Kemandirian
Kemandirian
html
A.Pengertian Kemandirian
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu. Seseorang dalam
menjalani kehidupan ini tidak pernah lepas dari cobaan dan tantangan. Individu yang memiliki kemandirian tinggi
relatif mampu menghadapi segala permasalahan karena individu yang mandiri tidak tergantung pada orang lain,
selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada.
Menurut kamus besar bahasa indonesia (1996:625), kemandirian diartikan sebagai keadaan dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Menurut Mungin Eddy Wibwo (1992:69) kemandirian diartikan
sebagai tingkat perkembangan seseorang dimana ia mampu berdiri sendiri dan mengandalkan kemampuan
dirinya sendiri dalam melakukan berbagai kegiatan dan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi.
Sedangkan Hasan Basri (1994:53) mengatakan bahwa kemandirian adalah keadaan seseorang dalam
kehidupannya mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang (siswa) dalam
mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata tanpa bergantung dengan orang lain, dalam hal ini siswa
mampu melakukan belajar sendiri, dapat menetukan belajar yang efektif , dan mampu melakukan aktifitas
belajar secara mandiri.
B.Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat, bagi pelajar atau siswa kata
belajar merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua
kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal.
Menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan Moeslichatoen mengemukakan bahwa belajar dapat
diartikan sebagai proses yang memuat terjadinya proses belajar dan perubahan itu sendidri dihasilakan dari
usaha dalam proses belajar. (Abdul Hadis, 2008:60).
Sedangkan Hilgrd & Blower ( dalam Hamalik, 2004 : 45 ) mengatakan belajar adalah perubahan dalam
perbuatan melalui aktivitas , praktek dan pengalaman.
Dalam belajar terdapat hal hal pokok sebagai berikut :
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan ( dalam arti behaviorel changes, aktual maupun potensial )
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkan kecakapan baru.
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja) (Suryabrata,2001: 232).
Berdasarkan pendapat para ahli datas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
didalam diri seseorang yang disengaja dan terarah untuk menuju pada suatu tujuan kepribadian yang lebih utuh
dan tangguh. Dalam dunia pendidikan, belajar merupakan proses siswa yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
paham menjadi paham, dan sebagainya. Dengan demikian belajar dalam penelitian adalah unsur yang terkait
dengan kemandirian, belajar yang dimaksud adalah belajar yang mandir, yang dapat menjadikan siswa mampu
belajar secara mandiri.
Menurut Chabib Thoha (1996: 123-124) membagi ciri kemandirian belajar dalam delapan jenis, yaitu :
a. Mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif.
b. Tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
c. Tidak lari atau menghindari masalah.
d. Memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam.
e. Apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain.
f. Tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain.
g. Berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan.
h. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar pada setiap siswa akan
nampak jika siswa telah menunjukkan perubahan dalam belajar. Siswa belajar untuk bertanggung jawab
terhadap tugas yang dibebankan padanya secara mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
E.Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar
Menurut Hasan Basri (1994:54) kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang
terdapat di dalam dirinya sendiri (endogen) dan faktor faktork yang terdapat di luar dirinya (eksogen).
a. Faktor endogen
Faktor endogen adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan
dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu
yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan individu
selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan ibunya mungkin akan didapatkan didalam diri
seseorang, seperti bakat, potensi, intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.
b. Faktor eksogen
Faktor eksogen adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan
dengan faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan
seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang baik terutama
dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam hal
kemandiriannya.
Menurut Chabib Thoha (1996:124-125) faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian dapat dibedakan dari dua
arah, yakni :
a. Faktor dari dalam
Faktor dari dalam dari anak antara lain faktor kematangan usia dan jenis kelamin. Di samping itu intelegensi
anak juga berpengaruh terhadap kemandirian anak.
b. Faktor dari luar
Adapun faktor dari luar yang mempengaruhi kemandirian anak adalah:
1) Kebudayaan, masyarakat yang maju dan kompleks tuntutan hidupnya cenderung mendorong tumbuhnya
kemandirian dibanding dengan masyarakat yang sederhana.
2) Keluarga, meliputi aktifitas pendidikan dalam keluarga,kecendrungan cara mendidik anak, cara memberikan
penilaian kepada anak bahkan sampai cara hidup orang tua berpengaruh terhadap kemandirian anak.
3) Sistem pendidikan di sekolah. Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokrasi
pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan
kemandirian remaja sebagai siswa.
4) Sistem kehidupan di masyarakat. Sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki
struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja
dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja atau siswa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mencapai kemandirian seseorang tidak terlepas dari faktor-
faktor yang mendasari terbentuknya kemandirian itu sendiri. Faktor-faktor tersebut mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan selanjutnya akan menentukan seberapa jauh seorang individu bersikap dan
berfikir secara mandiri dalam kehidupan lebih lanjut. Kemnadirian siswa dalam belajar akan terwujud sangat
bergantung pada siswa tersebut melihat, merasakan, dan melakukan aktifitas belajar atau kegiatan belajar
sehari-hari di dalam lingkungan tempat tinggalnya.
KEMANDIRIAN
JANUARI 5, 2013 HERRY STW TINGGALKAN KOMENTAR
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian merupakan salah satu aspek yang gigih diperjuangkan oleh setiap
remaja sebagaimana sebuah ungkapan yang disampaikan oleh Fasick (dalam
Steinberg, 1993) one goal of every adolescent is to be accepted as an autonomous
adult
Kemandirian menurut Bahara (dalam Fatimah, 2006) berarti hal atau keadaan
seseorang yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Kata
kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapat awalan ke dan akhiran an
yang kemudian membentuk arti yang mengacu pada suatu keadaan dimana
seseorang dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain (Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi III, 2001). Menurut Parker (dalam Ali, 2005) kemandirian juga dapat
diartikan sebagai suatu kondisi seseorang yang tidak bergantung kepada otoritas dan
tidak membutuhkan arahan secara penuh. Menurut Setiyawan (dalam Yusuf, 2001),
kemandirian adalah keadaan seseorang yang dapat menentukan diri sendiri dan
dapat dinyatakan dalam tindakan atau perilaku seseorang yang dapat dinilai. Arti ini
memberikan penjelasan bahwa kemandirian menunjuk pada adanya kepercayaan
akan kemampuan diri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan
khusus dari orang lain, keengganan untuk dikontrol orang lain, dapat melakukan
sendiri kegiatan-kegiatan dan menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi.
2. Aspek Kemandirian
Aspek yang menjadikan remaja mandiri menurut Doulvan dan Andelson (dalam
Steinberg, 1993) ada tiga meliputi, kemandirian emosional, kemandirian perilaku, dan
kemandirian nilai. Secara rinci karakteristik tersebut dijabarkan sebagai berikut:
a) Kemandirian emosi, kemandirian ini merujuk kepada pengertian yang
dikembangkan anak mengenai individuasi dan melepaskan diri atas ketergantungan
mereka dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dari orang tua mereka. Secara
operasional aspek kemandirian ini terdiri dari beberapa indikator seperti: 1) de-
idealized artinya remaja memandang orang tua apa adanya, 2) parent as people
artinya remaja melihat orang tua sebagai orang dewasa lainnya, 3) non-dependency
artinya remaja dapat mengandalkan dirinya sendiri dari pada bergantung pada orang
tuanya, dan individuation artinya remaja memiliki pribadi yang berbeda dengan orang
tuanya.
b) kemandirian perilaku yaitu kemampuan remaja untuk mengambil keputusan secara
mandiri dan konsekuen melaksanakan keputusan tersebut. Secara operasional
menurut Steinberg (dalam Yusuf, 2001) aspek kemandirian ini terdiri dari beberapa
indikator yaitu:
1) memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan tanpa campur tangan orang lain
(changes in decision making abilities), 2) memiliki kekuatan terhadap pengaruh orang
lain (changes in conformity and susceptibility to influence), dan memiliki rasa percaya
diri dalam mengambil keputusan (self reliance in decision making).
Ciri merupakan tanda khas yang membedakan sesuatu hal dari hal yang lainnya.
Orang yang mandiri pun memiliki ciri tertentu yang membedakan dirinya dengan
orang yang tidak mandiri. Ciri-ciri sikap mandiri menurut Spencer dan Kass (dalam Ali,
2005) adalah:
a. mampu mengambil inisiatif
b. mampu mengatasi masalah
c. penuh ketekunan
d. memperoleh kepuasan dari usahanya
e. berusaha menjalankan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Sedangkan menurut Antonius (dalam Fatimah, 2003: 145) ciri-ciri sikap mandiri
meliputi:
Pendapat lain yang menyatakan tentang ciri sikap mandiri dikemukakan oleh Hill dan
Steinberg (1993) adalah:
a) kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan mengetahui dengan pasti
kapan seharusnya meminta/mempertimbangkan nasehat orang lain selama hal itu
sesuai, b) mampu mempertimbangkan bagian-bagian alternatif dari tindakan yang
dilakukan berdasarkan penilaian sendiri dan saran-saran orang lain, dan mencapai
suatu keputusan yang bebas tentang bagaimana harus bertindak atau melaksanakan
keputusan dengan penuh percaya diri.
Berdasarkan ciri sikap mandiri yang dikemukan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa seseorang yang mandiri adalah orang yang percaya diri akan kemampuan dan
memiliki prinsip dalam hidupnya sehingga ia akan cukup mampu melakukan aktivitas
apapun dalam hidupnya tanpa harus bergantung pada orang lain.
1) Intelegensi
Gunarsa (dalam Budiman, 2007) menyatakan bahwa individu dapat dikatakan
mempunyai kecerdasan (intelegensi) yang baik jika ia mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri. Secara umum intelegensi memegang peranan yang penting
dalam kehidupan seseorang, individu yang memiliki intelegensi yang rata-rata normal
tentunya akan mudah melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, bila
dibandingkan individu dengan tingkat intelegensi yang rendah atau pada anak autis
misalnya karena intelegensi mempengaruhi cara berpikir logis seseorang.
2) Usia
Smart dan Smart (dalam Musdalifah, 2007) menyatakan kemandirian dapat dilihat
sejak individu masih kecil, dan akan terus berkembang sehingga akhirnya akan
menjadi sifat-sifat yang relatif menetap pada masa remaja. Bertambahnya usia
seseorang maka secara otomatis terjadi perubahan fisik yang lebih kuat pada
individu, sehingga akan memudahkan seseorang melakukan sesuatu tanpa bantuan
dari orang lain.
3) Jenis kelamin
Sesungguhnya pada anak perempuan terdapat dorongan untuk melepaskan diri dari
ketergantungan pada orang tua, tetapi dengan statusnya sebagai gadis mereka
dituntut untuk bersikap pasif, berbeda dengan anak lelaki yang agresif dan ekspansif,
akibatnya anak perempuan berada lebih lama dalam ketergantungan daripada anak
laki-laki (Simandjuntak dan Pasaribu dalam Yusuf, 2001). Oleh karena itu tidak
mengherankan apabila banyak siswa putri yang terkesan kurang mandiri.
Penelitian yang dilakukan oleh Fleming(2005) mengenai pengaruh usia dan jenis
kelamin menunjukkan bahwa isu mengenai kemandirian lebih sering muncul pada
remaja pria. Hal ini senada dengan yang di utarakan oleh Hoff (dalam Yusuf, 2001)
bahwa laki-laki lebih mandiri dari pada perempuan. Remaja pria lebih sering
mengalami konflik dengan orangtua seputar kepatuhan terhadap nasihat orangtua
sedangkan remaja putri dinilai lebih patuh terhadap nasihat orangtua. Tetapi pada
penelitian Feldman (dalam Musdalifah, 2007) bahwa tidak ditemukan hubungan
antara jenis kelamin dengan kemandirian. Jadi remaja laki-laki belum tentu lebih
mandiri dari remaja perempuan.
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar individu itu sendiri yang
meliputi:
1) Kebudayaan
Kebudayaan yang berbeda akan menyebabkan perbedaan norma dan nilai-nilai yang
berlaku di dalam lingkungan masyarakat, sehingga sikap dan kebiasaan masyarakat
tertentu akan berbeda dengan masyarakat yang lainnya (Sarwono, 2007). Siswa
dengan kebudayaan metropolitan yang terbiasanya dengan kehidupan instan dan
serba canggih tentunya akan memiliki kemandirian yang berbeda dengan siswa
dengan latar belakang kebudayaan di desa.
Daftar Pustaka :
Ali, M.2005. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Jakarta: Rineka Cipta
Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: CV Pustaka Setia
Hurlock, E. B. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Musdalifah.2007. Perkembangan Remaja dalam Kemandirian (Hambatan Psikologis
dependensi terhadap orang tua). Jurnal Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Vol 4.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1998. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.
Santrock, J.W. 2003. Perkembangan Remaja. Edisi ke enam. Penerjemah : Shinto B.
Adelar dan Sherly Saragih. Jakrta : Erlangga.
Yusuf . 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosda.