File
File
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
ii Universitas Indonesia
HALAMAN PENGESAHAN
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan ini. Penulisan laporan ini dilakukan
dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ibu Selvyana C. Palit, S.Si., Apt., selaku manager operasional PT. Millenia Dharma
Insani dan pembimbing PKPA yang telah membimbing dan memberikan bantuan
kepada penulis selama PKPA berlangsung.
(2) Bapak Dr. Harmita, Apt, selaku pembimbing dan ketua Program Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada
penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Apotek Mitrasana
Kelapa Gading
(3) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS., sebagai Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia
(4) Bapak Sie Djohan selaku Director of Corporate Business Development &
Management System PT. Kalbe Farma, Tbk. yang telah bersedia memberikan
kesempatan untuk melaksanakan praktek kerja profesi apoteker di apotek Mitrasana.
(5) Seluruh staf PT Millenia Dharma Insani dan outlet Mitrasana Kelapa Gading atas
segala ilmu pengetahuan, bantuan dan masukan selama ini
(6) Keluarga tercinta, Papa, Mama, Mas Agung dan Mutia atas kesabaran, kasih sayang,
dukungan material dan moral, perhatian dan doanya yang luar biasa untuk
menyelesaikan pendidikan di farmasi dengan sebaik mungkin
(7) Rekan-rekan mahasiswa apoteker angkatan 76 yang telah berjuang bersama dalam
menyelesaikan studi di program profesi apoteker di Universitas Indonesia
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi semua yang memerlukannya.
Penulis
2013
iv Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Mitrasana Kelapa Gading Periode 1
April- 4 Mei 2013
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 15 Juni 2013
v Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 2
1.2 Tujuan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Mitrasana yang
diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bertujuan untuk:
1.2.1 Memahami tugas dan fungsi apoteker pengelola apotek (APA) di apotek.
1.2.2 Memahami kegiatan di apotek baik secara teknis kefarmasian maupun non
teknis kefarmasian.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3 Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
6. Buku standar yang diwajibkan antara lain Farmakope Indonesia edisi terbaru.
2.5 Tenaga Kerja Apotek
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.889/MENKES/PER/V/2011, tenaga kefarmasian adalah tenaga yang
melakukan pekerjaan kefarmasian yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker
dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga teknis kefarmasian
adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga
kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda
registrasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Apoteker adalah tenaga profesi yang memiliki dasar pendidikan serta
keterampilan di bidang farmasi dan diberi wewenang serta tanggung jawab untuk
melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian,
Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/atau Tenaga teknis
kefarmasian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009b). Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/2002
terdapat beberapa definisi diantaranya:
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah memiliki Surat
Izin Apotek.
b. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping
APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
c. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker
yang berada di bawah pengawasan apoteker.
Selain itu, terdapat tenaga lainnya yang dapat mendukung kegiatan di
apotek yaitu (Umar, 2011):
a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan asisten apoteker.
b. Kasir adalah orang yang bertugas menerima uang, mencatat penerimaan, dan
pengeluaran uang.
Universitas Indonesia
8
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
13
ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau dengan cara lain
yang ditetapkan oleh Badan POM.
e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib
berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih
tepat.
f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat.
g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada
dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep
tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau
membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep.
h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker.
i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka
waktu 3 tahun.
j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan
yang berlaku.
k. Apoteker diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai
Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) tanpa resep.
2.8.1 Pelayanan Resep (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004)
2.8.1.1 Skrining Resep
Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi:
a. Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi: nama dokter, nomor SIP,
alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter penulis
resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, berat
badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian
yang jelas dan informasi lainnya.
b. Memeriksa kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis,
inkompatibilitas, stabilitas, cara dan lama pemberian.
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster,
penyuluhan dan lain-lain (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
2.8.4 . Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat
melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lanjut usia (lansia) dan pasien dengan pengobatan penyakit
kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan berupa catatan
pengobatan (medication record) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2004).
2.9 Penggolongan Obat
Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai Tanda untuk
membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar
pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu :
a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2380/A/SK/VI/83
tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas.
c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2396/A/SK/VIII/86
tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek.
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika.
Berdasarkan keamanannya, maka obat dapat dibagi menjadi beberapa
golongan yaitu (Umar, 2011; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1997):
2.9.1 Obat Bebas (Golongan B)
Obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter dikenal
sebagai obat bebas. Tanda obat ini berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan
garis tepi hitam. Contoh : Parasetamol, Panadol
Universitas Indonesia
19
Universitas Indonesia
20
Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter
dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya boleh
diulang. Obat-obat golongan ini antara lain antibiotika, obat jantung, hormon,
obat diabetes, beberapa obat ulkus lambung, dan semua obat suntik. Salah satu
obat keras yaitu psikotropika. Menurut UU No.5 Tahun 1997 definisi psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
Universitas Indonesia
21
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Penggolongan dari psikotropika adalah (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 1997):
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, dan metilendioksi metilamfetamin
(MDMA).
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, dan fensiklidin.
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
amobarbital, pentabarbital, dan siklobarbital.
d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam.
2.9.4 Narkotika
Pengertian narkotika menurut UU No. 35 Tahun 2009 adalah zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009c). Obat
narkotika ditandai dengan simbol palang medali atau palang swastika.
c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan
pemusnahan.
d. Cara pemusnahan
Berita Acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada Dinas Kesehatan Kota
setempat dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala Balai Besar
POM setempat, dan untuk arsip apotek. Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai
penyimpanan dan pelaporan narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh
Menteri Kesehatan yang berupa teguran, peringatan, denda administratif,
penghentian sementara kegiatan atau pencabutan izin.
2.12 Pengelolaan Psikotropika
Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang berhubungan
dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan
pengaturan psikotropika yaitu:
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan
dan ilmu pengetahuan.
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.
Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi (Departemen
Kesehatan, 1997):
2.12.1 Pemesanan Psikotropika
Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP), dimana satu SP bisa
digunakan untuk beberapa jenis obat psikotropika. Penyerahan psikotropika oleh
apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas,
balai pengobatan, dokter dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan
adalah dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA dilengkapi
dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan dibuat
rangkap 2, serta satu SP untuk beberapa jenis obat psikotropika.
2.12.2 Penyimpanan Psikotropika
Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan karena kecenderungan
penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk obat golongan psikotropika
diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus.
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
28
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS APOTEK MITRASANA
30 Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
33
4. Inovasi.
5. Lincah.
6. Integritas.
3.2.6 Struktur organisasi perseroan
Bagan struktur organisasi perseroan dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.2.7 Struktur organisasi grup kalbe
Bagan struktur organisasi Grup Kalbe dapat dilihat pada Lampiran 2.
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
Universitas Indonesia
36
1. Layanan kesehatan yang bermutu dengan harga yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat.
2. Layanan kesehatan yang ramah dan penuh perhatian.
3. Lokasi gerai yang dekat dengan perumahan dan perindustrian.
4. Saluran distribusi produk kesehatan (obat, alat kesehatan, dsb.) dan makanan
kesehatan langsung kepada konsumen.
3.4.4 Moto
Solusi sehat yang nyaman dan terjangkau bagi Anda dan keluarga.
3.4.5 Core Value (Nilai Inti)
Nilai inti yang dijunjung oleh Mitrasana adalah Panca Sradha, yaitu:
3.4.5.1 Trust (Kepercayaan)
Kepercayaan adalah perekat hidup kami. Trust mencakup:
1. Menghargai orang lain dan memperlakukan mereka seperti kita ingin
diperlakukan.
2. Mempercayai bahwa setiap orang punya potensi dan percaya bahwa setiap
orang mampu menggunakan potensinya semaksimal mungkin.
3. Menjunjung tinggi keterbukaan dan kejujuran.
3.4.5.2 Mindfulness (Kesadaran)
Kesadaran adalah dasar dari setiap tindakan kami. Mindfulness mencakup:
1. Peka dan peduli terhadap harapan seluruh pemangku kepentingan.
2. Peka dan peduli terhadap masyarakat dan lingkungan.
3. Menjunjung tinggi nilai-nilai perusahaan dalam bertindak dan mengambil
keputusan
3.4.5.3 Innovation (Inovasi)
Inovasi merupakan kunci keberhasilan kami. Innovation mencakup:
1. Menghargai semangat kewirausahaan dengan menjadi pelopor yang inovatif.
2. Tekat untuk meningkatkan kualitas hidup melalui inovasi berdasarkan
kebutuhan pelanggan dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi.
3. Senantiasa menerapkan cara-cara baru dalam berbisnis untuk memenangkan
persaingan.
Universitas Indonesia
37
3. Kualitas dan kelengkapan produk, mulai dari obat OTC, ethical, hingga alat
kesehatan.
4. One Stop Services, yaitu pelayanan dalam satu atap meliputi: layanan apotek,
dokter, laboratorium, dan healthmart.
5. Pelayanan dokter keluarga, diwujudkan melalui pelayanan homecare,
homevisit, dan follow up pasien setelah tiga hari berobat di Mitrasana dengan
tujuan menuntaskan terapi pasien dan tidak lanjut jika terjadi keluhan lain.
3.4.7 Operasional Mitrasana
Operasional Mitrasana bertanggung jawab atas pengelolaan seluruh kegiatan
operasional di gerai. Sejak tahun 2009 Mitrasana telah memiliki Standard
Operational Procedure (SOP) agar seluruh kegiatan operasional Mitrasana
terlaksana sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan oleh departemen
operasional Mitrasana.
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Merchandising
Pengadaan barang di outlet-outlet mitrasana dilakukan oleh bagian
merchandising. Bagian merchandising ini menangani pembelian barang dagang,
barang klinik dan barang laboratorium yang dibutuhkan pada masing-masing
outlet. Pemenuhan barang di Mitrasana dilakukan melalui beberapa cara yaitu
replenishment, order cito/urgent dan order non reguler. Prinsip dasar
replenishment adalah barang yang di-replenish ke outlet adalah barang yang
termasuk alokasi awal outlet dan alokasi tambahan. Jumlah yang di replenish
sesuai jumlah yang terjual dalam kurun waktu tertentu (1 minggu) dan
disesuaikan dengan minimal stock yang harus ada (dipilih yang terbesar).
Langkah-langkah replenishment yaitu :
a. Pengambilan data dari inventory level masing-masing outlet
b. List item yang di replenish ke outlet diberikan ke departemen logistik
c. Barang yang tidak ada stok (tidak di buffer stock di logistik) akan dibuatkan
purchase order oleh merchandiser
d. Barang yang dikirimkan dari supplier akan memenuhi sisa item yang
diperlukan untuk replenishment
Untuk pemesanan dengan menggunakan order cito/urgent dan order non
reguler dilakukan oleh outlet induk itu sendiri. Order cito/urgent dapat dipesan
setiap hari kerja dan jam kerja. Order cito/urgent hanya dibuat dalam kondisi:
a. Pesanan customer dan customer dipastikan tidak membatalkan pesanan
b. Sedapat mungkin customer memberikan DP (down payment) atau memberikan
PO (purchase order) tertulis
c. Selalu diperhatikan bahwa harga jual sudah diinformasikan ke customer.
Sedangkan order non reguler dibuat dengan mempertimbangkan pengiriman
barang berdasarkan replenishment. Order non reguler dibuat berdasarkan
perkiraan outlet untuk menambah jumlah barang di luar perhitungan
replenishment.
39 Universitas Indonesia
40
4.2 Logistik
Bagian logistik bertugas untuk menyimpan dan mengalokasikan barang
yang dibutuhkan ke outlet. Pendistribusian barang dari logistik sudah tertera di
jadwal pengiriman untuk masing-masing outlet. Jadwal pengiriman logistik dapat
berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Logistik hanya akan menginformasikan pengiriman yang tertunda khusus
untuk permintaan cito yang dikonfirmasikan oleh outlet. Serah terima barang dari
logistik ke outlet maupun dari outlet ke logistik perlu memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut:
a. Dokumen serah terima:
- Pengirim
- Penerima
b. Barang :
- Nama barang dan jenis barang
- Satuan hitung
- Jumlah/ quantity
- Kondisi barang
- ED (Expired Date) barang
Universitas Indonesia
41
samping sebagai counter untuk penerimaan resep; kasir; penyerahan obat; ruang
tunggu pasien, ruang praktek dokter, dan ruang penyimpanan dan peracikan obat.
Pada ruang display produk terdapat gondola-gondola (rak) sebagai tempat
produk obat diletakkan dengan penyajian menyerupai minimarket. Ruang
samping sebagai counter diberi papan dengan tulisan timbul yang memberi
petunjuk kepada pasien untuk mengenali tempat penerimaan resep, kasir, dan
pengambilan obat. Di counter terdapat lemari etalase dari dengan tinggi sekitar
1,2 meter dan lemari etalase kaca pada tembok belakang counter yang menjulang
hingga plafon. Pada ruang tunggu disediakan empat kursi besi yang nyaman.
Jumlah tempat duduk di ruang tunggu termasuk mencukupi, dilihat dari jumlah
konsumen yang datang ke apotek setiap hari tidak melebihi kapasitas tempat
duduk, terlebih pelayanan yang diberikan termasuk cepat. Di bagian belakang
ruang counter terdapat ruang dalam yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
obat keras dan ruang racik serta ruang kerja untuk keperluan administratif apotek.
Untuk menjamin stabilitas obat selama penyimpanan dan kenyamanan tenaga
kerja saat melakukan pekerjaannya, ruang racik dilengkapi dengan pendingin
ruangan atau air conditioner (AC). Pertimbangan yang sama dilakukan untuk
semua ruangan yang ada di Apotek Mitrasana. Dengan adanya AC di ruang
tunggu diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan pasien. Desain ruang racik
Apotek Mitrasana menempatkan meja racik dengan wastafel untuk pencucian
peralatan racik pada sisi tembok dengan lemari gantung di atasnya dan pada sisi
tembok lainnya adalah rak-rak sebagai tempat penyimpanan obat keras. Ruang
tersebut juga dilengkapi dengan satu lemari pendingin untuk penyimpanan obat
dengan suhu penyimpanan khusus. Di ruang tengah apotek disediakan toilet yang
dilengkapi wastafel untuk karyawan dan pasien (konsumen).
4.4 Pengadaan Barang di Apotek
Apotek Mitrasana Kelapa Gading tidak memiliki gudang penyimpanan obat.
Pengadaan obat di apotek Mitrasana dilakukan oleh kantor pusat. Gudang
penyimpanan obat untuk Apotek Mitrasana terletak di kantor pusat. Apotek tidak
melakukan pemesanan barang, namun pada waktu tertentu setiap outlet akan
mendapatkan alokasi barang yang sudah ditentukan oleh kantor pusat
berdasarkan tingkat penjualan oleh masing-masing outlet. Arus uang tidak
Universitas Indonesia
42
menjadi fakor pertimbangan karena diatur oleh bagian keuangan di pusat. Hal ini
dapat meningkatkan efisiensi dengan menghemat biaya pemeliharaan stok dan
perawatan gudang. Alokasi dikirim melalui sistem jaringan Mitrasana yang akan
diterima secara langsung oleh bagian pembelian di pusat. Permintaan dilakukan
dua kali dalam seminggu untuk mencegah adanya stok mati atau obat yang
kadaluarsa (akibat terlalu lama disimpan) sehingga perputaran barang lancar dan
penyebab kerugian apotek dapat ditekan. Namun untuk barang yang dibutuhkan
cepat maka outlet dapat melakukan pemesanan barang cito kepada bagian
pembelian di kantor pusat. Jangka waktu barang cito datang selama 24 jam
Pembelian barang tidak dilakukan apotek sendiri tetapi oleh bagian pembelian di
pusat.
Pada saat barang alokasi datang, dilakukan pemeriksaan kesesuaian jenis
dan jumlah barang antara barang yang diserahkan dengan daftar barang yang
tertera pada faktur daftar permintaan yang disetujui. Selain jumlah dan jenis, juga
diperiksa nomor batch dan tanggal kadaluwarsa antara barang yang datang dengan
yang tertera di faktur serta dilakukan pemeriksaan fisik terhadap barang yang
datang. Apabila barang yang datang dengan faktur sudah sesuai, maka faktur
diberi tanggal penerimaan, nomor urut, stempel apotek dan ditandatangani oleh
penerima. Setelah serah terima faktur dan barang selesai, dilakukan pemindahan
data barang yang datang melalui sinkronisasi dengan data yang dikirim dari
logistik pusat. Stok yang tersedia akan disesuaikan secara otomatis dengan barang
yang datang. Pengeluaran barang pada saat transaksi dengan konsumen diproses
langsung menggunakan sistem komputasi sehingga stok yang keluar masuk akan
disinkronisasi secara otomatis dengan sistem.
Selain pembelian secara umum, barang di Apotek Mitrasana Kelapa Gading
juga berasal dari titipan atau konsinyasi. Sistem yang diberlakukan adalah apabila
barang tersebut terjual maka apotek akan menerima komisi, barang dengan sistem
ini dapat dikembalikan apabila tidak laku terjual hingga batas waktu yang
disepakati atau batas kadaluarsa barang. Barang barang dengan sistem demikian
umumnya merupakan sediaan herbal dan vitamin, suplemen makanan, serta
produk kesehatan lain.
Universitas Indonesia
43
Universitas Indonesia
44
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Apoteker selaku store manager di gerai Mitrasana bertanggung jawab
untuk memastikan terlaksananya kegiatan operasional apotek sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Apoteker pada apotek Mitrasana
berperan sebagai care giver, leader, decision maker, communicator, long
life learner, teacher, researcher, dan juga manager.
5.1.2 Apotek Mitrasana Kelapa Gading telah menjalankan pengelolaan apotek
dengan baik yang meliputi pengelolaan teknis kefarmasian, maupun
pengelolaan non teknis kefarmasian, dan selalu berupaya untuk
meningkatkan pengelolaan apotek tersebut.
5.2 Saran
5.2.1 Pelayanan KIE (komunikasi, informasi, dan edukasi) kepada para
pelanggannya dapat mulai diterapkan sebagai wujud peran apoteker dalam
menjalankan keprofesiannya sehingga keberhasilan terapi dapat tercapai.
5.2.2 Pelayanan swamedikasi dapat ditingkatkan oleh apoteker yang bertugas
untuk dapat meningkatkan penjualan dan meningkatkan pengobatan
sendiri secara tepat, aman, dan rasional, maka pelayanan swamedikasi
perlu dioptimalkan.
5.2.3 Sistem pelayanan obat secara online dapat menjadi pertimbangan untuk
meningkatkan mutu pelayanan apotek kepada pelanggan, yang secara
tidak langsung dapat meningkatkan keuntungan apotek.
5.2.4 Perlu dikembangkan suatu software yang dapat secara otomatis
mengetahui jumlah stok yang perlu dialokasikan ke setiap outlet.
46 Universitas Indonesia
47
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
49
Universitas Indonesia
50
Universitas Indonesia
51
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2013
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................... 1
ii Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui cara-cara yang dapat digunakan untuk dapat
meningkatkan debit customer di apotek Mitrasana Kelapa Gading.
1 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2 Universitas Indonesia
3
1. Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini bertujuan untuk mengerti apa yang didefinisikan sebagai nilai
dari pikiran pelanggan. Pelanggan dilihat sebagai pemecah masalah atau
pengambil keputusan yang berhubungan dengan aktifitas tujuan seperti
pencarian informasi, membuat penilaian, dan keputusan apakah akan
membeli produk atau tidak.
2. Pendekatan Pengalaman
Pelanggan tidak dipandang sebagai pemikir , tetapi juga perasa dan pelaku,
yang memperkuat kebutuhan untuk melihat konsumsi tidak hanya dari
tindakan rasional, tetapi juga tindakan simbolis.
3. Pendekatan Sumber Daya
Menurut pandangan ini, pelanggan menciptakan nilai dalam interaksi.
Peranan penyedia adalah mengerti penciptaan nilai sekarang dan mencoba
membuat, memelihara, atau meningkatkan suatu hubungan dengan pelanggan
dengan membantu pelanggan meningkatkan proses penciptaan nilai. Ini
berarti dukungan pada kegiatan pelanggan dalam kehidupan sehari-harinya,
baik dengan memudahkan suatu kegiatan, atau memungkinkan pelanggan
untuk melakukan suatu kegiatan. Teori ini menggarisbawahi kesempatan
untuk memanfaatkan potensi pelanggan sebagai partisipan aktif dalam
produksi, yaitu sebagai sumber daya dari penyedia layanan, agar dapat
mengurangi biaya penyedia layanan.
2.3 Harapan Pelanggan
Harapan biasanya bertumpu pada sebuah citra dari produk atau jasa pada
sebuah perusahaan. Ada 10 faktor yang mempengaruhi harapan pelanggan
terhadap suatu produk. Kesepuluh faktor tersebut meliputi:
1. Enduring service intens berupa harapan yang disebabkan oleh orang lain dan
filosofi pribadi seseorang mengenai suatu layanan.
2. Kebutuhan pribadi, meliputi kebutuhan fisik, sosial dan psikologis.
3. Transitory service intensifers, terdiri atas situasi darurat yang membutuhkan
jasa tertentu seperti asuransi kesehatan dan asuransi kecelakaan dan jasa
terakhir yang pernah dikonsumsi konsumen.
4. Persepsi pelanggan tentang tingkat layanan perusahaan lain.
Universitas Indonesia
4
perlengkapan dan suplai medis yang sifatnya tahan lama serta memiliki tempat
tunggu yang nyaman, mengingat bahwa pelanggan yang datang dalam jumlah
besar adalah orang-orang yang sudah lanjut usia.
Contoh lain adalah lingkungan dengan pendapatan tinggi dengan kata lain
lingkungan kelas atas, tentunya akan memiliki desain eksterior yang baik sesuai
dengan kelasnya. Suatu produk yang tepat yang disediakan untuk sebagian kecil
masyarakat tertentu dapat dilakukan bila suatu kelompok kecil masyarakat
tersebut akan ditargetkan menjadi salah satu langganan tetap. Jika apotek tersebut
berlokasi di wilayah yang taraf hidupnya cukup makmur maka dapat
meningkatkan harga jual barang sampai harga tertinggi, misalnya kosmetik
bermerek. Sementara pada lokasi dengan masyarakat yang mempunyai tingkat
pendapatan yang rendah lebih banyak menjual kosmetik dengan harga rendah.
2.5 Desain interior apotek
Desain interior berperan dalam meningkatkan jumlah pembelian barang
oleh pembeli yang masuk ke apotek. Desain interior serta tata ruang yang baik
akan menimbulkan rasa aman dan nyaman baik kepada tenaga apotek maupun
konsumen. Desain interior apotek adalah ruang dalam apotek yang terdiri dari
ruang tunggu, ruang pelayanan resep dan ruang peracikan, ruang administrasi,
ruang apoteker, ruang gudang, toilet, mushola dan dapur.
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Lokasi
Observasi dilakukan di outlet Mitrasana Kelapa Gading yang beralamat di
Jalan Boulevard Gading Timur Raya Kav.6, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
3.2 Waktu
Observasi dilakukan dalam jangka waktu 2 minggu yaitu pada tanggal 22
April 4 Mei 2013.
3.3 Metode Pelaksanaan
Analisis dilakukan dengan cara observasi keadaan di apotek Mitrasana
Kelapa Gading dan dengan studi literatur yang ada.
6 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
7 Universitas Indonesia
8
nama Mitrasana yang cukup besar. Namun pada jendela apotek tertutup dengan
iklan sehingga tidak terlihat bagian dalam dari apotek. Selain itu pintu masuk dan
keluar apotek menggunakan kaca yang gelap sehingga calon pelanggan tidak
dapat melihat desain interior apotek. Hal ini juga merupakan salah satu penyebab
kurangnya pelanggan yang datang.
4.3 Analisis tata letak produk
Tata letak produk OTC di apotek Mitrasana Kelapa Gading sudah cukup
baik. Produk disusun berdasarkan farmakologisnya dan diletakkan seperti
minimarket. Namun, masih terdapat kekurangan seperti belum rapinya label harga
di gondola-gondola tersebut sehingga agak menyulitkan pelanggan untuk
mendapatkan informasi tentang harga produk yang ada di gondola.
4.4 Analisis promosi
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan debit customer adalah dengan
membuat event di sekitar lingkungan apotek. Tidak jauh dari lokasi apotek,
terdapat sebuah taman jogging yang sering digunakan masyarakat sekitar untuk
berolahraga terutama saat akhir pekan. Keadaan tersebut dapat digunakan untuk
membuat masyarakat lebih mengetahui adanya apotek Mitrasana di kawasan
Kelapa Gading. Promosi dapat dilakukan dengan cara diadakan event cek gula
darah atau kolesterol dengan harga khusus di dalam taman jogging tersebut setiap
akhir pekan. Selain itu, dapat juga dibagikan brosur atau katalog produk sehingga
masyarakat sekitar lebih mengenal apotek Mitrasana dan produk-produk yang
dijual lebih jauh lagi.
Cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan mengadakan program member
card untuk pelanggan yang sudah berbelanja sebanyak nominal tertentu. Dalam
member card ini dibuat sistem poin sesuai nominal pembelanjaan. Setelah dicapai
jumlah poin tertentu, maka pemegang member card akan mendapatkan hadiah
yang berlogo Mitrasana. Kemudian dapat dibuat juga program diskon khusus
untuk pelanggan yang memiliki member card ini sehingga diharapkan dapat
menarik minat masyarakat untuk menjadi pelanggan di apotek Mitrasana.
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Beberapa kemungkinan penyebab kurangnya pelanggan yang datang antara
lain:
5.1.1 Tidak adanya papan reklame apotek di pinggir jalan sehingga pelanggan
yang sedang berjalan atau mengendarai kendaraan bermotor tidak dapat
melihat adanya apotek.
5.1.2 Penggunaan pintu kaca yang gelap dan tertutup iklan menyulitkan
pelanggan untuk melihat bagian dalam dari apotek
5.2 Saran
5.2.1 Memasang papan reklame apotek Mitrasana di pintu masuk komplek
SPBU.
5.2.2 Menggunakan kaca yang tembus pandang dan bebas dari iklan di bagian
depan apotek.
5.2.3 Melakukan promosi terhadap masyarakat yang memasuki komplek SPBU
dengan cara membagikan brosur atau katalog produk.
5.2.4 Mengadakan event cek gula darah atau kolesterol di taman jogging dekat
lokasi apotek setiap akhir pekan.
5.2.5 Membuat program member card
9 Universitas Indonesia
10
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia