Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Jaringan distribusi tenaga listrik adalah jaringan tenaga listrik yang memasok

kelistrikan ke beban (Pelanggan) mempergunakan tegangan menengah 20 kV dan tegangan

rendah 220-380 V atau 231-400 V. Jaringan distribusi dengan tegangan menengah 20 kV

disebut jaringan distribusi primer, dimana jaringannya mempergunakan antara lain :

a. Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM), mempergunakan kabel XLPE

b. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM), mempergunakan kawat AAAC,

AAC, ACSR, atau twisted cable

c. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM), mempergunakan kabel

MVTIC

Sumber kelistrikannya diperoleh dari gardu induk atau Pusat listrik Tenaga Diesel.

Jaringan distribusi tegangan rendah 220/380 V atau 231/400 V disebut jaringan

distribusi sekunder, dimana jaringannya mempergunakan kabel lilit (twisted cable). Dan

sumber kelistrikannya diperoleh dari gardu distribusi.

2.2 Macam-Macam Jaringan Distribusi Primer

a. Jaringan Berbentuk Radial

yaitu jaringan yang hanya mempunyai satu pasokan tenaga listrik, jika terjadi

gangguan akan terjadi blackout atau padam pada bagian yang tidak dapat dipasok.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
6

a. Jaringan Berbentuk Tertutup

Yaitu jaringan yang mempunyai alternatif pasokan tenaga listrik jika terjadi

gangguan. Sehingga bagian yang mengalami pemadaman (blackout) dapat dikurangi

atau bahkan dihindari.

Gambar 2.1 Pola Jaringan Distribusi Dasar

Berdasarkan kedua pola dasar tersebut, dibuat konfigurasikonfigurasi jaringan sesuai

dengan maksud perencanaannya sebagai berikut :

1. Konfigurasi Tulang Ikan (FishBone)

Konfigurasi fishbone ini adalah tipikal konfigurasi dari Saluran Udara

Tegangan Menengah beroperasi radial. Pengurangan luas pemadaman dilakukan

denganmengisolasi bagian yang terkena gangguan dengan memakai pemisah (Pole

TopSwitch (PTS), Air Break Switch (ABSW)) dengan koordinasi relai atau dengan

sistemSCADA. Pemutus balik otomatis PBO (Automatic Recloser) dipasang pada

saluranutama dan saklar seksi otomatis SSO (Automatic Sectionalizer) pada

pencabangan.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
7

Gambar 2.2 Konfigurasi Tulang Ikan (Fishbone)

2. Konfigurasi Kluster (Cluster / Leap Frog)

Konfigurasi saluran udara Tegangan Menengah yang sudah bertipikal sistem

tertutup, namun beroperasi radial (Radial Open Loop). Saluran bagian tengah

merupakan penyulang cadangan dengan luas penampang penghantar besar.

Gambar 2.3 Konfigurasi Kluster (Leap Frog)

3. Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration)

Konfigurasi spindel umumnya dipakai pada saluran kabel bawah tanah. Pada

konfigurasi ini dikenal 2 jenis penyulang yaitu pengulang cadangan (standby atau

express feeder) dan penyulang operasi (working feeder). Penyulang cadangan tidak

dibebani dan berfungsi sebagai backup supply jika terjadi gangguan pada

penyulang operasi.

Untuk konfigurasi 2 penyulang, maka faktor pembebanan hanya 50%.

Berdasarkan konsep Spindel jumlah penyulang pada 1 spindel adalah 6 penyulang

operasi dan 1 penyulang cadangan sehingga faktor pembebanan konfigurasi spindel

http://digilib.mercubuana.ac.id/
8

penuh adalah 85 %. Ujungujung penyulang berakhir pada gardu yang disebut

Gardu Hubung dengan kondisi penyulang operasi NO (Normally Open), kecuali

penyulang cadangan dengan kondisi NC (Normally Close).

Gambar 2.4 Konfigurasi Spindel (Spindle Configuration)

4. Konfigurasi Fork

Konfigurasi ini memungkinkan 1(satu) Gardu Distribusi dipasok dari 2

penyulang berbeda dengan selang waktu pemadaman sangat singkat (Short Break

Time). Jika penyulang operasi mengalami gangguan, dapat dipasok dari penyulang

cadangan secara efektif dalam waktu sangat singkat dengan menggunakan fasilitas

Automatic Change Over Switch (ACOS). Pencabangan dapat dilakukan dengan

sadapan Tee Off (TO) dari Saluran Udara atau dari Saluran Kabel tanah melalui

Gardu Distribusi.

Gambar 2.5 Konfigurasi Fork

http://digilib.mercubuana.ac.id/
9

5. Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration)

Konfigurasi yang terdiri sejumlah penyulang beroperasi paralel dari sumber

atau Gardu Induk yang berakhir pada Gardu Distribusi.

Konfigurasi ini dipakai jika beban pelanggan melebihi kemampuan hantar arus

penghantar. Salah satu penyulang berfungsi sebagai penyulang cadangan, guna

mempertahankan kontinuitas penyaluran. Sistem harus dilengkapi dengan rele arah

(Directional Relay) pada Gardu Hilir (Gardu Hubung).

Gambar 2.6 Konfigurasi Spotload (Parallel Spot Configuration)

6. Konfigurasi JalaJala (Grid, Mesh)

Konfigurasi jalajala, memungkinkan pasokan tenaga listrik dari berbagai arah

ke titik beban. Rumit dalam proses pengoperasian, umumnya dipakai pada daerah

padat beban tinggi dan pelangganpelanggan pemakaian khusus.

Gambar 2.7 Konfigurasi Jalajala (Grid, Mesh)

2.3 Saluran Penghantar

Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia (PUIL) mengenai antara lain hantaran

udara diluar bangunan dan kabel tanah. Hantaran udara, sering juga disebut saluran udara,

http://digilib.mercubuana.ac.id/
10

merupakan penghantar energi listrik tegangan menengah ataupun rendah, yang dipasang

diatas tiang-tiang listrik diluar bangunan. Sedangkan pada kabel tanah penghantarnya

dibungkus dengan bahan isolasi. Kabel tanah juga dapat pula dipakai untuk tegangan

menengah maupun rendah. Sebagaimana namanya kabel tanah ditanam didalam tanah.

Instalasi saluran udara jauh lebih murah daripada instalasi kabel tanah. Di lain pihak, instalasi

kabel tanah lebih mudah pemeliharaannya, karena jarang sekali terdapat gangguan karena

tempatnya yang tertutup. Kabel tanah juga terlihat lebih baik, karena tidak mengganggu

pemandangan dan lingkungan. Akan tetapi walaupun operasi dan tingkat pemeliharaannya

lebih mudah, tapi bila terjadi gangguan pada kabel tanah, perbaikannya susah untuk

dilakukan.

a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran udara merupakan kawat telanjang (tidak berisolasi) yang terentang di

udara. Bagian-bagian utama suatu SUTM adalah tiang penyangga, travers (cross arm),

isolator (porselin atau gelas), penghantar dan grounding. Salah satu penghantar yang

biasa dipakai untuk jaringan tegangan menengah adalah :

- Allumunium Alloy Conductor (AAAC)

Hantaran udara dari alumunium campuran keras yang dipilin bulat tidak berisolasi

dan tidak berinti baja.

Gambar 2.8 Contoh Konstruksi Penghantar AAAC

http://digilib.mercubuana.ac.id/
11

b. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)

Salah satu kabel yang sering digunakan pada jaringan tegangan menengah adalah

Medium Voltage Twisted Insulated Cable (MVTIC). Untuk daerah perkotaan dengan

beban yang padat, SKUTM merupakan pilihan yang tepat karena tingkat keandalan

SKUTM lebih tinggi daripada SUTM.

Gambar 2.9 Contoh Konstruksi Kabel MVTIC

c. Kabel Tanah (SKTM)

Bahan untuk kabel tanah umumnya juga terdiri dari tembaga dan alluminium.

Sebagai isolasi dipergunakan bahan-bahan berupa kertas serta perlindungan mekanikal

berupa timah hitam. Untuk tegangan menengah sering dipakai juga minyak sebagai

isolasi. Jenis kabel demikian dinamakan GPLK (Gewapend Papier Load Kabel) yang

merupakan standar Belanda atau NKBA (Normal Kabel mit Bleimantel

Aussenumheullung) standar Jerman. Pada saat ini bahan isolasi buatan berupa PVC

http://digilib.mercubuana.ac.id/
12

(Polyvinyl Chloride) dan XLPE (Cross-Linked Polyethylene) telah berkembang pesat

dan merupakan bahan isolasi yang andal dengan harga yang lebih murah, sangat andal,

dan juga penggunaannya yang lebih mudah. Atas alasan-alasan tersebut, maka

penggunaan kabel dengan isolasi minyak mulai ditinggalkan.

Gambar 2.10 Kabel XLPE

2.4 Beban Distribusi

Secara umum, beban yang dilayani oleh sistem distribusi dibagi menjadi beberapa

sektor, yaitu sektor residensial/rumah tangga, sektor industri, dan sektor komersil. Masing-

masing sektor beban tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda, sebab hal ini berkaitan

pula dengan konsumsi energi pada masing-masing konsumen di sektor tersebut.

Gambar 2.11 Contoh Kurva Beban

http://digilib.mercubuana.ac.id/
13

Karakteristik perubahan besarnya daya yang diterima oleh beban sistem tenaga setiap

saat dalam suatu satuan interval tertentu dikenal sebagai kurva beban. Secara umum, kurva

beban yang ada dan sering digunakan adalah kurva beban harian yang mencatat perubahan

beban dalam waktu 24 jam dalam 1 hari. Penggambaran kurva ini dilakukan dengan mencatat

besarnya beban tiap jam melalui pencatatan Mega Watt-meter yang terdapat di gardu induk.

Sumbu vertikal menyatakan skala beban dalam satuan Mega Watt (MW), sedangkan sumbu

horizontal menyatakan skala pencatatan waktu dalam 24 jam. Dengan demikian luas daerah

dibawah kurva merupakan besarnya energi listrik yang diserap oleh beban dalam waktu 1

hari (MW x jam = MWh). Contoh beban harian pada hari kerja dapat dilihat pada gambar

2.10.

Beban-beban energi listrik dapat diklasifikasikan atas:

a. Beban residensial / rumah tangga

Gambar 2.12 Contoh Kurva Beban Rumah Tangga

Beban residensial merupakan beban listrik di daerah perumahan. Pada umumnya

beban rumah tangga berupa lampu untuk penerangan, Televisi, AC, Komputer, alat

rumah tangga seperti mesin cuci, lemari es, motor pompa air dan sebagainya.

Beban rumah tangga biasanya memuncak pada malam hari.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
14

b. Beban komersial (usaha)

Beban komersial adalah beban listrik pada daerah perdagangan, toko, hotel, dan

lain-lain. Kebutuhan energi listrik pada beban komersial digunakan untuk lampu

penerangan, mesin-mesin, kipas angin, air conditioner (AC) dan lain-lain. Berikut

adalah kurva karakteristik beban harian usaha perdagangan:

Gambar 2.13 Contoh Kurva Beban Komersil

c. Beban industri

Beban industri merupakan beban listrik yang berasal dari peralatan-peralatan listrik

di daerah industri. Energi listrik pada daerah industri umumnya digunakan untuk

penerangan, motor-motor listrik untuk alat-alat penggerak, dan lain-lain.

2.5 Karakteristik Beban

Tujuan utama dari sistem distribusi tenaga listrik ialah mendistribusikantenaga listrik

dari gardu induk atau sumber ke sejumlah pelanggan atau beban. Suatu faktor utama yang

paling penting, dalam perencanaan sistem distribusi adalah karakteristik dari berbagai beban.

Karakteristik beban diperlukan agar sistem tegangan dan pengaruh thermis dari pembebanan

dapat dianalisa dengan baik. Analisa tersebut termasuk dalam menentukan keadaan awal

http://digilib.mercubuana.ac.id/
15

yang akan di proyeksikan dalam perencanaan selanjutnya. Penentuan karakteristik beban

listrik suatu gardu distribusi sengat penting artinya untuk mengevaluasi pembebanan gardu

distribusi tersebut, ataupun dalam merencanakan suatu gardu distribusi yang baru.

Karakteristik beban ini sangat memegang peranan penting dalam memilih kapasitas

transformator secara tepat dan ekonomis. Di lain pihak sangat penting artinya dalam

menentukan rating peralatan pemutus rangkaian, analisa susut dan menentukan kapasitas

pembebanan dan cadangan tersedia dan suatu gardu.

Karakteristik beban listrik suatu gardu sangat tergantung pada jenis beban yang

dilayaninya. Hal ini akan jelas terlihat dan hasil pencatatan kurva beban suatu interval waktu.

Berikut ini beberapa faktor penilaian beban dimana faktor ini faktor yang dapat memberikan

gambaran mengenai karakteristik beban, baik dari segi kuantitas pembebanannya maupun

dari segi kualitasnya.

a. Beban Rata-Rata

Pengertian beban rata-rata dapat diartikan sebagai jumlah total pembebanan pada sistem

per satuan waktu . Besarnya beban rata-rata dapat ditunjukan dengan persamaan sebagai

berikut:

Beban x Lamanya Jam


Prata-rata = 24 Jam
(2.1)

Dengan :

Prata-rata = Beban rata-rata pada periode tertentu (kW)

Beban = Jumlah beban pada sistem (kW)

Setelah didapatkan beban rata-rata (Prata-rata) dari suatu sistem atau penyulang dalam periode

tertentu, maka dapat diketahui diketahu berapa energi yang disalurkan pada penyulang

tersebut dalam periode tertentu sesuai dengan persamaan

Etotal= Prata-rata x t..(2.2)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
16

Dengan :

Etotal = Energi total yang disalurkan

Prata-rata = beban rata-rata pada periode tertentu

T = periode / waktu

b. Beban Maksimum

Beban Maksimum adalah beban rata-rata terbesar yang terjadi pada suatu interval interval

tertentu. Jadi beban maksimum ditentukan untuk waktu tertentu dari suatu interval waktu

tertentu, misal : beban maksimum 1 jam , T = 24 jam, dengan kata lain maksimum demand 1

jam pada T = 24 jam,berarti besarnya beban rata-rata terbesar untuk selang waktu 1 jam pada

interval waktu T = 24 jam.

c. Beban Puncak

Beban Puncak (Pmax) adalah nilai terbesar dari pembebanan sesaat pada suatu interval

demand tertentu.

d. Beban Terpasang

Beban terpasang dari suatu sistem adalah total daya seluruh peralatan sesuai dengan daya

nominal yang tertulis pada peralatan yang ada pada sistem itu.

2.6 Daya Listrik

Di dalam sistem tenaga listrik dikenal tiga jenis daya listrik, yang masing-masing energi

ini saling berhubungan dan dipengaruhi oleh besarnya nilai faktor kerja (Cos). Sebuah

sumber listrik arus bolak-balik (AC), memasok daya listrik dalam bentuk daya aktif dan daya

reaktif. Energi reaktif ini hanya ada jika bebannya berupa beban induktif atau beban kapasitif.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
17

a. Daya Aktif

Daya ini dinyatakan dengan simbol P dengan satuan W atau kW. Besar dari daya aktif

ini, dinyatakan dengan rumus:

= 3. . . .........(2.3)

Dengan:

P = Daya nyata (W)

V = Tegangan 3 fasa (volt)

= Faktor daya

I = Arus (ampere)

b. Daya Reaktif

Daya reaktif dinyatakan dengan simbol Q dengan satuan VAR (Volt Ampere Reaktif).

Besar dari daya reaktif ini, dinyatakan dengan rumus:

= 3 . . . ...(2.4)

Dengan:

Q = Daya reaktif (VAR)

V = Tegangan 3 fasa (volt)

sin = Faktor kerja untuk daya reaktif

I = Arus (ampere)

c. Daya Semu

Daya semu adalah daya yang terbentuk dari daya aktif dan reaktif. Daya ini dinyatakan

dengan simbol S dengan satuan (volt ampere/VA). Daya nyata ini merupakan penjumlahan

vektor dari daya aktif dan reaktif

http://digilib.mercubuana.ac.id/
18

= 2 + 2 ..(2.5)

atau

= 3 . . ..........(2.6)

Dengan

S = daya semu (VA)

P = daya nyata (Watt)

Q = daya reaktif (VAR)

V = Tegangan 3 fasa (volt)

I = Arus (ampere)

Hubungan dari ketiga jenis daya ini dapat kita lihat pada gambar berikut:

S (VA)

Q (VAR)

P (Watt)

Gambar 2.14 Segitiga Daya

2.7 Susut (Losses)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 431/KMK.06/2002

didefinikan sebagai suatu bentuk kehilangan energi listrik yang berasal dari selisih sejumlah

energi listrik yang dibeli dengan sejumlah energi listrik yang terjual atau jumlah energi yang

hilang atau menyusut, terjadi karena sebab-sebab teknik maupun non teknik pada waktu

penyediaan dan penyaluran energi.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
19

2.7.1 Susut Teknis

Susut teknis merupakan susut yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan sistem yaitu

sifat dari penghantar dan peralatan listrik itu sendiri dalam keadaan operasi. Susut teknis

terbesar terjadi pada sistem distribusi. Hal ini terjadi karena sistem distribusi merupakan

bagian yang paling besar (paling panjang dan sangat tersebar). Yang termasuk susut teknis

adalah sebagai berikut :

a. Susut tetap yang disebabkan oleh tahanan penghantar

b. Susut pada transformator

c. Susut dielektrik

d. Dan lain-lain

Secara umum rumusan dari susut teknis berasal dari rumus berikut :

Psusut = I2saluran x Rsaluran........... (2.7)

Dengan :

Psusut : daya yang hilang pada jaringan (Watt)

I : besar arus yang mengalir di jaringan (Ampere)

R : besar resistansisi saluran antar titik beban ()

Dari persamaan diatas dapat dianalogikan arus dengan besar 4 ampere membuat daya yang

hilang 16 kali lebih besar dibandingkan arus sebesar 1 ampere pada konduktor dengan

hambatan yang sama.

Kemudian besar tahanan kabel tersebut didefinisikan dengan persamaan:



R = .....(2.8)

Dengan :

R : hambatan dalam penghantar ()

: hambatan jenis penghantar (meter)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
20

l : panjang penghantar (meter)

A : luas penampang penghantar (meter2)

Sementara total energi yang hilang akibat terjadinya susut daya ini dapat diperhitungkan

berdasarkan persamaan berikut :

Esusut = Psusut x t.................(2.9)

Dimana :

Esusut : energi yang hilang (watthour)

Psusut : daya yang hilang pada jaringan (watt)

t : waktu (jam)

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa secara sederhana susut susut di jaringan

diakibatkan oleh besar arus yang mengalir, ini dipengaruhi terutama oleh pusat pusat beban,

semakin banyak beban maka akan semakin besar pula arus yang mengalir di jaringan.

Kemudian juga disebabkan oleh penghantar itu sendiri, semakin besar luas penghantar maka

hambatan dalam penghantar juga akan lebih kecil.

2.7.2 Susut Non Teknis

Susut nonteknis merupakan susut atau daya yang hilang akibat faktor-faktor non teknis,

dalam artian merupakan susut yang benar-benar tidak bisa diperhitungkan penyebabnya.

Beberapa contoh dari penyebab susut non teknis ini adalah adanya pencurian listrik.

Penyebab lain yang sering terjadi juga adalah karena adanya kesalahan dalam pencatatan nilai

pemakaian energi oleh pelanggan. Lebih jelas parameter yang harus diperhatikan yang

seringkali menjadi penyebab timbulnya susut non teknis adalah sebagai berikut :

a. Pengukuran energi listrik

b. Pencatatan meter pelanggan

c. Pemakaian sendiri

http://digilib.mercubuana.ac.id/
21

d. Prosedur perhitungan dan pelaporan susut

e. Kontak pelanggan

f. Komposisi jaringan

2.8 Susut pada SUTM

Penyaluran daya listrik dari pembangkit sampai ke konsumen melalui suatu sistem

penyaluran yang panjang, terdapat parameterparameter yang mempengaruhi besaran tenaga

listrik yang diterima. Parameter yang perlu diperhatikan untuk kehandalan saluran udara

tegangan menengah yakni besar susut energi dan susut tegangan. Adapun yang

mempengaruhi sistem penyaluran daya listrik pada saluran udara tegangan menengah adalah

sebagai berikut.

Pengaruh eksternal Pengaruh ekstenal adalah pengaruh lingkungan yang sering

mengakibatkan terjadinya gangguan gangguan pada sistem sehingga menyebabkan

pemadaman listrik, tingkat tegangan yang menurun, serta ayunan tegangan yang diakibatkan

oleh faktor alam seperti angin, gempa bumi, badai dan gunung meletus. Sedangkan pengaruh

hewan dan manusia terjadi perusakan alam seperti penebangan pohon didekat jarring listrik.

Pengaruh Internal Pengaruh internal adalah pengaruh yang dialami oleh saluran listrik

tegangan menengah akibat dari kondisi penyaluran tenaga listrik. pengaruh internal dapat

menyebabkan terjadi perubahan listrik yang dikirim dari pusat pembangkitan ke konsumen

tenaga listrik. Sehingga untuk memperbaiki perlu dikompensasi dengan peralatan peralatan

bantu distribusi. Pengaruh pengaruh internal yang dimaksud adalah resistansi, induktansi, dan

kapasitansi.

2.9 Susut pada SKTM

http://digilib.mercubuana.ac.id/
22

Kabel bawah tanah terdiri dari tiga komponen utama, yakni konduktor, bahan

dielektrik, dan selubung. Ketika kabel mendapat tegangan listrik, arus akan mengalir dan

akan memanaskan kabel. Kenaikan suhu tubuh kabel tergantung pada tingkat generasi dan

disipasi panas oleh tubuh kabel. Jadi, selain susut energi dan susut tegangan, pada SKTM

perlu diperhatikan juga efek termal yang mengakibatkan kerugian, yaitu rugi penghantar, rugi

dielektrik, dan rugi selubung (pada kabel single core).

2.10 Susut Energi Jaringan Tegangan Menengah

Merupakan susut yang terjadi pada jaringan distribusi primer, dengan kata lain

merupakan susut yang terjadi pada tegangan nominal 20 kV. Pemodelan dilakukan dengan

melihat penyulang utama sebagai sumber dan transformator transformator distribusi sebagai

titik beban. Selain itu susut yang diperhitungkan biasanya merupakan susut untuk tiga fasa,

sementara untuk mencari susut tiap fasa biasanya menggunakan data menggunakan arus

setiap fasanya. Susut energi total dalam satu penyulang merupakan penjumlahan antara susut

pada penghantar dan susut pada transformator distribusi yang terdapat pada penyulang

tersebut.

Gambar 2.15 Penyulang dengan Beberapa Titik Beban

Untuk pemodelan di atas, langkah yang harus dilakukan adalah dengan menghitung

arus yang mengalir di line tiap titik beban dengan menggunakan prinsip hukum kirchooff

yaitu berdasarkan hukum Kirchhoff 1 tentang arus, menyatakan bahwa besar arus yang

http://digilib.mercubuana.ac.id/
23

masuk pada suatu titik percabangan akan sama dengan besarnya arus yang keluar dari titik

percabangan tersebut.

I1 I2 In-1 In

I1 I2 In-1 In

Gambar 2.16 Hubungan Arus Masuk Dan Arus Keluar

Dengan demikian, maka hubungan arus dari gambar diatas dapat dinyatakan bahwa:

I1 = I1 + I2

I2 = I2 + ..+ In-1

In-1 = In-1 + In

In = In

Jadi: In = In ..(2.10)

In-1 = In-1 + In..(2.11)

Apabila sudah diketahui arus antar linenya maka susut daya pada jaringan dapat diperoleh

dengan persamaan :

Ptotal = Psaluran + Ptransformator...............................................................(2.12)

Psaluran = 3 2 ........................................................(2.13)

Dengan :

Ptotal = susut total pada penyulang

Psaluran = susut jaringan (W)

Ptransformator = susut akibat transformator (W)

Itb = besar arus masuk ke titik beban (A)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
24

RJTM = besar resistansi penghantar pada JTM () (sesuai SPLN 41-8 : 1981 untuk

penghantar AAAC tegangan 20 kV dengan luas penampang 150

mm2adalah 0,21 /km sedangkan sesuai IEC.60502 untuk penghantar

XLPE dengan luas penampang 240 mm2 adalah 0,125 /km)

pf = power factor

Perhitungan susut transformatorpada saat pembebanan dihitung perfasapada setiap

gardu distribusi dan setiappembebanan.

Ptransformator = (P tanpa beban + P berbeban) .(2.14)

Dengan :

Ptransformator = susut pada transformator (W)

Ptanpa beban = susut akibat bahan besi (W)

Pberbeban = susut akibat lilitan tembaga di transformator (W)

Data mengenai susut besi dan tembaga transformator diperoleh dari katalog Unindo dan

standar SPLN D3.002-1:2007 untuk transformator tiga phasa. Nilai susut besi bersifat

konstan, sedangkan nilai susut tembaga bergantung pada besar arus beban.

Tabel 2.1 Rugi-rugi Transformator Fase Tiga (SPLN D3.002-1:2007)

Rugi
Rugi tanpa
Daya berbeban
beban
pada 75oC
kVA W W
1 2 3
25 75 425
50 125 800
100 210 1420
160 300 2000

http://digilib.mercubuana.ac.id/
25

200 355 2350


250 420 2750
315 500 3250
400 595 3850
500 700 4550
630 835 5400
800 1000 6850
1000 1100 8550
1250 1400 10600
1600 1680 13550
2000 1990 16900
2500 2350 21000

Besarnya susut energi adalah besarnya susut daya dikalikan dengan waktu atau dapat

ditulis dengan persamaan:

Esusut = Ptotal X t..............(2.15)

Dengan:

E = Susut energi(Wattjam)

Ptotal = Susut total penyulang (Watt)

t = waktu (jam)

Sehingga susut dalam persen dapat dinyatakan dengan persamaan:

Esusut
Esusut (%) = x 100 %..........(2.16)

Dengan:

Esusut = Susutenergi total (kWh)

E = Energi total yang disalurkan (kWh)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
26

2.11 Susut Dielektrik

Mengacu pada Jurnal Reduced Dielectric Losses for Underground Cable Distribution

Systems karya Hamzah Eteruddin dan Abdullah Asuhaimi Mohd Zin dengan hasil susut

dielektrik pada Penyulang Simpang Tiga sebesar 3528,23 kWh, hal ini membuktikan bahwa

susut dielektrik dapat terjadi pada penyulang dengan penghantar kabel bawah tanah (kabel

XLPE). Susut Dilektrik merupakan salah satu susut yang disebabkan oleh faktor thermal pada

penghantar. Nilai susut ini pada SUTM sangat kecil, sehingga diabaikan. Sedangkan susut

dielektrik pada SKTM dengan kabel three core dapat dihitung dengan rumus:

Pd = 3 (2. . f. C. V2 . tan ) (W).....................................................................(2.17) [2]

Dimana :

F = frekuensi (Hz)

C = kapasitansi (F/km)

V = tegangan nominal (V)

tan = faktor rugi-rugi

Dengan demikian, maka nilai susut daya total pada penghantar SKTM menjadi:

Ptotal = Psaluran + Ptransformator + Pdielektrik...............................................................(2.18)

2.12 Susut Tegangan Jaringan Tegangan Menengah

Perhitungan jatuh tegangan pada jaringan distribusi adalah selisih antara tegangan

pangkal pengirim (sending end) dengan tegangan pada ujung penerima (receiving end). Jatuh

tegangan terjadi karena ada pengaruh dari tahanan dan reaktansi saluran, perbedaan sudut

fasa antara arus dan tegangan serta besar arus beban, jatuh tegangan pada saluran bolakbalik

tergantung pada impedansi, beban, dan jarak. Penurunan tegangan maksimum pada beban

penuh, yang diperbolehkan di beberapa titik pada jaringan distribusi (SPLN 72 tahun 1987)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
27

SUTM = 5%, SKTM = 2% dari tegangan kerja bagi sistem radial; trafo distribusi = 3% dari

tegangan kerja; saluran tegangan rendah= 4% dari tegangan kerja tergantung kepadatan

beban; dan sambungan rumah = 1% dari tegangan nominal.

Merujuk pada Jurnal Analisa Rugi Rugi Daya Pada Jaringan Distribusi di PT. PLN

Palu karya Nolki Jonal Hontong, Maickel Tuegeh, dan Lily.S. Patras dengan perhitungan

pada beberapa penyulang, maka rumus perhitungan dalam jurnal tersebut dapat

diimplementasikan untuk menghitung susut tegangan Penyulang Suluh.

Untuk jatuh tegangan dapat dihitung dengan pendekatan yaitu:

100( cos + )
% = 2

=1 . % ..........................................(2.19) [5]

Dimana

V % = Jatuh tegangan dalam (%)

S = Daya yang disalurkan (VA)

X = Reaktansi saluran (/km)

R = Resistansi saluran (/km)

l = Panjang penghantar (km)

= Faktor daya (%)

Jadi parameter yang diperlukan untuk menghitung susut tegangan adalah :

1. Tahanan Penghantar

Nilai hambatan penghantar dapat dihitung dengan rumus 2.8 dengan nilai tahanan

jenis pada suhu 20oC adalah sebesar 0,0175 mm2/m untuk tembaga dan 0,0287

mm2/m untuk alumunium. Secara umum kawat kawat penghantar terdiri dari kawat

pilin. Untuk menghitung pengaruh dari pilin, panjang kawat dikalikan 1,02 (2% dari

faktor koreksi). Tahanan kawat berubah oleh temperatur dalam batas temperatur 10oC

sampai 100oC, maka tembaga dan alumunium berlaku persamaan.

http://digilib.mercubuana.ac.id/
28

+
2 = 1 +2 . (2.20)
1

Dimana

Rt2 = Tahanan dc pada temperatur t2 oC

Rt1 = Tahanan dc pada temperatur t1oC

To = Temperatur transisi bahan (238,5oC untuk tembaga dan 288,1oC untuk

alumunium) suhu terendah pada penghantar telanjang SUTM (SPLN87.1991)

t1 = 20oC, suhu terendah pada penghantar telanjang SUTM (SPLN87.1991)

t2 = 60oC, Suhu tertinggi pada penghantar telanjang SUTM (SPLN87.1991)

Menghitung tahanan dari kawat telanjang ada beberapa faktor yang mempengaruhi

diantaranya faktor efek kulit, dapat dipersamaankan.

= 2 /km (2.21)

Dimana

= Tahanan AC pada frekuensi yang diketahui

2 = Tahanan dc pada temperatur t2 oC

K = Faktor koreksi ( 1,02 )

2. Reaktansi saluran (X L)

Rumus perhitungan reaktansi saluran adalah

= 2 (2.22)

Dimana

= Reaktansi saluran (/km)

f = frekuensi jaringan (50 Hz)

L = induktansi (H/km)

http://digilib.mercubuana.ac.id/
29

Induktansi pada SUTM didapat dari rumus



= 2 107 .. (2.23)

Dengan

L = induktansi (H/km)

GMD = jarak rata-rata geometri (m)

GMR = radius rata-rata geometri yakni sebesar 5,2365x10-6 m2 untuk kabel

AAAC dengan luas penampang 150 mm2 (sesuai SPLN No.64 tahun

1985).

Jarak rata rata geometrinya

GMD = 3
12 23 13 .. (2.24)

Dengan

D = jarak antar konduktor (sebesar 850 mm untuk SUTM)

Sedangkan induktansi pada SKTM diketahui sebesar 0,382 x 10 -3 H/km (sesuai IEC

60502).

http://digilib.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai