Anda di halaman 1dari 5

Malam itu malam Jumat Kliwon.

Penduduk desa beramai-ramai mendatangi sebuah pohon


besar yang tumbuh di tepi sungai. Laki-laki, perempuan, tua, muda, datang membawa
barang-barang yang akan digunakan untuk sesajen. Ada nasi tumpeng dengan ayam
panggang, rokok, kembang setaman, ayam hitam mulus, kemenyan dan lain-lain.

Syetan telah merasuk ke dalam jiwa dan membelenggu hati mereka dengan keyakinan bahwa
pohon besar itu dihuni oleh makhluk halus yang bisa mengabulkan semua keinginan mereka.
Sehingga mereka datang memuja-muja makhluk penunggu pohon seraya menyebutkan
keinginannya. Ada yang ingin kaya, ada yang ingin gampang jodoh, ada yang ingin laris
dagangannya bahkan ada yang ingin kebal senjata. Ada juga yang ingin menanyakan berapa
nomor togel yang akan keluar dll.

Juragan : Huh...orang-orang ini, hidup kok pada susah sih. Bayar kontrakan aja
perbulan, gak jaman, aturan yang namanya bayar kontrakan itu sekalian buat bulan-bulan
berikutnya, kan jadi sama-sama enak, mereka gak perlu ditagih, saya dapat uangnya.

Tak lama kemudian datanglah nenek Jilan, salah satu tokoh masyarakat yang disegani warga.

Nenek jilan : Eh si ibu, makin cantik aja bu, lagi ngapain bu malem-malem gini di
mari.

Juragan : Ah, si nenek udah tua juga ikut-ikutan. Nih nek, saya sebel banget, orang
pada bayar kontrakan pada lama-lama banget, bayarnya sebulan, sebulan, sebulan. Kan lebih
enak kalo langsung bayar guede sekalian, sekalian bulan-bulan berikutnya aja langsung. Kan
saya juga punya banyak keperluan, belum ke salon, spa, nge-mall...

Nenek : Ahh...sipil itu mah, cipill. Nih, nih mau tau gak caranya supaya cepet banyak
duit?

Juragan : Apa-apa-apa...(sambil bisik-bisik).

Nenek : Nih, liat kan ini pohon? Ini pohon, pohon keramat nih. Jangan macem-
macem si ibu sama ini pohon. Tapi kalo ibu bawa, yaa...semacam bawain apa gitu, ayam
bakar kek, kembang kek...jamin deh, mujarab nih pohon, langsung duit ga abis-abis.

Ibu : Ah, yang bener nek? Jangan boong nih! Awas aja bohong

Nenek : Ettt dikasi tau orang tua masih ngelawan, ya beneran. Udah buruan siapin
dah itu bawain sesajennya ke sini.

Mereka akhirnya pulang untuk mempersiapkan diri memberikan sesembahan kepada pohon
itu.

Di sela-selaa malam, bercakaplah penghuni pohon sang dedengkot dan juga anak buahnya.
Dedengkot 1 : Hahahahaha.....hahahahahahaha......hahahahaha.......

Dedengkot 2 : Woy berisik, ngapain sih ketawa-ketawa mulu, lagi1 seru juga main.

Dedengkot 1 : Hahahaha....hahahaha....hahahhahahha

Dedengkot 2 : Woy...berisik dibilangin juga..

Anak buah 1 : Wah, besok makan enak kita nih, ayam bakar. Mantaap...bosen juga makan
kembang terus

Dedengkot 3 : Hmmmm...huahahahah...bagus, makin banyak orang yang sering datang


kesini, makin banyak manusia yang syirik. Itu nenek-nenek bagus juga dijadiin SPG, bisa
makin laris kita. Huahahahaha

Waktu menunjukkan fajar, ayam berkokok, dan di siang harinya warga melanjutkan aktivitas
dan tak lupa mampir untuk memberi sesajen kepada pohon keramat itu.

Esra : Woy, sebelum pulang mampir dulu bro, biar ntar menang PES-an

Bayu : Yoi, pasang berapa nih kita?

Esra : Lo ada duit berapa?

Bayu : Gampang lah...dompet masih tebel, yang penting kita minta doa dulu nih,
sama mbah pohon.

(Mereka berdua bersama-sama memberi sesajen di pohon tersebut, diikuti beberapa warga
yang sebelumnya sudah ada di sana membawa sesajen juga).

Dedengkot 1 : Hahahaha...menarik, akhirnya pengikut kita makin banyak. Ya gak bro?

Dedengkot 2 : Huahahahah...huahahahah...yoi, tiap hari makan enak, banyak anterin gratis,


huahahahaha

Anak buah 1 : Pak, tapi bagi-bagi dong kalo makan, kita kan pengen kebagian juga

Anak buah 2 : Iya nih, boro-boro makan enak, semuanya diembat sama dia tuh (sambil
menunjuk ke rehan)

(rehan asyik makan sendiri tanpa memperdulikan omongan sekitar, di sisi lain masyarakat
tetap asyik pula menyembah dan menengadah ke pohon. Tak lama kemudian, muncullah
seorang pemuda shaleh yang sebenarnya sudah lama geram terhadap kondisi masyarakat
tersebut).
Alfu : Hmm...sampai kapan masyarakat akan terus menerus memberikan sesajen ke
pohon itu. Saya harus mengakhiri semuanya, pohon ini harus saya tebang (sambil bergumam
dalam hati).

(Ia langsung bergegas mengambil kapak untuk menebang pohon tersebut. Saat hendak
menebang pohon, tiba-tiba...)

Dedengkot 3 : Weettttt....mau ngapain kau?!!! Enak saja mau nebang rumah kita.

Alfu : Aku sudah muak. Gara-gara kalian, masyarakat disini jadi syirik,
menyembah selain Allah. Ciaaatttt!!!!!!!

Dedengkot 1 : Kalau berani lawan aku dulu!!!

(Mereka semua pun bertarung sengit, sang pemuda berhadapan dengan empat dedengkot dan
anak buahnya, tapi akhirnya setan-setan itu pun kalah)

Anak buah 3 : Ampun...ampun

Setan-setan secara serempak : Ampun....ampun, jangan hancurkan rumah kami.

Alfu : Aku tetap akan menghancurkannya!!

Tak habis akal, si dedengkot 4 memberikan tipu daya terhadap pemuda shaleh tersebut.

Dedengkot 4 : Hei anak muda, kau kan ingin masyarakat di sini menjadi baik, dan juga
menyebarkan Islam. Kalau kau mau, aku bisa memberikanmu uang 5 juta setiap hari. Kau
akan dapatkan uang itu setiap pagi di balik bantalmu, dengan uang itu kau bisa membangun
masjid dan juga menyebarkan Islam bukan? Jadi tak perlu repot-repot menebang pohon ini.

Alfu : (Bergumam dalam hati) Hmm....menarik, benar juga kata ini setan. Dengan
begitu aku tak lagi perlu capek-capek menebang pohon ini, dan bisa membangun masjid
untuk masyarakat. Oke, aku terima tawaran ini. Tapi kalau sampai kalian ingkar janji, kalian
akan lihat pohon ini habis tak bersisa!

Keesokan harinya, setiap bangun tidur, di balik bantal pemuda tersebut selalu terselip uang
sebanyak 5 juta, hingga beberapa hari secara terus menerus. Sampai akhirnya pada suatu
waktu, saat ia membuka bantalnya tak ditemukannya uang itu lagi.

Alfu : Wah setan-setan itu sudah membohongiku, awas aja! Akan aku tebang pohon
itu sekarang juga!

Ia pun bergegas menuju pohon tersebut dengan membawa kapak, dengan perasaan marah dan
kesal ia hendak menebang pohon tersebut. Sampai akhirnya ketika hendak menebang, sang
penghuni pun menantangnya untuk kembali bertarung.
Alfu : Hei setan!!! Dasar pembohong, tak bisa dipercaya ucapanmu!!!

Setan : HUAHAHAHAHAHA...HUAHAHAHHAAH

Mereka pun kembali bergulat sengit dalam pertarungan, hingga akhirnya kali ini posisi
terbalik, setan pun menang.

Alfu : Haahh....kenapa aku bisa kalah, padahal dulu dengan mudah aku
mengalahkan kalian

Dedengkot 1 : Huahahaha jadi segitu saja kemampuanmu hah?!!!!

Dedengkot 2 : Huahahahaha...kau kalah karena dirimu sendiri wahai anak muda!!

Dedengkot 3 : Dulu kau kemari karena Allah, tapi sekarang kau kembali ingin menebang
pohon ini karena UANG!!!

Anak Buah semuanya tertawa HUAHAHAHAHAHA

Akhirnya pemuda itu menyesal atas perbuatannya, ia terjatuh dan memohon ampun atas
perbuatannya.

Alfu : Ya Allah.....(sambil berteriak), maafkan aku...aku telah lalai atas perbuatanku.

Tarian penutup masuk mengiringi akhir cerita

-Selesai-

PEMAIN
1. Juragan : Ririn
2. Nenek : Jilan
3. Pemuda : Alfu
4. Dedengkot 1 : Triwahyudi
5. Dedengkot 2 : Febri
6. Dedengkot 3 : Ridhoi
7. Dedengkot 4 : Jamil
8. Anak buah 1 : Gentar
9. Anak buah 2 : Ririn
10. Anak buah 3 : Rehan
11. Anak sekolah : Esra
12. Anak sekolah : Bayu

Anda mungkin juga menyukai