Anda di halaman 1dari 45

BAB I

LATAR BELAKANG

I.1 LATAR BELAKANG


Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional.
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Keberhasilan Pembangunan Kesehatan berperan penting dalam
meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
Untuk mencapai pembangunan di bidang kesehatan diselenggarakan berbagai upaya
secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Dan Puskesmas merupakan penanggung
jawab penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan pada jenjang
pertama.
Dalam era Globalisasi saat ini, banyak terjadi perubahan baik di bidang kesehatan
maupun di bidang teknologi. Perubahan-perubahan ini berdampak terhadap
perkembangan kesehatan di Indonesia. Hal ini merupakan tantangan bagi dunia kesehatan
untuk menghadapi hal tersebut.
Upaya-upaya kesehatan yang ada baik preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif
sebagai dasar dari sistem kesehatan harus terus dikembangkan sehingga derajat kesehatan
masyarakat yang lebih baik dapat lebih ditingkatkan. Diharapkan dengan penanganan
yang tepat maka visi dari Departemen Kesehatan yang disampaikan Menteri Kesehatan
yaitu Menuju Indonesia Sehat 2025 dapat segera tercapai.
Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga tidak ketinggalan dalam
mencanangkan visi daerah di bidang kesehatan yaitu Jakarta Sehat untuk semua. Untuk
mencapai visi tersebut Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
menetapkan syarat - syarat yang harus dicapai oleh jajarannya yaitu melalui Standard
Pelayanan Minimal (SPM) DKI Jakarta yang telah dibuat acuan dalam Surat Keputusan
Gubernur No. 12 Tahun 2007.
Puskesmas Kecamatan Pademangan sebagai salah satu unit pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan DKI Jakarta memiliki kewajiban untuk melaksanakan SK Gubernur tersebut
dengan menerapkan pola-pola pelayanan kesehatan baik secara Individu maupun
Kesehatan Masyarakat yang mengacu kepada SPM tersebut. Melalui Visi dan Misi yang
telah dicanangkan oleh Puskesmas Kecamatan Pademangan diharapkan pencapaian
tersebut dapat dilakukan secara optimal.
I.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Pademangan
I.1.1.1 Keadaan Geografis

1
Pada bulan Agustus 1966 di DKI Jakarta dibentuk beberapa Kota
Administrasi. Berbeda dengan kota otonom yang dilengkapi dengan DPRD
tingkat II, maka kota-kota administrasi di DKI Jakarta tidak memiliki DPRD
tingkat II yang mendampingi Walikota. Berdasarkan lembaran daerah No.
4/1966 ditetapkanlah lima wilayah kota administratif di DKI Jakarta, yaitu:
Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara,
yang dilengkapi dengan 22 Kecamatan dan 220 Kelurahan. Pembentukan
Kecamatan dan Kelurahan ini didasarkan pada azas teritorial dengan mengacu
pada jumlah penduduk yaitu 200.000 jiwa untuk Kecamatan, 30.000 jiwa untuk
Kelurahan perkotaan, dan 10.000 jiwa untuk Kelurahan pinggiran.
Wilayah kotamadya Jakarta Utara mempunyai luas 7.133,51 Ha, terdiri
dari luas lautan 6.979,4 Ha dan luas daratan 154,11 Ha. Daratan Jakarta Utara
membentang dari barat ke timur sepanjang kurang lebih 35 Km, menjorok ke
darat antara 4-10 Km, dengan kurang lebih 110 pulau yang ada di kepulauan
seribu. Ketinggian dari permukaan laut antara 0-20 meter dari tempat tertentu
ada yang di bawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawa
atau empang air payau. Wilayah Kotamadya Jakarta Utara merupakan pantai
beriklim panas, dengan suhu rata-rata 27C, curah hujan setiap tahun rata-rata
142,54 mm dengan maksimal curah hujan pada bulan September. Kondisi
wilayah yang merupakan wilayah pantai dan tempat bermuaranya Sembilan
sungai dan dua banjir kanal menyebabkan wilayah ini merupakan wilayah rawan
banjir, baik kiriman maupun banjir karena pasang air laut.
Secara geografis Wilayah Kecamatan Pademangan terdiri dari daerah
dataran rendah dengan ketinggian 0,75 meter dari permukaan laut, saat air laut
pasang ada beberapa daerah di wilayah kecamatan pademangan tergenang air
laut, terlebih pada musim hujan, suhu udara di wilayah kecamatan Pademangan
setiap tahunnya berkisar 27C. Bukan hanya itu wilayah Kecamatan
Pademangan merupakan muara dari 4 (empat) sungai yang cukup besar yaitu
Sungai Ciliwung (Gunung Sahari), Sungai Opak, Sungai Ciliwung (Kota),
Sungai Sunter dan Angkasa Pura.

2
Gambar 1.1 Peta Wilayah Jakarta Utara
Kecamatan Pademangan merupakan salah satu dari enam kecamatan
yang ada di wilayah Kotamadya Jakarta Utara. Kecamatan Pademangan secara
administrasi mempunyai luas wilayah 1.187 km2. Teritorial wilayah
Pademangan terdiri dari tiga kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Pademangan Timur
Berdasarkan data statistik wilayah Pademangan Timur memiliki luas
wilayah sebesar 370,2 Ha. Jumlah RT 145 dan pengurus RW 10. Kelurahan
Pademangan Timur memiliki jumlah penduduk kurang lebih 32.460 jiwa
dan jumlah KK kurang lebih 12.773 jiwa.
2. Kelurahan Pademangan Barat
Berdasarkan data statistik wilayah Pademangan Barat memiliki luas
wilayah sebesar 630,8 Ha. Jumlah RT 213 dan pengurus RW 16. Kelurahan
Pademangan Barat memiliki jumlah penduduk kurang lebih 90.112 jiwa dan
jumlah KK kurang lebih 25.998 jiwa.
3. Kelurahan Ancol
Berdasarkan data statistik wilayah Ancol memiliki luas wilayah
sebesar: 186 Ha. Jumlah RT 63 dan RW 7. Kelurahan Ancol memiliki
jumlah penduduk kurang lebih 40.285 jiwa dan jumlah KK kurang lebih
18.603 jiwa.

Batas wilayah Kecamatan Pademangan adalah sebagai berikut :


Utara : Laut Jawa, Teluk Jakarta

3
Timur : Sungai Tiram, Jembatan PLTU dan Kali Sunter,
Tanjung Priuk
Selatan : Rel KA. Pademangan-Kota dan Arteri Mangga
Dua,Sawah Besar danTamansari
Barat : Kali Opak Sepanjang Pelabuhan Sunda Kelapa
dan Gambir

Gambar 1.2 Peta Wilayah Kecamatan Pademangan

1.1.1.2 Keadaan Demografi


Wilayah Kecamatan Pademangan adalah wilayah padat penduduk yang
sangat heterogen. Menurut data Biro Pusat Statistik Jakarta Utara pada akhir tahun
2014, Kecamatan Pademangan mempunyai jumlah penduduk sebanyak 130.455
jiwa, dengan kepadatan penduduk 659,51 per km2. Kepadatan penduduk per
Kelurahan di wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan Tahun 2014.

4
Tabel 1.1 Data kepadatan penduduk di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Pademangan Tahun 2015
No. Kelurahan Luas wilayah Jumlah Penduduk
(Ha)
1 Pademangan Barat I 294,5 29.494
2 Pademangan Barat II 336,3 60.618
3 Pademangan Timur 370,2 32.460
4 Ancol 186 40.285
Jumlah 1.187 162.857
(Sumber : Laporan Bulanan Kecamatan Pademangan 2014)

Berdasarkan tabel 1.1. didapatkan bahwa data kepadatan penduduk di wilayah


Puskesmas Kecamatan Pademangan paling tinggi adalah Pademangan Barat.

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga (KK), Rukun Warga (RW), dan Rukun
Tetangga (RT) di wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan Tahun 2014
No. Kelurahan Luas wilayah Jumlah Penduduk
(Ha)
1 Pademangan Barat I 279,5 29.494
2 Pademangan Barat II 351,3 60.618
3 Pademangan Timur 370,2 32.460
4 Ancol 186 40.285
Jumlah 1.187 162.857
(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pademangan Tahun 2014)

Berdasarkan tabel 1.2. didapatkan bahwa data jumlah penduduk menurut KK, RT
dan RW terbanyak adalah Pademangan Barat.

Berikut merupakan data demografi Kecamatan Pademangan:


A. Data penduduk menurut Tingkat Pendidikan

5
Tabel 1.3 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Pademangan Tahun 2014
No Tingkat Pendidikan Jumlah
.
1 Tidak Sekolah 15.042
2 Tidak Tamat SD 15.043
3 Tamat SD 30.036
4 Tamat SLTP 34.903
5 Tamat SLTA 34.662
6 Tamat Akademi/PT 13.818
(Sumber: Buku Monografi Kecamatan Pademangan Periode Tahun 2014)

Berdasarkan tabel 1.4. didapatkan bahwa data penduduk menurut tingkat


pendidikan di wilayah Kecamatan Pademangan terbanyak adalah tamat
Akademi/Perguruan Tinggi.

B. Data Penduduk Menurut Kelamin dan Kelompok Umur

Tabel 1.4 Data Penduduk Menurut Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah
puskesmas kecamatan Pademangan Tahun 2014
NO UMUR LAKI LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 0- 4 Th 5.717 5.233 10.950
2 5-9 Th 7.259 6.479 13.738
3 10-14 Th 6.277 6.018 12.295
4 15-19 Th 6.363 5.912 12.275
5 20-24 Th 7.206 6.930 14.136
6 25-29 Th 9.259 8.944 18.203
7 30-34 Th 9.936 8.754 18.690
NO UMUR LAKI LAKI PEREMPUAN JUMLAH
8 35-39 Th 7.556 7.213 14.769
9 40-44 Th 7.375 5.875 13.250
10 45-49 Th 5.755 4.972 10.727
11 50 54 Th 4.502 4.011 8.513
12 55-59 Th 2.940 2.923 5.863
13 60-64 Th 2.043 1.984 4.027
14 65-69 Th 1.272 1.311 2.583
15 70- 74 Th 838 817 1.655
16 > 75 Th 596 587 1.183
JUMLAH 84.894 77.963 162.857

6
(Sumber : Laporan Bulanan Kecamatan Pademangan 2014)

Keterangan :
Berdasarkan tabel 1.4. didapatkan bahwa jumlah penduduk menurut golongan usia
di wilayah Kecamatan Pademangan, penduduk usia produktif (usia 15-65 tahun)
sebanyak 115.453 dan penduduk usia non produktif 46.404
Cakupan usia produktif (usia 15-65 thn) : 115.453 x 100 % = 70,80 %
162.857

Cakupan usia non produktif : 46.404 x 100 % = 28,49 %


162.857

Dependency ratio : 46.404 = 0,401


115.453

C. Data Sarana Kesehatan

Tabel 1.5 Sarana Kesehatan di Wilayah


Kecamatan Pademangan Tahun 2014

NO FASILITAS KESEHATAN JUMLAH

1 PUSKESMAS 5

2 POSYANDU 41

3 BALAI PENGOBATAN UMUM/ KLINIK 24 JAM 5

4 DOKTER UMUM PRAKTEK SWASTA 15

7
5 DOKTER GIGI PRAKTEK SWASTA 0

6 DOKTER PRAKTEK BERSAMA 5

7 RUMAH BERSALIN 1

8 APOTIK 11

9 DUKUN BERANAK 0

10 LABORATORIUM KLINIK 3

JUMLAH 86

(Sumber: Buku Monografi Kecamatan Pademangan Tahun 2014)

1.1.2 Gambaran Umum Puskesmas


1.1.2.1 Definisi
Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis dunia kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi
yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan
dan mempunyai misi sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya yakni satu atau sebagian wilayah kecamatan, mendorong
kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya,
memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakannya, memelihara dan meningkatkan kesehatan
perorangan, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya.
Seiring dengan semangat otonomi daerah maka puskesmas dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan
tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi
pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi
kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya,
kewenangan menetukan kegiatan yang termasuk public goods atau private
goods serta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi
puskesmas. Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada setiap

8
puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang
dimiliki namun puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang
menjadi kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komphrensif yang meliputi promtif (peningkatan
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitative
(pemulihan kesehatan). Tidak sebatas pada aspek kuratif dan rehabilatatif saja
seperti rumah sakit. Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang
sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi
dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam
sektor kesehatan yaitu terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan
menjadi paradigma sehat. Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi
perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara
lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif
dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan promotif tanpa
mengabaikan kuratif-rehabilitatif
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated)
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for
service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan komsutif menjadi
investasi
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan
bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah
(partnership)
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization)
menjadi otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.
1.1.2.2 Wilayah Kerja

9
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrakstruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah
tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh
walikota / bupati dengan saran teknis dari kepala dinas kesehatan kabupaten /
kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar
30.000 50.000 penduduk. Untuk jangkuan yang lebih luas dibantu oleh
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Puskesmas di kecamatan dengan
jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih merupakan puskesmas Pembina yang
berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai
fungsi koordinasi.

1.1.2.3 Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi:
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan )
3. Kuratif ( pengobatan )
4. Rehabilitatif ( pemulihan kesehatan )
Pelayanan tersebut ditunjukkan kepada semua penduduk tidak membedakan
jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.

1.1.2.4 Fungsi Puskesmas


Untuk mencapai Indonesia sehat 2015, Puskesmas harus menjalankan
fungsinya secara optimal. Adapun fungsi Puskesmas sebagai berikut :
1. Pusat penggerak pembanguan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah

10
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menerapkan, menyelenggarakan dan memantau progran kesehatan.
Pemberadayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya
sosisal budaya masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
puskesmas meliputi :
Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama


menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk
puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

Pelayanan kesehatan masyarakat


Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain
adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai
program kesehatan masyarakat lainnya.

11
Gambar 1.3 : Fungsi Puskesmas
(Sumber : Buku Profil Puskesmas Kecamatan Pademangan)

Untuk melaksanakan fungsinya, Puskesmas menjalankan beberapa proses.


Proses ini dilaksanakan dengan cara :

1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan


dalam rangka menolong dirinya sendiri
2. Memberikan petunjuk pada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan
tersebut tidak menimbulkan ketergantungan
4. Memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat
5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan
program Puskesmas

12
Setiap kegiatan yang dilakukan di puskesmas memerlukan evaluasi
untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu
dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas.

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang menilai


tatanan sekolah, tatanan tempat kerja dan tatanan tempat tempat umum
mempunyai indikator :
- Tersedianya air bersih
- Tersedianya jamban yang saniter
- Tersedianya larangan merokok
- Adanya dokter kecil untuk SD atau PMR untuk SLTP
2. Pusat pemberdayaan masyarakat, indikatornya :
- Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
- Tumbuh dan kembangnya LSM
- Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Kegiatan pada pusat pelayanan kesehatan strata pertama adalah:
- Promosi kesehatan masyarakat
- Kesehatan lingkungan
- KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak )
- KB ( Keluarga Berencana )
- Perbaikan gizi masyarakat
- P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )
- Pengobatan dasar

1.1.2.5 Peran Puskesmas


Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran
yang vital sebagai institusi pelaksana teknis dituntut memiliki kemampuan
managerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan
kebijakan daerah melalui system perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan
yang tersusun rapi serta system evaluasi dan pemantauan yang akurat.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung-jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.

13
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) dinas kesehatan
kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari
tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Pertanggung jawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas
kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab
hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas, dengan memperhatikan kebutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing masing puskesmas tersebut secara
operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.

1.1.2.6 Visi Puskesmas


Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan prima yang berorientasi pada
kepuasan pelanggan sesuai dengan Standart International menuju Indonesia
Sehat.

1.1.2.7 Misi Puskesmas


1. Memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan promotif,
preventif,kuratif dan rehabilitatif.

14
2. Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional dan
berkualitas.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan program sesuai dengan standart
mutu.
4. Mengembangkan system manajemen Puskesmas.
5. Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.
6. Mengembangkaan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan.

1.1.2.8 Upaya Kesehatan Wajib Masyarakat


Upaya kesahatan wajib masyarakat adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya
ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut antara lain:
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. KIA ( Kesehatan ibu dan anak )
4. KB ( Keluarga Berencana )
5. Perbaikan gizi masyarakat
6. P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )
7. Pengobatan Dasar
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan
masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan
kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya.

Tabel 1.6 Program Kesehatan Wajib yang dilakukan di Puskesmas

Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator


Promosi kesehatan Promosi hidup bersih dan sehat Tatanan sehat
Perbaikan perilaku sehat
Kesehatan Lingkungan Penyehatan pemukiman Pembinaan kesehatan lingkungan di
tempat-tempat umum (TPM).
Program kesehatan kerja indrustri.
Program kesehatan Lingkungan
pemukiman (PKLP).

15
Kesehatan ibu dan anak ANC Cakupan K1, K4
Pertolongan persalinan Cakupan Linakes
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi Cakupan Imunisasi
Keluarga Berencana Pelayanan Keluarga Berencana Cakupan MKET
Pemberantasan penyakit Diare Cakupan kasus diare
ISPA Cakupan kasus ISPA
menular
Malaria Cakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisasi
Tuberkulosis Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator
Gizi Distribusi vit A/ Fe / cap yodium Cakupan vit A /Fe / cap yodium
PSG % gizi kurang / buruk, SKDN
Promosi Kesehatan % kadar gizi
Pengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan
UGD Jumlah kasus yang ditangani
Laboratorium sederhana Jumlah pemeriksaan

( Sumber : Trihono.2005.Manajemen Kesehatan , Arrimes,ed.)

Di samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas


seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk
melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat (contoh :
Pekan Imunisasi Nasional). Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan
maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama dengan
Pemerintah Daerah.
Sedangkan upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya
yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas
yang telah ada, yakni :
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Public Health Nursing/PHN)
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi dan mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Usia lanjut

16
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
10. Upaya Kesehatan Remaja
11. Dana Sehat
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah
dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas


bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti
target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.
Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini
dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya
kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan
oleh dinas kabupaten/kota. Apabila puskesmas belum mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan, padahal telah menjadi
kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggungjawab
dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota
perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.
Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di
Puskesmas Kecamatan Pademangan tahun 2014 adalah :
A. Upaya Kesehatan Dasar
1. Upaya Promosi Kesehatan
2. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
3. Upaya Keluarga Berencana
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
5. Upaya Kesehatan Lingkungan
6. Upaya Pengendalian Penyakit Menular
7. Upaya Pengobatan
B. Upaya Kesehatan Pengembangan
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
3. Upaya Kesehatan Jiwa
4. Upaya Kesehatan Mata
5. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
6. Upaya Kesehatan Remaja

17
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaran
puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya yakni satu atau sebagian
wilayah kecamatan. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata
dan terjangkau di wilayah kerjanya.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,
agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas.
Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang
harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat
antara lain :
a. KIA : Posyandu, Polindes (Pondok Bersalin Desa), Bina Keluarga Balita
(BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

18
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Pokestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan jiwa Masyarakat (TPKJM)
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra)
3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan
secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang
menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program
antara lain :

- Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : Keterpaduan KIA dengan


P2M, gizi, promosi kesehatan & pengobatan.
- UKS : Keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi
kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja
dan kesehatan jiwa.
- Puskesmas keliling : Keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, Gizi,
promosi kesehatan, & Kesehatan gigi.
- Posyandu : Keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, Kesehatan jiwa
& promosi kesehatan.
b. Keterpaduan Lintas Sektor.
Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan
program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral
antara lain :

- UKS : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala


desa, pendidikan & agama.

19
- Promosi Kesehatan : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama & pertanian.
- KIA : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK (Pusat
Kesejahteraan Keluarga) & PLKB (Petugas Lapangan Keluarga
Berencana).
- Perbaikan Gizi : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia
usaha & organisasi kemsyarakatan.
- Kesehatan Kerja : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja & dunia usaha.
-
4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan
yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan
langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan.
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah
kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkanefisiensi, maka
penyelenggaraan setiap program puskesmas harus ditopang oleh azas
rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara
horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Kesehatan Perorangan (Medis)
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu
penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun
horizontal). Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :

- Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan


medis (contoh : operasi) dan lain-lain.

20
- Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
- Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan
atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan Masyarakat (Kesehatan)
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa,
pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan
masyarakat juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah
menjadi kebutuhan masyarakat.
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah
kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas
kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
- Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat
audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan
pakaian.
- Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan
kesehatan karena bencana alam.
- Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan
atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila
puskesmas tidak mampu.

Secara skematis pelaksanaan azas rujukan dapat digambarkan sebagai berikut:

21
Gambar 1.4:
Sistem Rujukan
Puskesmas
(Sumber : Buku ARRIMES
Manajemen
Puskesmas)
1.1.3. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Masalah kesehatan ibu di Indonesia masih memprihatinkan dimana Angka


Kematian Ibu (AKI) masih tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
tersebut masih jauh dari target Millineum Development Goals (MDGS) untuk tahun
2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2007).

Penyebab kematian ibu tersebut sebagian besar karena perdarahan, toksemia


gravidarum dan infeksi, sedangkan faktor yang dianggap melatarbelakangi kematian
ibu adalah 3 jenis keterlambatan (3T) yaitu Terlambat dalam mengenali tanda bahaya
dan mengambilkeputusan merujuk, Terlambat untuk mencapai fasilitas kesehatan dan
Terlambat memperoleh pertolongan yang memadai difasilitas kesehatan
(DepkesRI,2005).

Tujuan Program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui


peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk
menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya ( Depkes RI,
2001).

Untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan dilakukan evaluasi. Salah


satu tujuan dari evaluasi Program KIA adalah untuk memantauperkembangan
pelayanan KIA di tempat pelayanan. Evaluasi hasilprogram KIA di Puskesmas
dilakukan berdasarkan laporan bulanan KIA, kelahiran dan kematian per desa,
penemuan kasus BBLR per desa, penemuan kasus tetanus neonatorum per desa,

22
kematian ibu, register kematian perinatal (0 - 7) hari, rekapitulasi pelacakan
kematian neonatal, Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA indikator ibu,
PWS KIA indikator anak serta laporan bulanan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) KIA. Laporan bulanan KIA untuk memantau kegiatan kesehatan ibu dan
bayi disuatu wilayah Puskesmas, Laporan kelahiran dan kematian perdesa
untuk memantau perkembangan kelahiran dan kematian neonatal dimasing-
masing desa dalam suatu wilayah. Laporan penemuan kasus BBLR dan laporan
penemuan kasus tetanus neonatorum perdesa digunakan memantau kasus BBLR
dan tetanus neonatorum di wilayah desa (Depkes RI, 2001).

Sasaran program ini yaitu ibu hamil (bumil), ibu bersalin (bulin), neonatal dan
balita. Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian Ibu serta
peningkatan derajat kesehatan Ibu dalam pembangunan kesehatan. Untuk anak-anak,
program ini bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan anak dan meningkatkan
derajat kesehatan (Depkes RI,2001).
Pemantapan pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan (Depkes RI, 2001):
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar dan menjangkau seluruh
sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kebidanan.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi atau komplikasi oleh tenaga kesehatan
dan masyarakat.
4. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
5. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas degan mutu sesuai standar dan
menjangkau seluruh sasaran.

Kegiatan program KIA:


a. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan dalamStandar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal
sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang
ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

23
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. Pemeriksaan laboratorium
rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah
puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-
risiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis,
kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap
apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan
pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,
dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :

-Minimal 1 kali pada triwulan pertama.

-Minimal 1 kali pada triwulan kedua.

-Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan


kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan
komplikasi. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan antenatal
kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

b. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih
terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong
oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada
prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.

24
c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini
komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan
meningkatkan cakupan KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :
- Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan.
- Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28
setelah persalinan.
- Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42
setelah persalinan.

Pelayanan yang diberikan adalah :

a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.


b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera setelah
melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama.
f. Pelayanan KB pasca salin adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu yang mulai
menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan (sampai dengan 42 hari
sesudah melahirkan).

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas adalah : dokter
spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat

d. Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama
periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui
kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 48 Jam setelah lahir.

25
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan
hari ke 7 setelah lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan
hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap


pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah
kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di
fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24
jam pertama.

Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan


melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan
pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam
keadaan sehat, yang meliputi :

1. Pemeriksaan dan Perawatan Bayi Baru Lahir


- Perawatan Tali Pusat
- Melaksanakan ASI Eksklusif
- Memastikan bayi telah diberi injeksi vitamin KI
- Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotik
- Pemberian imunisasi Hepatitis B-0

2. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM


o Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,ikterus, diare,
berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
o Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada waktu perawatan
bayi baru lahir
o Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah
dengan menggunakan Buku KIA
o Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
e. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonates oleh
tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan.
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal , tetapi tetap mempunyai risiko
untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat

26
sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan
bayi yang dilahirkannya. Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau
penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini
sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus
Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
8. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital
9. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstraksivakum/ forseps.
10. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi masa nifas,
psikosis post partum (post partum blues).
11. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
12. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
13. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
14. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih
dari 32 minggu.

Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 12 kg selama masa
kehamilan

Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :

1. Ketuban pecah dini.


2. Perdarahan pervaginam
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140 mmHg,
diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre- tibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, sepsis.
6. Distosia: persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.

27
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat
di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya deteksi faktor risiko padaibu
baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah kematian dan kesakitan ibu.

Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil
yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada neonatus.
Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala
sebagai berikut :

1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua


2. Riwayat Kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustul Kulit
9. Nanah banyak di mata
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.

Komplikasi pada neonatus antara lain :

1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2. Asfiksia
3. Infeksi Bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll

f. Penanganan Komplikasi Kebidanan


Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi
kebidanan untuk mendapat penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu

28
hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus
ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan
ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka
diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan
obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari polindes/poskesdes,
puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam. Pelayanan medis yang
dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED meliputi :
1. Pelayanan obstetri :
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi dan
eklampsi)
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/macet.
e. Penanganan abortus.
f. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.

2. Pelayanan neonatus :
a. Pencegahan dan penanganan asfiksia.
b. Pencegahan dan penanganan hipotermia.
c. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan
sedang .
e. Pencegahan dan penanganan minimum.

g. Pelayanan Neonatus dengan komplikasi


Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus dengan penyakit
dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian oleh
dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin
dan rumah sakit pemerintah/swasta.
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi neonatal.
Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak perubahan yang terjadi
pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di
luar rahim. Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk, sehingga
bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian bayi sebagian besar
terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas penanganan
komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas mampu PONED dengan
target setiap kabupaten/kota harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu

29
PONED. Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan
serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil,
bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang
datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan
melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU Kabupaten/Kota
mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK)
yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan
emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level II serta
transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka kasus
kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal sehingga dapat
mengurangi kematian ibu dan neonatus.

h. Pelayanan Kesehatan Bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan
oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai
dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan.
2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 - 5 bulan.
3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 - 8 bulan.
4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 - 11 bulan.

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan


kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi sehingga
cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan
stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan
kesehatan terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :

1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak)
sebelum bayi berusia 1 tahun.
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda tanda sakit
dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.
5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

i. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

30
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang
pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-
dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang
intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk
mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya
deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat
penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang
lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan mengacu
pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan
perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang
peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan suatu
negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi
sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan
menerapkanManajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),di tingkat pelayanan kesehatan
dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi
Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan
kombinasi dari keadaan tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen
Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak
tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat.
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku
KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita
setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2
bulan berturut- turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk
ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali
dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik
kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun

31
(setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan
kesehatan) maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.

Puskesmas Kecamatan Penjaringan merupakan salah satu Puskesmas yang


memasukkan kesehatan ibu dan anak ke dalam program wajib puskesmas dan melaksanakan
kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif masalah kesehatan gizi yang terdapat di
wilayah kerjanya.

Program KIA di Puskesmas Pademangan tahun 2015 meliputi :

a. Program K1
b. Program K4
c. Penanganan komplikasi ibu hamil
d. Program persalinan tenaga kesehatan
e. Program kunjungan nifas
f. Program kunjungan neonatal pertama (KN1)
g. Program kunjungan neonatus lengkap (KN)
h. Program komplikasi neonatus
i. Program kunjungan bayi
j. Program kunjungan balita
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan program KIA maka perlu ditetapkan
indikator atau parameter objektif yang dapat di pahami dan diterima oleh semua pihak.
Dengan menggunakan indikator tersebut di harapkan dapat diketahui keberhasilan kegiatan
surveilans KIA, dan dapat pula digunakan untuk membandingkan keberhasilan kegiatan
program KIA antar wilayah.

A. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal merupakan
upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, sekaligus upaya menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian ibu. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas
indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (Depkes RI, 2009).
Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil
sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi
ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan kepercayaan dengan ibu,

32
mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan
memberikan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2009).

B. Standar Pelayanan Antenatal


Unsur penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
ada lah memberikan pelayanan dan pemeliharaan kesehatan sewaktu hamil secara
memadai dan sesuai standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal sesuai standar
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi (Depkes RI, 2009).
Secara operasionalnya menentukan pelayanan antenatal dengan standar
pelayanan, antara lain (Depkes RI, 2009):
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Ukur tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Ukur tinggi fundus uteri
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid(TT)
7. Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi serta KB pasca persalinan.

C. Kunjungan Ibu Hamil


Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan
disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau
sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau
posyandu (Depkes RI, 2005).

Kunjungan ibu hamil dilakuka n secara berkala yang dibagi dalam beberapa
tahap, seperti (Depkes RI, 2009):
1. Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I, di mana usia
kehamilan 1 sampai 12 minggu.

33
Adapun cakupan K1 di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Pademangan
Periode Januari Agustus 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.7 Cakupan K1 di Wilayah Puskesmas Pademangan


Periode Januari Agustus 2015
No Puskesmas Jumlah Jumlah K1 Cakupa Target
. Ibu n
Hamil

1 Kecamatan Pademangan 841 483 57,4 % 66,7 %


2 Kelurahan Pademangan 484 348 71,9 % 66,7 %
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 1017 673 66,1% 66,7 %
Barat II
4 Kelurahan Ancol 607 507 83,5% 66,7 %

Total 2949 2011 69,7% 66,7 %

2. Kunjungan ibu hamil (K4)


K4 adalah kunjungan ibu hamil yang paling sedikit 4 kali atau lebih mendapat
pelayanan antenatal sesuai standar oleh tenaga kesehatan pada masa kehamilan
triwulan ketiga di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dengan pola satu kali
pada trimester pertama dan kedua serta dua kali pada trimester ketiga.
Adapun cakupan K4 di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Pademangan
Periode Januari Agustus 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.8 Cakupan K4 di Wilayah Puskesmas Pademangan


Periode Januari Agustus 2015
No Puskesmas Jumlah Jumlah K1 Cakupa Target
. Ibu n
Hamil

1 Kecamatan Pademangan 841 448 53.2% 64%


2 Kelurahan Pademangan 484 367 75.8% 64%

34
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 1017 648 63.7% 64%
Barat II
4 Kelurahan Ancol 607 363 59.8% 64%

Total 2949 1826 48.4% 64%

3. Penanganan komplikasi ibu hamil


Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif
adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan
setiap kasus komplikasi kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada ibu hamil bersalin
dan nifas dengan komplikasi.
Adapun cakupan program penanganan komplikasi ibu hamil di Wilayah
Puskesmas Sekecamatan Pademangan Periode Januari Agustus 2015 adalah sebagai
berikut :

Tabel 1.9 Cakupan Program Penanganan Komplikasi Ibu Hamil Wilayah Puskesmas
Kecamatan Pademangan Januari Agustus 2015

No Puskesmas Jumlah Jumlah Ibu Cakupa Target


. Ibu Resti Melahirkan n
Dengan
Komplikasi

1 Kecamatan Pademangan 137 113 82.4% 60 %


2 Kelurahan Pademangan 72 58 80.5% 60 %

35
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 112 101 99.1% 60 %
Barat II
4 Kelurahan Ancol 103 100 97% 60 %

Total 424 389 89.7% 60 %

4. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan


Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka penurunan AKI, seperti program
Making Pregnancy Safer (MPS), yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang
adekuat serta setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Depkes RI,
2005).
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih merupakan salah satu
cara paling efektif dalam upaya menurunkan kematian ibu, oleh karena itu sasaran
dari pembangunan kesehatan salah satunya adalah meningkatnya secara bermakna
jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri dan melahirkan ditolong oleh tenaga
kesehatan (Bappenas, 2007).
Adapun cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Wilayah Puskesmas
Sekecamatan Pademangan Periode Januari Agustus 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.10 Cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan di Wilayah Puskesmas


Pademangan Periode Januari Agustus 2015
No Puskesmas Jumlah Ibu Jumlah Ibu Cakupan Target
. Melahirkan Melahirkan
Yang
Ditolong
Nakes

1 Kecamatan Pademangan 803 564 70.2% 63,3 %


2 Kelurahan Pademangan 462 353 76.4% 63,3 %
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 970 619 63.8% 63,3 %

36
Barat II
4 Kelurahan Ancol 580 405 69.8% 63,3 %

Total 2815 1831 66.4% 63,3 %

5. Program kunjungan nifas


Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam s/d
hari ke-3 (KF1), hari ke-4 s/d hari ke-28 (KF2) dan hari ke-29 s/d hari ke-42 (KF3)
setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap
(memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan serta untuk
menjaring KB Pasca Persalinan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu nifas, Keluarga Berencana di samping menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.

Adapun cakupan program kunjungan nifas di Wilayah Puskesmas


Sekecamatan Pademangan Periode Januari Agustus 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 1.11 Cakupan Program Kunjungan Nifas Wilayah Puskesmas Kecamatan


Pademangan Januari Agustus 2015

No Puskesmas Jumlah Jumlah Ibu Cakupa Target


. Ibu Nifas Nifas Yang n
Datang Ke
Nakes

1 Kecamatan Pademangan 803 332 41.3% 63,3 %


2 Kelurahan Pademangan 462 243 52.5% 63,3 %
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 970 489 50.4% 63,3 %
Barat II
4 Kelurahan Ancol 580 357 61.5% 63,3 %

37
Total 2815 1831 51.4% 63,3 %

6. Program kunjungan neonatal pertama (KN1)


Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6
- 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan
indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.

Tabel 1.12. Cakupan Program Kunjungan Neonatal Pertama Wilayah Puskesmas


Kecamatan Pademangan Januari Agustus 2015

No Puskesmas Jumlah Jumlah Bayi Cakupa Target


. Bayi Baru Lahir Yang n
Baru Mendapatkan
Lahir Pelayanan
Kesehatan
Pertama

1 Kecamatan Pademangan 454 454 100% 63,3 %


2 Kelurahan Pademangan 356 356 100% 63,3 %
Barat I

No Puskesmas Jumlah Jumlah Bayi Cakupa Target


. Bayi Baru Lahir Yang n
Baru Mendapatkan
Lahir Pelayanan
Kesehatan
Pertama

3 Kelurahan Pademangan 619 619 100% 63,3 %


Barat II
4 Kelurahan Ancol 405 405 100% 63,3 %

Total 1834 1834 100% 63,3 %

7. Program kunjungan neonatus lengkap (KN)


Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar paling
sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 48 jam, 1 kali pada hari ke 3
hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan
kualitas pelayanan kesehatan neonatal.

38
Tabel 1.13 Cakupan Program Kunjungan Neonatus Lengkap Wilayah Puskesmas
Kecamatan Pademangan Januari Agustus 2015

No Puskesmas Jumlah Jumlah Bayi Cakupa Target


. Bayi Baru Lahir n
Baru Yang
Lahir Mendapatkan
Pelayanan
Kesehatan
Pertama

1 Kecamatan Pademangan 454 440 96.9% 63,3 %


2 Kelurahan Pademangan 356 346 97.1% 63,3 %
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 619 554 89.4% 63,3 %
Barat II
4 Kelurahan Ancol 405 400 98.7% 63,3 %

Total 1834 1740 95.5% 63,3 %

8. Program komplikasi neonatus


Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif
oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah
pemberian tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang
pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang
ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau
mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan dalam
menangani kasus kasus kegawatdaruratan neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti
sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.

Tabel 1.14 Cakupan Program Komplikasi Neonatus Wilayah Puskesmas Kecamatan


Pademangan Januari Agustus 2015

No Puskesmas Jumlah Jumlah Cakupan Target


. Bayi Neonatus
Resti Dengan

39
Komplikasi

1 Kecamatan Pademangan 791 66 8.3% 53,3 %


2 Kelurahan Pademangan 454 34 7.5% 53,3 %
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 865 71 8.2% 53,3 %
Barat II
4 Kelurahan Ancol 571 10 1.7% 53,3 %

Total 2681 181 6.4% 53,3 %

9. Program kunjungan bayi


Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali
yaitu 1 kali pada umur 29 hari 2 bulan, 1 kali pada umur 3 5 bulan, dan satu kali
pada umur 6 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 11 bulan sesuai standar di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan
kualitas pelayanan kesehatan bayi.

Tabel 1.15 Cakupan Program Kunjungan Bayi Wilayah Puskesmas Kecamatan


Pademangan Januari Agustus 2015

No Puskesmas Jumlah Jumlah Bayi Cakupan Target


. Bayi Yang
Mendapatkan
Pelayanan
Paripurna

1 Kecamatan Pademangan 1015 447 44.0% 60 %


2 Kelurahan Pademangan 583 349 59.8% 60 %

40
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 945 554 58.6% 60 %
Barat II
4 Kelurahan Ancol 733 400 54.5% 60 %

Total 3276 1960 54.2% 60 %

10. Program kunjungan balita


Adalah cakupan anak balita (12 - 59 bulan) yang memperoleh pelayanan
sesuai standar, meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun,
pemantauan perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x
setahun.

Tabel 1.16 Cakupan Program Kunjungan Balita Wilayah Puskesmas Kecamatan


Pademangan Januari Agustus 2015

No Puskesmas Jumlah Jumlah Cakupan Target


. Balita Balita Yang
Mendapatkan
Pelayanan
Kesehatan

1 Kecamatan Pademangan 4439 2227 50.1% 60 %


2 Kelurahan Pademangan 1326 889 67.0% 60 %
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 2250 1665 74.0% 60 %
Barat II
4 Kelurahan Ancol 3207 1624 48.9% 60 %

Total 11522 6405 60% 60 %

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Dari berbagai hasil pencapaian program KIA yang dievaluasi di Puskesmas


Kecamatan Pademangan Periode Januari Agustus 2015, program - program yang tidak

41
memenuhi standar yaitu kurang atau lebih dari target selanjutnya akan dilakukan evaluasi.
Program dievaluasi karena adanya masalah pada program tersebut yaitu belum mencapai atau
melampaui target yang sudah ditetapkan. Adapun identifikasi masalah yang didapatkan antara
lain:

1. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan


Pademangan Timur sebesar 57.4%.
2. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat I sebesar 71.9%.
3. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat II sebesar 66.1%.
4. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan Ancol
sebesar 83.5%
5. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Pademangan Timur sebesar 53.2 %.
6. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat I sebesar 75.8%.
7. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat II sebesar 63.7%.
8. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan Ancol
sebesar 59.8%.
9. Cakupan Program Komplikasi Kebidanan (PK) pada ibu hamil di
Puskesmas se-Kecamatan Pademangan sebesar 89.7 %.
10. Cakupan Program Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Pn) pada ibu bersalin di Puskesmas
se-Kecamatan Pademangan sebesar 66.4%.
11. Cakupan Program Kunjungan Nifas Oleh Tenaga Kesehatan (KF3) pada ibu nifas di
Puskesmas se-Kecamatan Pademangan sebesar 51.4%.
12. Cakupan Program Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) pada bayi baru lahir di Puskesmas
se-Kecamatan Pademangan sebesar 100%.
13. Cakupan Program Kunjungan Neonatal Lengkap (KN) pada bayi baru lahir di Puskesmas
se-Kecamatan Pademangan sebesar 95.5%.
14. Cakupan Program Komplikasi Neonatus pada Bayi Baru Lahir dengan Risiko Tinggi di
Puskesmas se-Kecamatan Pademangan sebesar 6,4 %.
15. Cakupan Program Kunjungan Bayi pada bayi di Puskesmas se-Kecamatan Pademangan
sebesar 54,2 %.
16. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas Kecamatan Pademangan
sebesar 50.1%.
17. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas Kelurahan Pademangan
Barat I sebesar 67%.

42
18. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas Kelurahan Pademangan
Barat II sebesar 74%.
19. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas Kelurahan Ancol sebesar
48.9%.

43
1.3 RUMUSAN MASALAH
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program KIA di Puskesmas
Kecamatan Penjaringan maka dengan cara menghitung dan membandingkan nilai
kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi
(observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan.
Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik
sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah meliputi 4 W 1 H
(What, Where, When, Whose, How much). Rumusan masalah dari Program KIA di
puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Pademangan Timur periode Januari-Agustus 2015 sebesar 57.4%
kurang dari target sebesar 66.7%.
2. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat I periode Januari-Agustus 2015 sebesar 71.9%
lebih dari target sebesar 66.7%.
3. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat II periode Januari-Agustus 2015 sebesar 66.1%
kurang dari target 66.7.
4. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan Ancol
periode Januari-Agustus 2015 sebesar 83.5% lebih dari target 66.7%.
5. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Pademangan Timur periode Januari-Agustus 2015 sebesar 53.2 %
kurang dari target 64%.
6. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat I periode Januari-Agustus 2015 sebesar 75.8%
lebih dari target 64%.
7. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat II periode Januari-Agustus 2015 sebesar 63.7%
kurang dari taget 64%.
8. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan Ancol
periode Januari-Agustus 2015 sebesar 59.8% kurang dari target 64%.
9. Cakupan Program Komplikasi Kebidanan (PK) pada ibu hamil di
Puskesmas se-Kecamatan Pademangan sebesar 89.7 % lebih dari target
60%.
10. Cakupan Program Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Pn) pada ibu
bersalin di Puskesmas se-Kecamatan Pademangan periode Januari-
Agustus 2015 sebesar 66.4% lebih dari target sebesar 66.4%.

44
11. Cakupan Program Kunjungan Nifas Oleh Tenaga Kesehatan (KF3)
pada ibu nifas di Puskesmas se-Kecamatan Pademangan periode
Januari-Agustus 2015 sebesar 51.4% kurang dari target sebesar
63.3%.
12. Cakupan Program Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) pada bayi baru
lahir di Puskesmas se-Kecamatan Pademangan periode Januari-
Agustus 2015 sebesar 100% lebih dari target sebesar 63.3%.
13. Cakupan Program Kunjungan Neonatal Lengkap (KN) pada bayi baru
lahir di Puskesmas se-Kecamatan Pademangan periode Januari-
Agustus 2015 sebesar 95.5% lebih dari target sebesar 95.5%.
14. Cakupan Program Komplikasi Neonatus pada Bayi Baru Lahir dengan
Risiko Tinggi di Puskesmas se-Kecamatan Pademangan periode
Januari-Agustus 2015 sebesar 6,4 % kurang dari target sebesar 53.3%.
15. Cakupan Program Kunjungan Bayi pada bayi di Puskesmas se-
Kecamatan Pademangan periode Januari-Agustus 2015 sebesar 54,2 %
kurang dari target 60%
16. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas
Kecamatan Pademangan periode Januari-Agustus 2015 sebesar 50.1%
kurang dari target sebesar 60%
17. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat I periode Januari-Agustus 2015 sebesar
67% lebih dari target sebesar 60%
18. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat II periode Januari-Agustus 2015 sebesar
74% lebih dari target sebesar 60%
19. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas
Kelurahan Ancol periode Januari-Agustus 2015 sebesar 48.9% kurang
dari target sebesar 60%.

45

Anda mungkin juga menyukai