Anda di halaman 1dari 23

PETUNJUK PELAKSANAAN PRAKTIKUM

ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

DISUSUN OLEH
TIM ASISTEN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Ir. Abdul Latief Abadi, MS.
Antok Wahyu Sektiono, SP., MP.

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
PERATURAN PRAKTIKUM ILMU PENYAKIT TUMBUHAN

1. Praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan (IPT) merupakan kegiatan praktikum yang terdiri dari MK
Ilmu Penyakit Tumbuhan dengan bobot praktikum 1 sks.
2. Nilai praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan (IPT) memberikan kontribusi untuk nilai akhir MK
Ilmu Penyakit Tumbuhan.
3. Praktikum dimulai tepat waktu yang telah ditentukan. Keterlambatan 15 menit ditugaskan untuk
meresume jurnal International dan dikumpulkan di akhir praktikum.
4. Presensi kehadiran peserta praktikum 100% (dilampirkan surat dokter jika ijin/sakit).
5. Absensi dilakukan 1 kali untuk praktikum.
6. Wajib memakai jas laboratorium. Digunakan sebelum masuk ke laboratorium dan dilepas ketika
sudah di luar laboratorium. Apabila tidak membawa jas lab diperkenankan untuk mencari
pinjaman jas lab.
7. Apabila ada praktikan yang mengganggu alat dan bahan penelitian di laboratorium nilai 0 atau
mengulang praktikum tahun depan.
8. Pada waktu pelaksanaan praktikum assisten menilai kemampuan mahasiswa secara kelompok
dan individu.
9. Laporan dikumpulkan setiap minggu setelah pelaksanaan prtaktikum.
10. Penilaian selama praktikum ada 2 macam, yaitu kelompok dan individu. Unsur-unsur penilaian
meliputi: kognitif, psikomotorik, dan afektif.
11. Wajib mengikuti Ujian Akhir Praktikum (UAP) sebagai persyaratan akumulasi nilai akhir.

TIM ASISTEN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN


1. PENGENALAN TENTANG PENYAKIT DAN MEKANISME TERJADINYA PENYAKIT
PADA TUMBUHAN

Ilmu penyakit tumbuhan (Fitopatologi) mempelajari makhluk hidup dan keadaan lingkungan
yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan, bagaimana mekanisme faktor-faktor tersebut
menyebabkan penyakit pada tumbuhan, interaksi antara agensia penyebab penyakit dan tumbuhan
sakit, metode untuk mencegah atau mengendalikan penyakit serta mengurangi kerusakan yang
ditimbulkannya (Agrios, 2005).
Ilmu penyakit tumbuhan menggunakan pengetahuan dan teknik dasar botani, mikologi,
bakteriologi, virologi, nematologi, genetika, anatomi tumbuhan, fisiologi tumbuhan, biologi
molekuler, rekayasa genetik,ilmu kehutanan, meteorologi, biokimia, hortikultura, kimia,kultur
jaringan, ilmu tanah dan fisika (Agrios, 2005).

Konsep Penyakit Pada Tumbuhan


Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan tersebut dapat melaksanakan
fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensial genetik terbaik yang dimilikinya (Agrios, 2005).
Definisi penyakit terjadi perubahan fungsi-fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan
yang terus-menerus oleh agensia-agensia patogen atau faktor lingkungan dan menyebabkan
perkembangan gejalanya (Agrios, 2005). Fungsi-fungsi tersebut adalah pembelahan, difarensiasi air
dan mineral dari tanah dan mentraslokasikannya ke seluruh bagian tumbuhan, fotosintesis dan
translokasi hasil-hasil fotosintesis ke tempat-tempat penggunaan dan penyimpanannya,
metabolisme senyawa-senyawa yang disintesis, reproduksi, dan penyimpanan persediaan makanan
untuk reproduksi dan kebutuhan setelah berakhirnya musim dingin (Agrios, 2005).
Mekanisme penyakit pada mulanya tumbuhan bereaksi terhadap agensia penyebab penyakit
pada bagian terserang. Reaksi tersebut berupa reaksi biokimia alami yang tidak dapat dilihat. Akan
tetapi, reaksinya dengan cepat menyebar dan menjadi perubahan. Perubahan pada jaringan yang
dengan sendirinya menjelma menjadi makrokopis dan membentuk gejala panyakit. Sel dan jaringan
yang dirusak dari tumbuhan skit biasanya menjadi lemah atau hancur oleh agensia penyebab
penyakit. Kemampuan sel dan jaringan tersebut melaksanakan fungifungsi fisiologisnya yang
normal menjadi menurun atau terhenti sama sekali dan sebagai akibatnya pertumbuhan terganggu
atau tumbuhan mati (Agrios, 2005). Patogen menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan
melemahkan inang dengan cara menyerap makanan secara terus-menerus dari sel-sel inang untuk
kebutuhannya. Menghentikan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan toksin, enzim atau
zat pengatur tumbuhan yang disekresinya. Menghambat transportasi makanan, hara mineral dan air
melalui jaringan pengangkut. Mengkonsumsi kandungan sel inang setelah terjadi kontak (Agrios,
2005).
Klasifikasi Penyakit Tumbuhan
Penyakit tumbuhan
umbuhan dikelompokan berdasarkan gejala yang ditimbulkan, menurut organ
tumbuhan yang dipengaruhinya, menurut jenis tumbuhan yang dipengaruhinya, dan berdasarkan
jenis patogen penyebab penyakit (Agrios, 2005). Penyakit tumbuhan dapat diklasifikasikan yaitu
penyakit tumbuhan yang bersifat infeksi atau biotik (jamur, prokariota: bakteri dan mikoplasma,
tumbuhan tingkat tinggi parasit, virus dan viroid, nematoda, dan protozoa), dan penyakit noninfektif
atau abiotik (suhu yang terlalu tinggi/rendah, kekurangan/kelebihan
kekurangan/kelebihan kelembapan tanah,
kekurangan/kelebihan cahaya, kekurangan oksigen, populasi udara, defisiensi hara, keracunan hara,
kemasaman/ salinitas, toksisitas pestisida, dan kultur teknis yang salah (Agrios, 2005).

MEKANISME TERJADINYA PENYAKIT


Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh patogen (parasit) atau
dipengaruhi oleh agensia abiotik (fisiapath). Oleh karena itu, untuk tejadinya penyakit tumbuhan
sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interansi antara dua komponen (tumbuha
(tumbuhan dan patogen).
Untuk mendukung perkembangan penyakit maka harus adanya interaksi adanya tiga komponen
yaitu patogen yang virulen, tanaman yang rentan dan lingkungan yang mendukung seperti pada
gambar di bawah ini:

Pada penyakit tumbuhan yang infeksius


infeksius (menular) ada beberapa rangkaian kejadian yang
berurutan satu dengan yang lainnya. Siklus penyakit meliputi perubahan-perubahan
perubahan perubahan patogen di
dalam tubuh tanaman dan rangkaian perubahan tanaman inang serta keberadaan patogen (siklus
hidup patogen) di dalamnya
ya dalam rentang waktu tertentu selama masa pertumbuhan tanaman.
Kejadian penting dalam siklus penyakit meliputi : inokulasi (penularan), penetrasi (masuk tubuh),
infeksi (pemanfaatan nutrien inang), invasi (perluasan serangan ke jaringan lain), penyebaran ke
tempat lain dan pertahanan patogen.
a. Inokulasi atau Penularan Langkah-langkah
Langkah langkah yang terjadi pada proses inokulasi, dimulai dari :
inokulum patogen sampai ke permukaan tubuh tanaman inang melalui perantaraan angin, air,
serangga dan sebagainya. Pada jamur atau cendawan, inokulum dapat berupa miselium, spora,
atau sklerotium. Pada bakteri, mikoplasma, dan virus, inokulumnya berupa individu bakteri,
individu mikoplasma, dan partikel virus itu sendiri. Pada tumbuhan parasitik, inokulum dapat
berupa fragmen tumbuhan atau biji dari tumbuhan parasitik tersebut. Pada nematoda, inokulum
dapat berupa telur, larva, atau nematoda dewasa.
b. Penetrasi. Penetrasi merupakan proses masuknya patogen atau bagian dari patogen ke dalam
sel, jaringan atau tubuh tanaman inang. Patogen melakukan penetrasi dari permukaan tanaman
ke dalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang melalui empat macam cara, yaitu secara
langsung menembus permukaan tubuh tanaman, melalui lubang-lubang alami, melalui luka, dan
melalui perantara (pembawa, vektor). Tumbuhan parasitik dan nematoda melakukan penetrasi
dengan cara langsung.Spora jamur yang berkecambah akan membentuk buluh kecambah yang
dapat digunakan untuk melakukan penetrasi, baik langsung menembus permukaan maupun
melalui lubang alami dan luka. Bakteri biasanya melakukan penetrasi melalui luka atau
dimasukan oleh perantara tertentu dan sedikit sekali yang masuk melalui lubang-lubang alami
permukaan tanaman. Virus dan mikoplasma dapat melakukan penetrasi dengan melalui luka
atau dimasukan oleh perantara atau vektor.
c. Infeksi. Infeksi merupakan suatu proses dimulainya patogen memanfaatkan nutrien (sari
makanan) dari inang. Proses ini terjadi setelah patogen melakukan kontak dengan sel-sel atau
jaringan rentan dan mendapatkan nutrien dari sel-sel atau jaringan tersebut .
d. Invasi. Invasi merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan patogen setelah terjadi infeksi.
Individu jamur dan tumbuhan parasitik umumnya melakukan invasi pada tanaman dimulai sejak
proses infeksi dengan cara tumbuh dalam jaringan tanaman inang, sehingga tanaman inang
selain kehilangan nutrien, selselnya atau jaringan juga rusak karenanya.
e. Dispersi. Penyebaran patogen berarti proses berpindahnya patogen atau inokulum dari
sumbernya ke tempat lain. Penyebaran patogen dapat terjadi secara aktif maupun pasif.
Beberapa patogen dapat melakukan penyebaran secara aktif, misalnya nematoda, zoospora dan
bakteri motil.

Diagnosis Penyakit Tumbuhan merupakan Langkah pertama dalam diagnosis penyakit tanaman
adalah menentukan penyebab penyakit, apakah disebabkan oleh patogen atau karena faktor
lingkungan fisik tanaman. Secara umum, langkah-langkah dalam tata kerja diagnosis penyakit
tanaman adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi tanaman inang. Mudah sulitnya tanaman yang akan didiagnosis tergantung dari
keadaan tanamannya. Jika tanaman memiliki bagian-bagian yang lengkap, seperti : akar, batang,
bunga, buah, dan lainnya, akan lebih mempermudah diagnosis dari pada tanaman yang tidak
lengkap.
b. Informasi lingkungan tempat tanaman inang tumbuh. Tanaman inang yang tumbuh di tanah
datar, kebun, atau pekarangan akan berbeda sifatnya. Hal ini perlu diketahui karena akan ikut
menentukan tindakan pengendalian yang direkomendasikan.
c. Pengamatan gejala-gejala di lapangan. Adanya catatan mengenai gejala yang ada di lapangan
akan membantu mempermudah diagnosis.
d. Kondisi kultur teknis. Informasi tentang bagaimana tanaman yang bersangkutan
dibudidayakan dapat merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan tanaman.
e. Pengamatan gejala lanjutan. Pengamatan dari dekat tanpa bantuan alat pembesar seharusnya
sudah dapat menunjukan tipe penyakit yang ada, untuk lebih meyakinkan keberadaan organisme
pada atau dalam tubuh tanaman dapat dibunakan alat pembesar bahkan alat-alat maupun proses
lain.

2. STERILISASI
Sterilisasi adalah perlakuan membebaskan benda dari semua organisme hidup. Mekanisme
sterilisasi yang paling umum digunakan di laboratorium yakni pemanasan (panas lembab atau
kering), perlakuan kimia, penyaringan dan radiasi.
STERILISASI DENGAN PANAS-LEMBAB
Sterilisasi dengan panas-lembab biasanya dilakukan di dalam sebuah bejana logam yang
disebut autoklaf dengan menggunakan uap air jenuh (aquades) bertekanan 15 psi selama 15 menit
pada suhu 121oC. Autoklaf pada umumnya digunakan untuk mensterilisasi bahan-bahan yang dapat
ditembus oleh kelembaban (tidak menolak air) serta material yang tidak rusak oleh perlakuan
tersebut, misalnya media biakan, larutan, peralatan laboratorium.
Pengaruh panas-lembab dalam proses sterilisasi adalah dapat mengkoagulasikan protein-
protein mikroba (termasuk enzim-enzimnya) dan menginaktifkannya secara searah (irreversible).
Oleh sebab itu, kontak langsung antara uap air dan benda yang disterilkan amat penting untuk
keberhasilan proses ini.
STERILISASI DENGAN PEMANASAN KERING
Sterilisasi dengan pemanasan kering seringkali dipakai untuk mensterilkan perangkat kaca
atau material padat lainnya yang tahan panas atau material yang tidak bisa disterilkan dengan panas-
lembabkarena menolak air (parafin, minyak mineral, lilin). Dalam keadaan kering, struktur protein
lebih stabil dan agak sukar terdenaturasi sehingga suhu panas kering, struktur protein lebih stabil
dan agak sukar terdenaturasi sehingga suhu panas kering harus di set lebih tinggi dan lama. Panas
kering mengaktifkan mikroorganisme dengan cara mengoksidasi komponen-komponen intraseluler.
Sterilisasi dengan panas kering dilakukan di dalam oven. Hubungan antara suhu yang digunakan
dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk sterilisasi dapat dilihat pada tabel
Suhu (oC) Waktu (jam)
170 1.0
160 2.0
150 2.5
140 3.0

STERILISASI DENGAN PENYARINGAN


Proses sterilisasi ini berguna untuk bahan yang tidak tahan panas, misalnya ekstrak tanaman,
serum, enzim, media sintetik tertentu, toksin bakteri dan antibiotik. Dasar metode ini semata-mata
hanyalah proses mekanis yang membersihkan larutan atau suspensi dari segala organisme hidup
dengan melakukannya pada suatu saringan.
STERILISASI DENGAN RADIASI
Cara lain untuk sterilisasi adalah radiasi., biasanya digunakan untuk bahan tertentu (misal
tanah) dan dilakukan di dalam ruangan khusus dengan cara menggunakan radiasi ionisasi energi
tinggi. Sebagai bahan radiasi digunakan sinar gamma dan kobalt 60 (Co60) atau Caesium 136
(Ce136).

3. ASPEK MIKOLOGI
Jamur merupakan organisme eukariotik yang memiliki membran sel dan nukleus dalam
setiap sel, dan tidak memiliki klorofil. Jamur dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual
(Rogers, 2011). Kebanyakan jamur berbentuk filamen, banyak yang tumbuh secara uniseluler yang
disebut sebagai khamir (yeast) dan beberapa merupakan jenis primitif (Kavanagh, 2011). Jamur
berukuran kecil, umumnya dapat dilihat secara mikroskopis, eukarotik, biasanya berbentuk filamen,
bercabang, menghasilkan spora dan tidak berklorofil (Agrios, 2005).
Bagian yang cukup penting dari sel jamur benang adalah hifa. Hifa adalah suatu struktur
fungus berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang yang terbentuk dari pertumbuhan
spora atau konidium. Hifa memiliki fungsi untuk menyerap nutrien dari lingkungan serta
membentuk struktur untuk reproduksi (Gandjar dkk., 2006). Pembentukan cabang pada hifa dapat
terbentuk sepanjang hifa. Cabang hifa tersebut akan menjauhi hifa induk atau hifa pertama agar
nutrien di lingkungan dapat terjangkau sejauh mungkin. Sehingga hifa bentuknya semakin besar
dan semakin luas. Komponen isi sel jamur yaitu nukleus, mitokondria, retikulum endoplasma,
ribosom, apparatus golgi, mikrobodi (peroksisom, glioksisom, hidrogenesom, lisosom dan
liposom).
1. Nukleus berfungsi sebagai pusat pengatur metabolisme.
2. Ribosom berfungsi untuk tempat sintesis polipeptida.
3. Aparatus golgi memiliki peran yaitu memroses dan menyekresi glikoprotein yang akan menjadi
bagian dari dinding sel, bahan-bahan ekstraselular seperti membran pembungkus sel (cell coat)
pada pembelahan spora dari suatu sitoplasma yang multinukleat, dan menghasilkan vesikel yang
berperan dalam pertumbuhan dinding sel.
4. Vesikel berisi enzim-enzim yang dibutuhkan oleh sel, ada juga yang dapat mengikat zat warna
dan fungisida yang bersifat racun bagi sel sendiri. Fungsi lain sebagai organ penyimpanan
makanan atau berkembang menjadi klamidiospora, yang merupakan sel dorman sebagai bentuk
pertahanan diri fungi di lingkungan yang kurang menguntungkan.
5. Mikrobodi, peroksisom (mikrobodi yang mengandung katalase), hidrogenosom (mengandung
hidrogenase untuk reaksi- reaksi anaerob dalam sel), glioksisom mengandung enzim-enzim yang
terlibat dalam oksidasi asam lemak dan dalam daur glio-oksalat (Moore-Landecker, 1996).
Terdapat 4 filum dari jamur sejati yang berperan sebagai patogen penyebab penyakit pada
tumbuhan (Agrios, 2005).
1. Chytridiomycota
Memproduksi zoospora yang memiliki satu flagel posterior. Contoh Synchytrium endobioticum
penyebab kutil pada kentang.
2. Zygomycota
Memproduksi spora aseksual nonmotil di sporangia, menghasilkan zygospora. Contoh
Choanephora cucurbitarum penyebab busuk lunak pada sejenis labu.
3. Ascomycota
Memiliki fase seksual (teleomorf) dan aseksual (anamorf), memproduksi spora seksual disebut
askospora, memproduksi spora aseksual konidia berupa pycnidia, aservuli dll. Contoh dari kelas
Ascomycetes, ordo Microascales, genus Ceratocystis, spesies C. paradoxa penyebab penyakit
nanas pada tebu.
4. Basidiomycota
Memproduksi spora seksual disebut basidiospora, yang dihasilkan dari basidium. Contoh kelas
Basidomycetes, ordo Ustilaginales, genus Ustilago, spesies U. maydis penyebab gosong pada
jagung; ordo Uredinales, genus Puccinia penyebab penyakit karat pada tanaman serealia.

ISOLASI
Proses isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain yang berasal
dari campuran berbagai mikroba untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi dan sifat mikroba
lainnya (Waluyo, 2008). Isolasi patogen adalah proses mengambil patogen dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang
murni. Patogen dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur
aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain
(Singleton dan Sainsbury, 2006).
PURIFIKASI
Purifikasi atau disebut juga pemurnian adalah pemisahan satu jenis mikroorganisme patogen
dari media inokulasi yang terdiri mungkin saja, dari beberapa macam mikroorganisme dalam satu
media. Purifikasi ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengidentifikasian patogen
tersebut.. Purifikasi isolat patogen adalah suatu cara untuk memisahkan satu patogen dari patogen
lainnya yang tujuannya untuk mendapatkan biakan yang murni (Agrios, 2005).
Sebelum melakukan pemurnian (purifikasi) terhadap suatu patogen tanaman, maka patogen
tanaman pertama kali harus diisolasi ke dalam media buatan dan dibiakkan secara aseptik. Patogen
selalu berasosiasi dengan bagian tanaman yang sakit sehingga harus dilakukan isolasi. Purifikasi
bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam
medium baru.
IDENTIFIKASI
Pengertian identifikasi (penyakit) secara umum adalah membuat kepastian terhadap suatu
penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau suatu proses untuk mengenali suatu penyakit
tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan proses penyakit tersebut (Nurhayati, 2012). Patogen yang diidentifikasi berasal dari
pengambilan sampel tanaman yang terserang penyakit. Identifikasi jamur bisa menggunakan
mikroskop elektron payar Scanning Electron Microscope (SEM) untuk menghasilkan gambar.

ALAT DAN BAHAN


Alat. Gunting, cutter, pinset, cawan Petri kaca (d=9 cm, t=1,5 cm), autoklaf, gelas ukur (100
ml), bunsen, pematik api, plastik wrapping, plastik (3 kg), laminar air flow cabinet (LAFC), tisu,
microwave, botol sprayer, botol scott, kaca preparat, object glass, pipet dan kamera.
Bahan. Alkohol (70%), khloroks (1%), aquades, potato dextrose agar (PDA),
chlorampenicol.

METODE PELAKSANAAN
Isolasi jamur. Cuci sampel tanaman bergejala di air mengalir kemudian potong bagian
tanaman sakit dan sehat ( 1 cm). Potongan dampel dicuci dengan chlorox, alkohol dan
aquades secara berurutan dengan estimasi waktu 1 menit kemudian keringkan di tisu atau ditiriskan
dan tanam di media PDA dan di inkubasi selama 4x24 jam.
Purifikasi jamur. Lubangi sejumlah koloni dengan menggunakan cork borer kemudian
congkel dengan menggunakan jarum ose lalu di tanam kembali pada media potato dextrose agar
kemudian inkubasi selama 4x24 jam.
Identifikasi Jamur
Identifikasi jamur. Biakan murni jamur diambil dengan jarum ose kemudian diletakkan
pada kaca preparat kemudian di tetesi aquades kemudian di squash lalu diamati di mikroskop.
Identifikasi juga dapat dilakukan dengan cara, menumbuhkan sedikit isolat jamur pada kaca
preparat yang telah ditetesi sedikit media, lalu diinkubasi selama 4 x 24 jam.

4. ASPEK BAKTERIOLOGI
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang
uniseluler (bersel tunggal) dengan struktur yang relatif sederhana tanpa nucleus (inti sel) dan
organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hampir kebanyakan bakteri tidak berklorofil dan
tidak mempunyai plastid namun mempunyai protoplasma yang mengandung DNA yang disebut
sebagai intinya. Berdasarkan bentuk selnya, bakteri dibagi menjadi tiga yaitu : berbentuk bulat
kokus, berbentuk batang atau basil dan berbentuk berlenggok memanjang (spiral). Secara anatomi
struktur tubuh bakteri terdiri atas kapsul, dinding sel, membrane sel, struktur dalam sel
(mitokondria, inti dan granula), serta pelengkap lain seperti pili dan flagella (Sastrahidayat, 2012).
BENTUK-BENTUK BAKTERI
Menurut Sastrahidayat (2011), bentuk-bentuk bakteri adalah sebagai berikut :
1. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa
variasi sebagai berikut :
a. Mikrococcus, jika kecil tunggal
b. Diplococcus, jika bergandanya
c. Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
d. Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
e. Staphylococcus, jika bergerombol
f. Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
2. Basil (Spirilum) adalah kelompok bakteri yang beerbentuk batang atau silinder, dan
mempunyai variasi sebagai berikut :
a. Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
b. Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
3. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai
berikut :
a. Vibrio, (bentuk koma)
b. Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran.
ISOLASI
Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan asalnya dan
menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni. Bakteri dipindahkan
dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari
sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain.
Beberapa cara isolasi bakteri yang umum dilakukan diantaranya :
1. Cara goresan (streak plate)
Isolasi bakteri dengan pengoresan bertujuan agar bakteri dapat tumbuh menyebar pada
medium sehingga medium dapat dimanfaatkan lebih optimal. Cara penggoresan dilakukan dengan
terlebih dahulu medium agar pada cawan petri steril. Jarum ose yang akan digunakan dipanaskan
terlebih dahulu hingga memijar, setelah itu sentuhkan pada koloni bakteri yang akan diisolasi,
kemudian digoreskan pada medium yang tersedia. Inkubasi biakan dilakukan selama 2x24 jam pada
suhu ruang, lalu dilakukan pengamatan (Barrow dan Feltham, 1993).

CARA TUANG (POUR PLATE)

Isolasi bakteri dengan penuangan bertujuan untuk menentukan jumlah bakteri yang hidup
dalam suatu cairan. Hasil perhitungan jumlah bakteri pada cara penuangan dinyatakan dalam koloni
(Irianto, 2006). Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang bersama
suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal
ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam
agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada
yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen.
CARA SEBAR (SPREAD PLATE)
Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau
menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat. suspensi bakteri diambil 0,1 ml dengan
pipet ukur kemudian teteskan diatas permukaan agar yang telah memadat. Glass L yang telah steril
digoreskan secara merata pada permukaan media yang telah ditetesi suspensi bakteri.

TEKNIK PENGENCERAN (DILUSI)

Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir semua metode
penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate
Counter).
Alat. cawan Petri kaca (d=9 cm, t=1,5 cm), autoklaf, gelas ukur (100 ml), bunsen, pematik
api, plastik wrapping, plastik (3 kg), laminar air flow cabinet (LAFC), tissue, microwave, botol
sprayer, botol scott, kaca preparat, object glass, dan kamera.
Bahan alkohol (70%), aquades, natrium agar (NA), inokulum bakteri Erwinia carotovora
dan inokulum bakteri Xanthomonas oryzae pat oryzae.

METODE PELAKSANAAN
Isolasi bakteri. Membersihkan bahan yang akan diisolasi dan potong secukupnya. Kemudian
menyiapkan 5 cawan petri steril, sebuah cawan diisi dengan alcohol 70%, tiga cawan diisi aquades
steril dan cawan terakhir diisi dengan kertas tissue steril lalu bahan dicuci dengan alcohol, bilas
dengan aquades streil 3 kali dan keringkan dengan kertas steril. Masukkan bahan ke dalam cawan
petri dan cacah. Hasil cacahan diberi aquades steril secukupnya dan tunggu selama 15 menit.
Ambil satu ose suspense dan goreskan (streak) pada permukaan media, dan ikubasikan. Pindahkan
koloni yang morfologinya tampak berbeda kemedia baru dan murnikan
Purifikasi bakteri. Bakteri yang sudah diinkubasi selama 24 jam pada media agar kemudian
diambil Koloni yang tumbuh menggunakan jarum ose, selanjutnya distreak pada media agar yang
baru untuk mendapatkan koloni tunggal.
Uji patogenisitas bakteri E. carotovora. Mencuci umbi kentang dan wortel dengan air
mengalir lalu ditiriskan kemudian direndam dengan menggunakan sodium hipoklorit 1% selama 10
menit lalu direndam dengan aquades selama 3 menit kemudian ditiriskan. Suspensi bakteri yang
akan di inokulasikan kemudian diinjeksikan menggunakan mikrotip steril dengan volume 50 l
pada kentang dan wortel diinkubasi selama satu minggu.
Uji patogenisitas bakteri Xanthomonas orizae pat oryzae (Xoo). Suspensi bakteri Xoo
dicampur dengan aquades steril kemudian daun tanaman padi yang sudah dilukai dengan cara
dipotong ujungnya lalu direndam pada suspensi Xoo selama 10 menit dan diinkubasi selama 1
minggu.

5. ASPEK VIROLOGI
Virus adalah agensia yanag sangat kecil dan hanya dapat dilhiat melalui mikroskop elektron
serta hanya berkembang biak di sel hidup. Virus terdiri dari asam nukleat yang biasanya
diselubungi oleh mantel pelidung protein atau lipoprotein. Penularan secara mekanis merupakan
metode penularan yang mudah dilakukan dan banyak digunakan dalam percobaan penularan di
laboratorium. Inokulasi secara mekanis dilakukan dengan mengoleskan ekstrak pada permukaan
daun tanaman yang mengalami luka mikro (sub lethal wouding or abrasi) secara mekanis. Secara
umum, tanaman yang terinfeksi virus secara sistemik akan mengailndung virus selama tanaman itu
masih hidup karena tanaman tidak mempunyai mekanisme untuk menghilangkan virus. Oleh sebab
itu, setiap bagian tanaman yang digunakan menjadi tanaman baru melalui cara pembiakan vegetatif,
seperti okulasi, penyambungan, penyetekan, umbi, kultur jaringan, dan rizoma akan mengandung
virus yang brasal dari tanaman induk.
Macam-macam Teknik Penularan Virus
Penularan virus melalui cantuman (sambung) Terjadi karena virus bersifat sistemik.
Sehingga persatuan pembuluh antara batang bawah dan batang atas memberikan kesempatan bagi
virus untuk berpindah melalui aliran asimilat yang mengalir dalam pembuluh.
Penularan dengan tali putri (Cuscuta) Beberapa jenis tali putri kususnya C. campestris
dan C. subinclosa mampu menularkan virus. Cuscuta adalah tumbuhan parasit yang tidak mimiliki
klorofil dengan batang yang memiliki haustoria yang masuk kedalam berkas pembuluh inang
Penularan melalui alat perkembangbiakan vegetatif Seperti umbi lapis, umbi sisik, akar,
tunas okulasi, dan kayu berkuncup. Hal ini juga didasari oleh sifat penyakit oleh virus yang
sistemik.
Penularan melalui biji dan serbuk sari Awalnya biji anggap sebagai bagian yang bebas
dari virus walaupun tanaman tersebut sakit karena virus. Namun perkembangan teknologi
mematahkan hal tersebut. Kelima, penularan melalui serangga dan tungau. Penularan ini
dipengaruhi oleh jenis mulut serangga. Pencucuk penghisap lebih efektif dalam menularkan virus.
Penularan melalui organisme tanah Seperti nematoda ekoparasit yang hidup bebas.
Penularan oleh nematoda hampir memiliki kesamaan dengan penularan melalui serangga. Tahun
1960 penularan oleh jamur diketahui dapat terjadi. Penularan oleh Phycomycetes melalui zoospora.
Penularan mekanik Penularan mekanik merupakan pemindahan virus dari cairan
tumbuhan sakit ke tumbuhan sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Penularan
Virus secara Mekanik.Konsentrasi virus, Ada tidaknya antiviral dalam SAP, Perlakuan inokulum,
Pemakaian abrasiveKepekaan sel terhadap infeksi virus (Martosudiro, 2013).

ALAT DAN BAHAN


Alat. cawan Petri kaca (d=9 cm, t=1,5 cm), autoklaf, gelas ukur (100 ml), bunsen, pematik
api, gunting, kapas atau kain kassa, mortar, pistil dan kamera.
Bahan alkohol (70%), aquades, buffer phospat 0,1 M pH 7, karbonaktif, tanaman cabai
(indikator), inokulum Cucumber Mozaic Viruses (CMV) pada cabai.
METODE PELAKSANAAN
Penularan virus secara mekanik. Inokulum tanaman cabai yang terserang CMV dicuci
dengan air mengalir lalu ditiriskan kemudian dihaluskan lalu ditambahkan larutan buffer phospat
0,1 M pH 7 dan disaring sarinya dengan menggunakan kapas. Tanaman indicator dilukai dengan
karbonaktif dengan cara menggosokkan ke permukaan daun untuk memudahkan proses pelukaan
lalu dibersihkan dengan aquades kemudian dioleskan cairan inokulum CMV dan diinkubasikan
selama satu minggu.

6. ASPEK NEMATOLOGI
Nematoda (nama tersebut berasal dari kata Yunani, yang artinya benang) berbentuk
memanjang, seperti tabung, kadang-kadang seperti kumparan, yang dapat bergerak seperti ular.
Mereka hidup di dalam air, baik air laut maupun air tawar, di dalam film air, di dalam tanah, di
dalam jaringan jasad hidup berair. Filum nematode merupakan kelompok besar kedua setelah
serangga apabila didasarkan atas keaneka-ragaman jenisnya. Nematoda telah dikenal sejak zaman
purba sebagai parasit pada manusia. Namun ketika mikroskop yang lebih baik ditemukan dan para
ahli hewan abad kesembilan belas mengeksplorasikan makhluk hidup dalam lingkup yang luas,
maka nematode dilupakan (Dropkin, 1996).
Nematoda berbentuk seperti cacing kecil. Panjangnya sekitar 200-1.000 mikron (1.000
mikron = 1 mm). Namun ada beberapa yang panjangnya sekitar 1 cm. Nematoda biasa hidup di
dalam atau di atas tanah. Umumnya nematoda yang hidup di atas tanah sering terdapat di dalam
tanah terdapat di dalam jaringan tanaman atau di antara daun-daun yang melipat, di tunas daun, di
dalam buah, di batang, atau di bagian tanaman lainnya. Nematoda juga ada yang hidup di dalam
tanaman (endoparasit) dan ada juga yang di luar tanaman (ektoparasit) (Pracaya, 2008).
Ciri morfologi nematode secara umum adalah tubuhnya tidak bersegmen, bentuk pada
umumnya silindris, simetris bilateral, ada rongga tubuh semu, transparan, sistem organ tubuh
lengkap, dan tubuhnya terdiri dari tiga lapisan. Untuk nematoda yang menjadi parasit pada tanaman,
biasanya mempunyai stilet. Nematoda yang menyebabkan penyakit dan kerusakan pada tanaman
hamper semuanya hidup pada bagian bawah permukaan tanah. Ada yang hidup bebas di tanah,
bagian luar akar dan batang, dan ada pula beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap di dalam
akar dan batang. Konsentrasi hidup nematode lebih besar terdapat di dalam perakaran tumbuhan
inang terutama disebabkan oleh laju reproduksinya yang lebih cepat karena tersedianya makanan
yang cukup. Pada praktikum mengenai nematode parasit tanaman, akan diidentifikasi jenis-jenis
nematode parasit tanaman. Identifikasi merupakan kegiatanyang penting harus dilakukan sebelum
mempelajari nematode lebih jauh. Karena identifikasi nematode secara benar tentang suatu spesies,
dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan strategi pengendalian.
ALAT DAN BAHAN
Alat. Corong baermann, gelas beker, tissue/kainkassa, mikroskop, dan kamera.
Bahan. Aquades, sampel tanah yang terindikasi Nematoda Sista Kuning (NSK)

METODE PELAKSANAAN
Isolasi nematoda. Mengambil sampel tanah sebanyak 100 g kemudian letakkan pada
corong bearman dan tambahkan air hingga jenuh dan tunggu selama 1x24 jam kemudian tamping
susppensi pada gelas beaker dan amati di mikroskop.

7. DIAGNOSIS PENYAKIT TUMBUHAN


Gejala dan Tanda Penyakit
Pada umumnya tumbuhan yang sakit akan menunjukkan gejala yang khas. Gejala (symptom)
adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri akibat adanya infeksi penyebab
penyakit. Seringkali penyakit tertentu tidak hanya menyebabkan munculnya satu gejala tetapi dapat
juga berupa serangkaian gejala yang disebut syndroma. Dalam beberapa kasus, berbagai penyebab
penyakit dapat menunjukkan gejala yang sama, sehingga diagnosis tidak dapat dilakukan hanya
dengan mengamati gejalanya saja. Dalam hal ini diperlukan adanya tanda (sign) dari penyakit yaitu
semua pengenal dari penyakit selain reaksi dari tanaman (selain gejala) yang dapat berupa struktur
tubuh patogen (tubuh buah, kumpulan spora, miselium, dll.), senyawa yang dikeluarkan oleh
tanaman sebagai reaksi tanaman akibat serangan patogen (blendok, lendir, dll). Berdasarkan tempat
munculnya gejala, gejala dapat dibedakan menjadi gejala lokal (setempat) atau gejala primer dan
gejala sistemik atau gejala sekunder.
Gejala lokal adalah gejala yang terbatas pada lokasi tertentu yaitu pada tempat terjadinya
infeksi, seperti gejala yang berupa bercak, busuk, dll. Gejala sistemik adalah gejala yang muncul
bukan pada tempat yang terinfeksi akibat adanya gejala lokal (setempat), seperti adanya gejala layu
yang disebabkan karena adanya pembusukan pada akar. Pembusukan pada akar adalah gejala lokal,
sedangkan layunya tanaman adalah gejala sistemik. Gejala sistemik dapat terjadi pada seluruh
bagian tumbuhan seperti layu, kerdil, perubahan warna daun. Gejala penyakit yang tampak terjadi
karena adanya perubahan yang terjadi pada sel.
Pada umumnya gejala dapat dilihat pada bagian luar tumbuhan akan tetapi ada beberapa gejala yang
baru dapat dilihat apabila tanaman tersebut dibelah (gejala dalam). Berdasarkan tipe gejalanya,
gejala penyakit dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu : a. Gejala nekrotik, yaitu gejala yang
terjadi akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel, atau matinya sel. Kenampakan gejala ini
dapat berupa bercak, pembusukan, eksudasi, layu, nekrosis, gosong ; b. Gejala hiperplastik, yaitu
gejala yang terjadi akibat adanya pertumbuhan atau perkembangan sel yang luar biasa.
Kenampakan gejala ini dapat berupa pertumbuhan yang luar biasa seperti gejala sapu, menggulung
atau mengeriting, kudis, tumor ; c. Gejala hipoplastik, yaitu gejala akibat terhambatnya
pertumbuhan atau perkembangan sel. Kenampakan gejala ini dapat berupa kerdil, etiolasi, klorosis.
Tanda penyakit merupakan struktur yang dibentuk oleh patogen selain gejala yang terjadi
pada tanaman. Tanda penyakit ini merupakan salah struktur yang dapat membantu dalam rangka
diagnosis penyakit tumbuhan. Tanda penyakit pada penyakit yang disebabkan oleh jamur dapat
berupa miselium atau struktur yang merupakan modifikasi miselium (seperti rhisomorf, sklerotium),
tubuh buah jamur, spora jamur. Pada penyakit yang disebabkan oleh bakteri tanda penyakit dapat
berupa oose bakteri yang merupakan kumpulan spora bakteri yang keluar dari jaringan tanaman.
Jamur patogen tumbuhan
Jamur merupakan organisme yang berinti sejati (eukariotik) biasanya berbentuk benang
yang bercabang-cabang, berkembang biak secara vegetatif maupun generatif, tidak berklorofil,
dinding selnya tersusun atas khitin, selulose, atau keduanya. Jamur adalah organisme yang
heterotrof, mengambil makanan dengan cara absorbtif, dan membentuk beberapa macam spora
sebagai alat perkembang biakannya. Dalam klasifikasi jamur dimasukkan dalam dunia tersendiri
yaitu dunia jamur (Mycetae). Bagian vegetatif jamur pada umumnya berupa benang-benang yang
bercabangcabang, halus memanjang, bersekat atau tidak dan disebut hifa. Kumpulan hifa disebut
miselium. Pada dasarnya jamur dibedakan menjadi 4 kelas yaitu "Phycomycetes", Ascomycetes,
Basidiomycetes dan Deuteromycetes (Fungi Imperfecti).
Jamur dapat membentuk struktur tahan yang dapat digunakan untuk mempertahankan diri apabila
kondisi lingkungan tidak memungkinkan. Struktur tahan tersebut dapat berupa rhizomorf yaitu
kumpulan hifa sejajar yang memebentuk dinding yang kuat, kiamidospora yaitu satu sel hifa yang
memendek dan memadat serta isinya berubah menjadi cadangan makanan, sklerotium yaitu
kumpulan hifa yang tidak sejajar dan kemudian akan memadat serta dapat membentuk dinding
ataupun tanpa dinding yang kuat. Pada kondisi yang tidak memungkinkan (seperti kondisi yang
ekstrim - kekeringan atau tidak ada inang) struktur tahan tersebut akan tetap dapat mempertahankan
diri sehingga setelah kondisi lingkungan memungkinkan struktur tersebut akan tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang baru.
a. Phycomycetes
Jamur kelas "Phycomecetes" ini mempunyai ciri, hifa tidak bersekat, berkembang biak
secara seksual dengan membentuk spora seksual (seperti zigospora, oospora) dan secara aseksual
dengan fragmentasi miselium atau pembentukan spora aseksual (seperti sporangiospora, konidium).
Beberapa jamur patogen tumbuhan yang termasuk dalam kelas ini antara lain Phytophthora
infestans penyebab penyakit hawar daun pada kentang, Phytophthora nicotianae penyebab penyakit
lanas pada tembakau, busuk pangkal batang pada cabai, P. palmivora penyebab penyakit busuk
pucuk pada kelapa, busuk pangkal batang pada lada, busuk pangkal batang pada pepaya,
Plasmodiophora brassicae penyebab penyakit busuk akar gada pada kobis, Peronosclerospora
maydis penyebab penyakit bulai pada jagung.
b. Basidiomycetes
Jamur kelas Basidiomycetes mempunyai ciri, hifa bersekat, berkembang biak secara
aseksual dengan fragmentasi miselium atau dengan membentuk spora seksual (konidium) dan
secara seksual dengan membentuk basidiospora. Pada umumnya jamur kelas Basidiomycetes ini
membentuk tubuh buah yang dapat dilihat secara makroskopis. Beberapa jamur patogen tumbuhan
yang termasuk dalam kelas Basidiomycetes antara lain ustilago scitaminea penyebab penyakit
hangus pada tebu, Puccinia sorghi dan P. polysora penyebab penyakit karat pada jagung, P.
arachidis penyebab penyakit karat pada kacang tanah, Hemileia vastatrix penyebab penyakit karat
pada kopi, Erxobasidium vexans penyebab penyakit cacar pada the, Cortisium salmonicolor atau
Upasia salmonicolor penyebab penyakit jamur upas pada berbagai tumbuhan berkayu, Rigidoporus
microporus penyebab penyakit alar putih pada karet.
c. Ascomycetes
Jamur kelas Ascomycetes mempunyai ciri hifa bersekat, berkembang biak secara aseksual
dengan fragmentasi miselium atau membentuk spora aseksual (konidium) atau secara seksual
dengan membentuk askospora. Beberapa patogen tumbuhan yang termasuk dalam kelas
Ascomycetes ini antara lain Ceratocystis fimbriata penyebab penyakit Mouldy Rot pada bidang
sadapat karet, (Istulina deusta penyebab penyakit leher akar pada teh, Elsinoe iwata penyebab
penyakit kudis pada kacang hijau, Microcyclus ulei penyebab penyakit hawar daun Amerika selatan
pada karet yang sampai saat ini keberadaanya masih terbatas pada pertanaman karet di Amerika
Selatan.
d. Deuteromycetes (Fungi Imperfecti)
Jamur kelas Deuteromycetes mempunyai ciri hifa bersekat, berkembang biak secara seksual
dengan fragmentasi miselium atau membentuk konidium dan belum ditemukan fase perkembang
biakan secara seksual, sehingga apabila pada suatu saat ditemukan mampu membentuk fase seksual
maka dapat dilakukan perpindahan kelas dari jamur tersebut. Banyak sekali jamur patogen yang
termasuk dalam kelas ini antara lain Fusarium oxvsporum penyebab penyakit layu, Colletotrichum
spp. penyebab penyakit antraknose, Cercospora spp. penyebab penyakit bercak daun, Alternaria
spp. penyebab penyakit bercak daun, dll.
Jamur patogen tumbuhan dapat menular atau menyebar melalui berbagai cara anatara lain,
melalui angin, penularan melalui tanaman sakit yang ditanam di tempat lain, melalui tanah yang
telah terinfeksi, alat-alat pertanian yang digunakan untuk memelihara tanaman yang sakit, bahan
perbanyakan tanaham (benih, bibit, stek, dll.) yang telah terinfeksi oleh jamur, air irigasi, hewan
vektor atau bahkan dapat melalui spora jamur yang tertempel pada tubuh manusia dan kemudian
ikut terbawa sesuai dengan perginya manusia.
Bakteri patogen tumbuhan
Bakteri merupakan jasad prokariotik yang mempunyai bermacam-macam bentuk. Bakteri
tidak dapat dideterminasi dengan berdasarkan morfologinya saja karena beberapa jenis bakteri
memiliki bentuk yang sama, sehingga harus dilakukan pengujian secara biokimiawi. Bakteri
berkembang biak dengan pembelahan sel secara biner. Kelompok bakteri disebut koloni dan koloni
dapat mempunyai bentuk dan warna yang berbeda-beda. Di luar dinding selnya bakteri dapat
membentuk lapisan lendir yang merupakan satu kesatuan dengan dinding sel. Bakteri bergerak
dengan menggunakan flagel. Sebagai tanda penyakit pada anaman yang terserang oleh bakteri
biasanya menunjukkan adanya koloni bakteri yang keluar dari jaringan yang sakit yang disebut
dengan oose bakteri.
Pada umumnya bakteri yang bersifat patogen pada tanaman merupakan bakteri yang
berbentuk batang. Beberapa contoh bakteri yang bersifat patogen tumbuhan antara lain;
Pseudomonas solanacearum penyebab penyakit layu pada berbagai tanaman solanaceae,
Xanthomonas campestris penyebab penyakit hawar daun pada padi, penyakit busuk hitam pada
kobis, penyakit hawar bakteri pada ubi kayu, penyakit bisul bakteri pada kedelai, penyakit kanker
pada jeruk, Erwinia carotovora penyebab penyakit busuk basah pada wortel, Clavibacter xyli
penyebab penyakit ratoon stunting pada tebu. Bakteri patogen tumbuhan dapat tersebar atau
menular dengan perantaraan alat perkembang biakan tanaman, alat-alat pertanian, air irigasi, tanah,
serangga vektor, ataupun juga manusia.
Virus dan jasad molekuler patogen tumbuhan
Dulu istilah virus digunakan untuk cairan berlendir, racun, bisa atau bahan yang
menyebabkan infeksi, sehingga sampai sekarang "patogen yang sangat beracun" sering disebut
dengan sitilah virulen. Virus merupakan jasad penyebab penyakit yang ebrsifat submikroskopik,
sehingga tidak dapat diamati dengan mikroskop biasa. Virus dapat melalui saringan (filter) bakteri
sehingga Beijerink (1895) menyebutnya sebagai contagium vivum fluidum atau cairan yang
menular.
Secara kimiawi virus adalah nukleoprotein yaitu suatu senyawa yang terdiri dari asam
nukleat sebagai intinya dan diselubungi oleh mantel yang berupa protein. Kebanyakan virus
penyebab penyakit tumbuhan mengandung asam nukleat yang berupa RNA dan hanya sedikit yang
mengandung DNA. Virus mengandung 5- 40% asam nukleat dan 60-95% protein. Asam nukleat
(RNA) merupakan komponen penting dari virus. Setelah menginfeksi tumbuhan, virus akan
melepaskan mantelnya dan pada kondisi ini asam nukleat yang berperan penting dalam merusak
tumbuhan. Asam nukleat akan bergabung dalam sistem informasi genetik tumbuhan, sehingga tidak
hanya mengadakan replikasi untuk membentuk RNA sendiri tetapi juga menentukan terbentuknya
protein virus.
Virus tidak dapat membelah dan tidak membentuk alat reproduksi, tetapi bertambah banyak
dengan mempengaruhi sel inang untuk membentuk banyak zarah virus baru, sehingga virus hanya
dapat memperbanyak diri dalam sel yang hidup (obligat parasit). Virus menyebar dari sel ke sel di
sekitarnya melalui plasmodesmata yang merupalkan hubungan sitoplasma antarsel. Setelah
mencapai floem maka penyebaran virus dalam badan tumb uhan akan semakin cepat. Virus
mempengaruhi metabolisme sel tumbuhan tidak hanya dalam pembentukan virus baru tetapi juga
dalam pembentukan protein yang aktif secara biologi antara lain enzim, hormon, toksin, yang dapat
berpengaruh terhadap metabolisme sel yang normal.
Sebagian besar virus dapat diamati dengan mikroskop elektron dengan perbesaran paling
sedikit 10.000 kali. Berdasarkan bentuknya ada tiga macam bentuk partikel vitrus yaitu berbentuk
memanjang (batang atau benang lentur), bola (isometris atau polihedral) dan mirip bakteri
(rhabdovirus). Partikel-partikel virus disebut virion. Virus mempunyai asam nhukleat yang
berbentuk spiral dengan protein yang berfungsi sebagai sleubung yang juga disebut kapsid.
Semua virus adalah patogen luka, yaitu hanya bisa masuk ke tumbuhan inangnya apabila ada luka.
Beberapa vektor penular virus antara lain, serangga, nematoda, tungau dan jamur dapat menularkan
virus bersamaan dengan saat dirinya menginfeksi atau melukai tanaman inangnya. Virs juga dapat
menular melalui penyambungan tanaman, atau menular secara mekanis oleh manusia sendiri.
Nematoda patogen tumbuhan
Nematoda merupakan suatu phylum dari dunia hewan yaitu berupa cacingcacing yang
bersifat mikroskopis. Kebanyakan nematoda memarasit tumbuhan hidupnya dengan berhubungan
dengan akar sebagai endoparasit, ektoparasit, atau endoektoparasit. Nematoda berbentuk benang,
badannya silindris, meruncing pada kedua ujungnya, tidak beruas-ruas. Nematoda mempunyai
badan simetris bilateral, dengan simetri radial dengan tripartit pada daerah kepala dan oesophagus.
Pada dasarnya badan nematoda terdiri atas dua tabung; yang luar adalah kutikula, hipodermis, dan
sel-sel neuromuskuler, sedang yang dalam adalah usus, dan di antaranya terdapat gonad yang
berbentuk tabung.
Nematoda tidak mempunyai sistem respirasi atau sirkulasi tetapi fungsi tersebut
dilakukannya dengan cara lain. Kebanyakan nematoda adalah parasit obligat dan bersifat polifag.
Nematoda memiliki sistem reproduksi yang lengkap dan pada kebanyakan nematoda terdapat
nematoda jantan dan betina, tetapi pada jenis-jenis tertentu nematoda jantan sangat jarang dan tidak
berfungsi dalam pembiakan. Telur yang dihasilkan nematoda betina dapat menetas tanpa
pembuahan, jadi terjadi secara partenogenesis.
Berdasarkan ekologinya nematoda parasit tumbuhan dapat dibagi menjadi : a) Ektoparasit
yang bermigrasi (mygralory ectoparasitic) yaitu nematoda yang hidup di dalam tanah dengan
memakan sel jariongan akar; b) semi endoparasit yang bermigrasi (semi-endoparasitic) yaitu
nematoda yang hidup di dalam tanah hanya dengan bagian depan (anterior) badannya berada dalam
jaringan akar inang; c) Endoparasit yang menetap (sedentary endoparasitic) yaitu nematoda yang
daur hidupnya dapat mengalami modifikasi, betinanya hilang daya geraknya karena badannya
menjadi seperti kantong; d) Endoparasit yang tidak menetap (migratory endoparasitic) yang dapat
mengadakan migrasi di dalam tumbuhan inang atau di antara inang dan tanah.
Nematoda hanya dapat bergerak aktif pada jarak pendek (20 -30 cm setahun) akan tetapi
angin, aliran air, hewan maupun manusia dapat membantu penyebarannya misalnya dengan
mengangkut tanah, pupuk organik, biji, bibit maupun alat-alat pertanian. Beberapa jenis nematoda
parasit tumbuhan berhubungan dengan bakteri atau jamur penyabab penyakit tumbuhan. Jenis
nematoda tertentu dapat membantu infeksi bakteri seperti yang terjadi pada infeksi Pseudomonas
solanacearum pada tembakau. Beberapa jamur patogen seperti Verticillium dan Fusarium penyebab
penyakit layu, Pythium dan Rhizoctonia penyebab penyakit rebah semai, dan Phytophthora
penyebab penyakit busuk akar juga dibantu infeksinya oleh nematoda parasit.
Tumbuhan tinggi parasitik patogen tumbuhan
Tumbuhan yang bersifat parasitik dapat bersifat parasit benar maupun setengah parasit.
Parasit benar tidak berkhlorofil, sehingga hams menghisap unsur anorganik dan organik
(karbohidrat) dari tumbuhan inangnya, sedangkan setengah parasit mempunyai klorofil, sehingga
hanya menhisap unsur anorganik saja dari tanaman inang. Sebagai alat penghisap tumbuhan tinggi
parasitik yang disebut haustorium. Salah satu tumbuhan tinggi parasitik yang bersifat parasit benar
adalah Cuscuta atau lebih terkenal dengan nama tali putri. Parasit ini mempunyai batang tipis,
kuning kehijauan, kuning, atau jingga, tanpa daun atau mempunyai daun klorotik yang kecil seperti
sisik, tudung bunga kurang dari 1 cm, putih atau kuning. Parasit ini seringkali terdapat pada
tanaman pagar. Selain berfungsi sebagai parasit, tali putri juga dapat berperan sebagai vektor virus.
Penyebaran parasit ini terjadi melalui potongan batangnya yang dapat terbawa oleh manusia atau
hewan ke tempat lain.
Tumbuhan tinggi parasitik yang bersifat setengah parasit mempunyai arti ekonomi yang
lebih penting. Suku Lorantahaceae yang secara umum disebut benalu (kemladean, Jw), dapat
memarasit bermacam-macam pohon. Biji benalu merupakan alat reproduksi yang sangat berperan
dalam penyebaran benalu. Biji tumbuhan benalu ini terbungkus oleh daging buah yang berlendir,
dan merupakan makanan burung. Biji akan melekat pada paruh burung dan untuk melepaskan biji
dari paruhnya burung akan mengosok-gosokkan paruhnya pada cabang pohon sehingga biji akan
melekat di cabang itu. Biji yang termakan akan keluar bersama kotoran dan jatuh pada cabang.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios, Gerge N. 2005. Plant Pathology. Fifth Edition. Department of Plant Pathology University of
Florida. Elsevier Academic Press.

Dropkin, V. H. 1996. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press.


Yogyakarta.

Kavanagh, Kevin. 2011. Fungi. Second Edition. Department of Biology, National University of
Ireland Maymooth.

Moore-Landecker, M.E. 1996. Fundamentals of the Fungi, Fourth edition, PrenticeHall, Inc., New
Jersey.

Pracaya, 2008. Hama dan penyakit tanaman (Edisi revisi). IPB Press. Bogor.

Rogers, Kara. 2011. Fungi, Algae and Protists: Biochemistry, Cells and Life. New York: Britannica
Educational Publishing.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University


Press. 754p.

Singleton and Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition.
England: Sussex.

Walker, J.C. 1957. Plant Pathology. 2d Ed. McGraw-Hill, New York. 707p.

Waluyo, L. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang: UMM Press, p180-182.

Anda mungkin juga menyukai