LATAR BELAKANG
1
Pada bulan Agustus 1966 di DKI Jakarta dibentuk beberapa Kota
Administrasi. Berbeda dengan kota otonom yang dilengkapi dengan DPRD
tingkat II, maka kota-kota administrasi di DKI Jakarta tidak memiliki DPRD
tingkat II yang mendampingi Walikota. Berdasarkan lembaran daerah No.
4/1966 ditetapkanlah lima wilayah kota administratif di DKI Jakarta, yaitu:
Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara,
yang dilengkapi dengan 22 Kecamatan dan 220 Kelurahan. Pembentukan
Kecamatan dan Kelurahan ini didasarkan pada azas teritorial dengan mengacu
pada jumlah penduduk yaitu 200.000 jiwa untuk Kecamatan, 30.000 jiwa untuk
Kelurahan perkotaan, dan 10.000 jiwa untuk Kelurahan pinggiran.
Wilayah kotamadya Jakarta Utara mempunyai luas 7.133,51 Ha, terdiri
dari luas lautan 6.979,4 Ha dan luas daratan 154,11 Ha. Daratan Jakarta Utara
membentang dari barat ke timur sepanjang kurang lebih 35 Km, menjorok ke
darat antara 4-10 Km, dengan kurang lebih 110 pulau yang ada di kepulauan
seribu. Ketinggian dari permukaan laut antara 0-20 meter dari tempat tertentu
ada yang di bawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawa
atau empang air payau. Wilayah Kotamadya Jakarta Utara merupakan pantai
beriklim panas, dengan suhu rata-rata 27C, curah hujan setiap tahun rata-rata
142,54 mm dengan maksimal curah hujan pada bulan September. Kondisi
wilayah yang merupakan wilayah pantai dan tempat bermuaranya Sembilan
sungai dan dua banjir kanal menyebabkan wilayah ini merupakan wilayah rawan
banjir, baik kiriman maupun banjir karena pasang air laut.
Secara geografis Wilayah Kecamatan Pademangan terdiri dari daerah
dataran rendah dengan ketinggian 0,75 meter dari permukaan laut, saat air laut
pasang ada beberapa daerah di wilayah kecamatan pademangan tergenang air
laut, terlebih pada musim hujan, suhu udara di wilayah kecamatan Pademangan
setiap tahunnya berkisar 27C. Bukan hanya itu wilayah Kecamatan
Pademangan merupakan muara dari 4 (empat) sungai yang cukup besar yaitu
Sungai Ciliwung (Gunung Sahari), Sungai Opak, Sungai Ciliwung (Kota),
Sungai Sunter dan Angkasa Pura.
2
Gambar 1.1 Peta Wilayah Jakarta Utara
Kecamatan Pademangan merupakan salah satu dari enam kecamatan
yang ada di wilayah Kotamadya Jakarta Utara. Kecamatan Pademangan secara
administrasi mempunyai luas wilayah 1.187 km2. Teritorial wilayah
Pademangan terdiri dari tiga kelurahan yaitu:
1. Kelurahan Pademangan Timur
Berdasarkan data statistik wilayah Pademangan Timur memiliki luas
wilayah sebesar 370,2 Ha. Jumlah RT 145 dan pengurus RW 10. Kelurahan
Pademangan Timur memiliki jumlah penduduk kurang lebih 32.460 jiwa
dan jumlah KK kurang lebih 12.773 jiwa.
2. Kelurahan Pademangan Barat
Berdasarkan data statistik wilayah Pademangan Barat memiliki luas
wilayah sebesar 630,8 Ha. Jumlah RT 213 dan pengurus RW 16. Kelurahan
Pademangan Barat memiliki jumlah penduduk kurang lebih 90.112 jiwa dan
jumlah KK kurang lebih 25.998 jiwa.
3. Kelurahan Ancol
Berdasarkan data statistik wilayah Ancol memiliki luas wilayah
sebesar: 186 Ha. Jumlah RT 63 dan RW 7. Kelurahan Ancol memiliki
jumlah penduduk kurang lebih 40.285 jiwa dan jumlah KK kurang lebih
18.603 jiwa.
3
Timur : Sungai Tiram, Jembatan PLTU dan Kali Sunter,
Tanjung Priuk
Selatan : Rel KA. Pademangan-Kota dan Arteri Mangga
Dua,Sawah Besar danTamansari
Barat : Kali Opak Sepanjang Pelabuhan Sunda Kelapa
dan Gambir
4
Tabel 1.1 Data kepadatan penduduk di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Pademangan Tahun 2015
No. Kelurahan Luas wilayah Jumlah Penduduk
(Ha)
1 Pademangan Barat I 294,5 29.494
2 Pademangan Barat II 336,3 60.618
3 Pademangan Timur 370,2 32.460
4 Ancol 186 40.285
Jumlah 1.187 162.857
(Sumber : Laporan Bulanan Kecamatan Pademangan 2014)
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga (KK), Rukun Warga (RW), dan Rukun
Tetangga (RT) di wilayah Puskesmas Kecamatan Pademangan Tahun 2014
No. Kelurahan Luas wilayah Jumlah Penduduk
(Ha)
1 Pademangan Barat I 279,5 29.494
2 Pademangan Barat II 351,3 60.618
3 Pademangan Timur 370,2 32.460
4 Ancol 186 40.285
Jumlah 1.187 162.857
(Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pademangan Tahun 2014)
Berdasarkan tabel 1.2. didapatkan bahwa data jumlah penduduk menurut KK, RT
dan RW terbanyak adalah Pademangan Barat.
5
Tabel 1.3 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Pademangan Tahun 2014
No Tingkat Pendidikan Jumlah
.
1 Tidak Sekolah 15.042
2 Tidak Tamat SD 15.043
3 Tamat SD 30.036
4 Tamat SLTP 34.903
5 Tamat SLTA 34.662
6 Tamat Akademi/PT 13.818
(Sumber: Buku Monografi Kecamatan Pademangan Periode Tahun 2014)
Tabel 1.4 Data Penduduk Menurut Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah
puskesmas kecamatan Pademangan Tahun 2014
NO UMUR LAKI LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 0- 4 Th 5.717 5.233 10.950
2 5-9 Th 7.259 6.479 13.738
3 10-14 Th 6.277 6.018 12.295
4 15-19 Th 6.363 5.912 12.275
5 20-24 Th 7.206 6.930 14.136
6 25-29 Th 9.259 8.944 18.203
7 30-34 Th 9.936 8.754 18.690
NO UMUR LAKI LAKI PEREMPUAN JUMLAH
8 35-39 Th 7.556 7.213 14.769
9 40-44 Th 7.375 5.875 13.250
10 45-49 Th 5.755 4.972 10.727
11 50 54 Th 4.502 4.011 8.513
12 55-59 Th 2.940 2.923 5.863
13 60-64 Th 2.043 1.984 4.027
14 65-69 Th 1.272 1.311 2.583
15 70- 74 Th 838 817 1.655
16 > 75 Th 596 587 1.183
JUMLAH 84.894 77.963 162.857
6
(Sumber : Laporan Bulanan Kecamatan Pademangan 2014)
Keterangan :
Berdasarkan tabel 1.4. didapatkan bahwa jumlah penduduk menurut golongan usia
di wilayah Kecamatan Pademangan, penduduk usia produktif (usia 15-65 tahun)
sebanyak 115.453 dan penduduk usia non produktif 46.404
Cakupan usia produktif (usia 15-65 thn) : 115.453 x 100 % = 70,80 %
162.857
1 PUSKESMAS 5
2 POSYANDU 41
7
5 DOKTER GIGI PRAKTEK SWASTA 0
7 RUMAH BERSALIN 1
8 APOTIK 11
9 DUKUN BERANAK 0
10 LABORATORIUM KLINIK 3
JUMLAH 86
8
puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang
dimiliki namun puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang
menjadi kesepakatan nasional.
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komphrensif yang meliputi promtif (peningkatan
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitative
(pemulihan kesehatan). Tidak sebatas pada aspek kuratif dan rehabilatatif saja
seperti rumah sakit. Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang
sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi
dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam
sektor kesehatan yaitu terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan
menjadi paradigma sehat. Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi
perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara
lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif
dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan promotif tanpa
mengabaikan kuratif-rehabilitatif
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated)
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for
service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan komsutif menjadi
investasi
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan
bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah
(partnership)
7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization)
menjadi otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi.
1.1.2.2 Wilayah Kerja
9
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrakstruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah
tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh
walikota / bupati dengan saran teknis dari kepala dinas kesehatan kabupaten /
kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar
30.000 50.000 penduduk. Untuk jangkuan yang lebih luas dibantu oleh
puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Puskesmas di kecamatan dengan
jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih merupakan puskesmas Pembina yang
berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai
fungsi koordinasi.
10
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menerapkan, menyelenggarakan dan memantau progran kesehatan.
Pemberadayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya
sosisal budaya masyarakat setempat.
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab
puskesmas meliputi :
Pelayanan kesehatan perorangan
11
Gambar 1.3 : Fungsi Puskesmas
(Sumber : Buku Profil Puskesmas Kecamatan Pademangan)
12
Setiap kegiatan yang dilakukan di puskesmas memerlukan evaluasi
untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu
dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas.
13
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) dinas kesehatan
kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari
tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia.
2. Pembangunan kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal.
3. Pertanggung jawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas
kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab
hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas, dengan memperhatikan kebutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing masing puskesmas tersebut secara
operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.
14
2. Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional dan
berkualitas.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan dan program sesuai dengan standart
mutu.
4. Mengembangkan system manajemen Puskesmas.
5. Mengembangkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.
6. Mengembangkaan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan.
15
Kesehatan ibu dan anak ANC Cakupan K1, K4
Pertolongan persalinan Cakupan Linakes
MTBS Cakupan MTBS
Imunisasi Cakupan Imunisasi
Keluarga Berencana Pelayanan Keluarga Berencana Cakupan MKET
Pemberantasan penyakit Diare Cakupan kasus diare
ISPA Cakupan kasus ISPA
menular
Malaria Cakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisasi
Tuberkulosis Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
Upaya Kesehatan Wajib Kegiatan Indikator
Gizi Distribusi vit A/ Fe / cap yodium Cakupan vit A /Fe / cap yodium
PSG % gizi kurang / buruk, SKDN
Promosi Kesehatan % kadar gizi
Pengobatan Medik dasar Cakupan pelayanan
UGD Jumlah kasus yang ditangani
Laboratorium sederhana Jumlah pemeriksaan
16
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
10. Upaya Kesehatan Remaja
11. Dana Sehat
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya
inovasi yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah
dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.
17
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas
penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaran
puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya yakni satu atau sebagian
wilayah kecamatan. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut :
a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga
berwawasan kesehatan.
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya.
c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan
oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata
dan terjangkau di wilayah kerjanya.
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,
agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas.
Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang
harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat
antara lain :
a. KIA : Posyandu, Polindes (Pondok Bersalin Desa), Bina Keluarga Balita
(BKB)
b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa
percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
18
e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren
(Pokestren)
f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda
g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan jiwa Masyarakat (TPKJM)
i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra)
3. Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang
optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan
secara terpadu.
Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :
a. Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang
menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program
antara lain :
19
- Promosi Kesehatan : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama & pertanian.
- KIA : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK (Pusat
Kesejahteraan Keluarga) & PLKB (Petugas Lapangan Keluarga
Berencana).
- Perbaikan Gizi : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia
usaha & organisasi kemsyarakatan.
- Kesehatan Kerja : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan
camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja & dunia usaha.
-
4. Azas Rujukan
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan
yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan
langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan.
Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah
kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkanefisiensi, maka
penyelenggaraan setiap program puskesmas harus ditopang oleh azas
rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas
penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal
balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara
horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama
Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :
a. Rujukan Kesehatan Perorangan (Medis)
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu
penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun
horizontal). Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :
20
- Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap.
- Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang
lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan
atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.
b. Rujukan Kesehatan Masyarakat (Kesehatan)
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa,
pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan
masyarakat juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan
pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah
menjadi kebutuhan masyarakat.
Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah
kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat, maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas
kesehatan kabupaten/kota.
Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :
- Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat
audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan
pakaian.
- Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan
kesehatan karena bencana alam.
- Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan
dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan
atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila
puskesmas tidak mampu.
21
Gambar 1.4:
Sistem Rujukan
Puskesmas
(Sumber : Buku ARRIMES
Manajemen
Puskesmas)
1.1.3. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
22
kematian ibu, register kematian perinatal (0 - 7) hari, rekapitulasi pelacakan
kematian neonatal, Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA indikator ibu,
PWS KIA indikator anak serta laporan bulanan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) KIA. Laporan bulanan KIA untuk memantau kegiatan kesehatan ibu dan
bayi disuatu wilayah Puskesmas, Laporan kelahiran dan kematian perdesa
untuk memantau perkembangan kelahiran dan kematian neonatal dimasing-
masing desa dalam suatu wilayah. Laporan penemuan kasus BBLR dan laporan
penemuan kasus tetanus neonatorum perdesa digunakan memantau kasus BBLR
dan tetanus neonatorum di wilayah desa (Depkes RI, 2001).
Sasaran program ini yaitu ibu hamil (bumil), ibu bersalin (bulin), neonatal dan
balita. Program ini bertujuan untuk menurunkan angka kematian Ibu serta
peningkatan derajat kesehatan Ibu dalam pembangunan kesehatan. Untuk anak-anak,
program ini bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan anak dan meningkatkan
derajat kesehatan (Depkes RI,2001).
Pemantapan pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan (Depkes RI, 2001):
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar dan menjangkau seluruh
sasaran.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kebidanan.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi atau komplikasi oleh tenaga kesehatan
dan masyarakat.
4. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan
pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan.
5. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas degan mutu sesuai standar dan
menjangkau seluruh sasaran.
23
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan. Pemeriksaan laboratorium
rutin mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah
puasa. Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau kelompok ber-
risiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B, HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis,
kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap
apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan
pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,
dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
b. Pertolongan Persalinan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih
terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan dilakukan di luar fasilitas
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap seluruh persalinan akan ditolong
oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada
prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal- hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan
adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan bidan.
24
c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu
mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini
komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dan
meningkatkan cakupan KB Pasca Persalinan dengan melakukan kunjungan nifas minimal
sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :
- Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah
persalinan.
- Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28
setelah persalinan.
- Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42
setelah persalinan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas adalah : dokter
spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 48 Jam setelah lahir.
25
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan
hari ke 7 setelah lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan
hari ke 28 setelah lahir.
26
sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan
bayi yang dilahirkannya. Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau
penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini
sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus
Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
8. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital
9. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstraksivakum/ forseps.
10. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi masa nifas,
psikosis post partum (post partum blues).
11. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
12. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
13. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
14. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih
dari 32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 12 kg selama masa
kehamilan
27
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang adekuat
di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat
menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya deteksi faktor risiko padaibu
baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah satu upaya penting dalam
mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil. Ibu hamil
yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada neonatus.
Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala
sebagai berikut :
1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2. Asfiksia
3. Infeksi Bakteri
4. Kejang
5. Ikterus
6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll
28
hamil akan mengalami komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan
persalinan tidak selalu dapat diduga sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus
ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan
ditangani.
Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka
diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan pelayanan
obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari polindes/poskesdes,
puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24 jam. Pelayanan medis yang
dapat dilakukan di Puskesmas mampu PONED meliputi :
1. Pelayanan obstetri :
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi dan
eklampsi)
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/macet.
e. Penanganan abortus.
f. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
2. Pelayanan neonatus :
a. Pencegahan dan penanganan asfiksia.
b. Pencegahan dan penanganan hipotermia.
c. Penanganan bayi berat lahir rendah (BBLR).
d. Pencegahan dan penanganan infeksi neonatus, kejang neonatus, ikterus ringan
sedang .
e. Pencegahan dan penanganan minimum.
29
PONED. Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan
serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu hamil,
bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang
datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas dan
melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU Kabupaten/Kota
mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi komprehensif (PONEK)
yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan
emergensi dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level II serta
transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK maka kasus
kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat ditangani secara optimal sehingga dapat
mengurangi kematian ibu dan neonatus.
1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3, Campak)
sebelum bayi berusia 1 tahun.
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).
4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda tanda sakit
dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku KIA.
5. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
30
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual berkembang
pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period dimana terbentuk dasar-
dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual yang
intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk
mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya
deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat
penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang
lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan dilakukan dengan mengacu
pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan
perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang
peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesejahteraan suatu
negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi
sederhana di tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan
menerapkanManajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),di tingkat pelayanan kesehatan
dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi
Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan
kombinasi dari keadaan tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen
Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak
tahun 1996 dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita sakit dan sehat.
Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat dalam Buku
KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan anak balita
setiap bulan yang tercatat pada Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2
bulan berturut- turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus dirujuk
ke sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal 2 kali
dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik
kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun
31
(setiap 6 bulan). Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan
kesehatan) maupun di luar gedung.
3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan pendekatan MTBS.
a. Program K1
b. Program K4
c. Penanganan komplikasi ibu hamil
d. Program persalinan tenaga kesehatan
e. Program kunjungan nifas
f. Program kunjungan neonatal pertama (KN1)
g. Program kunjungan neonatus lengkap (KN)
h. Program komplikasi neonatus
i. Program kunjungan bayi
j. Program kunjungan balita
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan program KIA maka perlu ditetapkan
indikator atau parameter objektif yang dapat di pahami dan diterima oleh semua pihak.
Dengan menggunakan indikator tersebut di harapkan dapat diketahui keberhasilan kegiatan
surveilans KIA, dan dapat pula digunakan untuk membandingkan keberhasilan kegiatan
program KIA antar wilayah.
A. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal merupakan
upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, sekaligus upaya menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian ibu. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas
indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (Depkes RI, 2009).
Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil
sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi
ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan kepercayaan dengan ibu,
32
mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan
memberikan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2009).
Kunjungan ibu hamil dilakuka n secara berkala yang dibagi dalam beberapa
tahap, seperti (Depkes RI, 2009):
1. Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas
kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I, di mana usia
kehamilan 1 sampai 12 minggu.
33
Adapun cakupan K1 di Wilayah Puskesmas Sekecamatan Pademangan
Periode Januari Agustus 2015 adalah sebagai berikut :
34
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 1017 648 63.7% 64%
Barat II
4 Kelurahan Ancol 607 363 59.8% 64%
Tabel 1.9 Cakupan Program Penanganan Komplikasi Ibu Hamil Wilayah Puskesmas
Kecamatan Pademangan Januari Agustus 2015
35
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 112 101 99.1% 60 %
Barat II
4 Kelurahan Ancol 103 100 97% 60 %
36
Barat II
4 Kelurahan Ancol 580 405 69.8% 63,3 %
37
Total 2815 1831 51.4% 63,3 %
38
Tabel 1.13 Cakupan Program Kunjungan Neonatus Lengkap Wilayah Puskesmas
Kecamatan Pademangan Januari Agustus 2015
39
Komplikasi
40
Barat I
3 Kelurahan Pademangan 945 554 58.6% 60 %
Barat II
4 Kelurahan Ancol 733 400 54.5% 60 %
41
memenuhi standar yaitu kurang atau lebih dari target selanjutnya akan dilakukan evaluasi.
Program dievaluasi karena adanya masalah pada program tersebut yaitu belum mencapai atau
melampaui target yang sudah ditetapkan. Adapun identifikasi masalah yang didapatkan antara
lain:
42
18. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas Kelurahan Pademangan
Barat II sebesar 74%.
19. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas Kelurahan Ancol sebesar
48.9%.
43
1.3 RUMUSAN MASALAH
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program KIA di Puskesmas
Kecamatan Penjaringan maka dengan cara menghitung dan membandingkan nilai
kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang telah terjadi
(observed) akan dipilih dua masalah yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan.
Selanjutnya dilakukan perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik
sehingga masalah yang ada dapat diselesaikan. Rumusan masalah meliputi 4 W 1 H
(What, Where, When, Whose, How much). Rumusan masalah dari Program KIA di
puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Pademangan Timur periode Januari-Agustus 2015 sebesar 57.4%
kurang dari target sebesar 66.7%.
2. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat I periode Januari-Agustus 2015 sebesar 71.9%
lebih dari target sebesar 66.7%.
3. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat II periode Januari-Agustus 2015 sebesar 66.1%
kurang dari target 66.7.
4. Cakupan Program K1 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan Ancol
periode Januari-Agustus 2015 sebesar 83.5% lebih dari target 66.7%.
5. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Pademangan Timur periode Januari-Agustus 2015 sebesar 53.2 %
kurang dari target 64%.
6. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat I periode Januari-Agustus 2015 sebesar 75.8%
lebih dari target 64%.
7. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan
Pademangan Barat II periode Januari-Agustus 2015 sebesar 63.7%
kurang dari taget 64%.
8. Cakupan Program K4 pada ibu hamil di Puskesmas Kelurahan Ancol
periode Januari-Agustus 2015 sebesar 59.8% kurang dari target 64%.
9. Cakupan Program Komplikasi Kebidanan (PK) pada ibu hamil di
Puskesmas se-Kecamatan Pademangan sebesar 89.7 % lebih dari target
60%.
10. Cakupan Program Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan (Pn) pada ibu
bersalin di Puskesmas se-Kecamatan Pademangan periode Januari-
Agustus 2015 sebesar 66.4% lebih dari target sebesar 66.4%.
44
11. Cakupan Program Kunjungan Nifas Oleh Tenaga Kesehatan (KF3)
pada ibu nifas di Puskesmas se-Kecamatan Pademangan periode
Januari-Agustus 2015 sebesar 51.4% kurang dari target sebesar
63.3%.
12. Cakupan Program Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) pada bayi baru
lahir di Puskesmas se-Kecamatan Pademangan periode Januari-
Agustus 2015 sebesar 100% lebih dari target sebesar 63.3%.
13. Cakupan Program Kunjungan Neonatal Lengkap (KN) pada bayi baru
lahir di Puskesmas se-Kecamatan Pademangan periode Januari-
Agustus 2015 sebesar 95.5% lebih dari target sebesar 95.5%.
14. Cakupan Program Komplikasi Neonatus pada Bayi Baru Lahir dengan
Risiko Tinggi di Puskesmas se-Kecamatan Pademangan periode
Januari-Agustus 2015 sebesar 6,4 % kurang dari target sebesar 53.3%.
15. Cakupan Program Kunjungan Bayi pada bayi di Puskesmas se-
Kecamatan Pademangan periode Januari-Agustus 2015 sebesar 54,2 %
kurang dari target 60%
16. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas
Kecamatan Pademangan periode Januari-Agustus 2015 sebesar 50.1%
kurang dari target sebesar 60%
17. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat I periode Januari-Agustus 2015 sebesar
67% lebih dari target sebesar 60%
18. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas
Kelurahan Pademangan Barat II periode Januari-Agustus 2015 sebesar
74% lebih dari target sebesar 60%
19. Cakupan Program Kunjungan Balita pada balita di Puskesmas
Kelurahan Ancol periode Januari-Agustus 2015 sebesar 48.9% kurang
dari target sebesar 60%.
45