Anda di halaman 1dari 7

Chapter 9

EVALUASI KERUSAKAN PERKERASAN : SURVEY KONDISI

9.1. DASAR TUJUAN SURVEY KONDISI KERUSAKAN


Lembaga atau badan pengelola jalan raya dan bandara melakukan survey
berkala terhadap perkerasannya, atau pada seluruh jaringan untuk jenis pengukuran
tertentu. Pengukuran mekanistik kerusakan perkerasan seperti retak, pelepasan butir,
deformasi, dan lain-lain. Lembaga atau badan tersebut seyogyanya tidak harus
bingung terhadap evaluasi performa kerusakannya, yang mana penilaian kerusakan
tersebut tergantung berdasar respon pengguna jalan.
Sebaliknya, survey kondisi harus diarahkan untuk dapat menilai kebutuhan
yang diperlukan untuk mencegah percepatan kerusakan, menganalisa kerusakan
dimasa mendatang, atau ukuran pemeliharaan untuk meningkatkan perkerasan jalan.
Karena semua itu berhubungan terhadap level pelayananan jalan di masa mendatang.
Biasanya survey kondisi cukup detail. Bukan hanya survey tipe kerusakan
yang terjadi, namun juga luas kerusakan dan lokasinya. Terdapat banyak metoda
survey kondisi perkerasan sejak tahun 1968.

9.2 KOMPONEN POKOK SURVEY KONDISI KERUSAKAN


Beberapa faktor dalam survey kondisi adalah:
1. Kecacatan permukaan
2. Deformasi atau perubahan bentuk
3. Retak
4. Tambalan
Dari faktor-faktor tersebut, masing-masing terdapat beberapa permasalah
seperti pada tabel berikut:
Cacat Permukaan
1. Kehilangan agregat kasar
2. Pelepasan butir
3. Pembilasan
Perubahan bentuk
1. Bergelombang
2. Pergeseran
3. Alur
4. Distorsi
Retak
1. Longitudinal whell track
2. Longitudinal midlane
3. Longitudinal centre line
4. Longitudinal pavement edge
5. Retak berkelak kelok
6. Alligator crack
7. Retak melintang
8. Retak acak
9. Retak selip
Akibat tambalan (patching)
1. Spray
2. Skin
3. Hotmix
9.3 CONTOH PROSEDUR/FORM SURVEY KONDISI KERUSAKAN
1. Ontario Ministry of Transportation and Communication
2. Canadia Ministry of Transport
9.4 HUBUNGAN KERUSAKAN DENGAN PERFORMA PERKERASAN
Ada beberapa alasan mengevaluasi kerusakan dalam bentuk survei kondisi
jalan. Salah satu hal yang penting adalah karena adanya hubungan timbal balik
performa jalan terhadap kerusakannya. Pada bab 3 dapat dilihat dasar komponen dari
sistem pengelolaan perkerasan. Dengan konsep tersebut, dapat memprediksi perilaku
perkerasan. Dari situ, kerusakan dapat berupa kegagalan material namun bukan
berarti sebagai kerusakan perkerasan secara keseluruhan. Kegagalan perkerasan
hanya ketika total kerusakan yang dihasilkan mengurangi indeks pelayanan yang
diterima oleh pengguna jalan.

9.4.1 Latar Belakang


Tahun 1970, diadakan workshop HRD tentang sistem perkerasan di Austin,
Texas. Kesimpulan dari workshop tersebut adalah prioritas penelitian untuk
mengembangkan hubungan antara kerusakan perkerasan dan kinerja performa.

9.4.2 Dasar Pertimbangan


Terdapat 3 dasar pertimbangan hubungan kerusakan terhadap performa
perkerasan:
1. Model perkerasan harus dapat memprediksi tipe dan persen dari kerusakan.
2. Model perkerasan harus dapat memprediksi atau memberikan gambaran efek
dari komponen yang mempengaruhi kerusakan
3. Sebagai bagian dari hubungan tersebut, kita harus mengetahui efek yang
dihasilkan dari bermacam-macam strategi pemeliharaan dalam umur
pelayanan dari perkerasan

9.5 ESTETIKA VISUAL DALAM PERKERASAN


Estetika salah satu hal yang kompleks dalam perkerasan. Karena pengguna
jalan terkadang suka melihat permukaan jalan yang good looking. Sebenarnya hal
ini sangat subjektif dan tidak begitu banyak penelitian yang mementingkan
keindahan atau tampilan good looking dari perkerasan.

9.5.1 Warna permukaan


Dalam hal ini terdapat 3 faktor yang harus dipertimbangkan yaitu:
1. Jarak penglihatan saat malam
2. Daya pemantulan
3. Penyerapan panas
Disebagian besar jalan, penyerap panas sangat penting hubungannya terhadap
material. Faktor 1 dan 2 sangat berpengaruh terhadap keselamatan pengguna jalan

9.5.2 Keseragaman permukaan


Keseragaman bentuk permukaan salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam estetika perkerasan. Dalam menambal atau memperbaiki
kondisi asli permukaan, sangat susah agar tekstur dan warna permukaan sama.
Sehingga permukaan banyak di blotched dan spotted.

9.6 EFEK KEBISINGAN


Efek kebisingan telah banyak dipelajari lebih dalam dibeberapa badan atau
lembaga. Dari studi yang telah ada, beberapa penyebab kebisingan yaitu dari
kecepatan kendaraan, geometrik, angin dan lain-lain. Intinya efek kebisingan bukan
hanya dampak dari kondisi perkerasan saja, namun juga kombinasi dari kendaraan
dan permukaan jalan. Permukaan jalan yang kasar dapat meningkatkan kebisingan
dari kendaraan

Anda mungkin juga menyukai