Digital - 20351393-PR-Fienda Triani-Laporan PDF
Digital - 20351393-PR-Fienda Triani-Laporan PDF
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang selalu dan senantiasa mencurahkan berkat dan anugerah-Nya sehingga
penulis dapat melaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek
Kimia Farma No. 48 pada periode 3 April - 30 April 2013. Kegiatan PKPA
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dan mengaplikasikan ilmu yang
telah diperoleh selama perkuliahan.
Laporan PKPA ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian
akhir Apoteker pada Fakultas Farmasi UI. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini, yaitu kepada:
1. Bapak Drs. Priyanggo Artadji M. Apt., selaku pembimbing dari Apotek Kimia
Farma no. 48 Jl. Matraman Raya no. 55 Jakarta Timur.
2. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI dan pembimbing di Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI
yang telah memberikan kesempatan, arahan, dan bimbingan kepada penulis
selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Apotek Kimia Farma No.
48.
3. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Dekan Fakultas Farmasi UI.
4. Seluruh staf dan karyawan Apotek Kimia Farma no. 48 atas segala
keramahan, pengarahan, dan bantuan selama penulis melaksanaan PKPA.
5. Seluruh dosen pengajar dan tata usaha program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi UI yang telah membantu kelancaran dalam perkuliahan dan
penyusunan laporan ini;
6. Keluarga tercinta atas semua dukungan, kasih sayang, perhatian, kesabaran,
dorongan, semangat, dan doa yang tidak henti-hentinya;
7. Teman-teman Apoteker Angkatan 76 Fakultas Farmasi UI atas dukungan dan
kerjasama selama ini;
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut
serta membantu selama penyusunan laporan ini.
iv
Penulis
2013
(Fienda Triani)
viii
Halaman
HALAMAN SAMPUL... ......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ... ............................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ... ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ... .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ... ....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ... ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ........................................................................................ ix
1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ... ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ... .................................................................................................... 1
vi
5. PEMBAHASAN .......................................................................................... 64
vii
viii
ix
1 Universitas Indonesia
1.2. Tujuan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma
bertujuan agar calon apoteker:
a. Memahami peran dan fungsi apoteker di Apotek.
b. Mempelajari tata cara pengelolaan dan pelayanan apotek yang baik melalui
pengamatan langsung kegiatan yang dilakukan selama PKPA di apotek.
c. Mempelajari konsep swalayan farmasi sebagai bentuk modifikasi
pengembangan apotek.
d. Mempelajari tata cara berkomunikasi yang efektif dengan pasien terutama
saat memberikan informasi obat, edukasi, dan konseling mengenai terapi
suatu penyakit.
e. Mempelajari tata cara membantu pasien dalam melakukan kegiatan
swamedikasi.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mutu serta monitoring dan evaluasi, yang didukung oleh kebijakan, SDM,
pembiayaan dan sistem informasi manajemen yang efisien dan efektif.
a. Pemilihan
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan sediaan farmasi dan alat
kesehatan sesuai jumlah, jenis dan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan
agar tercapai penggunaan obat yang rasional. Pemilihan sediaan farmasi dan alat
kesehatan harus berdasarkan:
1) Pola penyakit
2) Kebutuhan dan kemampuan daya beli masyarakat
3) Pengobatan berbasis bukti
4) Bermutu dan ekonomis
5) Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat)
6) Pola penggunaan obat sebelumnya
b. Pengadaan
Suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia sediaan farmasi dengan
jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Pengadaan
yang efektif merupakan suatu proses yang mengatur berbagai cara, teknik dan
kebijakan yang ada untuk membuat suatu keputusan tentang obat-obatan yang
akan diadakan, baik jumlah maupun sumbernya. Kriteria yang harus dipenuhi
dalam pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan adalah:
1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakan memiliki izin edar
atau nomor registrasi.
2) Mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dapat dipertanggung jawabkan.
3) Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan berasal dari jalur resmi.
4) Dilengkapi dengan persyaratan administrasi.
Aktifitas pengadaan meliputi aspek-aspek:
1) Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu
pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan hasil
kegiatan pemilihan, agar terjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.7.1.3.Pengelolaan narkotika
a. Pemesanan narkotika
Undang-Undang Nomor 9 tahun 1976 menyatakan bahwa Menteri Kesehatan
memberikan izin kepada apotek untuk membeli, meracik, menyediakan,
memiliki atau menyimpan untuk persediaan, menguasai, menjual,
menyalurkan, menyerahkan, mengirimkan, membawa atau mengangkut
narkotika untuk kepentingan pengobatan (Presiden Republik Indonesia,
1976). Pengadaan narkotika di apotek dilakukan dengan pesanan tertulis
melalui Surat Pesanan Narkotika kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) PT.
Kimia Farma. Surat Pesanan Narkotika harus ditandatangani oleh APA
dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, SIA dan stempel apotek. Satu
surat pesanan terdiri dari rangkap empat dan hanya dapat untuk memesan satu
jenis obat narkotika (Umar M., 2011).
b. Penyimpanan narkotika (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1978)
Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan
harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2) Harus mempunyai kunci ganda yang kuat.
3) Dibagi menjadi dua bagian masing-masing bagian dengan kunci yang
berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin,
petidin dan garam-garamnya serta persediaan narkotika sedangkan
bagian kedua dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai
sehari-hari.
4) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari
4080100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat melekat pada tembok
atau lantai.
5) Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain
selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
6) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan.
7) Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat
oleh umum.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.7.1.4.Pengelolaan psikotropika
Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang
berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan.
Tujuan pengaturan psikotropika yaitu (Presiden Republik Indonesia, 1997):
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan
dan ilmu pengetahuan.
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
waktu 3 tahun.
h. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan
yang berlaku.
i. Apoteker diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai
Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa resep.
Universitas Indonesia
2) Penyerahan obat
Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep harus
dilakukan sebelum obat diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat
dilakukan oleh asisten apoteker atau apoteker disertai pemberian
informasi obat atau konseling kepada pasien.
3) Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat
pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka
waktu pengobatan, cara penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi.
4) Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi,
pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat
memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari
bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk
penderita penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan
penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara
berkelanjutan.
5) Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker melaksanakan
pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
32 Universitas Indonesia
3.2. Visi dan Misi PT. Kimia Farma (Persero), Tbk (Kimia Farma, 2012)
3.2.1. Visi
Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu menghasilkan
pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui konfigurasi dan koordinasi
bisnis yang sinergis.
3.2.2. Misi
Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di bidang-
bidang:
a. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan pengembangan produk
yang inovatif.
b. Perdagangan dan jaringan distribusi.
c. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan retail farmasi dan jaringan
pelayanan kesehatan lainnya.
d. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan usaha
perusahaan.
3.3. Maksud dan Tujuan PT. Kimia Farma (Persero), Tbk (Kimia Farma,
2012)
Maksud dan tujuan Perseroan adalah turut melaksanakan dan menunjang
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya, khususnya kegiatan usaha di bidang industri kimia, farmasi, biologi dan
kesehatan serta industri makanan dan minuman dengan menerapkan prinsipprinsip
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut,
Perseroan melaksanakan kegiatan usaha, baik dilakukan sendiri atau pun kerjasama
dengan pihak lain, sebagai berikut :
a. Mengadakan, menghasilkan, mengolah bahan kimia, farmasi, biologi dan
lainnya yang diperlukan guna pembuatan sediaan farmasi, kontrasepsi,
kosmetik, obat tradisional, alat kesehatan, produk makanan/minuman dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Manager Human Capital & General Affair). Untuk lebih jelasnya, struktur
organisasi dapat dilihat pada lampiran 2.
Terdapat 2 (dua) jenis Apotek Kimia Farma, yaitu apotek administrator yang
sekarang disebut Business Manager (BM) dan apotek pelayanan. Business Manager
membawahi beberapa apotek pelayanan yang berada dalam suatu wilayah.
Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan
administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya.
Konsep BM ini bertujuan agar pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam
satu area menjadi lebih efektif dan efisien, serta memudahkan pengambilan keputusan
dan penyelesaian masalah. Secara umum keuntungan yang didapat melalui konsep
BM adalah :
a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah
b. Apotek-apotek pelayanan dapat lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga
mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan berdampak pada
peningkatan penjualan.
c. Merasionalkan jumlah SDM, terutama tenaga administrasi yang diharapkan
berimbas pada efisiensi biaya.
d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber
barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat memperbesar
range margin atau HPP yang lebih rendah.
Sedangkan apotek pelayanan lebih fokus pada pelayanan perbekalan
farmasi dan informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan
berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan
setinggitingginya. Untuk wilayah Jabodetabek dibagi menjadi lima Unit Business
Manager, yaitu:
a. Business Manager Jaya I (Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Depok) dengan
BM di Apotek Kimia Farma No. 42 Kebayoran Baru.
b. Business Manager Tangerang (Tangerang, Serpong, Cilegon, Serang, dan
sekitarnya) dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 78 Tanggerang.
c. Business Manager Jaya II (Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan
Bekasi) dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman.
d. Business Manager Rumah Sakit di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.7. Logo
Makna Tulisan biru di dalam kata Kimia Farma mengandung arti produk-
produk yang dihasilkan haruslah berkualiatas dan bermutu, sehingga mampu
meningkatkan kepercayaan terhadap produknya tersebut. Garis setengah
melingkar yang berwarna oranye melambangkan harapan yang dicapai oleh kimia
farma dalam meningkatkan dan mengembangkan produknya yang inovatif dan
bermutu.
a. Simbol matahari
1) Paradigma baru, matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru yang
lebih baik.
2) Optimis, matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya
tersebut adalah penggambaran optimisme PT. Kimia Farma dalam
menjalankan bisnisnya.
3) Komitmen, matahari selalu terbit dari arah timur dan tenggelam ke arah
barat secara teratur dan terus menerus, memiliki makna adanya
komitmen dan konsistensi dalam menjalankan segala tugas yang diemban
oleh PT. Kimia Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.
4) Sumber energi, matahari merupakan sumber energi bagi kehidupan dan
PT. Kimia Farma yang baru memposisikan dirinya sebagai sumber energi
bagi kesehatan masyarakat.
5) Semangat yang abadi, warna orange berarti semangat, warna biru berarti
keabadian. Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna
yaitu semangat yang abadi.
b. Jenis huruf
Dirancang khusus untuk kebutuhan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk yang
disesuaikan dengan bilai dan image yang telah menjadi energi bagi PT. Kimia
Farma, karena prinsip sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang
telah ada.
Universitas Indonesia
c. Sifat huruf
1) Kokoh, memperlihatkan PT. Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar
dalam bidang farmasi yang memiliki bisnis dari hulu ke hilir dan
merupakan perusahaan farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.
2) Dinamis, dengan jenis huruf italic memperlihatkan kedinamisan dan
optimisme.
3) Bersahabat, dengan jenis huruf kecil dengan lengkung, memperlihatkan
keramahan PT. Kimia Farma dalama melayani konsumennya.
Universitas Indonesia
43 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Desain apotek dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh PT. Kimia
Farma Apotek. Bagian paling depan apotek dilengkapi dengan papan iklan Kimia
Farma berwarna biru tua dan logo berwarna jingga untuk tulisan Kimia Farma hal
ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat lebih mudah untuk menemukan Apotek
Kimia Farma.
Universitas Indonesia
dan mudah terlihat dari ruang tunggu, menyediakan obat bebas, obat bebas
terbatas, obat herbal, vitamin dan suplemen, alat kesehatan, perawatan tubuh,
perawatan bayi, makanan dan minuman ringan serta produk susu.
Produkproduk ditata dan disusun sedemikian rupa berdasarkan
golongan/jenis produk agar menarik perhatian dan memudahkan pelanggan
dalam memilih produk yang dibutuhkan.
d. Tempat Penerimaan Resep, Upaya Pelayanan Diri Sendiri (UPDS), kasir dan
Penyerahan Obat
Bagian pelayanan resep ini dipisahkan oleh counter yang tidak terlalu tinggi
dan merupakan tempat bagi pasien yang ingin membeli obat tanpa dengan
resep dokter namun dengan pengarahan oleh apoteker dalam pemberian
informasi obat. Bagian kasir terdapat disebelah tempat penyerahan obat yang
menjadi tempat pembayaran baik pembelian obat dengan resep maupun tanpa
resep.
e. Ruang Penyimpanan Obat dan Ruang Peracikan
Ruang penyimpanan obat terletak di bagian belakang tempat penerimaan
resep dan penyerahan obat. Pada ruangan ini terdapat lemari yang terdiri dari
banyak rak dimana obat tersusun sedemikian rupa sehingga mudah untuk
disimpan dan dijangkau pada saat penyiapan, peracikan dan pengemasan.
Setiap jenis obat dimasukkan ke dalam kotak yang berukuran sama dan
tersusun rapi pada rak obat. Pada kotak diberi label nama obat dan dilengkapi
dengan kartu stok. Penataan obat disusun berdasarkan bentuk sediaan dan
cara pemakaian (sediaan padat; setengah padat; cair oral; cair tetes mata,
hidung, telinga; topikal; dan preparat mata). Penyusunan obat dilakukan
secara farmakologis (kelas terapi) dan alfabetis agar mempermudah dalam
pencarian dan penyimpanan obat. Khusus pada sediaan padat, tiap kelas
terapi diberi warna yang berbeda agar mudah dibedakan (misalnya obat
antibiotik diberi warna hijau dan antihipertensi diberi warna merah).
Penyimpanan obat juga dibedakan atas obat generik, produk PT. Kimia
Farma, Tbk., narkotika & psikotropika, dan obat-obatan yang harus disimpan
di kulkas (suhu dingin).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
melakukan pemesanan melalui telepon dan surat pesanan akan diberikan pada saat
barang diantarkan.
f. Pemasok akan mengantar langsung barang yang dipesan melalui bagian
pembelian BM ke apotek pelayanan yang bersangkutan disertai dengan
dokumen faktur dan SP (surat pesanan). Setelah dilakukan pengecekan, faktur
di entry oleh Apotek Pelayanan kemudian dikirim ke Business Manager
bagian hutang atau pemasok mengantarkan barang ke gudang BM.
Jika ada perbekalan farmasi yang dibutuhkan segera tetapi tidak ada
persediaan (cito), apotek dapat mengadakan by pass atau pembelian mendesak ke
BM Jaya II. Perbekalan farmasi yang akan di by pass tidak boleh terdapat pada
daftar BPBA minggu tersebut karena jumlah permintaan menjadi ganda. Selain itu
apotek dapat juga melakukan dropping antar apotek, yaitu permintaan barang
antar apotek (pembelian intern antar apotek Kimia Farma). Permintaan barang
antar apotek Kimia Farma diajukan dengan menggunakan BPBA, sehingga apotek
yang meminta menambah pembelian dan apotek yang memberikan barang
menambah penjualan atau pembelian dilakukan kepada apotek swasta lainnya.
Untuk pemilihan apotek swasta dilakukan berdasarkan pengalaman dan
berdasarkan citra dari apotek swasta tersebut.
Untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, terdapat formulir khusus SP
Narkotika dan Psikotropika. Pengadaan psikotropika dapat dipesan ke BM Jaya II,
tetapi untuk pengadaan narkotika pemesanan dilakukan oleh masing-masing
apotek pelayanan langsung kepada PBF Kimia Farma melalui surat pesanan (SP)
tertentu yang harus ditandatangani oleh apoteker pengelola apotek.
Apotek Kimia Farma juga melakukan pengadaan dengan sistem
konsinyasi. Konsinyasi merupakan bentuk kerjasama yang biasanya dilakukan untuk
produk atau obat-obat baru, barang promosi, alat kesehatan, food supplement.
Konsinyasi dilakukan dengan cara menitipkan produk dari perusahaan
kepada Kimia Farma, kemudian setiap bulannya dilakukan pengecekan dari
pihak perusahaan untuk mengetahui jumlah produk yang terjual. Barang konsinyasi ini
apabila tidak laku, maka dapat diretur dan yang difakturkan untuk dibayar adalah barang
yang terjual saja.
Universitas Indonesia
Pengadaan dengan sistem satu pintu yang dilakukan secara terpusat oleh
Business Manager ini memberikan beberapa keuntungan, yaitu apotek tidak perlu
membeli barang dalam kemasan utuh (box); efisiensi tempat karena apotek
pelayanan tidak memerlukan gudang; efisiensi SDM karena apotek pelayanan
dapat meminimalkan tenaga kerja yang diperlukan untuk mengatur kegiatan
pembelian, penyimpanan, keuangan dan administrasi; penyediaan barang lebih
terkoordinir baik jumlah maupun sistem pembayarannya; memungkinkan untuk
mendapat diskon besar karena pembelian dalam jumlah banyak; jika terdapat
kelebihan barang tertentu dapat dialihkan ke Apotek Kimia Farma lainnya
sehingga dapat dimanfaatkan oleh apotek yang bersangkutan serta mengurangi
kerugian dan mencegah terjadinya barang sisa akibat salah peramalan dan
kadaluarsa. Selain itu dengan sistem terpusat ini Apotek Kimia Farma dapat fokus
menjalankan perannya sebagai sarana pelayanan kesehatan dan dapat
mengoptimalkan pelayanannya untuk masyarakat.
Pemesanan barang di Apotek Kimia Farma hanya dilakukan kepada
pemasok yang telah mempunyai ikatan kerjasama dengan Kimia Farma sehingga
masuknya obat palsu dapat dicegah. Pemilihan pemasok dilakukan oleh Bussines
Manager dengan mempertimbangkan mutu barang yang ditawarkan, ketepatan
waktu pengiriman, masa kredit yang panjang, harga yang bersaing serta potongan
harga yang diberikan, serta pemasok tersebut merupakan agen resmi yang
ditunjuk oleh industri farmasi. Penggantian pemasok yang sudah tidak kompeten
harus melalui Business Manager Kimia Farma
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada tahun ini. Stiker berwarna kuning menyatakan bahwa waktu kadaluarsa
obat tersebut terjadi pada tahun depan. Stiker berwarna hijau menyatakan
bahwa waktu kadaluarsa obat tersebut terjadi pada 2 tahun yang akan datang.
b. Penyimpanan obat/barang di swalayan farmasi
Obat/barang yang disimpan di swalayan farmasi adalah obat/barang yang
dapat dibeli secara bebas. Produk-produk yang ada di swalayan farmasi
ditempatkan berdasarkan kelompok tertentu misalnya hair care, skin care,
baby care sedangkan untuk obat-obatan diletakkan secara alfabetis
berdasarkan efek farmakologi dan bentuk sediaan.
c. Penyimpanan dokumen
Dokumen sebagai arsip apotek disimpan dalam jangka waktu tiga tahun.
Untuk resep penyimpanan disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep
untuk mempermudah penelusuran resep apabila diperlukan, baik untuk
kepentingan pasien maupun untuk pemeriksaan. Resep yang mengandung
narkotika disimpan terpisah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam
pembuatan laporan penggunaan narkotika. Setelah tiga tahun, resep dapat
dimusnahkan dengan cara dibakar dan dibuatkanberita acara pemusnahan
resep.
4.3.4. Penjualan
Penjualan di Apotek Kimia Farma No. 48 meliputi pelayanan resep dokter
secara tunai maupun kredit, penjualan bebas, penjualan OWA dan penjualan
intern Kimia Farma. Untuk resep tunai maupun kredit, semua barang yang terjual
dicatat dalam Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH). Bentuk pelayanan lain yang
disediakan oleh Apotek Kimia Farma ini adalah fasilitas antar jemput resep/obat
ke daerah perumahan dan perusahaan-perusahaan.
a. Penjualan obat dengan resep tunai
Pelayanan resep tunai merupakan penjualan obat berdasarkan resep dokter
kepada pasien melalui pembayaran langsung, prosedurnya yaitu:
1) Resep diterima di bagian penerimaan resep, lalu diperiksa kelengkapan
dan keabsahan resep tersebut.
Universitas Indonesia
2) Diperiksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan. Bila obat yang
dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan pemberian harga dan
diberitahukan kepada pasien.
3) Setelah pasien setuju segera dilakukan pembayaran atas obat pada bagian
kasir dan dilakukan pula input nama, alamat serta nomor telepon pasien.
Kasir kemudian akan memberikan struk pembayaran yang tercantum
nomor resep dan struk tersebut juga berfungsi untuk pengambilan obat.
4) Kasir juga mencetak struk pembayaran yang tertulis jumlah obat yang
dibeli. Struk tersebut disatukan dengan salinan resep/resep asli, kemudian
diserahkan ke bagian penyiapan obat dan peracikan.
5) Asisten apoteker di bagian peracikan atau penyiapan obat akan meracik
atau menyiapkan obat sesuai dengan resep dibantu oleh juru resep.
Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas.
6) Bila resep tersebut diulang (iter) atau obat hanya ditebus sebagian maka
petugas akan membuat salinan resep untuk pengambilan sisanya. Apabila
pasien memerlukan kuitansi maka dapat pula dibuatkan kuitansi dengan
ditulis salinan resep dibelakang kuitansi.
7) Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali oleh petugas
yang berbeda meliputi nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah
dan etiketnya. Juga dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep
aslinya serta kebenaran kuitansi.
8) Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep. Pada saat
obat diserahkan kepada pasien, apoteker memberikan informasi tentang
cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien.
Pemberian layanan informasi obat ini dicatat dalam buku Layanan
Informasi Obat Untuk Pasien dengan Resep Dokter yang terdiri dari
identitas pasien, informasi yang diberikan oleh dokter dan informasi yang
diberikan apoteker. Format Layanan Informasi Obat Untuk Pasien
dengan Resep Dokter dapat dilihat pada lampiran 11.
9) Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep
serta disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.Pada setiap tahapannya,
petugas apotek wajib membubuhkan paraf atas apa saja yang dikerjakan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sesuai kesepakatan bersama. Alur penjualan resep kredit dapat dilihat pada
lampiran 10.
c. Penjualan bebas
Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan perbekalan
farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC
(Over The Counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas, obat herbal,
vitamin dan suplemen, kosmetika, alat kesehatan, perawatan tubuh,
perawatan bayi, makanan dan minuman kesehatan serta produk susu.
Penjualan ini dikenal sebagai pelayanan HV (Hand Verkoop). Konsumen
dapat memilih dan mengambil sendiri produk yang diperlukannya. Konsumen
juga dapat meminta bantuan petugas penjualan bebas jika tidak menemukan
produk yang diperlukan. Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Pasien (konsumen) mengajukan barang yang akan dibeli tanpa resep
dokter.
2) Petugas melayani permintaan barang dari pasien dan langsung
menginformasikan harga.
3) Setelah harga disetujui, pasien langsung membayar ke kasir.
4) Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat bukti penyerahan
struk penjualan bebas.
5) Barang beserta bukti pembayaran struk pembayaran obat bebas
diserahkan kepada pasien.
6) Bukti penjualan obat bebas dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan
nomor
Alur penjualan bebas dapat dilihat pada lampiran 17.
d. Penjualan Obat Wajib Apotek melalui UPDS (Upaya Pengobatan Diri
Sendiri)
Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras tertentu yang dapat diserahkan
apoteker kepada pasien di apotek tanpa resep dokter sesuai dengan peraturan
yang ditetapkan pemerintah. Di Apotek Kimia Farma No. 48, pasien yang
membeli Obat Wajib Apotek dipisahkan dalam jenis layanan UPDS (Upaya
Universitas Indonesia
Pengobatan Diri Sendiri). Prosedur pelayanan OWA Apotek Kimia Farma No.
48 adalah sebagai berikut:
1) Pasien menyebutkan obat yang diinginkan.
2) Asisten apoteker memeriksa apakah obat yang diminta pasien termasuk
dalam daftar OWA atau tidak.
3) Bila obat termasuk dalam daftar OWA maka asisten apoteker akan
mencatat nama, alamat atau nomor telepon pasien pada formulir
permintaan OWA. Kasir akan memberi harga dan pasien membayar
harga obat di kasir, kemudian asisten apoteker akan menyiapkan dan
mengemas obat.
4) Setelah obat disiapkan, apoteker menyerahkan obat disertai pemberian
informasi tentang obat tersebut.
5) Formulir permintaan OWA dikumpulkan dan digabung dengan arsip
resep tunai setelah dicatat dalam buku khusus.
Alur penjualan obat wajib apotek melalui UPDS dapat dilihat pada lampiran 18
dan format layanan informasi obat untuk pasien swamedikasi dapat dilihat pada
lampiran 19.
4.3.5. Pengendalian
Dalam hal pengendalian barang, apotek menyediakan kartu stok untuk
masing-masing obat. Setiap penerimaan dan pengeluaran barang selain
dimasukkan dalam sistem data komputer, juga ditulis dalam kartu stok masing-
masing obat. Dari dua data tersebut dapat dicek kecepatan perputaran barang dan
jika ada barang yang hilang. Pada setiap kotak penyimpanan obat juga diberikan
penandaan dalam bentuk stiker berwarna untuk mengetahui waktu kadaluarsa obat
dan dilakukan stock opname setiap tiga bulan sekali dengan cara menghitung
jumlah fisik obat untuk masing-masing item kemudian dicek kesesuaiannya
dengan data yang ada. Hal ini dilakukan untuk mengontrol stok obat serta
pengawasan terhadap kualitas, kehilangan barang, barang kadaluarsa, barang fast
moving atau slow moving, demikian juga barang yang tidak laku.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Pelaporan narkotika
Laporan pemakaian narkotika di Apotek KimiaFarma No. 48 Matraman
dilakukan setiap bulan, selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
Laporan dibuat rangkap empat dan ditandatangani oleh APA dengan
mencantumkan nama jelas, SIK, SIA, alamat apotek dan stempel apotek,
kemudian dikirimkan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Madya
Jakarta Timur dengan tembusan kepada:
1) Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DKI Jakarta.
2) Penanggung Jawab Obat Narkotika PT. Kimia Farma (Persero), Tbk.
3) Arsip Apotek
Format Laporan Penggunaan Narkotika dapat dilihat pada lampiran 22.
f. Pemusnahan narkotika
Pemusnahan narkotika dan psikotropika dilakukan atas izin direksi kemudian
mengajukan surat permohonan tentang pemusnahan narkotika kepada Badan
POM. Setelah ijin keluar, maka dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari
seorang apoteker, asisten apoteker dan petugas dari Badan POM. Kemudian
tanggal pemusnahan tersebut ditentukan dan dibuat berita acara yang
memuat:
1) Nama jelas, sifat dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
2) Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan
pemusnahan.
3) Nama apoteker pengelola apotek
4) Nama saksi dari pemerintah dan dari apotek (masing-masing 1 orang)
5) Cara pemusnahan
6) Tanda tangan dan identitas apotek pengelola apotek dan saksi-saksi
Selanjutnya berita acara ini dikirim kepada:
1) Badan POM RI di Jl. Percetakan Negara no. 23 Jakarta
2) Balai Besar POM DKI Jakarta Jl. Kesehatan No. 10 Jakarta
3) Kantor Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta Jl. Kesehatan no. 10
Jakarta
4) Kantor Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur
Universitas Indonesia
5) Penanggung jawab narkotika PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Jl. Budi
Utomo no.1 Jakarta
6) Arsip Apotek
Acara pemusnahan disaksikan oleh:
1) Satu saksi dari Badan POM Jakarta
2) Apoteker pengelola apotek setempat
3) Asisten apoteker setempat 1 orang
Berita acara pemusnahan narkotika dapat dilihat pada lampiran 23.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Administrasi Resep
Administrasi ini berupa pencatatan data pasien, pembuatan kuitansi dan
salinan resep.
b. Administrasi Non Resep
1) Administrasi keuangan
Secara berkala Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman mempunyai
kewajiban untuk melaporkan :
2) Bukti Setoran Kas (BSK)
Dibuat oleh kasir sebagai tanda terima dari APA atas hasil penjualan
tunai pada tiap shift dan bukti setoran kas ini divalidasi dan dicetak oleh
APA.
3) Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)
Laporan ini dibuat pada akhir transaksi hari berjalan untuk pembayaran
tunai. Laporan ini memberikan informasi jumlah penjualan OTC, UPDS, HV,
debet dan tunai. Laporan ini dibuat dan divalidasi oleh APA. Khusus untuk
laporan konsinyasi dibuat terpisah dan dicetak per supplier serta direkap
tiap bulan.
4) Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil (LRPDKK)
Laporan ini merupakan laporan mengenai penggunaan kas kecil (petty
cash) untuk keperluan operasional apotek, misalnya untuk pembayaran
listrik, air, bensin, keamanan dan lain-lain. Laporan ini dibuat oleh
bagian administrasi yang ditunjuk dan diketahui oleh APA, biasanya
laporan ini divalidasi tiap 2 minggu.
5) Administrasi barang
Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen pembelian
(faktur pembelian), defekta, Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA),
Surat Pesanan (terutama narkotika dan psikotropika), kartu stok, laporan
stock opname dan lain-lain.
6) Administrasi SDM
Kegiatannya meliputi tata tertib pegawai, pengaturan jadwal kerja,
absensi, lembur pegawai, perhitungan hari kerja, cuti dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman terletak di lokasi yang strategis dan
mudah diakses karena terletak di tepi jalan besar yang memiliki dua arah, cukup
ramai, banyak dilalui oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dan
terletak dekat dengan jembatan penyebrangan sehingga dapat dijangkau oleh
pejalan kaki dari kedua arah jalan. Lokasi Apotek Kima Farma ini diperjelas
dalam keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/Menkes/SK/2004 tentang
sarana dan prasarana menurut standar pelayanan kefarmasian di apotek, dalam
keputusan menteri ini disebutkan bahwa apotek berlokasi pada daerah yang
mudah dikenal dan dapat dengan mudah diakses oleh masyarakat.
Lay out apotek terdiri atas dua lantai yang dilengkapi dengan tempat parker
yang dapat memuat kurang lebih 8 mobil dan 10 motor. Lantai I merupakan
apotek sebagai sarana farmasi dan lantai II merupakan Kantor unit BM Jaya II.
Lay out apotek terdiri dari pelayanan depan dan belakang. Pelayanan depan
terdapat swalayan farmasi dan non farmasi, optik beserta dokter mata, ATM, dan
ruang tunggu. Pelayanan belakang merupakan tempat praktek dokter bersama
yaitu dokter umum, dokter anak, dokter gigi, dan dokter kecantikan serta sarana
lainnya seperti mushalla dan toilet. Pelayaan di bilik racik apotek terdapat ruangan
persediaan obat, ruang peracikan, dan ruang penyerahan obat. Bagian pelayanan
depan dengan mudah dilihat oleh konsumen yang datang, swalayan farmasi dan
non farmasi dengan mudah dilihat. Tata letak yang berbentuk mirip huruf L ini
disusun sedemikian rupa berdasarkan kategori tertentu seperti body care, personal
care, alat kesehatan serta makanan ringan. Penyusunan barang menurut kategori
ini dimaksudkan untuk memudahkan konsumen dalam mencari dan memilih
barang yang diperlukan atau yang akan dibeli.
Swalayan farmasi berisi obat-obat golongan OTC, suplemen, vitamin, susu,
serta gula rendah kalori. Namun, beberapa produk ini tidak diberi label harga,
sehingga agak menyulitkan konsumen untuk mengetahui harga barang-barang
tersebut. Selain itu, kehilangan barang yang diletakkan di gondola swalayan kerap
kali terjadi.
64 Universitas Indonesia
Apotek Kimia Farma No. 48 tidak hanya melayani penjualan obat OTC
tetapi juga melayani pelayanan resep. Pasien yang ingin menebus resep obat dapat
menyerahkan resepnya pada kasir, kemudian kasir akan melakukan pengecekan
ketersediaan obat dan harga obat-obat tersebut. Apabila pasien setuju dengan
jumlah harga yang diinformasikan oleh kasir maka penyiapan obat baru akan
dilakukan. Bagian ini tampak jelas dan mudah terlihat karena diberi penanda
Pelayanan Resep di bagian atasnya. Sudut lain dari meja kasir yang berbentuk
seperti huruf L terdapat meja khusus yang digunakan apoteker untuk melayani
konseling obat kepada pasien. Namun, adanya keterbatasan sumber daya manusia
maka pelayanan konseling di Apotek Kimia Farma no. 48 saat ini belum
terlaksana karena baru memiliki dua orang apoteker pendamping yang bekerja
shift, yaitu pagi dan malam secara bergantian jadwal. Sehingga pasien tidak dapat
berkonsultasi kepada apoteker setiap saat.
Pada bagian dalam kasir, terdapat lemari penyimpanan obat. Obat-obatan
yang disimpan dalam lemari ini disusun berdasarkan kelas terapi yang kemudian
diberi label yang berbeda ditandai dengan perbedaan warna dari tiap kelas terapi,
kemudian obat-obat yang berada dalam kelas terapi yang sama diurutkan secara
alfabetis dan berdasarkan kekuatan obat tersebut. Hal ini juga dimaksudkan agar
apoteker maupun asisten apoteker yang melakukan pelayanan resep dapat dengan
mudah mencari dan mengambil obat-obat yang dibeli oleh pasien, sehingga dapat
lebih mengefisienkan waktu pelayanan. Obat golongan psikotropik disimpan di
lemari khusus yang selalu terkunci. Obat golongan ini hanya dapat ditebus oleh
pasien yang memiliki resep. Obat golongan narkotika juga disimpan dalam lemari
khusus dengan pintu ganda yang selalu terkunci. Obat golongan ini hanya dapat
ditebus oleh pasien yang membawa resep asli. Transaksi pembelian dan
penyerahan obat golongan narkotika dan psikotropika terdokumentasi dengan baik
dan dilaporkan secara berkala ke kantor pusat Kimia Farma Apotek dan
pemerintah bagian terkait yakni Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota tebusan
kepada Dinas kesehatan Propinsi tebusan kepada Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM).
Penandaan obat-obat yang tersedia di Apotek Kimia Farma juga meliputi
tahun kadaluarsa obat. Penandaan ini dilakukan dengan penempelan stiker yang
Universitas Indonesia
memiliki warna tertentu untuk menunjukkan tahun daluarsa obat. Warna yang
digunakan oleh seluruh Apotek Kimia Farma adalah sama, yaitu warna jingga
untuk tahun daluarsa 2013, hijau untuk tahun daluarsa 2014, kuning untuk tahun
daluarsa 2015, dan krem untuk tahun daluarsa 2016. Penandaan ini dimaksudkan
untuk menjamin bahwa obat yang diserahkan kepada pasien memenuhi
persyaratan. Selain itu, untuk menjaga kepercayaan konsumen dan meyakinkan
konsumen petugas apotek kerap kali memperlihatkan dan menyebutkan tahun
daluarsa obat yang tercantum pada kemasan obat. Hal ini membuat pasien yakin
akan kualitas obat yang diberikan oleh Apotek Kimia Farma.
Tempat peracikan terletak di bagian samping tempat penyimpanan obat.
Ruangan peracikan obat dilengkapi dengan rak-rak yang digunakan untuk
menyimpan obat, timbangan, blender, lumpang dan alu, bahan baku, dan alat-alat
lainnya yang diguakan untuk meracik. Wastafel terletak di sudut ruangan
digunakan untuk mencuci peralatan meracik yang telah digunakan.
Proses administrasi di Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman dilakukan
secara komputerisasi untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan
apotek. Sistem ini juga membantu apotek untuk mencegah maupun mengatasi
masalah yang mungkin baru diketahui setelah obat diserahkan ke pasien dimana
sistem komputer pada kasir mengharuskan petugas memasukkan alamat dan
nomor telepon pasien yang dapat dihubungi sebelum melakukan pencetakan struk
pembayaran. Walaupun telah diterapkan dalam sistem komputerisasi namun untuk
informasi jumlah persediaan obat masih dilakukan secara manual, sehingga saat
melayani resep petugas apotek harus melihat stok obat yang tersedia terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan untuk mencegah atau mengantisipasi kesalahan pada
sistem komputerisasi dan sebagai bahan pengecekan stok obat.
Tata ruang dan bangunan Apotek Kimia Farma No. 48 ini sudah sesuai
dengan KepMenKes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002, dimana bangunan apotek
terdiri dari ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang
penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian obat
dan toilet yang dilengkapi dengan sumber air yang memenuhi syarat kesehatan,
penerangan yang baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi
syarat higienis. Apotek Kimia Farma No. 48 juga memiliki papan nama yang
Universitas Indonesia
memuat nama apotek, nama APA (Apoteker Pengelola Apotek), nomor SIA,
alamat dan nomor telepon apotek.
Selain bangunan yang memenuhi syarat, apotek Kimia Farma No. 48 juga
memiliki perlengkapan antara lain alat pengolahan dan peracikan seperti
timbangan, mortar, gelas ukur, perlengkapan penyimpanan perbekalan farmasi
seperti lemari obat dan lemri pendingin, tempat penyimpanan khusus narkotika
dan psikotropika, buku standar yang berhubugan dengan apotek seperti ISO,
MIMS, dan DPHO serta alat administrasi seperti blanko pesanan obat, faktur,
kuitansi, dan salinan resep. Tempat penyiapan obat terletak di bagian belakang
counter penerimaan resep dan penyerahan obat. Dalam ruangan ini terdapat rak-
rak kayu yang di dalamnya terdapat obat-obat yang disusun menurut abjad dan
dikelompokkan menurut bentuk sediaan serta kelompok subterapinya. Untuk obat
antibiotik dan obat psikotropik diletakkan di rak terpisah dengan obat yang lain
sedangkan untuk obat narkotik diletakkan di lemari khusus sesuai dengan
persyaratan yang dipasang pada dinding, terdapat pula lemari pendingin untuk
menyimpan obat obat seperti suppositoria, ovula dan insulin serta terdapat meja
untuk menulis etiket dan aktivitas penyiapan obat lain sebelum diserahkan kepada
pasien. Di bagian atas meja ini terdapat rak untuk meletakkan buku defekta,
blanko bon permintaan barang apotek, salinan resep, kuitansi, tanda terima obat,
permintaan DOWA sedangkan rak bagian bawah digunakan untuk meletakkan
buku-buku seperti ISO, MIMS dan DPHO.
Perencanaan pengadaan barang di apotek ini dilakukan berdasarkan buku
defekta dari bagian pelayanan resep dan penjualan OTC atau swalayan farmasi.
Perencanaan ini dilakukan setiap sabtu dengan mencatatnya di buku defekta dan
menuliskannya kembali pada Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). BPBA ini
dikirim secara online ke bagian gudang paling lambat hari Senin pukul 09.00 pagi.
Barang akan di dropping ke apotek dari gudang pada hari senin sore atau selasa
pagi. Setelah barang datang di apotek, petugas akan mencocokkan barang dengan
dropingannya, jika sudah sesuai selanjutnya barang akan dimasukkan ke tempat
masing-masing dan dicatat pada kartu stok masing-masing, namun untuk barang-
barang swalayan dan OTC barang yang masuk tidak ditulis di kartu stok. Bagi
barang-barang yang terlupa untuk dipesan atau habis sebelum pemesanan senin
Universitas Indonesia
selanjutnya maka BPBA dapat dikirim kembali pada hari selasa dan kamis.
Pengawasan persediaan obat atau barang dilakukan dengan mencatat barang atau
obat yang disimpan dan masuk pada kartu stok. Setiap kotak penyimpanan obat atau
barang dilengkapi dengan kartu stok yang berisi tanggal disimpan atau diambil,
no. dokumen, jumlah yang disimpan atau diambil, jumlah sisa obat atau barang, paraf,
tanggal kadaluarsa obat atau barang, dan no.batch obat atau barang. Pencatatan
barang masuk dan barang keuar (dibeli oleh pasien) dilakukan pada kartu stok.
Pengeluaran barang dilakukan dengan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First Expired First Out).
Pelayanan resep di Apotek Kimia Farma No.48 terdiri dari pelayanan
penjualan bebas, resep dokter, resep tunai, resep kredit, dan swamedikasi yang
dikenal sebagai Upaya Penyembuhan Diri Sendiri (UPDS). Pada pelayanan resep
kredit, untuk pembelian dan pembayarannya berdasarkan kerjasama serta
perjanjian yang disetujui antara apotek dengan instansi atau perusahaan tertentu.
Pada Apotek Kimia Farma No. 48, pelayanan resep kredit hampir sama
banyaknya dengan pelayanan resep tunai. Pada dasarnya, banyaknya resep kredit
menunjukkan suatu apotek cukup baik dalam mengembangkan usahanya, akan
tetapi semakin meningkatnya resep kredit yang diterima oleh apotek, maka
semakin besar modal apotek yang tertahan dalam bentuk piutang, namun karena
diimbangi dengan pelayanan resep tunai yang banyak maka hal tersebut tidak
menjadi masalah. Alur resep yang datang di Apotek Kimia Farma No. 48
Matraman yaitu resep yang dibawa oleh pasien diterima asisten apoteker atau
apoteker, kemudian resep di skrinning untuk melihat persyaratan administrasi
berupa nama dokter, alamat praktek dokter, paraf dokter, nama pasien, umur, obat
yang diminta, signa dan lain-lain, kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk
sediaan, dosis, potensi dan lain-lain, dan pertimbangan klinis yang meliputi
interaksi, alergi, efek samping dan lain-lain. Setelah dinyatakan resep sah dan
lengkap, selanjutnya dilakukan pengecekan terhadap persediaan obat dan dihargai,
kemudian asisten apoteker atau apoteker menanyakan kepada pasien terkait harga
yang harus dibayar jika pasien telah setuju, maka obat langsung disiapkan. Guna
memperkecil kesalahan dalam pelayanan resep maka dilakukan proses
pemeriksaan obat sebelum diserahkan ke pasien. Pengecekan ini dilakukan lebih
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang telah dilakukan di
Apotek Kimia Farma No. 48 Matraman dapat disimpulkan:
Apoteker sebagai pengelola apotek memiliki peran, tugas, fungsi dan tanggung
jawab yang sangat penting dalam pengelolaan segala aspek di apotek.
a. Pelayanan di Apotek Kimia Farma mengacu kepada konsep Pharmaceutical
Care melalui penerapan Standar Operating Procedure (SOP) untuk setiap
aspek pelayanan.
b. Apotek Kimia Farma menerapkan konsep swalayan farmasi dalam penjualan
obat bebas (OTC) dimana perbekalan farmasi disusun berdasarkan
farmakologi, bentuk sediaan dan alfabetis.
c. Keterampilan berkomunikasi dilatih dengan berani memberikan informasi,
edukasi, dan konseling mengenai penyakit dan obat kepada pasien.
d. Dalam Melakukan pelayanan swamedikasi pencatatan mengenai data dan
keluhan pasien dan obat yang dapat diberikan kepada pasien adalah obat
bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek.
6.2. Saran
a. Perlu disiplin dan tindakan tegas dalam penulisan stok barang di kartu stok,
sehingga tidak terjadi kekurangan obat atau kehilangan obat.
b. Perlu ditingkatkan sistem informasi di komputer dalam hal stok barang,
sehingga pada saat pembeli datang tidak perlu dilakukan pengecekan ulang.
c. Perlu ditingkatkan pengawasan keamanan dari swalayan farmasi agar risiko
pencurian dapat dihindari.
d. Perlu adanya data harga-harga produk farmasi maupun non-farmasi dalam
bentuk buku (tidak tersimpan dalam komputer) atau label pada produk untuk
memudahkan pelayanan bagi pasien dan mengefisiensikan waktu pelayanan.
Berdasarkan pengamatan, sebagian besar pasien selalu menanyakan harga
produk tersebut sebelum membeli sedangkan daftar harga produk tersebut
70 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. (1977). Surat Edaran Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 336/E/SE/77 Tentang
Salinan Resep Narkotika. Jakarta.
Kimia Farma Trading and Distribution. (2011). Tentang Kimia Farma Trading
and Distribution. Mei 13, 2013. http://www.kftd.biz.
Kimia Farma. (2012). Laporan Tahunan (Annual Report) 2012. Mei 13, 2013.
http://www.kimiafarma.co.id/.
72 Universitas Indonesia
Tim PKPA PT. Kimia Farma Apotek. (2012). Panduan dan Materi Praktek Kerja
Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma. Jakarta: PT. Kimia Farma
Apotek.
Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis Cetakan ke-4. Jakarta: Wira Putra
Kencana.
World Health Organization. (1998). The Role of The Pharmacist In Self-Care and
Self-Medication. Report of the 4th WHO Consultative Group on the Role
of The Pharmacist, Hague, Netherlands.
Universitas Indonesia
Direktur Utama
President Director
Divisi Supply Divisi Pengembangan Divisi Human Divisi Sekretaris Divisi Satuan
Chain Bisnis Strategis Capital Perusahaan Pengawas Internal
Division of Division of Strategic Division of Human Division of Division of Internal
Supply Chain Business Development Capital Corporate Secretary Control
Principle &
Merchandise
PT KFD Bisnis
Manager
KF Klinik
KF Optik
Bisnis Manajer
Manajer Apote
Supervisor Supervisor K
Pengadaan dan Aku
Pembelian Pe
Gudang Pengel
Pem
Pengel
Pen
Dag
Pe
Pengel
Pengel
Laporan praktek., Fienda Triani, FF, 2013
Lampiran 4. Struktur Organisasi Kimia Farma Trading and Distribution
MANAGING DIRECTOR
LEGAL
MANAGER APOTEK
PELAYANAN
APOT
PENDA
SUPERVISOR
4) BPBA
B
Gudan
Dropping
D
Defecta
Apotek KF no. 48
3)
1) BPBA Dropping
Pembeli
2) Apote
Apotek KF lainnya
SP Narkotika Faktur
Penerimaan Resep
Resep Tunai Re
Penyiapan Obat
Pemberian Etiket
Input data ke
Pembelian barang
komputer dan
oleh konsumen
periksa Harga
Persetujuan Harga
Barang
Disetujui
diserahkan
Pembelian barang
oleh konsumen
Pencatatan D
Permintaan OWA
Pasien dan Pe
oleh Pasien
Harga
Persetujuan H
Penyiapan O
Pemberian Penyerahan
Informasi Obat oleh Apote
PENILAIAN KELAYAKAN
LOKASI APOTEK KIMIA FARMA NO
DI JL. MATRAMAN RAYA NO. 55 JAKA
BERDASARKAN ASPEK INTERNAL DAN EK
ANGKATAN LXXVI
DAFTAR ISI
1.2. Tujuan
Tujuan dari tugas khusus ini adalah menilai kelay
Farma no. 48 di lokasi saat ini.
2) Rumah Sakit
Ra
No. Nama Rumah Sakit
1. RS. Premiere
2. RS. UKI
3. RS. Persahabatan
4. RS. PGI Cikini
5. RS. St. Carolus
6. RS. Cipto Mangunkusumo
7. RSPAD Gatot Subroto
8. RS. Islam Jakarta
9. RS. Omni Medical Center
10. RS. Evasari
11. RS. Hermina Jatinegara
12. RS. Tebet
Laporan praktek., Fienda Triani, FF, 2013
Alamat
Letak Outlet
6. Kapasitas ** ** ** *
parkir
7. Rintangan fisik
menuju lokasi
8. Persaingan di
sekitar area
9. Kepadatan lalu
lintas
4. Kecepatan ** **
Pelayanan
5. Keramahan ** **
pelayanan
6. Pelayanan * ** ** **
Informasi Obat
5.1 Kesimpulan
Lokasi Apotek Kimia Farma No. 48 saat ini yaitu di Jl. Matram
Jakarta Timur sudah layak dan tidak perlu dilakukan adanya relokasi
memiliki daya saing yang cukup tinggi dalam hal lokasi, kemudahan
keberadaan fasilitas internal, kelengkapan barang, keramahan dan kec
pelayanan, serta harga obat-obat yang dijual di Apotek Kimia Farma m
dengan apotek-apotek di sekitarnya.
5.2 Saran
1. Untuk memberi nilai tambah kepada Apotek Kimia Farma sebaik
konseling obat dijalankan dan disediakan tempat khusus untuk me
pelayanan tersebut.
2. Sebaiknya pegawai di Apotek Kimia Farma tetap memberikan
walaupun yang dibeli pelanggan berupa vitamin.
Subagyo, A. Laporan
(2007). Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta
praktek., Fienda Triani, FF, 2013
Komputiondo.