Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OUTLINE PROPOSAL
I. PENDAHULUAN
Jalan raya merupakan bagian dari sarana transportasi darat yang memiliki
peranan penting untuk menghubungkan suatu tempat ke tempat yang lain. Seiring
dengan semakin pesatnya perkembangan pembangunan dan pertumbuhan
penduduk serta kepemilikan kendaraan akan memacu peningkatan aktivitas
penduduk itu sendiri. Aktivitas penduduk suatu perkotaan dapat timbul oleh
adanya kawasan penarik dan kawasan pembangkit yang meningkatkan tuntutan
lalu lintas. Peningkatan tuntutan lalu lintas akan menambah masalah kemacetan
pada suatu ruas jalan dan persilangan jalan sebidang. Untuk mengantisipasi
permasalahan ini dibutuhkan pengelolaan lalu lintas seperti jalan satu arah, tempat
parkir, pembatasan pergerakan kendaraan, persinyalan simpang dan lain-lain,
karena kadang keberadaan suatu ruas jalan perkotaan pada umumnya kurang
mampu untuk memberikan tingkat pelayanan yang baik. Maka dari itu perlu
adanya manajemen lalu lintas yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan.
Pembangunan sarana fisik terus menerus dibuat untuk mengatasi masalah
transportasi memerlukan biaya yang sangat besar dan akan berpengaruh kepada
faktor keterbatasan ruang yang tersedia. Terutama pada perkotaan, ruang yang
tersedia sangat terbatas. Oleh karena itu, masalah transportasi dengan pengelolaan
lalu lintas merupakan suatu hal yang sangat penting. Pengelolaan lalu lintas disini
adalah mengatur lalu lintas sedemikian rupa dan dan memperbaiki jalan agar
sistem transportasi dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan kebutuhan dan
juga mengatur pergerakan lalu lintas agar tercapai efisiensi, keamanan,
kenyamanan bagi pengguna jalan.
Persimpangan dalam jaringan jalan membutuhkan perhatian yang lebih
spesifik karena masalah lalulintas paling banyak dipersimpangan, dan banyaknya
lalu lintas yang dapat dilewatkan oleh persimpangan ini tergantung oleh
1
pengelolaan. Maka dari itu sasarannya adalah bagaimana menghasilkan kualitas
kerja yang lebih baik bagi arus lalu lintas untuk melewati persimpangan yaitu
memaksimumkan arus lalu lintas yang lewat dan meminimumkan antrian, tundaan
yang terjadi.
Simpang Dodik merupakan salah satu simpang bersinyal di Banda Aceh
dengan tipe persimpangan 4 (empat) lengan 2 (dua) lajur 2 (dua) arah yaitu jenis
simpang (422) sesuai dengan metode Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
1997, simpang ini juga termasuk kawasan komersial, hal ini dapat dilihat dengan
adanya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umun (SPBU), area pertokoan,
pemukiman penduduk, cafe, perkantoran, sekolah, rumah sakit dan lain-lain,
kemudian adanya berbagai macam aktifitas pada pendekat simpang bersinyal
seperti angkutan umum seperti labi-labi atau becak yang berhenti untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang serta kendaraan yang keluar masuk
dipinggir jalan dari lingkungan sekitar simpang yang membuat daerah sekitar ini
menjadi padat oleh kendaraan yang melintasi kawasan tersebut, maka dari itu
perlu dilakukan analisis terhadap karakteristik dan kinerja pada simpang Dodik.
Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik lalu lintas di Simpang Dodik?
2. Bagaimana kinerja Simpang Dodik dalam memberikan layanan terhadap
lalu lintas yang ada?
3. Bagaimana tingkat volume panjang antrian dengan tundaan yang diperoleh
di Simpang Dodik?
2
2. Mengetahui kinerja Simpang Dodik, meliputi: kapasitas, derajat
kejenuhan, panjang antrian, dan tundaan.
3. Mengetahui tingkat volume antara panjang antrian dengan tundaan yang
diperoleh di Simpang Dodik.
3
Sesuai dengan judul penulisan, pada bab ini akan dikemukakan beberapa
landasan teori dan rumus-rumus yang berhubungan dengan variable-variabel yang
diperlukan untuk tujuan pelaksanaan dan penulisan. Berdasarkan teori dan rumus-
rumus maka akan ditinjau beberapa aspek yang mempengaruhi tinjauan panjang
antrian dan tundaan terhadap kinerja jalan, sehingga diperoleh solusi dalam
mengatasi masalah panjang antrian dan tundaan pada jalan.
4
Analisa terhadap penentuan rencana geometrik detail dan parameter
pengontrol lalu lintas dari suatu fasilitas jalan baru atau yang ditingkatkan
berdasarkan kebutuhan arus lalu lintas yang diketahui.
3. Analisa Operasional (operation)
Analisa terhadap penentuan perilaku lau lintas suatu jalan pada kebutuhan
lalu lintas tertentu. Analisa terhadap penentuan waktu sinyal untuk tundaan
terkecil. Analisa peramalan yang akan terjadi akibat adanya perubahan
kecil pada geometrik, arus lalu-lintas dan kontrol sinyal yang digunakan.
5
yang tidak sama arahnya, baik pergerakan yang dilakukan orang dengan
kendaraan atau pun yang tanpa kendaraan (pedestrian).
Pergerakan-pergerakan tersebut akan menggunakan ruang dan waktu yang
mungkin sama, sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Agar kecelakaan
tersebut dapat dihindari sedini mungkin, juga agar waktu yang digunakan untuk
melalui simpang dapat seminimal mungkin, perlu adanya pengaturan di simpang
tersebut.
6
Simpang-simpang bersinyal yang merupakan bagian dari kendali waktu
tetap yang dirangkai atau sinyal aktuasi kendaraan terisolir, biasanya memerlukan
metoda dan perangkat lunak khusus dalam analisanya. Walau demikian masukan
untuk waktu sinyal dari suatu simpang yang berdiri sendiri dapat diperoleh
dengan menggunakan perangkat lunak program KAJI. Program KAJI adalah
penerapan dari MKJI yang terkumpul dalam proyek HCM (Highway Capacity
Manual) fase III. Program tersebut benar-benar sesuai dengan manual, tidak lebih
dan tidak kurang. Namun dalam penelitian ini tidak memakai program tersebut,
tapi menggunakan proses perhitungan simpang bersinyal. Proses perhitungan
Simpang Bersinyal ini digunakan untuk menentukan waktu sinyal, kapasitas dan
perilaku lalu lintas (tundaan, panjang antrian dan resiko kendaraan terhenti) pada
simpang bersinyal di daerah perkotaan dan semi perkotaan.
7
a. Umum Mengisi tanggal dikerjakan, oleh siapa, kota, simpang dan waktu
puncak (pagi) pada bagian judul formulir.
b. Ukuran kota mengisi jumlah penduduk perkotaan.
c. Fase dan waktu sinyal antara waktu hijau (g)
Mengisi waktu hijau (G), antar hijau (IG) pada setiap kotak fase, dan
mengisi waktu siklus serta waktu total yang hilang (LT = IG) untuk setiap
kasus yang ditinjau (jika tersedia).
d. Belok kiri langsung
Tampak dalam diagram-diagram fase dalam pendekat-pendekat mana
gerak belok kiri langsung diijinkan.
e. Denah
Mengisi ruang kosong pada bagian tengah formulir untuk membuat sketsa
persimpangan dan mengisi seluruh masukan data geometrik yang
diperlukan :
- Tata Letak dan posisi mulut persimpangan (MP) atau pendekat, pulau-
pulau lalu lintas, garis henti, penyeberangan kaki, marka jalur dan arah
panah.
- Lebar (dengan pendekatan sepersepuluh meter) dari bagian perkerasan
mulut persimpangan, masuk, dan keluar.
- Panjang lajur dan garis menerus atau garis larangan.
- Gambar pada arah Utara pada sketsa, jika tata letak dan desain
persimpangan tidak diketahui, untuk analisis menggunakan asumsi sesuai
dengan nilai-nilai dasar.
f. Kode pendekat
Mengisi arah mata angin untuk memberi nama pendekat atau indikasi yang
cukup jelas untuk memberi nama pendekat.
8
Tata guna lahan komersial, contoh: restoran, kantor, dengan jalan masuk
langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan.
- Permukiman (RES)
Tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung bagi pejalan
kaki dan kendaraan.
- Akses Tebatas
Jalan masuk terbatas atau tidak ada sama sekali.
h. Median
Mengisi dengan ada atu tidaknya median pada sisi kanan garis henti pada
pendekat.
i. Tingkat hambatan samping
- Tinggi:
Besar arus berangkat pada tempat masuk dan keluar berkurang oleh karena
aktivitas di samping jalan pada pendekat seperti angkutan umum berhenti,
pejalan kaki berjalan di samping jalan.
- Rendah:
Besar arus berangkat pada tempat masuk dan keluar tidak berkurang oleh
hambatan samping dari jenis-jenis tersebut di atas.
j. Lebar pendekat dimasukkan dari sketsa, lebar bagian yang diperkeras dari
masing-masing pendekat, belok kiri langsung, tempat masuk dan tempat
keluar (bagian tersempit setelah melewati jalan melintang).
k. Kelandaian mengisi kelandaian dalam % (naik = +%, turun = -%).
l. Belok kiri langsung (LTOR) Mengisi dengan ada atau tidaknya gerakan
belok kiri boleh langsung.
m. Jarak ke kendaraan parkir pertama mengisi jarak normal antara garis henti
dan kendaraan parkir pertama pada bagian hilir dari pendekat.
9
Perhitungan dilakukan per satuan jam untuk satu atau lebih periode,
misalnya didasarkan pada kondisi arus lalu lintas rencana jam puncak pagi,
siang dan sore. Arus lalu lintas (Q) untuk setiap gerakan (belok kiri QLT,
lurus QST dan belok kanan QRT) dikonversi dari kendaraan per jam
menjadi satuan mobil penumpang (smp) per jam dengan menggunakan
ekivalen kendaraan penumpang (emp) untuk masing-masing pendekat
terlindung, dan terlawan, sesuai dengan tabel ekivalen kendaraan
penumpang (emp) berikut:
- Fase Sinyal
10
Menurut Anonim (1997) fase sinyal umumnya mempunyai dampak yang
besar pada tingkat kinerja dan keselamatan lalu lintas sebuah simpang dari
pada jenis pengaturan. Waktu hilang sebuah simpang bertambah dan rasio
hijau untuk setiap fase berkurang bila fase tambahan diberikan. Maka
sinyal akan efisien bila dioperasikan hanya pada dua fase, yaitu hanya
waktu hijau untuk konflik utama yang dipisahkan. Tetapi dari sudut
keselamatan lalu lintas, angka kecelakaan umumnya berkurang bila
konflik utama antara lalu lintas belok kanan dipisahkan dengan lalu lintas
terlawan, yaitu dengan fase sinyal terpisah untuk lalul intas belok kanan.
Jika arus belok kanan terlalu besar untuk dilayani dengan sistem 2 fase,
langkah selanjutnya adalah menerapkan hijau awal untuk pendekat ini (dan
hijau akhir untuk pendekat lawannya).
(2.1)
Dimana:
LEV, LAV = Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk
kendaraan yang berangkat dan yang datang (m)
IEV = Panjang kendaraan yang berangkat (m)
11
VEV, VAV = Kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang berangkat
dan yang datang (m/det).
Dimana:
Cua = Waktu siklus sebelum penyesuaian sinyal (det)
LTI = Waktu hilang total per siklus (det)
IFR = Rasio arus simpang (FRCRIT)
Dimana:
12
gi = Tampilan waktu hijau pada fase i (det)
Cua = Waktu siklus sebelum penyesuaian (det)
LTI = Waktu hilang total per siklus
PRi = Rasio fase FRCRIT / (FRCRIT)
- Panjang Antrian
Menghitung jumlah antrian smp (NQ1) yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya.
Untuk DS> 0,5:
( DS1 )2 +8 x ( DS0.5 )
N Q 1=0.25 x C x ( DS1 )+ ....(2.8)
Dimana:
NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
DS = Derajat kejenuhan
GR = Rasio hijau
C = Kapasitas (smp/jam) atau arus jenuh dikalikan rasio hijau (SxGR)
- Tundaan
N Q1 x 3600
DT = C x A + C ..
(2.9)
13
Dimana :
DT = Tundaan lalu lintas rata-rata (det/smp)
c = Waktu siklus yang disesuaikan (det)
0,5 X (1GR )
A
(1GR x DS)
- Waktu Siklus
Dimana :
c = Waktu siklus sinyal (detik)
LTI = Jumlah Waktu hilang per siklus (detik)
FR = Arus dibagi dengan arus jenuh (Q/S)
FRcrit = Nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat
pada suatu fase sinyal.
(FRcrit) = Rasio arus simpang atau jumlah FRcrit dari semua fase
pada siklus tersebut.
- Waktu Hijau
gi = (c LTI) x Frcrit/ (FRcrit).. (2.11)
Dimana:
gi = Tampilan waktu hijau pada fase i (det)
14
1. Tipe Pendekat
Menentukan tipe dari setiap pendekat terlindung (P) atau terlawan (O),
dengan melihat gambar rencana, apabila dua gerakan lalu lintas pada suatu
pendekat diberangkatkan pada fase yang berbeda (misalnya lalu lintas
lurus dan lalu lintas belok kanan dengan lajur terpisah), harus dicatat pada
baris terpisah dan diperlakukan sebagai pendekat-pendekat terpisah dalam
perhitungan selanjutnya. Apabila suatu pendekat mempunyai nyala hijau
pada dua fase, di mana pada keadaan tersebut, tipe lajur dapat berbeda
untuk masing-masing fase, satu baris sebaiknya digunakan untuk mencatat
data masing-masing fase, dan satu baris tambahan untuk memasukkan
hasil gabungan untuk pendekat tersebut.
2. Lebar Pendekat
Lebar efektif (We) dari setiap pendekat berdasarkan informasi tentang
lebar pendekat (WA) lebar masuk (Wmasuk) dan lebar keluar (Wkeluar).
15
Rasio Arus (FR) masing-masing pendekat : FR = Q / S
- Beri tanda rasio arus kritis (FRCRIT) (tertinggi) pada masing-masing fase
- Hitung rasio arus simpang (IFR) sebagai jumlah dari nilai-nilai FR yang
dilingkari (=kritis)
- Hitung Rasio Fase (IFR) masing-masing fase sebagai rasio antara FRCRIT
dan IFR
Dimana:
Cua = Waktu siklus sebelum penyesuaian sinyal (det)
LTI = Waktu hilang total per siklus (det)
IFR = Rasio arus simpang (FRCRIT)
c) Waktu Hijau
Menghitung waktu hijau g untuk masing-masing fase:
Dimana:
gi = Tampilan waktu hijau pada fase i (det)
Cua = Waktu siklus sebelum penyesuaian (det)
LTI = Waktu hilang total per siklus
PRi = Rasio fase FRCRIT / (FRCRIT)
16
Waktu hijau yang lebih pendek dari 10 detik harus dihindari, karena dapat
mengakibatkan pelanggaran lampu merah yang berlebihan dan kesulitan
bagi pejalan kaki untuk menyeberang jalan.masukkan hasil waktu hijau
yang telah dibulatkan ke atas tanpa pecahan (det).
c = g + LTI.. (2.17)
d) Kapasitas
C = S x g/c.. (2.18)
e) Derajat Kejenuhan
DS = Q / C.. (2.19)
b) Panjang Antrian
Menggunakan hasil perhitungan derajat kejenuhan untuk menghitung
jumlah antrian smp (NQ1) yang tersisa dari fase hijau sebelumnya. Untuk
DS> 0,5:
N Q 1=0.25 x C x ( DS1 )+ ( DS1 ) +8 x ( DS0.5 ) ].(2.20)
2
Dimana :
NQ1 = Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
DS = Derajat kejenuhan
17
GR = Rasio hijau
C = Kapasitas (smp/jam) arus jenuh dikalikan rasio hijau (SxGR)
N Q MAX x 20
QL= ..
W MASUK
(2.22)
Dimana :
QL = Panjang antrian (m)
NQmax = jumlah antrian yang disesuaikan
20 = asumsi luas rata-rata yang dipergunakan per smp
18
kinerja simpang empat bersinyal lampeuneurut, Aceh Besar. Berdasarkan
tanggapan pelaku perjalanan didaerah yang diteliti didapatkan hasil yaitu
meningkatnya volume lalu lintas dari waktu ke waktu menyebabkan sinyal lampu
lalu lintas menjadi tidak efektif lagi dalam mengatur simpang sehingga
menimbulkan panjang antrian dan tundaan yang menurunkan tingkat kinerja
persimpangan. Panjang antrian yang terjadi menyebabkan kemacetan yang
berkelanjutan, sedangkan tundaan yang terjadi menyebabkan Biaya Operasional
Kendaraan (BOK) meningkat, maka dari itu perlu adanya perbaikan terhadap
persimpangan yang diteliti.
19
mengalami kemacetan, antrian yang panjang pada saat jam sibuk. Jam sibuk yang
dimaksud adalah jam pada periode dimana arus lalu lintas yang mengalir cukup
tinggi sehingga mengakibatkan arus lalu lintas jenuh pada persimpangan sehingga
apabila kendaraan yang melintasi persimpangan tersebut mengalami lampu merah
tidak hanya sekali.
Pengamatan lalu lintas tidak hanya menghitung volume arus lalu lintas
aktual, melainkan juga perhitungan arus lalu lintas pada kondisi jenuh pada saat
kendaraan melintasi persimpangan. Keadaan tersebut mengharuskan perhitungan
arus lalu lintas yang layak sesuai dengan kebutuhan persimpangan.
Peninjauan arus lalu lintas pada kondisi jenuh bertujuan untuk melihat
gambaran jumlah kendaraan tiap jam tiap lajur jika waktu hijau efektif (effective
green time) yang tersedia selama satu jam penuh dan diusahakan agar arus
kendaraan tak pernah berhenti.
Pada saat indikasi merah menyala, arus lalu lintas pada satu kelompok
lajur berhenti, diperlukan suatu waktu keamanan bagi setiap persimpangan yang
disebut jarak kehilangan waktu, pada saat ini tidak satupun arus lalu lintas yang
dapat melewati persimpangan dan kemudian barulah arus lalu lintas menyediakan
interval perubahan yang berupa indikasi kuning dan atau semuanya merah bagi
jarak kehilangan waktu ini.
Waktu hijau yang efektif berarti dapat dihasilkan dengan waktu hijau
yang tersedia ditambah dengan interval perubahan (change interval) dikurangi
dengan kehilangan waktu awal (start up lost time) dan jarak kehilangan waktu
(clearance lost time). Dengan demikian, lokasi pengamatan diusahakan pada
persimpangan yang memiliki pembagian jalur dan rambu yang melarang
kendaraan parkir pada lengan persimpangan selain instalasi persinyalan lampu
lalu lintas yang ada, kondisi ini dianggap mewakili kondisi persimpangan yang
tertib lalu lintas.
Sesuai dengan kondisi diatas, maka dalam pemilihan lokasi persimpangan
yang dinilai ditetapkan pada Simpang Dodik, Banda Aceh untuk dinilai pengaruh
panjang antrian dan tundaan setelah diadakan analisa model antrian pada unjuk
kerja persimpangan. Pengambilan data dilakukan selama 3 (tiga) hari, yaitu senin,
20
kamis dan minggu. Pengambilan data dilakukan selama 3 waktu yaitu pada saat
jam puncak yaitu pukul 07.00-08.00 WIB, pukul 12.00-13.00 WIB dan pukul
17.00-18.00 WIB yang diasumsikan bahwa periode waktu tersebut merupakan
intensitas aktivitas masyarakat cukup tinggi dengan interval waktu pengamatan
selama selama per 1 (satu) jam, perhitungan dilakukan berdasarkan jam puncak
saat volume lalu lintas yang tinggi ketika panjang antrian dan tundaan meningkat.
Data primer yaitu meliputi:
1. Data geometrik
Kapasitas dan tingkat kinerja dari suatu jalan selain dipengaruhi oleh
faktor lalu lintas juga dipengaruhi oleh keadaan geometrik jalan itu sendiri.
Data geometrik jalan yang diambil antara lain adalah lebar jalan, lebar
median, dan panjang median. Pengukuran geometrik jalan dilakukan oleh
2 (dua) orang dengan menggunakan meteran. Sketsa lokasi penelitian
dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.1.3 halaman ??????
21
Jenis-jenis kendaraan yang di survei, yaitu :
- Kendaraan ringan (LV)
- Kendaraan berat (HV)
- Sepeda motor (MC), dan
- Kendaraan tak bermotor (UM)
22
secara visual pada Simpang Dodik Kota Banda Aceh. Pengambilan data
dilakukan pada saat jam puncak yaitu pukul 07.00-08.00 WIB, pukul 12.00-
13.00 WIB dan pukul 17.00-18.00 WIB yang diasumsikan bahwa periode
waktu tersebut merupakan intensitas aktivitas masyarakat cukup tinggi dengan
interval waktu pengamatan selama selama per 1 (satu) jam. Untuk keakuratan
data volume lalu lintas pada persimpangan tersebut maka diambil 3 (tiga) hari
yang mewakili hari-hari dalam satu minggu. Hal tersebut dibutuhkan untuk
mendapatkan data volume lalu lintas pada kondisi puncak selama satu minggu.
Tiga hari yang dianggap mewakili adalah Senin, Kamis dan Minggu, dengan
pertimbangan bahwa senin merupakan hari yang mengawali orang untuk
bekerja, hari kamis merupakan hari yang mewakili hari-hari selanjutnya atau
hari biasa dimana orang melakukan perjalanan rutin dan hari minggu
merupakan hari yang mewakili hari libur. Dimulai pada pagi hari pukul 07.00-
08.00 WIB, siang pukul 12.00-13.00 WIB dan sore pukul 17.00-18.00 WIB
dengan periode pengamatan selama per 1 (satu) jam.
Survei keadaan simpang bersinyal meliputi kondisi sinyal lampu lalu lintas
yaitu lama waktu siklus pada simpang bersinyal tersebut. Pencatatan waktu siklus
dilaksanakan pada suatu hari meliputi jam sibuk dan diluar jam sibuk, untuk
mendapatkan keadaan sinyal yang beroperasi. Geometrik simpang yang
dibutuhkan sebagai data masukan yaitu lebar jalan, lebar efektif jalan, lebar
perjalur dan jarak simpang ke simpang sebelumnya. Pelaksanaan pengukuran
diusahakan pada saat lalu lintas sepi yaitu pada waktu dini hari untuk menghindari
terganggunya arus lalu lintas.
23
Sebagaimana dengan pertimbangan pengumpulan data tersebut diatas,
maka pelaksanaan pengamatan dilakukan selama 3 (tiga) hari. Dimulai Senin,
Kamis dan Minggu selama 1 jam. Pengambilan data selama tiga hari tersebut
untuk mengetahui total pebandingan volume lalu lintas persimpangan
persimpangan yang maksimum.
24
Membuat formulir pencatatan
Dengan menggunakan stopwatch, lamanya sinyal dicatat dengan pertama
sekali melakukan pencatatan waktu merah, hijau dan kuning. Kemudian
mencatat waktu siklus untuk mencocokkan pencatatan waktu sinyal
(merah, kuning dan hijau).
Pencatatan dilakukan sebanyak tiga kali berturut-turut dalam waktu yang
berbeda. Dalam hal ini pencatatan dilakukan pada saat pagi, siangdan sore.
Tujuannya untuk mengetahui apakah ada perubahan lama waktu sinyal
pada waktu tertentu.
25
nanti akan diperoleh hasil untuk melihat tingkat kinerja jalan yang diamati seperti
tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kinerja Simpang Dodik. Berdasarkan
data-data yang diperoleh, maka dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
- Kapasitas (C)
- Derajat kejenuhan (DS)
- Tundaan (D), dan
- Panjang antrian (QL).
26
VI. DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anonim, 2014. Data Jumlah Penduduk Kota Banda Aceh (2014). Badan Pusat
Statistik Kota Banda Aceh.
Afriliya, Yenni, (2014). Analisa Kinerja dan Biaya Tundaan Simpang Bersinyal
Jambo Tape: Banda Aceh.
Bukhari, R.A., Dkk, 2004. Rekayasa Lalulintas II, Bidang Studi Teknik
Transportasi, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Darussalam
Banda Aceh.
Faisal, 2016. Pengaruh Hambatan Samping Terhadap Kinerja Ruas Jalan Pocut
Baren (Studi kasus didepan SD Negeri 20 Banda Aceh). Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Aceh: Banda Aceh.
27
Anonim, 1999. Pedoman Perencananaan Dan Pengoperasian Lalu Lintas
Wilayah Perkotaan. Direktorat Jendral Bina Marga. Direktorat Bina Sistem Lalu
Lintas: Jakarta.
2. Tingkat Pelayanan B
- Arus lalu lintas stabil
- Kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas , tetapi tetap
dapat dipilih sesuai kehendak pengemudi.
3. Tingkat Pelayanan C
- Arus lalu lintas masih stabil.
28
- Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah dipengaruhi
oleh besarnya volume lalu lintas sehingga pengemudi tidak dapat
lagi memilih kecepatan yang diinginkan.
4. Tingkat Pelayanan D
- Arus lalu lintas mulai memasuki aru tidak stabil.
- Perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi besarnya
kecepatan perjalanan.
5. Tingkat Pelayanan E
- Arus lalu lintas sudah tidak stabil.
- Volume kira-kira sama dengan kapasitas.
- Sering terjadi kemacetan.
6. Tingkat Pelayanan F
- Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah.
- Sering terjadi kemacetan total.
- Arus lalu lintas rendah.
29