kawasan Strategis


Tahapan pengembangan kawasan strategis adalah seperti dijelaskan dalam tabel di bawah ini

Tabel 5.4
Tahapan Pengembangan Sumber Daya Air

No Kegiatan Tahun Rencana


2010 2015 2020 2025
1 Penataan dan Pengembangan kawasan strategis
Puncak
2 Penataan dan Pengembangan kawasan strategis :
1. Perkotaan
2. Industri
3. Pertambangan
3 Penataan dan pengembangan kawasan strategis
Cibinong Raya
Sumber : Hasil analisis Bappeda 2005.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -10


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

5.4.2 Tahapan Pengembangan Pola Tata Ruang


Kebijakan pengembangan pola tata ruang dalam RTRWP Kabupaten Bogor 2025 meliputi kawasan lindung dan lahan sawah.

1. Tahapan Pencapaian Kawasan Lindung


Luas kawasan lindung yang direncanakan dalam RTRW Kabupaten Bogor 2025 mencapai 46% dari luas Total luas
wilayah, yang ...% diantaranya berfungsi sebagai kawasan hutan konservasi dan hutan lindung.
Untuk mewujudkan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung perlu dilakukan upaya pemulihan dan konservasi pada
DAS-DAS yang ada di Kabupaten Bogor. Dari hasil pemberian skor prioritas konservasi kawasan lindung per-DAS berdasarkan
parameter tingkat erosi tanah dan tingkat kekritisan lahan dan aliran air didapatkan prioritas konservasi kawasan lindung pada
DAS Ciliwung dan Cisadane.

RENCANA PENANGANAN
I. SECARA VEGETATIF

DAS CILIWUNG CISADANE KALI JUMLAH JUMLAH JENIS POHON


LAHAN (HA) (HA) BEKASI (HA) POHON
KRITIS (HA) (BATANG)

PERKEBUNAN 894,70 774,00 939,30 2.608 312.960 TANAMAN TAHUNAN / KERAS


(Karet, Cengkeh, Sawit)
PENGEMBANG 704,10 1.579,00 3.507,60 5.790,7 144.767 TANAMAN PELINDUNG
(Akasia,Ketapang, Gmelina,
Angsana)
MASYARAKAT 381,90 4.190,50 2.403,58 6.975,98 837.117 TAN BUAH (Manggis, Durian,
Mangga, Rambutan, Petai
Petaian)

JUMLAH JUMLAH POHON


FUNGSI JENIS POHON
(HA) (BATANG)

HUTAN KONSERVASI 551 66.120 -TANAMAN TAHUNAN / KERAS


HUTAN PRODUKSI 8.047 965.640 - TANAMAN INDUSTRI

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -11


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

II. RENCANA PENANGANAN SECARA SIPIL TEKNIS


1. PEMBUATAN SUMUR RESAPAN
LUAS JUMLAH KAPASITAS
PEMUKIMAN TUTUPAN SUMUR TAMPUNG KETERANGAN
(Ha) RESAPAN (M3)
(titik)
DAS CILIWUNG HULU 3.883 19.415.000 1.941.500 - 0,10 x 100 cm atau 5m3 air
(CISARUA,MEGAMENDUNG, resapan.
CIAWI)

DAS CILIWUNG TENGAH 3.602 180.000 3.240.000 -1 sumur = 1,5 m3 / jam / 200
m2 tutupan dengan asumsi
intensitas hujan 6 jam

TOTAL DAYA TAMPUNG 5.181.500

2. PENINGKATAN KAPASITAS SITU


JUMLAH SITU DAS LUAS KAPASITAS RENCANA KETERANGAN
CILIWUNG HULU + (HA) (M3) KAPASITAS (M3)
TENGAH
13 71,28 712.800 1.425.600 -Menambah kapasitas tampung
dengan Pengerukan maks 1 meter.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -12


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

5.5 Indikasi Program


Indikasi program adalah bagian yang memuat rincian tahapan dan program pembangunan yang akan diterapkan di wilayah
perencanaan, sesuai dengan tujuan pengembangan tata ruang dimasa yang akan datang. Dalam jangka waktu 20 tahun mendatang,
tahun 2005-2025, program pembangunan disusun bertahap kawasan demi kawasan juga sektor demi sektor yang berada dalam
lokasi/kawasannya.
Dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, rangkaian kegiatan pelaksanaan pemanfaatan ruang pada tingkat kabupaten yang
terpenting adalah upaya untuk membentuk dan memantapkan struktur wilayah seperti diharapkan. Untuk itu, program pemanfaatan
ruang dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian besar, yaitu :
1. Program utama, yaitu mencakup program-program pengembangan kawasan :
Pembangunan fungsi-fungsi kegiatan dasar
Pemantapan fungsi kawasan
2. Program penunjang, yaitu mencakup program-program pokok pembangunan prasarana dan sarana.
Indikasi program pembangunan ditentukan berdasarkan potensi dan masalah serta kecenderungan perkembangan sektor-
sektor tertentu dan sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan atau pembangunan sektor tersebut. Indikasi program
pembangunan juga disusun berdasarkan usulan progam dari Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang, baik bagi pengendalian lingkungan
kawasan lindung maupun pembangunan pontensi kawasan budidaya sektor persektornya.Untuk lebih jelasnya mengenai indikasi
program pembangunan di Kabupaten Bogor, dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Rencana struktur Pusat Perkembangan dan struktur prasarana penunjang tiap lingkungannya, yaitu berupa pemenuhan
kebutuhan fasilitas dan utilitas lingkungan.
Indikasi program selama 20 tahun mendatang perlu diajukan dan disepakati bersama berbagai pihak hingga mencapai esensi
pembangunan bertahap yang memilki multiplier effect, efisien, memenuhi kepentingan utama kebutuhan percepatan pembangunan
kabupaten Bogor yang berwawwasan lingkungan serta mencegah adanya konflik interest secara sektoral atau antar kawasan. Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor direncanakan akan mempunyai paket progam proyek yang optimal, mempercepat perubahan
kondisi sosial ekonomi fisik lingkungan wilayahnya secara positif atas dasar kesepakatan berbagai pihak Pemerintah, Swasta dan
Masyarakat Kabupaten Bogor.
Usulan progam pembangunan Tata Ruang 20 tahun secara umum di kemukan berdasarkan :

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -13


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

a. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang adalah progam proyek :


1) Penetapan dan Pemantapan lahan di kawasan lindung tahun 2005-2025
2) Pemanfapan Fungsi Kawasan Kawasan Prioritas Wisata yang menjadi andalan di Kabupaten Bogor yang didasarkan pada
Studi Pengembangan Rencana Induk Pariwisata.

3) Pemantapan kawasan budidaya tahun 2005-2025 yang meliputi


4) Kawasan Budidaya Perhutanan
5) Kawasan Budidaya Perkebunan
6) Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Lahan Kering
7) Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Lahan Basah
8) Kawasan Budidaya Peternakan
9) Kawasan Budidaya Perikanan
10) Kawasan Budidaya Permukiman.

b. Prasarana Perhubungan
Rencana pembangunan dan peningkatan jalan dan jembatan pada tahun 2006 sampai 2015 di Kabupaten Bogor adalah sebagai
berikut:
a) Peningkatan Jalan
b) Pembangunan Jalan
c) Pembangunan Terminal dan Sarana Angkutan Umum

c. Pengembangan Air Bersih


1) Perencanaan Teknis Drainase dalam bentuk:
a) Inventarisasi Daerah Aliran Sungai
b) Pembuatan Rencana Induk Drainase
2) Perencanaan Prasarana Dasar Permukiman tahun 2005-2025 yang meliputi:
a) Daerah perkotaan
b) Ibukota Kecamatan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -14


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

3) Rencana Pengembangan Air Limbah tahun 2006-2015 yang meliputi


a) Daerah perkotaan
b) Ibukota Kecamatan
4) Rencana Pengembangan Pengelolaan Sampah melalui pembentukan kelompok-kelompok masyarakat untuk mengelola sampah
5) Rencana Peningkatan Kegiatan Ekonomi Wilayah, melalui :
a) Pengembangan sektor Pariwisata
b) Peningkatan Aksesibilitas Wilayah
c) Pengembangan sektor-sektor ekonomi pendukung pariwisata
d) Pengembangan Investasi
e) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
f) Peningkatan Sarana dan Prasarana Ekonomi
g) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan.
h) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia
6) Rencana Zona Produksi melalui pembentukan kluster-kluster produksi atau sentra produksi dan pasar produk unggulan di
wilayah kecamatan pengahasil utama komoditi tersebut, meliputi :
a) Sektor Pertanian
b) Sektor Pertambangan
c) Sektor Industri Pengolahan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -15


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

I.Perencanaan Tata Ruang

PELAKSANAAN
INSTANSI
KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN LOKASI 2005- 2011- 2016- 2021- SUMBER PELAKSANA
2010 2015 2020 2025
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1.Menyusun dan Meninjau 1.Peningkatan Peran - Meningkatkan Peran Asosiasi Perencana Kab. Bogor APBD II Bappeda
Kembali RTRW melalui Serta Masyarakat Dalam dalam Perencanaan Tata Ruang
Pendekatan Partisipatif Perencanaan Tata - Meningkatkan Peran Perguruan Tinggi Kab. Bogor APBD II Bappeda
Ruang dan Kelembagaan Masyarakat Lainnya
dalam Perencanaan Tata Ruang
- Membentuk Unit Pengaduan Masyarakat Kab. Bogor APBD II Bappeda
dalam Perencanaan Tata Ruang
2.Peningkatan Kerjasama - Rapat Koordinasi Antar Bappeda Provinsi Kab. Bogor APBD II Bappeda
Propinsi dengan Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota dalam
Perencanaan Tata
Ruang
2. Meninjau Produk RTRW 1.Peningkatan - Menyusun Data Base untuk Keperluan Kab. Bogor APBD II Bappeda
untuk ketersediaan data dan Perencanaan Tata Ruang
Mengakomodir Dinamika informasi
Perkembangan Faktor 2.Peninjauan kembali - Evaluasi RTRW Kab. Bogor APBD II Bappeda
Eksternal dan Internal RTRW
3.Peningkatan koordinasi - Rapat Koordinasi dalam rangka Kab. Bogor APBD I Bappeda
perencanaan tata Sosialisasi & Evaluasi RTRW dengan APBD II
ruang antar wilayah Wilayah Perbatasan
- Melakukan Koordinasi dengan Kab. Bogor APBD II Bappeda
Pemerintah Pusat
4.Penataan kembali - Menyusun Pedoman Perencanaan Kab. Bogor APBD II Bappeda
kedudukan RTRW Pembangunan Daerah
dengan dokumen - Menetapkan Peraturan Perundang- Kab. Bogor APBD II Bappeda
perencanaan lainnya Undangan tentang Kedudukan dan
Fungsi Dokumen Perencanaan
Pembangunan Daerah
5.Pengembangan sistem - Meningkatkan Peran Sistem Informasi Kab. Bogor APBD II Bappeda
informasi perencanaan Manajemen dalam Perencanaan Ruang
tata ruang - Meningkatkan Sistem Informasi Kab. Bogor APBD II Bappeda
Perencanaan Ruang berbasis GIS dan
E-Goverment
3. Menindaklanjuti Penyusunan Petunjuk - Menyusun Kriteria Lokasi dan Standar Wilayah APBD II Bappeda
RTRW Kabupaten Operasional Teknis Pemanfaatan Ruang Kabupaten
Bogor dengan - Melegalisasikan Petunjuk Operasional APBD II Bappeda
Penyusunan dalam Peraturan Bupati
Petunjuk
Operasional
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -16
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

II. Pemanfaatan Ruang


A. Struktur Tata Ruang
a. Sistem Kota kota dan Infrastruktur Wilayah

PELAKSANAAN
INSTANSI
KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN LOKASI 2005- 2011- 2016- 2021- SUMBER
PELAKSANA
2010 2015 2020 2025
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Mengembangkan 1. Penataan - Pengembangan Pusat Perkantoran Kota Cibinong APBN Bappeda
Sistem Kota-kota Wilayah dan Jasa Perdagangan Cibinong (Kec. Babakanmadang, APBD I SKPD Terkait
yang sesuai dengan Cibinong Raya Bojonggede, Citeureup, dan APBD II
daya dukung dan Kec. Tajurhalang) Investasi
daya tampung - Pembangunan Terminal Regional Cibinong (koridor kandang APBN Bappeda
lingkungan hidup Tipe B roda sentul) APBD I Dishub
serta fungsi APBD II DBMP
kegiatan Investasi
dominannya - Pembangunan Terminal Terpadu Bojonggede APBN Bappeda
APBD I Dishub
APBD II DBMP
Investasi
- Terminal Pariwisata 1. Ciawi APBN Bappeda
2. Tamansari APBD I Dishub
3. Pamijahan APBD II DBMP
Investasi Disbudpar
- Terminal Angkutan Umum Tipe C 1. Parung APBN Bappeda
2. Cigombong APBD I Dishub
3. Ciawi APBD II DBMP
4. Cariu Investasi
5. Jasinga
- Pembangunan Terminal Terpadu 1. Gorowong (Prg. Panjang) APBN Bappeda
Tipe Regional 2. Nambo (Klapanunggal) APBD I Dishub
3. Wates (Cigudeg) APBD II DBMP
Investasi
- Pembangunan Rumah Susun Kec. Cibinong APBN Bappeda
Kec. Citeureup APBD I DCK
APBD II DTRLH
Investasi
- Peningkatan Kapasitas Pelayanan Kec. Cibinong, APBN DCK
Air Bersih Kawasan Perkotaan Kec. Babakanmadang, APBD I PDAM
Kec. Citeureup, dan APBD II BPMKS
Kec. Bojonggede Investasi

KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN LOKASI PELAKSANAAN SUMBER INSTANSI


PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -17
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2005- 2011- 2016- 2021- PELAKSANA


2010 2015 2020 2025
1 2 3 4 5 6 7 8
- Pembangunan Jaringan Jalan Arteri Kecamatan Cibinong APBN Bappeda
yang Menghubungkan Tol Kecamatan Kemang APBD I DBMP
Jagorawi-Kemang-Gunungsindur Kecamatan Gunungsindur APBD II BPJT
(Tegar Beriman - Tol) Investasi
Kecamatan Cibinong APBN Bappeda
Kecamatan Parung APBD I DBMP
Kecamatan Tajurhalang APBD II BPJT
( Tegar Beriman - Parung) Investasi

- Pembangunan Gelanggang Wilayah Cibinong APBN Bappeda


Olahraga (GOR) APBD I DBMP
APBD II BPJT
Investasi
- Pembangunan Sport Center Tingkat Wilayah Cibinong
Internasional (Kec. Babakan Madang) dan
Kecamatan Megamendung
- Pengembangan/Peningkatan Wilayah Cibinong APBN Bappeda
Kapasitas Pelayanan RSU. Daerah APBD I Badan RSD
APBD II
Investasi
- Pembangunan dan Pengembangan/ Wilayah Cibinong Raya APBD I Bappeda
Peningkatan Kapasitas Pelayanan APBD II Disdik
Pendidikan
2.Penataan - Pengembangan/Peningkatan Kec. Leuwiliang APBN Bappeda
Pusat Kapasitas Pelayanan RSU. Daerah APBD I Badan RSD
Pertumbuhan APBD II
Leuwiliang Investasi
- Pembangunan Terminal Tipe B Kec. Leuwiliang APBN Bappeda
APBD I Dishub
APBD II DBMP
Investasi
- Pembangunan Terminal Agribisnis Kec. Leuwiliang APBN Bappeda
Kec. Cibungbulang APBD I Dishub
APBD II DBMP
Investasi
- Pembangunan Jalan Alternatif Kec. Leuwiliang APBN Bappeda
dalam Kota APBD I DBMP
APBD II
Investasi

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -18


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

PELAKSANAAN
INSTANSI
KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN LOKASI 2005- 2011- 2016- 2021- SUMBER
PELAKSANA
2010 2015 2020 2025
4. Menindaklanjuti RTRW Penataan Ruang - Penyusunan Rencana Umum RUTR : APBD I Bappeda
dengan Rencana Kawasan Tata Ruang (RUTR) Kecamatan - Cigombong DTRLH
Terperinci, Detail dan - Leuwisadeng
Teknis - Tajur halang
- Tanjungsari
- Cijeruk
- Tenjolaya
- Bojonggede
- Ciampea
- Cariu
- Parungpanjang
- Gunungsindur
- Tenjo
- Legalisasi Penyusunan RUTR RUTR : APBD II Bappeda
(Peraturan Bupati) - Bojonggede DTRLH
- Caringin Bagian Hukum
- Jonggol
- Citeureup
- B. Madang
- Ciseeng
- Legalisasi Dalam Peraturan RUTR : APBD II Bappeda
Bupati - Megamendung DTRLH
- Cisarua Bagian Hukum
- Ciomas
- Kemang
- Pamijahan
- Jasinga
3. Penataan Pusat - Pembangunan Terminal Tipe C Ciawi APBN Bappeda
Pertumbuhan APBD I Dishub
Ciawi APBD II DBMP
Investasi
- Pembangunan Terminal Wisata Ciawi APBN Bappeda
APBD I Dishub
APBD II DBMP
Investasi Disbudpar
- Pembangunan Terminal Ciawi APBN Bappeda
Agrobisnis APBD I Dishub
APBD II DBMP
Investasi Disperindag
- Penigkatan Kapasitas Pelayanan 13 Desa di Kec. Ciawi APBN DCK
Air APBD I PDAM
Bersih APBD II
Investasi
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -19
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

PELAKSANAAN
INSTANSI
KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN LOKASI 2005- 2011- 2016- 2021- SUMBER
PELAKSANA
2010 2015 2020 2025
1 2 3 4 5 6 7 8
- Pembangunan Pasar Induk Ciawi APBN Disperindag
APBD I PD. Pasar
APBD II
Investasi

- Pembangunan Pasar Wisata Ciawi APBN Disperindag


APBD I PD. Pasar
APBD II Disbudpar
Investasi
4. Penataan Pusat - Pembangunan Terminal Peti Cileungsi / Citeureup APBN Dishub
Pertumbuhan Kemas APBD I DBMP
Cileungsi APBD II
Investasi
- Penigkatan Kapasitas Pelayanan Sungai Cibeet dan Cikeas APBN PDAM
Air APBD I DCK
Bersih APBD II BPMKS
Investasi
5. Penataan Pusat - Pembangunan Terminal Tipe C Cariu APBN Disperindag
Pertumbuhan APBD I PD. Pasar
Cariu APBD II Disbudpar
Investasi
- Pembangunan Kawasan Industri Desa Sukajadi Kec. Cariu APBN Disperindag
APBD I
APBD II
Investasi
- Penigkatan Kapasitas Pelayanan 10 Desa Kec. Cariu APBN PDAM
Air APBD I DCK
Bersih APBD II BPMKS
Investasi
6. Penataan Pusat - Penigkatan Kapasitas Pelayanan 15 Desa Kec. Jasinga APBN PDAM
Pertumbuhan Air APBD I DCK
Jasinga Bersih APBD II BPMKS
Investasi
- Pembangunan Terminal Tipe C Desa Sipak Kec. Jasinga APBN Dishub
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
- Pembangunan Kawasan Industri Kec. Jasinga APBN Bappeda
Pertanian APBD I Disperindag
APBD II Distanhut
Investasi

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -20


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

PELAKSANAAN
INSTANSI
KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN LOKASI 2005- 2011- 2016- 2021- SUMBER
PELAKSANA
2010 2015 2020 2025
- Pembangunan Pusat Kec. Jasinga APBN Bappeda
Perdagangan/ APBD I Disperindag
Peningkatan Kapasitas Pelayanan APBD II Distanhut
Pasar Investasi
- Peningkatan Kapasitas pelayanan Kec. Jasinga APBD II Bappeda
Kesehatan dari Puskesmas Badan RSD
menjadi
RS Pembantu
7. Penataan Pusat - Penigkatan kapasitas pelayanan 11 Desa KEc. APBN PDAM
Pertumbuhan air Parungpanjang APBD I DCK
Parungpanjang bersih APBD II BPMKS
Investasi
- Pembangunan terminal tipe C Kec. Parungpanjang APBN Dishub
APBD I DBMP
APBD II
Investasi

- Penigkatan kapasitas pelayanan Kec. Parungpanjang APBD II Bappeda


Kesehatan Badan RSD
- Penigkatan kapasitas pelayanan Kec. Parungpanjang APBD II Bappeda
Pendidikan Disdik
8. Penataan Pusat - Penigkatan kapasitas pelayanan 9 Desa Kecamatan Parung APBN PDAM
Pertumbuhan air APBD I DCK
Parung bersih APBD II BPMKS
Investasi
- Pembangunan terminal tipe C Kecamatan Parung APBN Bappeda
APBD I Dishub
APBD II DBMP
Investasi
- Peningkatan pasar yang ada Kecamatan Parung APBN Disperindag
menjadi APBD I PD. Pasar
pasar regional APBD II
Investasi
9. Penataan Pusat - Penigkatan kapasitas pelayanan 9 Desa Kec. Cigombong APBN PDAM
Pertumbuhan air APBD I DCK
Cigombong bersih APBD II BPMKS
Investasi

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -21


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

PELAKSANAAN
INSTANSI
KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN LOKASI 2005- 2011- 2016- 2021- SUMBER
PELAKSANA
2010 2015 2020 2025
1 2 3 4 5 6 7 8
- Pembangunan terminal tipe C Kec. Cigombong APBN Bappeda
APBD I Dishub
APBD II DBMP
Investasi
- Pembangunan Kawasan Industri APBN Disperindag
Pertanian dan Bahan Baku Lokal APBD I Distanhut
APBD II
Investasi
10. Penataan Pusat - Penigkatan kapasitas pelayanan 9 Desa APBN PDAM
Pertumbuhan air di Kec. Babakanmadang APBD I DCK
Babakan bersih APBD II BPMKS
Madang Investasi
2. Pengembangan 1. Peningkatan - Peningkatan ruas jalan antar Cilodong/Batas Depok- APBN Bappeda
Infrastruktur kapasitas pusat Bogor APBD I DBMP
wilayah sistem jaringan Wilayah (regional) APBD II
a. Meningkatkan tingkat jalan Arteri Investasi
pelayanan Ciawi - Benda APBN Bappeda
infrastruktur untuk APBD I DBMP
mendukung APBD II
pertumbuhan pusat Investasi
pertumbuhan dan 2. Pembangunan - Peningkatan ruas jalan antar Barengkok-Lebakwangi APBN Bappeda
kawasan andalan dan peningkatan pusat APBD I DBMP
sistem jaringan Wilayah dengan pusat APBD II
jalan kolektor pertumbuhan Investasi
Lebakwangi-Rumpin APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
Putat Nutug-Jampang APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
Jampang-Cibinong APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
Parungpanjang- APBN Bappeda
Gunungsindur APBD I DBMP
APBD II
Investasi

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -22


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

PELAKSANAAN
INSTANSI
KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN LOKASI 2005- 2011- 2016- 2021- SUMBER
PELAKSANA
2010 2015 2020 2025
1 2 3 4 5 6 7 8
Gunungputri Klapanuggal APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
Klapanunggal Cipeucang APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
Citaringgul-Sukamantri APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
Sukamantri-Sukamakmur APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
Sukamakmur-Tanjungsari APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
Sukamakmur- Dayeuh APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
Dayeuh-Jonggol APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
Sukamakmur-Tanjungsari APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
Babakanmadang- APBN Bappeda
Megamendung APBD I DBMP
APBD II
Investasi
3. Pembangunan - Pembangunan Jalan Tol Tol (Bogor ring road) APBN Bappeda
Jalan Tol APBD I DBMP
APBD II BPJT
Investasi

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -23


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

PELAKSANAAN
INSTANSI
KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN LOKASI 2005- 2011- 2016- 2021- SUMBER
PELAKSANA
2010 2015 2020 2025
1 2 3 4 5 6 7 8
Tol Jasinga (Bunar) APBN Bappeda
Tigaraksa (Tangerang) APBD I DBMP
APBD II BPJT
Investasi
Jl. Tembus Tol Jagorawi Investasi
Gununggeulis - Gadog

4. Pengembangan - Pembangunan Station KA Cibinong APBN Bappeda


prasarana Cibinong APBD I DBMP
angkutan massal APBD II Dishub
Investasi PJKA
- Pengembangan sistem angkutan Metropolitan Cibinong APBN Bappeda
terpadu APBD I DBMP
APBD II Dishub
Investasi PJKA
b. Penyediaan 1. Pembangunan - Pembangunan waduk, tandon Waduk Cidurian APBN Bappeda
infrastruktur air Waduk dan air. Kecamatan Cigudeg APBD I DBMP
baku yang berfungsi tandon air untuk Waduk Cijurei APBD II
sebagai penyedia menyediakan air Kecamatan Sukamakmur Investasi
dan penampung air baku serta
baku konservasi
sumber air
2. Pemanfaatan - Peningkatan pengelolaan situ Sukamakmur, Jasinga, APBN Bappeda
Sumber air baku Megamendung APBD I DBMP
alternatif APBD II
Investasi
- Optimalisasi pemanfaatan air Kabupaten Bogor APBN Bappeda
APBD I DBMP
APBD II
Investasi
3. Pembangunan - Pembangunan prasarana Sungai Ciliwung dan APBN Bappeda
prasarana pengendalian banjir Cisadane APBD I DBMP
pengendali APBD II
banjir Investasi
c. Mempertahankan Pembangunan dan - Pembangunan jaringan irigasi 426 Daerah Irigasi APBN Bappeda
dan meningkatkan pemeliharaan APBD I DBMP
jaringan irigasi yang jaringan irigasi APBD II
telah ada dalam Investasi
rangka ketahanan
pangan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -24


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

PELAKSANAAN
INSTANSI
KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN LOKASI 2005- 2011- 2016- 2021- SUMBER
PELAKSANA
2010 2015 2020 2025
1 2 3 4 5 6 7 8
- Rehabilitasi dan peningkatan 426 Daerah Irigasi APBN Bappeda
jaringan irigasi APBD I DBMP
APBD II
Investasi
d. Meningktakan Pengembangan - Pengembangan dan APBN Bappeda
ketersediaan energi prasarana energi pemanfaatan sumber energi APBD I Distamb
dan jaringan kebutuhan lokal dan regional APBD II
telekomunikasi Investasi
- Peningkatan pembangkit listrik APBN Bappeda
tenaga air (PLTA) dan APBD I Distamb
pembangkit listrik tenaga APBD II
matahari (PLTM) Investasi
Pengembangan - Pengembangan stasiun kendali Cibinong APBN Bappeda
fasilitas Satelit Domestik (SKSD) APBD I Dishub
telekomunikasi APBD II
Investasi
- Pengembangan jaringan Seluruh wilayah Kab. Bogor APBN Bappeda
Telekomunikasi APBD I Dishub
APBD II
Investasi
PELAKSANAAN
INSTANSI
KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN LOKASI 2005- 2011- 2016- 2021- SUMBER
PELAKSANA
2010 2015 2020 2025
1 2 3 4 5 6 7 8
e. Meningkatkan Pengembangan - Fasilitasi dan stimulasi Pada kawasan kumuh APBN Bappeda
Ketersediaan Prasarana pembangunan perumahan/rumah perkotaan : APBD I DCK
Infrastruktur Perumahan dan masyarakat kurang mampu Kec. Citeureup, Ciawi, APBD II BPMKS
Permukiman Permukiman Ciomas, Sukaraja, Investasi
Cibinong, Gunungputri,
Jasinga, Leuwiliang, dan
Kec. Ciampea
Lingkungan Sehat Penyediaan sarana air bersih dan Wilayah Kantung APBN Bappeda
Perumahan sanitasi dasar bagi nasyarakat Kemiskinan APBD I DCK
miskin APBD II BPMKS
Investasi

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman V -25


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

BAB VI PENGENDALIAN
6.1 Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Dalam pasal 35 UU No.26 tahun 2007
disebutkan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan
disinsentif, serta pengenaan sangsi.
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang termasuk tata guna
tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya yang berada pada kawasan lindung, kawasan budidaya,
kawasan perdesaan dan kawasan perkotaan yang direncanakan dapat terwujud.
Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan, meliputi :
1. membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian
bencana dan potensi kerugian akibat bencana;
2. mengembangkan kawasan perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak;
3. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan; dan
4. membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan untuk mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan
sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang, terdiri atas :
indikasi arahan peraturan zonasi;
arahan perizinan;
arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan
arahan sanksi.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -1
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

6.1.1 Peraturan zonasi


1. Pembuatan peta zonasi (rencana rinci) pemanfaatan ruang untuk masing-masing fungsi peruntukan sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah.
2. Peta zonasi sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.
3. Peraturan tentang zonasi ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten.

a. Peraturan Zonasi Kawasan Budi Daya


1) Peraturan zonasi untuk kawasan hutan lindung disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan
pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap,
tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.
2) Peraturan zonasi untuk kawasan bergambut disusun dengan memperhatikan:
pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi merubah tata air dan ekosistem unik; dan
pengendalian material sedimen yang masuk ke kawasan bergambut melalui badan air.
3) Peraturan zonasi untuk kawasan resapan air disusun dengan memperhatikan:
pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi
dalam menahan limpasan air hujan;
penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; dan
penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya.
Peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan kawasan sekitar danau/waduk disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -2


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air
dan/atau pemanfaatan air;
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; dan
penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4) Peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau kota disusun dengan memperhatikan:
pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan
ketentuan pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud pada huruf b.
5) Peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, suaka alam laut dan perairan lainnya disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan ruang untuk kegiatan wisata alam;
pembatasan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam;
ketentuan pelarangan pemanfaatan biota yang dilindungi peraturan perundang-undangan;
ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat mengurangi daya dukung dan daya tampung lingkungan; dan
ketentuan pelarangan kegiatan yang dapat merubah bentang alam dan ekosistem.
6) Peraturan zonasi untuk suaka margasatwa, suaka margasatwa laut, cagar alam, dan cagar alam laut disusun dengan
memperhatikan :
pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam;
ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a;
ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c; dan
ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan merupakan flora dan satwa
endemik kawasan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -3


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

7) Peraturan zonasi untuk taman nasional dan taman nasional laut disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;
pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli di zona penyangga
dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;
ketentuan pelarangan kegiatan budi daya di zona inti; dan
ketentuan pelarangan kegiatan budi daya yang berpotensi mengurangi tutupan vegetasi atau terumbu karang di
zona penyangga.
8) Peraturan zonasi untuk taman wisata alam dan taman wisata alam laut disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud pada huruf a;
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain yang dimaksud pada huruf c.
9) Peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan
ketentuan pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.
10) Peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor dan kawasan rawan gelombang pasang disusun dengan
memperhatikan :
pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan
pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -4


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

11) Untuk kawasan rawan banjir, peraturan zonasi disusun dengan memperhatikan:
penetapan batas dataran banjir;
pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah;
dan
ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya.
12) Peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan plasma nutfah disusun dengan memperhatikan:
pemanfaatan untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
pelestarian flora, fauna, dan ekosistem unik kawasan; dan
pembatasan pemanfaatan sumber daya alam.
13) Peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam geologi disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;
penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan
pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum.
14) Peraturan zonasi untuk kawasan imbuhan air tanah disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi
dalam menahan limpasan air hujan;
penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; dan
penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya.
15) Peraturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan
pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap mata air.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -5


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

b. Peraturan Zonasi Kawasan Budi Daya


Peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi dan hutan rakyat disusun dengan memperhatikan :
pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya kehutanan;
pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan; dan
ketentuan pelarangan pendirian bangunan.

1) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian disusun dengan memperhatikan :


pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah; dan
ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budi daya non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem
jaringan prasarana utama.
2) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan dengan kepadatan rendah;
pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau; dan
pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi lestari.
3) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertambangan disusun dengan memperhatikan :
pengaturan pendirian bangunan agar tidak mengganggu fungsi alur pelayaran yang ditetapkan peraturan
perundangundangan;
pengaturan kawasan tambang dengan memperhatikan keseimbangan antara biaya dan manfaat serta keseimbangan
antara risiko dan manfaat; dan
pengaturan bangunan lain disekitar instalasi dan peralatan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan
bahaya dengan memperhatikan kepentingan daerah.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -6


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

4) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri disusun dengan memperhatikan :


pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya; dan
pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industri.
5) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata disusun dengan memperhatikan :
pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan;
perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata
6) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman disusun dengan memperhatikan :
penetapan amplop bangunan;
penetapan tema arsitektur bangunan;
penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan
penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

6.1.2 Perizinan
1. Kegiatan usaha pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, izin pemanfaatan ruang dibatalkan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
2. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar batal demi hukum.
3. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar, kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang
dibatalkan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya.
4. Kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin pemanfaatan ruang dapat dimintakan penggantian yang layak kepada
instansi pemberi izin.
5. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang, dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -7


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

6. Prosedur perolehan izin pemanfaatan ruang dan tata cara penggantian yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.
7. Ketentuan perizinan diatur oleh pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Arahan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana
struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini.

Izin pemanfaatan ruang diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan kewenangannya.
Pemberian izin pemanfaatan ruang dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pemberian izin pemanfaatan ruang yang berdampak besar dan penting dikoordinasikan oleh Menteri.

6.1.3 Pemberian Insentif dan Disinsentif


1. Insentif merupakan upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksana kegiatan yang sesuai (sejalan) dengan rencana tata
ruang.
2. Bentuk Insentif yang diberikan berupa :
a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham.
b. Pembangunan serta pengadaan infrasruktur.
c. Kemudahan dalam mengurus prosedur perizinan.
d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah.
3. Disinsentif merupakan upaya untuk membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.
4. Bentuk disinsentif yang diberikan berupa :
a. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang
ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan tata ruang.
b. Pembatasan penyediaan infrastuktur, pengenaan kompensasi dan pinalti.
5. Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat.
6. Insentif dan disinsentif dapat diberikan oleh : pemerintah kepada pemerintah daerah, pemerintah daerah kepada pemerintah
daerah lainnya dan pemerintah kepada masyarakat.
7. Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif diatur dengan peraturan pemerintah.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -8


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Tabel 5.1
Insentif Dan Disinsentif Pada Kawasan Rawan Bencana Longsor
KEGIATAN INSENTIF DISINSENTIF

Pembangunan pariwisata yang mendukung Bila intensitas kegiatan melebihi daya dukung
kelestarian alam/ lingkungan & upaya lingkungan/tanah, atau jenis aktifitasnya akan
pencegahan longsor dengan rekayasa mengganggu lingkungan disinsentif berupa:
teknis dalam penguatan lereng dan sistem pembebanan pajak yang tinggi, pengenaan
drainase yang tepat, diberikan kemudahan retribusi yang tinggi, pembatasan pelayanan
dalam perizinan, keringanan pajak & umum.
retribusi, subsidi sarpras pelayanan umum.

PARIWISATA
Penghargaan & kemudahan Bila intensitas kegiatan melebihi daya dukung
pengembangan pariwisata yang mendukung lingkungan/tanah,atau berubah fungsi atau
kelestarian alam/lingkungan & upaya jenis aktifitasnya akan mengganggu
pencegahan longsor dengan rekayasa lingkungan, maka diberlakukan disinsentif
teknis penguatan leteng, diberikan diberikan berupa: pembebanan pajak yang tinggi,
kemudahan dalam perizinan, keringanan pengenaan retribusi yang tinggi, pembatasan
pajak & retribusi, subsidi sarana prasarana pelayanan umum, penghentian kegiatan, atau
pelayanan umum. penutupan lokasi.
PARIWISATA CAGAR ALAM
Bagi masyarakat/LSM/swasta yang Apabila masyarakat melakukan pene bangan
melakukan upaya pencegahan long sor pohon asli tanpa alasan yang kuat, atau
seperti mempertahankan pohon asli (native menanam pohon yang tidak tepat sehingga
tree), diberikan insentif berupa penyediaan menyebabkan longsor, diberikan disinsentif
sarana prasara-na pengelolaan lingkungan berupa tidak tersedianya sarana prasarana
serta pengadaan sarana prasarana penge lolaan lingkungan atau sarana
pelayanan umum, dan/atau kompensasi prasarana pelayanan umum, atau akses ja lan.
PELESTARIAN ALAM/ LINGKUNGAN berupa penyediaan fasos/fasek.
Bagi pengusaha atau rakyat yang Apabila pengusaha/ masyarakat menanam
menanam jenis pohon yang peraakarnya pohon yang tidak tepat sehingga
dapat mengikat tanah (johar, bungur, menyebabkan longsor, diberikan disinsentif
banyan, mahoni, renghas, jati, kosambi, berupa tidak tersedianya sarana prasarana
sonokeling, tayuman, trengguli, pilang, dan pengeolaan lingkungan atau sarana
asem jawa), diberikan subsidi dari pemda prasarana pelayanan umum, atau akses jalan.
/swasta berupa bibit unggul serta
KONSERVASI TANAH SAMBIL penyuluhan/bimbingan teknis tata cara budi
BERPRODUKSI daya tanaman tersebut.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -9


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

KEGIATAN INSENTIF DISINSENTIF

Pengusaha yang menanam jenis pohon Apabila pengusaha tidak menanam jenis
yang perakarnya dapat mengikat tanah pohon yang dianjurkan dan tidak ada upaya
dan memperkuat lereng, diberikan insentif memperkuat lereng, diberikan disinsentif
berupa kemudahan perizinan, keringanan berupa : pengenaan pajak dan retribusi yang
pajak, perbaikan prasarana transportasi tinggi, pembatasan penyediaan prasarana
untuk kelancaran pengangkutan hasil transportasi, memperketat perizinan,
produksi. pembebanan penyediaan sarana prasarana.

HUTAN PRODUKSI
Pengusaha yang membangun hutan kota Bila intensitas kegiatan melebihi daya dukung
dan/atau ruang terbuka hijau sesuai dengan lingkungan/tanah, atau ber-ubah fungsi,
kriteria lokasi dan kriteria/persyaratan teknis, atau jenis aktifitasnya akan mengganggu
& melakukan rekayasa teknis untuk lingkungan disinsentif berupa : pembebanan
penguatan lereng, dikenakan keringanan pajak yang tinggi, pengenaan retribusi yang
pajak & retribusi, subsidi penyediaan tinggi, pembatasan pelayanan umum.
sarana prasarana lingkungan dan
pelayanan umum & subsidi prasarana
transportasi.
Hutan Kota & RTH
Penanaman pohon yang perakarannya Apabila masyarakat tidak menanam jenis
dapat memperkuat lereng (johar, bungur, pohon yang dianjurkan, dan tidak ada upaya
banyan, mahoni, renghas, jati, kosambi, penguatan lereng, maka diberikan disinsentif
tayuman, sonokeling, tayuman, trengguli, berupa : pengenaan pajak & retribusi yang
pilang, dan asem jawa), diberikan subsidi tinggi, pembatasan penyediaan prasarana
dari pemda/swasta berupa bibit unggul transportasi, memperketat perizinan,
serta penyuluhan /bimbingan teknis tata ketidaktersediaan sarana prasarana
cara budi daya tanaman tersebut. pengelolaan lingkungan, pembebanan
HUTAN RAKYAT penyediaan sarana prasarana.

Masyarakat/LSM/Swasta yg mela-kukan Pembatasan sarana prasarana pengelolaan


pengelolaan DAS terpadu melalui upaya lingkungan, pembatasan sarana prasarana
terasering, pemilih an pohon dan sistem pelayanan umum.
drainase yg tepat, diberikan penghargaan Penggunaan ruang yang tidak sesuai dengan
dan subsidi penyediaan sarana prasarana peruntukan ruangnya diberikan disinsentif
pengelolaan lingkungan & pengadaan berupa: pengenaan pajak yang tinggi,
sarana prasarana pelayanan umum, memperketat perizinan & pengawasan,
dan/atau kompen sasi brp penyediaan pembatasan penyediaan sarana prasarana
PENGELOLAAN DAS fasos/fasek. lingkungan dan transportasi.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -10
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

KEGIATAN INSENTIF DISINSENTIF

Pemilihan tanaman industri yang Apabila masyarakat tidak menanam


perakarannya dapat memperkuat lereng, tanaman yang dianjurkan dan tidak ada upaya
dan mengupayakan sistem drainase yang memperkuat lereng, dan sistem drainase
sesuai, diberikan subsidi dari yang sesuai, diberikan disin sentif berupa :
Pemda/swasta berupa bibit unggul dan pembatasan sarana pra sarana pengelolaan
saprotan lainnya; serta diberikan lingkungan, pelayanan umum, dan
penyuluhan/bim-bingan teknis tata cara transportasi.
budi daya tanaman industri.
PERKEBUNAN RAKYAT

Petani yang melakukan usahatani nya dg Apabila tidak memilih jenis dan pola ta nam
memilih jenis tanaman & pola tanam & yang sesuai, menjaga kestabilan lereng
sistem drainase yg tepat, dan menjaga dengan mengikuti kontur, maka diberikan
kestabilan lereng dg mengikuti kontur, pembatasan sarana prasarana pelayanan
diberikan subsidi dari pemda/swasta umum dan transportasi.
berupa bibit unggul & saprotan lainnya, Penggunaan ruang yang tidak sesuai dg
serta penyuluhan /bimbingan teknis tata peruntukan ruangnya diberikan disinsentif
cara budi daya tanaman tersebut. berupa: pengenaan pajak yg tinggi,
PERTANIAN TANAMAN PANGAN memperketat perizinan& pengawasan yang
ketat.

Dalam rangka mengurangi permukiman Dalam rangka mencegah berkembangnya


kumuh di bantaran sungai, mengurangi permukiman kumuh di bantaran/ sempadan
kepadatan permukim an di kawasan sungai, Pemda tidak memberikan prasarana
berlereng curam, Pemda menyediakan dan sarana penunjang di kawasan tersebut.
kawasan & lingkungan siap bangun, subsidi
sarana prasarana lingkungan, & Dalam rangka mencegah alih fungsi lahan
penyediaan pelayanan umum (listrik, perumahan menjadi lahan komerrsial,
telepun, air bersih, TPS/TPA) Pemerintah ditetapkan pembatasan daya aliran listrik,
memberikan subsidi yang terkait kinerja ketersediaan air baku/air bersih, keterbatasan
Pemda dalam mengurangi permukiman sambungan telepun, keterbatasan sewerage
kumuh. & sistem pembuangan sampah, keterbatasan
sarana dan prasarana transportasi, dan
Pengembang yang melakukan rekayasa pengenaan pajak yang tinggi.
PERMUKIMAN
teknik terhadap lereng di lokasi perumahan,
dikenakan keringanan pajak&retribusi,
penyediaan prasarana transportasi untuk
meningkatkan aksesibilitas.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -11


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

KEGIATAN INSENTIF DISINSENTIF

Peternak/petani ikan yang dalam Apabila dalam usahataninya tidak meng


usahataninya mengupayakan jenis mengupayakan jenis ternak/ikan, sistem
ternak/ikan yg sesuai & mengupayakan kandang, silase, & sistem drainase yg tepat,
sistem kandang, silase, & sistem drainase diberikan disinsentif berupa: ke
yg tepat, di berikan subsidi dari tidaktersediaan bibit dan saprotan lainnya;
Pemda/Swas ta berupa bibit unggul & pembatasan penyedian sarana prasarana
saprotan lainnya; diberikan penyuluh pelayanan umum, keterbatasan prasarana
an/bimbingan teknis budidayanya transportasi, dan pengawas an yang ketat.

PETERNAKAN

Pertanian padi sawah dengan pola tanam Apabila tidak mengikuti pola tanam yg tepat,
yang tepat, dan menjaga kestabilan lereng tidak menjaga kestabilan lereng dengan
dengan te rasering mengikuti kontur, diberi terasering sesuai kontur, maka diberikan
kan subsidi dari pemda/swasta berupa disinsentif berupa: ketidak tersediaan bibit
bibit unggul & saprotan lainnya, serta dan saprotan lainnya: pembatasan penyedian
penyuluhan/bim-bingan teknis tatacara sarana prasarana pelayanan umum,
budidaya tanaman tersebut. keterbatasan prasarana transportasi, dan
pengawas an yang ketat.

PERTANIAN LAHAN BASAH


Kegiatan Pertambangan di lokasi sesuai Apabila intensitas kegiatannya melam paui
peruntukan ruangnya (sesuai rencana rinci daya dukung lingkungan atau jenis aktifitasnya
tata ruang kawasan strategis atau RDTR & tidak sesuai lagi dngn perizinannya, maka
peraturan zonasinya); melaksanakan hasil diberikan disinsentif berupa: pengawasan
AMDAL, upaya kestabilan dan perkuatan ketat terhadap pelaksanakan hasil AMDAL,
lereng, dan mereklamasi/revitalisasi pembebanan pelaksanaan pengelolaan
kawasan/le-reng, diberikan kemudahan lingkungan (rekayasa teknis untuk ke-stabilan
dalam perizinan, pembebasan tanah, dan perkuatan lereng dan
kegiatan relokasi, subsidi pelayanan reklamasi/revitalisasi kawasan/lereng),
umum, penyediaan prasarana transportasi, keharusan menyampaikan akuntabilitas,
serta dikenakan keringanan pajak dan memperoleh akreditasi ISO, pem-bebanan
retribusi. pajak dan retribusi yang tinggi, serta
PERTAMBANGAN peninjauan kembali perizinan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -12


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

KEGIATAN INSENTIF DISINSENTIF

Pembangunan prasarana transportasi; Apabila dalam pembangunan jalan ter-paksa


melalui AMDAL, upaya kestabilan dan harus memotong lereng yang terjal, maka
perkuatan lereng, tidak memotong lereng sebagai upaya perkuatan kestabilan lereng
yang terjal, diberikan kemudahan dalam diharuskan melakukan rekayasa teknis
perizinan, pembebasan tanah, subsidi dengan menggunakan salah satu atau
pelayanan umum, serta dikenakan kombinasi konstruksi: tembok penahan,
keringanan pajak dan retribusi. angkor, paku batuan (rock bolt), tiang
pancang, jaring kawat penahan batuan,
shotcrete, bronjong.

TRANSPORTASI

Pengusaha yang memindahkan Bila intensitas kegiatannya melampaui daya


pembangunan industrinya ke kawasan dukung lingkungan atau aktifitasnya sudah
industri sesuai rencana rinci tata ruang tidak sesuai perizinan, dilakukan pengawasan
kawasan strategis atau RDTR & peraturan pelaksanakan AMDAL yg ketat, pembebanan
zonasi, diberikan kemudahan dalam pengelolaan lingkungan (rekayasa teknis),
perizinan, kegiatan relokasi, sub-pelayanan keharusan menyampaikan akuntabilitas,
umum, dan dikenakan keringanan pajak & memperoleh akreditasi ISO, pembebanan
retribusi. pajak dan retribusi yang tinggi, serta
peninjauan kembali perizinan.

INDUSTRI

Arahan pemberian insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi pemerintah dalam pemberian insentif dan pengenaan disinsentif.
Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan indikasi arahan peraturan
zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah ini. Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau
dikurangi keberadaannya berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -13


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dalam pemanfaatan ruang wilayah nasional dilakukan oleh Pemerintah kepada
pemerintah daerah dan kepada masyarakat. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan oleh instansi berwenang sesuai
dengan kewenangannya.

Insentif kepada pemerintah daerah diberikan, antara lain, dalam bentuk :


a. pemberian kompensasi;
b. urun saham;
c. pembangunan serta pengadaan infrastruktur; atau
d. penghargaan.

Insentif kepada masyarakat diberikan, antara lain, dalam bentuk :


a. keringanan pajak;
b. pemberian kompensasi;
c. imbalan;
d. sewa ruang;
e. urun saham;
f. penyediaan infrastruktur;
g. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
h. penghargaan.

Disinsentif kepada pemerintah daerah diberikan, antara lain, dalam bentuk :


a. pembatasan penyediaan infrastruktur;
b. pengenaan kompensasi; dan/atau
c. penalti.
Disinsentif dari Pemerintah kepada masyarakat dikenakan, antara lain, dalam bentuk :
a. pengenaan pajak yang tinggi;
b. pembatasan penyediaan infrastruktur;
c. pengenaan kompensasi; dan/atau
d. penalti.

Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dilakukan menurut prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif dikoordinasikan oleh Menteri.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -14


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

6.2 Pengenaan Sanksi


Dalam pasal 39 UU No. 26 tahun 2007 disebutkan bahwa : Pengenaan Sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan
terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
Arahan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) huruf d merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap :
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional;
pelanggaran ketentuan arahan peratuan zonasi sistem nasional;
pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWN;
pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWN;
pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRWN;
pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik
umum; dan/atau
pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VI -15


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

BAB VII ,
PENGAWASAN PENATAAN RUANG
7.1 Pengawasan Pemanfaatan Ruang
7.1.1 Pengawasan Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Lindung
Upaya pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan lindung di Kabupaten Bogor, merupakan upaya pengawasan dan
penertiban terhadap kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung.
1. Pengawasan: bentuk pengawasan berupa usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang di kawasan lindung dengan arahan
pengelolaan kegiatan kawasan lindung yang ditetapkan dalam rencana tata ruang, dimana pengelolaan kegiatan tersebut mencakup
fungsi dasar kawasan maupun fungsi tambahan yang dapat dikembangkan.
a. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai kondisi pemanfaatan ruang pada tiap jenis kawasan
lindung yang ada baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:
1) Kondisi dan luasan kawasan lindung yang telah ditetapkan.
2) Perubahan kondisi fungsi dasar kawasan lindung yang telah ditetapkan untuk tiap jenis kawasan lindung yang ada, beserta
luasan perubahan tersebut.
3) Jenis kegiatan tambahan yang ada di tiap jenis kawasan lindung yang ada, luasannya, serta dampaknya terhadap perubahan
yang ditimbulkannya. Misalnya: pengembangan kawasan wisata kasrt serta yang ditimbulkan nantinya, antara lain:
munculnya tempat penginapan beserta kelengkapannya di kawasan tersebut.
b. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat besarnya dampak yang ditimbulkan
berdasarkan perubahan yang terjadi pada kawasan lindung yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, sehingga dapat
diupayakan kegiatan-kegiatan yang dapat membatasi terjadinya perubahan kualitas lingkungan lebih lanjut. Misalnya: kegiatan
pemantauan pada kawasan lindung suaka alam yaitu mengamati dan mengawasi luasan kawasan yang berkembang menjadi
penginapan, sehingga dapat diputuskan apakah dampak dari perkembangan tersebut perlu segera dibatasi.
c. Evaluasi: usaha untuk menilai kemajuan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan kesesuaiannya dengan rencana tata
ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan. Misalnya: dampaknegatif yang ditimbulkan dengan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -1


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

adanya penambahan fungsi kegiatan wisata pada kawasan lindung suaka alam merupakan masukan/pertimbangan dalam
menentukan upaya penertiban yang sesuai.
d. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan lindung yang direncanakan dapat
terwujud,sesuai dengan kegiatan pengawasan yang telah dilakukan.
e. Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan lindung yang berakibat terhambatnya
program-program pengelolaan kegiatan di kawasan lindung tersebut. Misalnya: pengembangan kegiatan fungsi tambahan pada
kawasan lindung yang tidak sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dapat dikenakan saksi berupa pencabutan ijin
pengembangan.
f. Sanksi perdata, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan lindung yang berakibat terganggunya kepentingan
pihak pengelola kawasan lindung tersebut, baik itu pemerintah, masyarakat maupun pihak swasta.
g. Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan lindung yang berakibat pada menurunnya kualitas
lingkungan atau fungsi dasar kawasan lindung. Misalnya: pelaku kegiatan pencurian kayu di hutan yang ditetapkan sebagai
kawasan lindung dapat mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang dikenakan sanksi pidana.

7.1.2 Pengawasan Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Budidaya


Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan budidaya di kabupaten Bogor merupakan upaya pengawasan dan penertiban
terhadap kawasan budidaya yang ada di kabupaten Bogor adalah kawasan budidaya pertanian, permukiman perkotaan, permukiman
perdesaan, sedangkan yang menunjukkan prospek perkembangan cukup tinggi adalah kawasan perdagangan dan jasa serta industri.
a. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang di kawasan budidaya dengan arahan pengembangan kegiatan
dan pola pemanfaatan ruang di tiap jenis kawasan budidaya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
1) Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai besarnya perubahan fungsi di kawasan budidaya
beserta luasannya baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:
a) Kondisi dan luasan kawasan budidaya tidak terbangun yang telah ditetapkan.
b) Kondisi dan luasan kawasan budidaya terbangun yang telah ditetapkan.
c) Perubahan kondisi kawasan budidaya yang telah ditetapkan untuk tiap jenis kawasan budidaya yang ada, beserta luasan
perubahan tersebut, misalnya: adanya perubahan fungsi pada kawasan pertanian lahan basah (sawah) menjadi kawasan
terbangun (perumahan), beserta luasan lahan yang mengalami perubahan fungsi.
2) Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan
lingkungan akibat terjadinya perubahan fungsi kawasan pada kawasan budidaya, sehingga dapat diupayakan kegiatan-
kegiatan yang dapat membatasi terjadinya perubahan kualitas lingkungan lebih lanjut. Misalnya: apabila perubahan fungsi
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -2
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

kawasan pertanian lahan basah (sawah) menjadi kawasan terbangun (perumahan) mencapai luasan yang cukup besar, maka
upaya pemantauannya yaitu dengan pencetakan sawah baru pada lokasi lain.
3) Evaluasi: usaha untuk menilai kemajuan pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya dan kesesuaiannya dengan rencana tata
ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan. Misalnya: apabila terjadinya perubahan fungsi kawasan
pertanian lahan basah (sawah) menjadi perumahan mempunyai luasan yang cukup besar dan mendominasi, maka diperlukan
evaluasi penyesuaian fungsi kawasan tersebut menjadi kawasan perumahan.
b. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan budidaya yang direncanakan dapat terwujud.
1) Sanksi administratif,dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan budidaya yang berakibat terhambatnya
program-program pengelolaan kegiatan di kawasan budidaya tersebut. Misalnya: pembatalan ijin pengembangankawasan
perumahan yang dibangun oleh developer pada kawasan yang rencana pemanfaatan ruangnya bukan untuk kawasan
perumahan (kawasan terbangun).
2) Sanksi perdata, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan budidaya yang berakibat terganggunya
kepentingan seseorang, kelompok orang atau badan hukum. Misalnya: pengembangan kegiatan industri pada satu kawasan
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga pengelola dikenakan sanksi berupa pemulihan kondisi
lingkungan tersebut atau pembiayaan terhadap kerugian yang dialami oleh penduduk.
3) Sanksi pidana,dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan budidaya yang berakibat pada menurunnya
kualitas tata ruang dan lingkungan kawasan budidaya.

7.1.3 Pengawasan Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Perdesaan


Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan merupakan upaya pengawasan dan penertiban terhadap
pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan sesuai dengan rencana tata ruang. Dalam hal ini arahan pengembangan kegiatan dan pola
ruang di kawasan perdesaan yaitu mempunyai kegiatan utama pertanian dan kawasan permukiman penduduk yang ada membentuk
kelompok-kelompok kecil.
a. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan dengan arahan pengembangan kegiatan
dan pola pemanfaatan ruang kawasan perdesaan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
1) Pelaporan:berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan, baik yang
sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -3
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

a) Kondisi dan jenis kegiatan utama di kawasan perdesaan yang telah ditetapkan (kawasan perdesaan identik dengan
kegiatan utama di sektor pertanian).
b) Pola kawasan permukiman penduduk yang direncanakan pada kawasan perdesaan.
c) Perubahan kondisi dan jenis kegiatan utama yang terjadi di kawasan perdesaan, misalnya: terjadi pergeseran kegiatan
perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri.
d) Perubahan pola kawasan permukiman penduduk yang terjadi pada kawasan perdesaan, misalnya: adanya perkembangan
kawasan perumahan baru berupa perumahan yang dibangun oleh pengembang (developer) padakawasan ini. Masing-
masing perubahan tersebut harus diketahui luasannya.
2) Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati,mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan
lingkungan pada kawasan perdesaan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Misalnya:
a) Apabila kegiatan baru di kawasan perdesaan berupa kegiatan industri yang membawa dampak positif bagi perekonomian
penduduk, maka kegiatan baru tersebut dapat terus dikembangkan. Apabila industri tersebut menimbulkan pencemaran
yang mengganggu penduduk, maka dalam perpanjangan ijin selanjutnya tidak dilanjutkan.
b) Apabila pertumbuhan perumahan yang dibangun oleh developer sangat pesat, sedangkan kawasan perdesaan tersebut
merupakan daerah basis pertanian yang sangat diperlukan dalamlingkup regional, maka perkembangan perumahan yang
dibangun oleh developer tersebut harus dibatasi (tidak mengijinkan pembangunan perumahan pada lahan pertanian
sawah).
3) Evaluasi: usaha untuk menilai kemajuan pemanfaatan ruang pada kawasan perdesaan dan kesesuaiannya dengan rencana tata
ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan. Misalnya: apabila pada kawasan perdesaan tersebut
perubahan fungsi kawasan yang terjadi mempunyai luasan yang cukup besar dan membawa dampak positif bagi
penduduknya, maka diperlukan penyesuaian fungsi kawasan menjadi kawasan yang mengarah pada kegiatan perkotaan atau
kawasan pinggiran.
a. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan yang direncanakan dapat
terwujud.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -4


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

7.1.4 Pengawasan Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Perkotaan


Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan merupakan upaya pengawasan dan penertiban terhadap
pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan sesuai dengan rencana tata ruang. Dalam hal ini arahan pengembangan kegiatan dan pola
pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan yaitu berupa kegiatan utama non-pertanian (perdagangan, industri, dsb) dan perumahan.
b. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan dengan arahan pengembangan kegiatan
dan pola pemanfaatan ruang kawasan perkotaan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
1. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan, baik yang
sesuai maupun yang tidak sesuai, mencakup:
Fungsi kota/kawasan perkotaan yang telah ditetapkan,
Perubahan fungsi kota/kawasan perkotaan sesuai perkembangan yang terjadi, misalnya: salah satu fungsi yang ditetapkan
pada suatu kawasan yaitu kegiatan pariwisata yang ternyata tidak begitu berkembang, sedangkan kegiatan lainnya seperti:
kegiatan perdagangan yang bukan merupakan fungsi yang ditetapkan justru berkembang cukup pesat.
2. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan
lingkungan pada kawasan perkotaan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Misalnya: dengan tidak berkembangnya
kegiatan pariwisata, maka perlu dicari faktor-faktor penyebab tidak berkembangnya kegiatan pariwisata tersebut. Selain itu,
sebagai tindakan pemantauan terhadap kegiatan perdagangan yang tumbuh pesat, maka perlu diketahui lokasi dan sebaran
kawasan perdagangan yang ada.
3. Evaluasi: usaha untuk menilai kemajuan pemanfaatan ruang pada kawasan perkotaan dan kesesuaiannya dengan rencana tata
ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan. Misalnya: dengan kondisi diatas, maka diperlukan
penyesuaian fungsi dengan menambah fungsi baru yaitu kegiatan perdagangan skala kota dan regional. Selain itu juga
diperlukan upaya-upaya yang inovatif untuk merangsang perkembangan kegiatan pariwisata yang ada.
c. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan yang direncanakan dapat terwujud.
1. Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan yang berakibat terhambatnya
program-program pengelolaan kegiatan di kawasan perkotaan tersebut.
2. Sanksi perdata, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan yang berakibat terganggunya
kepentingan seseorang, kelompok orang atau badan hukum.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -5


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

3. Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan yang berakibat pada menurunnya
kualitas tata ruang dan lingkungan kawasan perkotaan.

7.1.5 Pengawasan Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Strategis


Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan strategis merupakan upaya pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan
ruang di kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan strategis berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan sebelumnya
sesuai dengan rencana tata ruang.
a. Pengawasan: usaha untuk menjaga kesesuaian perkembangan di kawasan strategis dengan arahan pengembangan kegiatan dan
pola pemanfaatan ruang kawasan strategis yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
b. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai pemanfaatan ruang di kawasan strategis, baik yang sesuai
maupun yang tidak sesuai, mencakup:
1) Kondisi kawasan yang ditinjau berdasarkan:
a) Fungsi kawasan. Fungsi kawasan ini ditentukan berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut:
- Skala kegiatan produksi dan/atau potensi sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia yang
berpengaruh terhadap pengembangan aspek ekonomi, demografi, politik, pertahanan dan keamanan, serta
pengembangan wilayah sekitar,
- Skala kegiatan produksi dan/atau potensi sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia yang
berdampak besar dan penting terhadap kegiatan sejenis maupun kegiatan lain baik di wilayah bersangkutan, wilayah
sekitarnya maupun wilayah negara,
- Memiliki faktor pendorong besar bagi kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat baik di wilayah bersangkutan maupun
di wilayah sekitarnya,
- Mempunyai keterkaitan yang saling mempengaruhi dengan kegiatan yang dilaksanakan di wilayah lainnya,
- Mempunyai posisi strategis serta usaha dan/atau kegiatannya berdampak besar dan penting terhadap kondisi politis
dan pertahanan keamanan wilayah.
b) Ketersediaan infrastruktur yang ada di kawasan bersangkutan,
c) Intensitas kegiatan yang terdapat di kawasan bersangkutan,

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -6


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

d) Ketersediaan RTH atau daerah penyangga (Buffer Zone) di kawasan bersangkutan.


2) Perkembangan yang terjadi di kawasan strategis, apakah tidak berkembang, kurang berkembang atau berkembang pesat, serta
dampak yang ditimbulkan dari perkembangan tersebut.
c. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan
lingkungan pada kawasan strategis yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Misalnya: dengan perkembangan kegiatan industri
yang pesat tetapi lokasinya cenderung bercampur dengan kawasan perumahan penduduk atau kawasan lainnya, maka perlu
dipantau apakah kondisi tersebut mengganggu kegiatan pada kawasan lain tersebut. Jika ya, maka perlu dibatasi perkembangannya
secara ketat. Jika tidak menimbulkan dampak yang mengganggu aktivitas di kawasan lain di sekitarnya, maka perkembangan
tersebut dapat dibiarkan.
d. Evaluasi: usaha untuk menilai perkembangan pada kawasan strategis dan kesesuaiannya dengan rencana tata ruang baik dampak
positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan..
e. Penertiban: usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang di kawasan strategis yang direncanakan dapat terwujud.
1) Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan strategis yang berakibat terhambatnya
program-program pengelolaan kegiatan di kawasan strategis tersebut.
2) Sanksi perdata, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan strategis yang berakibat terganggunya kepentingan
seseorang, kelompok orang atau badan hukum.
3) Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang di kawasan strategis yang berakibat pada menurunnya kualitas
tata ruang dan lingkungan kawasan strategis.

7.1.6 Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan Pemanfaatan Ruang


Merupakan usaha untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang terhadap tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara
dan tata guna sumber daya alam lainnya di kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan
strategis, yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang. Kegiatan pengawasan ini mencakup tindakan sebagai berikut:
a. Pelaporan: berupa kegiatan memberi informasi secara obyektif mengenai dampak pemanfaatan ruang di kawasan lindung,
kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan strategis terhadap tata guna tanah, tata guna air, tata
guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai. Misalnya: terjadinya perubahan

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -7


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

fungsi lahan di kawasan lindung yang mempunyai kelerengan lebih dari 40 % menjadi lahan perkebunan, beserta luasan lahan
yang berubah fungsi tersebut.
Adapun kegiatan yang diperlukan dalam tindakan pelaporan ini adalah:
Penyiapan arahan kebijaksanaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya,
Penyiapan peta kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan strategis,
Mengecek kesesuaian dan ketidaksesuaian antara pemanfaatan ruang di kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan
perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan strategis dengan arahan kebijaksanaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna
udara dan tata guna sumber daya alam lainnya,
Membuat daftar dampak-dampak yang ditimbulkan dan yang berpengaruh terhadap tata guna tanah, tata guna air, tata guna
udara dan tata guna sumber daya alam lainnya.
b. Pemantauan: usaha atau perbuatan mengamati, mengawasi dan memeriksa dengan cermat tata guna tanah, tata guna air, tata guna
udara dan tata guna sumber daya alam lainnya yang menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem dan kualitas lingkungan akibat
pemanfaatan ruang pada kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan strategis
yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Misalnya: dengan adanya perubahan fungsi lahan pada kawasan lindung menjadi
lahan perkebunan tersebut, maka dampaknya dapat meningkatkan perekonomian penduduk dari hasil perkebunan yang diperoleh.
Tetapi harus ditinjau juga mengenai dampak negatif yang ditimbulkan terhadap tata guna tanahnya, antara lain: dapat
menyebabkan kondisi lahan yang kritis/rawan terhadap erosi, kurangnya penyerapan air permukaan, dsb. Apabila dampak-
dampak yang berpengaruh terhadap tata guna tanah dan air pada kawasan tersebut dapat diatasi dengan metode tertentu (secara
teknis atau vegetatif), sehingga tidak terjadi kerugian/masalah lebih lanjut, maka pemanfaatan ruang tersebut dapat diteruskan.
Apabila dampak negatif yang ditimbulkan lebih besar dan dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem dan fungsi ekologis
lingkungan di kawasan tersebut, maka pengembangan lahan perkebunan harus dibatasi secara ketat.
Adapun kegiatan yang diperlukan dalam tindakan pemantauan ini adalah:
Berdasarkan pelaporan ditetapkan lokasi kawasan-kawasan yang mempunyai masalah dan berpengaruh terhadap tata guna
tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya yang direncanakan sehingga perlu dipantau,
Menetapkan besaran dampak yang ditimbulkan,
Mencari pemecahan masalah dari masing-masing dampak yang ditimbulkan tersebut.
c. Evaluasi: usaha untuk menilai kesesuaian tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya
pada kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan strategis dengan rencana tata
ruang baik dampak positif maupun dampak negatif yang ditimbulkan. Misalnya: apabila perubahan fungsi lahan pada kawasan
lindung menjadi lahan perkebunan memberikan dampak negatif terhadap tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -8
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

guna sumber daya alam lainnya, maka fungsi kawasan sebagai kawasan lindung harus tetap dipertahankan dan diperlukan
pengendalian secara ketat.
Adapun kegiatan yang diperlukan dalam tindakan evaluasi ini adalah:
Menetapkan rencana tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna sumber daya alam lainnya,
Menetapkan penyesuaian fungsi kawasan, pemanfaatan ruang maupun rencana tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara
dan tata guna sumber daya alam lainnya berdasarkan kegiatan pelaporan dan pemantauan yang telah dilakukan.
Jenis-jenis kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang termasuk terhadap tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan
tata guna sumber daya alam lainnya di kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan
strategis antara lain yaitu:
a. Pada kawasan lindung:
Pemberian larangan melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan, kecuali yang tidak mengganggu fungsi alam, tidak
mengubah bentang alam dan ekosistem alami.
Pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat mempertahankan fungsi lindung.
Pencegahan berkembangnya berbagai usaha dan/atau kegiatan yang mengganggu fungsi lindung kawasan.
Pengawasan kegiatan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana
alam agar pelaksanaan kegiatannya tetap mempertahankan fungsi lindung kawasan.

b. Pada kawasan budidaya:


Pengkajian dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam pengembangan berbagai usaha dan/atau
kegiatan, terutama yang berskala besar.
Pengawasan terhadap proses pelaksanaan berbagai usaha dan/atau kegiatan berdasarkan prosedur dan tata cara pemanfaatan
ruang di kawasan budidaya agar terlaksana keserasian antar kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan budidaya.
Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan
dengan pencegahan bencana alam di kawasan budidaya agar tetap terjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, keamanan dan
keberlanjutan usaha dan/atau kegiatan budidaya lainnya.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -9


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

c. Pada kawasan perdesaan:


Pengkajian dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam pengembangan berbagai usaha dan/atau
kegiatan.
Pengawasan terhadap proses pelaksanaan berbagai usaha dan/atau kegiatan berdasarkan prosedur dan tata cara pemanfaatan
ruang di kawasan perdesaan agar terlaksana keserasian antar kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan perdesaan.
Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan
dengan pencegahan bencana alam di kawasan perdesaan agar tetap terjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, keamanan dan
keberlanjutan usaha dan/atau kegiatan perdesaan lainnya.
d. Pada kawasan perkotaan:
Pengkajian dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam pengembangan berbagai usaha dan/atau
kegiatan, terutama yang berskala besar.
Pengawasan terhadap proses pelaksanaan berbagai usaha dan/atau kegiatan berdasarkan prosedur dan tata cara pemanfaatan
ruang di kawasan perkotaan agar terlaksana keserasian antar kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan.
Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan
dengan pencegahan bencana alam di kawasan perkotaan agar tetap terjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, keamanan dan
keberlanjutan usaha dan/atau kegiatan perkotaan lainnya.
e. Pada kawasan strategis:
Pengkajian dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang analisis mengenai dampak lingkungan
hidup dalam pengembangan berbagai usaha dan/atau kegiatan, terutama bagi kegiatan yang berskala besar.
Pengawasan terhadap proses pelaksanaan kegiatan berdasarkan prosedur dan tata cara pemanfaatan ruang di kawasan strategis
agar terlaksana keserasian antar kegiatan pemanfaatan ruang di kawasan strategis.
Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan
dengan pencegahan bencana alam di kawasan strategis agar tetap terjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup, keamanan dan
keberlanjutan antar kegiatan yang prosedur dan tata caranya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -10


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

7.1.7 Penertiban Pemanfaatan Ruang


Penertiban pemanfaatan ruang diperlukan untuk mengambil tindakan terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang. Dalam
penertiban pemanfaatan ruang ini terdapat beberapa tindakan, yakni sebagai berikut:
a. Penetapan Jenis Pelanggaran
Apabila dalam pemanfaatan ruang di suatu kawasan terdapat pelanggaran yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
dan mempunyai dampak yang mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tata ruang dan lingkungan di kawasan yang
bersangkutan. Dalam upaya penertiban pemanfaatan ruang ini, maka diperlukan penetapan jenis pelanggaran yang terjadi yakni
sebagai berikut:
Pelanggaran fungsi, yaitu pelanggaran di kawasan fungsi kawasan lindung dan kawasan budidaya,
Pelanggaran peruntukan, yaitu pelanggaran terhadap jenis peruntukan yang telah ditetapkan pada satu kawasan,
Pelanggaran teknis, yaitu pelanggaran yang tidak sesuai dengan ketetapan rencana tata ruang yang ada seperti: RTRW, RDTRK.
b. Penetapan Jenis Sanksi
Adapun jenis sanksi yang dapat dikenakan adalah sebagai berikut:
Sanksi administratif ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat pada terhambatnya pelaksanaan program
pemanfaatan ruang. Sanksi administratif ini antara lain: pembatalan ijin yang diperoleh, pencabutan atas hak atas rekomendasi
suatu pembentukan.
Sanksi perdata: berupa pengenaan denda, pengenaan ganti rugi dan lain-lain. Sanksi perdata ini dikenakan atas pelanggaran
pemanfaatan ruang yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok orang atau badan hukum.
Sanksi pidana dapat berupa tindakan penahanan atau kurungan. Sanksi pidana dikenakan atas pelanggaran penataan ruang
yang berakibat terganggunya kepentingan umum.

7.1.8 Kegiatan Penertiban Pemanfaatan Ruang


Merupakan usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang termasuk tata guna tanah, tata guna air, tata guna
udara dan tata guna sumber daya alam lainnya pada kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan
dan kawasan strategis yang direncanakan dapat terwujud. Kegiatan penertiban ini mencakup:

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -11


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

1. Penentuan Jenis Pelanggaran


Pelanggaran yang dimaksud yaitu, pelanggaran fungsi, yaitu pelanggaran di kawasan fungsi kawasan lindung dan kawasan
budidaya.
a. Pelanggaran fungsi kawasan lindung
Untuk memberlakukan penertiban terhadap kawasan ini, maka perlu beberapa kegiatan berikut:
Tetapkan luasan kawasan lindung.
Tetapkan jenis kawasan lindung (misal: karena kelerengan, karena fungsi).
Perkiraan dampak yang muncul dari pemanfaatan kawasan lindung tersebut.
Mencari solusi untuk meminimalisasi dari dampak yang terjadi, misalnya: tanah yang memiliki kelerengan yang tajam agar
tidak mengalami erosi.
Melakukan upaya pembatasan pengembangan lebih lanjut.
Bila pelanggaran terhadap pemanfaatan kawasan lindung masih dalam batas toleran, maka mungkin kegiatan tersebut
dapat dipertahankan namun dengan pengawasan yang ketat. Bila kegiatan tersebut termasuk dalam kategori mengganggu,
maka perlu tindakan:
Pencegahan perluasan kawasan yang melanggar fungsi,
Menetapkan kelas pelanggaran.
Memberlakukan sanksi (perdata atau pidana).
Berdasarkan kajian tersebut diatas, maka pada kawasan yang rawan diperlukan kajian yang lebih mendalam dalam
bentuk pengelolaan kawasan lindung. Pengelolaan tesebut merupakan indikasi program tata cara penanganan kawasan secara
lebih rinci.
b. Pelanggaran kawasan budidaya
Pada dasarnya pelanggaran dikarenakan mis-management kawasan budidaya, sehingga terlampaui daya dukungnya
atau kesalahan pengalokasian kegiatan.
Berdasarkan bentuk pelanggaran yang dibuat dan sifat kegiatan yang muncul, maka perlu diidentifikasi:
Fungsi utama lahan semula.
Fungsi yang ada (berkembang saat ini).
Cek kecenderungan perkembangan pada masa yang akan dating.
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -12
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Ukur besaran simpangan dan masalah yang muncul.


Mencari solusi bila terjadi masalah di lapangan.
Bila solusi yang ada ternyata dirasa tidak memecahkan masalah yang mendasar, baru dapat dikenakan sanksi sesuai
dengan tingkat pelanggaran yang dibuat.
c. Pelanggaran Peruntukan
Beberapa bentuk pelanggaran ini antara lain adalah:
Pelanggaran ruang terbuka hijau.
Pelanggaran fungsi sempadan.
Pelanggaran ketinggian bangunan.
Upaya sengaja pengeringan sawah.
Kawasan perumahan digunakan untuk perdagangan.
Berdasarkan pelanggaran tersebut, maka tindakan yang diambil adalah :
Cek ketentuan dalam rencana tata ruang.
Cek intensitas kegiatan yang ditetapkan dalam tata ruang.
Cek penyebab pelanggaran peruntukan (termasuk IMB).
Ukuran besaran simpangan.
Perkiraan dampaknya.
Cari solusi.
Berlakukan sanksi sesuai dengan pelanggaran.
d. Pelanggaran Teknis
Pelanggaran teknis yang dimaksud adalah pelanggaran yang tidak sesuai dengan ketetapan RTRW, RDTRK dan
perijinan (IMB). Antara lain meliputi:
Pelanggaran ketentuan konstruksi.
Pelanggaran standar pengaman bangunan.
Pelanggaran KDB/KLB.
Pelanggaran design bangunan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -13


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

2. Penetapan Jenis Sanksi


Setelah menentukan jenis pelanggaran yang dibuat, maka perlu tindakan:
Lihat ketentuan dalam rencana tata ruang.
Lihat ketentuan standar bangunan.
Lihat perijinan.
Ukuran besaran pelanggaran.
Ukur dampak pelanggaran terhadap lingkungan.
Cari solusi dari masalah yang muncul.
Tetapkan sanksi sesuai dengan pelanggaran yang dibuat.
Adapun jenis sanksi yang dapat dikenakan adalah sebagai berikut:
Sanksi administratif, dikenakan atas pelanggaran terhadap pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata
guna sumber daya alam lainnya di kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan
strategis yang berakibat terhambatnya program-program pengelolaan kegiatan di kawasan-kawasan tersebut.
Sanksi perdata, dikenakan atas pelanggaran terhadap pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna
sumber daya alam lainnya di kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan
strategis yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok orang atau badan hukum.
Sanksi pidana, dikenakan atas pelanggaran terhadap pengelolaan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata guna
sumber daya alam lainnya di kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan
strategis yang berakibat pada menurunnya kualitas tata ruang dan lingkungan kawasan perkotaan.
Jenis kegiatan penertiban pemanfaatan ruang termasuk terhadap tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan tata
guna sumber daya alam lainnya di kawasan lindung, kawasan budidaya, kawasan perdesaan, kawasan perkotaan dan kawasan
strategis ini antara lain:
a. Pada kawasan lindung:
Penerapan ketentuan-ketentuan yang berlaku tentang analisis mengenai dampak lingkungan hidup bagi berbagai usaha
dan/atau kegiatan yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup.
Penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi lindung kawasan yang telah terganggu kepada fungsi lindung
yang diharapkan secara bertahap.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -14


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Penegakan peraturan yang mewajibkan dilaksanakannya kegiatan perlindungan terhadap lingkungan hidup dan rehabilitasi
daerah bekas penambangan pada kawasan lindung yang dilakukan kegiatan penambangan bahan galian.
b. Pada kawasan budidaya
Penegakan prosedur perijinan dalam mendirikan bangunan untuk menjamin bangunan yang akan dibangun telah sesuai
dengan peruntukan ruang dan kegiatan yang direncanakan.
Dalam pemberian ijin mendirikan bangunan, pemerintah daerah memperhatikan prosedur dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Pada kawasan perdesaan
Penegakan prosedur perijinan dalam mendirikan bangunan untuk menjamin bangunan yang akan dibangun telah sesuai
dengan peruntukan ruang dan kegiatan yang direncanakan.
Dalam pemberian ijin mendirikan bangunan, pemerintah daerah memperhatikan prosedur dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
d. Pada kawasan perkotaan
Penegakan prosedur perijinan dalam mendirikan bangunan untuk menjamin bangunan yang akan dibangun telah sesuai
dengan peruntukan ruang dan kegiatan yang direncanakan.
Dalam pemberian ijin mendirikan bangunan, pemerintah daerah memperhatikan prosedur dan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Pada kawasan strategis
Menegakkan prosedur perijinan dalam mendirikan bangunan untuk menjamin pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan
peruntukan ruang dan kegiatan yang direncanakan.
Pemberian ijin mendirikan bangunan dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7.1.9 Pendayagunaan Mekanisme Perijinan Pemanfaatan Ruang dan Lokasi Pembangunan


Pendayagunaan mekanisme perijinan pemanfaatan ruang dan lokasi pembangunan merupakan bagian dari pengendalian
terhadap pemanfaatan ruang wilayah. Tujuannya adalah pemanfaatan ruang atau pembangunan yang sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah yang telah disusun. Dalam hal ini ada beberapa tahapan yang harus dilakukan agar dapat mencapai tujuan tersebut,
yakni sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -15


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

1. Tahap gagasan/ide
Pada tahapan ini investor/masyarakat/pemerintah memberi suatu studi kelayakan seperti pra feasibility study, feasibility
study dan feasibility ekonomi.
2. Tahap pemberian ijin lokasi
Pada tahap ini terdapat 5 kegiatan yang berkaitan dengan permasalahan lokasi yaitu:
Persetujuan prinsip percadangan tanah.
Persetujuan penguasaan peruntukan ruang.
Persetujuan pembebasan peruntukan ruang.
Persetujuan ruang.
Persetujuan tetangga sekitar.
3. Tahap kegiatan pembangunan
Pada tahap ini ditekankan pada pada pengarahan, pengaturan dan pengendalian proses fisik pembangunan kawasan
lindung, kawasan budidaya dan kawasan strategis yang terdapat pada wilayah perencanaan.
4. Tahap kegiatan berusaha
Pada tahap ini diutamakan untuk mengontrol kegiatan-kegiatan berusaha/usaha yang diisyaratkan sehingga tercapai
pertumbuhan ekonomi wilayah yang diharapkan.
5. Tahap perubahan pembangunan
Pada tahap ini merupakan upaya penyesuaian fungsi-fungsi kawasan sesuai dengan perkembangan yang terjadi serta
dampak-dampak yang ditimbulkannya

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -16


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

7.2 Kelembagaan Pembangunan


Organisasi dan kelembagaan pada pemerintah kabupaten Bogor ini terdiri dari; Sekretaris Daerah, Asisten Sekda, Dinas,
Badan, Kantor, Bagian, RSUD, Sekretaiat DPRD, Kecamatan dan Kelurahan.
Kebutuhan lembaga dan jenis lembaga yang diperlukan dalam implementasi RTRW yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan, maka acuan yang digunakan adalah struktur organisasi yang ada di Perda. Untuk
lebih jelasnya tupoksi dari perkembangan daerah yang terkait secara erat dengan penataan ruang dapat dilihat pada Tabel 5.2.

TABEL 5.2
Tupoksi Dari Perkembangan Daerah Yang Terkait Secara Erat Dengan Penataan Ruang
NO LEMBAGA TUPOKSI UTAMA DLM PENATAAN RUANG
1 Sekretariat Daerah Penetapan RTR menjadi Perda (Bag.Hukum)
Penyusunan program, pengendalian dan pelaporan pembangunan (Bag. Administrasi Pembangunan)
Perijinan pertambangan, investasi dan reklame (Bag.Perekonomian)
2 BAPPEDA Penyusunan dan perencanaan program-program pembangunan, koordinasi pembangunan ,pendataan dan
analisa pelaksanaan pembangunan, penyusunan rencana, kordinasi dibidang pengairan, perhubungan dan
pariwisata, tata ruang dan tata guna tanah serta sumber alam dan lingkungan hidup.
3 Dinas Permukiman dan Prasarana Perencanaan , pelaksanaan , pengawasan, pengendalian tata ruang, tata bangunan, perumahan dan
Wilayah permukiman, pertamanan, air bersih dan penyehatan lingkungan. pemantauan dan evaluasi perkembangan
tata ruang, Perencanaan, pelaksanaan, pemeliharaan jalan dan jembatan, funsi dan status jalan dan jembatan
4 Dinas Kehutanan, Pertanian dan Perencanaan, pelaksanaan pemetaan tata ruang pendayagunaan sumber daya alam dan pengembangan
Urusan Ketahanan Pangan lahan.
Pengawasan eksploitasi hutan, pelaksanaan penghijauan dan konservasi tanah dan air, pemantauan,
pemberian ijin Hak Pemungutan Hutan Produksi, Ijin Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan dan Hutan
Lindung, inventarisasi hutan.
5 Dinas Pengairan Perencanaan, pelaksanaan pembangunan perbaikan dan peningkatanjaringan utama irigasi beserta
bangunan pelengkapnya. Perijinan perubahan, pembongkaran prasarana irigasi, pengelolaan sumberdaya
air. Pengendalian banjir dan daerah kekeringan. Pengelolaan sungai dan air permukaan serta sumber-
sumber air.
7 Dinas Perindustrian dan Perijinan jenis industri dan perdagangan, pengawasan dan pengendalian penanaman modal
Perdagangan
8 Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pengelolaan TPS dan TPA (sampah)
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -17
Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
7.2
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

NO LEMBAGA TUPOKSI UTAMA DLM PENATAAN RUANG


9 Kantor Pelayanan Perijinan Pengkajian dan penelitian terhadap permohonan perijinan, pengawasan dan pengendalian
11 Kecamatan Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang
13 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pengembangan obyek wisata
14 Dinas Perhubungan dan Manajeman dan rekayasa lalulintas, pembangunan prasarana perhubungan
Komunikasi
15 Dinas Perikanan dan Kelautan Inventarisasi, penataan dan konservasi wilayah pesisir serta pengembangan pemukiman nelayan, TPI dan
pendaratan ikan / pelabuhan ikan.
16 Dinas Peternakan Pelayanan bimbingan penyaiapan lokasi

Kantor Pertanahan merupakan lembaga yang sangat terkait dan erat hubungannya dengan penataan ruang mengingat fungsi
dan perannya dalam pengendalian hak atas tanah.
Disamping lembaga yang sangat terkait dengan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang tersebut pemerintah
Kabupaten Bogor perlu membentuk BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) Kabupaten Bogor yang
ditetapkan oleh Bupati, dengan tugas tugas sebagai berikut ;
a. Membahas, merumuskan dan menyusun alternatif kebijaksanaan, serta saran pemecahan masalah untuk selanjutnya diputuskan
oleh Bupati dalam rangka penataan ruang di wilayah Kabupaten, dengan memperhatikan Kebijaksanaan Penataan Ruang Nasional
dan Provinsi.
b. Melakukan koordinasi dalam pengaturan dan pembinaan serta mensinkronisasikan seluruh kegiatan di bidang penataan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
c. Melakukan konsultasi dengan Pemerintah Propinsi dan Pusat di bidang penataan ruang dan perumusan pengendalian pelaksanaan
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
d. Termasuk di dalam kegiatan Tim ini adalah kegiatan kegiatan Badan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Daerah ( BP4D), serta Tim Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah
Daerah.
e. Mengadakan pertemuan minimal setiap 3 (tiga) bulan sekali.
f. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas Tim Kepada Bupati.
g. Menyiapkan laporan Bupati tentang perkembangan kegiatan penataan ruang wilayah kepada Gubernur Jawa Timur setiap 4
(empat) bulan sekali dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri cq. Dirjen Pembangunan Daerah.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -18


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

SUSUNAN KEANGGOTAAN KELOMPOK KERJA (POKJA) PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG


KABUPATEN BOGOR TAHUN 2008

Ketua : Kepala Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor
Wakil Ketua : Kepala Bagian Tata Pemerintahan Setda Kabupaten Bogor
Sekretaris : Kepala Bidang Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup
Dinas Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor
Anggota : 1. Ir. Rizal Wasal
2. Didi Supriadi, ST
3. Riana Herdiana, ST
4. Drs. Ade Jaya Munadi, SH, MH
5. R. Irwan Purnawan, SH, MH
6. Farid Maruf, SH, MH
7. Edy Mulyadi, ST
8. Ir. Sussy Rahayu,MSi
9. Ir. Suryanto Putra
10. Ir. Sukiswanto, MT
11. Doni Ramdani, SH
12. Ajat R. Jatnika, ST
13. Drs. Mahfudin
14. Endah Nurmayati, ST
15. Yosef Kurniawan, ST
16. Rahmat Mulyana, ST

Staf Administrasi : Staf Bappeda Kabupaten Bogor

a. Kelompok Kerja Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kabupaten


1) Susunan Keanggotaan
Ketua : Kepala Bagian Tata Pemerintahan
Wakil Ketua : Kepala Bidang Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup
Sekretaris : Kepala Seksi Pemanfaatan Ruang - DTRLH

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -19


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2007 - 2025

Anggota : Disesuaikan dengan tingkat kebutuhan dan yang terkait dengan fungsi pengawasan, penertiban, dan
perizinan pemanfaatan ruang.
2) Tugas Pokok POKJA Pengendalian Pemanfaatan Tata Ruang Kabupaten:
a) Memberikan masukan kepada BPKRD Kabupaten dalam rangka perumusan kebijakan pemanfaatan dan
pengendalian ruang Kabupaten;
b) Mengkoordinasikan Pengawasan (pemantauan, evaluasi, dan pelaporan) terhadap rencana tata ruang Kabupaten;
c) Mengkoordinasikan penertiban perizinan pemanfaatan ruang Kabupaten;
d) Menginventarisasi dan mengkaji masalah-masalah yang timbul dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang serta
memberikan alternatif pemecahannya;
e) Melaporkan kegiatan kepada BPKRD Kabupaten serta menyampaikan usulan pemecahan/kebijakan untuk dibahas
dalam Sidang Pleno BPKRD Kabupaten.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman VII -20


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

BAB VIII
Hak, kewajiban dan peran masyarakat
8.1. Hak dan Kewajiban Masyarakat
Berdasarkan PP nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta
Masyarakat dalam Penataan Ruang, ditentukan bahwa:
1. Masyarakat adalah orang seorang, kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat, adat atau badan hukum;
2. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas kehendak dan keinginan sendiri di tengah
masyarakat untuk berminat dan bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang;
3. Hak atas ruang adalah hak-hak yang diberikan atas pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara;
4. Penataan ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan maupun tidak.

Dalam kegiatan penataan ruang masyarakat berhak :


1. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
2. Mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah, rencana tata ruang kawasan, rencana rinci tata ruang kawasan.
3. Menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari penataan ruang.
4. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang.

Untuk mewujudkan hak masyarakat, guna mengetahui rencana tata ruang, maka rencana tata ruang tersebut wajib dijadikan
undang-undang dan dimuat dalam Lembaran Negara untuk RTRWN dan kawasan tertentu; Lembaran Daerah untuk RTRWP;
Lembaran Daerah untuk RTRW Kabupaten/Kota. Setelah itu, pemerintah berkewajiban mengumumkan/menyebarluaskan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan pada tempat-tempat yang memungkinkan masyarakat mengetahui dengan mudah.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR HalamanV II -1


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Hak masyarakat tersebut, termasuk pula di dalamnya mengenai pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang,
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan atau pun kaidah yang berlaku, atau manfaat lingkungan yang
timbul akibat pemanfaatan ruang yang sesuai dengan rencana tata ruang. Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan,
menyebarkan informasi dan memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang ketentuan peraturan perundang-undangan atau
kaidah yang berlaku. Selain itu, berlaku pula ketentuan sebagai berikut:
1. Hak memperoleh penggantian yang layak atas kerugian terhadap perubahan status semula yang dimiliki oleh masyarakat sebagai
akibat pelaksanaan rencana tata ruang diselenggarakan dengan cara musyawarah antara pihak yang berkepentingan.
2. Dalam hal tidak tercapai kesepakatan mengenai penggantian yang layak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) maka
penyelesaiannya dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bila ditinjau berdasarkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masyarakat, maka dalam kegiatan penataan ruang,
masyarakat wajib untuk:
1. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;
2. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan menaati rencana tata ruang
yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan kewajiban masyarakat tersebut dilakukan dengan mematuhi dan menerapkan kriteria, kaidah, baku mutu, dan
aturan-aturan penataan ruang yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

8.2. Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah perencanaan Kabupaten Bogor dapat berbentuk :
1. pemberian masukan untuk menentukan arah pengembangan wilayah yang akan dicapai;
2. pengindetifikasian berbagai potensi dan masalah pembangunan termasuk bantuan untuk memperjelas hak atas ruang wilayah,
termasuk perencanaan tata ruang kawasan;
3. pemberian masukan dalam merumuskan perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten;
4. pemberian informasi, saran, pertimbangan atau pendapat dalam penyusunan strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilyah
Kabupten;
5. pengajuan keberatan terhadap rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor;
6. kerja sama dalam penelitian dan pengembangan; dan atau
7. bantuan tenaga ahli.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR HalamanV II -2


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bogor dapat berbentuk :
1. pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan peraturan perundang-undangan, agama, adat atau kebiasaan yang
berlaku;
2. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan
dan perdesaan;
3. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
4. konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya untuk tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas;
5. perubahan atau konvensi pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor;
6. pemberian masukan untuk penetapan lokasi pemanfaatan ruang; dan atau
7. kegiatan menjaga, memelihara, dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan.

Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bogor dapat berbentuk:
1. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Bogor, termasuk pemberian informasi atau laporan pelaksanaan
pemanfaatan ruang; dan atau
2. bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban kegiatan pemanfaatan ruang dan peningkatan kualitas pemanfaatan
ruang.

Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang kawasan di wilayah Kabupaten Bogor dapat berbentuk:
1. pemanfaatan ruang daratan dan ruang udara berdasarkan peraturan perundang-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang
berlaku;
2. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan;
3. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana rinci tata ruang kawasan,
4. konsolidasi pemanfaatan tanah, air, udara, dan sumber daya alam lain untuk tercapainya pemanfaatan ruang kawasan yang
berkualitas;
5. perubahan atau konvensi pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana rinci tata ruang kawasan;
6. pemberian usulan dalam penentuan lokasi dan bantuan teknik dalam pemanfaatan ruang; dan atau
7. kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan kawasan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR HalamanV II -3


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Peran serta mayarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang kawasan di wilayah Kabupaten Bogor dapat berbentuk:
1. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang kawasan di wilayah Kabupaten Bogor, termasuk pemberian informasi atau laporan
pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan; dan atau
2. bantuan pemikiran atau pertimbangan untuk penertiban dalam kegiataan pemanfaatan ruang kawasan dan peningkatan kualitas
pemanfaatan ruang kawasan.

Tata cara peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Bogor, dilaksanakan dengan
pemberian saran pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan, masukan; terhadap informasi tentang arah pengembangan, potensi
dan masalah serta rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Peran serta masyarakat tersebut disampaikan secara lisan atau
tertulis kepada Bupati dan dilakukan secara tertib serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Peran serta masyarakat tersebut, akan terus dibina oleh pemerintah dengan:
1. Masyarakat dapat memperoleh informasi penataan ruang dan rencana tata ruang secara mudah dan cepat, melalui media cetak,
media elektronik atau forum pertemuan;
2. Masyarakat dapat memprakarsai upaya peningkatan tata laksana hak dan kewajiban masyarakat dalam penataan ruang melalui
penyuluhan, bimbingan, pendidikan, atau pelatihan untuk tercapainya tujuan penataan ruang;
3. Pemerintah menyelenggarakan pembinaan untuk menumbuhkan serta mengembangkan kesadaran memberdayakan dan
meningkatkan tanggung jawab masyarakat dalam penataan ruang dengan cara:
a. memberikan dan menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan, dorongan, pengayoman, pelayanan, bantuan teknik, bantuan
hukum, pendidikan dan atau pelatihan;
b. Menyebarluaskan semua informasi mengenai proses penataan ruang kepada masyarakat secara terbuka;
c. Mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang kepada masyarakat;
d. Menghormati hak yang dimiliki masyarakat;
e. Memberikan penggantian yang layak kepada masyarakat atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan
pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;
f. Melindungi hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, menikmati pemanfaatan ruang yang
berkualitas dan pertambahan nilai ruang akibat rencana tata ruang yang ditetapkan serta dalam menaati rencana tata ruang;
g. Memperhatikan dan menindaklanjuti saran, usul atau keberatan dari masyarakat dalam rangka peningkatan mutu penataan
ruang.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR HalamanV II -4


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

Secara umum, hak, kewajiban, dan peran serta masyarakat dapat dibina melalui pendekatan Partisipatoris. Pendekatan
Partisipatoris adalah salah satu pendekatan yang tepat untuk menyusun suatu bentuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dimana
kegiatan tersebut merupakan hasil dari suatu proses yang melibatkan peran serta masyarakat khususnya masyarakat yang berada di
lokasi perencanaan. Pendekatan Partisipatoris digunakan dengan dasar pemahaman bahwa masyarakat lebih memahami kebutuhan
dan permasalahannya serta harus diberdayakan agar mereka lebih mampu mengenali kebutuhan-kebutuhannya.
Dalam pendekatan Partisipatoris, masyarakat dipandang sebagai subjek dan bukan objek; praktisi berusaha menempatkan
posisi sebagai insider bukan outsider; lebih baik mendekati benar daripada benar-benar salah untuk menentukan parameter/kriteria
yang standar; masyarakatlah yang membuat model, diagram, pengurutan, memberi angka (nilai), mengkaji (menganalisis),
memberikan contoh, mengidentifikasi dan menyeleksi prioritas masalah, menyakikan hasil, mengkaji ulang dan merencanakan
kegiatan akses dan pemberdayaan dan partisipatoris masyarakat dalam menentukan indikator sosial (indikator evaluasi partisipatoris).
Beberapa prinsip penerapan pendekatan partisipatoris dalam proses hak, kewajiban, dan peran serta masyarakat dalam
penataan ruang Kabupaten Bogor, yaitu:
1. Prinsip pelibatan atau partisipasi masyarakat menjadi prioritas utama;
2. Prinsip keberpihakan kepada masyarakat luas;
3. Prinsip pemberdayaan melalui peningkatan kesetaraan dan keadilan hak asasi manusia;
4. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator;
5. Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan;
6. Prinsip triangulasi untuk mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan melalui proses check and re-check
informasi;
7. Prinsip mengoptimalkan hasil;
8. Prinsip orientasi praktis agar program sosialisasi dapat dikembangkan untuk bisa memecahkan masalah dan meningkatkan
kehidupan masyarakat;
9. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu. Kepentingan-kepentingan dan masalah-masalah masyarakat tidaklah tetap, tetapi berubah
dan bergeser menurut waktu sesuai dengan berbagai perubahan dan perkembangan baru dalam masyarakat itu sendiri;
10. Prinsip belajar dari kesalahan;
11. Prinsip keterbukaan.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR HalamanV II -5


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA
RTRW Kabupaten Bogor 2005 - 2025

BABIX PENUTUP
Sesuai dengan tujuan dari penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor yaitu meningkatkan keseimbangan dan
keserasian perkembangan antar wilayah serta keserasian antar sektor melalui pemanfaatan ruang kawasan secara serasi, seimbang serta
berkelanjutan, hal ini guna menjaga kualitas lingkungan hidup serta mencegah timbulnya kerusakan fungsi dan tatanan pemanfaatan ruang
yang telah ditetapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang diperlukan adanya petunjuk operasional
yang dapat memberikan kejelasan dalam pelaksanaan teknis, kelembagaan serta mekanisme atau prosedur pelaksanaan pemanfaatan ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor juga diharapkan dapat menjawab tuntutan dan tantangan di masa yang akan datang
seiring dengan terjadinya paradigma baru pembangunan yang mengedepankan peranan masyarakat melalui prinsip-prinsip demokratisasi,
akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi. Dengan demikian, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor tidak lagi hanya melihat
kepentingan pemerintah, akan tetapi mengakomodasikan kepentingan masyarakat dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip tersebut
mulai dari proses perencanaan hingga pengendalian.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR Halaman IX -1


Subid Tata Ruang & Lingkungan Hidup - BAPPEDA

Anda mungkin juga menyukai