Golongan : D2
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2017
I. SKEMA KERJA
1. Pemuatan Fase Gerak
Fase gerak yang digunakan adalah fase gerak methanol : etilasetat : ammonia
25% dengan rasio 4 : 23 : 3 (v/v/v)
Fase gerak ini dibuat sebanyak 30 ml
Fase gerak dicampur pada corong pisah
Kemudian dimasukkan ke dalam chamber
2. Penjenuhan Chamber
Chamber dengan ukuran 20 x 20 cm diisi dengan fase gerak yang telah dibuat
Kemudian chamber dijenuhkan selama 30 menit
Fase diam berupa KLT silica gel 60 F254 di keringkan dalam oven selama 2
menit pada suhu 105oC
4. Penyiapan Sampel
kemudian sampel ditimbang lagi setengahnya
Sampel dilarutkan menggunakan aquabides secukupnya
Kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100ml
Kemudian ditambahkan aquabides sampai tanda batas
5. Pembuatan Larutan Stok Kafein
Kemudian dilarutkan dengan sedikit aquabides
Kemudian dimasukkan kedalam labu takar 5 ml
Larutan ditambahkan aquabides sampai tanda sehingga diperolah larutan
dengan konsentrasi 10.000 g/ml atau 10.000 ppm
Larutan stok kafein 10.000 ppm diambill menggunakan pipet sebanyak 10, 20,
30, 40, 50, dan 60 l
Lalu masing masing dimasukkan ke dlaam mikrotube
Kemudian diencerkan hingga volume tepat pada 1 ml
Diencerkan menggunakan aquabides sehingga memperoleh larutan baku
kafein dengan konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, dan 600 g/ml
Seri larutan baku kafein konsentrasi 100, 200, 300, 400, 500, dan 600 g/ml
ditotolkan sebanyak 1 l menggunakan mikropipet pada plat KLT dengan fase
diam silica gel 60 F254
Lalu dikeringkan dan dikembangkan dalam chamber kromatografi yang telah
dijenuhkan dengan fase gerak
Setelah mencapai titik rambat 75 mm, lempeng dikeluarkan dan dikeringkan
Plat kemudian diukur tinggi peaknya dengan densitometer pada 274 nm.
Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali dan dilihat juga RF dari masing masing
larutan baku kafein.
Kemudian ditambahkan kafein dari larutan stok sebanyak 5 l (konsentrasi
50g/ml), 10 l (konsentrasi 100g/ml), dan 15 l (konsentrasi 150 g/ml)
Lalu ditambahkan aquabides sampai volume 1 ml, Kemudian diberi perlakuan
seperti pada poin 7
Nilai recovery digunakan sebagai parameter akurasi sementara nilai RSD
Sampel ditotolkan sebanyak 1 l menggunakan mikropipet pada plat KLT
dengan fase diam silica gel 60 F254 lalu dikeringkan dan dikembangkan dalam
chamber kromatografi yang telah dijenuhkan dengan fase gerak
Setelah mencapai jarak rambeat 75mm, lempeng dikeluarkan dan dikeringkan
Plat KLT kemudian diukur tinggi puncak peaknya dengan densitometer pada
274 nm
Dilakukan replikasi sebanyak 6 kali.
V1 = 10 L V1 = 20 L
10.000 g/ ml. V1 = 300 g/ ml. 1000 L 10.000 g/ ml. V1 = 400 g/ ml. 1000 L
V1 = 30 L V1 = 40 L
10.000 g/ ml. V1 = 500 g/ ml. 1000 L 10.000 g/ ml. V1 = 600 g/ ml. 1000 L
V1 = 50 L V1 = 60 L
D. Penimbangan Sampel
Bobot kertas : 2,652 g
Bobot kertas + isi : 5,654 g
Bobot kertas + sisa : 2,655 g
Bobot kafein : 2,999 g
E. Pengambilan Sampel
Konsentrasi sampel = = 0,25 mg/mL = 250 g/mL
Pengambilan sampel
C1 x V1 = C2 x V2
250 g/mL x 0,8 mL = C2 x 1 mL
C2 = 200 g/mL (Sampel diambil sebanyak 0,8 mL)
15000
f(x) = 15.92x + 4766
10000 R = 0.62
AUC
5000
0
0 100 200 300 400 500 600 700
Konsentrasi (g/mL )
Rata-rata =
Akurasi
a. Konsentrasi low adisi (50 g/mL)
%Recovery =
%Recovery =
b. Konsentrasi medium adisi (100 g/mL)
%Recovery =
c. Konsentrasi high adisi (150 g/mL)
%Recovery =
Presisi
a. Low
SD = 84,88
Rata-rata = -127,79
RSD =
RSD =
b. Medium
SD = 20,50
Rata-rata = 14,38
RSD = =
c. High
SD = 40,05
Rata-rata = 276,09
RSD =
H. Perhitungan Resolusi
Replikasi 1 =
=
=3
Replikasi 2 =
=
= 2,7
Replikasi 3 =
=
= 1,4
100 0,70
200 0,69
300 0,68
400 0,66
500 0,64
600 0,63
1 0,63 3
2 0,63 2,7
3 0,63 1,4
III. Pembahasan
Fase gerak yang digunakan adalah campuran metanol : etil asetat : amonia
25% (4 : 23 : 3) sebanyak 30 mL, pemilihan fase gerak ini merupakan kondisi
optimal yang didapatkan dari jurnal (Riswanto et.al., 2015). Semakin polar suatu
pelarut atau campuran pelarut maka akan semakin jauh pelarut tersebut
menggerakkan senyawa polar naik dari titik awal penotolan. Jika senyawa non
polar yang sedang dianalisis, maka tidak akan ada peningkatan yang nyata dalam
jarak migrasi dengan peningkatan polaritas pada fase gerak (Watson, 2009).
Secara keseluruhan fase gerak ini bersifat polar. Dilakukan penjenuhan chamber
dengan kertas saring yang bertujuan untuk mengetahui apakah fase gerak sudah
siap digunakan untuk mengelusi senyawa yang akan dianalisis.
Fase diam yang digunakan adalah silika gel F254 yang bersifat polar dan akan
berfluoresensi pada panjang gelombang 254 nm. Fase diam lebih polar
dibandingkan fase gerak sehingga pada praktikum ini KTL yang digunakan
termasuk fase normal. Pada saat elusi kafein akan cenderung tertahan pada fase
diam karena sifatnya polar.
Dari hasil percobaan, kadar kafein yang didapat pada konsentrasi low minus
yang menandakan bahwa konsentrasinya terlalu kecil sehingga tidak masuk
dalam range kurva baku. RSD yang dihasilkan pada konsentrasi low juga minus
yang menunjukkan tidak presisinya data.
IV. Saran
1. Sampel 1 sachet mengandung 50 mg kafein, saran penyajian dalam 200 mL
air. Dilarutkan sachet (25 mg) dengan 100 mL air.
2.