Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
bermotor yang meningkat setiap tahunnya dan kelalaian manusia, menjadi faktor
utama terjadinya peningkatan kecelakaan lalu lintas. Data badan pusat statistic
meninggal dunia sebanyak 29.544 orang dan pada tahun 2013 terjadi 100.106
jumlah kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak 26.416 orang (BPS
RI, 2014)
bahkan kematian. Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang
diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga
dan luasnya. fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang
1
2
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi (Smeltzer & Bare,
2002).
takut untuk bergerak setelah pembedahan orthopedi (Smeltzer & Bare, 2002).
meliputi jumlah, warna, bau dan konsistensi drainase yang terdapat pada balutan
(Potter & Perry, 2006). Ada beberapa masalah yang sering muncul setelah
Penyembuhan luka adalah suatu proses fisiologis dari sel dan jaringan
sel. luka bedah akan mengalami penyembuhan primer karena tepi kulit saling
berdekatan atau merapat dan mempunyai resiko infeksi yang rendah sehingga
3
penyembuhan terjadi dengan cepat. infeksi luka operasi biasanya tidak terjadi
sampa hari ke-4 atau ke-5 setelah operasi (Potter & Perry, 2006).
yang dibawa ke jaringan melambat (Potter & Perry, 2006). Secara psikologis
mobilisasi akan memberikan kepercayaan kepada pasien bahwa dia mulai merasa
post operasi abdomen antara kelompok yang tidak melakukan mobilisasi dini
Selain itu dalam jurnal ilmu kesehatan Vol 3 Akademi Dharma Husada
Kediri, 2014 tentang pengaruh ROM exercise dini pada pasien post operasi
fraktur ekstremitas bawah terhadap lama hari rawat diruang bedah RSUD
signifikan 0,000<@ = 0.05, yang artinya ada pengaruh positif dari ROM exercise
dini pada pasien post operasi frakture ekstremitas bawah terhadap lama hari rawat.
Ngudi Waluyo Wlingi bahwa pada kurun waktu 3 bulan terakhir terdapat 102
pasien post operasi fraktur ekstremitas. Hasil wawancara pada perawat didapat
hasil bahwa pasien post operasi fraktur ekstremitas dianjurkan untuk mobilisasi
dini, namun tidak di observasi secara ketat dan terkadang pasien merasa takut
pengaruh Exercise range of motion dini terhadap proses penyembuhan luka pada
RSUD X
X.
1.4.1 Teoritis
Dengan exercise range of motion dini pada pasien post operasi fraktur
sesuai dengan teori bahwa pemberian exercise range of motion dini dapat
1.4.2 Praktisi
range of motion melalui penelitian maka akan dapat memberikan operasional bagi
TINJAUAN PUSTAKA
tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer dan Bare, 2002).
2.1.2 Etiologi
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah,
perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf,
dan kerusakan pembuluh dasar. Organ tubuh dapat mengalami cedera akibat
gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat fragmen tulang. (Smeltzer &
Bare, 2002)
Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat utama, rasa nyeri dan
gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnosis fraktur dapat ditegakkan
6
7
Menurut Smeltzer & Bare, tahun 2002, secara klinis, fraktur dibagi
masuknya kuman dari luar ke dalam luka. Patah tulang terbuka dibagi
menjadi tiga derajat, yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan fraktur
komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasannya
luka pada kulit atau membrane mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur
panjangnya; Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang
fraktur:
1. Greenstick fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi
lainnya membengkok.
tulang belakang).
perlekatannya.
lainnya.
akan terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan
dokter pada patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan
pada tulang dan periost. Fase ini disebut fase hematoma. Hematom ini
menempel. Fase ini disebut fase jaringan fibrosis, dan jaringan yang
dalam hematom dan jaringan fibrosis ini kemudian juga tumbuh sel jaringan
mesenkim yang bersifat osteogenik. Sel ini akan berubah menjadi kondroblast
relative banyak, sel ini berubah menjadi osteoblast dan membentuk osteoid
yang merupakan bahan dasar tulang kondoroid dan osteoid ini mula-mula
tidak mengandung kalsium sehingga tidak terlihat pada foto Rontgen. Pada
menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang. Pada foto Rontgen
proses ini terlihat sebagai bayangan radio-opak, tetapi bayangan garis patah
tulang masih terlihat. Fase ini disebut penyatuan klinis. Selanjutnya, terjadi
penggantian sel tulang secara berangsur-angsur oleh tekanan dan tarikan yang
bekerja pada tulang. Akhirnya, sel tulang ini mengatur diri secara lamellar
seperti sel tulang normal. Kekuatan kalus ini sama dengan kekuatan tulang
biasa dan fase ini disebut fase konsolidasi (Sjamsuhidajat & De Jong, 2012)
disebut pertautan lambat dan dengan berlalunya waktu, pertautan akan terjadi.
tulang ini dapat digerakkan seperti sendi. Ketiga, terjadi pertautan, tetapi
dalam posisi yang salah; keadaan ini disebut salah taut. Gangguan
Jong, 2012)
dini, dan komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera terjadi pada
saat terjadinya patah tulang atau segera setelahnya, komplikasi dini terjadi
11
dalam beberapa hari setelah kejadian, dan komplikasi kemudian terjadi lama
1. Komplikasi segera
a. Local
sensorik
Otot
b. Umum
Rudapaksa multiple
2. Komplikasi dini
a. Local
3. Komplikasi lama
a. Local
Distrofi reflex
Gangguan pertumbuhan
Osteomyelitis
b. Umum
(imobilisasi).
swapugar).
sling. Contoh kasus yang ditangani dengan cara ini adalah fraktur
13
kompresi minimal.
distal.
fraktur yang dikelilingi oleh otot yang kuat seperti pada patah
tulang femur.
disatukan secara kokoh dengan batangan logam luar kulit. Alat ini
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. (R. Samsuhidajat, 2006). Luka
adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis
15
yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu
remodelling.
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira
gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan ulang jaringan yang baru. Fase
factor berisiko mengalami komplikasi luka, berikut ini factor factor yang
1. Usia:
2. Malnutrisi:
kebutuhan nutrisi.
3. Obesitas:
4. Gangguan oksigenasi:
5. Merokok:
hiperkoagulasi.
6. Obat-obatan:
kolagen.
terjadinya superinfeksi.
7. Diabetes:
Jensen yang terdiri dari 13 item penilaian meliputi ukuran luka, kedalaman
luka, tepi luka, undermining (gua), tipe jaringan nekrotik, tipe eksudat,
jumlah eksudat, kondisi kulit sekitar luka, edema perifer, ukuran granulasi,
ukuran epitelisasi. Menurut Dealay (2007) evaluasi untuk luka akut dapat
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
Kozier & Erb, (2009) Rentang Gerak Sendi (ROM) adalah pergerakan
sendi melalui rentang penuhnya dalam semua bidang yang sesuai untuk
2002).
Menurut Potter & Perry tahun 2006, tujuan moblisasi secara umum
saraf, otot dan skeletal harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik.
gerak merupakan tipe latihan paling dasar yang diberikan pada semua fase
gerak yang ada pada sendi. Latihan ini diindikasikan pada fase awal
gerak akibat nyeri atau rasa takut, atau untuk meningkatkan kisaran
gerak yang ada. Pada latihan ini dibutuhkan stabilitas pada tempat
Latihan ini terdiri dari gerakan sendi tanpa kontraksi otot pasien.
ada pada sendi, bergantung pada tenaga yang diberikan. Latihan ini
pada pasien, latihan kisaran gerak pasif tidak boleh dilakukan jika
total di tempat tidur dalam jangka waktu yang lama, pasien yang setelah
nyeri dada selama latihan tidak akan tahan melakukan aktifitas seperti pada
klien yang tidak mengalaminya. pada klien lemah tidak mampu meneruskan
membutuhkan istirhat yang lebih banyak. ibu hamil tua, akibat ukuran dan
lokasi fetus maka kemampuan ibu bernafas dalam menurun dan berkurangnya
oksigen yang dipakai untuk latihan. pada orang tua akibat massa otot
berkurang, postur tubuh berubah, dan kompensasi tulang berubah akan terjadi
sehari.
melelahkan pasien.
fisioterapi.
23
leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
duduk
4. Setelah klien dapat duduk, dianjurkan klien belajar berjalan
Menurut Doengoes (2002) tahap mobilisasi dini dibagi menjadi 2 tahap,
yaitu:
1. Pada 2-6 jam pertama setelah operasi atau pada hari pertama
Mobilisasi dini sebaiknya dilakukan segera setelah klien sadar dari
masa anestesi atau 2-6 jam setelah operasi selesai. Mobilsasi dini
operasi selesai karena efek anestesi sudah hilang dan fungsi tubuh
meliputi latihan duduk tegak, duduk di tepi tempat tidur dengan kaki
gerak pasif pada ekstremitas atas dan bawah selama 3 kali sehari.
2. Level kedua dirancang untuk pasien yang menggapi dan mengikuti
ambulasi.
bahu.
tangan pasien.
25
horizontal.
tangan pasien.
arah atas, sehingga posisi lengan bawah pasien tegak lurus atau
vertical.
tidur terlentang diatas tempat tidur, dan kedua tangan lurus sejajar
dengan tubuh.
pasien ke arah luar atau kea rah perawat, sehingga telapak tangan
menghadap ke luar.
ke tubuh pasien.
dan kiri.
pasien.
vertical.
dan kiri.
dan kiri.
28
luka bedah abdomen lebih cepat bila ambulasi dilakukan lebih dini; kejadian
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa nyeri berkurang bila ambulasi dini
diperbolehkan.
29
2.6 Hipotesis
METODE PENELITIAN
eksperimen dengan menggunakan posttest only non equivalent control group design
ROM dini sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan ROM dini (hanya diberikan
K-A I O1-A
K-B - O1-B
31
32
Keterangan
- : aktivitas lainnya
POPULASI
Seluruh pasien post operasi fraktur ekstremitas di RS Ngudi Waluyo
Wlingi Blitar selama 3 bulan terakhir berjumlah 102 pasien
SAMPLING
Purposive sampling
33
SAMPEL
Sesuai dengan kriteria
inklusi 20 orang
MENGOBSERVASI
Penyembuhan luka sesudah dilakukan
ROM dini
ANALISA DATA
Hasil observasi proses penyembuhan luka fase inflamasi
sebelum dan sesudah dilakukan ROM
3.3.1 Populasi
yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yang dipelajari saja tetapi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut (Hidayat AA, 2008).
Populasi pada penelitian ini ialah seluruh pasien post operasi dengan fraktur di ruang
34
perawatan di rumah sakit Ngudi Waluyo Wlingi. Pada 3 bulan terakhir jumlah pasien
3.3.2 Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2009). Sampel pada penelitian ini
ialah pasien post operasi fraktur ekstremitas yang termasuk dalam kriteria inklusi dan
eksklusi, dimana kriteria itu menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut dapat
digunakan. Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi saat menetapakan
sampel, yaitu representative (mewakili) dan sampel harus cukup banyak (Nursalam,
2009). Menurut Arikunto (2006) sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya
tujuan tertentu. Jika jumlah populasi lebih dari 100, jumlah besar sampel dapat
diambil 20-25% atau lebih. Jumlah populasi pasien post operasi fraktur ekstremitas
tiap bulannya di Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi sebanyak 102, maka jumlah
Berikut ini kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini, ialah :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
3.3.3 Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili
populasi yang ada. Teknik sampling merupakan cara - cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar - benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian. Pada penelitian ini teknik yang digunakan ialah
disebut juga judgement sampling. adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara
terhadap sesuatu. Dalam riset, variabel dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah, dan
perbedaan. Variable juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang
didefinisikan sebagai fasilitas untuk pengukuran. Konsep yang dituju dalam suatu
36
penelitian bersifat konkret dan secara langsung bias diukur (Nursalam, 2008). Berikut
menciptakan suatu dampak pada variabel terikat (dependent variabel). Variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Setiadi,
2013). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah proses penyembuhan luka.
37
Peneliti akan melakukan penelitian di Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi Blitar
Penelitian akan dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan Mei
melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat
memperkuat hasil penelitian (Hidayat, A A, 2008). Alat ukur yang digunakan pada
luka fase inflamasi. Pengumpulan data dengan cara observasi dapat digunakan apabila
objek penelitian adalah perilaku manusia, proses kerja, atau responden kecil (Hidayat, A A,
ijin penelitian kepada tempat dan pihak terkait lainnya. Peneliian ini dilakukan di
pasien post operasi fraktur ekstremitas di Rumah Sakit Ngudi Waluyo Wlingi.
2. Menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah
dibuat.
3. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian pada responden.
4. Apabila responden bersedia, peneliti meminta persetujuan responden secara
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini ialah SOP ROM (Range Of Motion),
perubahan atau hal hal yang akan diteliti (Hidayat, A A, 2008). Alat ukur yang digunakan
untuk mengetahui proses penyembuhan luka, skala nyeri. Setelah itu didapatkan hasil
pengamatan proses inflamasi pasien post operasi fraktur yang akan dicatat pada lembar
observasi.
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data
atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah menggunakan rumus tertentu
sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Pengolahan data yang
dikumpulkan sudah cukup baik (benar) dan dapat diproses lebih lanjut karena
tertinggi.
4. Tabulating
Tabulating yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau
diteliti dalam penelitian, yaitu dengan melihat distribusi data. analisa univariat
dalam penelitian ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel
nilai yang sedang popular atau nilai yang sering muncul dalam kelompok
tersebut
41
atas nilai tengah dari kelmpok data yang telah disusun urutannya dari
rata rata dari kelompok tersebut. Hal ini dapat dirumuskan seperti
berikut:
Keterangan:
Me = Mean (rata-rata)
= Jumlah
xi = Nilai x ke i sampai n
n = Jumlah individu (Sugiyono, 2010)
Analisa univariat pada penilaian ini adalah nilai penyembuhan luka fase
inflamasi pasien post operasi fraktur., dengan variabel : pre ROM dini dan
diduga ada hubungan atau pengaruh (Notoatmodjo, 2010). Analisa bivariate ini
sebelum dan sesudah diberikan ROM dini pada pasien post operasi fraktur
perawatan rumah sakit Ngudi Waluyo Wlingi dilakukan dengan bantuan software
komputer pengolah data statistic yaitu SPSS versi 16. Berikut ini urutan
b. Kemudian teknik uji statistik menggunakan uji statistic paired T test. Uji t
pengamatan. Uji t berpasangan biasa dilakukan pada Subjek yang diuji pada
situasi sebelum dan sesudah proses, atau subjek yang berpasangan ataupun
serupa.
Penelitian ini mengunakan taraf signifikan = 0,05. Kriteria pengambilan
a. H0 diterima jika nilai p value > 0,05 yang berarti Tidak ada pengaruh ROM
dini terhadap penyembuhan luka fase inflamasi pasien post operasi fraktur.
b. H1 diterima jika nilai p value < 0,05 yang berarti ROM dini efektif terhadap
Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan data sebaik
baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca (Hidayat, A A, 2008). Hasil penelitian ini,
penyajian hasil penelitian dengan menggunakan angka angka dalam bentuk tabel
(menggunakan symbol symbol bilangan matematis). Dalam penyajian matematis ini akan
pemadatan sejumlah besar data sehingga memudahkan untuk melihat data secara
Menurut Notoatmodjo tahun 2010, etika dalam penelitian yang diterapkan dalam
saja.
f. Jaminan anonimitas dan kerahasian terhadap identitas dan informasi yang
confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti
identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justice an inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
and benefits)
sebab itu, pelaksana peneliti harus dapat mencegah atau tidak mengurangi rasa
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
45
Benzon, H, T. 2005. Essentials of Pain Medicine and Regional Anesthesia. 2th Edition.
USA: Elsivier.
Brunton, L. 2011. Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta: EGC.
Carpenito, L J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: EGC.
Gusty, R, P, 2011. Pengaruh Mobilisasi Dini Pasien Pasca Operasi Abdomen Terhadap
Penyembuhan Luka Dan Fungsi Pernafasan. (Online),
(http://jurnal.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/article/view/97/91, diakses pada 13
Januari, 2017).
Hidayat, A, A. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba
Medika.
Kasdu, D. 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Sehat.
Keat, S., Bate, S., Bown, A., Lanham, S. 2013. Anaesthesia On The Move. Jakarta: Indeks.
Latief, S.A., Suryadi, KA. Dachlan, MR. 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi 2.
Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran UI.
Potter, P.A, Perry, 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. 2011. Keperawatan maternitas: Kesehatan
wanita, bayi & keluarga edisi 18. Jakarta : EGC.
Rochimah, Dkk. 2011. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta: Trans Info Media.
Setiadi, 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2012. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.