Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

Perilaku Masyarakat dalam Pencarian


Pertolongan Kesehatan yang Berkaitan
dengan Berbagai Aspek Masyarakat

Oleh:
Aulia Izzati
22010112130116

PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wataala yang
telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik serta tepat pada waktunya. Makalah
ilmiah ini berjudul Pencarian Pertolongan Kesehatan yang Berkaitan dengan
Berbagai Aspek dalam Masyarakat.

Makalah ini ditulis sebagai sebuah metode pembelajaran serta memenuhi


tugas kuliah (Mata Kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar Semester III). Penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan dan penyelesaian makalah ini, diantaranya :

1. Dra. Ani Margawati, M.Kes., PhD. sebagai dosen pengampu.


2. Teman teman yang telah membantu dan bekerjasama sehingga
makalah ini dapat selesai.

Sebagai manusia, penulis menyadari bahwa penulis tidaklah sempurna dan


karena itu sekiranya segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini
dapat dimaklumi dan dimaafkan. Akan menjadi suatu kebanggaan bagi
penulis apabila makalah ini mendapatkan kritik dan saran yang dapat
membangun penulis untuk menjadi lebih baik pada pembuatan makalah
selanjutnya.

Demikian akhir kata dari penulis, semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya dan sebagai media pembelajaran budaya
khususnya dalam segi teoritis sehingga dapat membuka wawasan ilmu
budaya lebih luas serta akan menghasilkan teori yang lebih baik di masa
yang akan datang.

Semarang, 19 Oktober 2013


BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Diantara faktor
faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan , baik kesehatan
individu maupunkelompok sangatlah besar. Salah satu usaha yang sangat
penting di dalam upaya merubah perilaku adalah dengan melakukan kegiatan
pendidikan kesehatan atau yang biasa dikenal dengan penyuluhan. Sejauh
mana kegiatan tersebut bisamerubah perilaku masyarakat akan sangat
dipengaruhi oleh faktor faktor lain yang ikut berperan dan saling
berkaitandalam proses perubahan perilaku itu sendiri.
Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau
aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manuasia pada
hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu
perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup
berjalan, berbicara, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal
seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit salah satunya
adalah pencarian pelayanan kesehatan dalam berbagai bentuk.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dibahas di atas, dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk pencarian pelayanan kesehatan oleh masyarakat?
2. Siapa saja yang dapat memberikan pelayanan kesehatan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan rumusan masalah tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk pencarian pelayanan kesehatan oleh
masyarakat.
2. Untuk mengetahui siapa saja yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan.
BAB II
Pembahasan

2.1 Bentuk Pencarian Pelayanan Kesehatan oleh Masyarakat


Menurut Notoatmodjo, (2007:205-207) masyarakat atau anggota
masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit
(disease but no illness) tidak akan bertindak apa-apa terhadap
penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga
merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan
usaha. Respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut:

1. Tidak bertindak/kegiatan apa-apa (no action).


Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak
mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. anggapan
bahwa tanpa bertindak gejala yang dideritanya akan lenyap
dengan sendirinya, fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat
jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak
responsive, dan sebagainya, akhirnya alasan takut dokter, takut
pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya.

2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment)


Alasan orang atau masyarakat percaya kepada diri sendiri, dan
karena pengalaman yang lalu usaha-usaha pengobatan sendiri
sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan
pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional


(traditional remedy).
Masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini
masih menduduki tempat teratas dibanding masih menduduki
tempat teratas disbanding dengan pengobatan-pengobatan yang
lain. Pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-
sakit adalah lebih bersifat budaya dari pada gangguan-gangguan
fisik. Identik dengan pencarian pengobatan pun lebih
berorientasi kepada sosial-budaya masyarakat dari pada hal-hal
yang dianggapnya masih asing.
Dukun yang melakukan pengobatan tradisional merupakan
bagian masyarakat, berada ditengah-tengah masyarakat, dekat
dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah
kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat dari
pada dokter, mantri, bidan, dan sebagainya yang masih asing
bagi mereka seperti juga pengobatan yang dilakukan dan
obatnya juga merupakan kebudayaan mereka.

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-


warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk ketukang-
tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya
adalah obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk
dikontrol.

5. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern


yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga
kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam balai
pengobatan, Puskesmas, dan Rumah Sakit.

6. Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang


diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine).

Dari uraian-uraian di atas tampak jelas bahwa persepsi masyarakat


terhadap sehat-sakit sangat berbeda pada setiap individu, kelompok
dan masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat
hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan, berdasarkan
perbedaan persepsi mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya
fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila persepsi sehat-sakit
masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas
masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang
diberikan, Notoatmodjo (2007:206)

2.2 Pemberi Pelayanan Kesehatan


Menurut Depkes RI, (2009) dalam undang undang Kesehatan
menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan yang optimal dan memiliki kewajiban untuk
ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
perorangan, keluarga dan lingkungannya. Oleh karena itu semua orang
termasuk tenaga kesehatan mempunyai kewajiban untuk melaksakan
pemeliharaan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan
merata terjangkau oleh masyarakat mewujudkan derajat kesehatan
diselenggarakan melalui pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemeliharan
kesehatan (rehabilitatif) upaya tersebut diatas dilaksakan secara menyeluruh
terpadu, dan berkesinambungan.
Jenis pemberi pelayanan kesehatan antara lain :
1. Dokter Umum
Menurut Syafrudin (2009:216) dokter umum adalah seseorang
mempunyai pengetahuan yang lebih luas dalam obstetri, bekerja di
puskesmas lebih banyak dalam kegiatan obstetri yang mencakup seluruh
proses reproduksi, pengaturan, kesuburan, baik berupa penerangan,
maupun pelayanan.
Menurut Syafrudin, (2009:217) dokter Ahli yaitu orang yang dapat
menangulangi semua kasus, tetapi sebagian masyarakat dapat
menikmatinya (biaya mahal) jumlah sedikit tidak menyebar dari segi
pelayanan tenaga sangat terbatas kegunaannya.
2. Bidan
Menurut PP IBI (2006:1,2) bidan seseorang (wanita) yang telah
mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan kebidanan yang telah
diakui pemerintah setempat, dan lulus ujian sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, telah memperoleh Ijazah dan terdaftar sebagai persyaratan
utama untuk melakukan praktek kebidanan. Bidan harus mampu
memberikan supervisi asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan
kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca
persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas
tanggungjawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak.
Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi
abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta
melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya
tenaga medik lainnya. Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi
dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga
termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk antenatal,
dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas daerah tertentu dari
ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Bidan bisa berpraktek
di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-
tempat pelayanan lainnya ( PP IBI, 2006: 72).
Menurut Syafrudin, (2009:54) bidan adalah suatu profesi yang dinamis.
Perobahan yang terjadi begitu cepat, mengharuskan bidan secara terus
menerus untuk memperbaharui ketrampilannya dan meningkatkan
kemampuannya, berfokus pelayanan kesehatan reproduksi, sebagai
pengelola, pendidik, dan peneliti.
3. Perawat Kesehatan
Menurut Depkes, RI (2001:4) menyatakan bahwa perawat kesehatan
adalah seseorang yang memiliki kualifikasi sehingga dibenarkan
mempunyai kedudukan dalam suatu sistem pelayanan kesehatan.
Kedudukan perawat dalam sistem ini sebagai anggota tim kesehatan
yang memiliki wewenang dalam pelaksanaan perawatan.
Depkes, RI (2001:16,17) secara rasional tenaga keperawatan yang
mencakup tugas, wewenang dan tanggung jawab dengan kompentensi
yang dipersyaratkan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperwatan dan kebidanan yang efektif dan efisien.
Sesuai dengan tugas perawat, tenaga perawat dapat bekerja sama baik
di Puskesmas maupun di Rumah Sakit. Salah satu tugas perawat
dimasyarakat dalam melaksanakaan program KIA adalah memberikan
asuhan keperawatan kepada Ibu hamil, Ibu bersalin, Ibu nifas, bayi baru
lahir serta keluarga berencana dalam melaksanakan tugasnya perawat
bekerja secara tim dengan petugas kesehatan lain.
4. Dukun (Tenaga Non Kesehatan).
Menurut Syafrudin,dkk (2009:165) dukun bayi adalah orang yang
trampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan dan
perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat, kepercayaan
masyarakat terhadap ketrampilan dukun bayi berkaitan dengan sistim
nilai budaya masyarakat, dukun bayi diperlakukan sebagai tokoh
masyarakat sehingga memiliki potensi dalam pelayanan kesehatan.
Menurut Depkes R I (2003:2-3) dukun bayi adalah orang yang dianggap
trampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk menolong persalinan,
perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat. Ketrampilan
dukun bayi pada umumnya didapat melalui magang. angapan dan
kepercayaan masyarakat berkaitan dengan sistem budaya.
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya
seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan
menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh keterampilan
tersebut dengan cara turun temurun, belajar secara praktis, atau cara
yang menjurus kearah peningkatan keterampilan melalui petugas
kesehatan (Depkes RI, 1993:5).
Dukun (bermacam-macam dukun) yang melakukan pengobatan
tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada ditengah-tengah
masyrakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan
adalah kebudayaan masyarakat, dukun terkadang lebih diterima oleh
masyarakat jika dibandingkan dengan tanaga dokter,bidan,mantri dan
sebagainya yang masih asing bagi mereka dan obat-obatan yang
digunakanpun merupakan hasil kebudayaan yang berkembang
dimasyarakat tersebut (Notoatmodjo, 2007:206).
Di pedesaan dukun biasanya mempunyai penghasilan tetap sebagai
petani atau pedagang kecil, pertolongan persalinan yang diberikan rata-
rata 2-3 kali sebulan. Pengetahuan tentang fisiologis dan patologi dalam
kehamilan, persalinan serta nifas sangat terbatas, sehingga bila timbul
komplikasi ibu tidak mampu mengatasi, bahkan tidak menyadari arti dan
akibatnya. Walaupun demikian, dukun bayi dalam masyarakat
mempunyai pengaruh besar, dukun menghadiri persalinan tidak hanya
memberikan pertolongan teknis, melainkan juga memberikan emotional
security kepada wanita yang sedang bersalin serta keluarganya, karena
dengan doa-doanya dianggap dapat membantu melancarkan jalannya
persalinan (Depkes RI, 1993)
Keberadaan dukun masih sangat kuat pengaruhnya bagi masyarakat
pedesaan. Ini terjadi karena usia dukun yang relatif tua sehingga
dianggap mempunyai pengalaman yang lebih serta dianggap sesepuh di
daerahnya. Selain itu biasanya dukun bayi/beranak melakukan pemijatan
ibu hamil yang kehamilannya semakin tua. Masalah sosio kultural inilah
yang masih sulit untuk dihapuskan dari anggapan masyarakat dalam
waktu yang relatif singkat (Depkes RI, 1993).
Tugas dukun bukan hanya menolong persalinan, ia juga biasanya
memberikan pengobatan tradisional kepada ibu yang memerlukan.
Pendekatan yang dilakukan oleh dukun terhadap ibu yang ditolongnya
adalah secara kekeluargaan, sehingga upah yang diterima tidak hanya
dalam bentuk uang tapi ia juga menerima rasa terima kasih dari orang
yang ditolongnya dalam bentuk barang. Pelayanan yang diberikan oleh
dukun cukup lengkap, mulai dari perawatan semasa hamil, persalinan
dan nifas, termasuk berbagai cara yang dilakukan terhadap ibu dan
bayinya (Depkes RI, 1993).
BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan

Masyarakat ketika membutuhkan pertolongan karena kesakitan akan tidak


bertindak/kegiatan apa-apa, tindakan mengobati sendiri, mencari pengobatan
ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional, mencari pengobatan dengan
membeli obat-obat ke warung-warung obat, mencari pengobatan ke fasilitas-
fasilitas pengobatan modern, mencari pengobatan kefasilitas pengobatan
modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek.

Pemberi pelayanan kesehatan yang akan dicari oleh masyarakat, yaitu dokter
umum, bidan, perawat ksehatan, dan tenaga non-kesehatan seperti dukun

3.2 Saran

Hubungan kesehatan dengan perilaku sangatlah erat dan saling


berkesinambungan, individu yang sehat akan tercermin dari perilaku yang
sehat pula. Sebaliknya juga begitu perilaku yang sehat akan mencerminkan
individu dengan kualitas hidup baik.

Perilaku masyarakat dalam pencarian pelayanan kesehatan juga akan


berpengaruh pada kualitas kesehatan masyarakat saat sakit, untuk itu
haruslah dipupuk sejak dini kepada masyarakat agar bisa mencari jenis
pelayanan kesehatan yang tepat untuk segala kondisi kesehatan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai