Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. D
Umur : 65 th
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Suku Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Tgl masuk RS : 01 Januari 2012
No. Register : 15665
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. F
Umur : 56 th
Pekerjaan : swasta
Alamat : Hibrida 10
3. Keluhan utama :Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan
melihat dari jarak jauh ataupun dekat.
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan pusing dan
penglihatannya kabur, penglihatan kabur dirasakan sejak kurang lebih 2
bulan terakhir.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih 1
tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala
yang sama seperti yang diderita oleh pasien saat ini.

3.1.4. Pemeriksaan Fisik


a. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap agar bisa cepat
sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) : tidak
menggunakan tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3) Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4) Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5) Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6) Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8) Pola peran hubungan
Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga
9) Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10) Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya diserahkan
pada agamanya
1. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung
Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB : 155 cm
2) Tanda-tanda vital
TD : 150/ 110mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S : 36,5 derajat celcius
3) Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema : ada oedema
4) Kepala :
Inspeksi : rambut bersih

Palpasi :tidak Ada benjolan


5) Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual
katarak Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak
timbul refeksi merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6) Telinga
Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7) Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih sekret : tidak ada
8) Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9) Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10) Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11) Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13) Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan normal
Ekstremitas bawah : pergerakan normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14) Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus

3.2. Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi terhadap
-klien mengatakan pusing dan okuler(dikoreksi cidera
penglihatannya kabur, penglihatan dengan dilator pupil)
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1
tahun yang lalu.
-klien mengatakan bahwa dokter
menyarakan untuk dilakukan
tindakan yaitu dikoreksi dengan
dilator pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil
-nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat
2 DS: bedah pengangkatan Resiko tinggi terhadap
-klien mengatakan kesulitan melihat katarak infeksi
pada jarak jauh atau dekat,
pandangan ganda, susah melihat
pada malam hari.
-klien mengatakan bahwa dia juga
mnderita penyakit diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan
pada susunan sel lensa oleh factor
fisik dan kimiawi sehingga
kejernihan lensa berkurang.
-Hiperglikemia
3 DS: gangguan penerimaan Gangguan sensori
-klien mengatakan mengalami sensori/status organ persepsi(penglihatan)
penglihatan kabur. indra penglihatan
-Klien mengatakan mengalami
penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat
DO:
- pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil, nucleus pada lensa
menjadi coklat kuning, lensa
menjadi opak, retina sulit dilihat

Diagnosa keperawatan yang muncul


Resio tinggi terhadap cidera b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator
pupil)
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status
organ indra penglihatan
3.3. Nursing Care Planning
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Resio tinggi Setelah Menunjukkan Mandiri :
cidera dilakukan perubahan 1. Diskusikan apa 1. Membantu
berhubunga intervesi perilaku, pola yang terjadi pada megurangi rasa
n dengan selama hidup untuk pasca dikoreksi takut an
perdarahan 3x24 jam menurunka tentang nyeri, meningkatkan kerja
intra okuler diharapkan faktor resiko pembatasan sama dalam
perdrahan dan untuk aktivitas, pembatasan yang
intra okuler melidungi penampilan dan diperlukan
dapat segera diri dari balutan mata
2. Menurunkan stres
2. Batasi aktivitas
diatasi cedera.
pada area
seperti megerakkan
pengikisan/menuru
kepala tiba-tiba,
nkan TIO
menggaruk mata,
membongkok
3. Dorong napas
dalam batuk untuk
bershan nafas
berihan paru 3. Batuk
4. Pertahankan
meningkatkan TIO
perlindungan mata
sesuai indikasi

4. Digunaknuntuk
5. Minta pasien
melindungi dari
untuk membedakan
cedera dan
antara
menurunkan
ketidakyamanan
gerakan mata
dan nyeri mata 5. Ketidak amanan
tajam tiba-tiba, mungkin karena
selidiki prosedur
kegelisaan,disorien pembedahan, nyeri
tasi, gangguan akut menunjukkan
balutan TIO dan atau
perdarahan yang
terjadi karena
regangan dan atau
tak diketahui
Kolaborasi:
penyebabnya.
1. berikan obat
sesuai indikasi
antiemetik
contoh
proklorprazin

mual, muntah
dapat
meningkatkan TIO,
memerlukan
tindakan segera
asetazolamid(diom untuk mencega
ox) cedera okuler
diberikan untuk
menurun TIO bila
terjadi peningkatan,
membatasi kerja
enzim pada
produksi akueus
humor
analgesik
digunakan
contoh empirin
untuk ketidak
dengam kodein,
asetaminofen(tynol nyamanan ringan,
) mencega gelisah
yang dapat
mempengaruhi TIO
2 Resiko Setelah - Meningkat Mandiri
tinggi dilakukan kan 1. Diskusikan 1. Menurunkan
terhadap intervesi penyembuha pentingnya jumlah bakteri pada
infeksi selama n luka tepat mencuci tangan tangan, mencega
berhubunga 3x24 jam waktu sebelum menyentu kontaminasi area
- bebas
n dengan diharapkan atau mengobati operasi
drainase 2. Tehnik aseptic
bedah factor mata
purulen dan 2. Gunakan atau menurunkan resiko
pengangkat resiko
eritema tunjukan tehnik penyebaran bakteri
an katarak infeksi
yang tepat untuk dan kontaminasi
dapat
membersihkan silang
diatasi
mata dari dalam
keluar dengan tisu
basah atau bola
kapas untuk tiap
usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan 3. Mencegah
3. Tekankan
kontaminasi dan
pentingnya untuk
kerusakan sisi
tidak menyentuh
operasi
atau menggarut
mata yang di
operasi 4. Infeksi mata
4. Obserpasi tanda
terjadi 2-3 hari
terjadinya infeksi
setelah prosedur
contah kemerahan,
dan memerlukan
kelopak mata
upaya intervensi
bengkak, drainase
yang tepat
purulen.
Kolaborasi:
1. Berikan obat
sesuai indikasi
sediakan topical

yang digunakan
antibiotik(topical,
sevara profilaksis,
perenteral, atau
dimana terapi lebih
subkunjungival)
akresif diperlukan
bila terjadi infeksi.
Catatan steroid
mungkin
ditambahkan pada
antibiotic topical
bila pasien
mengalami
implantasi.
Digunakan
untuk menurunkan
steroid
implamasi
3 Gangguan Setelah - Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkatka 1. Tentukann 1. kebutuhan
persepsi(pe intervesi n ketajaman ketajaman individu dan
nglihatan) selama penglihatan penglihatan, catat pilihan intervensi
berhubunga 3x24 jam batas situasi apakah 1 atau 2 bervariasi sebab
n dengan diharapkan individu mata terlibat kehilangan
-
gangguan gangguan penglihatan terjadi
Memperbaiki
penerimaan sensori lambat dan
potensi
sensori/stat persepsi progresif. Bila
bahaya dalam
us organ dapat bilateral tiap mata
lingkunga
indra diatasi dapat berlangjut
penglihatan pada laju yang
berbeda tetapi biasa
nya hanya 1 mata
diperbaiki
perprosedur.
2. memberikan
peningkatan
2. Orientasikan kenyamanan dan
pasien terhadap kekeluargaan,
lingkungan,stap, menurunkan cemas
orang lain di area dab disorientasi
nya pasca operasi
3. terbangun dan
lingkungan tak
dikenal dan
mengalami
tetbatasan
3. Observasi tanda-
penglihatan dapat
tanda dan gejala-
mengakibatkan
gejala disorientasi,
bingung pada orang
pertahankan pagar
tua. Menurunkan
tempat tidur
resiko jatuh bila
sampai benar-benar
senbuh dari pasien bingung atai
anastesia tak kenal ukuran
tempat tidur

4. Memberikan
rangsangan sensori
tepat terhadap
isolasi dan
4. Pendekatan dari
menurunkan
sisi yang tak
bingung
dioperasi , bicara,
dan menyentuh
sering, dorong
orang terdekat
5. Gangguan
tinggal dengan
penglihatan atau
pasien
iritasi dapat
5. Perhatikan tentang berakhir 1-2 jam
suram atau setelah diberikan
penglihatan kabur pengobatan tetapi
dan iritasi mata secara bertahap
menurunkan
dengan
penggunaan.
Catatan :
Iritasi local harus
dilaporkan ke
dokter tetapi jangan
hentikan
penggunaan obat
sementara
6. Ingatkan pasien 6. perubahan
menggunakan ketajaman dan
kacamata kedalaman persepsi
katarakyang dapat
tujuannya menyebabkan
memperbesar bingung
kurang lebih 25% penglihatan atau
penglihatan perifer meningkatkan
hilang dan buta resiko cedera
titik mungkin ada sampai pasien
belajar untuk
mengkompensasi.

3.4. Catatan Perkembangan

No Diagnose Keperawatan Implementasi Evaluasi

1. Resiko tinggi cidera Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib


berhubungan dengan Mandiri : S: klien meengatakan
perdarahan intra okuler 1. Mendiskusikan apa yang nyeri pasca dikoreksi sudah
terjadi pada pasca dikoreksi berkurang.
tentang nyeri, pembatasan O: klien tampak rileks
aktivitas, penampilan dan pasca dikoreksi,tetapi
balutan mata aktivitas klien masih
2. Membatasi aktivitas
dibatasi,seperti terlalu
seperti megerakkan kepala
banyak menggerkkan
tiba-tiba, menggaruk mata,
kapala dan menggaruk
membongkok
mata
3. Mendorong napas dalam A: Masalah teratasi
batuk untuk bershan nafas sebagian,aktivitas klien
berihan paru masih dibatasi untuk
4. Mempertahankan
melindungi mata pasca
perlindungan mata sesuai
dikoreksi
indikasi
P: Intervensi dilanjutkan
5. Meminta pasien untuk
1. Batasi aktivitas klien
membedakan antara
seperti megerakkan kepala
ketidakyamanan dan nyeri
tiba-tiba, menggaruk mata,
mata tajam tiba-tiba,
membongkok
selidiki
2. Mempertahankan
kegelisaan,disorientasi,
perlindungan mata sesuai
gangguan balutan
indikasi
Kolaborasi: 3. Meminta pasien untuk
1. Memberikan obat sesuai membedakan antara
indikasi ketidakyamanan dan nyeri
antiemetik contoh
mata tajam tiba-tiba,
proklorprazin
selidiki
asetazolamid(diomox)
kegelisaan,disorientasi,
gangguan balutan

2. Resiko tinggi terhadap Jam 08.00 wib Jam 12.00wib


infeksi berhubungan Mandiri S: Klien mengatakan dapat
dengan bedah 1. Mendiskusikan beristrahat dengan baik
pengangkatan katarak pentingnya mencuci tangan tanpa terasa nyeri pasca
sebelum menyentu atau operasi pengangkatan
mengobati mata katarak
2. Menggunakan atau
O: klien dapat beristirahat
tunjukan tehnik yang tepat
untuk membersihkan mata dengan tenang dan lebih
dari dalam keluar dengan rilek serta tidak terdapat
tisu basah atau bola kapas tanda-tanda terjadinya
untuk tiap usapan ganti infeksi pada mata klien
balutan dan masukkan lensa A: Masalah klien teratasi
kontak bila menggunakan sebagian,tidak terjadi
3. Menekankan pentingnya
infeksi pada mata klien
untuk tidak menyentuh
pasca operasi.
atau menggarut mata yang
P: Intervensi dilanjutkan
di operasi
1. Tekankan pentingnya
4. Mengobserpasi tanda
untuk tidak menyentuh
terjadinya infeksi contah
atau menggarut mata yang
kemerahan, kelopak mata
di operasi
bengkak, drainase purulen.
2. obserpasi tanda
Kolaborasi:
terjadinya infeksi contah
1. Memberikan obat sesuai
kemerahan, kelopak mata
indikasi
antibiotik(topical, bengkak, drainase purulen
perenteral, atau
subkunjungival)
Steroid
3. Gangguan sensori Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan
berhubungan dengan 1. Menentukann ketajaman setelah dilakukan operasi
gangguan penerimaan penglihatan, catat apakah 1 matannya sudah dapat
sensori/status organ indra atau 2 mata terlibat melihat walaupun tanpa
2. Mengorientasikan pasien
penglihatan bantuan kaca mata katarak
terhadap lingkungan,stap,
O: klien sudah dapat
orang lain di area nya
melihat benda-benda
3. Mengobservasi tanda-
disekitarnya
tanda dan gejala- gejala
disorientasi, pertahankan A: Masalah teratasi
pagar tempat tidur sampai P: Intervensi dihentikan
benar-benar sembuh dari
anastesia
4. Pendekatan dari sisi yang
tak dioperasi , bicara, dan
menyentuh sering, dorong
orang terdekat tinggal
dengan pasien
5. Memperhatikan tentang
suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata
6. Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang
mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di dalam
mata, seperti melihat air terjun.
menjadi kabur atau redup, mata silau yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan
dan susah melihat Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya
klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
Temuan objektif biasanya meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pendangan di malam hari.Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau
putih.

4.2 Saran
Katarak adalah suatu penyakit degeneraf karena bertambahnya faktor usia,jadi
untuk mencegah terjadinya ppenyakit katarak ini dapat dilakukan dengan pola hidup
yang sehat seperti tidak mengkonsumsi alcohol dan minum minuman keras yang
dapat memicu timbulnya katarak.dan salalu mengkonsumsi buah-buahan serta
sayuran yang lebih banyak untuk menjaga kesehatan mata.

Anda mungkin juga menyukai