Pemilihan media sangat berpengaruh terhadap metode MPN yang dilakukan. Umumnya
media yang digunakan mengandung bahan nutrisi khusus untuk pertumbuhan bakteri
tertentu.Contohnya seperti.
1. BLBG (Briliant Green Lactosa Broth)
Mengandung laktosa dan garam empedu (bile salt) yang hanya membolehkan coliform untuk
tumbuh.
2. Media ECB (Esherichia Coli Broth)
Untuk menghitung E Coli
Kerugian MPN
Untuk mendapatkan hasil yang valid diperlukan banyak pengulangan.
Prinsip dari metode MPN ini adalah pengenceran yang dilakukan sampai tingkat
tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang sesuai. Semakin rendah
pengenceran, maka semakin positif hasilnya. Sebaliknya jika pengenceran tinggi, maka
jarang tabung yang hasilnya positif yang muncul. Semua tabung positif yang dihasilkan
sangat tergantung pada probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat dimasukkan ke media.
Metode ini sangat dipengaruhi oleh homogenitas. Frekuensi positif dan negatif
menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum pengenceran.
Bakteri Coliform
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran
pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik
lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya
pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran
dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen.
Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi
bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter
aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform,
artinya, kualitas air semakin baik.
Terdapatnya bakteri coliform dalam air dapat menjadi indikasi kemungkinan besar
adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu faecal
coliform dan non-faecal coliform. E. coli adalah bagian dari faecal coliform. Keberadaan E.
coli
dalam air dapat menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan
sebagai
indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan;
a) E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora
normal)
atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan;
jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi,
b) E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan
dilakukan
dengan benar,
c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi
penggunaan domestik,
d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama
dengan
E. coli dalam air tersebut.
Penting untuk kita mengetahui adanya bakteri coliform atau tidak, yaitu bila terjadi
perubahan warna jadi kuning/orange dan terdapat gas pada tabung durham maka pada sampel
tersebut terdapat bakteri golongan coliform. Bila belum mengalami perubahan warna maka
air
dieramkan lagi 48 jam, jika dalam 48 jam tidak ada perubahan warna maka air tersebut tidak
mengandung bakteri coliform. Untuk mengetahui jumlah sel bakteri golongancoli f orm yang
terdapat
dalam sampel air, dilakukan metoda Jumlah Perkiraan Terdekat atau Most Probable Number,
untuk
menentukan apakah air yang digunakan masih sesuai peruntukannya sebagai air minum atau
tidak.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan terhadap 8 sampel yang di uji (air merek
aqua, air masak, air zam-zam, air sumur, air tanah, air pam, air keran, air kosan), terdapat tiga
tahap pengujian yang dilakukan yaitu :
a. Uji Praduga
Media pada tabung adalah Lactose Broth yang diberi indikator perubahan pH dan
ditambah tabung durham. Pemberian sampel pada tiap seri tabung berbeda-beda. Untuk
sampel
sebanyak 10 ml ditumbuhkan pada media LBDS (Lactose Broth Double Stegth) yang
memiliki
komposisi Beef extract (3 gr),peptone (5 gr),lactos e (10 gr) dan Bromthymol Blue (0,2 %)
per
liternya. Untuk sampel 1 ml dan 0,1 ml dimasukkan pada media LBSS (Lactose Broth Single
Stegth) yang berkomposisi sama tapi hanya kadar laktosa setengah dari LBDS yaitu 5 gr.
1.
Tanda positif pada tabel hasil pengamatan menunjukkan adanya bakteri coliform
dalam sample air yang diuji. Indikator yang digunakan dalam melakukan pengamatan ini
adalah dengan melihat perubahan warna yaitu menjadi kuning, ada gelembung dalam tabung
durham dan gas pada tabung reaksi, hal ini terjadi karena mikroba (bakteriColifor m) yang
tumbuh mampu memfermentasikan laktosa menjadi asam dan gas. Gelembung gas
menunjukan adanya metabolisme pada bakteri tersebut. Berdasarkan tabel hasil pengamatan
hanya sampel 3,4 6, dan 8 yang positif pada waktu inkubasi 24 jam sedangkan sampel 5
( air tanah ) dan 7 (air keran) terbentuk gas pada inkubasi 48 jam sehingga di sebut
meragukan.
2.
Tanda negatif (-) pada tabel menunjukkan tidak terdapatnya gelembung dalam
tabung durham dan gas pada tabung reaksi, hal ini menunjukkan tidak terdapat aktivitas
mikroba (bakteriColifor m) dalam tabung kultur. Hasil negatif terdapat pada sampel 1 dan 2.
3.
Nilai MPN ditentukan dengan kombinasi jumlah tabung positif (asam dan gas)
tiap serinya setelah diinkubasi. Untuk inkubasi 24 jam
1. Kilo fekal, yaitu Escherichia coli yang berasal dari tinja manusia.
2. Koli non fekal yaitu Aerobacter dan Klebsiella yang bukan berasal dari tinja manusia,
tetapi mungkin berasal dari sumber lain (Suriawaria, 1993).
Escherichia coli digunakan untuk pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam
analisis dengan alasan bahwa Escherichia coli secara normal hanya ditemukan di saluran
pencernaan manusia sebagai flora normal atau hewan berdarah panas (mamalia) atau bahan
ynag terkontaminasi dengan tinja manusia dan hewan, dan jarang sekali ditemukan dalam air
dengan kualitas keberishan yang tinggi, selain itu Escherichia coli mudah diperiksa di
laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika diperiksa dilakukan dengan benar. Bila air
tersebut terdapat bakteri Escherichia coli maka air tersebut dianggap tidak sehat dan
berbahaya bila digunakan/dikonsusmsi secara langsung, ada kemungkinan bakteri enterik
patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama dengan Escherichia coli dalam air tersebut.
Tes Pendugaan. Tes ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri coliform
tanpa mempertimbangkan apakah coli fekal ataukah coli non-fekal. Pada tes pendugaan, air
sampel (misalnya air sumur) diencerkan terlebih dulu. Agar hasil yang didapatkan
semaksimal mungkin mendekati keadaan alami, pengenceran dilakukan sampai ke nilai
tertinggi, umumnya sampai 10-11. Karena dengan pengenceran tertinggi, perhitungan jumlah
sel berdasarkan koloni yang tumbuh ataupun dengan pewarnaan hasilnya akan jauh lebih baik
jika dibandingkan dengan cara pengenceran terendah (di bawah 10-3). Medium yang
digunakan adalah kaldu laktosa yang dilengkapi dengan tabung Durham dalam posisi
terbalik. Langkah selanjutnya adalah menginokulasikan air sampel, lalu diinkubasi selama 1-
4 x 24 jam. Setelah masa inkubasi 1-4 x 24 jam diamati timbulnya gas (gelembung udara
pada tabung Durham) dan asam (media menjadi keruh). Apabila terdapat gas pada bagian
dasar tabung Durham berarti dalam sampel air sumur terdapat bakteri coliform. Jika tidak ada
gas, maka sampel air sumur tersebut tidak perlu diperiksa lebih lanjut (Hastuti, 2010).
Pelaksanaan analisis dilakukan berdasarkan metode standar dari APHA (American Public
Helath Association, 1989), yaitu untuk mengeahui jumlah bakteri Coli. Umumnya digunakan
tabel Hopkins yang lebih dikenal dengan nama tabel JPT. Tabel tersebut digunakan untuk
memperkirakan jumlah bakteri Coli dalam 100 ml sampel air. Pembacaan hasil uji dilihat dari
berapa tabung uji yang menghasilkan gas dan asam, hasil yang positif asam dan gas
dibandingkan dengan tabel JPT.
Tes Penegasan. Tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri coliform yang ditemukan
tersebut coliform fekal atau non-fekal. Langkah yang dilakukan pada tes ini hampir sama
dengan langkah-langkah pada tes pendugaan, hanya medium dan suhu inkubasinya saja yang
berbeda. Medium yang digunakan adalah BGLB (Brilliant Green Laktosa Bile) dan untuk
mengetahui apakah bakteri tersebut coliform fekal, maka suhu inkubasi yang digunakan
adalah 421oC. Kusnadi (2003) menyatakan bahwa perbedaan bakteri coliform fekal dan
non-fekal adalah temperatur inkubasi yaitu untuk fekal (42 1oC) dan untuk non-fekal
(371oC). Setelah masa inkubasi 1 x 24 jam diamati timbulnya gas (gelembung udara pada
tabung Durham) dan asam (media menjadi keruh). Apabila terdapat gas pada bagian dasar
tabung Durham berarti dalam sampel air sumur terdapat bakteri coliform fekal. Jika tidak ada
gas, maka sampel air sumur tersebut mengandung bakteri coliform non-fekal.
Tes Kepastian. Tes ini dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri coliform fekal yang terdapat
dalam sampel air sumur. Medium yang digunakan dalam tes ini adalah MCA (Mac Conkey
Agar). Langkah yang dilakukan adalah menginokulasikan air sampel kemudian menginkubasi
selama 1 x 24 jam pada suhu 37oC. Setelah diiunkubasi lalu diamati koloni bakteri yang
tumbuh pada permukaan medium. Koloni yang berwarna merah merupakan koloni bakteri
yang memfermentasikan laktosa, sedang koloni yang tidak berwarna merupakan koloni
bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa (Hastuti, 2010). Jadi, coliform adalah indikator
kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik.
MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari
hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung
yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel
atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah
mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel.
Contoh :
Data yang didapat adalah : 3 tabung positif dari pengenceran 1/10, 2 tabung positif
dari pengenceran 1/100 dan 1 tabung positif dari pengenceran 1/1000.
Lalu dicocokkan dengan tabel, menghasilkan nilai : 150 MPN/g
Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu
sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam
dalam tabung menghasilkaan frekensi pertumbuhan tabung positif kadang-kadang
tetapi tidak selalu. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin
rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin sering tabung positif yang
muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi
pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung positif yang muncul.
Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung positif
kadang-kadang tetapi tidak selalu. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat
tergantung dengan probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke
dalam media. Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini.
Frekuensi positif (ya) atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi
mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan.
1. Metode MPN dapat dibuat sangat peka dengan penggunaan volume inokulum contoh yang
lebih besar dari 1,0 ml/tabung.
2. Metode MPN bisa dipakai di lapangan
3. Media pertumbuhan yang selektif dapat digunakan untuk menghitung jenis mikroorganisme
yang diharapkan
Kerugian MPN
Untuk mendapatkan hasil yang valid diperlukan banyak pengulangan.