Anda di halaman 1dari 16

DAMPAK ADANYA PERTAMBANGAN PT.

FREEPORT DI INDONESIA

MAKALAH

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata


Kuliah Sosiologi Ekonomi

oleh

Septian Tri Prianto


NIM 130910302021

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2015

1
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Siapa yang tidak mengenal Negara Indonesia dengan sejuta kekayaan
sumber daya alamnya yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke,
siapapapun yang mendengar dan mengetahuinya pasti memilki hasrat untuk
menguasai negri ini. Berbagai sumber daya alam tersedia di sini, hutan yang hijau
sebagai sumber paru-paru dunia, serta aneka bahan tambang yang terpendam di
dalam bumi Indonesia menjadi suatu bukti nyata bahwa betapa kaya negeri ini.
Namun yang perlu disangkan adalah sumber daya alam yang melimpah tersebut
tidak dibarengi dengan sumber daya manusia yang mampu mengolah dan
mendayagunakan sumber daya alam tersebut. Sumberdaya manusia di Indonesia
masih cenderung lemah dalam halite. Maka tidak heran jika banyak orang-orang
asing yamng berusaha untuk menanamkan modal di Indonesia berkaitan dengan
pengolahan sumber daya alam Indonesia.
Salah satu dari sekian banyak perusahaan milik orang asing yang beroperasi
di Indonesia dan mengolah sumber daya alam di Indonesia adalah PT Freeport
yang terletak di bagian timur Indonesia, tepatnya adalah di daerah dataran tinggi
di Kabupaten Mimika Provinsi Papua, Indonesia. PT Freeport tersebut bergerak
dalam bidang pertambangan dengan hasil utama adalah bijih emas, selain itu juga
terdapat perak, tembaga, nikel dan barang-barang tambang lainya.
Awal berdirinya PT Freeport Indonesia (PTFI) bermula saat seorang
manajer eksplorasi Freeport Minerals Company, Forbes Wilson, melakukan
ekspedisi pada tahun 1960 ke Papua setelah membaca sebuah laporan tentang
ditemukannya Ertsb erg (Gunung Bijih), sebuah cadangan mineral, oleh seorang
geolog Belanda, Jean Jacques Dozy, pada tahun 1936. Setelah ditandatanganinya
Kontrak Karya pertama dengan Pemerintah Indonesia bulan April 1967, PTFI
memulai kegiatan eksplorasi di Ertsberg pada Desember 1967. Konstruksi skala

2
besar dimulai bulan Mei 1970, dilanjutkan dengan ekspor perdana konsentrat
tembaga pada bulan Desember 1972.
Hingga saat ini PT Freeport masih terjalin kontrak dengan Negara
Indonesia yang mana Indonesia selalu berada dipihak yang dirugikan. Dari tahun
ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan dari tambang emas, perak, dan
tembaga terbesar di dunia. Para petinggi Freeport terus mendapatkan fasilitas,
tunjangan dan keuntungan yang besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan
tahunan penduduk Timika, Papua. Keuntungan Freeport tak serta merta
melahirkan kesejahteraan bagi warga sekitar. Kondisi wilayah Timika bagai api
dalam sekam tidak ada kondisi stabil yang menjamin masa depan penduduk
Papua.
Kegiatan penambangan dan ekonomi Freeport telah mencetak keuntungan
finansial bagi perusahaan tersebut namun tidak bagi masyarakat lokal di sekitar
wilayah pertambangan. Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk keuntungan
dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia. Pendapatan utama
Freeport adalah dari operasi tambangnya di Indonesia. Setiap hari hampir 700 ribu
ton material dibongkar untuk menghasilkan 225 ribu ton bijih emas. Jumlah ini
bisa disamakan dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer sepanjang
Jakarta hingga Surabaya (sepanjang 700 km).
Pembahasan mengenai efek operasionalisasi dari PT Freeport merupakan
salah satu bahasan yang menarik untuk diangkat ke permukaan, untuk itu
penyusun menyusun makalah yang berjudul Dampak Adanya Pertambangan PT.
Freeport Di Indonesia sebagai ajang untuk mengulas lebih dalam mengenai
dampak apa yang akan diterima oleh bangsa ini, selain daripada untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sosiologi Ekonomi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Unversitas Jember.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana dampak adanya PT Freeport di Indonesia dari segi ekonomi,
lingkungan dan sosial budaya?

3
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui dampak PT Freeport di Indonesia dari segi ekonomi,
lingkungan dan sosial budaya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Sosiologis

4
Para petinggi Freeport mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan
yang besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika,
Papua. Keuntungan Freeport tak serta merta melahirkan kesejahteraan bagi warga
sekitar. Di sisi lain, negara pun mengalami kerugian karena keuntungan Freeport
yang masuk ke kas negara sangatlah kecil jika dibandingkan keuntungan total
yang dinikmati Freeport. Keberadaan Freeport tidak banyak berkontribusi bagi
masyarakat Papua, bahkan pembangunan di Papua dinilai gagal. Kegagalan
pembangunan di Papua dapat dilihat dari buruknya angka kesejahteraan manusia
di Kabupaten Mimika. Penduduk Kabupaten Mimika, lokasi di mana Freeport
berada, terdiri dari 35% penduduk asli dan 65% pendatang. Pada tahun 2002, BPS
mencatat sekitar 41 persen penduduk Papua dalam kondisi miskin.
Ekonomi Marxis mengacu pada teori ekonomi pada fungsi kapitalisme yang
didasarkan pada karya-karya Karl Marx. Para penganut ekonomi Marxis,
khususnya akademisi, membedakannya dari Marxisme sebagai ideologi politik
dan teori sosiologi, dengan alasan bahwa pendekatan Marx untuk memahami
ekonomi secara intelektual terbebas dari anjurannya atas sosialisme revolusioner
atau dukungannya terhadap revolusi proletar. Para penganut ekonomi Marxis
menganggap teori ekonomi Marx adalah dasar kerangka analitis yang sangat baik,
dan alternatif untuk ekonomi neo-klasik yang lebih konvensional. Ekonom Marxis
tidak hanya bersandar sepenuhnya pada karya-karya Marx dan Marxis lain yang
telah dikenal secara luas saja, mereka menarik teori dari berbagai sumber, baik
Marxis maupun non-Marxis.
Karya terbesar Marx tentang ekonomi politik adalah Capital: A Critique of
Political Economy, yang terdiri dari tiga jilid, dan hanya jilid pertama yang
diterbitkan ketika Marx masih hidup (jilid yang yang lain diterbitkan oleh
Friedrich Engels dari catatan-catatan Marx yang lain). Salah satu karya awal
Marx, Critique of Political Economy, sebagian besar dimasukkan ke dalam Das
Kapital, terutama pada bagian awal dari jilid I. Catatan-catatan Marx yang lain,
yang ditulis sebagai bahan mentah untuk menulis Das Kapital, diterbitkan
beberapa tahun kemudian dengan judul Grundrisse.
2.2 Teori Lingkungan

5
Yang dimaksud dengan lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan
mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lingkungan adalah jumlah semua
benda hidup dan mati sertaseluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita
tempati. Ahmad (1987:3) mengemukakan bahwa lingkungan hidup adalah sistem
kehidupan di mana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.
St. Munajat Danusaputra: Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk
didalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana
manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan
manusia dan jasad hidup lainnya. (Darsono, 1995) Emil Salim: Lingkungan hidup
adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan
yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan
manusia. Salah seorang ahli ilmu lingkungan, yaitu Otto Soemarwoto
mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah
environment. Selanjutnya dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup
merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atauorganisme dan
berpengaruh pada kehidupannya. Contoh, pada hewan seperti kucing,
segalasesuatu di sekeliling kucing dan berpengaruh pada keberlangsungan hidup
kucing tersebut maka itulah lingkungan hidupnya. Demikian pula pada suatu jenis
tumbuhan tertentu, misalnya pohon mangga atau padi di sawah, segala sesuatu
yang mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan tanaman tersebut itulah ling
kungan hidupnya.Menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, Undang-UndangNomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa lingkungan hidup merupakan kesatuan
ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Lingkungan seharusnya dapat dijaga kebersihan dan adanya pelestarian
yang dilakukan oleh masyarakat. Akan tetapi masyarakat masih melakukan
tindakan pencemaran lingkungan yang merugikan organisme sekitarnya, seperti

6
yang dikemukakan oleh Sastrawijaya, bahwa: Pencemaran lingkungan adalah
perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan, sebagian karena tindakan
manusia, disebabkan karena perubahan pola penggunaan energi dan materi,
tingkatan radiasi, bahan-bahan fisika dan kimia, dan jumlah organism ini dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia atau tidak langsung melalui air, hasil
pertanian, pertenakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi dialam
bebas (Sastrawidjaya, Tresna, 2000:53). Pencemaran lingkungan secara umum
meliputi pencemaran air, tanah, udara, suara yang berdampak baik terhadap
manusia, maupun lingkungan sekitarnya. Untuk dapat menangggulangi
pencemaran yang terjadi harus ada pemahaman sebab yang mendasari
pencemaran tersebut. Manusia dan lingkungan merupakan bagian dari unsur
lingkungan yang tidak dapat dipisahkan, karena manusia dan lingkungan memiliki
sifat saling ketergantungan. Pemahaman tentang lingkungan merupakan
pengetahuan yang terhubung dalam konsep-konsep atau fakta-fakta yang relevan
tentang organisme yang mempengaruhi kehidupan manusia dalam kehidupannya
seperti tanah, air, udara, tumbuhan, hewan, maupun manusia itu sendiri.
Pemahaman tentang lingkungan yang tertanam pada masyarakat akan
menimbulkan suatu perilaku /tindakan yang peduli terhadap lingkungan, karena
dengan pemahaman lingkungan, maka masyarakat akan lebih sadar akan
pentingnya lingkungan tempat nya berada.

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Dampak Adanya PT Freeport Di Indonesia Dari Segi Ekonomi,


Lingkungan Dan Sosial Budaya

A. Dampak adanya PT Freeport Di Indonesia dari segi Ekonomi

7
PT. Freeport Indonesia yang bergerak di bidang pertambangan
memberikan manfaat ekonomi langsung dan tidak langsung yang cukup besar
bagi pemerintah di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten, dan bagi
perekonomian Papua dan Indonesia secara keseluruhan. Manfaat langsung
termasuk kontribusinya suatu perusahaan kepada negara, mencakup pajak, royalti,
dividen, iuran dan dukungan langsung lainnya. Kami merupakan penyedia
lapangan kerja swasta terbesar di Papua, dan termasuk salah satu wajib pajak
terbesar di Indonesia.
Laba Freeport naik sekitar 16 persen pada kuartal keempat tahun lalu
menjadi USD 743 juta (Rp 7,2 triliun). Total pendapatan juga meningkat menjadi
USD 4,51 miliar dari USD 4,16 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.
Sedangkan menyangkut pengawasan atas kandungan mineral yang dihasilkan,
dalam kontrak Freeport tidak ada satu pun yang menyebut secara eksplisit bahwa
seluruh operasi dan fasilitas pemurnian dan peleburan harus seluruhnya dilakukan
di Indonesia dan dalam pengawasan Pemerintah Indonesia. Pasal 10 poin 4 dan 5
memang mengatur tentang operasi dan fasilitas peleburan dan pemurnian tersebut
yang secara implisit ditekankan perlunya untuk dilakukan di wilayah Indonesia,
tapi tidak secara tegas dan eksplisit bahwa hal tersebut seluruhnya (100%) harus
dilakukan atau berada di Indonesia. Hingga saat ini, hanya 29% saja dari produksi
konsentrat yang dimurnikan dan diolah di dalam negeri. Sisanya (71%) dikirim ke
luar negeri, di luar pengawasan langsung dari pemerintah Indonesia.
Di dalam Kontrak Freeport, tidak ada satu pasal pun yang secara eksplisit
mengatur bahwa pemerintah Indoensia dapat sewaktu-waktu mengakhiri Kontrak
Freeport. Pun jika Freeport dinilai melakukan pelanggaran-pelanggaran atau tidak
memenuhi kewajibannya sesuai dengan kontrak. Sebaliknya, pihak Freeport dapat
sewaktu-waktu mengakhiri kontrak tersebut jika mereka menilai pengusahaan
pertambangan di wilayah kontrak pertambangannya sudah tidak menguntungkan
lagi secara ekonomis.
Operasionalisasi PT. Freeport Indonesia di Mimika, Papua telah
menyumbang banyak kerugian bagi Papua secara khusus dan bagi Indonesia
secara umum. Kerugian tersebut diantaranya:

8
1. PT. Freeport Indonesia hanya mampu menambah pendapatan Pemerintah Pusat
sebesar US$ 3,4 Milyar (sampai dengan desember 2013) danPemerintah
daerah Papua sebesar US$ 7,7 Milyar (dalam bentuk infrastruktur)
Pendapatan yang diperoleh pemerintah terbilang tidak sebanding dengan
banyaknya sumber daya alam (berupa emas, perak, tembaga) Indonesia yang
di eksploitasi oleh PT. Freeport Indonesia dan juga biaya kerusakan dan
pencemaran lingkungan yang harus ditanggung oleh pemerintah di kemudian
hari.
2. PT. Freeport Indonesia hanya menyumbang devisa yang sangat kecil bagi
negara. Jika dibandingkan dengan pendapatan perusahaan selaku pengelola
sumber daya alam dan Negara Indonesia selaku pemilik sumber daya alam,
devisa yang diperoleh dari royalti, pajak, deviden dan retribusi dapat
dikatakan sangat kecil dan merugikan negara. Karena yang pertama, selama
masa Kontrak Karya I atau sekitar 30 tahun terhitung dari tahun 1967-1991
perusahaan tidak membayar royalti sedikitpun kepada Pemerintah Indonesia
dan pada Kontrak Karya II perusahaan baru membayar royalti. Royalti yang
diberikan pun terbilang amat sangat sedikithanya memperoleh 1% - 3,5% dari
100% untuk tembaga dan 1% flat fixed dari 100% untuk logam mulia seperti
emas dan perak. Royalti ini juga bergantung pada harga konsentrat tembaga,
serta berat kotor produk.Yang kedua,untuk pajak (pajak penghasilan juta dan
pajak lainnya) maupun deviden dan retribusi terbilang sangat kecil (semuanya
ini diklaim perusahaan mencapai US$ 15,2 Milyar sampai dengan desember
2013).
3. PT. Freeport Indonesia belum mampu meningkatkan taraf kesejahteraan
masyarakat asli Papua melalui penyerapan tenaga kerja. Menurut data
Freeport, perusahaan mampu menyediakan lapangan kerja dan mampu
menyerap tenaga kerja dengan mempekerjakan 12.000 karyawan langsung
dan 19.000 kontraktor. Namun, jika dilihat berdasarkan presentasenya hanya
beberapa persen saja masyarakat Papua asli yang terkena dampak langsung
dari operasional (Suku Kamoro) yang dapat bekerja di perusahaan

9
tersebut.Hal ini menjadikan demonstrasi atau protes sering kali disekitar oleh
perusahaan.

B. Dampak Adanya PT Freeport Di Indonesia Dari Segi Lingkungan


Beberapa kerusakan lingkungan yang diungkap oleh media dan LSM
adalah, Freeport telah mematikan 23.000 ha hutan di wilayah pengendapan tailing.
Merubah bentang alam karena erosi maupun sedimentasi. Meluapnya sungai
karena pendangkalan akibat endapan tailing. Freeport telah membuang tailing
dengan kategori limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya) melalui Sungai Ajkwa.
Limbah ini telah mencapai pesisir laut Arafura. Tailing yang dibuang Freeport ke
Sungai Ajkwa melampaui baku mutu total suspend solid (TSS) yang
diperbolehkan menurut hukum Indonesia. Limbah tailing Freeport mencemari
perairan di muara sungai Ajkwa dan mengontaminasi sejumlah besar jenis mahluk
hidup serta mengancam perairan dengan air asam tambang berjumlah besar.
Tailing yang dibuang Freeport merupakan bahan yang mampu menghasilkan
cairan asam berbahaya bagi kehidupan aquatik. Bahkan sejumlah spesies aquatik
sensitive di sungai Ajkwa telah punah akibat tailing Freeport. Menurut
perhitungan Greenomic Indonesia, biaya yang dibutuhkan untuk memulihkan
lingkungan yang rusak adalah Rp 67 trilyun.
Selain itu kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT. Freeport telah
menimbulkan dampak fisik, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tembaga yang dihamburkan dan pencemaran
Pengerukan dan pembuangan dilakukan tanpa pengolahan yang
bersifat penghamburan tembaga dan pencemaran lingkungan. Lebih dari 3
miliar ton tailing dan lebih dari empat miliar ton limbah batuan akan
dihasilkan dari operasi Freeport sampai penutupan pada tahun 2041. Secara
keseluruhan, Freeport-Rio Tinto menyia-nyiakan 53.000 ton tembaga per
tahun, yang dibuang ke sungai sebagai Air Asam Batuan (Acid Rock
Drainage, ARD) dalam bentuk buangan (leachate) dan tailing. Tingkat
pencemaran logam berat semacam ini sejuta kali lebih buruk dibanding

10
yang bisa dicapai oleh standar praktik pencegahan pencemaran industri
tambang.
2. Air Asam Batuan (Acid Rock Drainage)
Hampir semua limbah batuan dari tambang Grasberg berpotensi
membentuk asam. Limbah batuan ini dibuang ke sejumlah tempat di sekitar
Grasberg dan menghasilkan ARD dengan tingkat keasaman tinggi mencapai
rata-rata pH = 3. Kandungan tembaga pada batuan rata-rata 4.500 gram per
ton (g/t) dan eksperimen menunjukkan bahwa sekitar 80% tembaga ini akan
terbuang (leach) dalam beberapa tahun.
3. Tingkat racun tailing dan dampak terhadap perairan
Sebagian besar kehidupan air tawar telah hancur akibat pencemaran
dan perusakan habitat sepanjang daerah aliran sungai yang dimasuki tailing.
Total Padatan Tersuspensi (TSS) dari tailing secara langsung berbahaya
bagi insang dan telur ikan, serta organisme pemangsa, organisme yang
membutuhkan sinar matahari (photosynthetic), dan organisme yang
menyaring makanannya (filter feeding).
4. Logam berat pada tanaman dan satwa liar
Tailing Freeport mengandung tingkat racun logam selenium (Se),
timbal (Pb), arsenik (As), seng (Zn), mangan (Mn) dan tembaga (Cu) yang
secara signifikan lebih tinggi. Konsentrasi dari beberapa jenis logam
tersebut yang ditemukan dalam tailing melampaui acuan US EPA dan
pemerintah Australia dan juga ambang batas ilmiah phytotoxicity. Hal ini
menunjukkan kemungkinan timbulnya dampak racun pada pertumbuhan
tanaman.
5. Kontaminasi pada rantai makanan di muara
Logam dari tailing menyebabkan kontaminasi pada rantai makanan
di Muara Ajkwa. Daerah yang dimasuki tailing Freeport menunjukkan
kandungan logam berbahaya yang secara signifikan lebih tinggi dibanding
dengan muara-muara terdekat yang tak terkena dampak dan dijadikan acuan.
Logam berbahaya tersebut adalah tembaga, arsenik, mangan, timbal, perak
dan seng. Satwa liar di daerah hutan bakau terpapar logam berat karena

11
mereka makan tanaman dan hewan tak bertulang belakang yang menyerap
logam berat dari endapan tailing, terutama tembaga.
6. Gangguan ekologi
Adanya pengendapan tailing maka ekosistem yang berfungsi dan
beraneka ragam dengan ikan dan udang yang melimpah berbanding terbalik
dengan kenyataan bahwa bagian luar Muara Ajkwa, termasuk daerah pantai
Laut Arafura, mengalami penurunan jumlah hewan yang hidup dasar laut
(bottom-dwelling animals) sebesar 40% hingga 70%.
7. Dampak pada Taman Nasional Lorenz
Taman Nasional Lorenz yang terdaftar sebagai warisan dunia,
wilayahnya mengelilingi daerah konsesi Freeport. Untuk melayani
kepentingan tambang, luas taman nasional telah dikurangi. Kawasan pinus
pada situs Warisan Dunia ini terkena dampak air tanah yang sudah tercemar
buangan limbah batuan yang mengandung asam dan tembaga dari tailing
Freeport-Rio Tinto.

C. Dampak Adanya PT Freeport Di Indonesia Dari Segi Sosial dan Budaya


Pertambangan Freeport menimbulkan dampak sosial dan budaya. Hal ini
dapat dilihat dari sisi kependudukannya. Pemukiman penduduk semakin tersingkir
dan menjadi perkampungan kumuh di tengah-tengah kawasan Industri tambang
termegah di Asia. Dengan demikian perkembangan tambang di tengah-tengah
suku Amungme dan Kamoro ini bukannya mendatangkan kehidupan yang lebih
baik, melainkan semakin menyudutkan mereka menjadi kelompok marginal. Hal
ini semakin terdorong oleh semakin besarnya arus urbanisasi ke Mimika dari
daerah-daerah sekitarnya dan dari pulau lain di Indonesia. Dimana kehidupan
homogen dimasa lalu seketika menghadapi tantangan dari luar dengan hadirnya
berbagai suku dan bangsa yang masuk wilayah adat suku Amungme dan Kamoro.
Persoalan lain yang paling mendasar bagi masyarakat adat Amungme
maupun masyarakat adat Kamoro adalah perlunya pengakuan kepada mereka
sebagai Manusia di atas tanah mereka sendiri. Persoalan martabat manusia harus
dihargai oleh siapapun. Kalau martabat suku Amungme dan suku Kamoro

12
dihargai sebagai manusia, makapersolan PT. Freeport harus diselesaikan dengan
melibatkan kedua suku tersebut sebagai masyarakat adat pemilik sumber daya
alam tambang tersebut.
Meski di tanah leluhurnya terdapat tambang emas terbesar di dunia, orang
Papua khususnya mereka yang tinggal di Mimika, Paniai, dan Puncak Jaya pada
tahun hanya mendapat rangking Indeks Pembangunan Manusia ke 212 dari 300an
lebih kabupaten di Indonesia. Hampir 70% penduduknya tidak mendapatkan akses
terhadap air yang aman, dan 35.2% penduduknya tidak memiliki akses terhadap
fasilitas kesehatan. Selainitu, lebihdari 25% balita juga tetap memiliki potensi
kurang gizi.
Dampak lain dari kehadiran Freeport di Indonesia adalah terjadinya
berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), sebagai akibat protes
masyarakat terhadap Freeport yang terkesan tidak memperhatikan kesejahteraan
masyarakat Adat Suku Amungme dan Komoro yang disebut sebagai pemilik
tanah, emas, tembaga, hutan yang kemudian dikuasai oleh pihak perusahaan.
Dalam aksi protes, masyarakat selalu berhadapan dengan pihak aparat keamanan
(TNI/POLRI), yang bertugas mengamankan Perusahaan, maka terjadilah
pelanggaran Hak Asasi Manusia. Kasus pelanggaran HAM di wilayah
penambangan berlangsung cukup lama sejak hadirnya Freeport hingga kini.
Dari data BPS, Jumlah orang miskin di tiga kabupaten tersebut, mencapai
lebih dari 50% total penduduk. Artinya, pemerataan kesejahteraan tidak terjadi.
Meskipun pengangguran terbuka rendah, tetapi secara keseluruhan pendapatan
masyarakat setempat mengalami kesenjangan. Bisa jadi kesenjangan yang muncul
antara para pendatang dan penduduk asli yang tidak mampu bersaing di tanahnya
sendiri. Bisa jadi pula, angka presentase yang menunjukkan kemiskinan, seperti
akses terhadap air bersih, kurang gizi, akses terhadap sarana kesehatan
mengandung bias rasisme. Artinya, kemiskinan dihadapi oleh penduduk asli dan
bukan pendatang.

13
BAB 4. PENUTUP

4.1 . Kesimpulan
Freeport masuk ke Indonesia dengan fasilitas Presiden Soeharto dengan
membuat kontrak karya atau persetujuan pada tahun 1967 dengan perusahaan

14
Amerika Serikat untuk menggarap tambang emas yang berada di Papua. PT.
Freeport menimbulkan dampak yang sangat banyak bagi Indonesia. Selain
dampak terhadap lingkungan di sekitar area pertambangan PT Freeport, akibat
adanya pertambangan tersebut juga memiliki dampak bagi kehidupan sosial
budaya masyarakat sekitar serta akibat adanya kegiatan perrtambangan yang
dilakukan oleh PT Freeport berdampak besar bagi perekonomian Negara
Indonesia.

4.2 Saran
4.2.1 Saran bagi pemerintah, pemerintah daerah setempat seharusnya bertindak
lebih tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh PT Freeport
terhadap perjanjian yang sudah disepakati bersama. Terutama dalam
masalah pengelolaan limbah pertambangan yang selama ini mencemari
lingkungan sekitar Freeport dengan menghasilkan zat berbahaya bagi
manusia. Bagi pemerintah pusat untuk lebih tegas juga dalam
menghadapi masalah yang terkait dengan kontrak yang dilakukan
bersama Freeport tentang jangka waktu pengelolaan, agar tidak melulu
masyarakat Indonesia yang dirugikan atas perjanjian tersebut.
4.2.2 saran yang kedua bagi penyusun agar lebih memperbaiki susunan
maupun isi dari penyusunan makalah selanjutnya, lebih banyak mencari
dari referensi-referensi yang ada baik buku maupun jurnal terdahulu yang
terkait dengan judul makalah.

DAFTAR PUSTAKA

15
Ratih Hamsky. 2014. DAMPAK OPERASIONAL PT. FREEPORT PADA
KEHIDUPAN SUKU KAMORO. http://ejournal.hi.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2014/06/Ratih H PDF
(06-03-14-02-45-44).pdf (Diakses pada Minggu 20
Desember 2015, pukul 18:45)

Winda Prima Dewi. PERILAKU PEDULI LINGKUNGAN DITINJAU DARI


ASPEK PEMAHAMAN TENTANG LINGKUNGAN.
http://skripsippknunj.com/wp-
content/uploads/2013/02/JURNAL-Winda-Prima.pdf (Diakses
pada Minggu 20 Desember 2015, pukul 18:45)

https://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-
engels/1868/On-DKapital.pdf (Diakses pada Minggu 20
Desember 2015, pukul 18:45)

16

Anda mungkin juga menyukai