PENDAHULUAN
1
yang sehat dan bersih, hal tersebut tercermin dari makanan jajanan yang
dikonsumsi siswa SD di sekolah masih banyak yang mengandung pewarna
sintetik, logam berat, bakteri patogen dan lainlain. Selain itu siswa SD juga
belum terbiasa mencuci tangan sebelum menjamah makanan.
Hermina et al., (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa bila
dilihat dari frekuensi konsumsi makanan jajanan di sekolah selama
seminggu terakhir tampak bahwa sebagian siswa (50%) mengkonsumsi
makanan jajanan yang kurang beragam jenis zat gizinya. Mereka umumnya
membeli jenis makanan jajanan yang kandungan zat gizinya hanya satu atau
dua jenis sumber zat gizi, yakni hanya mengandung karbohidrat atau
karbohidrat dan lemak saja. Makanan jajanan yang ditawarkan belum tentu
menyehatkan, karena kebanyakan dari penjual makanan jajanan belum
sepenuhnya memperhatikan kebersihan, keamanan dan kandungan gizi
makanan yang dijajakan.8,12 Hasil penelitian Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) menyebutkan bahwa makanan jajanan anak SD yang
berharga murah dan berbentuk makanan basah siap konsumsi yang dijual
pedagang di sekitar lokasi sekolah masih dicampur dengan berbagai zat
berbahaya (Khomsan, 2004). Hal ini tentu saja dapat membahayakan bagi
kesehatan dan status gizinya. Oleh karena itu perlu adanya informasi yang
memadai bagi siswa tentang pemilihan makanan jajanan yang sehat dan
bergizi..
Menurut Depkes RI (1991) jumlah energi dan protein yang
diharapkan dapat disumbangkan terhadap kebutuhan gizi anak sekitar 10-
15%, jadi untuk energi sekitar 200-300 kkal, dan protein sekitar 3-5 gram.
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat et al (2005) menunjukkan bahwa
sebagian besar makanan jajanan yang dijual belum memenuhi nilai gizi
yang diharapkan. Makanan seperti: cilok, mendoan, bakwan, timus goreng,
dan sosis goreng, berat per porsi hanya 5-30 gram, dengan nilai energi 0-95
kkal, dan protein 0- 3.2 gram. Hal ini masih jauh dari nilai gizi yang
diharapkan dapat disumbangkan dari makanan jajanan.
Oleh karena iu, keberadaan makanan jajanan anak sekolah perlu
mendapat perhatian khusus. Hal ini sejalan dengan Gerakan Jajanan Sehat
2
Anak Sekolah yang dicanangkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 31 Januari 2011. Focus pengawasan diberikan pada jajanan
anak sekolah karena data KLB keracunan pangan Badan POM menunjukkan
setiap tahun selalu terjadi keracunan di sekolah dengan anak Sekolah Dasar
menjadi kelompok yang paling sering mengalami keracunan (Widianti,
2012)
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah
adalah bagaimana gambaran pengetahuan siswa/i MIN Jeureula, Aceh Besar
mengenai jajanan sehat
3. Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran pengetahuan siswa/i MIN Jeureula, Aceh
Besar mengenai jajanan sehat
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran dan sebagai referensi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya tentang gambaran pengetahuan siswa/i
mengenai jajanan sehat.
b. Manfaat praktis
i. Bagi siswa
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan siswa
saat memilih mengkonsumsi jajanan, terutama jajanan yang
tidak seimbang dan memikirkan penyakit yang ditimbulkan di
kemudian hari
3
ii. Bagi Sekolah
Bahan pertimbangan pihak sekolah khususnya para guru untuk
selalu mengingatkan para muridnya untuk lebih cermat dalam
memilih jajanan yang sehat
iii. Bagi Instansi Terkait
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan kepada
Pemerintah Daerah dan instansi terkait mengenai jajanan sehat
di lingkungan sekolah serta faktor resiko penyakit di kemudian
hari, sehingga menjadi bahan pertimbangan ke depannya.