SEMESTER IV
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
BLOK IKGT III
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penyusun untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
NYERI OROFASIAL. Tujuan penyusunan makalah ini ialah untuk melengkapi tugas
mata kuliah yang dibimbing oleh Eddy Hermanto, drg., Sp.BM .
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................
1.3. Keywords........................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................
PEMBAHASAN.............................................................................................................7
BAB III.............................................................................................................................
PENUTUP....................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................18
3
BAB I
PENDAHULUAN
Nyeri orofasial adalah nyeri yang terdapat pada bagian wajah dan
mulut. Bagian orofasial penting untuk dipelajari oleh mahasiswa
kedokteran gigi karena merupakan sebuah lapangan yang harus dikuasai
oleh para dokter gigi nantinya. Mahasiswa kedokteran gigi harus
menyadari betapa pentingnya menguasai pelajaran mengenai nyeri
orofasial karena sangat sering dijumpai pada praktek dokter gigi.
Ketidakfahaman akan hal ini dapat berakibat fatal. Dalam kasus ini, akan
membahas tentang kanker sinus maksilaris yang merupakan salah satu
penyebab dari nyeri orofasial. Selain itu, perlu diketahui mengenai terapi
medikasi untuk kasus ini.
Jabaran Pemicu :
Seorang Laki-laki berusia 55 tahun datang dengan ke RSGM
dengan keluhan adanya nyeri tajam pada bagian wajah kanan dan mulut.
Anamnesis pasien paska operasi kanker sinus maksilaris kanan satu
setengah bulan yang lalu dan obat yang diberikan dokter sudah habis.
Pasien sudah mulai bekerja sebagai pekerja tambang timah. Pemeriksaan
ekstra oral dan intra oral Nampak jahitan paska operatif. Dokter gigi
memberikan obat untuk meredakan nyeri
4
1.3. Kata Kunci
1. Nyeri wajah
2. Orofasial
3. Kanker sinus maksilaris kanan
4. Pembedahan
Kanker sinus
maksilaris
Pembedahan/operasi
Proses penyembuhan
kerusakan jaringan
Prostaglandin
5
1.5. Learning Issues
1. Apa yang dimaksud dengan nyeri orofasial?
2. Apa penyebab nyeri orofasial?
3. Apa patofisiologi dari nyeri orofasial?
4. Apa yang dimaksud dengan kanker sinus paranasal?
5. Apa penyebab dan faktor predisposisi dari kanker sinus maksilaris?
6. Bagaimana gejala klinis dari kanker sinus maksilaris?
7. Bagaimana cara menegakkan diagnosis kanker sinus maksilaris?
8. Apa penatalaksanaan dari kanker sinus maksilaris?
9. Bagaimana peran penggunaan analgesik sebagai terapi paliatif?
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tranduksi
8
- Terjadi perpindahan cairan kimia pada sel sehingga impuls
berjalan ke spinal cord.
- Dimulai ketika terjadi injury pada sel, yang memicu
pengeluaran bahan kimia seperti prostaglandin, bradikinin,
histamin, dan glutamat.
- Nosiseptor yang terdapat pada kulit, tulang, sendi, otot, dan
organ dalam terstimuli.
2. Transmisi
- Dimulai ketika nosiseptor terstimuli.
- Transmisi nyeri terjadi melalui serabut saraf yang terdiri 2
macam, yaitu:Serabut A yang peka terhadap nyeri yang
tajam, panas, dan first pain.
- Serabut C yang peka terhadap nyeri yang tumpul dan lama,
second pain.
3. Persepsi nyeri
- Setelah sampai otak, stimulus yang dibawa oleh saraf
tersebut dirasakan secara sadar dan akan menimbulkan
respon individu terhadap rangsangan tersebut.
- Persepsi baru akan timbul bila ambang nyeri tercapai oleh
stimulus sehingga dapat mencapai otak.
- Pain treshold cenderung sama pada setiap orang akan tetapi
persepsi orang bisa berbeda-beda.
4. Modulasi
- Ditimbulkan oleh stimulus yang sama, akan tetapi sangat
berbeda pada situasi dan individu berbeda.
- Pada fase ini dilepaskan bahan neurochemical yang
berfungsi mengurangi rasa nyeri seperti endogenous opioid
dan GABA.
(Scully, C. 2008)
9
maupun yang ganas. Di Indonesia dan di luar negeri, angka kejadian
jenis yang ganas hanya sekitar 1% dari keganasan seluruh tubuh atau
3% dari seluruh keganasan di kepala dan leher. Asal tumor primer juga
sulit untuk ditentukan, apakah dari hidung atau sinus karena biasanya
pasien berobat dalam keadaan penyakit telah mencapai tahap lanjut
dan tumor sudah memenuhi rongga hidung dan seluruh sinus
(Agussalim 2006).
Penggunaan tembakau
10
keganasan pada cavum nasi dan sinus paranasalis ditemukan
dua kali lebih sering pada pria dibandingkan pada wanita.
Efek paparan ini mulai timbulk setelah 40 tahun atau lebih sejak
pertama kali terpapar dan menetap setelahnya. Paparan terhadap
thorotrast, agen kontras radioaktif juga menjadi factor resiko tambahan.
(Lesmono 2015)
Menurut Roezin (2007) gejala tergantung dari asal primer tumor serta
arah dan perluasannya. Tumor di dalam sinus maksila biasanya tanpa
gejala. Gejala timbul setelah tumor besar, sehingga mendesak atau
menembus dinding tulang meluas ke rongga hidung, rongga mulut,
pipi, orbita atau intrakranial.
Gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rinorea.
Sekretnya sering bercampur darah atau terjadi epistaksis.
Tumor yang besar dapat mendesak tulang hidung sehingga
terjadi deformitas hidung. Khas pada tumor ganas ingusnya
berbau karena mengandung jaringan nekrotik (Roezin 2007).
Pada gejala orbital ada perluasan tumor ke arah orbita
menimbulkan gejala diplopia, proptosis (penonjolan bola mata),
oftalmoplegia, gangguan visus, dan epifora (Roezin 2007).
Pada gejala oral dapat disertai perluasan tumor ke rongga mulut
menyebabkan penonjolan atau ulkus di palatum atau di
prosesus alveolaris. Pasien mengeluh gigi palsunya tidak tepat
melekat atau gigi geligi goyang. Sering kali pasien datang ke
dokter gigi karena nyeri di gigi, tetapi tidak sembuh meskipun
gigi yang sakit telah dicabut (Roezin 2007).
Pada pasien dengan gejala fasial adanya perluasan tumor ke
area wajah dimana akan menyebabkan penonjolan pipi. Gejala
dapat disertai nyeri, hilang sensasi (anesthesia atau parastesia)
jika mengenai nervus trigeminus (Roezin 2007).
Sementara perluasan tumor ke intrakranial dapat menyebabkan
sakit kepala hebat, oftalmoplegia, dan gangguan visus, yang
11
dapat disertai likuorea, yaitu cairan otak yang keluar melalui
hidung. Jika perluasan sampai ke fossa kranii media maka saraf
otak lainnya bisa terkena. Jika tumor meluas ke belakang,
terjadi trismus akibat terkenanya muskulus pterigoideus disertai
anestesia dan parestesia daerah yang dipersarafi nervus
maksilaris dan mandibularis (Roezin 2007).
tumor dan destruksi tulang. Foto polos paru diperlukan untuk melihat
metastasis tumor ke paru. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan histopatologi.
Gejala Klinis
12
3. Gejala oral, menimbulkan penonjolan atau ulkus di palatum atau
di prosesus alveolaris, sering nyeri gigi sebagai gejala awal
yang membawa pasien ke dokter
Pemeriksaan Fisik
dilakukan. Cantu G dkk melaporkan dari 305 kasus tumor ganas sinus
etmoid dan 399 kasus tumor ganas sinus maksila mendapatkan
pembesaran KGB leher masing-masing 1,6 % dan 8,3%.
13
Pemeriksaan Radiologi
Biopsi
14
Terapi biodalitas combinasi
15
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24571/.../Chapter%20II.pdf .
Carrau RL, Myers EN. 2001. Neoplasms of the Nose and Paranasal Sinuses. In :
Bayley BJ, Calhoun KH, eds. Head and Neck Surgery-Otolaryngology, 3 thed,
Vol.2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. p.1247-65.
Fadil, M.2004. Diagnosis Dini Tumor Hidung dan Sinus Paranasal. Dalam : FK UKI.
Bandung.
Roezin, A, Anida, S.2007. Karsinoma Nasofaring Dalam: Buku Ajar Telinga Hidung,
Scully C.2008.Oral & Maxillofacial Medicine. The Basis of Diagnosis and Treatment.
Churchill Livingstone Elsevier.Edinburg.p.4-17, 233-238
Wong RJ, Kraus DH.2001. Cancer of the nasal cavity and paranasal sinuses. In:
Shah JP, Patel SG, eds. Cancer of the Head and Neck. London: BC Decker
Inc. p.204-22
17