Lembaga atau badan pengelola jalan raya dan bandara melakukan survey berkala terhadap perkerasannya, atau pada seluruh jaringan untuk jenis pengukuran tertentu. Pengukuran mekanistik kerusakan perkerasan seperti retak, pelepasan butir, deformasi, dan lain-lain. Lembaga atau badan tersebut seyogyanya tidak harus bingung terhadap evaluasi performa kerusakannya, yang mana penilaian kerusakan tersebut tergantung berdasar respon pengguna jalan. Sebaliknya, survey kondisi harus diarahkan untuk dapat menilai kebutuhan yang diperlukan untuk mencegah percepatan kerusakan, menganalisa kerusakan dimasa mendatang, atau ukuran pemeliharaan untuk meningkatkan perkerasan jalan. Karena semua itu berhubungan terhadap level pelayananan jalan di masa mendatang. Biasanya survey kondisi cukup detail. Bukan hanya survey tipe kerusakan yang terjadi, namun juga luas kerusakan dan lokasinya. Terdapat banyak metoda survey kondisi perkerasan sejak tahun 1968.
9.2 KOMPONEN POKOK SURVEY KONDISI KERUSAKAN
Beberapa faktor dalam survey kondisi adalah: 1. Kecacatan permukaan 2. Deformasi atau perubahan bentuk 3. Retak 4. Tambalan Dari faktor-faktor tersebut, masing-masing terdapat beberapa permasalah seperti pada tabel berikut: Cacat Permukaan 1. Kehilangan agregat kasar 2. Pelepasan butir 3. Pembilasan Perubahan bentuk 1. Bergelombang 2. Pergeseran 3. Alur 4. Distorsi Retak 1. Longitudinal whell track 2. Longitudinal midlane 3. Longitudinal centre line 4. Longitudinal pavement edge 5. Retak berkelak kelok 6. Alligator crack 7. Retak melintang 8. Retak acak 9. Retak selip Akibat tambalan (patching) 1. Spray 2. Skin 3. Hotmix 9.3 CONTOH PROSEDUR/FORM SURVEY KONDISI KERUSAKAN 1. Ontario Ministry of Transportation and Communication 2. Canadia Ministry of Transport 9.4 HUBUNGAN KERUSAKAN DENGAN PERFORMA PERKERASAN Ada beberapa alasan mengevaluasi kerusakan dalam bentuk survei kondisi jalan. Salah satu hal yang penting adalah karena adanya hubungan timbal balik performa jalan terhadap kerusakannya. Pada bab 3 dapat dilihat dasar komponen dari sistem pengelolaan perkerasan. Dengan konsep tersebut, dapat memprediksi perilaku perkerasan. Dari situ, kerusakan dapat berupa kegagalan material namun bukan berarti sebagai kerusakan perkerasan secara keseluruhan. Kegagalan perkerasan hanya ketika total kerusakan yang dihasilkan mengurangi indeks pelayanan yang diterima oleh pengguna jalan.
9.4.1 Latar Belakang
Tahun 1970, diadakan workshop HRD tentang sistem perkerasan di Austin, Texas. Kesimpulan dari workshop tersebut adalah prioritas penelitian untuk mengembangkan hubungan antara kerusakan perkerasan dan kinerja performa.
9.4.2 Dasar Pertimbangan
Terdapat 3 dasar pertimbangan hubungan kerusakan terhadap performa perkerasan: 1. Model perkerasan harus dapat memprediksi tipe dan persen dari kerusakan. 2. Model perkerasan harus dapat memprediksi atau memberikan gambaran efek dari komponen yang mempengaruhi kerusakan 3. Sebagai bagian dari hubungan tersebut, kita harus mengetahui efek yang dihasilkan dari bermacam-macam strategi pemeliharaan dalam umur pelayanan dari perkerasan
9.5 ESTETIKA VISUAL DALAM PERKERASAN
Estetika salah satu hal yang kompleks dalam perkerasan. Karena pengguna jalan terkadang suka melihat permukaan jalan yang good looking. Sebenarnya hal ini sangat subjektif dan tidak begitu banyak penelitian yang mementingkan keindahan atau tampilan good looking dari perkerasan.
9.5.1 Warna permukaan
Dalam hal ini terdapat 3 faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: 1. Jarak penglihatan saat malam 2. Daya pemantulan 3. Penyerapan panas Disebagian besar jalan, penyerap panas sangat penting hubungannya terhadap material. Faktor 1 dan 2 sangat berpengaruh terhadap keselamatan pengguna jalan
9.5.2 Keseragaman permukaan
Keseragaman bentuk permukaan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam estetika perkerasan. Dalam menambal atau memperbaiki kondisi asli permukaan, sangat susah agar tekstur dan warna permukaan sama. Sehingga permukaan banyak di blotched dan spotted.
9.6 EFEK KEBISINGAN
Efek kebisingan telah banyak dipelajari lebih dalam dibeberapa badan atau lembaga. Dari studi yang telah ada, beberapa penyebab kebisingan yaitu dari kecepatan kendaraan, geometrik, angin dan lain-lain. Intinya efek kebisingan bukan hanya dampak dari kondisi perkerasan saja, namun juga kombinasi dari kendaraan dan permukaan jalan. Permukaan jalan yang kasar dapat meningkatkan kebisingan dari kendaraan