Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara
umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication),
analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti
persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan
rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya
untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Oleh sebab itu kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih
menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara
kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Secara sederhana, kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk


berfikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan
masalah. Dengan demikian dapat dipahami perkembangan kognitif adalah salah
satu aspek perkembangan pesertadidik yang berkaitan dengan pengertian
(pengetahuan), yaitu semua proses psikologi yang berkaitan dengan bagaiman
acar individu mempelajari dan memikirkan lingkungan.

Jean Piaget adalah seorang ilmuawan yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasrkan
sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan
aliran konstructive (constructivism). Teori perkembangan Piaget adalah salah
satu teori yang menjelasakan bagaimana anak beradaptasi dan
menginterpretasikan objek-objek dan kejadian yang terjadi di sekitar anak.
Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun
pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi.
Walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah
dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga
2

berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh.


Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap
atau priode-periode yang terus bertambah kompleks. Teori Piaget merupakan akar
revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses mental.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah latar belakang Jean Piaget?
2. Bagaimana teori perkembangan Piaget?
3. Bagaimanakah tahap-tahap perkembangan kognitif piaget?
4. Bagaimanakah implementasi teori perkembangan kognitif piaget dalam
pembelajaran AUD?

C. Tujuan
1. Mengetahui latar belakang Jean1 Piaget
2. Mengetaui teori perkembangan kognitif piaget.
3. Mengetahui tahap-tahap perkembangan kognitif Piaget.
4. Mengetahui implementasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran AUD.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Jean Piaget

Jean Piaget (1896-1980) adalah seorang ilmuawan


yang dilahirkan di Neuchatel, Swiss. Piaget
merupakan anak yang jenius, artikel pertamanya
terbit pada usia 12 tahun. pada usia 18 tahun
meraih gelar sarjanadan mendapatkan gelar doktor
pada usia 21. Piaget adalah seorang ahli dibidang
biologi dan tertarik pada pola cara pikir anak-anak
Pada tahun 1940, Ia menjadi ketua
Experimental Psikologi, direktur laboratorium
psikologi, dan presiden Masyarakat Swiss Psikologi ini. Pada tahun 1942, ia
memberikan serangkaian kuliah di College de France, selama pendudukan Nazi
di Perancis.
Piaget juga menerima sejumlah gelar kehormatan. Ia menerima salah
satu dari Sorbonne pada tahun 1946, University of Brussels dan Universitas
Brasil pada tahun 1949. Pada tahun 1949 dan 1950, ia menerbitkan sintesis nya,
Pengantar Epistemologi Genetika
Pada tahun 1952, ia menjadi profesor di Sorbonne. Pada tahun 1955, dia
menciptakan International Center for Genetic Epistemologi, di mana ia menjabat
sebagai direktur hingga sisa hidupnya. Pada tahun 1956, dia menciptakan
Sekolah Ilmu di Universitas Jenewa. Demikian juga, ia melanjutkan pelayanan
publik melalui UNESCO sebagai delegasi Swiss.
Menjelang akhir kariernya, ia telah menulis lebih dari 60 buku dan
banyak ratusan artikel. Dia meninggal di Jenewa, 16 September 1980. Jean Piaget
dikenal sebagai salah satu psikolog yang paling signifikan abad kedua puluh.

3
4

B. Teori Perkembangan Kognitif Piaget


. Piaget merupakan salah seorang yang merumuskan teori yang dapat
menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasrkan
sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran structural (structuralism) dan
aliran konstructive (constructivism)

Aliran structural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat pandanganya


tentang intelegensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan
yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif
terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak membangun
kemampuan kognitif melalui interaksi dengan dunia di sekitarnya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)


kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu
hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi sosial, yaitu
pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan
sosial, dan 4) ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan atau sistem mengatur dalam
diri organisme agar dia selalu mempu mempertahankan keseimbangan dan
penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

1. Kematangan

Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak


memperoleh manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan
membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu
akan membatasi secara luas prestasi secara kognitif. Perkembangan berlangsung
dengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan
dan kegiatan belajar sendiri.

2. Pengalaman

Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan


baru, tetapi kontak dengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan
pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan pengalaman
tersebut.
5

3. Interaksi Sosial

Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman


fisik dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif

4. Ekuilibrasi

Proses pengaturan diri dan pengoreksi dirin, mengatur interaksi spesifik


dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial
dan perkembangan jasmani yang menyebabkan perkembangan kognitif berjalan
secara terpadu dan tersusun baik.

Semua oerganisme dilahirkan dengan suatu kecenderungan untuk


beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkunganya. Cara individu beradaptasi
berbeda bagi setiap individu. Adaptasi terjadi dalam atau melalui suatu proses,
yaitu asimilasi dan akomodasi.
1. Asimilasi

Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema


yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke
dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Sebagai contoh anak-anak telah
mengenali ciri-ciri yang terdapat pada burung seperti bersayap dan dapat terbang.
Pemahaman baru ini akan dapat diterima dan akan masuk ke dalam skemabaru
anak-anak. Pada saat anak-anak melihat seekor burung merpati yang masih
memenuhi ciri-ciri tersebut, pemahaman ini akan ditambahkan ke skema burung.

2. Akomodasi
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan
atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan
skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema
yang baru. Sebagai contoh anak-anak yang memahami skema burung tadi
menjumpai ayam yang bersayap. Dalam skemanya menyerupai kelompok
keluarga burung tetapi tidak terbang. Dengan pengalaman baru ini anak-anak
perlu mengakomodaikan pemahaman yang ada kedalam skema yang baru bahwa
semua burung pada umumnya dapat terbang tetapi ada pengecualian fakta karena
ada burung yang tidak dapat terbang.
6

Dalam perkembangan kognitif diperlukan keseimbangan antara asimilasi


dan akomodasi. Proses ini disebut dengan ekuilibrium, yaitu pengaruh diri secara
mekanisme yang diperlukan untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan
akomodasi. Ekuilibrasi adalah proses bergerak dari keadan disekuilibrium ke
ekuilibrium. Ekuilibrasi membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar
dengan struktur dalamnya (skema)..Apabila terjadi keseimbangan maka
seseorang dipacu untuk mencari keseimbangan baru dengan asimilasi dan
akomodasi. Bagi Piaget proses akomodasi tersebut dapat disamakan dengan
belajar. Konsep ini menjelaskan tentang perlunya pendidik memilih dan
menyesuaikan materi pembelajaran yang berbijak dari ide dasar yang diketahui
oleh anak, untuk kemudian dikembangkan dengan stimulasi lebih luas, misalnya
dalam bentuk pertanyaan sehingga kemampuan anak meningkat dalam
menghadapi pengalaman yang lebih kompleks (Asmawati, 2008:1.23)

C. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama


serta berkembang semakin canggih seiring pertambahan usia. 4 periode utama
tersebut meliputi: periode sensorimotor (usia 0-2 tahun), periode praoprasional
(usia 2-7 tahun), periode oprasional konkrit (usia 7-11 tahun), periode operasional
formal (11 tahunsampai dewasa).

1. Periode Sensorimotor (Usia 02 Tahun)

Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui
fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Bayi
memberikan reaksi motorik atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam
bentuk refleks misalnya refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian
berkembang lagi menjadi gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan
(Sunarto, 2008:24)
Piaget membagi periode sensorimotor dengan 6 tahapan subfase, berikut
penjelasanya:
7

Sensorimotor (0-2 tahun)


N Periode Implikasi
o
1 Reflexes Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks,

(umur 0-1 bulan) spontantidaksengaja,dantidakterbedakan

Contoh:
refleksmenangis,mengisap,menggerakkantangan
dankepala,mengisapbendadidekatnya,danlain
lain.
2 Primary Circular Reaction Kebiasaandibuatdengandenganmencobacobadan

(umur 1-4 bulan) mengulangulangsuatutindakan

Contoh:
seorangbayimengembangkankebiasaanmengisap
jari.Awalnyaiatidakdapatmengangkattangannya
ke mulut, lalu pelanpelan mencoba dan akhirnya
bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan
kembali. Maka itu, terjadilah suatu kebiasaan
mengisapibujari
3 Secondary Circular Reaction Padaperiodeini,seorangbayimulaimenjamahdan
(umur 4-8 bulan) memanipulasiobjekapapunyangadadisekitarnya

Contoh:
seorang bayi diletakkan diatas ranjang dan diberi
mainanyangakanberbunyijikatalinyadipegang.
Suatu saat ia mainmain dan menarik tali itu. Ia
mendengarbunyiyangbagusdaniasenang.Maka,
ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang
sama
4 Coordinatory of Secondary Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan
Reaction hasil tindakannya.

(umur 8-12 bulan)


Contoh:
seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya jauh. Di
dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan
menggunakannya untuk menggapai mainan tersebut
8

Sensorimotor (0-2 tahun)


N Periode Implikasi
o
5 Tertiary Circular Reaction Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru
(umur 12-18 bulan) untuk mencapai tujuan dengan eksperimen

Contoh:
anak diberi makanan yang diletakkan di meja. Ia
akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan

memakannya.
6 Symbolic Thought Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara
(umur 18-24 bulan) baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan
eksternal tetapi juga dengan koordinasi internal
dalam gambarannya

Contoh:
Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak
berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi
diseberangnya. Ia pergi di sisi lain dan
memindahkan kursi yang menghambat tersebut,
padahal ia tidak melihat. Dari kejadian tersebut,
6 Symbolic Thought tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti apabila

(umur 18-24 bulan) penyebab pintu itu adalah sesuatu yang berada
dibelakang pintu tersebut, meskipun ia tidak
melihat.

2. Periode Praoperasional (Usia 27 Tahun)

Fase ini merupakan masa permulaan bagi anak untuk membangaun


kemampuanya dalam menyusun pikiranya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada
fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoprasional dapat
dibagi menjadi 3 subfase, yaitu subfase berpikir secara simbolis, subfase berfikir
secara egoisentris dan subfase berpikir secara intuitif.

a. Subfase Fungsi Simbolis (Usia 2-4 tahun)


9

Anak mulai memahami bahwa pemahamnya tentang benda-benda di


sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi
juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis
ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-
pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainya. pada masa ini, anak
telah memiliki kemampuan untuk menggambarkan suatu objek yang secara fisik
tidak hadir. Misalnya anak dapat menggambar manusia secara sederhana.
Biasanya pada subfase ini anak menggambar manusia lidi, jadi menggambar
hanya menggunakan simbol-simbol saja.

b. Subfase Berpikir Secara Egoisentris (Usia 2-4 tahun)

Anak berpikir secara egoisentris ditandai oleh ketidakmampuan anak


untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar,
bagi anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut
dengan istilah egoisentris.

c. Subfase Berpikir Secara Intuitif (usia 4-7 tahun)

Masa ini disebut subfase berpikir secara intuitif karena. Tahap ini adalah
tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap ini pemikiran
anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran
logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia
mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra
operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan
panjang, kekekalan materi, luas, dll. ciri-ciri anak pada tahap ini juga belum
memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan
atau masih belum maksimal terhadap konsentrasi (contration), animism (Nafisah:
2014)

Concentration:

Anak tidak dapat memberi alasan perpindahan kereta, anak hanya fokus
keadaan kereta yang statis bukan perpindahan. Dengan kata lain anak belum
memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis tentang apa yang ada di balik
suatu kejadian.
10

3. Periode

Operasional Konkrit (usia 711 tahun)

Pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis
dengan bantuan benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami
konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu
memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak
pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi
hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit).
Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih
mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.

Contoh:

Pada peringkat ini anak sudah menguasai segi kekekalan atau conservation
adalah suatu kuantiti yang tidak akan berubah walaupun terdapat perubahan di
dalam kewujudanya atau apareance jika menunjukkan empat kelereng dengan
susuna lurus dengan kelereng yang diletakkan secara acak maka anak pada masa
oprasionalkonkrit akan mengatakan bahwa kuantitas dari kelereng itu sama.
Sedangkan anak pada mas praoprasional akan mengatakan bahwa kelerengyang
disusun secara acak memiliki kuantitas lebih banyak.
11

4. Periode Operasional Formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan
hal-hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret
tidak diperlukan lagi. Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara
abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai
kemungkinan (dalam Human Development, Papalia, Old, Feldman, 2009 ; 46).
Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan
pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan
dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu.
Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan
menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki
kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan
hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep persepsi.

D. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam


Pembelajaran AUD
Anak usia dini belajar melalui acive learning, metode yang digunakan
adalah memberikan pertanyaan kepada anak dan membiarkan berpikir/bertanya
pada dirisendiri, sehingga hasil belajar yang didapat merupakan konstruksi anak
tersebut. Karena anak pada dasarnya memiliki kemampua untuk membangun dan
mengkreasikan pengetahuan sendiri, sehingga sangat penting bagi anak untuk
terlibat langsung dalam proses belajar. Piaget juga menjelaskan pengalaman
belajar anak lebih banyak didapat dengan cara bermain, melakukan percobaan
dengan objek nyata, dan melalui pengalan konkret. Anak mempunyai kesempatan
untuk mengkreasi dan memanipulasi objek atau ide.
Implikasi perkembangan kognitif dalam proses pembelajaran yang efektif
dapat dilakukan cara sebagai berikut:
1. Aktivitas di dalam proses belajar mengajar hendaknya ditekankan pada
pengembangan struktur kognitif, melalui pemberian kesempatan pada anak
untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas
pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung
makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang
12

terjadi pada lingkungan anak (tumbuh-tumbuhan, air, binatang).


Menggambar, menggunting dan lain-lain yang dikaitkan dengan
pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan
pengembangan bahasa, baikbahasa lisan , membaca atau menulis.
2. Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya
memberikan jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan
menemukan jawaban yang benar
3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan
yang dapat membangun kemampuan kognitifnya. Misalnya mengubah
objek-objek yang disajikan secara nyata kedalam bentuk lain misalnya
gambar
4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir
dan mengemukakan pikiranya.
Untuk membangun pengetahuan pada anak diperlukan metode
pembelajaran yang tepat agar pengetahuan yang dibangun oleh anak dapat
terinternalisasi dengan baik, metode tersebut antara lain:
1. Metode praktik langsung, melalui kegiatan praktik langsung diharapkan anak
akan dapat pengalaman melalui interaksi langsung dengan objek
2. Metode cerita, anak akan mendapat pengetahua tentang bagaiman cara
menyampaikan pesan pada orang lain agar orang lain mampu memahami
pesan-pesan yang ingin disampaikan
3. Metode tanya jawab, membangun pengetahuan melalui pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan sehingga anak dapat menjawab dan membuat
pertanyaan sesuai informasi yang ingin diperoleh
4. Metode proyek, memberikan kesempatan kepada nak untuk melakukan
eksplorasi pada lingkungan sekitar sebagai proyek belajar
5. Metode bermain peran, anak dapat mengembangkan pengetahuan sosial
karena dituntut untuk mempelajari dan memperagakan peran yang akan
dimainkan
6. Metode demonstrasi, menunjukkan atau memperagakan suatu tahapan
kejadian, proses dan peristiwa
13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pandangan Piaget, belajar yang sebenarnya bukanlah sesuatu yang
diturunkan oleh guru, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam diri anak sendiri.
Belajar merupakan sebuah proses penyelidikan dan penemuan spontan.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep
Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara
intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya. Skema pada
prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan
perkembangan kognitif manusia.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1)
kematangan, 2) pengalaman, 3) interaksi sosial, dan 4) ekuilibrasi. Hasil dari
interaksi maka terbentuklah struktur kognitil atau skemata (dalam bentuk tunggal
skema) yaitu melalui asimilasi dan akomodasi. Proses akomodasi dan asimilasi
senantiasa berlaku sehingga terwujud keseimbangan atau equilibrium

Piaget membagi 4 tahap perkembangan kognitif anak, diantaranya adalah:


tahap sensorimotor (sejak lahir hingga usia sekitar 2 tahun), tahap praoprasional
(usia sekitar 2-7 tahun), tahap oprasional konkrit (usia 7-11 tahun), tahap
oprasional formal (usia sekitar 11-15 tahun).
Implementasi teori perkembangan kognitif piaget dalam pembelajaran
Aud menurut teori dari Piaget adalah memberikan ruang untuk anak agar anak
dapat membangun pemahamnya yang ada pada dirinya. Sedangkan metode yang
sesuai dalam pembelajaran adalah: praktik langsunbg, cerita, tanya jawab, proyek,
bermain peran dan demonstrasi.

13
B. Saran
14

Dalam perkembangan kognitif menurut pandangan Piaget, intelegensi


anak berkembang melalui suatu proses active learning, pada intinya anak
membangun kemampuan kognitifnya melalui interaksinya dengan dunia
disekitarnya. Dalam menstimulus perkembangan kognitif anak usia dini
disarankan untuk:
1. Memperhatikan karakteristik perkembagan kognitif anak sesuai dengan
tahap-tahap perkembanganya, sehingga perkembangan kognitif anak dapat
berkembang secara optimal.
2. Pada dasarnya setiap anak memiliki tahap-tahap perkembangan yang
berbeda-beda dan memiliki karakteristik yang unik, maka disarankan sebagai
seorang pendidik dapat memfasilitasi dan tidak memaksakan anak.
3. Peranan pendidik dalam mendampingi anak diperlukan namun perananya
tidak dominan, dengan kata lain pendidik memberikan kesempatan anak
untuk bereksplorasi dan membangun pemahamnya.
15

DAFTAR PUSTAKA

Asmawati, luluk.2008. Pengelolahan Kegiatan Pengembngan Anak Usia


Dini.Jakarta:Universitas Terbuka

Nirmala, Indah. Perkembangan Kognitif Piaget, (online),


http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-
jean-piaget-dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html 01
Maret 2013 9:04:06

Mukhlis, Hirmaningsih, 2010, Teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru.


Penerbit: Psikologi Press

Program pensiswazanaguru sekolah rendah (PGSR)2008. Perkembangan


Kognitif Kanak-Kanak.Malaysia.Sektor Pembangunan
ProfesionalismeKeguruan Kementerian Malaysia

Nafisah, Vivi. 2014. Perkembangan Kognitif Anak oleh Psikolog Ana Surti
Arianai. (online).
(http://anakjempolan.wordpress.com/2014/02/06/perkembangan-kognitif-
anak-oleh-psikolog-anna-surti-nina/) diakses 19 Oktober 2014

Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human
Development/Perkembangan Manusia. Buku 1. Edisi 10. Jakarta.
Penerbit Salemba Humanika.

Sudarma. Paud Berkarakter.2014. Yogyakarta: PT Genius Publisher

Sujiono, Yuliani.2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Din. Jakarta:PT


Indeks

Suparno, Paul.2001. Teori Perkembangan Kognitif.Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Anda mungkin juga menyukai