Anda di halaman 1dari 12

1 Apa Tujuan dan manfaat dari hiperkes?

Tujuan:

o Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja


o Melindungi dan mencegah pekerja dari semua gangguan
kesehatan akibat lingkungan kerja atau pekerjaannya
o Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
o Menempatkan pekerja sesuai dengan kemampuan fisik,
mental, dan pendidikan atau ketrampilannya
(Budiono, A.M.S., 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang :
UNDIP)
Tujuan utama hiperkes adalah menciptakan tenaga kerja yang
sehat dan produktif.
Tujuan tersebut dapat diperinci lebih lanjut sbb;
- Pencegahan dan pemberantasan penyakit2 dan
kecelakaan2 akibat kerja.
- Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga
kerja.
- Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya
produktivitas tenaga manusia
- Pemberantasan kelelahan kerja dan penglipatgandaan
kegairahan serta kenikmatan kerja
- Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan
agar terhindar dari bahaya2 pengotoran oleh bahan2 dari
perusahaan yang bersangkutan.
- Perlindungan masyarakat luas dari bahaya2 yang mungkin
ditimbulkan oleh produk2 industri.
(Higiene perusahaandan kesehatan
kerja,Dr.Suma`mur)

Manfaat ?
a. Higienis perusahaan: melindungi pekerja dan masyarakat
sekitar perusahaan dan industri dari bahaya-bahaya yang
mungkin timbul
b. Kesehatan kerja: pencegahan dan pemberantasan
penyakit-penyakit dan kecelakaan kerja

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan higiene


perusahaan/industry, yaitu :
1. Mencegahan dan memberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan-
kecelakaan akibat kerja.
2. Dapat memelihara dan meningkatan kesehatan tenaga kerja.
3. Dapat memeliharaan dan meningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga
manusia.
4. Memberantasan kelelahan kerja dan meningkatan kegairahan kerja.
5. Memeliharaan dan meningkatan higiene dan sanitasi perusahaan pada
umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan, cara pembuangan sampah,
atau sisa-sisa pengolahan dan sebagainya.
6. Memberikan perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar
terhindar dari pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang
bersangkutan.
7. Memberikan perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari bahaya-bahaya
yang mungkin di timbulkan oleh hasil-hasil produksi perusahaan.

2 Apa Tujuan ergonomic?

Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Ergon = kerja
dan Nomos = peraturan/hukum

Ergonomi merupakan suatu ilmu terapan yang mempelajari dan mencari


pemecahan persoalan yang menyangkut faktor manusia dalam proses
produksi.

Ramandhani, A.S., 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang :


UNDIP

Tujuan

-Memaksimalkan efisiensi karyawan.


-Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
-Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman, dan bersemangat.
-Memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan.
(dr.Gempur Santoso, Drs., M.Kes.Ergonomi Manusia, Peralatan, dan
Lingkungan)

3 Apa Ruang lingkup ergonomic?

1.Display
- 1.Display statis adalah display yang memberikan informasi
tanpa dipengaruhi oleh variabel waktu, misalnya peta, papan
pengumuman.
- 2.Display dinamis adalah display yang dipengaruhi oleh
variabel waktu, misalnya speedometer yang memberikan
informasi kecepatan kendaraan bermotor dalam setiap
kondisi.

2.Fisiologi Kekuatan fisik manusia

- Kekuatan/daya fisik manusia ketika bekerja


- Bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang
agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika
melakukan aktifitas tersebut.
- Ini merupakan bagian dari biomekanik.

3.Antropometri Ukuran/dimensi tempat kerja


- Ukuran tempat kerja yang sesuai dengan ukuran tubuh
manusia.

4.Lingkungan Fisik

- Perancangan kondisi lingkungan fisik dari ruangan dan


fasilitas-fasilitas dimana manusia bekerja.
- Hal ini meliputi perancangan cahaya, suara, warna,
temperatur, kelembaban, bau-bauan dan getaran pada
suatu fasilitas kerja.

http://lecturer.eepis-its.edu/~basuki/lecture/ergonomi.pdf

4 Faktor-faktor yg mempengaruhi kesehatan dan


produktivitas tenaga kerja?
5 Apa Usaha untuk mencapai hygiene perusahaan ?
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-
penyakit dan kecelakaan akibat kerja
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga
kerja
c. Pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya
produktifitas tenaga manusia
d. Pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan
kegairahan kerja
e. Pemeliharaan dan peningkatan hygiene dan
sanitasi perusahaan pada umumnya seperti kebersihan
ruangan-ruangan, cara pembuangan sampah sisa
pengolahan dan sebagainya
f. Perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu
perusahaan agar terhindar dari pengotoran oleh bahan-
bahan dan perusahaan yang bersangkutan
g. Perlindungan masyarakat luas (konsumen) dari
bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh hasil-
hasil produksi perusahaan
Entjang, I, dr. 1974. Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : PT Aditya Bakti
6 Apa saja peraturan2 ttg tenaga kerja?

DASAR HUKUM HIPERKES

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

3. Keputusan Mentera Tenaga Kerja RI Nomor 51 Tahun 1999 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisik di Tempat Kerja;

4. Edaran Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 01 Tahun 1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Kimia di Tempat Kerja

7 Macam penyakit yg berhubungan dgn kerja?

A. SILICOSIS
Silicosis adalh penyakit yang paling penting dari golongan
pneumokoniasis. Penyebabnya adalah silica bebas (SiO2) yang terdapat
pada debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru-paru.
Tidaklah boleh dilupakan, bahwa silica bebas berlainan dengan garam-
garam silicat yang tidak rnenyebabkan silicosis. Penyakit ini biasanya
terdpat pada pekerja-pekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-
batu untuk bangunan, di perusahaan granit, di perusahaan keramik, di
tambang timah putih, di tambang besi, di tambang batu bara, di
perusahaan tempat menggerinda besi, di pabrik besi dan baja, dalam
proses sandblasting, dan lain-lain. Singkatnya, penyakit tersebut
selalu mungkin terdapat pada pekerja yang menghirup debu dengan
silica bebas di dalamnya.
Masa inkubasi silicosis adalah 2-4 tahun. Sebagaimana umumnya berlaku
untuk penyakit-penyakit, masa inkubasi ini sangat tergantung dari
banyaknya debu dan kadar silica bebas di dalam debu tesebut. Makin
banyak silica bebas yang dihirup ke dalam paru-paru, makin pendek
masa inkubasi penyakit silicosis. Silicosis digolongkan menurut tingkat
sakit penyakit tersebut, yaitu tingkat pertama, kedua, dan ketiga, atau
masing-masing disebut pula tingkat ringan, sedang, dan berat.
1. Tingkat pertama atau silicosis ringan
Ditandai dengan sesak nafas (dyspnea) ketika bekerja, mula-mula
ringan. kemudian bertambah berat. Sepanjang tingkat sakit
demikian, dyspnea merupakan tanda terpenting. Batuk-batuk
mungkin sudah terdapat pada fase pertama ini, tetapi biasanya
kering, tidak berdahak. Keadaan umum penderita masih baik.
Gejala-gejala klinis paru-paru sangat sedikit. Pengembangan paru-
paru sedikit terganggu, atau tidak sama sekali. Suara pernafasan
dlam batas normal. Biasanya gangguan kemampuan bekerja
sedikit sekali atau tidak ada. Mungkin pada pekerja berusia lanjut
didapati hyperesonansi oleh karena emphysema. Gambaran rontgen
menunjukkan bayangan noduli yang terpisah, bundar dan paling
besar diameternya 2 mm. Noduli mungkin terlihat pada sebagian
lapangan paru-paru atau pada seluruhnya, tapi yang penting adalah
terpisahnya noduli satu dengan yang lainnya. Kadang-kadang noduli
tertutup oleh bayangan gelap yang mengesankan adanya
emphysema.
2. Tingkat kedua atau silicosis sedang
Sesak dan batuk menjadi sangat kentara. Tanda-tanda kelainan paru-
paru pada pemeriksaan klinis juga tampak. Dada kurang
berkembang. Suara nafas tidak jarang bronchial. Ronchi terutama
terdapat di basis paru. Selalu ditemui gangguan kemampuan untuk
bekerja. Gambaran rontgen menunjukan bahwa pada seluruh
lapangan paru-paru terlihat noduli, dan terdapat penyatuan dari
beberapa noduli membentuk bayangan yang lebih besar.
3. Tingkat ketiga atau silicosis berat
Sesak mengakibatkan keadaan cacat total. Dapat terlihat hypertrofi
jantung kanan, dan kemudian tanda-tanda kegagalan jantung
kanan. Gambaran paru-paru memperlihatkan daerah-daerah dengan
konsolidasi massif. Sampai kini belumlah jelas bagaimana
mekanisme silica bebas menimbulkan silicosis. Terdapat ernpat
buah teori tentang mekanisme tersebut yaitu:
1) Teori mekanis, yang menganggap permukaan runcing debu-
debu merangsang terjadinya penyakit.
2) Teori elektromagnetis, yang menduga bahwa gelombang-
gelombang elektromagnetislah penyebab silicosis dalam paru-
paru
3) Teori silikat, yang menjelaskan bahwa SiO2 bereaksi dengan
air dan jaringan paru-paru, sehingga terbentuk silikat yang
menyebabkan kelainan paru-paru.
4) Teori immunologis, yaitu tubuh mengadakan zat anti yang
bereaksi di paru-paru dengan antigen berasal dari debu.
Pencegahan silicosis dapat dilakukan dengan cara:
a. Substitusi misalnya mengganti kieslguhr dengan batu
kapur untuk pendinginan lambat penghancuran logam, dan
zircoicum sebagai pengganti tepung silica dalam pabrik
penuangan besi atau baja. Untuk gurinda digunakan
carborundum, emery, atau alumina, bukan lagi dari bahan silica.
Demikian pula sandblasting, yaitu proses meratakan
permukaan logam dengan debu pasir yang disemprotkan dengan
tekanan tinggi, pasir diganti dengan bubuk alumina.
b. Penurunan kadar debu di udara tempat kerja
c. Perlindungan diri pada pekerja, antara lain berupa tutup
hidung, yang paling sederhana terbuat dari kain kasa.
d. Ventilasi umum, dengan mengalirkan udara ke ruang
kerja melalui pintu dan jendela, tapi cara ini biasanya mahal
harganya.
e. Ventilasi lokal, yang disebut pompa ke luar setempat,
biayanya lebih murah
f. Pompa keluar setempat dimaksudkan untuk menghisap
debu dari tempat sumber debu dihasilkan, dan mengurangi
sedapat mungkin debu di daerah kerja.
Di samping usaha-usaha seperti tersebut di atas, pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja dan berkala adalah penting, Pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja berguna misalnya untuk tidak menerima
penderita-penderita sakit paru, dan untuk tidak menempatkan
seorang calon pekerja yang pernah sakit demikian di tempat kerja
yang banyak debu. Terutama penyakit-penyakit seperti TBC paru,
bronchitis kronik, asthma bronchiale, dan lain-lain merupakan
alasan kuat menolak para calon untuk bekerja yang menghadapi
silica bebas. Pemeriksaan berkala dimaksudkan untuk menemukan
penderita-penderita silicosis sedini mungkin; yang kemudian dapat
segera dipindahkan pekerjaan agar cacat dapat dicegah.

B. ANTHRACOSIS
Anthracosis adalah pneumokosis oleh karena debu-debu arang batu. Masa
inkubasi penyakit ini adalah 2-4 tahun. Anthracosis terlihat dalam tiga
gambaran klinis, yaitu anthracosis murni, silicoanthracosis dan
tuberculosilicoanthracosis. Anthracosis murni biasanya lambat menjadi
berat dan tidak begitu berbahaya, kecuali jika terjadi emphysema yang
rnungkin menyebabkan kematian. Pada silicoanthracosis jarang terjadi
mphysema. Pada tuberculosilicanthracosis, selain terdapat ke!ainan
paru-paru oleh debu yang mengandung silica dan arang batu juga oleh
basil-basil tubeculosa yang menyerang paru-paru. Dalam hal ini
gambaran klinis tidaklah begitu berbeda dengan silicosis murni.
Riwayat penyakit secara klinis dari anthracosis mungkin bertahun-
tahun. Kadang-kadang penderita tidak memperlihatkan gejala,
walaupun rontgen paru nenunjukkan kelainan-kelainan. Untuk waktu
yang lama gejala yang menonjol hanyalah sesak nafas. Sering kali
penderita batuk dengan dahak kehitaman, gejala tersebut disebut
melanoptysis, yang terjadi bertahun-tahun. Dada penderita menjadi
bundar dan ujung-ujung jarinya membesar (clubbing fingers). Perkusi
hyperresonant terdapat di dasar paru, sedangkan pada auskultasi
adalah lemah. Krepitasi terdengar, apabila penderita dihinggapi
bronchitis juga. Pemeriksaan laju endapan darah secara berkala
memperlihatkan hasil-hasil trus meninggi. Gambaran klinis berakhir
dengan kegagalan jantung kanan atau silicotuberculosis yang
menyebabkan kematian.
Cara-cara pencegahan anthracosis dan komplikasi-komplikasinya adalah
sebagai berikut :
1. Ventilasi penting untuk mengurangi kadar debu di udara.
2. Pemotongan (cutting) arang batu dilakukan secara basah dengan
jalan menyemprotkan air ke rantai alat pemotong pada tempat-
tempat rantai bersentuhan dengan permukaan.
3. Pengeboran basah dengan aliran air bertekanan tinggi ke tempat-
tempat mengebor, pengeboran kering harus dilarang.
4. Membasahi permukaan arang batu dengan air.
5. Memercikkan air ke arang batu yang diangkat, dimuat dan diangkut.
6. Masker debu untuk dipakai pada waktu memasuki tambang sesudah
peledakan. Perlu diingatkan, bahwa umumnya masker-masker ini
terbatas umurnya sesuai dengan effisiensi masker tersebut.
7. Pengukuran kadar debu arang batu di udara tempat kerja
8. Perneriksaan paru-paru berkala untuk diagnosa sedini mungkin.

C. ASBESITOSIS
Asbesitosis adalah salah satu jenis pneumokoniasis yang penyebabnya
adalah asbes. Asbes adalah campuran berbagai silikat, tapi yang
terpenting adalah magnesium silikat. Pekerjaan-pekerjaan dengan
bahaya penyakit tersebut adalah bahan asbes, penenunan dn
pemintalan asbes, reparasi tekstil yang terbuat dari asbes dan lain-lain.
penggunaan asbes untuk keperluan pembangunan. Kelainan dalam
paru-paru tidak berbentuk noduli yang terpisah satu dengan yang
lainnya, melainkan kelainan fibrous yang diffuse dan disertai penebalan
pleura dan juga emphysema. Debu asbes yang dihirup masuk dalam
paru-paru mengalami perubahan menjadi badan-badan asbestos
oleh pengendapan-pengendapan fibrin di sekitar serat-serat asbes
tersebut, badan-badan ini pada pemeriksaan mikrskopis berupa
batang dengan panjang sampai 200 mikrn. Gejala-gejala asbesitosis
adalah sesak nafas, batuk, dan banyak mengeluarkan dahak. Tanda-
tanda fisis adalah cyanosis, pelebaran ujung-ujung jari, dan krepitasi
halus di dasar paru pada auskultasi. Ludah mengandung badan-badan
asbestos yang Baru mempunyai arti untuk diagnosa apabila terdapat
dalam kelompok-kelornpok. Kelainan radiologis lambat terlihat,
sedangkan gejala-gejala telah lebih dahulu tampak. Gambaran rontgen
pada permulaan sakit menunjukkan gambaran ground glass
appearance atau dengan titik-titik halus di basis paru, sedangkan
batas-batas jantung dan diafragma tidaklah jelas. Cara pencegahan
asbesitosis antara lain dengan usaha-usaha :
1. Menurunkan kadar debu di udara.
2. Pada pertambangan asbes, pengeboran harus secara basah.
3. Di perindustrian tekstil dengan menggunakan asbes, harus
diadakan ventilasi setempat atau pompa keluar setempat.
4. Di saat mesin karding dibersihkan, pekerja-pekerja yang tidak
bertugas tidak boleh berada di tempat tersebut, sedangkan petugas
memakai alat-alat perlindungan diri secukupnya.
5. Jika seorang pekerja harus memasuki ruang yang penuh oleh
debu asbes, ia harus memakai alat pernafasan yang
memungkinkannya bernafas udara segar.
6. Sebaiknya pembersihan mesin karding dilakukan secara
penghisapan hampa udara.
7. pendidikan tentang kesehatan dan penerangan tentang bahaya
penyakit kepada pekerja.
D. BYSSINOSIS
Byssinosis adalah pneumokniosis yang penyebabnya terutama oleh debu
kapas kepada pekerja-pekerja dalam industri tekstil. Penyakit itu
terutama erat dengan pekerjaan kirding dan blowing, tapi terdapat
pula pada pekerjaan-pekerjaan lainya, bahkan dari prmulaan proses,
yaitu pembuangan biji kapas, sampai pada proses terakhir yaitu
penenunan, Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun, yaitu
bagi para pekerja pada karding dan blowing. Bagi para pekerja lainya
mas inkubasi ini lebih dari 5 tahun.
E. BERRYLIOSIS
Berryliosis adalah pneumokoniosis yang penyebabnya adalah debu
berrylium. Menghirup udara yang mengandung berrylium berupa
logam oksida fluorida menyebabkan bronchitis dan pneumonitis.
Apabila yang dihirup itu adalah debu silikat dari seng brrytium, dan
mangan, pada banyak peristiwa terjadi pneumonitis terlambat atau
kemudian, yang dikenal sebagai berryliosis chronica. Gejala-gejalanya
adalah berat badan menurun sangat cepat dan disertai keluhan sesak
nafas. Batuk dan banyak dahak bukan rnerupakan gejala terpenting
pada riwayat penyakit berryliosis. Pemeriksaan klinik biasanya tidak
menunjukkan kelainan-kelainan yang luar biasa, tetapi mungkin
terdengar suara-suara tambahan pada auskultasi. Pada keadaan sakit
dini gambaran rontgen memperlihatkan bayangan kabur, tapi
kemudian retikuler, dan akhirnya nodul yang terpisah-pisah serta
tersebar.
F. STANNOSIS
Stannosis adalah pneumokoniosis yang tidak begitu berbahaya, yang
penyebabnya adalab debu biji timah putih. Penyakit ini terdapat pada
pekerja yang berhubungan dengan pengolahan biji timah atau
industri-industri yang menggunakan timah putih. Pada stannosis
biasanya tidak terdapat fibrosis yang massif tidak ada tanda-tanda
cacat paru-paru, dan jarang terjadi komplikasi. Pada keadaan sakit
tingkat permulaan, gambaran rontgen paru-paru menunjukkan
penambahan corakan dan penyebaran hilus. Kemudian nampak noduli
di daerah antar iga ketiga, rnula-mula di paru kanan, lalu di paru kiri.
Lebih lanjut, penambahan corakan hilang, sedangkan noduli semakin
jelas dan opak.
G. SIDEROSIS
Debu yang mengandung persenyawaan besi dapat menyebabkan
siderosis. Penyakit ini tidak begitu berbahaya dan tidak progresif.
Sidarosis terdapat pada pekerja-pekerja yang menghirup debu dan
pengolahan bijih besi. Biasanya pada siderosis murni tidak terjadi
fibrosis atau emphysema, sehingga tidak ada pula cacat paru.
H. TALKOSIS
Talkosis adalah pneurnokoniasis yang disebabkan oleh debu talk yang
masuk ke dalam paru-paru. Biasanya talk merupakan campuran
mineral-mineral, jadi bukan hanya Mg-silikat saja. Menghirup talk bisa
menyebabkan fibrosis peribronchial dan perivaskuler. Gambaran
rontgen paru menunjukkan bulla emphysema dan fibrosis.
(Sumamur. 1986. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja.
Gunung Agung Jakarta)

8 Apa saja faktor penyebab dari kecelakaan kerja?

a. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan


b. Keadaan2 lingkungan yang tidak aman
Keselamatan kerja & Pencegahan Kecelakaan. Sumamur.1987

1. faktor-faktor penyebab kecelakaan dan penyakit yang ditimbulkan


akibat kerja
Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya di golongkan menjadi dua,
yakni:

perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak


memenuhi keselamatan, misalnya: karena kelengahan,
kecerobohan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya.
Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau
unsafety condition, misalnya lantai licin, pencahayaan kurang,
silau, dan sebagainya
Notoatmodjo, S, Prof. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-
Prinsip Dasar.

Jakarta : Rineka Cipta

A. Penyebab dasar
Terdiri dari 2 faktor yaitu faktor manusia / pribadi (personal factor) dan
faktor kerja / lingkungan kerja (job / work environment factor).

i. Faktor manusia / pribadi antara lain karena :


Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi.
Kurangnya / lemahnya pengetahuan dan keterampilan /
keahlian.
Stres.
Motivasi yang tidak cukup / salah.
ii. Faktor kerja / lingkungan antara lain karena :
Tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan.
Tidak cukup rekayasa (engineering).
Tidak cukup pembelian / pengadaan barang.
Tidak cukup perawatan (maintenance).
Tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-barang /
bahan-bahan.
Tidak cukup standar-standar kerja.
Penyalahgunaan.

9 Apa perbedaan penyakit hubungan kerja dengan akibat


kerja?
- Penyakit akibat kerja
Penyebab spesifik, berhubungan kuat dg pekerjaan,
umunya terdiri dari satu agen penyebab.
- Penyakit berhubungan dg kerja
Beberapa agen penyebab, faktor pekerjaan+faktor risiko
lain, etiologi kompleks.
- Penyakit mengenai populasi kerja
Terjadi pd populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab
di tempat kerja, namun dpt diperberat oleh kondisi
pekerjaan yg buruk bagi kesehatan.

10 Apa pencegahan yg dilakukan untuk mencapai


keselamatan kerja?
11. Ergonomic termasuk peny kerja, K3 atau mana ?

12. Anemia termasuk ke peny kerja, hygine?

13. Cara mendiagnosis peny akibat kerja ?

Berikut ini 7 langkah dalam diagnosis PAK :


a Menentukan diagnosis klinis
Untuk menyatakan bahwa suatu penyakit adalah akibat
hubungan pekerjaan harus dibuat diagnosis klinis dahulu.
b Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam
pekerjaan
Identifikasi semua pajanan yang dialami oleh pekerja
tersebut.Untuk itu perlu dilakukan anamnesis pekerjaan yang
lengkap dan kalau perlu dilakukan pengamatan ditempat
kerja dan mengkaji data sekunder yang ada.
c Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan
penyakit
Untuk menentukan adakah hubungan antara pajanan dan
penyakit harus berdasarkan evidence yang ada dan dapat
dilihat dari bukti yang ada.
d Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar
Penentuan besarnya pajanan dapat dilakukan secara
kuantitatif dengan melihat data pengukuran lingkungan dan
masa kerja atau secara kualitatif dengan mengamati cara
kerja pekerja.
e Menentukan apakah ada peranan faktor-faktor individu itu
sendiri
Hal-hal yang dapat mempercepat terjadinya penyakit akibat
kerja atau sebaliknya menurunkan kemungkinan penyakit
akibat hubungan kerja seperti faktor genetik atau kebiasaan
memakai alat pelindung yang baik.
f Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan
Misalnya Kanker paru dapat disebabkan oleh asbes dan bisa
juga disebabkan oleh kebiasaan merokok.
g Menentukan diagnosis Penyakit Akibat Kerja
Apabila dapat dibuktikan bahwa paling sedikit ada satu faktor
pekerjaan yang berperan sebagai penyebab penyakit dapat
dikategorikan penyakit akibat kerja.
Direktorat Bina Kesehatan Kerja. Pedoman Tata Laksana
Penyakit Akibat Kerja bagi Petugas Kesehatan, Departemen
Kesehatan, 2008.

14. Pencatatan dan pelaporan penyakit akibat kerja?

Anda mungkin juga menyukai