Modul IPT Baru YUH
Modul IPT Baru YUH
DISUSUN OLEH
TIM ASISTEN ILMU PENYAKIT TUMBUHAN
DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Ir. Abdul Latief Abadi, MS.
Antok Wahyu Sektiono, SP., MP.
1. Praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan (IPT) merupakan kegiatan praktikum yang terdiri dari MK
Ilmu Penyakit Tumbuhan dengan bobot praktikum 1 sks.
2. Nilai praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan (IPT) memberikan kontribusi untuk nilai akhir MK
Ilmu Penyakit Tumbuhan.
3. Praktikum dimulai tepat waktu yang telah ditentukan. Keterlambatan 15 menit ditugaskan untuk
meresume jurnal International dan dikumpulkan di akhir praktikum.
4. Presensi kehadiran peserta praktikum 100% (dilampirkan surat dokter jika ijin/sakit).
5. Absensi dilakukan 1 kali untuk praktikum.
6. Wajib memakai jas laboratorium. Digunakan sebelum masuk ke laboratorium dan dilepas ketika
sudah di luar laboratorium. Apabila tidak membawa jas lab diperkenankan untuk mencari
pinjaman jas lab.
7. Apabila ada praktikan yang mengganggu alat dan bahan penelitian di laboratorium nilai 0 atau
mengulang praktikum tahun depan.
8. Pada waktu pelaksanaan praktikum assisten menilai kemampuan mahasiswa secara kelompok
dan individu.
9. Laporan dikumpulkan setiap minggu setelah pelaksanaan prtaktikum.
10. Penilaian selama praktikum ada 2 macam, yaitu kelompok dan individu. Unsur-unsur penilaian
meliputi: kognitif, psikomotorik, dan afektif.
11. Wajib mengikuti Ujian Akhir Praktikum (UAP) sebagai persyaratan akumulasi nilai akhir.
Ilmu penyakit tumbuhan (Fitopatologi) mempelajari makhluk hidup dan keadaan lingkungan
yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan, bagaimana mekanisme faktor-faktor tersebut
menyebabkan penyakit pada tumbuhan, interaksi antara agensia penyebab penyakit dan tumbuhan
sakit, metode untuk mencegah atau mengendalikan penyakit serta mengurangi kerusakan yang
ditimbulkannya (Agrios, 2005).
Ilmu penyakit tumbuhan menggunakan pengetahuan dan teknik dasar botani, mikologi,
bakteriologi, virologi, nematologi, genetika, anatomi tumbuhan, fisiologi tumbuhan, biologi
molekuler, rekayasa genetik,ilmu kehutanan, meteorologi, biokimia, hortikultura, kimia,kultur
jaringan, ilmu tanah dan fisika (Agrios, 2005).
Diagnosis Penyakit Tumbuhan merupakan Langkah pertama dalam diagnosis penyakit tanaman
adalah menentukan penyebab penyakit, apakah disebabkan oleh patogen atau karena faktor
lingkungan fisik tanaman. Secara umum, langkah-langkah dalam tata kerja diagnosis penyakit
tanaman adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi tanaman inang. Mudah sulitnya tanaman yang akan didiagnosis tergantung dari
keadaan tanamannya. Jika tanaman memiliki bagian-bagian yang lengkap, seperti : akar, batang,
bunga, buah, dan lainnya, akan lebih mempermudah diagnosis dari pada tanaman yang tidak
lengkap.
b. Informasi lingkungan tempat tanaman inang tumbuh. Tanaman inang yang tumbuh di tanah
datar, kebun, atau pekarangan akan berbeda sifatnya. Hal ini perlu diketahui karena akan ikut
menentukan tindakan pengendalian yang direkomendasikan.
c. Pengamatan gejala-gejala di lapangan. Adanya catatan mengenai gejala yang ada di lapangan
akan membantu mempermudah diagnosis.
d. Kondisi kultur teknis. Informasi tentang bagaimana tanaman yang bersangkutan
dibudidayakan dapat merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan tanaman.
e. Pengamatan gejala lanjutan. Pengamatan dari dekat tanpa bantuan alat pembesar seharusnya
sudah dapat menunjukan tipe penyakit yang ada, untuk lebih meyakinkan keberadaan organisme
pada atau dalam tubuh tanaman dapat dibunakan alat pembesar bahkan alat-alat maupun proses
lain.
2. STERILISASI
Sterilisasi adalah perlakuan membebaskan benda dari semua organisme hidup. Mekanisme
sterilisasi yang paling umum digunakan di laboratorium yakni pemanasan (panas lembab atau
kering), perlakuan kimia, penyaringan dan radiasi.
STERILISASI DENGAN PANAS-LEMBAB
Sterilisasi dengan panas-lembab biasanya dilakukan di dalam sebuah bejana logam yang
disebut autoklaf dengan menggunakan uap air jenuh (aquades) bertekanan 15 psi selama 15 menit
pada suhu 121oC. Autoklaf pada umumnya digunakan untuk mensterilisasi bahan-bahan yang dapat
ditembus oleh kelembaban (tidak menolak air) serta material yang tidak rusak oleh perlakuan
tersebut, misalnya media biakan, larutan, peralatan laboratorium.
Pengaruh panas-lembab dalam proses sterilisasi adalah dapat mengkoagulasikan protein-
protein mikroba (termasuk enzim-enzimnya) dan menginaktifkannya secara searah (irreversible).
Oleh sebab itu, kontak langsung antara uap air dan benda yang disterilkan amat penting untuk
keberhasilan proses ini.
STERILISASI DENGAN PEMANASAN KERING
Sterilisasi dengan pemanasan kering seringkali dipakai untuk mensterilkan perangkat kaca
atau material padat lainnya yang tahan panas atau material yang tidak bisa disterilkan dengan panas-
lembabkarena menolak air (parafin, minyak mineral, lilin). Dalam keadaan kering, struktur protein
lebih stabil dan agak sukar terdenaturasi sehingga suhu panas kering, struktur protein lebih stabil
dan agak sukar terdenaturasi sehingga suhu panas kering harus di set lebih tinggi dan lama. Panas
kering mengaktifkan mikroorganisme dengan cara mengoksidasi komponen-komponen intraseluler.
Sterilisasi dengan panas kering dilakukan di dalam oven. Hubungan antara suhu yang digunakan
dengan lamanya waktu yang diperlukan untuk sterilisasi dapat dilihat pada tabel
Suhu (oC) Waktu (jam)
170 1.0
160 2.0
150 2.5
140 3.0
3. ASPEK MIKOLOGI
Jamur merupakan organisme eukariotik yang memiliki membran sel dan nukleus dalam
setiap sel, dan tidak memiliki klorofil. Jamur dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual
(Rogers, 2011). Kebanyakan jamur berbentuk filamen, banyak yang tumbuh secara uniseluler yang
disebut sebagai khamir (yeast) dan beberapa merupakan jenis primitif (Kavanagh, 2011). Jamur
berukuran kecil, umumnya dapat dilihat secara mikroskopis, eukarotik, biasanya berbentuk filamen,
bercabang, menghasilkan spora dan tidak berklorofil (Agrios, 2005).
Bagian yang cukup penting dari sel jamur benang adalah hifa. Hifa adalah suatu struktur
fungus berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang yang terbentuk dari pertumbuhan
spora atau konidium. Hifa memiliki fungsi untuk menyerap nutrien dari lingkungan serta
membentuk struktur untuk reproduksi (Gandjar dkk., 2006). Pembentukan cabang pada hifa dapat
terbentuk sepanjang hifa. Cabang hifa tersebut akan menjauhi hifa induk atau hifa pertama agar
nutrien di lingkungan dapat terjangkau sejauh mungkin. Sehingga hifa bentuknya semakin besar
dan semakin luas. Komponen isi sel jamur yaitu nukleus, mitokondria, retikulum endoplasma,
ribosom, apparatus golgi, mikrobodi (peroksisom, glioksisom, hidrogenesom, lisosom dan
liposom).
1. Nukleus berfungsi sebagai pusat pengatur metabolisme.
2. Ribosom berfungsi untuk tempat sintesis polipeptida.
3. Aparatus golgi memiliki peran yaitu memroses dan menyekresi glikoprotein yang akan menjadi
bagian dari dinding sel, bahan-bahan ekstraselular seperti membran pembungkus sel (cell coat)
pada pembelahan spora dari suatu sitoplasma yang multinukleat, dan menghasilkan vesikel yang
berperan dalam pertumbuhan dinding sel.
4. Vesikel berisi enzim-enzim yang dibutuhkan oleh sel, ada juga yang dapat mengikat zat warna
dan fungisida yang bersifat racun bagi sel sendiri. Fungsi lain sebagai organ penyimpanan
makanan atau berkembang menjadi klamidiospora, yang merupakan sel dorman sebagai bentuk
pertahanan diri fungi di lingkungan yang kurang menguntungkan.
5. Mikrobodi, peroksisom (mikrobodi yang mengandung katalase), hidrogenosom (mengandung
hidrogenase untuk reaksi- reaksi anaerob dalam sel), glioksisom mengandung enzim-enzim yang
terlibat dalam oksidasi asam lemak dan dalam daur glio-oksalat (Moore-Landecker, 1996).
Terdapat 4 filum dari jamur sejati yang berperan sebagai patogen penyebab penyakit pada
tumbuhan (Agrios, 2005).
1. Chytridiomycota
Memproduksi zoospora yang memiliki satu flagel posterior. Contoh Synchytrium endobioticum
penyebab kutil pada kentang.
2. Zygomycota
Memproduksi spora aseksual nonmotil di sporangia, menghasilkan zygospora. Contoh
Choanephora cucurbitarum penyebab busuk lunak pada sejenis labu.
3. Ascomycota
Memiliki fase seksual (teleomorf) dan aseksual (anamorf), memproduksi spora seksual disebut
askospora, memproduksi spora aseksual konidia berupa pycnidia, aservuli dll. Contoh dari kelas
Ascomycetes, ordo Microascales, genus Ceratocystis, spesies C. paradoxa penyebab penyakit
nanas pada tebu.
4. Basidiomycota
Memproduksi spora seksual disebut basidiospora, yang dihasilkan dari basidium. Contoh kelas
Basidomycetes, ordo Ustilaginales, genus Ustilago, spesies U. maydis penyebab gosong pada
jagung; ordo Uredinales, genus Puccinia penyebab penyakit karat pada tanaman serealia.
ISOLASI
Proses isolasi mikroba adalah memisahkan mikroba satu dengan mikroba lain yang berasal
dari campuran berbagai mikroba untuk dapat mempelajari sifat biakan, morfologi dan sifat mikroba
lainnya (Waluyo, 2008). Isolasi patogen adalah proses mengambil patogen dari medium atau
lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang
murni. Patogen dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur
aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain
(Singleton dan Sainsbury, 2006).
PURIFIKASI
Purifikasi atau disebut juga pemurnian adalah pemisahan satu jenis mikroorganisme patogen
dari media inokulasi yang terdiri mungkin saja, dari beberapa macam mikroorganisme dalam satu
media. Purifikasi ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengidentifikasian patogen
tersebut.. Purifikasi isolat patogen adalah suatu cara untuk memisahkan satu patogen dari patogen
lainnya yang tujuannya untuk mendapatkan biakan yang murni (Agrios, 2005).
Sebelum melakukan pemurnian (purifikasi) terhadap suatu patogen tanaman, maka patogen
tanaman pertama kali harus diisolasi ke dalam media buatan dan dibiakkan secara aseptik. Patogen
selalu berasosiasi dengan bagian tanaman yang sakit sehingga harus dilakukan isolasi. Purifikasi
bertujuan untuk mengisolasi mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam
medium baru.
IDENTIFIKASI
Pengertian identifikasi (penyakit) secara umum adalah membuat kepastian terhadap suatu
penyakit berdasarkan gejala yang tampak, atau suatu proses untuk mengenali suatu penyakit
tanaman melalui gejala dan tanda penyakit yang khas termasuk faktor-faktor lain yang berhubungan
dengan proses penyakit tersebut (Nurhayati, 2012). Patogen yang diidentifikasi berasal dari
pengambilan sampel tanaman yang terserang penyakit. Identifikasi jamur bisa menggunakan
mikroskop elektron payar Scanning Electron Microscope (SEM) untuk menghasilkan gambar.
METODE PELAKSANAAN
Isolasi jamur. Cuci sampel tanaman bergejala di air mengalir kemudian potong bagian
tanaman sakit dan sehat ( 1 cm). Potongan dampel dicuci dengan chlorox, alkohol dan
aquades secara berurutan dengan estimasi waktu 1 menit kemudian keringkan di tisu atau ditiriskan
dan tanam di media PDA dan di inkubasi selama 4x24 jam.
Purifikasi jamur. Lubangi sejumlah koloni dengan menggunakan cork borer kemudian
congkel dengan menggunakan jarum ose lalu di tanam kembali pada media potato dextrose agar
kemudian inkubasi selama 4x24 jam.
Identifikasi Jamur
Identifikasi jamur. Biakan murni jamur diambil dengan jarum ose kemudian diletakkan
pada kaca preparat kemudian di tetesi aquades kemudian di squash lalu diamati di mikroskop.
Identifikasi juga dapat dilakukan dengan cara, menumbuhkan sedikit isolat jamur pada kaca
preparat yang telah ditetesi sedikit media, lalu diinkubasi selama 4 x 24 jam.
4. ASPEK BAKTERIOLOGI
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang
uniseluler (bersel tunggal) dengan struktur yang relatif sederhana tanpa nucleus (inti sel) dan
organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hampir kebanyakan bakteri tidak berklorofil dan
tidak mempunyai plastid namun mempunyai protoplasma yang mengandung DNA yang disebut
sebagai intinya. Berdasarkan bentuk selnya, bakteri dibagi menjadi tiga yaitu : berbentuk bulat
kokus, berbentuk batang atau basil dan berbentuk berlenggok memanjang (spiral). Secara anatomi
struktur tubuh bakteri terdiri atas kapsul, dinding sel, membrane sel, struktur dalam sel
(mitokondria, inti dan granula), serta pelengkap lain seperti pili dan flagella (Sastrahidayat, 2012).
BENTUK-BENTUK BAKTERI
Menurut Sastrahidayat (2011), bentuk-bentuk bakteri adalah sebagai berikut :
1. Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa
variasi sebagai berikut :
a. Mikrococcus, jika kecil tunggal
b. Diplococcus, jika bergandanya
c. Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
d. Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
e. Staphylococcus, jika bergerombol
f. Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
2. Basil (Spirilum) adalah kelompok bakteri yang beerbentuk batang atau silinder, dan
mempunyai variasi sebagai berikut :
a. Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
b. Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
3. Spiril (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai
berikut :
a. Vibrio, (bentuk koma)
b. Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran.
ISOLASI
Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan asalnya dan
menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni. Bakteri dipindahkan
dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari
sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain.
Beberapa cara isolasi bakteri yang umum dilakukan diantaranya :
1. Cara goresan (streak plate)
Isolasi bakteri dengan pengoresan bertujuan agar bakteri dapat tumbuh menyebar pada
medium sehingga medium dapat dimanfaatkan lebih optimal. Cara penggoresan dilakukan dengan
terlebih dahulu medium agar pada cawan petri steril. Jarum ose yang akan digunakan dipanaskan
terlebih dahulu hingga memijar, setelah itu sentuhkan pada koloni bakteri yang akan diisolasi,
kemudian digoreskan pada medium yang tersedia. Inkubasi biakan dilakukan selama 2x24 jam pada
suhu ruang, lalu dilakukan pengamatan (Barrow dan Feltham, 1993).
Isolasi bakteri dengan penuangan bertujuan untuk menentukan jumlah bakteri yang hidup
dalam suatu cairan. Hasil perhitungan jumlah bakteri pada cara penuangan dinyatakan dalam koloni
(Irianto, 2006). Teknik ini memerlukan agar yang belum padat (>45oC) untuk dituang bersama
suspensi bakteri ke dalam cawan petri lalu kemudian dihomogenkan dan dibiarkan memadat. Hal
ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan agar saja melainkan sel terendam
agar (di dalam agar) sehingga terdapat sel yang tumbuh dipermukaan agar yang kaya O2 dan ada
yang tumbuh di dalam agar yang tidak banyak begitu banyak mengandung oksigen.
CARA SEBAR (SPREAD PLATE)
Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau
menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat. suspensi bakteri diambil 0,1 ml dengan
pipet ukur kemudian teteskan diatas permukaan agar yang telah memadat. Glass L yang telah steril
digoreskan secara merata pada permukaan media yang telah ditetesi suspensi bakteri.
Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir semua metode
penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate
Counter).
Alat. cawan Petri kaca (d=9 cm, t=1,5 cm), autoklaf, gelas ukur (100 ml), bunsen, pematik
api, plastik wrapping, plastik (3 kg), laminar air flow cabinet (LAFC), tissue, microwave, botol
sprayer, botol scott, kaca preparat, object glass, dan kamera.
Bahan alkohol (70%), aquades, natrium agar (NA), inokulum bakteri Erwinia carotovora
dan inokulum bakteri Xanthomonas oryzae pat oryzae.
METODE PELAKSANAAN
Isolasi bakteri. Membersihkan bahan yang akan diisolasi dan potong secukupnya. Kemudian
menyiapkan 5 cawan petri steril, sebuah cawan diisi dengan alcohol 70%, tiga cawan diisi aquades
steril dan cawan terakhir diisi dengan kertas tissue steril lalu bahan dicuci dengan alcohol, bilas
dengan aquades streil 3 kali dan keringkan dengan kertas steril. Masukkan bahan ke dalam cawan
petri dan cacah. Hasil cacahan diberi aquades steril secukupnya dan tunggu selama 15 menit.
Ambil satu ose suspense dan goreskan (streak) pada permukaan media, dan ikubasikan. Pindahkan
koloni yang morfologinya tampak berbeda kemedia baru dan murnikan
Purifikasi bakteri. Bakteri yang sudah diinkubasi selama 24 jam pada media agar kemudian
diambil Koloni yang tumbuh menggunakan jarum ose, selanjutnya distreak pada media agar yang
baru untuk mendapatkan koloni tunggal.
Uji patogenisitas bakteri E. carotovora. Mencuci umbi kentang dan wortel dengan air
mengalir lalu ditiriskan kemudian direndam dengan menggunakan sodium hipoklorit 1% selama 10
menit lalu direndam dengan aquades selama 3 menit kemudian ditiriskan. Suspensi bakteri yang
akan di inokulasikan kemudian diinjeksikan menggunakan mikrotip steril dengan volume 50 l
pada kentang dan wortel diinkubasi selama satu minggu.
Uji patogenisitas bakteri Xanthomonas orizae pat oryzae (Xoo). Suspensi bakteri Xoo
dicampur dengan aquades steril kemudian daun tanaman padi yang sudah dilukai dengan cara
dipotong ujungnya lalu direndam pada suspensi Xoo selama 10 menit dan diinkubasi selama 1
minggu.
5. ASPEK VIROLOGI
Virus adalah agensia yanag sangat kecil dan hanya dapat dilhiat melalui mikroskop elektron
serta hanya berkembang biak di sel hidup. Virus terdiri dari asam nukleat yang biasanya
diselubungi oleh mantel pelidung protein atau lipoprotein. Penularan secara mekanis merupakan
metode penularan yang mudah dilakukan dan banyak digunakan dalam percobaan penularan di
laboratorium. Inokulasi secara mekanis dilakukan dengan mengoleskan ekstrak pada permukaan
daun tanaman yang mengalami luka mikro (sub lethal wouding or abrasi) secara mekanis. Secara
umum, tanaman yang terinfeksi virus secara sistemik akan mengailndung virus selama tanaman itu
masih hidup karena tanaman tidak mempunyai mekanisme untuk menghilangkan virus. Oleh sebab
itu, setiap bagian tanaman yang digunakan menjadi tanaman baru melalui cara pembiakan vegetatif,
seperti okulasi, penyambungan, penyetekan, umbi, kultur jaringan, dan rizoma akan mengandung
virus yang brasal dari tanaman induk.
Macam-macam Teknik Penularan Virus
Penularan virus melalui cantuman (sambung) Terjadi karena virus bersifat sistemik.
Sehingga persatuan pembuluh antara batang bawah dan batang atas memberikan kesempatan bagi
virus untuk berpindah melalui aliran asimilat yang mengalir dalam pembuluh.
Penularan dengan tali putri (Cuscuta) Beberapa jenis tali putri kususnya C. campestris
dan C. subinclosa mampu menularkan virus. Cuscuta adalah tumbuhan parasit yang tidak mimiliki
klorofil dengan batang yang memiliki haustoria yang masuk kedalam berkas pembuluh inang
Penularan melalui alat perkembangbiakan vegetatif Seperti umbi lapis, umbi sisik, akar,
tunas okulasi, dan kayu berkuncup. Hal ini juga didasari oleh sifat penyakit oleh virus yang
sistemik.
Penularan melalui biji dan serbuk sari Awalnya biji anggap sebagai bagian yang bebas
dari virus walaupun tanaman tersebut sakit karena virus. Namun perkembangan teknologi
mematahkan hal tersebut. Kelima, penularan melalui serangga dan tungau. Penularan ini
dipengaruhi oleh jenis mulut serangga. Pencucuk penghisap lebih efektif dalam menularkan virus.
Penularan melalui organisme tanah Seperti nematoda ekoparasit yang hidup bebas.
Penularan oleh nematoda hampir memiliki kesamaan dengan penularan melalui serangga. Tahun
1960 penularan oleh jamur diketahui dapat terjadi. Penularan oleh Phycomycetes melalui zoospora.
Penularan mekanik Penularan mekanik merupakan pemindahan virus dari cairan
tumbuhan sakit ke tumbuhan sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan Penularan
Virus secara Mekanik.Konsentrasi virus, Ada tidaknya antiviral dalam SAP, Perlakuan inokulum,
Pemakaian abrasiveKepekaan sel terhadap infeksi virus (Martosudiro, 2013).
6. ASPEK NEMATOLOGI
Nematoda (nama tersebut berasal dari kata Yunani, yang artinya benang) berbentuk
memanjang, seperti tabung, kadang-kadang seperti kumparan, yang dapat bergerak seperti ular.
Mereka hidup di dalam air, baik air laut maupun air tawar, di dalam film air, di dalam tanah, di
dalam jaringan jasad hidup berair. Filum nematode merupakan kelompok besar kedua setelah
serangga apabila didasarkan atas keaneka-ragaman jenisnya. Nematoda telah dikenal sejak zaman
purba sebagai parasit pada manusia. Namun ketika mikroskop yang lebih baik ditemukan dan para
ahli hewan abad kesembilan belas mengeksplorasikan makhluk hidup dalam lingkup yang luas,
maka nematode dilupakan (Dropkin, 1996).
Nematoda berbentuk seperti cacing kecil. Panjangnya sekitar 200-1.000 mikron (1.000
mikron = 1 mm). Namun ada beberapa yang panjangnya sekitar 1 cm. Nematoda biasa hidup di
dalam atau di atas tanah. Umumnya nematoda yang hidup di atas tanah sering terdapat di dalam
tanah terdapat di dalam jaringan tanaman atau di antara daun-daun yang melipat, di tunas daun, di
dalam buah, di batang, atau di bagian tanaman lainnya. Nematoda juga ada yang hidup di dalam
tanaman (endoparasit) dan ada juga yang di luar tanaman (ektoparasit) (Pracaya, 2008).
Ciri morfologi nematode secara umum adalah tubuhnya tidak bersegmen, bentuk pada
umumnya silindris, simetris bilateral, ada rongga tubuh semu, transparan, sistem organ tubuh
lengkap, dan tubuhnya terdiri dari tiga lapisan. Untuk nematoda yang menjadi parasit pada tanaman,
biasanya mempunyai stilet. Nematoda yang menyebabkan penyakit dan kerusakan pada tanaman
hamper semuanya hidup pada bagian bawah permukaan tanah. Ada yang hidup bebas di tanah,
bagian luar akar dan batang, dan ada pula beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap di dalam
akar dan batang. Konsentrasi hidup nematode lebih besar terdapat di dalam perakaran tumbuhan
inang terutama disebabkan oleh laju reproduksinya yang lebih cepat karena tersedianya makanan
yang cukup. Pada praktikum mengenai nematode parasit tanaman, akan diidentifikasi jenis-jenis
nematode parasit tanaman. Identifikasi merupakan kegiatanyang penting harus dilakukan sebelum
mempelajari nematode lebih jauh. Karena identifikasi nematode secara benar tentang suatu spesies,
dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan strategi pengendalian.
ALAT DAN BAHAN
Alat. Corong baermann, gelas beker, tissue/kainkassa, mikroskop, dan kamera.
Bahan. Aquades, sampel tanah yang terindikasi Nematoda Sista Kuning (NSK)
METODE PELAKSANAAN
Isolasi nematoda. Mengambil sampel tanah sebanyak 100 g kemudian letakkan pada
corong bearman dan tambahkan air hingga jenuh dan tunggu selama 1x24 jam kemudian tamping
susppensi pada gelas beaker dan amati di mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
Agrios, Gerge N. 2005. Plant Pathology. Fifth Edition. Department of Plant Pathology University of
Florida. Elsevier Academic Press.
Kavanagh, Kevin. 2011. Fungi. Second Edition. Department of Biology, National University of
Ireland Maymooth.
Moore-Landecker, M.E. 1996. Fundamentals of the Fungi, Fourth edition, PrenticeHall, Inc., New
Jersey.
Pracaya, 2008. Hama dan penyakit tanaman (Edisi revisi). IPB Press. Bogor.
Rogers, Kara. 2011. Fungi, Algae and Protists: Biochemistry, Cells and Life. New York: Britannica
Educational Publishing.
Singleton and Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology 3rd Edition.
England: Sussex.
Walker, J.C. 1957. Plant Pathology. 2d Ed. McGraw-Hill, New York. 707p.
Waluyo, L. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang: UMM Press, p180-182.