Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODOLOGI PENULISAN

III.1 Diagram Alir Pembuatan Laporan

Studi pendahuluan

Tinjauan Pustaka

Pengumpulan Data

Pengolahan data

Kriteria rancangan

Gambar

Kesimpulan

Lampiran

Gambar 3.1 Skema Proses Penelitian


III.2 Penjelasan Diagram Alir
III.2.1 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan tahap yang menjelaskan tentang latar
belakang, tujuan, perumusan masalah, pembatasan masalah, sistematika
penulisan dan lokasi dimana penelitian ini dilakukan maka akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Menjelaskan Latar Belakang
Latar belakang merupakan alasan mengapa penelitian ini
dilakukan. Tema dari penelitian ini sendiri mahasiswa mampu merancang
atau menganalisa sistem roda gigi. Pemilihan perancangan ulang ini adalah
untuk membandingkan hasil perancagan yang sudah ada dan apakah akan
terjadi perbedaan ketika dilakukan perancagan ulang dan mempengaruhi
hasil dari sistem transmisinya

2. Merumuskan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diuraikan rumusan
permasalahanya yaitu :
1. Adakah pengaruh jika roda gigi dirubah ?
2. Adakah beban berlebih pada mesin pencetak mie ?
3. Apa yang terjadi ketika roda gigi digerakkan oleh sebuah motor ?
4. Adakah pengaruh jika bahan roda gigi di rubah ?

3. Batasan Masalah
Dikarenakan begitu kompleksnya permasalahan yang mungkin
terjadi pada mesin pencetak mie ketika digunakan pada kondisi tersebut.
Maka ruang lingkup penelitian hanya pada bagaimana cara merancang
ulang roda gigi pada mesin alat pencetak mie.
4. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan laporan
Praktikum Disain Elemen Mesin 3 tentang Perancangan Ulang Roda gigi
Pada Mesin Pencetak mie adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana cara merancang system transmisi roda
gigi lurus pada mesin pencetak mie.
2. Mengetahui spesifikasi atau disain rancangan yang telah dibuat.

5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan Praktikum Disain Elemen Mesin 3
dimulai dari bab 1 yaitu pendhuluan bab 2 tinjauan pustaka, bab 3 metode
penelitian, bab 4 pengolahan data dan bab 5 kesimpulan.

6. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di sekitar rumah penulis dan bengkel Himpunan
Mahasiswa Mesin Universitas Jenderal Achmad Yani Bandung.

III.2.3 Tinjauan Pustaka


Tahapan ini merupakan proses mempelajari atau memahami secara teoritis
terhadap materi penelitian. Materi yang utama pada tahap ini adalah memahami
bagaimana cara merancang poros, pasak, roda gigi, dan bantalan.

III.2.4 Mengumpulkan Data


Tahapan ini meripakan proses mengumpulkan data-data yang diperlukan
untuk penelitian. Secara umum caranya terbagi menjadi observasi, study literature
dan wawancara. Adapun spesifikasi yang menjadi objek penelitian adalah sebagai
berikut :

III.2.5 Data
Tahapan ini merupakan hasil yang diperoleh dari tahapan mengumpulkan
data. Baik data spesifikasi ataupun data hasil pengukuran langsung dan data ini
selanjutnya yang akan diolah pada tahapan selanjutnya.
III.2.6 Mengolah Data
Tahapan ini merupakan tahapan proses mengolah data yaitu merancang
beberapa elemen mesin penyusun roda gigi pada mesin pencetak mie yang penulis
akan paparkan dalam beberapa diagram alir sebagi berikut

Mulai b a

bahan masing-masing
Daya yang ditransmisikan P gigi,perlakuan panas
(kW)
Kekuatan tarik s B1,s B2 (kg/mm)
Putaran poros n 1(rpm)
Kekerasan permukaan H b1, H b2
Perbandingan reduksi, i
Jarak sumbu poros a (mm)
Tegangan lentur izin s a1,s a2
(kg/mm)
Faktor koreksi, fc Faktor tegangan kontak k H (kg/mm)

Beban lentur izin per satuan lebar


Daya rencana, Pd (kW)
Fb'1, Fb'2 (kg/mm)
Beban permukaan izin per satuan
lebar FH ' (kg/mm)
Diamter sementara lingkaran
jarak bagi d '1 d '2 (mm)
Lebar sisi ,b (mm)
Modul pahat m
Sudut tekanan pahat a 0 () Bahan poros dan perlakuan panas
bahan pasak dan perlakuan panas
Jumlah gigi Z 1 , Z 2
Perbandingan gig i Perhitungan diameter poros d s1, d s2
Penentuan pasak dan alur pasak (mm)
Tebal anatara dasar alur pasak dan
Diameter lingkaran jarak bagi dasar kaki gigi S k1, S k2
(roda gigi standard) d 01, d 02 (mm)
Jarak sumbu poros a0 (mm)

Kelonggaran sisi C 0 (mm) b/m : 6-10,


> d/b :1.5, S kt /m : 2.2
Kelonggaran puncak C k (mm)

Diameter kepala d k1,d k2 (mm) =


Diameter kaki d f1, df2 (mm)
Kedalaman pemotongan H (mm) Modul Pahat m
Sudut Tekanan pahat a 0 ()
Jumlah gigi Z 1, Z 2
Faktor bentuk gigi Y 1, Y 2
Jarak sumbu poros a (mm)
Diamter luar d k1, d k2 (mm)
Kecepatan keliling v (m/s) Lebar gigi b (mm)
Gaya Tangensial Ft ( kg) Bahan roda gigi,perlakuan panasnya
Bahan poros,perlakuan panasnya
diameter poros ds 1, ds2 (mm)
Faktor dimensi fc

Stop
b a

Selesai

Gambar 3.2 Diagram Alir Perancangan Roda Gigi Lurus


III.2.6.1 Penjelasan Diagram Alir Perancangan Roda Gigi Lurus
1. Daya yang di transmisikan atau P didapat dari mesin yang digunakan
dengan besaran tertentu untuk mentransmikannya dengan satuan kW,
dimana n1 adalah putaran poros dengan satuan rpm, perbandingan reduksi
dapat i dapat dicari dengan membandingkan diameter pinion dan roda gigi,
a adalah sebagai jarak sumbu poros dengan satuan mm.
2. Faktor koreksi fc didapat dari tabel 1.6.
3. Daya rencana Pd dapat dicari dengan rumus Pd= Pxfc.
4. Diameter sementara lingkaran jarak bagi dapat dicari menggunakan rumus
d1= 2a/(1+i), d2= 2a.i/(1+i).
5. Modul pahat m dapat dicari dengan melihat diagram pemilihan modul roda
gigi lurus.
6. Jumlah gigi dapat dicari dengan menghitung jumlah roda gigi yang akan
dilakukan perancagan, sedangkan untuk mencari perbandingan gigi dapat
menggunakan rumus i= z2/z1.
7. Mencari diameter lingkaran jarak bagi dapat dicari dengan menggunakan
rumus do1= z..m, sedangkan untuk mencari jarak sumbu poros dapat
1+2
menggunakan rumus 0 = .
2

8. Mencari kelonggaran belakang gigi Co dapat melihat tabel 6.4, sedangkan


untuk mencari kelonggaran puncak Ck dapat diasumsikan.
9. Diameter kepala dapat dicari dengan rumus dk1= (z1+2)m+2x1m, dk2=
(z2+2)m+2x2m dan untuk mencari diameter kaki df1=(z1-2)m-2.Ck,
df2=(z2-2)m-2.Ck, sedangkan untuk mencari kedalaman pemotongan dapat
menggunakan rumus H=2m+Ck.
10. Faktor bentuk gigi Y dapat dilihat dari tabel 6.5.

11. Kecepatan keliling v dapat dicari dengan rumus = 601000 , sedangkan

untuk mecari gaya tangensial dengan rumus Ft=102.Pd/v.


12. Mencari faktor dinamis fv dapat dilihat dari tabel 6.6 dengan menyesuaikan
kecepatan yang akan digunakan.
13. Bahan material yang digunakan pada perancagan roda gigi dengan
menentukan kekuatan tarik dan kekerasan permukaannya dapat diketahui
dengan melihat tabel material standar yang telah ada terdapat tabel 6.7.
14. Tegangan lentur yang didizinkan dapat dicari dengan melihat tabel
kapasitas roda gigi pada tabel 6.7, sedangkan untuk faktor tegangan kontak
diambil dengan melihat tabel 6.8 faktor tegangan kontak pada bahan roda
gigi.
15. Mencari beban lentur yang diizinkan dapat dicari dengan rumus Fb=
.m.Y.fv dengan satuan kg./mm, sedangkan untuk mencari mencari beban
2.2
permukaan yang diizinkan dapat menggunakan rumus FH= fv.kH.do1.1+2

dengan satuan kg/mm.


16. Lebar sisi b dapat dicari dengan menggunakan rumus b= F1/Fmin dengan
satuan mm.
17. Bahan poros dan perlakuan panasnya yang akan digunakan sebagai
perancangan menggunakan B (kg/mm2), Sf1 dan a (kg/mm2) dapat dicari
dari tabel material.
18. Untuk mencari pasak pada roda gigi dapat melihat pada tabel 1.8 ukuran
pasak dan alur pasak dengan rumus pasak bxh dimana untuk menetukan
pasak ini terlebih dahulu harus menentukan diameter pada pinion dan roda
gigi untuk menetukan dapat menggunakan rumus ds=
((5,1).(1,5).(2).T/4.83)1/3 dengan satuan mm.
19. Jika nilai b/m kurang dari 6-10, tidak sesuai maka ulangi ke urutan nomor
5 karena b/m biasanya harus kurang dari 6-10. Jika hasil dari perhitungan
masuk kedalam 6-10 maka proses dapat dilanjutkan.
20. Hasil perhitungan yang sudah benar ditulis kembali seperti modul pahat m,
sudut tekanan pahat , jumlah gigi (z1,z2), jarak sumbu poros a, diameter
luar (dk1,dk2), lebar gigi b, bahan roda gigi dan perlakuan panasnya, bahan
poros dan perlakuan panasnya, dan diameter poros (ds1,ds2).
a

Mulai Tegangan lentur yang diizinkan s B


(kg/mm)
d b
c
P (kW), n1 (rpm) Faktor koreksi lenturan,Km
Faktor koreksi puntiran,Kt

Faktor koreksi, fc
Diameter poros ds (mm)

Daya rencana, Pd (kW) defleksi puntiran teta ()

teta : teta max


>
Momen rencana, T (kg.mm)
=

defleksi maksimum
Keaadaan beban (gambarkan)
> y : y max
=

Perhitungan beban Berat masing-masing benda


yang berputar W1 (kg)
horizontal dan vertikal

Putaran kritis benda berputar Nci (rpm)


Gaya reaksi engsel

Putaran kritis sistem Nco (rpm)

Gambar bidang momen lentur


n1/Nco :
> ( 0.6-0.7 )

=
Momen gabungan,Mr (kgmm)

Diamter poros ds (mm)


Bahan poros
Bahan poros
Perlakuan panas
Perlakuan panas
Kekuatan tarik s B (kg/mm)
Apakah ada alur pasak
Faktor keamanan Sf1 dan Sf2
b Stop
c a
d Selesai

Gambar 3.3 Diagram Alir Perancangan Poros


III.2.6.2 Penjelasan Diagram Alir Perancangan Poros
1. Daya P adalah daya nominal output dari motor penggerak, sedangkan
putaran poros n1 adalah kecepatan putaran pada poros dengan satuan rpm.
2. Faktor koreksi fc adalah faktor keamanan yang diambil dalam perencanaan
yang bisa dilihat dari tabel 1.6 faktor-faktor koreksi daya yang akan
ditransmisikan.
3. Daya rencana Pd disebut juga sebagai momen recana, maka untuk mecari
Pd= (T/1000)(2n1/60)/102.

4. Momen rencana dapat dicari dengan rumus T=9,74.105.
1

5. Keadaaan beban digambarkan, pada proses ini dimana pada perancangan


poros ini menentukan diagram benda bebas pada poros dan gaya gaya
reaksi ataupun aksi dari sebuah poros.
6. Mencari beban yang terjadi pada sebuah poros yang telah digambarkan
7. Gaya reaksi engsel dapat dicari dari diagram benda bebas yang telah
ditentukan pada gaya gaya yang terjadi pada sebuah poros.
8. Untuk mencari momen pada pada sebuah poros maka menggambarkan
momen lentur horizontal dan momen lentur vertikal pada diagram benda
bebas sebuah poros.
9. Momen lentur gabungan adalah hasil dari momen lentur pada reaksi dan
aksi pada sebuah poros.
10. Bahan poros disesuaikan dengan yang akan dirancang pada sebuah poros,
untuk menentukan kekuatan B dapat diihat pada tabel material. Jika
terdapat tangga atau pasak tentukasn faktor keamanan pada poros dan
pasak tersebut Sf1,Sf2.
11. Tegangan lentur diizinkan ba dapat dicari menggunakan rumus ba=
b/(Sf1xSf2) dengan satuan kg/mm2.
12. Faktor koreksi lenturan Km, faktor koreksi puntiran Kt dapat dilihat dari
tabel yang telah dinajurkan oleh ASME dipilih 1,0 jika beban dikenakan
secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, dan 1,5-3,0
jika beban dikenakakn dengan kejutan atau tumbukan besar.
5,1
13. Diameter poros ds dapat dicari menggunakan rumus ds=[ . . ]1/3.


14. Defleksi puntiran dapat dicari menggunakan rumus =5844

15. Bila lebih dari 0.25 dinyatakan tidak baik, perhitungan rumus
menurut di atas dilakukan untuk memeriksa apakah harga yang diperoleh
masih dibawah batas harga yang diperbolehkan untuk pemakaian yang
bersangkutan.
16. Kekakuan poros terhadap lenturan juga perlu diperiksa. Bila suatu poros
baja ditumpu oleh bantalan yang tipis atau bantalan yang mapan sendiri,
maka lenturan poros y (mm) dapat ditentukan dengan rumus y=3,23x10-
2 2
4.1 2
4

17. Jika hasil defleksi kurang dari 0,3-,035 dinyatakan baik poros tersebut
untuk dirancang.
18. Berat masing masing benda yang berputar W1.
19. Putaran kritis untuk masing-masing benda yang berputar Nci dapat
2
dihitung menggunakan rumus Nc=52700 dimana satuannya adalah
1 2

rpm.
1 1
20. Putaran kritis sistem Nco dapat dicari menggunakan rumus = 12 +
2
1 1
+ 32 +
22

21. Dimana untuk nilai n1/Nco tidak boleh lebih dari 0,6-0,7 jika melebihi
maka poros dinyatakan tidak aman untuk perancangan.
22. Hasil diameter poros dan bahan poros yang digunakan ditulis sebagai
bahan untuk perancangan.
Mulai b a

bahan pasak,perlakuan panas


P (kW), n1 (rpm) kekuatan tarik s B (kg/mm )
Faktor keamanan Sf1 dan Sf2

Faktor koreksi, fc Tekanan permukaan pasak yang


diizinkan Pk (kg/mm)
Tegangan gesesr pasak yang
diizinkan t ka (kg/mm )
Daya rencana, Pd (kW)

panjang pasak, dari tegangan


geser yang diizinkan I 1 (mm)
panjang pasak dari tekanan
Momen rencana, T (kg.mm) permukaan yang ddizinkan I 2

Bahan poros Harga terbesar diantara I 1 dan I 2


Perlakuan panas
Kekuatan tarik s B (kg/mm)
Apakah ada alur pasak Panjang pasak Lk (mm)
Faktor keamanan Sf1 dan Sf2

Tegangan geser poros izin, t (kg/mm ) b/ds : 0.25-0.35


> Lk/d s : 0.75-1.5

faktor koreksi puntiran (Kt) dan =


lenturan (Cb

Ukuran pasak b x h
Panjang pasak Lk (mm)
Diameter poros ds (mm) Bhan pasak, perlakuan panas

gaya tangensial F (kg) Stop

Pasak : lebar b x tinggi h Selesai


kedalaman alur pasak poros t 1
kedalaman alur pasak naf t 2

b a

Gambar 3.5 Diagram Alir Pancangan Pasak


III.2.6.3 Penjelasan Diagram Alir Perancangan Pasak
1. Daya P adalah daya nominal output dari motor penggerak, sedangkan
putaran poros n1 adalah kecepatan putaran pada poros dengan satuan rpm.
2. Faktor koreksi fc adalah faktor keamanan yang diambil dalam perencanaan
yang bisa dilihat dari tabel 1.6 faktor-faktor koreksi daya yang akan
ditransmisikan.
3. Daya rencana Pd disebut juga sebagai momen recana, maka untuk mecari
Pd= (T/1000)(2n1/60)/102.

4. Momen rencana dapat dicari dengan rumus T=9,74.105.
1

5. Bahan poros yang akan dibuat pasak, melihat pada tabel material yang
digunakan untuk mendapatkan kekuatan tarik B, jika terdapat tangga atau
pasak maka mencari faktor Sf1 dan Sf2.

6. Tegangan geser poros diizinkan dapat dicari menggunakan rumus k=

dengan satuan kg/mm2.


7. Faktor koreksi untuk puntiran Kt dapat dipilih sebesar 1,0 jika beban
dikenakan secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan,
dan 1,5-3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar,
sedangkan untuk faktor Cb dapat diambil antara 1,2 sampai 2,3 jika tidak
terjadi pembebanan lentur maka Cb diambi 1,0.
5,1
8. Diameter poros dapat dicari menggunakan rumus ds=[ ]1/3 dengan

satuan mm.

9. Gaya tangensial dapat dicari menggunakan rumus F= deengan satuan
( )
2

kg.
10. Untuk mencari pask dapat mencari menggunakan bxh dimana untuk
menentukan bxh tersebut harus menentukan diameter poros yang
digunakan untuk menetukan pasak dan alur pasak dapat dilihat pada tabel
1.8.
11. Bahan pasak disesuaikan oleh kebutuhan perancangan, setelah mengetahui
bahan yang akan digunakan makan mengambil data seperti kekuatan tarik
pada bahan B dan menetukan faktor keamanan Sfk1 dan Sfk2.
12. Mencari tekanan permukaan pasak yang diizinkan dapat menggunaka
rumus p= F/lx(t1 atau t2) dimana satuannya kg/mm2, sedangakan untuk
mencari tegangan geser pasak yang diizinkan dapat ka=B/Sfk1.Sfk2
dengan satuan kg/mm2.
13. Panjang pasak l1 akan dihasilkan dari tegangan geser yang diizinkan,
sedangkan untuk panjang pasak l2 dihasilkan dari tekanan permukaan
yang diizinkan.
14. Perbandingan harga terbesar dari l1 dan l2 dimana dari hasil perbandingan
tersebut akan menjadi L dengan satuan mm.
15. Lk adalah panjang pasak dengan satuan mm.
16. Perbandingn b/ds jika hasil perbandingan diantara hasil 0,25-0,35
dinyatakan baik, dan perbadingan lk/ds jika hasil perbandigan diantara
0,75-1,5 dinyatakan baik.
17. Penulisan hasil dari perancagan seperti ukuran pasak, panjang pasak, dan
bahan pasak yang digunakan dalam perancagan.
b a
Mulai
l / d (mm)
Beban bantalan Wo (kg)
Putaran Poros N (rpm)

Faktor koreksi, fc T l / d :daerah standar

Y
beban rencana, W (kg)
Tekanan permukaan P (kg/mm)
Kecepatan keliling r (m/s)
Bahan bantalan harga pv (kgm/mms)
Tekanan permukaan izin Pa
(kg/mm)
(pv), (kgm/mms)
p : pa
> pv : (pv)a
Panjang bantalan l (mm)

Bahan poros,Kekuatan tarik s B


Kerja gesekan (kgm/s)
(kg/mm),Tegangan lentur izin s a Daya yang diserap PH (kW)
(kg/mms)

Panjang bantalan l (mm)


Diameter poros d (mm) Diamter poros d (mm)
Daya yang diserap PH (kW)

a
Stop
b

Selesai

Gambar 3.6 Diagram Alir Perancangan Bantalan


III.2.6.4 Penjelasan diagram alir perancagan bantalan
1. Beban bantalan Wo yang akan digunakan dalam perancangan dengan
satuan kg, putaran pada poros N satuannya rpm.
2. Faktor koreksi fc adalah faktor keamanan yang diambil dalam perencanaan
yang bisa dilihat dari tabel 1.6 faktor-faktor koreksi daya yang akan
ditransmisikan.
3. Beban rencana W pada saat poros menerima beban dari bantalan dengan
satuan kg.
4. Bahan bantalan disesuaikan dengan perancagan yang akan dibuat, setelah
mendapatkan jenis bahannya maka akan mendapatkan tekanan permukaan
yag diizinkan pa= W/ld dengan satuan kg/mm2, harga faktor tekanan
kecepatan maks pv dapat dicari dengan melihat tabel 4.2 tekanan
maksimum yang diizinkan dari bantalan.

5. Panjang bantalan l dapat dcari menggunakan rumus l100060 . () maka

satuan yang digunakan adalah mm.


6. Tentukan bahan poros yang digunakan dalam perancagan setelah
menentukan maka akan mendapatkan nilai kekuatan tarik material B
(kg/mm2) dan mendapatkan tegangan lentur yang diizinkan a (kg/mm2)
dimana dapat dicari dengan melihat tabel material.
7. Diameter poros dan poros mengalami beban lentur maka dapat dicari
10,2
menggunakan rumus ds=[ 1 ]1/3 dengan satuan mm.

8. l/d adalah perbandingan antara panjang dan diamater.


9. Harga l/d terletak pada 0,4-4,0 atau lebih baik antara 0,5-2,0. Bila l/d
melebihi 2,0 maka tekanan permukaan terjadi tidak merata sehingga
lubang bantalan perlu dibuat tirus, jika harga yang terlalu kecil sebaliknya
akan mengurangi kemampuan membawa beban.
10. Tekanan permukaan p dapat dicari menggunakan rumus p=W/ld,
sedangkan untuk mencari kecepatan keliling r dapat menggunakan rumus

v=601000 dimana satuannya menjadi m/s, sedangkan untuk mencari pv

dapat menggunakan rumus pv=p.v dengan satuan kg.m/mm2.s.


11. Harga tekanan p dibandingakan dengan tekanan yanng diizinkan,
sedangakan pv dibandingkan dengan pv pada tabel tekanan yang
diizinkan, jika hasil perbandingan tidak sesuai atau melebihi dengan hasil
tekanan yang diizinkan maka hasil perancagan tidak diterima.
12. Panas yang timbul didalam bantalan adalah ekivalen dengan gaya yang
diperlukan untuk melawan gesekan yang besarnya dapat dinyatakan

H= 100060 dimana satuannya adalah kg.m/s, sedangkan untuk daya

yang diserap dapat menggunakan rumus PH=H/102 dimana satuan dayanya


adalah kW.
13. Hasil dari perhitungan untuk melakukan perancagan sebuah bantalan
ditulis dengan acuan untuk perancangannya seperti panjang bantalan l
(mm), diameter poros d (mm), dan daya yang diserap PH (kW).

III.2.7 Hasil
Tahapan ini merupakan hasil untuk membandingka. Apabila hasil
rancangan telah sesuai yang diinginkan maka proses akan berlanjut ke tahap
selanjutnya. Sedangkan apabila hasil rancangan yang diperoleh belum sesuai
maka proses kembali lagi ke tahapan sebelumnya dimana dicari tahu terlebih
dahulu hal apa saja yang menyebabkan hasil rancangan tidak sesuai keinginan.
Ada dua kemungkinan yang menjadi penyebab diantaranya kesalahan saat
pengolahan data ataupun keurangnya data atau parameter-parameter yang
dibutuhkan. Dalam alasan yang kedua ini artinya peneliti harus kembali ke
tahapan mengumpulkan data.

III.2.8 Gambar
Tahapan ini merupakan tahapan menggambarkan hasil rancangan yang
telah dibuat sebelumnya. Cara menggambarkan rancangan adalah dengan
menggambarkan rancangan dimana didapat dari hasil pengolahan data. Gambar
ini merupakan gambar teknik, yaitu gambar yang secara internasional telah
disepakati ketentuanya. Gambar teknik inilah yang nantinya akan menjadi gambar
kerja apabila rancangan akan dibuat.
III.2.9 Kesimpulan
Tahapan ini merupakan hasil yang didapat dari keseluruhan tahapan yang
dilakukan sebelumnya ataupun secara khusus tahapan ini adalah jawaban atas
tujuan dilakukanya penelitian ini.

III.2.10 Lampiran
Tahapan ini merupakan tahapan proses melampirkan apa saja yang dirasa
perlu dilampirkan dengan tujuan utamanya yaitu menjadi bukti fisik bahwasanya
penelitian ini dilakukan berdasarkan standar karya ilmiah yang ada .

Anda mungkin juga menyukai