Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH IRIGASI DAN DRAINASE

OLEH:

Tunjung Suhargo

AIL008057

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIAN

PURWOKERTO

2010
KONDISI FAKTUAL PENGELOLAAN IRIGASI DI INDONESIA

Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis yang kondisi iklimnya hampir sama
dengan kabupaten Deli Serdang. Pengamatan stasiun Sampali menunjukkan ratarata
kelembapan udara per bulan sekitar 84 %, curah hujan berkisar antara 30 sampai dengan 34 mm
per bulan dengan periode tertinggi pada bulan AgustusSeptember 2004, hari hujan per bulan
berkisar 826 mm dengan periode hari hujan yang besar pada bulan Agustus September 2004.
Ratarata kecepatan udara berkisar 1.10 m/dtk dengan tingkat penguapan sekitar 3.74 mm/hari.
Temperatur udara per bulan minimum 23.7 C dan maksimum 32.2 C. Tercatat ada 15 (lima
belas) sungai (besar & kecil) di daerah kabupaten Serdang Bedagai yang prioritas untuk
pemantauan berdasarkan tingkat kekritisan ekosistem dan pemanfatan sumber irigasi yaitu :
Sungai Ular, Sungai Rambung, Sungai Belutu, Sungai Padang, Sungai Buluh, Sungai Martebing,
Sungai Bedagai, Sungai Rampah, Sungai Merah/Matapo, Sungai Lagunda, Sungai Nipah, Sungai
Pinang, Sungai Kerapuh, Sungai Perbaungan, dan Sungai Hitam.
Akibat panas yang bersumber dari matahari, maka terjadilah evaporasi, yaitu penguapan
pada permukaan air terbuka / open water dan pada permukaan anah, dan transpirasi, yaitu
penguapan dari permukaan tanah. Uap air hasil penguapan ini pada ketinggian tertentu akan
menjadi awan, kemudian karena beberapa sebab awan akan berkondensasi menjadi presipitasi
(presipitasi = yang diendapkan / yang dijatuhkan), bisa dalam bentuk salju, hujan es, hujan,
embun. Universitas Sumatera Utara(Martha dan Dipl, Mengenal Dasar-Dasar Hidrologi)
Sungai mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan peradaban manusia di
seluruh dunia ini, yakni dengan menyediakan daerah-daerah subur yang umumnya terletak di
lembah-lembah sungai dan sumber air sebagai sumber kehidupan yang paling utama bagi
manusia. Dalam bidang pertanian sungai berfungsi sebagai sumber air yang penting untuk irigasi
(Sosrodarsono dan Tominaga, 1994). Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi
yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar dibagian
hilir. Universitas Sumatera UtaraAir hujan yang jatuh di atas permukaan bumi dalam
perjalanannya sebagian kecil menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk alur-alur kecil
kemudian menjadi alur-alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar atau utama.
Daerah dari mana sungai memperoleh air merupakan daerah tangkap hujan yang biasa disebut
dengan daerah aliran sungai. (Lubis, dkk., 1993).
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam
sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi yang berarti
ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena
permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto,
1993). Daerah aliran sungai (DAS) sesuai dengan pola-polanya dapat dibedakan menjadi :
1) Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola bulu burung, di daerah aliran sungai ini selain
terdapat sungai utama, tidak jauh dari sungai utama tersebut, di sebelah kirinya dan kanan
terdapat pola-pola sungai kecil atau anak-anak sungai.
2) Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola radial atau melebar, di daerah aliran sungai ini pun
terdapat sungai utama (besar dengan beberapa anak sungainya), hanya anak-anak sungainya
melingkar dan akan bertemu pada satu titik daerah.
3) Daerah aliran sungai (DAS) dengan pola paralel atau sejajar , daerah aliran sungai ini
memiliki 2 jalur daerah aliran, yang memang paralel, yang di bagian hilir keduanya bersatu
membentuk sungai besar (Siregar, 1981).
Undang-Undang No.11 Tahun 1974 tentang pengairan, menjelaskan bahwa:
- "Air" adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber-sumber air, baik
yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air
yang terdapat di laut.
- "Sumber-sumber Air" adalah tempat-tempat dan wadah-wadah air, baik yang terdapat di atas,
maupun di bawah permukaan tanah.
- "Pengairan" adalah suatu bidang pembinaan atas air, sumber-sumber air,termasuk kekayaan
alam bukan hewani yang terkandung di dalamnya baik yang alamiah maupun yang telah
diusahakan oleh manusia.
Irigasi merupakan suatu proses pengaliran air dari sumber air ke sistem pertanian. Irigasi
adalah proses penambahan air untuk memenuhi kebutuhan lengas tanah bagi pertumbuhan
tanaman. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
pompa, Tindakan intervensi manusia untuk mengubah agihan air dari sumbernya menurut ruang
dan waktu serta mengelola sebagian atau seluruh jumlah tersebut untuk menaikkan produksi
tanaman (Israelsen dan Hansen, 1980).
Irigasi atau pengairan adalah suatu usaha untuk memberikan air guna keperluan
pertanian yang dilakukan dengan tertib dan teratur untuk daerah pertanian yang
membutuhkannya dan kemudian air itu dipergunakan secara tertib dan teratur dan dibuang
kesaluran pembuang. Istilah irigasi diartikan suatu bidang pembinaan atas air dari sumber-
sumber air, termasuk kekayaan alam hewani yang terkandung didalamnya, baik yang alamiah
maupun yang diusahakan manusia. Pengairan selanjutnya diartikan sebagai pemanfaatan serta
pengaturan air dan sumber-sumber air yang meliputi irigasi, pengembangan daerah rawa,
pengendalian banjir, serta usaha perbaikan sungai, waduk dan pengaturan penyediaan air minum,
air perkotaan dan air industri (Ambler, 1991).
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi
tambak. Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
Berdasarkan sudut pandangnya irigasi digolongkan menjadi irigasi aliran dan irigasi angkatan
yang lebih dikenal dengan sebutan irigasi pompa. Irigasi aliran adalah tipe irigasi yang
penyampaian airnya ke dalam pertanian atau area persawahan dilakukan dengan cara pengaliran.
Sedangkan irigasi angkat adalah tipe irigasi yang penyampaian airnya ke areal pertanaman
dilakukan dengan cara pemompaan bangunan airnya berumah pompa bukan bendungan atau
waduk (Dumairy, 1992).
Sebagian besar sumber air untuk irigasi adalah air permukaan yang berasal dari air hujan
dan pencairan salju. Air ini secara alami mengalir di sungai-sungai, yang membawanya ke laut.
Jika dimanfaatkan untuk irigasi, sungai dibendung dan dialirkan melalui saluran-saluran buatan
ke daerah pertanian, atau air terlebih dahulu ditampung di dalam waduk yang selanjutnya
dialirkan secara teratur melalui jaringan irigasi ke daerah pertanian. Adapun faktor-faktor yang
menentukan pemilihan metoda pemberian air irigasi adalah : distribusi musiman hujan,
kemiringan lereng dan bentuk permukaan lahan, suplai air, rotasi tanaman dan permeabilitas
tanah lapisan bawah. Metoda pendistribusian air irigasi dapat dibagi ke dalam :
1) Irigasi Permukaan
2) Irigasi Lapisan Bawah
3) Sprinkler
4) Drip atau Trickle
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan
satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya. Jaringan utama adalah jaringan irigasi
yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk atau primer,
saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya. Jaringan tersier adalah
jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air di dalam petak tersier yang terdiri
dari saluran pembawa yang disebut saluran tersier, saluran pembagi yang disebut saluran kuarter
dan saluran pembuang berikut saluran bangunan turutan serta pelengkapnya, termasuk jaringan
irigasi pompa yang luas areal pelayanannya disamakan dengan areal tersier. Dari segi konstruksi
jaringan irigasinya, Pasandaran (1991)
mengklasifikasikan sistem irigasi menjadi empat jenis yaitu :
1) Irigasi Sederhana
Adalah sistem irigasi yang sistem konstruksinya dilakukan dengan sederhana, tidak dilengkapi
dengan pintu pengatur dan alat pengukur sehingga air irigasinya tidak teratur dan tidak terukur,
sehingga efisiensinya rendah.
2) Irigasi Setengah Teknis
Adalah suatu sistem irigasi dengan konstruksi pintu pengatur dan alat pengukur pada bangunan
pengambilan (head work) saja, sehingga air hanya teratur dan terukur pada bangunan
pengambilan saja dengan demikian efisiensinya sedang.
3) Irigasi Teknis
Adalah suatu sistem irigasi yang dilengkapi dengan alat pengatur dan pengukur air pada
bangunan pengambilan, bangunan bagi dan bangunan sadap sehingga air terukur dan teratur
sampai bangunan bagi dan sadap, diharapkan efisiensinya tinggi.
4) Irigasi Teknis Maju
Adalah suatu sistem irigasi yang airnya dapat diatur dan terukur pada seluruh jaringan dan
diharapakan efisiensinya tinggi sekali.
Petak irigasi adalah petak lahan yang memperoleh air irigasi. Petak tersier adalah
kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan mendapatkan air irigasi melalui saluran
tersier yang sama. Petak tersier terdiri dari beberapa petak kuarter masing-masing seluas kurang
lebih 8 sampai dengan 15 hektar. Pembagian air, eksploitasi dan pemeliharaan di petak tersier
menjadi tanggung jawab para petani yang mempunyai lahan di petak yang bersangkutan
dibawah bimbingan pemerintah. Petak tersier biasanya mempunyai batas-batas yang jelas,
misalnya jalan, parit, batas desa dan batas-batas lainnya. Ukuran petak tersier berpengaruh
terhadap efisiensi pemberian air. Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh dalam penentuan
luas petak tersier antara lain jumlah petani, topografi dan jenis tanaman.
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu
saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di
saluran primer atau sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda topografi
yang jelas misalnya saluran drainase. Luas petak sukunder dapat berbeda-beda tergantung pada
kondisi topografi daerah yang bersangkutan. Saluran sekunder pada umumnya terletak pada
punggung mengairi daerah di sisi kanan dan kiri saluran tersebut sampai saluran drainase yang
membatasinya. Saluran sekunder juga dapat direncanakan sebagai saluran garis tinggi yang
mengairi lereng medan yang lebih rendah. Mengacu pada Direktorat Jenderal Pengairan (1986)
cara pengaturan, pengukuran, serta kelengkapan fasilitas,

Anda mungkin juga menyukai