Dosen Pengampu:
Mahmud Huda, M.S.I
Disusun Oleh:
1
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pernikahan adalah suatu ikatan yang dapat menyatukan dua
insan antara laki-laki dan wanita untuk hidup bersama. Pernikahan
yang dinyatakan sebagai sunnatullah ini merupakan kebutuhan
setiap naluri manusia yang dalam istilah agama disebut "Mitsaqan
Ghalizha" yaitu suatu perjanjian yang sangat kokoh dan luhur.
Untuk melaksanakan pernikahan, ada rukun dan syarat yang
harus dipenuhi. Karena rukun dan syarat menentukan suatu
perbuatan hukum, terutama yang menyangkut dengan sah atau
tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata tersebut
mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan
sesuatu yang harus diadakan.
Salah satu contoh yaitu tidak semua orang memiliki barang
yang ia butuhkan, sedangkan orang lain memiliki barang tersebut,
dengan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, maka akan
terjadi suatu transaksi. Begitu juga dengan pernikahan. Seseorang
tidak akan bisa langsung berhubungan dengan selain jenis tanpa
adanya hubungan pernikahan. Salah satu yang menjadi syarat
pernikahan adalah adanya kesepakatan yang ditujukan kepada
kedua mempelai. Kesepakatan tersebut timbul apabila kedua belah
pihak telah terikat satusama lain dalam suatu ijab dan qabul. Inilah
yang disebut dengan akad dalam islam. Akad tersebut digunakan
dalam melakukan suatu transaksi maupun kerjasama dengan orang
lain. Jadi, pada makalah ini akan mengulas tentang akad nikah serta
syarat-syaratnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akad nikah?
2. Bagaimana shighat dalam akad nikah?
3. Apa saja syarat-syarat dalam akad nikah?
4. Bagaimana akad nikah via Teleconference?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian akad nikah;
2. Untuk mengetahui shighat dalam akad nikah;
3. Untuk mengetahui syarat-syarat dalam akad nikah
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Akad
Dalam Al-Quran, ada dua istilah yang berkaitan dengan
perjanjian, yakni al-aqdu dan al-ahdu. Kata al-aqdu terdapat
dalam Al Quran:.
.
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad.
Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan
kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu
sedang berihram (haji atau umrah). Sesungguhnya Allah
Menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia Kehendaki.1
Secara etimologi, akad (al-aqdu) berarti perikatan, perjanjian,
dan pemufakatan (al-ittifaq).2 Dikatakan ikatan karena memiliki
maksud menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan
mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga keduanya
bersambung dan menjadi seutas tali yang satu. 3 Sedangkan
menurut Wahbah Az-zuhaily, yaitu:4
Artinya : Ikatan antara dua perkara, baik ikatan secara nyata
maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dari dua
segi.
2 Faturrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syariah, dalam Kompilasi Hukum Perikatan oleh
Mariam Darus Badrulzaman, et al., cet. 1, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001), 247
3 Ghufron A. Masadi, Fiqh Muamalah Kontekstual, cet. 1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002), 75
4 Wahbah Az-zuhaili, Al-Fiqh Al-Isla>mi wa Adillatuha, juz. IV, (Damaskus: Dar Al-Fikr,
1989), 80
4
9 Ibid, 46
10 Dr. Ali Ahmad al Qolishi, Ahkam al-Usroh fi Syariati al-Islamiyyati juz 1, cet. 12
(Yaman: Maktabah al-Iklil al-Jadid, 2012), 67
6
11 Akad Muawadhoh adalah akad yang berlaku atas dasar timbal balik. Seperti Jual beli.
13 Ibid,
14 Ibid, 49
15 Ibid,50
16 Ibid,51
18 Ibid
19 Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah Jilid 6. (Bandung: PT. Almaarif, 1980). Hal. 53
21 Abdur Rahman al-Jaziri. Kitabul Fiqh alal Madzahib al-Arbaah Juz 4. (Beirut: Daarul
Fikr, 2003). Hal. 14.
9
23 Digilib.uinsby.ac.id
10
nikah seperti saumi istri, wali, dan saksi-saksi. mereka harus saling
mengetahui dan mengenal satu sama lain. kedua, penentuan waktu
akad, yaitu harus ada penyesuaian waktu antara pihak calon suami
dan calon istri. Karena dengan letak geografis yang jauh, maka
dapat dipastikan pula waktu berbeda pula. ketiga, bahwa kita
melakukan komunikasi melalui video teleconference ada jeda waktu
umutk dapat tersambung dengan pihak yang dituju apabila
menggunakan video telefon.
Dalam kitab mughni yang dikutip oleh Syekh Kamil
Muhammad dikatakan: karena hukum yang berlaku dalam majlis
sama seperti yang berlaku pada pelaksanaan akad nikah. Adapun
dalil yang dijadikan sebagai landasan dalam hal ini adalah
disyaratkan serah terima dan juga hak pilih dalam berbagai
perjanjian jual beli. Sehingga dengan demikian, jika kedua mempelai
tersebut terpisah tempat, maka ijab dimaksudkan menjadi batal dan
tidak berarti. Demikian pula jika masing-masing dari keduanya sibuk
dengan suatu hal yang lain sehingga mengakibatkan terputusnya
waktu akad.
Ulama madzhab berbeda pendapat dalam mengartikan
bersatunya majlis akad nikah, apakah itu arti secara fisik (tempat)
atau arti akadnya itu sendiri (kesinambungan ijab dan qabul).
Madzhab hanafi dan syafii memandanng bahwa majlis akad
memeliki dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu unsur
tempat dan unsur akad itu sendiri. Kedua belah pihak yang berakad
harus berada pada satu tempat. Begitu juga akadnya harus
bersatu, tidak terputus atau terpisah antara keduanya.
Madzhab Hanabilah mendefinisikan bersatunya majlis akad
pada unsur akadnya itu sendiri, Artinya, antara ijab dan qabul harus
benar-benar ada kesinambungan meskipun kedua pihak tidak
berada pada satu ruangan. Kesinambungan antara ijab dan qabul
itulah yang lebih sesuai dengan kemudahan dan tujuan syariat.
Kesinambungan yang dimaksud adalah tidak ada perkataan atau
perbuatan lain yang membatasinya.
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Qolishi (al), Dr. Ali Ahmad. 2012. Ahkam al-Usroh fi Syariati al-
Islamiyyati juz 1, cet. 12. Yaman: Maktabah al-Iklil al-Jadid Rusyd,
Ibn. 2007. Bidayah al-Mujtahid wa Nihayat al-Muqtashid 2, terj.
Drs. Imam Ghazali Said, MA. Jakarta: Pustaka Amani
digilib.uinsby.ac.id