Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk


mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya. Salah satu ancaman
terhadap manusia adalah penyakit, terutama penyakit infeksi yang dibawa oleh
berbagai macam mikroba seperti virus, bakteri, parasit, jamur. Tubuh mempunyai cara
dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Beberapa jenis penyakit
seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.

Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem imun) orang
tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakit itu.
Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak-
anak atau pada orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu
mencegah kuman itu berkembang biak, sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat
yang membawa kepada cacat atau kematian.

Apakah yang dimaksud dengan sistem imun? Kata imun berasal dari bahasa
Latin immunitas yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para
senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajibansebagaiwarganegara
biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah inikemudian berkembang sehingga
pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi,
terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri
dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif
dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau
racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali
antigen masuk ke dalam tubuh,maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti
yang disebut dengan antibodi.Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk
antibodi tidak terlalu kuat,karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada
reaksi yang ke-2, ke-3dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk
mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang
lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis
penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini
dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit
tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.

Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah
pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnya adalah
imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikan sejumlah
antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah
penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan.
Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placentaselamamasa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.

Pembahasan Masalah :
1. Pengertian Imunisasi
2. Penyakit Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi
3. Imuniasi
4. Penyakit Penyakit Yang Kemungkinan Akan Di Alami Bila Tidak Mendapat
Imunisasi.
5. Jadwal Pemberian Imunisasi

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Imunisasi.

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit


denganmemasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang
sedangmewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun
yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar
dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan
kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang
dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup
hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap
berbagai penyakit yang sangatmembahayakan kesehatan dan hidup anak.

2. Tujuan. Pemberian Imunisasi Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari


imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.
Beberapa penyakit yangdapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B,
campak, polio, difteri,tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain
sebagainya.
a. Jenis Jenis Imunisasi
1) BCG
2) Hepatitis B
3) Polio
4) DTP
5) Campak.

1. BCG

Royan mengatakan disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot). Bila


penyuntikan benar, akan ditandai kulit yang menggelembung.BCG ulang tidak
dianjurkan karena manfaatnya diragukan. BCG tidak dapatdiberikan pada penderita
dengan gangguan kekebalan seperti pada penderita lekemia(kanker darah), anak
dengan pengobatan obat steroid jangka panjang dan penderitainfeksi HIV.
(Sumber : system imun,imunisasi,dan penyakit imun. Prof.Dr.dr. A. SamikWahab,
Spa (K). Widya Medika)

2. 2. Imunisasi Hepatitis BImunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi


yang diwajibkan, lebihdari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program
nasionalnya. Jikamenyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit
disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat
menyebabkan kelainan-kelainanyang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin
terjadi sirosis atau pengerutanhati.Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si
kecil. Yang potemsialmelalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah
penderita, semisal transfusidarah. Bisa juga melali alat-alat medis yang sebelumnya
telah terkontaminasi darahdari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak
steril atau peralatan yangada di klinik gigi. Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir
rambut yang digunakanantar anggota keluarga.Malangnya, tak ada gejala khas yang
tampak secara kasat mata. Bahkan olehdokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak
terganggu meski sudah mengalami sirosis.Anak juga terlihat sehat, nafsu makan baik,
berat badan juga normal. Penyakit barudiketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah.

Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggotakeluarga
dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screeningterhadapanak-anaknya
untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Selain itu,imunisasi merupakan
langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.5 Jumlah Pemberian
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian
5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.

Usia Pemberian Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan


syarat,kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan
padausia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB,
selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulinanti hepatitis B dalam
waktu sebelum usia 24 jam.

Lokasi Penyuntikan : Pada anak di lengan dengan cara


intramuskuler.Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot
bagian depan,lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena
bisamengurangi efektivitas vaksin.

Tanda Keberhasilan : Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun
dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah
denganmengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di
atas1000, berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan
3tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara
bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.

Tingkat Kekebalan : Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3


kalisuntikan, lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.

Indikator Kontra : Tak dapat diberikan pada anak yang sakit


berat3.PolioImunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau
yangsering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. Sedangkan yang
keduainactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudah
diberikan,murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan.
Kaloyanginjeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis.
Selainitu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian vaksin polio injeksi
hanyaditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes karena
dayatahan tubuhnya lemah.

Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yangmenyerang


saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapatsembuh,
penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-ototlumpuh dan
tetap kecil.Diwikipedia dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal sejak zaman pra-
sejarah.Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat
dengankaki layu yang berjalan dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudius terserang
polioketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.Virus polio
menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkankelumpuhan
permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggalkarena tidak dapat
menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerikaselama dasawarsa
seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut momok semua orangtua, karena
menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Disana para orang
tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop dikunci,
kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.Virus polio menular secara langsung
melalui percikan ludah penderita ataumakanan dan minuan yang
dicemari.Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes
setiapkali sesuai dengan jadwal imunisasi.4.DTPDeskripsi Vaksin Jerap DTP adalah
vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dantetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis
yang telah diinaktivasiyangteradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal
0,1 mg/ml digunakansebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4
IU pertussis, 30 IUdifteri dan 60 IU tetanus.Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan
terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan.Komposisi Tiap ml mengandung : Toksoid
difteri yang dimurnikan 40 LfToksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf B, pertussis yang
diinaktivasi 24 OUAluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg7

"Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat. Dilihat dari
gejalanya pun, dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat,
sertareaksi lainnya," terang Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI)ini.Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya.
Padakeadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-
vaksinasirubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa
diakibatkan reaksi simpang (adverseevents) terhadap obat atau vaksin, ataukejadian
lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan juga
ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat kesalahan teknik pembuatan,
pengadaan, distribusi serta penyimpanan vaksin. Kesalahan prosedur dan teknik
pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan,"
demikianSri.PenelitianVaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM),
AS,melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan. "Kejadian
yangmemang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik
pelaksanaan atau pragmaticerrors)," tukas dokter yang berpraktek di RSUPN
CiptoMangunkusumoini.StephanieCave MD, ahli medis yang menulis "Yang Orangtua
Harus Tahutentang Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek
samping vaksin pada bayi dan anak-anak adalah karena mereka dijadikan target
imunisasi massal oleh pemerintah, pabrik vaksin, maupun dokter. Padahal, imunisasi
massal yang memilikisikap "satu ukuran untuk semua orang" ini sangat berbahaya.
Karena, "Setiap anak adalah pribadi tersendiri, dengan bangun genetika, lingkungan
sosial, riwayatkesehatan, keluarga dan pribadi yang unik, yang bisa berefek terhadap
cara mereka bereaksi terhadap suatu vaksin," demikian Cave.- Beberapa Kejadian
Pasca-Imunisasi11

Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi. Sebagian
besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya,
berikutini beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:

1. Reaksi suntikan

Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi
suntikanlangsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat
suntikan.Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual,
sampaisinkope atau pingsan.

2. Reaksi vaksin

Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnyasudah


diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-imunisasi
DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas. Meski demikian, bisa juga
reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang didalam tubuh
(misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan,kesulitan
memusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resikokematian.

3. Faktor kebetulan

Seperti disebut di atas, ada juga kejadian yang timbul secara kebetulan setelah
bayi diimunisasi. Petunjuk "faktor kebetulan" ditandai dengan ditemukannya
kejadiansama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat, dengan
karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.4.Penyebab tidak diketahuiBila
kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam salah satu
penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke kelompok "penyebab tidak diketahui"
sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya,dengan kelengkapan informasi akan
dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.

'Imunisasi itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau Fiksi? Keraguan tentang aman-
tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada.Saat ini sudah ada puluhan ribu
kejadian buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan ribu lainnya yang tidak
dilaporkan. Pada anak-anak, imunisasi (danantibiotik) bertanggung jawab untuk
sebagian besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya. Jadi realitanya, tidak
ada obat yang aman untuk setiap anak. Dan, beberapa obat lebih berbahaya daripada
beberapa obat lainnya. Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu
pengetahuan yang baik, bukan hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau
pengamatan. Namunfaktanya, hingga kini banyak yang tidak diketahui para ilmuwan
tentang cara kerjaimunisasi di dalam tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang
memadai untuk imunisasi juga tidak ada. Yang juga kurang, adalah pengertian tentang
efek jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak. Yang diketahui
adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai diwajibkan di Amerika
Serikat, telah terjadi peningkatan kasus kelainan sistem imun dan persarafan, termasuk
kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme, diabetes anak-anak,
sindromakeletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid artritis, multipel sklerosis,
danmasalah kesehatan yang menahun lainnya.

Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatan besar


jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtuadan
profesional kedokteran, telah mencetuskan suatu gerakan yang menuntut dilakukannya
lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk jangka panjang atau
menahun dari imunisasi.Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini
adalah tanda baik yang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara
tepat.Efek samping yang biasa terjadi adalah sebaagai berikut:1.BCG: Setelah 2
minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempatsuntikan. Setelah 23
minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecildan kemudian menjadi luka
dengan garis tengah 10 mm. Luka akan sembuhsendiri dengan meninggalkan luka
parut yang kecil.13

tenggorokan penderita campak (air bornedisease ). Masa inkubasi adalah 10-14


harisebelum gejala muncul.Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi,
infeksi aktif dankekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal
(berlangsungselama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: -
bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan
dewasamuda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.Gejala mulai timbul dalam
waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:

- Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza )


- Batuk ( Cough )
- Bercak Koplik
- Nyeri otot
- Mata merah ( conjuctivitis ) 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut
bagian dalam (bintik Koplik).
- Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari
setelahtimbulnya gejala diatas.
- Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yangmendatar) maupun
papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruamtampak di wajah,
yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping.Dalam waktu
1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai,sedangkan ruam
di wajah mulai memudar.Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit,
ruamnya meluas sertasuhu tubuhnya mencapai 40 Celsius. 3-5 hari kemudian
suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera
menghilang.Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah
selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka
dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
- 5.Difteri, pertusis dan tetanus.
Difteri disebabkan bakteri yang menyerangtenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Difteri merupakan penyakit
menular yang sangat berbahaya pada anak anak.Penyakit ini mudah menular
dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan
biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yangmembawa kuman ke
orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa jugaditularkan melalui benda
atau makanan yang terkontaminasi.19

Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacteriumdiphtheriae, suatubakterigram


positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.Gejala
utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembranyangmerupakan
hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisantipis berwarna
putih keabuabuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung,mulut sampai
tenggorokan. Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan
sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahayakarena menyerang otot
jantung, ginjal dan jaringan syaraf.

Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyeranganak-
anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan30.000
kasus dan 3.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit iniKata tetanus diambil
dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berartimenegang. Penyakit ini adalah
penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus
(lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal,
kejang dan spasme dan paralisis pernapasan(wikipedia.org).Penyakit tetanus
disebabkan oleh bakteri Clostridiumtetani yang terdapat ditanah, kotoran hewan, debu,
dan sebagainya. Bakteri ini masuk ke dalam tubuhmanusia melalui luka yang tercemar
kotoran. Di dalam luka bakteri ini akan berkembang biak dan membentuk toksin (racun)
yang menyerang saraf.UNICEF (United Nations Childrens Fund/Dana PBB untuk Anak-
Anak)menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena pada bayi-
bayiyang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak
steril; mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk
memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untuk
menutupluka bekas potongan. Angka kematian yang diakibatkan olehtetanus berkisar
antara 15-25%.Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang
menyerangsistem pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks), trakea dan bronkial.
Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan
serangan2
Pemberian tetanus toksoid pada ibu hamil dapat mencegah terjadinya
tetanusneonatorum pada bayi baru lahir yang ditolong dengan tidak steril dan
pemotongantali pusat memakai alat tidak steril. Imunisasi terhadap difteri dan
pertusisdimulaisejak umur 2-3 bulan dengan selang 4-8 minggu sebanyak 3 kali akan
memberikan perlindungan mendekati 100% sampai anak berusia 1 tahun. Imunisasi
campak diberikan 1 kali akan memberikan perlindungan seumur hidup. Imunisasi
poliomyelitis dapat memberikan perlindungan seumur hidup apabila telah diberikan
4kali. (Ibrahim, 1991).Vaksin sebagai suatu produk biologis dapat memberikan efek
samping yang tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak selalu sama reaksinya antara
penerima yangsatu dengan penerima lainnya.

Efek samping imunisasi yang dikenal sebagaiKejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
atau Adverse Events Following Immunization (AEFI) adalah suatu kejadian sakit yang
terjadi setelah menerimaimunisasi yang diduga berhubungan dengan imunisasi.
Penyebab kejadian ikutan pasca imunisasi terbagi atas empat macam, yaitu kesalahan
program/tehnik pelaksanaan imunisasi, induksi vaksin, faktor kebetulan dan penyebab
tidak diketahui. Gejala klinis KIPI dapat dibagi menjadi dua yaitu gejala lokal
dansistemik. Gejala lokal seperti nyeri, kemerahan, nodelle/ pembengkakan dan
indurasi pada lokasi suntikan. Gejala sistemik antara lain panas, gejala gangguan
pencernaan,lemas, rewel dan menangis yang berkepanjangan.

BAB III

SARAN

1. Tingkat pendidikan ibu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan


terhadapkelengkapan imunisasi dasar pada bayi.

2. Jarak rumah ke Puskesamas tidak mempunyai pengaruh terhadap


kelengkapanimunisasi dasar pada bayi.
3. Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh positip terhadap kelengkapanimunisasi
dasar, yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentangmanfaat imunisasi
akan berpengaruh meningkatkan kelengkapan imunisasidasar pada bayi.

4. Motivasi ibu mempunyai pengaruh positip terhadap kelengkapan imunisasidasar.


Yang berarti bahwa semakin baik motivasi ibu akan Berpengaruh meningkatkan
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.

5. Tenaga Kesehatan Berupaya untuk meningkatan pengetahuan ibu


tentangmanfaat imunisasi dasar bagi bayi sehingga ibu yang mempunyai bayi berusaha
meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi melalui penyuluhanpenyuluhan di
masyarakat.

6. Berupaya untuk meningkatan motivasi ibu dengan memberikan informasitentang


imunisasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan meningkatkan
kelengkapan imunisasi bayi.

7. Ibu yang mempunyai bayi Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentangmanfaat


imunisasi bagi anaknya. Agar mempunyai motivasi yang besar dalammeningkatkan
kesehatan bayi dan keluarganya

8. Peneliti selanjutnya Diharapkan dapat menambah jumlah responden,


lebihmespesifikkan jenis imunisasi, meneliti dengan variabel bebas yang baru, dsb.

9. Diharapkan peneliti selanjutnya agar meneliti dengan menggunakan


metodeeksperimen dalam bentuk penyuluhan kesehatan.10.Dapat menjadi informasi
dan data sekunder dalam pengembangan penelitianselanjutnya.36
DAFTAR PUSTAKA

1.Agung, I Gusti Ngurah, 2001. Statistika Analisis Hubungan KausalBerdasarkan Data


Kategorik. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
2.http://eprints.ums.ac.id/888/1/2008v1n1-02.pdf 3.http://www.infeksi.com/articles.php?
lng=in&pg=15&id=4
4.http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/12/imunisasi-dan-faktor-yang-
mempengaruhinya/
5.http://www.ictjogja.net/kesehatan/C5_1.htm
6.http://vinadanvani.wordpress.com/2008/02/20/jenis-imunisasi-yang-diawajibkan-dan-
dianjurkan/
7.http://m.infeksi.com/articles.php?
lng=en&pg=15&id=138.http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32
_No.2/imunisasi.pdf 9.www.google.com3

Anda mungkin juga menyukai