Anda di halaman 1dari 25

Pendahuluan

Rangka manusia dewasa tersusun dari tulang-tulang yang membentuk suatu kerangka tubuh
yang kokoh. Tulang-tulang tersebut tersusun skeleton axiale yang dibagi atas ossa cranii
(tulang tengkorak) sebanyak 29 tulang, columna vertebralis (tulang belakang) sebanyak 26
tulang, skeleton thoracis sebanyak 25 tulang. Skeleton appendiculare dibagi atas ossa membri
superioris (anggota gerak atas) sebanyak 64 tulang, dan ossa membri inferioris (anggota
gerak bawah) sebanyak 62 tulang, sehingga total tulang penyusun rangka manusia dewasa
sekitar 206 tulang. Rangka manusia juga disusun atas persendian yang merupakan artikulasi
dari dua tulang atau lebih.

Sistem rangka pada dasarnya memiliki fungsi untuk memberikan topangan dan bentuk pada
tubuh, perlindungan yaitu melindungi organ-organ lunak yang ada dalam tubuh, pembentukan
sel darah (hematopoiesis), tempat penyimpanan mineral, dan pergerakan. Pada fungsi
pergerakan, tulang berartikulasi dengan tulang lain pada sebuah persendian dan berfungsi
sebagai pengungkit. Otot-otot yang tertanam pada tulang akan berkontraksi sehingga kekuatan
yang diberikan pada pengungkit menghasilkan gerakan.

Jaringan otot sendiri mencapai 40% sampai 50% berat tubuh, umumnya terdiri atas sel-sel
kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui konstraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan
dan melakukan pekerjaan. Selain fungsinya untuk pergerakan dengan tulang dan bagian-
bagian organ internal tubuh, otot juga berperan sebagai penopang tubuh dan mempertahankan

postur. Otot menopang rangka dan mempertahankan tubuh dalam posisi berdiri atau duduk
terhadap gaya gravitasi. Otot juga memiliki peran dalam produksi panas sebagai hasil
metabolisme dari kontraksi otot untuk mempertahankan suhu normal tubuh.

Gangguan dapat terjadi dalam sistem mekanisme kerja otot baik dalam melakukan kontraksi
ataupun relaksasi. Melihat adanya permasalahan yang berkaitan dengan mekanisme kerja otot,
merupakan hal penting untuk mengetahui peranan serta mekanisme tulang dan otot dalam
pergerakan. Dengan mengetahui kondisi normal pada sistem muskuloskeletal ekstremitas
bawah dan memahami mekanisme kerja otot dapat menjadi awal persiapan dalam menghadapi
masalah klinik berkaitan dengan kerja otot.

1
Struktur Tulang Ekstremitas Inferior

Tulang pada dasarnya dibagi menjadi tulang rawan (kartilago) dan tulang. Tulang rawan
adalah bentuk jaringan ikat khusus terdiri dari sel-sel yang disebut kondrosit berasal dari kata
Yunani chondros yaitu tulang rawan, dan kytos yaitu sel, tersebar berjauhan dalam matriks
ekstrasel mirip jel padat yang tersusun atas serat dan substansi dasar. Jaringan ini tidak
diterobos saraf atau pembuluh darah. Sel-selnya terisolasi dalam rongga kecil atau lakuna,
mendapat makanan secara difusi melalui fase air dari matriks dari kapiler dalam jaringan
sekitar tulang rawan (perikondrium) atau melalui cairan sinovial dari rongga sendi.
Perikondrium merupakan selubung jaringan ikat padat yang mengelilingi tulang rawan di
kebanyakan tempat. Perikondrium mengandung pembuluh darah yang memasok tulang rawan
dan juga saraf serta pembuluh limfe. 1,2,3

Tulang rawan berfungsi untuk menyangga jaringan lunak. Dengan permukaannya yang licin
dan lentur, tulang rawan merupakan peredam beraturan dan daerah pergeseran bagi sendi serta
memudahkan pergerakan tulang. Tulang rawan juga penting untuk perkembangan dan
pertumbuhan tulang-tulang panjang, baik sebelum ataupun sesudah lahir. Tulang rawan agak
terbatas keadaannya dalam kehidupan pasca-lahir, namun tetap berperan penting dalam
pertumbuhan memanjang tulang panjang ekstremitas. Bila tinggi dewasa telah tercapai, model
tulang rawan dari tulang telah seluruhnya diganti oleh jaringan tulang kecuali lapisan yang
bertahan seumur hidup pada permukaan dengan sambungan tulang lain. 1,2

Kolagen, asam hialuronat, proteoglikan, dan sejumlah kecil glikoprotein merupakan


makromolekul utama yang terdapat di semua jenis matriks tulang rawan. Adanya variasi
kebutuhan fungsional, tulang rawan berevolusi menjadi 3 bentuk dengan komposisi matriks
yang bervariasi pula. Tulang rawan dapat dibedakan menjadi tulang rawan hialin, elastis dan
fibrokartilago. 1,2

1. Tulang rawan hialin

Tulang rawan hialin merupakan bentuk tulang rawan yang paling umum dijumpai.
Tulang rawan hialin segar berwarna putih kebiruan dan bening. Pada embrio, tulang
rawan berfungsi sebagai kerangka sementara, sampai tulang ini secara berangsur
diganti oleh tulang sejati. Pada orang dewasa, tulang rawan hialin dapat ditemukan

2
salah satunya di permukaan sendi dan di lempeng epifisis yang berperan bagi
pertumbuhan memanjang di tulang.

Dalam keadaan segar, matriks tulang rawan hialin berwarna kelabu-kebiruan.


Tampaknya homogen dengan mikroskop cahaya, sebagaian karena substansi dasar dan
serat kolagen di dalamnya mempunyai indeks refraksi hampir sama. 40% berat kering
tulang rawan hialin terdiri atas kolagen yang terbenam dalam jel berhidrasi yang solid
dari proteoglikan dan glikoprotein struktural. Tulang rawan terutama mengandung
kolagen tipe II.

Kecuali tulang rawan sendi, semua tulang rawan hialin ditutupi selapis jaringan ikat
padat, yaitu perikondrium. Perikondrium memiliki peranan penting untuk
pertumbuhan dan ketahanan tulang rawan. Tepat di bawah perikondrium dan di bawah
permukaan bebas tulang rawan sendi, terdapat sel dilapisi lakuna lonjong dengan
sumbu panjangnya paralel terhadap permukaan yang disebut dengan kondroblas.
Sedangkan di bagian tulang rawan yang lebih dalam, berbentuk setengah bulatan atau
bersiku merupakan sel tulang rawan yang sudah matang dan dewasa disebut kondrosit.
Terdapat pula kondrosit yang telah mengalami pembelahan mitosis menjadi
sekelompok sel yang dapat beranggotakan 8 sel. kelompok ini disebut isogen.

Gambar 1. Struktur tulang rawan hialin 2

3
2. Tulang rawan elastis

Matriks tulang rawan elastis cenderung lebih keruh, berwarna kekuningan karena
adanya elastin dalam serat elastin, dan bersifat lebih fleksibel. Tulang rawan elastis
pada dasarnya identik dengan tulang rawan hialin kecuali kandungan serat elastin
halus yang membentuk jalinan selain serabut kolagen tipe II. Kondrositnya serupa
dengan tulang rawan hialin dan menempati lakuna tersebar satu-satu atau dalam
kelompok isogen. Matriksnya kurang banyak dibanding tulang rawan hialin dan
sebagian besar substansinya terdiri atas serat elastin yang banyak bercabang. Sama
seperti tulang rawan hialin, tulang rawan elastis juga memiliki perikondrium.

Gambar 2. Struktur tulang rawan elastis 2

3. Fibrokartilago

Fibrokartilago merupakan jaringan intermediat antara jaringan ikat padat dan tulang
rawan hialin. Jaringan ini ditemukan di diskus intervertebralis, di tempat perlekatan
beberapa ligamen pada permukaan tulang rawan dari tulang, dan di simfisis pubis.
Fibrokartilago selalu berhubungan dengan jaringan ikat padat, dan daerah perbatasan
antara kedua jaringan ini tidak jelas.

Fibrokartilago mengandung kondrosit satu-satu atau dalam kelompok isogen, tersusun


dalam barisan panjang yang dipisahkan oleh serat kolagen tipe I kasar. Pada

4
fibrokartilago tidak dijumpai perikondrium. Sel-selnya terdapat dalam lakuna dengan
simpai sangat tipis.

Gambar 3. Struktur fibrokartilago2


5
Tulang merupakan unsur pokok kerangka orang dewasa, jaringan tulang menyangga struktur
berdaging, melindungi organ-organ vital, dan menampung sumsum tulang sebagai tempat sel
darah dibentuk. Tulang juga berfungsi sebagai cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain yang
dapat dilepaskan atau disimpan dengan cara terkendali untuk mempertahankan konsentrasi
ion tersebut dalam tubuh. Seperti jaringan ikat lainnya, tulang terdiri atas sel, serat, dan
substansi dasar. Perbedaannya adalah adanya komponen ekstrasel yang mengapur menjadi
substansi keras. 1-3

Secara makroskopik, tulang dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu tulang kompak
(substansia kompakta) dan tulang spons atau kanselosa (substansia spongiosa). Baik tulang
kompak maupun tulang spons saling berhubungan tanpa batas jelas. Jumlah tulang kompak
dan tulang spons relatif bervariasi tergantung pada jenis tulang dan bagian yang berbeda dari
tulang yang sama. 1-3

1. Tulang kompak merupakan jaringan yang tersusun rapat dan terutama ditemukan
sebagai lapisan di atas jaringan tulang spons. Porositasnya bergantung pada saluran
mikroskopik yang mengandung pembuluh darah (kanalikuli), yang berhubungan
dengan saluran Havers.

2. Tulang spons tersusun dari batang-batang tulang halus dan ireguler yang bercabang
dan saling bertumpang tindih untuk membentuk jaring-jaring spikula tulang dengan
rongga-rongga yang mengandung sumsum.

Tulang panjang pada ekstremitas bawah seperti femur pada bagian batang atau diafisis terdiri
atas silinder berlubang tulang kompak berdinding tebal dengan rongga sumsum besar di pusat.
Rongga sumsum berisi sumsum tulang kuning (adiposa) atau sumsum merah tergantung pada
usia individu. Ujung tulang panjang terutama terdiri atas tulang spons yang ditutupi korteks
tulang kompak tipis. Ruang antar trabekel tulang spons pada orang dewasa berhubungan
langsung dengan rongga sumsum bagian batang. 1-3

Periosteum merupakan lapisan yang membungkus diafisis. Periosteum tersusun atas lapisan
luar serat-serat kolagen dan fibroblas, lapisan dalam yang bersifat osteogenik (pembentuk
tulang) terdiri atas satu lapisan tunggal osteoblas. Lapisan dalam periosteum terdiri atas sel-
sel mirip fibroblas yang disebut osteoprogenitor. Sel ini berpotensi membelah secara mitosis
dan berkembang menjadi osteoblas. Berkas serat kolagen periosteum disebut serat Sharpey,
6
memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada tulang. Periosteum berperan dalam
pertumbuhan tulang dalam ukuran lebarnya dan untuk nutrisi tulang karena periosteum sangat
tervaskularisasi serta sebagai jalur masuk pembuluh darah untuk menembus tulang. 1-3

Endosteum melapisi semua rongga dalam di dalam tulang dan terdiri atas selapis sel
osteoprogenitor gepeng serta sejumlah kecil jaringan ikat. Lapisan endosteum lebih tipis
daripada periosteum. Bagian pada tulang panjang yang membulat disebut epifisis. Tersusun
atas tulang berongga yang dilapisi selapis tipis tulang kompakta. Bagian epifisis dibungkus
oleh tulang rawan hialin sehingga memungkinkan bagian ini berartikulasi. Didukung dengan
pelumas oleh cairan sinovial dari rongga persendian, memungkinkan terjadinya pergerakan
sendi yang lancar. 1-3

Secara mikroskopik dapat dilihat bahwa kontribusi unsur sel dari tulang terhadap massa total
sangatlah kecil. Sebagian besar terdiri atas matriks tulang yaitu substansi interstisial
bermineral. Terdapat 3 jenis sel pada tulang yaitu osteosit, osteblas, dan osteoklas. 1-3

1. Osteoblas

Osteoblas bertugas atas sintesis komponen organik matriks tulang. Osteoblas hanya
terdapat pada permukaan tulang. Bila osteoblas aktif mensintesis matriks, osteoblas
memiliki bentuk kuboid sampai silindris. Bila aktivitas sintesisnya menurun, sel
tersebut menjadi gepeng. Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks
yang baru terbentuk dan menjadi osteosit. Selama proses ini terbentuk rongga yang
disebut lakuna. Lakuna dihuni osteosit beserta juluran-julurannya (kanalikuli) bersama
dengan sedikit matriks ekstrasel yang tidak mengapur.

2. Osteosit

Sel utama tulang dewasa adalah osteosit. Osteosit yang berasal dari osteoblas terletak
di dalam lakuna yang berada di antara lamela-lamela matriks. Hanya terdapat satu
osteosit di dalam lakuna. Kanalikuli matriks silindris yang tipis mengandung tonjolan-
tonjolan sitoplasma osteosit. Tonjolan dari sel-sel yang berdekatan saling berkontak
melalui taut rekah dan molekul-molekul berjalan melalui struktur ini dari sel ke sel.
Osteosit berbentuk gepeng dan memiliki sedikit retikulum endoplasma kasar,
kompleks golgi serta kromatin inti yang lebih padat.

7
3. Osteoklas

Seumur hidup, tulang tetap mengalami remodeling intern dan pembauran yang
mencakup menghilangkan matriks tulang pada banyak tempat, diikuti dengan deposisi
tulang baru. Dalam proses ini agen resorpsi tulang adalah osteoklas. Osteoklas adalah
sel bercabang yang sangat besar. Bagian badan sel yang melebar mengandung 5
sampai 50 inti. Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat di dalam
lekukan yang terbentuk sebagai akibat kerja enzim pada matriks yang dikenal dengan
lakuna Howship.

Kira-kira 50% berat kering matriks tulang adalah bahan anorganik. Banyak dijumpai kalsium
dan fosfor, magnesium, kalium dan natrium. Bahan organik dalam matriks tulang adalah
kolagen tipe I dan substansi dasar, yang mengandung agregat proteoglikan dan beberapa
glikoprotein struktural spesifik. 1

Struktur Otot Ekstremitas Inferior

Otot penyusun ekstremitas inferior merupakan otot skelet. Otot skelet adalah serat otot, yaitu
sel-sel silindris panjang multinuklear. Mereka jauh lebih besar daripada serat otot polos,
panjang berkisar antara 10 sampai 30 cm dan berdiameter antara 0,1 sampai 0,5 mm. Serat-
serat paralel berkumpul membentuk berkas yang cukup besar untuk dapat dilihat dengan mata
telanjang. Semakin besar otot maka semakin banyak pula jumlah serabutnya.2,3

Sel-sel otot memiliki inti yang umumnya berbentuk lonjong, terdapat di tepian sel di bawah
membran sel. Lokasi inti sel yang khas ini membantu membedakan otot skelet dari otot
jantung dan otot polos dengan inti yang berada di tengah.1

Lapisan jaringan ikat fibrosa membungkus setiap otot dan masuk ke bagian dalam untuk
melapisi fasikel dan serabut individual. Jaringan ini menyalurkan impuls saraf dan pembuluh
darah ke dalam otot dan secara mekanis mentransmisikan daya kontraksi dari satu ujung otot
ke ujung lainnya. Berikut adalah susunan mikroskopik otot skelet1-3

1. Epimisium
Merupakan jaringan ikat rapat yang melapisi keseluruhan otot dan terus berlanjut
sampai ke fasia dalam.

2. Perimisium
Mengacu pada ekstensi epimisium yang menembus ke dalam otot untuk melapisi
berkas fasikel.
8
3. Endomisium
Adalah jaringan ikat halus yang melapisi setiap serabut otot individual.

Sarkoplasma dipenuhi oleh berkas-berkas filamen silindris panjang yang disebut miofibril.
Miofibril merupakan unit kontraktif yang mengalami spesialisasi, volumenya mencapai 80%
volume serabut. Setiap miofibril silindris terdiri dari miofilamen tebal dan miofilamen tipis/
miofilamen tebal terdiri terutama dari protein miosin. Molekul miosin disusun untuk
membentuk ekor berbentuk cambuk dengan dua kepala globular, mirip dengan tongkat golf
berkepala dua. Miofilamen tipis terusun dari protein aktin. Dua protein tambahan pada
filamen tipis adalah tropomiosin dan troponin melekat pada aktin. Komposisi miosin bersama
aktin sebesar 55% dari komposisi protein total otot rangka. 1,3,4

1. Mikrofilamen tipis

a. Aktin
Aktin dijumpai sebagai polimer berfilamen (aktin-F) panjang yang terdiri atas
2 untai monomer globular (aktin-G) yang saling berpilin dalam bentuk spiral
ganda. Karakteristik yang terlihat pada semua molekul aktin-G adalah
strukturnya yang asimetris. Bila molekul aktin-G berpolimerasi membenuk
aktin-F, molekul tersebut akan terikat dari depan ke belakang dan
menghasilkan suatu filamen dengan polaritas yang dapat dikenali. Setiap
monomer aktin-G memiliki satu tempat pengikatan bagi miosin.

b. Tropomiosin dan Troponin

Tropomiosin, merupakan molekul halus yang memiliki 2 rantai polipeptida.


Molekul ini tergabung pada kepala sampai ekor yang membentuk filamen yang
berjalan di atas subunit aktin di sepanjang tepian luar alur yang berada di
antara dua untai aktin yang terpilin. Troponin merupakan kompleks dari 3
subunit, TnT yang melekat erat pada tropomiosin, TnC yang terikat pada ion
kalsium, dan TnI yang menghambat interaksi aktin-miosin.

2. Mikrofilamen tebal

Mikrofilamen tebal terdiri terutama dari miosin. Miosin merupakan kompleks yang
berukuran lebih besar. Miosin dapat diuraikan menjadi 2 rantai berat yang identik dan

9
2 pasang rantai ringan. Rantai berat miosin adalah molekul berbentuk batang halus dan
terdiri atas 2 rantai berat yang terpilin bersama. Tonjolan globulus kecil pada satu
ujung setiap rantai berat membentuk kepala, yang memiliki tempat penggabungan
ATP, selain kapasitas enzimatik untuk menghidrolisis ATP dan kemampuan untuk
mengikat aktin.

Seperti yang tampak dalam mikroskop cahaya, serabut otot yang terpotong memanjang
memperlihatkan garis melintang dari pita terang dan gelap secara bergantian. Pemitaan pada
otot ditentukan berdasarkan miofilamen. 1,3,4

1. Pita A

Pita yang lebih gelap disebut pita A (anisotrop, atau mampu mempolarisasi cahaya)
terdiri dari susunan vertikal miofilamen tebal yang berselang-seling dengan
miofilamen tipis.

2. Pita I

Pita yang lebih terang disebut pita I (isotrop, atau nonpolarisasi) terbentuk dari
miofilamen aktin tipis yang memanjang ke dua arah dari garis Z ke dalam susunan
filamen tebal. Dengan mikroskop elektron, setiap pita I terlihat disebelah dua oleh
garis gelap melintang yaitu garis Z.

3. Garis Z

Garis Z terbentuk dari protein penunjang yang menahan miofilamen tipis tetap
menyatu di sepanjang miofibril.

4. Zona H

Zona H adalah area yang lebih terang pada pita A miofilamen miosin yang tidak
tertembus filamen tipis.

5. Garis M

Garis M membagi dua pusat zona H. Pembagian ini merupakan kerja protein
penunjang lain yang menahan miofilamen tebal tetap bersatu dalam susunan.

6. Sarkomer

10
Sarkomer merupakan jarak antara garis Z ke garis Z lainnya, panjangnya 2,5
mikrometer pada otot yang sedang beristirahat.

Gambar 4. Struktur mikroskopis otot skelet 3

Otot-otot ekstremitas inferior (bawah) dibagi menjadi beberapa bagian.5

i. Otot pangkal paha bagian luar


a. M. Gluteus maximus
b. M. Gluteus medius
c. M. Gluteus minimus
d. M. Tensor faciae lata
e. M. Obtutator Externus
f. M. Quadratus femoris

2 . otot pangkal paha bagian dalam

a. M. Psoas major et minor


b. M. Iliacus
c. M. Piriformis
d. M. Obtutator internus
e. Mm Gemellus superior et inferior
2. Otot tungkai bagian atas
a. Mm. Extensor sendi lutut
M. Sartorius
M. Quadriceps femoris
M. Articularis genus
b. Mm. Aduuctor femoris
11
M. Pectinus
M. Gracillis
M. Adductor brevis
M. Adductor longus
M. Adductor magnus
M. Adductor minimus
c. Mm. Flexor sendi lutut
M. Biceps femoris
M. Semitendinosus
M. Semimembranosus
3. Otot tungkai bagian bawah
a. Mm flexor
b. Mm extensor
c. Mm peronaei
4. Otot pada kaki (pedis)
a. Mm. Dorsum Pedis
M. Ekstensor digitorum brevis
M. Hallucis pedis
b. Mm. Plantaris Pedis

Tulang dan Otot Ekstremitas Inferior

Tulang-tulang ekstremitas bawah atau anggota gerak bawah terdiri atas tiga puluh satu tulang
yaitu os. coxae, femur, tibia, fibula, patela, tarsal, 5 tulang metatarsal, 14 tulang falanges.1,5-7

1. Os. Coxae

Tulang panggul atau os coxae turut membentuk gelang panggul, Letaknya di setiap
sisi dan di depan bersatu dengan simfisis pubis. Kedua tulang itu membentuk sebagian
besar dari pelvis. Tulang coxae adalah tulang pipih berbentuk tak teratur yang
dibentuk oleh tiga yang bertemu di asetabulum, yaitu sebuah rongga berbentuk cawan
di permukaan external dari tulang coxae dan mencekam kepala femur dalam formasi
gelang panggul. Tiga tulang yang berkumpul dalam os. coxae adalah os. ilium, os.
pubis dan os. ischium.
A. Os. ilium merupakan tulang yang menduduki tempat terbesar dalam os.
coxae dan memperlihatkan dua permukaan, sebuah krista dan sebuah
permukaan persendian untuk sakrum.

12
B. Os. ischium merupakan tulang yang paling tebal dan paling keras dalam os.
coxae. Os ischium seringkali disebut sebagai tulang duduk .
C. Os. pubis terdiri atas sebuah badan dan dua ramus. Tulang pubis bersatu di
depan pada simfisis pubis.

Gambar 5. Tampak lateral


os. coxae dextra7

2. Os. Femur
Femur atau tulang paha
adalah tulang yang terpanjang dari seluruh tubuh. Tulang tersebut bersendi dengan
asetabulum dalam formasi persendian pada panggul dan dari panggul menjulu medial
ke arah lutut dan membuat persendian dengan tibia. Tulang pada femur berupa tulang
pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung.

Pada ujung atas tulang femur, ada sebuah kepala yang menduduki dua pertiga daerah
tersebut, di puncaknya seperti bentuk kulit telur dengan permukaan kasar untuk kaitan
ligamentum teres.Dibawah kepala ada eher yang panjang dan gepeng. Pada dataran, di
tempat leher menjadi batang, di sebelah luar terdapat trokanter major, dan di sebelah
belakang dan tengah terdapat trokanter minor.

Pada ujung bawah tulang femur, terdapat dua kondil yaitu condylus medial dan
condylus lateral serta sebuah lekukan interkondiler.

13
Gambar 6. Tampak anterior os. femur dextra7

3. Os. Patella
Patela atau tempurung lutut adalah tulang baji atau tulang sesamoid yang
berkembangan di dalam tendon otot kuadrisep extensor. Apeks patela meruncing ke
bawah. Permukaan anterior tulang ialah kasar. Permukaan posteriornya halus dan
bersendi dengan permukaan pateler ujung bawah femur.

Gambar 7. Tampak anterior & posterior os. patella 7

14
4. Os. Tibia & Fibula

Tibia atau tulang kering merupakan kerangka


utama tungkai bawah dan terletak medial
dari fibula. Tibia adalah tulang pipa dengan
sebuah batang dan dua ujung. Pada ujung atas
dari os. tibia memperlihatkan adanya
kondil medial dan lateral. Kondil-kondil
tersebut merupakan bagian yang paling atas dan
paling pinggir dari tulang. Pada ujung bawah
masuk dalam formasi persendian mata
kaki. Tulangnya sedikit melebar dan ke
bawah sebelah medial menjulang menjadi
maleolus medial atau maleolus tibiae. Tibia
membuat sendi dengan tiga tulang yaitu
femur, fibula dan talus.

Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah. Tulang fibula
juga adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung atas berbentuk
kepala dan bersendi dengan bagian belakang luar tibia. Pada ujung bawah di sebelah
bawah lebih memanjang menjadi maleolus lateralis atau maleolus fibulae.

Gambar 8. Tampak anterior os. tibia dan fibula dextra7

15
5. Os. Tarsal
Os tarsal atau tulang pangkal kaki terdiri dari tujuh buah tulang yang secara kolektif
dinamakan tarsus. Tulang-tulang tersebut adalah tulang pendek dan tulang-tulang
tersebut yang mendukung berat badan seseorang saat berdiri

6. Os. Metatarsal
Os. metatarsal terdiri dari 5 tulang. Tulang-tulang metatarsal adalah tulang pipa
dengan sebuah batang dan dua ujung. Ujung proximal atau ujung tarsal bersendi
dengan tulang tarsal. Ujung distal atau falangeal bersendi dengan falanges proximal.
Metatarsal pertama berbentuk gemuk dan pendek sedangkan metatarsal kedua
berbentuk panjang.

7. Os. Falanges

Tulang-tulang jari disebut os. falanges. Tulang tunggalnya sering disebut tulang
falang. Setiap jari memiliki tiga tulang falang yaitu falang proksimal, medial, dan
falang distal. Ibu jari hanya memiliki tulang falang proksimal dan medial. Os. falanges
pada kaki memiliki struktur yang sama dengan tangan akan tetapi os. falanges pada
kaki lebih pendek.

16
Gambar 9. Tampak
superior os. pedis
dextra7

Mekanisme Kerja dan Metabolisme Otot

Otot merupakan transduser biokimia utama yang mengubah energi potensial (kimiawi)
menjadi energi kinetik (mekanis). Otot merupakan jaringan tunggal terbesar di tubuh manusia,
membentuk sekitar 25% massa tubuh saat lahir, lebih dari 40% pada orang dewasa muda, dan
kurang dari 30% massa tubuh pada usia lanjut. 4

Bila miofibril diperiksa di bawah mikroskop elektron, tampak bahwa masing-masing


miofibril terdiri atas 2 jenis filamen longitudinal yaitu filamen tebal dan filamen tipis.
Filamen tebal terbatas di pita A mengandung terutama protein miosin. Filamen tipis terletak di
pita I dan memanjang ke dalam pita A tetapi tidak sampai ke dalam zona H. Filamen tipis

17
mengandung protein aktin, tropomiosin, dan troponin. Bagian miofibril yang terletak atara
dua lempeng Z yang berurutan disebut sarkomer. 4,8

Hubungan bersebelahan antara filamen miosin dan aktin sulit dipertahankan. Hal ini
dipertahankan oleh molekul protein berfilamen yang disebut titin. Molekul titin yang elastis
ini berfungsi sebagai kerangka kerja yang menahan filamen miosin dan aktin agar tetap
berada di tempat sehingga perangkat kontraksi sarkomer akan bekerja. 8

Secara umum mekanisme kontraksi otot dimulai dan berakhir dengan tahap-tahap sebagai
berikut. 8,9

1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujungnya
pada serabut otot. Tibanya impuls saraf pada pertautan neuromuskular mengakibatkan
dilepaskannya substansi neurotransmitter berupa asetilkolin dalam jumlah sedikit di
setiap ujung saraf.

2. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serabut otot untuk membuka
banyak kanal bergerbang asetilkolin melalui molekul-molekul protein yang terapung
pada membran.

3. Perubahan permeabilitas membran yang mengelilingi serabut otot mengakibatkan


terbukanya kanal bergerbang asetilkolin sehing memungkinkan sejumlah besar ion
natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot. Peristiwa ini akan
menimbulkan potensial aksi pada membran.

4. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serabut otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut saraf sehingga
menimbulkan depolarisasi membran otot. Potensial aksi pada akhirnya menyebabkan
lepasnya sejumlah besar ion kalsium yang tersimpan di dalam retikulum sarkoplasma.

5. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan miosin
sehingga kedua filamen bergeser satu sama lain menghasilkan proses kontraksi.
Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke dalam retikulum
sarkoplasma dan ion-ion ini tetap tersimpan hingga potensial aksi otot yang baru
datang lagi. Pelepasan ion kalsium dari miofibril menyebabkan otot berhenti
berkontraksi.

18
Pada keadaan istirahat, kepala miosin dihambat untuk berikatan dengan molekul aktin karena
adanya dua protein lain pada filamen tipis yaitu tropomiosin dan troponin. Tanpa adanya
miosin yang berikatan dengan aktin, energi dari ATP pada kepala miosin tidak dapat
dilepaskan dan jembatan silang tidak dapat berayun sehingga otot tidak dapat berkontraksi. 8,9

Bila sebuah potensial aksi berjalan di sepanjang membran serabut otot, terjadi pelepasan ion
kalsium dalam jumlah besar yang dengan cepat mengelilingi miofibril. Ion-ion kalsium
kemudian akan mengaktifkan kekuatan di antara filamen aktin dan miosin sehingga mulai
terjadi kontraksi. Setiap 4 ion kalsium dapat berikatan kuat dengan troponin C. Kompleks
torponin ini akan mengalami perubahan bentuk yang menarik molekul tropomiosin dan
memindahkannya lebih dalam ke lekukan antara dua untai aktin. Akibatnya sisi aktif aktin
terbuka dan dapat menarik jembatan silang miosin sehingga terjadi kontraksi. Energi juga
diperlukan untuk berlangsungnya proses kontraksi. Energi ini berasal dari ikatan berenergi
tinggi dari molekul ATP yang berada di kepala miosin, ATP hanya dapat teraktivasi dan
dipecah menjadi ADP dan energi ketika terjadi ikatan antara aktin dan miosin. 8

Untuk memenuhi kebutuhan ATP tersebut, serat-serat otot memiliki jalur-jalur alternatif untuk
membetuk ATP. Terdapat 3 langkah berbeda pada proses kontraksi-relaksasi memerlukan ATP.
10

1. Penguraian ATP oleh ATPase miosin menghasilkan energi bagi jembatan silang untuk
melakukan gerakan mengayun yang kuat.

2. Pengikatan molekul ATP segar ke miosin memungkinkan terlepasnya jembatan silang


dari filamen aktin pada akhir gerakan mengayun sehingga siklus dapat diulang. ATP
kemudian diurakan untuk menghasilkan energi bagi ayunan jembatan silang
berikutnya.

3. Transportasi aktif ion-ion kalsium ke retikulum sarkoplasma selama relaksasi


bergantung pada energi yang berasal dari penguraian ATP.

ATP merupakan satu-satunya sumber energi yang dapat secara langsung digunakan untuk
aktivitas-aktivitas tersebut, ATP harus terus menerus diberikan agar aktivitas kontraktil dapat
berlanjut. ATP tersebut bersumber dari pemindahan fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat

19
ke ADP, fosforilasi oksidatif (meliputi siklus asam sitrat dan sistem transportasi elektron), dan
glikolisis. 4,8

Otot rangka mengandung banyak glikogen yang terdapat dalam granul dekat dengan pita I.
Pembebasan glukosa dari glikogen bergantung pada glikogen fosforilase otot spesifik.
Glukosa selanjutnya akan mengalami proses glikolisis dilanjutkan ke tahap fosforilasi
oksidatif ketika pasokan oksigen dalam keadaan mencukupi. Selain itu dapat juga digunakan
asam lemak yang berasal dari triasilgliserol jaringan adiposa untuk metabolisme aerob di otot
ketika berada dalam masa relaksasi. 10

Gambar 10. Mekanisme kerja otot 10

Bahan Baku Mekanisme Kerja Otot


Sama seperti sel lain, untuk bekerja otot juga memerlukan bahan-bahan lain sbagai bahan
baku dalam melaksanakan tugasnya. Bahan-bahan ini umumnya adalah sumber energi dari
otot itu sendiri tetapi ada juga bahan yang mengatur cara kerja otot. Bahan penghasil energi
utama dalam otot adalah glukosa. Glukosa ini dipecah menjadi ATP melalui serangkaian
proses.

Ada pula sumber energi lain yaitu kreatin fosfat. Kreatin fosfat ini merupakan senyawa
berenergi tinggi yang langsung tersedia untuk memperbaharui ATP dari ADP (CP + ADP =
ATP + Kreatin). Cp memungkinkan kontraksi otot berlangsung saat ATP tambahan dibentuk
melalui metabolism glukosa baik aerob maupun anaerob. CP ini menyediakan energy untuk
sekitar 100 kontraksi dan harus disentisis ulang. Pada jalut glikolisis ada 2 hal yang terjadi
bila otot sedang bekerja.8,10
20
Selama otot beristirahat jumlah kreatin fosfat ini bisa berjumlah 5X lebih banyak daripada
ATP. Maka ATP disimpan dalam bentuk kreatin fosfat dengan bantuan kreatin kinase. Kreatin
fosfat ini merupakan sumber energi pertama yang digunakan ketika otot mulai berkontraksi.
Sumber utama kreatin ini biasa pada makanan berupa daging. Akan tetapi jumlah kreatin
fosfat ini akan cepat habis menjadi ATP dan hanya bertahan untuk sementara saja. Sehingga
otot membutuhkan sumber energi lain untuk bisa bekerja.8,10

Bila kreatin fosfat ini sudah habis maka proses glikolisis akan dilakukan. Proses glikolisis ini
merupakan sumber utama energi yang digunakan oleh otot. Pada saat glikolisis tahap awal
akan dihasilkan 2 ATP dan asam piruvat. Proses glikolisis akan dilanjutkan kepada siklus
krebs dan fosforilasi oksidatif yang sering dikenal dengan transport elektron. Pada tahap ini
oksigen dibawa oleh darah dan disalurkan ke otot melalui proses respirasi selular. Jika
pekerjaan yang dilakukan termasuk pekerjaan ringan atau sedang, oksigen masih dapat
dialirkan ke dalam sel shingga fosforilasi oksidatif dapat terjadi dan 36 ATP dihasilkan. Proses
glikolisis sampai fosforilasi oksidatif ini tergolong respirasi aerob karena membutuhkan
oksigen.8,10

Akan tetapi proses respirasi aerob tergolong lambat, maka cara terakhir menghasilkan energi
adalah dengan menggunakan respirasi aerob dimana energi yang dihasilkan adalah 2 ATP,
reaksi ini menghasilkan energi lebih sedikit tetapi berlangsung lebih cepat dan tidak
membutuhkan oksigen. Proses respirasi anaerob ini juga menghasilkan produk sampingan
berupa asam laktat yang akan menumpuk di darah. Pada saat energi ini tidak dibutuhkan lagi,
maka glukosa akan disimpan di dalam hari dan otot dalam bentuk glikogen dan dalam bentuk
kreatin fosfat(hanya di otot saja).8,10

Kelelahan Otot

Kelelahan pada otot disebabkan karena kerja otot yang berlebihan sehingga menyebabkan
penimbunan asam laktat dalam tubuh serta penimbunan karbon dioksida dalam tubuh. Berikut
adalah proses kerja otot dengan memperhatikan proses glikolisis aerob dan anaerob.10

21
1. Kerja otot rangka dilakukan secara sadar ( voluntary )
2. Saat bekerja, otot memerlukan oksigen untuk menghasilkan ATP.
3. Proses pembentukan ATP dengan menggunakan proses glikolisis aerob saat
masih ada oksigen yang cukup dan memadai untuk proses pembentukan ATP.
Pada proses glikolisis aerob dihasilkan energi sebesar 36 ATP.
4. Ketika otot sudah mulai lelah dan asupan oksigen sudah mulai tidak memadai
untuk proses glikolisis aerob, maka terjadilah proses glikolisis anaerob yang
menggantikan proses glikolisis aerob.
5. Dalam proses glikolisis anaerob, kemampuan untuk menghasilkan energi
hanya sebesar 2 ATP.
6. Saat terjadi proses glikolisis anaerob, otot sudah lelah dan mengalami hutang
oksigen karena oksigen yang tidak memadai.
7. Energi yang dihasilkan dalam proses glikolisis anaerob hanya 2 ATP dan
sisanya tertahan dalam bentuk asam laktat, karena tidak ada oksigen yang
memadai.
8. Penumpukan asam laktat dapat membuat lemas dan lelah otot.
9. Kekurangan oksigen juga menyebabkan penumpukan karbon dioksida di
dalam tubuh yang juga dapat membuat lemas dan lelah otot.

Pembahasan Kasus

Pada kasus dikatakan bahwa Wanita tersebut merupakan seorang penjual kue keliling dan
tungkai kaki wanita tersebut terasa lemas dan lelah yang sudah terjadi beberapa kali selama
minggu ini. Penyebab dari kasus ini berhubungan dengan tungkai bawah, tungkai bawah
terdiri dari tulang tibia dan fibula yang masing-masing menempel dengan berbagai macam
otot untuk menggerakannya. Untuk menggerakan tulang tersebut maka diperlukan otot yang
bersifat volunter, dalam hal ini otot yang bersifat sadar digerakan adalah otot lurik atau
disebut sebagai otot rangka.

Otot lurik ini bergerak dengan proses kontraksi dan relaksasi (memanjang dan memendek)
dengan memanipulasi kemampuan ini maka manusia dapat bergerak. Saat otot melakukan
kontraksi, maka aktin dan miosin akan menempel, menempelnya aktin dan miosin ini
membutuhkan pemecahan produk ATP yaitu ADP + Pi. Dengan asumsi bahwa wanita
tersebut memikul dagangannya sambil berjalan maka ATP yang pada awalnya digunakan
berasal dari kreatin fosfat ini akan habis.

22
Asumsi selanjutnya yaitu wanita berjalan dalam waktu yang cukup lama. Setelah otot
berkontraksi, maka otot membutuhkan relaksasi singkat dan hal ini membutuhkan ATP untuk
melepas aktin dan miosin, ATP yang digunakan tidak lagi melalui proses kreatin fosfat
melainkan melalui proses glikolisis dan fosforilasi oksidasi selama awal dia berjalan. ATP
yang dihasilkan oleh proses ini cukup banyak sehingga kebutuhan energi otot pada saat awal
berjalan masih dapat terpenuhi respirasi aerob ini. Pada saat ia berjalan cukup lama dengan
memikul beban yang berlebih, otot membutuhkan energi yang lebih dari yang disediakan. Hal
ini dikarenakan sebagian besar energi yang dihasilkan berubah menjadi energi panas dan
hanya separuh saja yang digunakan untuk proses bergerak.

Saat respirasi aerob tidak mencukup secara tidak langsung respirasi anaerob dilakukan energi
yang dihasilkan lebih banyak akan tetapi efek yang dihasilkannya tidak mengenakan. Hasil
dari respirasi anaeron ini berupa asam laktat yang jika menumpuk akan membuat otot nyeri
dan lemas. Penimbunan asam laktat pada darah ini menyebabkan ezim-enzim penghasil
energi tidak bekerja dengan baik karena PH otot akibat menumpuknya asam laktat ini akan
menurun. Asam laktat juga membuat kondisi relaksasi terhambat karena ia menghambat ion
Ca2+ kembali ke sarkoplasma. Hal ini bila terus berlanjut akan menyebabkan tungkai kaki
wanita tersebut menjadi lemas dan lelah karena energi di otot sudah mulai habis dan otot tetap
dipaksa untuk berkontraksi.

Pada kasus tersebut sebaiknya wanita beristirahat sejenak ketika tungkai kaki sudah merasa
lemah. Wanita tersebut sebaiknya duduk sejenak untuk mengurangi kontraksi pada otot
tungkai kaki. Hal ini dapat membantu darah mengalirkan kembali asam laktat ke hati untuk
diubah kembali mejadi glukosa. Otot yang sudah tidak berkontraksi ini membutuhkan energi
lebih untuk relaksasinya maka wanita tersebut disarankan untuk menarik nafas lebih untuk
sejenak agar respirasi aerob kembali berjalan sehingga relaksasi sempurna dapat terjadi
dimana ion Ca2+ kembali ke dalam sarkoplasma.

Kesimpulan

23
Tulang dan otot memiliki fungsi sebagai penegak dan penopang tubuh manusia. Mekanisme
kontraksi serta relaksasi pada otot sangat penting untuk tubuh melakukan berbagai aktivitas.
Penyebab keluhan lemas dan lelah pada saat berjalan akibat adanya mekanisme kontraksi otot
yang berlebihan sehingga menimbulkan kelelahan pada otot yang disebabkan oleh
penumpukan asam laktat dan penumpukan karbon dioksida dalam tubuh karena oksigen yang
tidak memadai dalam menghasilkan ATP. Hal itulah yang menimbulkan rasa lelah dan lemas
pada saat berjalan. Oleh karena itu, mekanisme kerja otot dalam berkontraksi serta berelaksasi
memiliki peranan penting dalam hidup manusia untuk menjalankan aktivitas. Selain
mekanisme kerja otot, struktur tulang memiliki peranan yang penting untuk pergerakan
manusia dalam beraktivitas yang membuat manusia dapat menggerakan seluruh anggota
tubuhnya untuk menjalankan berbagai aktivitas kehidupannya Struktur tulang yang baik juga
memiliki peranan sangat penting untuk menghilangkan gangguan nyeri dan sakit pada daerah
tertentu.

Daftar Pustaka

1. Luiz CJ. Histologi dasar: teks & atlas. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2007.h. 128-93.
2. Fawcett DW, Bloom. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002.h.163-256.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004.h.105-27.
4. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.582-99.
5. Putz R, Pabst R. Sobotta: atlas anatomi manusia. Edisi ke-22, Jilid 1. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006.h.185-213.
6. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2002.h.165-72.
7. Pearce E C. Anatomy & fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Penerbit PT Gramedia;
2009.h.90-103.
8. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2006.h.74-747.
9. Thomson H. Oklusi. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.56-
7.

24
10. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001.h.224-38.

25

Anda mungkin juga menyukai