Anda di halaman 1dari 12

UTS TAKE HOME

STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA

Penulis : Eka Nurahmawati (1513023039)


Prodi : Pendidikan Kimia
Kelas :A

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran Kimia


Dosen Pengampu : DR. Sunyono, M.Si.
Bayu Saputra, S.Pd., M.Pd.

PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
SOAL UTS TAKE HOME
MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNILA
DOSEN: DR. SUNYONO, M.Si. dan BAYU SAPUTRA, S.Pd., M.Pd.

A. PETUNJUK
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan lugas dan jelas.
1. Jawaban harus disertai dengan referensi dan daftar referensi harus
dicantumkan di bagian belakang (akhir jawaban Anda). Daftar literatur dan
kutipan ditulis sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah Unila. Maksimal:
12 halaman.
2. Jawaban harus dikerjakan sendiri-sendiri (tidak diperkenankan saling
menyalin)
3. Jawaban harus diserahkan pada tanggal 2 Mei 2017.

B. PERTANYAAN
1. Mengapa seorang guru perlu memahami dan menguasai strategi
pembelajaran? Jelaskan dan berikan contoh konkrit !
2. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran terdapat beberapa istilah yang
kadang-kadang sering dipertukarkan penggunaanya untuk maksud yang sama,
yaitu : pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran. Berikan contoh
penggunaan ke empat istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari
dengan penjelasan secukupnya!
3. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah membelajarkan dan perilaku siswa adalah belajar.
Berkenaan dengan hal tersebut coba Anda lakukan analisis komprehenship
apa hakekat dari belajar dan pembelajaran yang sesungguhnya. Bagaimana
posisi guru yang seharusnya dalam kegiatan pembelajaran tersebut?
4. Kemukakan dan jelaskan upaya- upaya apa yang harus dilakukan
seorang guru kimia agar dapat menerapkan strategi pembelajaran
dengan baik. Jelaskan dan beri contoh upaya- upaya tersebut.

5. UNESCO telah mengeluarkan empat pilar pembelajaran, yaitu learning to


know, learning to be, learning to life together, dan learning to do. Coba Anda
jelaskan apa maksud dari ke empat pilar pembelajaran tersebut. Bagaimana
implementasi dan implikasinya dalam kegiatan pembelajaran di madrasah ?
6. Dalam membentuk kemampuan afektif (sikap) memerlukan model
pembelajaran yang spesifik. Coba jelaskan minimal 3 model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam pembelajaran afektif, jelaskan karakteristiknya..!
1. Seorang guru perlu memahami dan menguasai strategi pembelajaran karena
beberapa hal berikut ini
a) Agar dapat meminimalisir kesalahan atau kekurangan dalam pembelajaran.
b) Agar dalam pemanfaatan sarana dan prasarana sesuai dengan strategi
pembelajarannya.
c) Agar dalam pembelajaran dapat mengemukakan materi kepada siswa secara
efektif dan efisien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tercapai dan
pembelajaran dapat terarah.
d) Agar terjadi peningkatan mutu dalam pembelajaran.
e) Karena guru merupakan subjeknya dan siswa merupakan objeknya.
f) Guru merupakan fasilitator dan sumber belajar siswa.
(Nuri, 2014)

Contohnya.

Seorang guru yang sudah memahami strategi pembelajaran yang tepat untuk
materi asam basa akan sebisa mungkin menuntun siswa melakukan percobaan,
karena guru harusnya tau bagaimana ketercapaian materi dengan dilakukan atau
tidak dilakukannya praktikum.

2. Adapun perbedaan dari pendekatan pembelajaran, model, teknik dan strategi


adalah sebagai berikut
a. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).

b. metode pembelajaran di sini dapat diartikan sebagai cara yang


digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
(1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium;
(6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan
sebagainya.

c. teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan


seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara
teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode
diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya
tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini,
guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama.

d. model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran


yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh
guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4
(empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2)
model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model
modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah
model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

(Ahmad,2008)

3. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata
(2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu
berlangsung melalui kegiatan belajar.
Sedangkan Moh. Surya (1997) : belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
(Ahmad, 2008)

Dalam proses pembelajaran, peran guru ini adalah mempengaruhi pembentukan


pribadi dan perilaku peserta didik. Dimana guru bukanlah satu satunya pihak
yang membentuk pribadi tersebut melainkan hanya mempengaruhi dengan
memberikan arahan arahan untuk menuju pribadi yang diinginkan. Hasil dari
proses pembelajaran ini akan mendapatkan pribadi yang lebih baik dari
sebelumnya, sehingga selain peran guru, peran siswa juga berpengaruh besar
terhadap terjadinya perubahan kepada dirinya sendiri.

4. Upaya-upaya yang harus dilakukan oleh seorang guru agar dapat melaksanakan
strategi pembelajaran dengan baik, antara lain:
a. Melaksanakan tahapan mengajar, mempunyai tiga pokok tahapan dalam
strategi mengajar, yaitu tahap pemula (pra instruktural), tahap pengajaran
(instruksional), dan tahap penilaian dan tahap tindak lanjut. Ketiga
tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat ditinggalkan tidak dapat
dikatakan proses pengajaran.
b. Melakukan pendekatan pengajaran:
- Karena tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak dipengaruhi
oleh pendekatan mengajar yang digunakan guru.
- Ada beberapa pedapat mengenai pendekatan mengajar. Ricard
Anderson mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan yang
berorientasi kepada guru atau disebut teacher centered dan pendekatan
yang berorientasi kepada siswa atau disebut student centered.
- Pendekatan pertama disebut pula tipe Otokratis dan pendektana kedua
disebut tipe Demokratis.
- Pendekatan manapun yang akan dipilih guru hendaknya perlu
diperhatikan bahwa inti dari proses belajar mengajar ialah adanya
kegiatan siswa belajar, artinya harus berpusat kepada siswa, bukan
kepada guru atau pengajar.

c. Perlu memperhatikan prinsip mengajar


- Prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru dalam
menciptakan dan mengkondisi situasi belajar mengajar agar siswa
melakukan kegiatan belajar secara optimal.

Salah satu contoh upaya nya yaitu guru harus dapat memfasilitasi: agar
informasi bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan
ide dan menerapkan strategi mereka sendiri. Lupakan tradisi guru acting di
panggung dan siswa menonton" ubah menjadi siswa aktif bekerja dan belajar
di panggung, guru mengarahkan dari dekat. Dan untuk menerapkan bahan ajar
ke peserta didik guru harus bisa menguasai dan menerapkan beberapa metode
diantarnya:
1. Metoda ceramah
2. Metode tanya jawab
3. Metode diskusi
4. Metode pemberian tugas belajar (resitasi)
5. Metode demontrasi dan eskperimen
6. Metoda kerja kelompok
7. Metoda sosiodarma dan bermain peran
8. Metode karyawisata
9. Metoda belajar peregu
10. Metode proyek (unit)
(Anna, 2014)

5. perbedaan learning to know, learning to be, learning to life together, dan learning
to do
a. learning to know menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan
sebagai informator, organisator, motivator, diretor, inisiator, transmitter,
fasilitator, mediator, danevaluator bagi siswanya, sehingga peserta didik perlu
dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup, dan
sikap tertentu yang ingin dikuasainya. Secara kreatif menguasai instrumen ilmu
dan pemahaman yang terus berkembang, umum atau spesifik, sebagai sarana
dan tujuan , dan memungkinkan terjadinya belajar sepanjang hayat.
b. learning to do menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar dan mampu
melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Terkait dengan hal tersebut maka proses belajar-
mengajar perlu didesain secara aplikatif agar keterlibatan peserta didik, baik
fisik, mental dan emosionalnya dapat terakomodasi sehingga mencapai tujuan
yang diharapkan.
c. learning to live together merupakan tanggapan nyata terhadap arus
individualisme serta sektarianisme yang semakin menggejala dewasa ini.
Fenomena ini bertalian erat dengan sikap egoisme yang mengarah pada
chauvinisme pada peserta didik sehingga melunturkan rasa kebersamaan dan
harga-menghargai. Memahami, menghormati dan bekerja dengan orang lain,
mengakui ketergantungan, hak dan tanggungjawab timbal balik yang
melibatkan partisipasi aktif warga, tujuan bersama menuju kerekatan sosial,
perdamaian dan semangat kerjasama demi kebaikan bersama.
d. learning to be, perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar
mampu memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi. Kepercayaan
merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat.
Pengembangan dan pemenuhan manusia seutuhnya yang terus berevolusi,
mulai dengan pemahaman diri sendiri, kemudian memahami dan berhubungan
dengan orang lain. Menguak kekayaan tak ternilai dalam diri.
(Nugroho,2015)

6. Sadar ataupun tidak, sampai saat ini pembelajaran yang dilakukan diberbagai
lembaga pendidikan konvensional apapun bentuk dan tipenya, pembelajaran
lebih banyak cenderung mengarah pada satu kemampuan saja yaitu kemampuan
secara kognitif, padahal sebagaimana kita fahami bersama bahwa minimal
terdapat 3 ranah yang harusnya tersentuh untuk dikembangkan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Teori Bloom dkk). Dalam
konsep Islam 3 ranah ini ialah Otak (fikriyah), hati (ruhaniah, akhlak), dan
jasadiah.
Berikut ini adalah model-model pembelajaran afektif yang saya ulas merujuk
pada pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (2005):

a. Model pembelajaran konsiderasi (consideration learning model)


Kebanyakan manusia terkadang bersifat egois, mementingkan dirinya sendiri,
tidak pernah peduli dengan orang lain, bahkan teman dekat sekalipun. Hal ini
merupakan masalah yang berkenaan dengan afektif seseorang. Maka dengan
pembelajaran konsiderasi, siswa didoroang untuk lebih peduli, lebih peka
dengan msalah yang dihadapi orang lain. Sehingga akan memunculkan dan
menumbuhkan sifat peduli dengan orang lain, bahkan bisa sampai pada
tingkatan (itsar; bahasa arab) yaitu suatu sifat yang lebih mementingkan orang
lain dari pada diri sendiri.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran konsiderasi adalah (1)
menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konsiderasi, (2) meminta
siswa menganalisis situasi untuk menemukan isyarat-isyarat yang tersembunyi
berkenaan dengan perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain, (3) siswa
menuliskan responsnya masing-masing, (4) siswa menganalisis respons siswa
lain, (5) mengajak siswa melihat konsekuesi dari tiap tindakannya, (6)
meminta siswa untuk menentukan pilihannya sendiri.

b. Klarifikasi nilai (value clarification model)


Pada dasarnya semua orang memiliki sejumlah nilai, baik yang terlihat
ataupun tersembunyi. Model pembelajaran ini bertujuan membantu siswa
untuk membantu siswa menemukan nilai-nilai yang dimiliki dirinya,
kemudian memilih mana yang baik dan tidaknya, lalu merefleksikannya,
langkah-langkah model ini adalah (1) pemilihan: para siswa mengadakan
pemilihan tindakan secara bebas, dari sejumlah alternatif tindakan
mempertimbangkan kebaikan dan akibat-akibatnya, (2) mengharagai
pemilihan: siswa menghargai pilihannya serta memperkuat-mempertegas
pilihannya, (3) berbuat: siswa melakukan perbuatan yang berkaitan dengan
pilihannya, mengulanginya pada hal lainnya.

c. Pengembangan Moral Kognitif


Pada dasarnya perkembangan moral manusia adalah sejalan dengan
perkembangan kognitifnya. Maka dengan model ini, siswa akan diberikan
cara bagaimana mengembangkan kemampuan untuk mempertimbangkan
antara moral dengan kognitifnya, adapun langkah-langkah pembelajarannya
adalah (1) menghadapkan siswa pada suatu situasi yang mengandung dilema
moral atau pertentangan nilai, (2) siswa diminta memilih salah satu tindakan
yang mengandung nilai moral tertentu, (3) siswa diminta mendiskusikan/
menganalisis kebaikan dan kejelekannya, (4) siswa didorong untuk mencari
tindakan-tindakan yang lebih baik, (5) siswa menerapkan tindakan dalam segi
lain
(Rahman, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Citra, Bubud. 2014. Perbedaan pendekatan dan strategi pembelajaran.


https://bubudcitra.wordpress.com/ipm/penjelasan-tentang-perbedaan-antara-
pendekatan-strategi-metode-dan-teknik-sebagai-berikut/ diakses pada 4 mei
2017 pukul 12.38 WIB

Nugroho, Sigit. 2015. Contoh soal uas.


http://cgiet28.blogspot.co.id/2015/03/contoh-soal-uas-makul-dasar-dasar.html
diakses pada 4 mei 2017 pukul 12.35 WIB

Nuri. 2014. Strategi pembelajaran. http://wohingbasajawa-


nuri.blogspot.co.id/2014/07/soal-strategi-pembelajaran-beserta.html diakses
pada 4 mei 2017 pukul 12.37 WIB
Rahman, Ences. 2010. Soal dan jawaban ujuan.
http://encesurahman.blogspot.co.id/2010/06/soal-dan-jawaban-ujian-akhir-
semester.html diakses pada 4 mei 2017 pukul 12.38 WIB

Sudrajat, Ahmad. 2008. Hakikat belajar.


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar/ diakses
pada 4 mei 2017 pukul 12.41 WIB

Zuryuliani, Ana. 2014. Tugas kuliah.


http://annanuryuliani.blogspot.co.id/2014/07/ diakses pada 4 mei 2017 pukul
12.39 WIB

Anda mungkin juga menyukai