Tujuan:
Manfaat ?
a. Higienis perusahaan: melindungi pekerja dan masyarakat
sekitar perusahaan dan industri dari bahaya-bahaya yang
mungkin timbul
b. Kesehatan kerja: pencegahan dan pemberantasan
penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja
Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Ergon = kerja
dan Nomos = peraturan/hukum
Tujuan
1.Display
- 1.Display statis adalah display yang memberikan informasi
tanpa dipengaruhi oleh variabel waktu, misalnya peta, papan
pengumuman.
- 2.Display dinamis adalah display yang dipengaruhi oleh
variabel waktu, misalnya speedometer yang memberikan
informasi kecepatan kendaraan bermotor dalam setiap
kondisi.
4.Lingkungan Fisik
http://lecturer.eepis-its.edu/~basuki/lecture/ergonomi.pdf
3. Keputusan Mentera Tenaga Kerja RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisik di Tempat Kerja;
4. Edaran Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 01 Tahun 1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Kimia di Tempat Kerja
A. SILICOSIS
Silicosis adalh penyakit yang paling penting dari golongan
pneumokoniasis. Penyebabnya adalah silica bebas (SiO2) yang terdapat
pada debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru-paru.
Tidaklah boleh dilupakan, bahwa silica bebas berlainan dengan garam-
garam silicat yang tidak rnenyebabkan silicosis. Penyakit ini biasanya
terdpat pada pekerja-pekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-
batu untuk bangunan, di perusahaan granit, di perusahaan keramik, di
tambang timah putih, di tambang besi, di tambang batu bara, di
perusahaan tempat menggerinda besi, di pabrik besi dan baja, dalam
proses sandblasting, dan lain-lain. Singkatnya, penyakit tersebut
selalu mungkin terdapat pada pekerja yang menghirup debu dengan
silica bebas di dalamnya.
Masa inkubasi silicosis adalah 2-4 tahun. Sebagaimana umumnya berlaku
untuk penyakit-penyakit, masa inkubasi ini sangat tergantung dari
banyaknya debu dan kadar silica bebas di dalam debu tesebut. Makin
banyak silica bebas yang dihirup ke dalam paru-paru, makin pendek
masa inkubasi penyakit silicosis. Silicosis digolongkan menurut tingkat
sakit penyakit tersebut, yaitu tingkat pertama, kedua, dan ketiga, atau
masing-masing disebut pula tingkat ringan, sedang, dan berat.
1. Tingkat pertama atau silicosis ringan
Ditandai dengan sesak nafas (dyspnea) ketika bekerja, mula-mula
ringan. kemudian bertambah berat. Sepanjang tingkat sakit
demikian, dyspnea merupakan tanda terpenting. Batuk-batuk
mungkin sudah terdapat pada fase pertama ini, tetapi biasanya
kering, tidak berdahak. Keadaan umum penderita masih baik.
Gejala-gejala klinis paru-paru sangat sedikit. Pengembangan paru-
paru sedikit terganggu, atau tidak sama sekali. Suara pernafasan
dlam batas normal. Biasanya gangguan kemampuan bekerja
sedikit sekali atau tidak ada. Mungkin pada pekerja berusia lanjut
didapati hyperesonansi oleh karena emphysema. Gambaran rontgen
menunjukkan bayangan noduli yang terpisah, bundar dan paling
besar diameternya 2 mm. Noduli mungkin terlihat pada sebagian
lapangan paru-paru atau pada seluruhnya, tapi yang penting adalah
terpisahnya noduli satu dengan yang lainnya. Kadang-kadang noduli
tertutup oleh bayangan gelap yang mengesankan adanya
emphysema.
2. Tingkat kedua atau silicosis sedang
Sesak dan batuk menjadi sangat kentara. Tanda-tanda kelainan paru-
paru pada pemeriksaan klinis juga tampak. Dada kurang
berkembang. Suara nafas tidak jarang bronchial. Ronchi terutama
terdapat di basis paru. Selalu ditemui gangguan kemampuan untuk
bekerja. Gambaran rontgen menunjukan bahwa pada seluruh
lapangan paru-paru terlihat noduli, dan terdapat penyatuan dari
beberapa noduli membentuk bayangan yang lebih besar.
3. Tingkat ketiga atau silicosis berat
Sesak mengakibatkan keadaan cacat total. Dapat terlihat hypertrofi
jantung kanan, dan kemudian tanda-tanda kegagalan jantung
kanan. Gambaran paru-paru memperlihatkan daerah-daerah dengan
konsolidasi massif. Sampai kini belumlah jelas bagaimana
mekanisme silica bebas menimbulkan silicosis. Terdapat ernpat
buah teori tentang mekanisme tersebut yaitu:
1) Teori mekanis, yang menganggap permukaan runcing debu-
debu merangsang terjadinya penyakit.
2) Teori elektromagnetis, yang menduga bahwa gelombang-
gelombang elektromagnetislah penyebab silicosis dalam paru-
paru
3) Teori silikat, yang menjelaskan bahwa SiO2 bereaksi dengan
air dan jaringan paru-paru, sehingga terbentuk silikat yang
menyebabkan kelainan paru-paru.
4) Teori immunologis, yaitu tubuh mengadakan zat anti yang
bereaksi di paru-paru dengan antigen berasal dari debu.
Pencegahan silicosis dapat dilakukan dengan cara:
a. Substitusi misalnya mengganti kieslguhr dengan batu
kapur untuk pendinginan lambat penghancuran logam, dan
zircoicum sebagai pengganti tepung silica dalam pabrik
penuangan besi atau baja. Untuk gurinda digunakan
carborundum, emery, atau alumina, bukan lagi dari bahan silica.
Demikian pula sandblasting, yaitu proses meratakan
permukaan logam dengan debu pasir yang disemprotkan dengan
tekanan tinggi, pasir diganti dengan bubuk alumina.
b. Penurunan kadar debu di udara tempat kerja
c. Perlindungan diri pada pekerja, antara lain berupa tutup
hidung, yang paling sederhana terbuat dari kain kasa.
d. Ventilasi umum, dengan mengalirkan udara ke ruang
kerja melalui pintu dan jendela, tapi cara ini biasanya mahal
harganya.
e. Ventilasi lokal, yang disebut pompa ke luar setempat,
biayanya lebih murah
f. Pompa keluar setempat dimaksudkan untuk menghisap
debu dari tempat sumber debu dihasilkan, dan mengurangi
sedapat mungkin debu di daerah kerja.
Di samping usaha-usaha seperti tersebut di atas, pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja dan berkala adalah penting, Pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja berguna misalnya untuk tidak menerima
penderita-penderita sakit paru, dan untuk tidak menempatkan
seorang calon pekerja yang pernah sakit demikian di tempat kerja
yang banyak debu. Terutama penyakit-penyakit seperti TBC paru,
bronchitis kronik, asthma bronchiale, dan lain-lain merupakan
alasan kuat menolak para calon untuk bekerja yang menghadapi
silica bebas. Pemeriksaan berkala dimaksudkan untuk menemukan
penderita-penderita silicosis sedini mungkin; yang kemudian dapat
segera dipindahkan pekerjaan agar cacat dapat dicegah.
B. ANTHRACOSIS
Anthracosis adalah pneumokosis oleh karena debu-debu arang batu. Masa
inkubasi penyakit ini adalah 2-4 tahun. Anthracosis terlihat dalam tiga
gambaran klinis, yaitu anthracosis murni, silicoanthracosis dan
tuberculosilicoanthracosis. Anthracosis murni biasanya lambat menjadi
berat dan tidak begitu berbahaya, kecuali jika terjadi emphysema yang
rnungkin menyebabkan kematian. Pada silicoanthracosis jarang terjadi
mphysema. Pada tuberculosilicanthracosis, selain terdapat ke!ainan
paru-paru oleh debu yang mengandung silica dan arang batu juga oleh
basil-basil tubeculosa yang menyerang paru-paru. Dalam hal ini
gambaran klinis tidaklah begitu berbeda dengan silicosis murni.
Riwayat penyakit secara klinis dari anthracosis mungkin bertahun-
tahun. Kadang-kadang penderita tidak memperlihatkan gejala,
walaupun rontgen paru nenunjukkan kelainan-kelainan. Untuk waktu
yang lama gejala yang menonjol hanyalah sesak nafas. Sering kali
penderita batuk dengan dahak kehitaman, gejala tersebut disebut
melanoptysis, yang terjadi bertahun-tahun. Dada penderita menjadi
bundar dan ujung-ujung jarinya membesar (clubbing fingers). Perkusi
hyperresonant terdapat di dasar paru, sedangkan pada auskultasi
adalah lemah. Krepitasi terdengar, apabila penderita dihinggapi
bronchitis juga. Pemeriksaan laju endapan darah secara berkala
memperlihatkan hasil-hasil trus meninggi. Gambaran klinis berakhir
dengan kegagalan jantung kanan atau silicotuberculosis yang
menyebabkan kematian.
Cara-cara pencegahan anthracosis dan komplikasi-komplikasinya adalah
sebagai berikut :
1. Ventilasi penting untuk mengurangi kadar debu di udara.
2. Pemotongan (cutting) arang batu dilakukan secara basah dengan
jalan menyemprotkan air ke rantai alat pemotong pada tempat-
tempat rantai bersentuhan dengan permukaan.
3. Pengeboran basah dengan aliran air bertekanan tinggi ke tempat-
tempat mengebor, pengeboran kering harus dilarang.
4. Membasahi permukaan arang batu dengan air.
5. Memercikkan air ke arang batu yang diangkat, dimuat dan diangkut.
6. Masker debu untuk dipakai pada waktu memasuki tambang sesudah
peledakan. Perlu diingatkan, bahwa umumnya masker-masker ini
terbatas umurnya sesuai dengan effisiensi masker tersebut.
7. Pengukuran kadar debu arang batu di udara tempat kerja
8. Perneriksaan paru-paru berkala untuk diagnosa sedini mungkin.
C. ASBESITOSIS
Asbesitosis adalah salah satu jenis pneumokoniasis yang penyebabnya
adalah asbes. Asbes adalah campuran berbagai silikat, tapi yang
terpenting adalah magnesium silikat. Pekerjaan-pekerjaan dengan
bahaya penyakit tersebut adalah bahan asbes, penenunan dn
pemintalan asbes, reparasi tekstil yang terbuat dari asbes dan lain-lain.
penggunaan asbes untuk keperluan pembangunan. Kelainan dalam
paru-paru tidak berbentuk noduli yang terpisah satu dengan yang
lainnya, melainkan kelainan fibrous yang diffuse dan disertai penebalan
pleura dan juga emphysema. Debu asbes yang dihirup masuk dalam
paru-paru mengalami perubahan menjadi badan-badan asbestos
oleh pengendapan-pengendapan fibrin di sekitar serat-serat asbes
tersebut, badan-badan ini pada pemeriksaan mikrskopis berupa
batang dengan panjang sampai 200 mikrn. Gejala-gejala asbesitosis
adalah sesak nafas, batuk, dan banyak mengeluarkan dahak. Tanda-
tanda fisis adalah cyanosis, pelebaran ujung-ujung jari, dan krepitasi
halus di dasar paru pada auskultasi. Ludah mengandung badan-badan
asbestos yang Baru mempunyai arti untuk diagnosa apabila terdapat
dalam kelompok-kelornpok. Kelainan radiologis lambat terlihat,
sedangkan gejala-gejala telah lebih dahulu tampak. Gambaran rontgen
pada permulaan sakit menunjukkan gambaran ground glass
appearance atau dengan titik-titik halus di basis paru, sedangkan
batas-batas jantung dan diafragma tidaklah jelas. Cara pencegahan
asbesitosis antara lain dengan usaha-usaha :
1. Menurunkan kadar debu di udara.
2. Pada pertambangan asbes, pengeboran harus secara basah.
3. Di perindustrian tekstil dengan menggunakan asbes, harus
diadakan ventilasi setempat atau pompa keluar setempat.
4. Di saat mesin karding dibersihkan, pekerja-pekerja yang tidak
bertugas tidak boleh berada di tempat tersebut, sedangkan petugas
memakai alat-alat perlindungan diri secukupnya.
5. Jika seorang pekerja harus memasuki ruang yang penuh oleh
debu asbes, ia harus memakai alat pernafasan yang
memungkinkannya bernafas udara segar.
6. Sebaiknya pembersihan mesin karding dilakukan secara
penghisapan hampa udara.
7. pendidikan tentang kesehatan dan penerangan tentang bahaya
penyakit kepada pekerja.
D. BYSSINOSIS
Byssinosis adalah pneumokniosis yang penyebabnya terutama oleh debu
kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri tekstil. Penyakit itu
terutama erat dengan pekerjaan kirding dan blowing, tapi terdapat
pula pada pekerjaan-pekerjaan lainya, bahkan dari prmulaan proses,
yaitu pembuangan biji kapas, sampai pada proses terakhir yaitu
penenunan, Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun, yaitu
bagi para pekerja pada karding dan blowing. Bagi para pekerja lainya
mas inkubasi ini lebih dari 5 tahun.
E. BERRYLIOSIS
Berryliosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya adalah debu
berrylium. Menghirup udara yang mengandung berrylium berupa
logam oksida fluorida menyebabkan bronchitis dan pneumonitis.
Apabila yang dihirup itu adalah debu silikat dari seng brrytium, dan
mangan, pada banyak peristiwa terjadi pneumonitis terlambat atau
kemudian, yang dikenal sebagai berryliosis chronica. Gejala-gejalanya
adalah berat badan menurun sangat cepat dan disertai keluhan sesak
nafas. Batuk dan banyak dahak bukan rnerupakan gejala terpenting
pada riwayat penyakit berryliosis. Pemeriksaan klinik biasanya tidak
menunjukkan kelainan-kelainan yang luar biasa, tetapi mungkin
terdengar suara-suara tambahan pada auskultasi. Pada keadaan sakit
dini gambaran rontgen memperlihatkan bayangan kabur, tapi
kemudian retikuler, dan akhirnya nodul yang terpisah-pisah serta
tersebar.
F. STANNOSIS
Stannosis adalah pneumokoniosis yang tidak begitu berbahaya, yang
penyebabnya adalab debu biji timah putih. Penyakit ini terdapat pada
pekerja yang berhubungan dengan pengolahan biji timah atau
industri-industri yang menggunakan timah putih. Pada stannosis
biasanya tidak terdapat fibrosis yang massif tidak ada tanda-tanda
cacat paru-paru, dan jarang terjadi komplikasi. Pada keadaan sakit
tingkat permulaan, gambaran rontgen paru-paru menunjukkan
penambahan corakan dan penyebaran hilus. Kemudian nampak noduli
di daerah antar iga ketiga, rnula-mula di paru kanan, lalu di paru kiri.
Lebih lanjut, penambahan corakan hilang, sedangkan noduli semakin
jelas dan opak.
G. SIDEROSIS
Debu yang mengandung persenyawaan besi dapat menyebabkan
siderosis. Penyakit ini tidak begitu berbahaya dan tidak progresif.
Sidarosis terdapat pada pekerja-pekerja yang menghirup debu dan
pengolahan bijih besi. Biasanya pada siderosis murni tidak terjadi
fibrosis atau emphysema, sehingga tidak ada pula cacat paru.
H. TALKOSIS
Talkosis adalah pneurnokoniasis yang disebabkan oleh debu talk yang
masuk ke dalam paru-paru. Biasanya talk merupakan campuran
mineral-mineral, jadi bukan hanya Mg-silikat saja. Menghirup talk bisa
menyebabkan fibrosis peribronchial dan perivaskuler. Gambaran
rontgen paru menunjukkan bulla emphysema dan fibrosis.
(Sumamur. 1986. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.
Gunung Agung Jakarta)
A. Penyebab dasar
Terdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia / pribadi (personal factor) dan
faktor kerja / lingkungan kerja (job / work environment factor).