Anda di halaman 1dari 6

JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO.

1, MARET 2012: 65-70

Desain dan Fabrikasi Elektroda Biosensor:


Metode Teknologi Film Tebal

Robeth V. Manurung1*, Erry D. Kurniawan1, Jojo Hidayat1, Aminuddin2, dan Chandra Risdian3

1. Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi, LIPI, Bandung 40135, Indonesia


2. Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Jakarta, Depok 16425, Indonesia
3. Pusat Penelitian Kimia, LIPI, Bandung 40135, Indonesia

*Email: robeth@ppet.lipi.go.id

Abstrak

Teknologi film tebal merupakan salah satu bagian dari teknologi proses mikroelektronika untuk fabrikasi komponen-
komponen elektronika secara screen printing. Teknologi film tebal telah banyak digunakan secara luas dalam industri
komponen hibrid mikroelektronika dan diaplikasikan dalam berbagai bidang, seperti otomotif, telekomunikasi, medis
dan pengembangan sensor dan aktuator. Dalam penelitian ini akan diuraikan proses perancangan dan pembuatan
elektroda biosensor uric acid dengan menggunakan teknologi film tebal. Jenis biosensor yang dibuat menggunakan
prinsip elektrokimia berbasis enzim uricase dengan metode pengukuran arus listrik (amperometrik) serta menggunakan
konfigurasi tiga elektroda. Ketiga elektroda tersebut adalah elektroda kerja (working) dan pembantu (auxiliary)
berbahan emas serta elektroda referensi berbahan Ag|AgCl melalui proses electroplating. Proses pengujian kestabilan
dari elektroda referensi yang dibuat juga dilaporkan dalam tulisan ini.

Abstract

Design and Fabrication of Biosensor Electrode: Thick Film Technology Method. Thick-film technology is one part
of the microelectronics process technology for the fabrication of electronic components in a screen-printing. Thick-film
technology has been widely used in hybrid microelectronics component industry and applied in various fields, such as
automotive, telecommunications, medical and development of sensors and actuators. This paper described the design
and fabrications of uric acid biosensor electrodes using thick film technology. The uric acid bio sensors are made using
the principle of electro-chemical method of measuring electrical current (amperometric) and using three-electrode
configuration. The electrodes was working electrode (working) and auxiliary (auxiliary) which is made from carbon;
gold and reference electrode made from silver | silver chloride.

Keywords: thick film, amperometric, biosensor, working electrode, reference electrode

1. Pendahuluan Biosensor merupakan metoda analisis yang


menggunakan komponen biologi aktif yang
Penelitian sensor sampai saat ini masih merupakan diintegrasikan dengan peralatan elektronik untuk
suatu topik yang sangat luas dan melibatkan berbagai menentukan kadar suatu senyawa [1]. Teknik analisis
disiplin ilmu, di mana perkembangan teknologi sensor dengan biosensor sangat menarik dikembangkan karena
mengikuti kemajuan teknologi mikroelektronika. selektifitas dan akurasi pendekatannya yang dinilai
Sedangkan untuk aplikasi dari teknologi sensor dapat cukup handal dan bahkan mempunyai prospek ekonomi
ditemui dalam banyak peralatan konsumen, otomotif, yang cukup besar. Biosensor juga merupakan instrumen
laboratorium, pengelolaan lingkungan, konservasi analisis yang sangat penting, karena dapat menentukan
energi, pabrikasi, industri, kedokteran, pertambangan, kadar senyawa konsentrasi yang sangat rendah, seperti
pertanian, dan sebagainya. Aplikasi sistem sensor ini ppm. ppb, dan ppt.
masih dan akan terus berkembang sesuai dengan
kebutuhan. Namun, sensor-sensor yang ada saat ini Sampai saat ini, pada umumnya analisis klinis dengan
dipasaran hampir semuanya berupa produksi impor. sampel darah atau urin banyak dilakukan di

65
66 JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 65-70

laboratorium sentral rumah sakit yang dilengkapi


dengan peralatan yang canggih dan dilakukan oleh
petugas yang terdidik dan dilakukan dalam kondisi
ruang yang terkontrol [2]. Hal ini menyebabkan
kesulitan besar untuk penduduk yang tinggal di
pedesaan yang jauh dari rumah sakit, namun dengan
kemajuan teknologi di bidang mikroelektronika saat ini
dimungkinkan untuk melakukan analisis klinis
menggunakan biosensor yang dilengkapi peralatan yang
sederhana dan portabel dan pengukuran dapat dilakukan
Gambar 1. Prinsip dari Biosensor
di tempat (in situ), lebih jauh lagi analisis/pengukuran
ini bisa dilakukan oleh si pasien sendiri.
Enzim merupakan suatu protein yang dapat
mengkatalisis suatu reaksi kimia dalam makhluk hidup.
Teknik analisis dengan menggunakan biosensor dalam
Protein ini memiliki ukuran yang berada pada kisaran
bidang kesehatan telah banyak digunakan untuk
62 residu asam amino hingga lebih dari 2500 residu
berbagai keperluan diagnosis seperti mengukur kadar
asam amino. Sama seperti protein, enzim tersusun dari
kabohidrat (glukosa, galaktosa, dan fruktosa), protein
rantai lurus asam amino yang kemudian mengalami
(cholesterol dan creatinine), amino acids (glutamate)
proses pelipatan membentuk suatu struktur tiga dimensi.
dan metabolites (lactate dan urea), lactic acid, uric acid
Setiap urutan asam amino yang berbeda akan
dalam darah, dan sebagainya [3-6]. Teknologi biosensor
menghasilkan struktur yang unik dan akan memiliki
memberikan beberapa keuntungan dibandingkan teknik
sifat yang berbeda pula.
analisis konvensional yaitu sederhana dan mudah dalam
penggunaan, memiliki tingkat spesifitas yang tinggi,
Asam urat (uric acid) merupakan produk turunan dari
waktu proses untuk memperoleh hasil diagnosis yang
purine di dalam proses metabolisme tubuh manusia.
cepat, memiliki kemampuan untuk pengukuran yang
Sebagai indikator penting secara klinis mengenai kadar
kontinu dan mampu untuk pengukuran dengan berbagai
asam urat dapat diketahui melalui assay dari uric acid di
jenis parameter, dimungkinkan untuk dibuat peralatan
dalam cairan tubuh seperti serum dan urin. Peningkatan
yang portabel [5-10].
kadar asam urat di dalam darah dapat dilihat melalui
tanda berupa gout, hyperuricemia ataupun sindrom
Biosensor pertama kali diperkenalkan dan
Lesch-Nyhan [11-12]. Enzim uricase terkatalis oksidasi
dikomersialisasikan pada tahun 1970 oleh Yellow
in vivo dengan uric acid dan oksigen sebagai oxidizing
Springs Instrument Co. Di mana produk yang dihasilkan
agent menghasilkan allantonin dan CO2 sebagai produk
untuk mengukur kadar glukosa (glukosa) dalam darah,
oksidasi terhadap uric acid sedangkan hidrogen
kadar urin dan bioprocessing. Biosensor saat ini banyak
peroksida sebagai hasil reduksi dari oksigen seperti
digunakan untuk berbagai divais termasuk memonitor
yang terlihat pada Pers. (1).
segala sesuatu yang berhubungan dengan bio-element.
Menurut IUPAC, bio-sensor dapat didefinisikan sebagai
divais analisis yang kompak di mana terdapat biological (1)
sensing element yang terintegrasi dengan tranduser
physicochemical [1]. Sedangkan untuk deteksi amperometrik dari uric acid
dapat dilakukan melalui proses elektrokimia terhadap
Teknis analisis dengan biosensor adalah hidrogen peroksida yang dihasilkan.
mengintegrasikan komponen biologi aktif dengan
"transducer" untuk menghasilkan sinyal elektronik yang
dapat diukur. Biosensor merupakan sensor kimiawi di (2)
mana terdiri dari 3 (tiga) elemen dasar yaitu: reseptor
(biocomponent), transduser (physical component) dan Teknologi film tebal merupakan salah satu bagian dari
separator (membrane atau beberapa jenis coating) [2,3]. teknologi proses mikroelektronika untuk fabrikasi
Reseptor terdiri dari doped metal oxide atau organic komponen komponen elektronika secara screen-
polymer yang dapat berinteraksi dengan analyte. printing. Sejak pertengahan tahun 1960, teknologi
Biocomponent ini dapat berupa enzim, antigen, antibodi, proses thick film telah digunakan untuk meminiaturisasi
bakteria dan nucleic acids. Untuk berbagai aplikasi dari suatu rangkaian elektronika ke dalam sebuah keping
biosensor, enzim merupakan senyawa yang paling substrat, karena kemampuannya menghasilkan jalur
banyak digunakan sebagai bioreceptor molecules atau konduktor yang sangat kecil (fine line) (Gambar 2).
biocomponent. Gambar 1 menjelaskan prinsip biosensor
itu sendiri. Teknologi thick film telah banyak digunakan secara luas
dalam industri komponen hibrid mikroelektronika dan
diaplikasikan dalam berbagai bidang, seperti otomotif,
JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 65-70 67

Gambar 2. Tahapan Fabrikasi Teknologi Film Tebal (a)

telekomunikasi, medikal dan pengembangan sensor dan


aktuator. Material utama yang digunakan dalam
teknologi film tebal adalah substrat dan pasta. Substrat
merupakan media tempat komponen film tebal
diimplementasikan, sedangkan pasta adalah bahan
pembentuk komponen film tebal, yang diformulasikan
sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk melalui proses
pencetakan. Proses film tebal (thick film process) terdiri
dari beberapa tahap yang meliputi pembuatan screen,
pencetakan, pengeringan (drying), pembakaran (firing),
trimming dan sejumlah proses tambahan lain seperti
proses pemasangan kaki (lead frame) dan pengemasan
(enkapsulasi).

2. Metode Penelitian

Perancangan tata letak elektroda. Dalam kegiatan ini


dilakukan proses perancangan bentuk tata letak sensor
yang akan dibuat. Perangkat lunak (software) yang (b)
digunakan dalam proses perancangan ini menggunakan
layout editor. Perancangan desain tata letak elektroda Gambar 3. (a), (b) Tata Letak dan Dimensi Elektroda
Bosensor
sensor didasari oleh spesifikasi rancangan sensor yang
akan dibuat yaitu konfigurasi elektroda yang akan
dibuat menggunakan konfigurasi tiga elektroda yaitu
elektroda kerja (working), elektroda referensi
(reference), dan elektroda bantu (auxiliary).

Oleh sebab itu proses fabrikasi ini diawali dengan


proses perancangan tata letak (layout) dari elektroda
sensor ion nitrat menggunakan software layout editor.
Hasil keluaran dari kegiatan diharapkan telah diperoleh
desain tata letak yang akan digunakan sebagai acuan
dalam pembuatan film dalam proses pembentukan
masker pada screen frame. Dimensi dari elektroda
disesuaikan dengan kemampuan maksimal dari
peralatan fotolitografi dan screen printer yang dimiliki
dalam proses teknologi film tebal itu sendiri. Berikut ini
adalah hasil perancangan tata letak dari elektroda sensor
(Gambar 3 dan 4).

Fabrikasi elektroda biosensor. Proses fabrikasi


elektroda biosensor mengikuti step proses teknologi
film tebal, sedangkan tahapan pencetakan elektroda
disesuaikan dengan bahan yang digunakan bagi tiap-tiap
elektroda. Berikut ini tahapan proses pencetakan dari Gambar 4. Tata Letak Masker: (a) Biosensor Pad;
(b) Working & Counter Electrode; (c)
elektroda biosensor (Gambar 5). Reference Electrode; (d) Encapsulation
68 JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 65-70

elektroda tersebut. Faktor kestabilan sangatlah


memegang peranan penting dalam pengujian dengan
menggunakan teknik amperometrik konfigurasi tiga
elektroda. Pengujian dilakukan dengan membandingkan
tegangan yang dihasilkan melalui proses potensiometri
dengan elektroda referensi Ag|AgCl komersial yang
diperoleh dari Accumet terhadap larutan elektrolit KCL
dengan konsentrasi 0,1 M.

Dalam proses ini telah diakukan pengujian empat buah


sampel dari elektroda referensi dengan beda potensial
yang diperoleh terhadap elektroda referensi acuan pada
rentang 97100 mV. Sedangkan rentang waktu
pengujian dilakukan selama 510 menit. Berikut grafik
respon uji kestabilan dari elektroda referensi biosensor
uric acid (Gambar 8).

Secara umum kinerja elektroda referensi Ag|AgCl dapat


dikatakan cukup baik dan dapat digunakan pada divais
biosensor uric acid.
Gambar 5. Tahapan Fabrikasi Elektroda Biosensor
Pengujian tegangan eksternal optimum. Prinsip kerja
pegukuran biosensor uric acid ini berdasarkan pada
pengukuran arus sebagai akibat reaksi enzimatis antara
elektroda working dan reference dengan menggunakan
skema rangkaian tiga elektroda.

Gambar 6. Komposisi Lapisan Elektroda Biosensor

Komposisi lapisan yang difabrikasi terdiri dari beberapa


lapisan hasil pembentukan pasta dengan proses fabrikasi
film tebal (thick film) (Gambar 6).

Pengujian kestabilan elektroda referensi. Pengujian


kestabilan elektroda referensi dilakukan dengan (a)
melakukan pengukuran beda tegangan yang terjadi
antara prototip elektroda referensi yang dibuat dengan
elektroda referensi acuan (standar) di dalam larutan
elektrolit jenuh. Jenis elektroda referensi acuan yang
digunakan adalah reference electrode double junction
dari Accumet.

3. Hasil dan Pembahasan


Hasil fabrikasi elektroda biosensor. Hasil proses
fabrikasi elektroda biosensor dengan menggunakan
teknologi film tebal (Gambar 7).

Pengujian Kinerja Elektroda Referensi. Pengujian


kinerja elektroda referensi Ag|AgCl ini bertujuan untuk (b)
memantau kestabilan tegangan yang dihasilkan oleh
Gambar 7. (a);(b) Hasil Fabrikasi Elektroda
JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 65-70 69

Gambar 8. Hasil Pengujian Kinerja Elektroda Referensi

Gambar 10. Grafik Perbandingan Tegangan Eksternal


terhadap Kuat Arus untuk Elektroda Kerja

Dengan demikian penentuan tegangan eksternal


optimum sangat penting untuk menjaga kinerja strip
biosensor, dari data karakterisasi pada grafik yang
ditunjukkan pada Gambar 10, bahwa biosensor bekerja
pada kisaran 0,40,7 V. Namun over-oksidasi terjadi
pada rentang maksimum di atas 0,8 V sehingga dipilih
tegangan optimum pada rentang tegangan 0,40,7 V.
Gambar 9. Skema Rangkaian Tiga Elektroda

4. Simpulan
Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 9, tegangan
potensial eksternal diberikan pada elektroda referensi Dari kegiatan penelitian perancangan dan pembuatan
sedangkan arus mengalir sebagai akibat reaksi enzimatis elektroda biosensor ini dapat diperoleh kesimpulan
diukur dari elektroda working dengan auxiliary, oleh bahwa pembuatan elektroda biosensor dengan
karena itu perlu dilakukan pengujian besar tegangan menggunakan teknologi film tebal telah dilakukan,
eksternal optimum yang dapat men-drive sensor bekerja demikian juga dengan hasil uji kinerja kestabilan dari
se-optimum mungkin. Pemberian tegangan eksternal elektroda referensi memperlihatkan bahwa elektroda
yang berlebih juga dapat menyebabkan elektroda referensi yang telah dibuat memiliki tingkat kestabilan
mengalami degradasi kinerja karena terjadi over- yang cukup baik. Sedangkan untuk pengujian tegangan
oksidasi. eksternal optimum yang diberikan pada elektroda
biosensor memperlihatkan bahwa bio sensor bekerja
Untuk menentukan besar tegangan eksternal yang akan pada kisaran 0,40,7V. Namun over-oksidasi terjadi
digunakan, maka dilakukan penapisan beberapa besar pada rentang maksimum di atas 0,8 V sehingga dipilih
tegangan (0.00 volt, 0.10 volt, 0.20 volt, 0.30 volt, 0.40 tegangan optimum pada rentang tegangan 0,40,7 V.
volt, 0.50 volt, 0.60 volt, 0.70 volt, 0.80 volt) pada
working elektroda (tanpa enzim) untuk substrat H2O2 Dari hasil kegiatan ini diharapkan elektroda biosensor
0.1 mM. Kuat arus yang terbaca kemudian ini akan dilakukan proses selanjutnya yaitu imobulisasi
dibandingkan untuk setiap besar tegangan yang enzim sebelum dipakai sebagai prototip biosensor. Jenis
digunakan. Percobaan dilakukan selama 90 detik pada enzim yang dimobilisasi pada permukaan elektroda
tiap tegangan. Semakin tinggi tegangan maka kuat arus kerja (working) akan menentukan jenis biosensor yang
yang dihasilkan semakin meningkat pada substrat H2O2 akan dibuat seperti uric acid, kolesterol maupun
0.1 mM. glukosa.

Dari Gambar 10 dapat diambil kesimpulan bahwa Ucapan Terima Kasih


pemberian tegangan potensial yang berlebih (>0,8 V)
dapat mengakibatkan terjadinya over-oksidasi pada Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
permukaan elektroda working. Hal ini mengakibatkan Program Kompetitif LIPI Sub Program Material Maju
terjadidegradasi kualitas dari elektroda yaitu terlihat dan Nanoteknologi Tahun Anggaran 2012 yang telah
bahwa permukaan emas pada elektroda working terjadi mendukung melalui anggaran penelitian sehingga
pembentukan senyawa sebagai akibat oksidasi-reduksi. kegiatan penelitian ini dapat dilakukan.
70 JURNAL ILMIAH ELITE ELEKTRO, VOL. 3, NO. 1, MARET 2012: 65-70

Daftar Acuan [7] H. Andreas, B. Oliver, H. Christoph, B. Henry,


Microfabrication Techniques for
[1] R.T. Daniel, T. Klara, A.D. Richard, S.W. George, Chemical/Biosensors, Proceeding of The IEEE,
Pure Appl. Chem., 71/12 (1999) 2333. 91/6 (2003) 839.
[2] B.R. Eggins, Chemical Sensors and Biosensors, [8] C.C. Liu, P.J. Hesketh, G.W. Hunter, Chemical
John Wiley, New York, 2002, p.300. Microsensors, The Electrochemical Society
[3] D.L. Wise, Bioinstrumentation and Biosensors, Interface Summer, Pennington, New Jersey, 2004,
Marcel Dekker, Inc., New York, 1991, p.824. p.22.
[4] M. Pravda, Thesis, Vrije Universiteit Brussel [9] P.R. Solanki, S.K. Arya, Y. Nishimura, M.
(Belgium), 1998. Iwamoto, B.D. Malhotra, J. Biomed. Pharm. Eng.
[5] A. Manz, E. Verpoorte, D.E. Raymond, C.S. 2/1 (2008) 7.
Efenhauser, N. Burggraf, H.M. Widmer, m-TAS: [10] F. Yildirimoglu, F. Arslan, S. Cete, A. Yasar,
Miniaturized Total Chemical Analysis Systems, Sensor 9 (2009) 6435.
Presented at Micro Total Analysis Systems, [11] S.K. Arya, A.K. Prusty, S.P. Singh, P.R. Solanki,
MESA Research Institute, University of Twente, M.K. Pandey, M. Datta, B.D. Malhotra, Anal.
The Netherlands, 1994. Biochem., 363 (2007) 210.
[6] J.F. Cabrita, L.M. Abrantes, A.S. Vianna, [12] L.S. Raab, G.L. Decker, A.J. Jonas, M.A. Kaetzel,
Electrochimica Acta, 50 (2005) 2117. J.R. Dedman, J. Cell. Biochem. 47 (1991) 18.

Anda mungkin juga menyukai