A. PETUNJUK
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan lugas dan jelas.
1. Jawaban harus disertai dengan referensi dan daftar referensi harus
dicantumkan di bagian belakang (akhir jawaban Anda). Daftar literatur dan
kutipan ditulis sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah Unila. Maksimal:
12 halaman.
2. Jawaban harus dikerjakan sendiri-sendiri (tidak diperkenankan saling
menyalin)
3. Jawaban harus diserahkan pada tanggal 2 Mei 2017.
B. PERTANYAAN
1. Mengapa seorang guru perlu memahami dan menguasai strategi
pembelajaran? Jelaskan dan berikan contoh konkrit !
2. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran terdapat beberapa istilah yang
kadang-kadang sering dipertukarkan penggunaanya untuk maksud yang sama,
yaitu : pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran. Berikan contoh
penggunaan ke empat istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari
dengan penjelasan secukupnya!
3. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah membelajarkan dan perilaku siswa adalah belajar.
Berkenaan dengan hal tersebut coba Anda lakukan analisis komprehenship
apa hakekat dari belajar dan pembelajaran yang sesungguhnya. Bagaimana
posisi guru yang seharusnya dalam kegiatan pembelajaran tersebut?
4. Kemukakan dan jelaskan upaya- upaya apa yang harus dilakukan
seorang guru kimia agar dapat menerapkan strategi pembelajaran
dengan baik. Jelaskan dan beri contoh upaya- upaya tersebut.
Contohnya.
Seorang guru yang sudah memahami strategi pembelajaran yang tepat untuk
materi asam basa akan sebisa mungkin menuntun siswa melakukan percobaan,
karena guru harusnya tau bagaimana ketercapaian materi dengan dilakukan atau
tidak dilakukannya praktikum.
(Ahmad,2008)
3. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting
dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata
(2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu
berlangsung melalui kegiatan belajar.
Sedangkan Moh. Surya (1997) : belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
(Ahmad, 2008)
4. Upaya-upaya yang harus dilakukan oleh seorang guru agar dapat melaksanakan
strategi pembelajaran dengan baik, antara lain:
a. Melaksanakan tahapan mengajar, mempunyai tiga pokok tahapan dalam
strategi mengajar, yaitu tahap pemula (pra instruktural), tahap pengajaran
(instruksional), dan tahap penilaian dan tahap tindak lanjut. Ketiga
tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat ditinggalkan tidak dapat
dikatakan proses pengajaran.
b. Melakukan pendekatan pengajaran:
- Karena tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak dipengaruhi
oleh pendekatan mengajar yang digunakan guru.
- Ada beberapa pedapat mengenai pendekatan mengajar. Ricard
Anderson mengajukan dua pendekatan, yakni pendekatan yang
berorientasi kepada guru atau disebut teacher centered dan pendekatan
yang berorientasi kepada siswa atau disebut student centered.
- Pendekatan pertama disebut pula tipe Otokratis dan pendektana kedua
disebut tipe Demokratis.
- Pendekatan manapun yang akan dipilih guru hendaknya perlu
diperhatikan bahwa inti dari proses belajar mengajar ialah adanya
kegiatan siswa belajar, artinya harus berpusat kepada siswa, bukan
kepada guru atau pengajar.
Salah satu contoh upaya nya yaitu guru harus dapat memfasilitasi: agar
informasi bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan
ide dan menerapkan strategi mereka sendiri. Lupakan tradisi guru acting di
panggung dan siswa menonton" ubah menjadi siswa aktif bekerja dan belajar
di panggung, guru mengarahkan dari dekat. Dan untuk menerapkan bahan ajar
ke peserta didik guru harus bisa menguasai dan menerapkan beberapa metode
diantarnya:
1. Metoda ceramah
2. Metode tanya jawab
3. Metode diskusi
4. Metode pemberian tugas belajar (resitasi)
5. Metode demontrasi dan eskperimen
6. Metoda kerja kelompok
7. Metoda sosiodarma dan bermain peran
8. Metode karyawisata
9. Metoda belajar peregu
10. Metode proyek (unit)
(Anna, 2014)
5. perbedaan learning to know, learning to be, learning to life together, dan learning
to do
a. learning to know menyiratkan makna bahwa pendidik harus mampu berperan
sebagai informator, organisator, motivator, diretor, inisiator, transmitter,
fasilitator, mediator, danevaluator bagi siswanya, sehingga peserta didik perlu
dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap informasi, keterampilan hidup, dan
sikap tertentu yang ingin dikuasainya. Secara kreatif menguasai instrumen ilmu
dan pemahaman yang terus berkembang, umum atau spesifik, sebagai sarana
dan tujuan , dan memungkinkan terjadinya belajar sepanjang hayat.
b. learning to do menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar dan mampu
melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Terkait dengan hal tersebut maka proses belajar-
mengajar perlu didesain secara aplikatif agar keterlibatan peserta didik, baik
fisik, mental dan emosionalnya dapat terakomodasi sehingga mencapai tujuan
yang diharapkan.
c. learning to live together merupakan tanggapan nyata terhadap arus
individualisme serta sektarianisme yang semakin menggejala dewasa ini.
Fenomena ini bertalian erat dengan sikap egoisme yang mengarah pada
chauvinisme pada peserta didik sehingga melunturkan rasa kebersamaan dan
harga-menghargai. Memahami, menghormati dan bekerja dengan orang lain,
mengakui ketergantungan, hak dan tanggungjawab timbal balik yang
melibatkan partisipasi aktif warga, tujuan bersama menuju kerekatan sosial,
perdamaian dan semangat kerjasama demi kebaikan bersama.
d. learning to be, perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar
mampu memiliki rasa percaya diri (self confidence) yang tinggi. Kepercayaan
merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat.
Pengembangan dan pemenuhan manusia seutuhnya yang terus berevolusi,
mulai dengan pemahaman diri sendiri, kemudian memahami dan berhubungan
dengan orang lain. Menguak kekayaan tak ternilai dalam diri.
(Nugroho,2015)
6. Sadar ataupun tidak, sampai saat ini pembelajaran yang dilakukan diberbagai
lembaga pendidikan konvensional apapun bentuk dan tipenya, pembelajaran
lebih banyak cenderung mengarah pada satu kemampuan saja yaitu kemampuan
secara kognitif, padahal sebagaimana kita fahami bersama bahwa minimal
terdapat 3 ranah yang harusnya tersentuh untuk dikembangkan dalam kegiatan
pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotor (Teori Bloom dkk). Dalam
konsep Islam 3 ranah ini ialah Otak (fikriyah), hati (ruhaniah, akhlak), dan
jasadiah.
Berikut ini adalah model-model pembelajaran afektif yang saya ulas merujuk
pada pemikiran Nana Syaodih Sukmadinata (2005):