1
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. SW
Tgl Lahir/Umur : 10 Oktober 2013 (13 tahun)
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : jl.kelor, No. 10 E
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. Sakka
Pekerjaan Ayah : PNS/Pedagang
Nama Ibu : Ny. Wati
Pekerjaan Ibu : IRT
Tanggal masuk : 23 September 2016
Pasien masuk R dengan keluahn Sesak napas, sesak sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit, dimana saat sesak pasien merasa nyaman bila posisi tubuh setengah
duduk. Saat sesak napas masih bisa berbicara. Keluhan sesak napas ini timbul setiap
selesai berkaktivitas seperti bermain voly. Keluhan sesak napas timbul sejak usia 8
tahun. Selain itu, terdapat keluhan batuk berlendir yang muncul bersamaan dengan
keluhan sesak napasnya, Lendir berarna kuning. Panas (-), nyeri perut (-), Muntah (-),
BAB biasa, BAK lancar.
2
Riwayat penyakit sebelumnya :
Riwayat penyakit asma sejak usia 8 tahun. Tidak ada riwayat alergi makanan, pajanan
hewan berbulu, namun pasien tersebut alergi terhadap perubahan suhu lingkungan
atau cuaca, terutama cuaca dingin.
Riwayat Imunisasi
BCG :1x
Hepatitis :3x
DPT :3x
Polio :3x
Campak :1x
Pemeriksaan Fisik
3
- Pernapasan : 28 x/menit - TD : 110/80 mmHg
Kulit : warna kuning langsat, lapisan lemak sedikit, sianosi (-), ikterik (-), turgor
kembali cepat, edema (-)
Kepala : Normocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), palpebra ikterik (-/-), gerakan bola
mata normal, refleks cahaya (+/+),
Hidung : rhinorrhea (+) , pernapasan cuping hidung (-/-)
Telinga : Otorrhea (-)
Mulut : bibir tidak tampak sianosis, bibir kering (-), lidah kotor (-)
tidak hiperemis, gusi normal, tonsil T1/T1 tidak hiperemis.
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan kelenjar limfe.
Thoraks
Abdomen
Anggota gerak
4
Tulang belakang : tidak ada kelainan
Pemeriksaan Laboratorium
RESUME
Pasien An. SW usia 13 tahun masuk dengan keluhan Sesak napas, sesak sejak 1
hari sebelum masuk rumah sakit, dimana saat sesak pasien merasa nyaman bila posisi
tubuh setengah duduk. Saat sesak napas masih bisa berbicara. Keluhan sesak napas
ini timbul setiap selesai berkaktivitas seperti bermain voly. Keluhan sesak napas
5
timbul sejak usia 8 tahun. Selain itu, terdapat keluhan batuk berlendir yang muncul
bersamaan dengan keluhan sesak napasnya, Lendir berarna kuning. Panas (-), nyeri
perut (-), Muntah (-), BAB biasa, BAK lancar. Ibu pasien memiliki riwayat penyakit
Asma. Pada pemeriksaan fisik ditemukan takikardia, takipneu, retraksi interkostal,
bunyi pernapasan tambahan wheezing (+) .Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan
leukositosis.
Diagnosis
Asma bronkhial
Terapi
O2 0,2 2 lpm
IVFD Dextrose 5% 26 tpm
Nebulizer combivent 1 amp dalam Nacl 2 cc
Inj. Dexametason Amp/8 j iv
Follow up :
6
86 x/menit, Pernapasan : 20x/menit, S : Sesak napas (-), batuk berlendir (+)
Suhu : 36,6 o C berkurang
Kepala-leher : dalam batas O : PEMERIKSAAN FISIK
normal Kepala-leher : dalam batas
Thoraks : wheezing (+) normal
ekspirasi, namun berkurang Thoraks : wheezing (+)
dari pertama masuk, retraksi ekspirasi, namun berkurang
dinding dada (-) dari pertama masuk, retraksi
Abdomen : dalam batas dinding dada (-)
normal Abdomen : dalam batas
Ekstremitas : dalam batas normal
normal Ekstremitas : dalam batas
A : Asma bronkhial akut normal
P : IVFD D5% 26 tpm A : Asma bronkhial akut
inj. Dexametason Amp/8jiv P : IVFD D5% 26 tpm
ambroxol 3x1 cth inj. Dexametason Amp/8jiv
salbutamol 2 mg ambroxol 3x1 cth
Aminofilin 60 mg 3x1 Pulv salbutamol 2 mg
Histapan 30 mg Aminofilin 60 mg 3x1 Pulv
Histapan 30 mg
7
normal normal
Thoraks : wheezing (+) Thoraks : wheezing (+)
ekspirasi, namun berkurang ekspirasi, namun berkurang
dari pertama masuk, retraksi dari pertama masuk, retraksi
dinding dada (-) dinding dada (-)
Abdomen : dalam batas Abdomen : dalam batas
normal normal
Ekstremitas : dalam batas Ekstremitas : dalam batas
normal normal
A : Asma bronkhial A : Asma bronkhial akut
P : IVFD D5% 26 tpm P :
ambroxol 3x1 cth ambroxol 15 mg
salbutamol 2 mg salbutamol 2 mg 3x1 Pulv
Aminofilin 60 mg 3x1 Pulv Histapan 30 mg
Histapan 30 mg Cefadroxil 2x1 tab
Pasien Dipulangkan
DISKUSI
8
Proses inflamasi pada asma merupakan suatu proses yang cukup rumit diawali
dengan adanya rangsangan sebagai pemicu timbulnya proses inflamasi akibat adanya
interaksi antara sel-sel inflamasi dan mediator yang dihasilkan sel mast yang berperan
dalam hal timbulnya bronkospasme, peningkatan permeabilitas pembuluh darah,
kemoktaksis sel-sel inflamasi maupun kerusakan sel epitel saluran napas. Sedangkan
mediator yang dihasilkan oleh eosinofil dapat mengakibatkan kerusakan epitel sel
mukosa bronkus dan selanjutnya ujung saraf sensorik mengeluarkan substansi P dan
neurokinin yang mengakibatkan bronkokonstriksi, edema dan peradangan pada
mukosa saluran napas. Dimana proses inflamasi pada asma dibagi atas 2 fase yaitu;(3)
Derajat penyakit asma yang dibuat oleh Konsesus Pediatri Internasional III
tahun 1998 membagi derajat penyakit asma menjadi tiga, yaitu : (1)
9
Ditandai oleh seringnya episode akut, mengi pada aktivitas ringan, dan di antara
interval gejala dibutuhkan agonis-2, lebih dari 3x/minggu karena anak terbangun
di malam hari atau dada berat di pagi hari.(1)
10
Table 1.Penilaian Derajat Serangan Asma(1)
11
inspirasi
Penggunaan otot Biasanya Biasanya ya Ya Gerak
bantu respiratorik tidak an
parad
oks
torako
abdo
minal
Retraksi Dangkal, Sedang, Dalam, Dang
retraksi ditambah retraksi ditambah napas kal/hil
interkostal suprasternal cuping hidung ang
Frekuensi napas Takipnea Takipnea Takipnea Bradi
pnea
Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi Bradi
kardi
Pulsus Paradoksus Tidak ada Ada Ada Tidak
< 10 mmHg 10-20 mmHg > 20 mmHg
ada,
tanda
kelela
han
otot
napas
PEFR atau FEV1
Pra-bronkodilator < 40%
> 60% 40-60%
Pasca- < 60%
> 80% 60-80% Respon < 2 jam
bronkodilator
12
Klasifikasi derajat beratnya penyakit asma dibuat berdasarkan frekuensi
serangan dan obat yang digunakan sehari-hari. Selain itu, asma dapat dinilai
berdasarkan derajat serangan yang terbagi menjadi serangan ringan, serangan sedang,
dan serangan berat. Perlu dibedakan antara derajat penyakit asma (aspek kronik) dan
derajat serangan asma ( aspek akut). Seorang pasien asma persisten (asma berat)
dapat hanya mengalami serangan ringan. Sebaliknya, seorang pasien yang tergolong
asma episodik jarang bisa saja mengalami serangan asma berat, bahkan serangan
ancaman henti napas yang dapat menimbulkan kematian.(6)
Tata laksana asma anak dibagi menjadi beberapa hal yaitu tata laksana
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) pada pasien dan keluarganya,
penghindaran terhadap faktor pencetus, dan medikamentosa.Tata laksana asma dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu tata laksana pada saat serangan asma (eksaserbasi akut)
atau aspek akut dan tata laksana jangka panjang (aspek kronis). Pada asma episodik
sering dan asma persisten, selain penanganan pada saat serangan, diperlukan obat
pengendali (controller) yang diberikan sebagai pencegahan terhadap serangan asma.
Penatalaksanaan asma pada anak bertujuan untuk mencegah terjadinya serangan asma
seminimal mungkin sehingga memungkinkan anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai dengan usianya. Serangan asma biasanya mencerminkan
kegagalan pencegahan asma, kegagalan tata laksana asma jangka panjang dan
kegagalan penghindaran dari faktor pencetus. (6)
Global Initiative for Asthma (GINA) membagi tatalaksana serangan asma
menjadi dua yaitu tatalaksana di rumah dan tatalaksana di Rumah Sakit. Tatalaksana
di rumah dilakukan oleh pasien (atau orang tua pasien) di rumah. Hal ini dapat
dilakukan oleh pasien yang sebelumnya menjalani terapi dengan teratur dan
mempunyai pendidikan yang cukup. Terapi awal di rumah ialah inhalasi -agonis
kerja cepat sebanyak 2 kali dengan selang waktu 20 menit. Bila belum ada
perbaikan, segera mencari pertolongan ke dokter atau sarana kesehatan.
13
Pasien asma yang datang dalam keadaan serangan ke Unit Gawat Darurat
(UGD) langsung dinilai derajat serangannya menurut klasifikasi.Penetuan derajat
serangan asma sangat penting untuk penatalaksanaan saat penderita masuk.Serangan
asma berat sering mengancam jiwa yang dikenal dengan status asmatikus.Penanganan
pertama yang dilakukan setelah anak tiba diruang perawatan rawat inap adalah
pemberian O2 tetap dilanjutakan dan dilakukan nebulasi pentolin (salbutamol) 1
ampul dan cairan infuse dextrose.
14
henti napas, pasien harus langsung dirawat di ruang rawat intensif. Pada pasien
denganserangan berat dan ancaman henti napas, foto toraks harus langsung dibuat
untuk mendeteksi komplikasi pneumotoraks dan/atau pneumomediastinum.
Pencegahan untuk kasus asma bronkial dapat dilakukan dalam 2 cara, yaitu :
Prognosis dalam jangka panjang asma anak secara umum baik. Sebagian
besar asma anak hilang atau berkurang dengan bertambahnya umur.
DAFTAR PUSTAKA
1 IDAI, 2010. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit
IDAI.
15
2 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
3 Mansjoer, A, dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius FK UI.
4 Behram, Kliegman, Arvin, 2006. Nelson : Pediatric. EGC.Jakarta
16