Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di dalam dunia pekerjaan sangat diperlukan pengalaman untuk terjun secara
langsung ke lapangan. Khususnya di bidang pertanian, mahasiswa yang memilih untuk
bergabung dalam bidang pertanian setidaknya harus mengetahui secara langsung dunia
pertanian baik itu di bidang perkebunan, misalnya kelapa sawit, karet, maupun di bidang
penyuluhan ke masyarakat.
Di Universitas Sumatera Utara, mahasiswa dituntut agar mampu mengembangkan
potensi dirinya di bidang ilmu pertanian terutama mengenai teknis budidaya tanaman
perkebunan di lapangan yang terkhususnya perkebunan kelapa sawit karena besarnya
peluang pekerjaan di perkebunan kelapa sawit dan juga kelapa sawit merupakan
perkebunan yang populer di Indonesia. Di Universitas Sumatera Utara, memang sudah
dilakukan langkah awal yaitu praktikum dalam hal pembibitan tanaman kelapa sawit di
pre nursery. Namun, pengetahuannya masih sangat kecil. Dalam teknis budidaya kelapa
sawit saja masih banyak yang perlu diketahui dan dilihat secara langsung di lapangan
karena mahasiswa masih belum mengetahui jelas tentang aktivitas dan seluk beluk awal
sampai akhir tentang yang dilakukan di perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu, perlu
dilakukan kegiatan yang dapat mendukung berkembangnya potensi dan pengetahuan
mahasiswa pertanian. Kegiatan tersebutpun dilaksanakan melalui Kegiatan Praktek Kerja
Lapangan (PKL), sehingga mahasiswa dapat mengetahui ruang lingkup perkebunan lebih
maksimal dan juga siap bahkan mampu mengelola dan mengatur kegiatan di perkebunan
kelak di dunia pekerjaan.
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu kegiatan akademik
terjadwal yang dilakukan secara mandiri berupa observasi dan orientasi yang dilakukan
seorang mahasiswa pada suatu perusahaan perkebunan/ instansi atau balai penelitian, baik
milik pemerintah maupun swasta yang mempunyai beban sebesar 2 SKS yakni setara
dengan 30 (tiga puluh) hari kerja. Dalam melaksanakan PKL seorang mahasiswa terikat
kepada peraturan dan hukum yang dikeluarkan oleh negara, perusahaan atau instansi dan
peraturan mengenai tata tertib selama pelaksanaan PKL yang dikeluarkan oleh Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2

Tujuan Praktek Kerja Lapangan


Untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar :
1. Belajar mempersiapkan diri turun ke masyarakat dengan bekal ilmu yang sudah
didapat dan mampu membandingkan antara ilmu yang didapat selama di bangku
perkuliahan dengan kenyataan yang ada di dunia kerja nyata.
2. Mampu menganalisa dan memahami permasalahan dalam sistem yang lebih kompleks
dan luas.
3. Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapatkan dengan memberikan
sedikit kontribusi pengetahuan kepada perusahaan pada perusahaan perkebunan dan
instansi, secara jelas dan konsistensi dengan komitmen yang tinggi.
4. Mahasiswa memperoleh dan mampu mempraktekkan pengalaman atau keterampilan
langsung di lapangan sesuai realita yang ada selama PKL dan yang telah diperoleh
setelah lulus sarjana.
Profil Singkat Anglo Eastern Plantations Management Indonesia
PT. Tasik Raja - Tasik Estate
Sejarah Perusahaan
Anglo Eastern Plantation Group (AEP) memulai investasinya di Indonesia pada
tanggal 1 januari 1978 dengan membuka kantornya di Bumi Daya Building Lantai 5, di
jalan Imam Bonjol No. 16-D, Medan.
1. Awalnya Anglo Eastern Plantation Grup (AEP) hanya memiliki PT. United
Kingdom Indonesia Plantation (Kebun Blankahan) dan PT. Musam Utjing (Kebun
Sei Musam)
- Kebun Blankahan dibeli oleh Anglo Eastern Plantation Group (AEP) dari PT.
Sipef Medan Indonesia, yang mana sebelum keluar ijin operasionalnya
management kebun tersebut dikelola oleh PT. Sipef Medan Indonesia.
- Setelah ijin operasionalnya disetujui pada tanggal 1 Januari 1978 PT. United
Kingdom Indonesia Plantation diserahkan kepada Anglo Eastern Plantation
Group (AEP).
2. Pada awal tahun 1983 Anglo Eastern Plantation Group (AEP) mulai
mengembangkan usahanya dengan membuka PT. Tasik Raja (kebun Tasik),
kemudian mengerjakan preparation Nursery pada awal tahun 1982 dan selesai
tanam tahun 1987.
3. PT. Simpang Ampat bergabung dengan Anglo Eastern Plantation group (AEP) pada
awal tahun 1983.
4. Pada awal tahun 1990 Palm Oil Mill (POM) dibangun di kebun tasik, selesai sekitar
Agustus 1991 dan mulai berproduksi penuh pada bulan September 1991.
3

5. PT. Anak Tasik Semula adalah PT. Tinggi Raja dibeli oleh Anglo Eastern Plantation
Group (AEP) pada tanggal 01 Agustus 1995.
6. Setelah dilakukan survey pada bulan April 1996 akhirnya pada bulan Juni 1996
PT. Mitra Puding Mas dan PT. Alno Agro Utama yang berlokasi di Bengkulu dibeli
oleh Anglo Eastern Plantation Group (AEP).
7. Kemudian pada bulan Juli 1996, seluruh perusahaan yang bernaung dibawah Anglo
Eastern Plantation Group (AEP) dipecah menjadi beberapa kebun seperti sebagai
berikut :
- PT. United Kingdom Indonesia Plantations (Kebun Blankahan) tetap.
- PT. Musam Utjing (Kebun Sei Musam) tetap.
- PT. Tasik Raja (Kebun Tasik) dipecah menjadi kebun Tasik Estate, Tasik
Harapan, dan Tasik Idaman.
- PT. Simpang Ampat (kebun Rambung) tetap.
- PT. Anak Tasik (kebun Tanjung Selamat) tetap.
- PT. Mitra Puding Mas (kebun MPM) dipecah menjadi kebun Puding Mas dan
kebun Putri Hijau.
- PT. Alno Agro Utama (kebun Alno) bengkulu dipecah menjadi kebun Sapta
Buana, kebun Kahuripan, kebun Sumindo dan kebun Mustikarma.
8. Kemudian pada bulan Juni 1999 seluruh perusahaan yang bernaung dibawah Anglo
Eastern Plantation Group dipecah menjadi beberapa kebun, sebagai berikut:
a. Kebun di Sumatera Utara
- PT. UKINDO (Kebun Blankahan)
- PT. Musam Utjing (Kebun Sei Musam)
- PT. Tasik Raja (Tasik Estate, Tasik Harapan dan Tasik Idaman)
- PT. Simpang Ampat (Kebun Rambung)
- PT. Anak Tasik (Tanjung Selamat)
- PT. Cahaya Pelita Andhika (CPA-Sibolga)
- PT. Hijau Pryan Perdana (HPP)
b. Kebun di Riau
- PT. Bina Pitri Jaya (BPJ)
c. Kebun di Bengkulu
- PT. Mitra Puding Mas (Kebun Puding Mas dan Kebun Putri Hijau)
- PT. Alno Agro Utama (Kebun Alno) Bengkulu dipecah menjadi Kebun Sapta
Buana, Kebun Kahuripan, Kebun Pangeran, Kebun Sumindo, Kebun Mustika
Rama (Air Ikan)
- PT. Riau Agrindo Agung (RAA)
d. Kebun di Sumatera Selatan
- PT. Empat Lawang Agro Perkasa
- PT. Karya Kencana Sentosa Tiga
e. Kebun di Kalimantan
- PT. Sawit Graha Manunggal
- PT. Kahayan Agro Plantation
9. Pada tanggal 15 Januari 2000, Head Office Anglo Eastern Plantation Group (AEP)
pindah kegedung Wisma HSBS Lantai 3, Jalan Diponegoro Kaveling II, Medan.
4

Managing Directors
1. Mr. R. R. Lawes : 01 Januari sampai dengan Februari 1985
2. Mr. C.. G. Gibson : Februari 1985 sampai dengan November 1989
3. Mr. Ian O Neil Roe : November 1989 sampai dengan Januari 1990
4. Mr. D. H. Griffiths : Februari 1990 sampai dengan Februari 1993
5. Mr. D. R. Hoare : Februari 1993 sampai dengan September 1997
6. Mr. Cheah Chen Kin : September 1997 sampai dengan September 2000
7. Mr. Sim Hock Soon : Oktober 2000 sampai dengan Desember 2010
Letak Geografis
PT. Tasik Raja Tasik Estate berada di Desa Bukit Tujuh, Kecamatan Torgamba,
Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara dengan luas planted area
1.838,48 ha. PT. Tasik Raja memiliki sebuah pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 60 ton
per jam yang bernama Tasik POM.
Luas Areal
Luas planted area tanaman kelapa sawit PT. Tasik Raja-Tasik Estate (Tabel 1) akan
diuraikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Pembagian divisi beserta luas areal PT. Tasik Raja Tasik Estate
No Pembagian Areal Luas (Ha) %
1 Divisi IV 681,54 37,07%
2 Divisi V 624,46 33,97%
3 Divisi VI 532,48 28,96%
Total 1.838,48 100
Struktur Organisasi PT. Tasik Raja Tasik Estate.
Struktur organisasi perusahaan adalah suatu kerangka perusahaan, kerangka
kegiatan-kegiatan perusahaan yang menentukan pembagian pekerjaan pada unit-unit
organisasi, pembagian wewenang, adanya sistem komunikasi dan akhirnya mencakup
sistem koordinasi dalam perusahaan. Gambaran dari aktivitas-aktivitas secara keseluruhan
diketahui dari struktur organisasi suatu perusahaan. Bagan organisasi tersebut juga
bertujuan untuk mengetahui pekerjaan dari tugas masing-masing dan pertanggungjawaban.
Secara garis besar, PT. Tasik Raja-Tasik Estate yang merupakan anak perusahaan
dari PT. Anglo Eastern Plantation Management Indonesia. Perusahaan tersebut memiliki
struktur organisasi Plantation Department sehingga dapat memahami serta menjalankan
fungsi dan peranan masing-masing. Adapun struktur organisasi untuk karyawan golongan
staff/non staff dan SKU dalam Struktur Organisasi Department di Kebun yaitu :
Golongan Staff/Non Staff : Regional Manager, Senior Manager/Estate Manager,
Senior Asistant, Field Asistant, Kepala Tata Usaha,
Surveyor, Head Mechanic, dan Team GRTT.
5

Golongan SKU : Krani Divisi (Division Clerck), Krani Buah (FFB Clerk),
Mandor I (Mandor Kualitas), Mandor Panen, Mandor
Harian, Account Clerk, Payroll Clerk, Admin. Clerk, Krani
Gudang, Krani Transport dan Danton.
Kebun Tasik Estate dipimpin oleh seorang Manager. Pada pelaksanaannya sehari-
hari manager dibantu oleh beberapa staff, terdiri dari :
1. Satu orang asisten kepala (senior asistant) yang bertugas mengawasi dan mengkoordinir
pekerjaan asisten divisi lainnya
2. Tiga orang asisten divisi yang bertugas mengawasi bagian divisi perkebunan
3. Satu orang Kepala Tata Usaha yang bertugas untuk mengurus administrasi atau laporan
kebun, masalah keuangan dan koperasi secara keseluruhan di perkebunan.
4. Tiga orang krani divisi yang bertugas untuk menangani masalah administrasi di setiap
divisi
5. Satu orang krani transport yang bertugas membantu asisten dalam mengawasi
transportasi kebun, menyusun perencanaan kerja kendaraan atas persetujuan asisten
serta mengatasi masalah transportasi kebun dan perbengkelan.
6. Satu orang perwira pengamanan (Danton) yang dibantu oleh anggota security yang
bertugas mengatur dan mengepalai sistem keamanan kebun.

Sistem Administrasi Divisi


Administrasi divisi merupakan pekerjaan administrasi yang menyajikan seluruh
kegiatan yang dilakukan serta mencatat rencana dan realisasi, hasil serta melaksanakan
evaluasi kerja. Kegiatan administrasi divisi dikerjakan oleh Krani divisi dan Krani
Produksi dibantu oleh Office Boy. Adapun jenis administrasi yang ada di perkebunan ini :
1. Administrasi Dinding, terdiri dari :
- Struktur Organisasi
- Peta Divisi
- Program dan Realisasi Kerja
- Input Produksi
2. Bentuk Form/ lembaran, yang terdiri dari :
Form Harian/ bulanan :
- Muster Chit
- Program Realisasi Kerja
- OPHR (Oil Palm Harvesting Record)
- Monthly account
- Daily distribution
- Absensi Karyawan
- Blanko Inspeksi Ancak
- Blanko Cek TPH (buah matang, mengkal, mentah, abnormal, serta over ripe)
- Material Issue Note (MIN)
Form Tahunan :
6

- Budget
3. Bentuk Buku
- Daily Cost ( Biaya Harian)
- Rekap Cuti Karyawan
- Produksi Harian, mingguan dan Bulanan
- Program Rencana Kerja Bulanan (work program)
- Buku Mandor
4. Formulir-formulir lainnya
Administrasi divisi bertujuan untuk :
- Perencanaan Kerja
- Organisasi Kerja
- Evaluasi Kerja
Durasi dan Lokasi Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan dari tanggal
11 Juli 20 Agustus 2016, yaitu 30 hari kerja di PT. Tasik Raja - Tasik Estate. Lokasi PKL
bertempat di Desa Bukit Tujuh Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan
Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian tempat 300 m diatas permukaan laut.
Fasilitas yang Didapatkan
Fasilitas yang kami peroleh adalah tempat tinggal berupa mess training, mess staff
yang kosong. Untuk transportasi selama kegiatan PKL kami diberi tumpangan berbagai
jenis kendaraan yang berbeda setiap harinya tergantung lokasi dimana kami akan
melakukan kegiatan. Kendaraan tersebut meliputi TK (Truk Kayu), DT (Dump Truck),
mini bus, bus sekolah, dan tumpangan sepeda motor oleh karyawan ataupun BHL (Buruh
Harian Lepas) dan mandor lapangan.
Kami juga memperoleh fasilitas berupa printer yang terdapat di kantor untuk
mencetak laporan kami dan terdapat fasilitas berupa lapangan bola, mesjid dan gereja yang
dapat kami gunakan.
Mekanisme Interaksi dengan Pembimbing Lapangan
Setiap hari kerja kami selalu dibimbing oleh pembimbing lapangan untuk
mengetahui dan mengamati kondisi kebun. Kemudian pada setiap divisi kami juga dibantu
oleh pembimbing lapangan lainnya seperti asisten kebun, mandor serta kontraktor.
Kemudian untuk kegiatan di kantor kami juga dibantu oleh kepala tata usaha dan krani
divisi sebagai pembimbing kami di kantor serta karyawan yang ada di kantor tersebut.
7

BAB II
METODOLOGI KERJA PRAKTEK

2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan di PT. Tasik Raja Tasik Estate, Desa
Bukit Tujuh Kecamatan Torgamba Kabupaten Labuhan Batu Selatan yang merupakan anak
perusahaan dari Anglo Eastern Plantations Management Indonesia (AEPMI) dengan
ketinggian tempat 300 meter di atas permukaan laut, dimulai dari tanggal 11 Juli 2016
sampai dengan 20 Agustus 2016.
2.2 Rancangan
Rancangan praktek kerja lapangan ini dilakukan dengan membentuk kelompok
yang terdiridari 5-6 orang, lokasi PKL ditentukan oleh pihak Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara. PKL dilaksanakan lebih kurang 30 hari kerja dan 10 hari
pembuatan laporan. Praktek Kerja Lapangan dimulai dari mengikuti kuliah pembekalan,
absensi menjadi pertimbangan nilai PKL dan dilepas secara resmi oleh program studi.
2.3 Implementasi
Praktek kerja lapangan ini direncanakan dengan cara turun langsung kelapangan,
mengamati, mempraktekkan sekaligus mendokumentasikan cara kerja yang ada di
lapangan dibawah arahan instruktur atau pembimbing lapangan, serta berinteraksi dengan
pekerja yang ada di lapangan.
Hasil pekerjaan yang dilakukan ditulis pada bab hasil dan pembahasan dengan
menjelaskan pekerjaan yang dilakukan di PT. Tasik Raja Kebun Tasik Estate,
Desa Bukit Tujuh, Kec. Torgamba, Kab. Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara
dengan membahas pekerjaan tersebut.
8

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di PT. Tasik Raja yang berlangsung
selama 30 hari kerja (Tabel 2). Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama
mengikuti PKL adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel Kegiatan Praktek Kerja Lapangan
NO. TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN

PT. Tasik Raja-Tasik


1 11 Juli 2016 Tiba di PT. Tasik Raja Estate

Pengenalan Tentang Kebun oleh Kantor PT. Tasik Raja-


2 12 Juli 2016
Senior Manager Tasik Estate

3 13 Juli 2016 Spraying (Purifikasi) Divisi V Block A5

4 14 Juli 2016 Mendongkel (Selective Weeding) Divisi V Block A5

Pembibitan Mucuna dan


5 15 Juli 2016 Divisi V Block A5
Penyisipan Mucuna

6 16 Juli 2016 Pemanenan Divisi V Block H5

8 18 Juli 2016 Pencincangan (Chipping) Divisi VI Block D6

Divisi VI Block B6 dan


9 19 Juli 2016 Blanket dan Spraying Circle
M4

10 20 Juli 2016 Penanaman Bibit Pre Nursery Tasik Idaman Divisi III

Divisi IV Block J4 dan


11 21 Juli 2016 Pemupukan (Manuring)
Block I4

12 22 Juli 2016 Pengangkutan Bibit Tasik Idaman Divisi III

13 25 Juli 2016 Pemeliharaan TM Ulat Kantong Divisi IV Block E4

14 26 Juli 2016 Sensus Ulat Kantong dan Ulat Api Divisi IV Block B4

15 27 Juli 2016 Pemanenan TM 1 Divisi IV Block C4


9

Pembuatan Lubang Tanam dan Divisi VI Block B6 dan


16 28 Juli 2016
Elektrap Divisi VI Block E4

17 29 Juli 2016 Pemancangan Stacking Divisi V Block H5

18 30 Juli 2016 Pancang Teras Divisi VI Block B6

19 01 Agustus 2016 Pacang Tanam Divisi VI Block B6

20 02 Agustus 2016 Sortasi (Buah Luar) PKS

21 03 Agustus 2016 Pembuatan Teras Divisi VI Block B6

22 04 Agustus 2016 Pemancangan Stacking Divisi V Block

23 05 Agustus 2016 Kastrasi Divisi IV Block B4

24 06 Agustus 2016 Sortasi (Buah dalam dan Luar) PKS

25 08 Agustus 2016 Pengenalan Pabrik PKS

26 09 Agustus 2016 Pembuatan Laporan Mes Staff

27 10 Agustus 2016 Pembibitan Mucuna LC atas

Kantor PT Tasik Raja-


28 11 Agustus 2016 Melanjutkan Pembuatan Laporan
Tasik Estate

Kantor Rayon PT Tasik


29 12 Agustus 2016 Kegiatan Pembuatan Laporan
Raja-Tasik Estate

Kantor Rayon PT Tasik


30 13 Agustus 2016 Kegiatan Pembuatan Laporan
Raja-Tasik Estate

Kantor Rayon PT Tasik


31 14 Agustus 2016 Kegiatan Pembuatan Laporan
Raja-Tasik Estate

Kantor Rayon PT Tasik


32 15 Agustus 2016 Kegiatan Pembuatan Laporan
Raja-Tasik Estate

Kegiatan Persiapan HUT RI dan


33 16 Agustus 2016 KM dan Mess Training
Persentasi PKL

Kegiatan perayaan hari PT. Tasik Raja-Tasik


34 17 Agustus 2016
Kemerdekaan Republik Indonesia Estate

Mempresentasikan hasil praktek Mess Training PT Tasik


35 18 Agustus 2016
kerja lapangan Raja

36 19 Agustus 2016 Melanjutkan Presentasi Hasil Mess Training PT Tasik


Praktek Kerja Lapangan
10

Raja

37 20 Agustus 2016 Meninggalkan Kebun dan Medan


Kembali ke Medan

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Adapun materi pembelajaran yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan di


PT. Tasik Raja-Tasik Estate yang meliputi:
1. Pengenalan umum kondisi perkebunan PT. Tasik Raja-Tasik Estate
2. Kegiatan pada tanaman kelapa sawit
a. Pembibitan (Nursery)
- Penentuan Lokasi Areal Pembibitan
- Pengadaan Bahan Tanam Serta Penanganan Penerimaan Benih
- Persiapan Media Tanam
- Penanaman Benih
- Perawatan Tanaman di Pre nursery dan Main nursery
b. Pemeliharaan :
-
Pengendalian gulma dengan Spraying Purifikasi Tanaman Tahun 2015
-
Pengendalian gulma dengan Spraying Circle Tanaman Tahun 1986
-
Mendongkel
-
Kastrasi
-
Janjangan kosong kelapa sawit (jangkos)
-
Sensus ulat api, ulat kantong dan tikus
-
Pengendalian hama ulat kantong
-
Pemupukan ZA
c. Pemanenan Kelapa Sawit
-
Kriteria matang panen
-
Cara/teknik panen
-
Rotasi panen
-
Sistem ancak panen
-
Panca panen
-
Angka kerapatan panen
-
Inspeksi kualitas buah
d. Replanting (Peremajaan Ulang)
11

-
Pemancangan teras
-
Pemancangan Stacking
-
Pancang Tanam
-
Penumbangan dan chipping dengan escavator
-
Pembuatan terasan
e. Pembuatan lubang tanam
f. Pembibitan dan Penanaman tanaman LCC (Legume Cover Crops) yaitu
Mucuna brachteata
g. Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Pembahasan
Pembibitan (Nursery)
Pembibitan (nursery) di PT. Tasik Raja terdapat di sub rayon Tasik Idaman.
Pembibitan yang diterapkan pada perkebunan ini adalah menggunakan 2 tahap, yaitu
pre nursery (3 bulan) dan main nursery (9 bulan). Benih yang digunakan adalah benih
yang di produksi dari Socfindo untuk tahun tanam pada Agustus 2016 yang merupakan
persilangan dari tetua Dura (betina) dan Pisifera (jantan). Persilangan dari kedua tetua ini
menghasilkan anakan yang lebih dikenal dengan Tenera. Ciri fisik dari Dura adalah :
memiliki cangkang yang tebal, daging buah yang tipis dan kernel (daging biji) yang besar
sementara tetua Pisifera memiliki ciri berupa cangkang yang tipis bahkan hampir tidak ada,
dan daging buah tebal, sementara untuk hasil dari persilangan ini (Tenera) memiliki ciri
perpaduan dari kedua tetuanya yaitu bercangkang tipis dan berdaging buah tebal. Dengan
keunggulan tersebut, nantinya akan dihasilkan rendemen minyak kasar (Crude Palm Oil)
yang tinggi.
Penentuan Lokasi Areal Pembibitan
Pemilihan lokasi areal pembibitan untuk PT. Tasik Raja adalah mempertimbangkan
beberapa persyaratan lokasi pada umumnya seperti : dekat dengan sumber air, dekat
dengan lokasi penanaman, topografi datar, bebas hama dan penyakit, dan dekat dengan
kantor.
Pengadaan Bahan Tanam Serta Penanganan Penerimaan Benih
Benih yang digunakan adalah benih yang diproduksi oleh Socfindo (D x P). 1 kotak
benih yang terdiri 50 bungkus benih dan 1 bungkus berisi 103 benih yang memiki daya
kecambah 98%.
Pemesanan kecambah kelapa sawit (Gambar 1) dilakukan 12 bulan sebelum
penanaman kecambah jumlah kecambah disesuaikan dengan jumlah populasi ditambahkan
30% dari jumlah kecambah yang dipesan sebagai cadangan untuk kecambah yang afkir dan
sisipan.
12

Kotak yang berisi benih memiliki informasi yang lengkap mengenai Alamat
pembelian benih, Varietas, dan lain sebagainya.

Gambar 1. Kecambah Socfindo


Persiapan Media Tanam
Ukuran babybag yang digunakan untuk penanaman kecambah adalah 14 x 22 cm,
dengan campuran media tanam berupa topsoil dengan pupuk Rockphospate sebanyak 25 gr
pupuk Rockphospate per babybag. Setelah dilakukan pengisian media tanam, babybag
disusun kedalam bedengan. Setiap satu bedengan berisi 1200 baby bag. Panjang bedengan
1,2 m dan lebar bedengan 12 m. Setiap 1 barisan disusun 10 babybag yang bertujuan untuk
mempermudah perawatan dan sesuai dengan jangkauan tangan penanam. Jarak antar setiap
bedengan 80 cm. Areal pembibitan tidak menggunakan naungan dikarenakan kecambah
akan rentan dengan serangan jamur.
Tahapan persiapan media tanam (Gambar 2) yaitu :
-
Tanah disaring terlebih dahulu
-
Kemudian tanah diisi ke baby bag
-
Kemudian baby bag disusun kelahan/bedengan
-
2 minggu sebelum penanaman dilakukan penyiraman pagi dan sore hari
-
Setelah media tanam selesai kemudian dilakukan penanaman kecambah

a b
Gambar 2. Pembuatan media tanam: a. Pengisian media tanam;
b. Penyusunan babybag kedalam bedengan
13

Penanaman Benih
Sebelum dilakukan penanaman benih ke polybag dilakukan terlebih dahulu
penomoran pada setiap bungkus benih (Gambar 3).

Gambar 3. Penomoran pada setiap bungkus benih


Setelah dilakukan penomoran maka dilakukan seleksi kecambah. Kecambah yang
diseleksi adalah kecambah yang plumula atau radikula patah, kecambah yang memiliki dua
plumula dan radikula doubletone dan kecambah yang mempunyai lebih dari 2 plumula atau
radikula. Kecambah yang plumula dan radikulanya patah diafkir, kecambah doubletone
dikumpulkan dan ditanam ke bedengan khusus untuk mempermudah perawatan sedangkan
kecambah yang mempunyai lebih dari dua plumula dan radikula dilakukan pembuangan
satu plumula dan radikula yang kondisinya tidak baik dengan tujuan untuk meminimalkan
persaingan dalam pengambilan makanan sehingga mengakibatkan pertumbuhan benih
menjadi tidak optimal.
Penanaman benih ke media tanam dilakukan dengan teknik menggemburkan terlebih
dahulu media tanam, kemudian di buat lubang seukuran jari telunjuk dengan kedalaman
2 cm dari atas permukaan tanah (Gambar 4). Pelubangan media tanam menggunakan jari
tangan kiri sementara tangan kanan memegang benih. Setelah itu, benih ditanam dengan
posisi radicula menghadap geotropisme positif dan plumula pada posisi geotropisme
negatif. Kemudian benih ditanam dan ditutupi tanah guna menghindari serangan hama
ataupun sinar matahari berlebih. Penanaman yang terlalalu dalam akan menghasilkan bibit
tidak sehat karena terjepit tanah. Penanaman dengan posisi radikula dan plumula yang
terbalik akan mengakibatkan pertumbuhan yang melintir (twisted shoot) dan terhambat.
Arah dari plumula dan radikula ditentukan dengan 5 baris bedengan menghadap timur dan
5 baris bedengan arah plumula dan radikula menghadap ke kanan yang bertujuan agar
semua tanaman mendapatkan intensitas matahari yang optimal.
Setelah dilakukan penanaman dilanjutkan dengan pembuatan atau pemasangan papan
label yang berisikan tanggal tanam, varietas dan jumlah benih.
14

a b c

d e f
Gambar 4. Proses penanaman benih sawit: a. BHL melakukan seleksi kecambah;
b. Kecambah yang berjamur; c. Kecambah doubletone; d. kecambah yang
memiliki lebih dari 2 radikula atau plumula; e. Penanaman kecambah ke
babybag; f. Pembibitan yang telah diberi papan label.

Perawatan Tanaman di Pre Nursery dan Main Nursery


Penyiraman
Teknologi penyiraman di pembibitan kelapa sawit PT. Tasik Raja-Tasik Idaman
menggunakan selang Sumi Sansui Mark II (Gambar 5). Selang ini diletakkan diantara
barisan kosong antar bedengan. Selang ini memiliki panjang 100 meter dan dapat mengairi
200 bibit. Selang ini tersambung dengan kran dimana air yang dipompa dari sumber air
akan mengumpul di masing-masing kran. Satu kran dapat mengairi sekitar 500 bibit. Pada
selang, terdapat lubang-lubang seukuran jarum yang letak arahnya saling silang. Jarak
antar lubang 10 cm. Dari lubang inilah air yang dipompa akan keluar untuk mengairi
tanaman. Pada fase pembibitan, yang paling harus diperhatikan adalah kebutuhan air
tanaman. Sistem ini menggunakan pipa Sumi Sansui Mark II dan dialirkan selama 30
menit dengan kebutuhan air yang dapat diterima bibit sebesar 0,25 liter/dua kali
sehari/babybag.
Sedangkan pada main nursery, bibit memerlukan air 2 liter dengan penyiraman satu
liter pagi dan satu liter sore selama 30 menit. Penyiraman dilakukan secara bergantian
sesuai dengan blok yang akan disiram. Penyiraman dengan selang sumi sansui II yang
memiliki panjang 1 roll 110 meter. Satu selang terletak pada 2 baris tanaman dengan dapat
menyiram 222 tanaman jarak tanam 90 x 90 x 90 cm.
15

a b
Gambar 5. Sistem peyiraman: a. Sistem penyiraman di Pre Nursery;
b. Sistem penyiraman di Main Nursery
Pengendalian Gulma (Weeding)
Baik pada tahap pre nursery maupun main nursery, pengendalian gulma adalah hal
penting lainnya yang sangat perlu untuk diperhatikan. Kebersihan areal pembibitan dari
gulma sangat dibutuhkan agar tidak terjadi kompetisi baik dari segi tempat, cahaya ataupun
unsur hara. Pembersihan gulma pada areal pre nursery dilakukan secara manual
(Gambar 6) yaitu dengan mencabuti gulma yang tumbuh di dalam baby bag, maupun
gulma yang tumbuh disekitar areal bedengan untuk menjaga kebersihan lahan.
Pembersihan gulma dilakukan setiap hari, itu sebabnya pekerja harus teliti dalam
melakukan pengerjaan tersebut. Untuk pre nursery, pengendalian gulma dapat juga
dilakukan bersamaan dengan proses penggemburan tanah dan konsolidasi. Konsolidasi
merupakan suatu kegiatan memperbaiki tanaman, maksudnya apabila ada bibit tanaman
yang bagian cangkangnya terlihat dipermukaan tanah, dapat ditutup kembali dengan
menggunakan tanah agar bibit dapat tumbuh dengan baik dan sebagaimana mestinya,
memperbaiki posisi babybag yang miring dan lain sebagainya. Sehingga, pekerjaan
tersebut bisa dilakukan sejalan agar lebih efektif.
Sementara untuk pengendalian gulma di areal main nursery di lakukan dengan
beberapa cara (Gambar 6). Untuk gulma yang tumbuh di dalam polybag, dibersihkan
secara manual yaitu dengan mencabut gulma. Sedangkan untuk gulma yang tumbuh di
antar baris dari polybag, dikendalikan dengan menggunakan herbisida kleen up berbahan
aktif glifosat dengan konsentrasi 10 cc/liter dengan 1 kali aplikasi
10 liter/100 cc + metafuron 2,5 gr/10 liter. Kegunaan matafuron adalah untuk mencegah
rumput mahkota.
Penyemprotan herbisida dilakukan dengan menggunakan knapsack bermodel
nozzle kancing. Pada bagian sekitar nozzle di pasang bola plastik yang sudah dibelah
menjadi dua bagian. Fungsi dari bola plastik tersebut adalah untuk menahan pantulan
16

herbisida agar tidak mengenai bibit tanaman kelapa sawit di main nursery. Penyemprotan
harus dilakukan secara konstan dan ketinggian semprotan tidak boleh melewati tinggi
polybag tanaman di main nursery. Penyemprotan harus dilakukan disekitar areal tulang
kering dari kaki penyemprot agar bibit tanaman tidak terkena herbisida.

a b
Gambar 6. Pengendalian gulma: a. Pengendalian gulma secara manual;
b. Pengendalian gulma secara chemist
Pemupukan (Manuring)
Perawatan lainnya yang tak kalah pentingnya adalah pemupukan. Proses
pemupukan sangat dibutuhkan oleh tanaman terkhusus dalam penyediaan unsur hara bagi
pertumbuhan tanaman. Untuk bibit yang berada di pre nursery, pemupukan dilakukan
ketika tanaman berumur 1 bulan (4 minggu setelah penanaman bibit). Pupuk yang di
gunakan adalah pupuk majemuk N : P : K : Mg 15 : 15: 6 : 4 dengan dosis
25 g/10 ltr air/ 200 bibit (Tabel 3). Metode aplikasi pemupukan di Pre-nursery dilakukan
melalui daun (soliar spray). Periode pemupukan mulai minggu ke-4 hingga ke
transplanting ke main nursery pada minggu ke-12. Pemupukan dilakukan pada pagi hari
dengan menggunakan alat yaitu gembor dan kepalanya.
Pemupukan Pre Nursery
Metode Aplikasi : Melalui daun (Suliar spray)
Periode pemupukan : Mulai minggu ke-4 hingga transplanting ke main nursery
(minggu ke-12)
Waktu : Pagi hari
Peralatan : Gembor
17

Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan Bibit Kelapa Sawit di Pre-Nursery


UMUR PUPUK
(MINGGU) UREA 15 : 15 : 6 : 4 + TE
4 - 25gr/10 L/200 bibit
5 25gr/10 L/200 bibit -
6 - 25gr/10 L/200 bibit
7 25gr/10 L/200 bibit -
8 - 25gr/10 L/200 bibit
9 25gr/10 L/200 bibit -
10 - 25gr/10 L/200 bibit
11 - 25gr/10 L/200 bibit
12 - 25gr/10 L/200 bibit

Untuk bibit yang ada di main nursery, yaitu menggunakan pupuk majemuk.
Dengan interval pemupukan 10 hari. Merek dagang pupuk adalah mahkota NPK Granular
dengan perbandingan 12 : 12 : 17 : 2 + TE. Kandungan Nitrogen (12%) ; Phospate (12%) ;
Kalium (17%) ; Magnesium (2%) ; TE (B, Cu, Zn) ; Kadar air (Maks 3 %) (Tabel 4). Cara
Aplikasi yaitu pupuk ditebar merata dengan radius 3-5 cm dari batang tanaman
1 pokok/25 gr.
Pemupukan Main Nursery
Metode Aplikasi : Disebar merata (broadcast) dalam polybag
Periode pemupukan : 2 minggu setelah transplanting dari pre nursery umur 56 minggu
Waktu aplikasi: Pagi hari
Peralatan : Takaran sesuai dosis anjuran
Tabel 4. Rekomendasi Pemupukan Bibit Kelapa Sawit di Pre-Nursery

Pupuk (gr/bibit)

Umur (Minggu) Urea 15 : 15 : 6 : 4 + TE 12 : 12 : 17 : 2 + TE Kieserit

14 0 2,5 0 0
16 0 5 0 0

18 0 7,5 0 0

20 0 10 0 0

22 0 10 0 0

24 0 10 0 0

28 0 0 20 10

32 0 0 20 0

36 0 0 25 0

40 0 0 25 15

44 0 0 30 0

48 0 0 30 0

52 0 0 30 15

56 0 0 30 0

Total 0 45 210 40
18

Pemupukan dilakukan tergantung pada umur tanaman . Pemupukan dilakukan


sebelum tanaman disiram dan pada pagi hari. Jumlah pupuk NPK 12 : 12 : 17 : 2 + TE
yang diaplikasikan di main nursery adalah 210 gr. Jumlah pupuk NPK 15 : 15 : 6 : 4 + TE
yang diaplikasikan di main nursery adalah 45 gr. Dalam 1 HK yang dipupuk adalah 5000
tanaman, dengan jumlah tenaga kerja yaitu 11 orang (8 pemupuk, 2 pelangsir dan
1 mandor).
Pengafkiran Bibit (Culling)
Kegiatan pengafkiran bibit merupakan tindakan yang di lakukan untuk menyeleksi
bibit yang pantas untuk di lanjutkan pertumbuhannya dan juga bibit yang sebaiknya
di musnahkan. Dengan pengafkiran ini, maka kita dapat mengetahu bibit mana yang
berpotensi baik dilapangan untuk menghasilkan produksi yang baik pula nantinya. Selain
itu, fungsi lain dari pengafkiran ini adalah untuk mempermudah perawatan melalui
pengelompokan, agar didapati bahan tanam yang seragam, serta memiliki pertumbuhan
yang baik.
Pengafkiran yang dilakukan di pre nursery adalah sebesar 12% sementara yang
dilakukan di main nursery adalah 13%. Sehingga, total keseluruhan bibit yang diafkir dari
keseluruhannya adalah 25%.
Kebutuhan kecambah yaitu +30 dari luas lahan. Contohnya luas lahan adalah 1 ha,
kecambah 143, maka kebutuhan kecambah adalah 143 + 30. Dilapangan juga dapat terjadi
kecambah tumbuh dua tunas. Bibit tersebut dipelihara namun kemungkinan tumbuhnya
kecil.
Untuk proses culling ini sendiri, baik yang dilakukan di pre nursery maupun yang
dilakukan di main nurseryharus mengikuti beberapa tahapan penting. Adapun beberapa
tahapan dalam proses culling adalah:
1. Marking
Marking (Gambar. 7) adalah suatu kegiatan penandaan pada polybag. Bibit yang
diafkir, diberi tanda silang (X) pada bagian terluar polybag dengan menggunakan cat. Hal
ini bertujuan untuk mempermudah dalam menandai bibit yang pantas dan yang tidak
pantas untuk dirawat lebih lanjut.
19

Gambar 7. Marking Polybag


2. Proses Pengeluaran
Pada tahap ini, bibit yang sudah di tandai untuk di afkir, dikeluarkan dari barisan
bibit yang baik untuk selanjutnya diletakkan pada kelompok bibit yang juga termasuk
dalam kategori afkir. Bibit-bibit tersebut diletakkan pada bagian belakang areal pembibitan
dengan space 1 m dari bibit yang sehat.
3. Pendataan
Setelah masa pengafkiran berakhir, maka tugas selanjutnya yang harus dilakukan
adalah perhitungan total bibit yang sudah diafkir. Informasi berupa jumlah bibit yang
diafkir serta penyebab engafkiran harus tercatat dengan jelas pada proses ini sehingga
nantinya dapat diketahui sisa bibit yang masih dalam keadaan sehat.
4. Pemusnahan
Setelah semua proses dilakukan, maka Asisten harus membuat surat permohonan
untuk pemusnahan bibit. Jika surat tersebut telah disetujui, maka harus segera dilakukan
pemusnahan agar apabila ada bibit afkir yang diakibatkan oleh penyakit, agar tidak
menyebar pada tanaman sehat yang lainnya. Dan oleh karena tidak diperbolehkan kegiatan
pembakaran (Zero burning) maka biasanya pemusnahan bibit yang diafkir adalah dengan
cara mencacah bibit dan lalu mengubur bibit pada tehmpat yang telah ditentukan. Kegiatan
pemusnahan bibit haruslah disaksikan oleh manager dan harus di dokumentasikan sebagai
bukti kegiatan.
Pada areal pre nursery, bibit yang ditemui untuk diafkir adalah sebagai berikut:
1. Bibit Collante
Bibit Collante adalah salah satu bibit afkir yang memiliki kriteria daun meruncing
dan tidak membuka walaupun secara umur, daun harusnya sudah membuka (Gambar 8).
Bibit seperti ini dikhawatirkan akan terganggu proses fotosintesisnya sehingga dalam
prakteknya perlu dilakukan pengafkiran untuk menghindari kerugian di masa
menghasilkan tanaman.
20

Gambar 8. Bibit Collante


2. Daun Terpelintir (Twisted Leaf)

Gambar 9. Twisted Leaf


Biasanya, daun terpelintir ini terjadi akibat kesalahan dalam penanaman
(Gambar 9). Dapat dipastikan bahwa pertumbuhan yang seperti ini dapat mengakibatkan
pertumbuhan menjadi terhambat sehingga perlu dilakukan pengafkiran.
3. Daun Seperti Rumput (Grass Leaf)
Pada jenis bibit ini, daun tanaman tampak meruncing, sempit, dan memiliki
perbandingan antara lebar dan tinggi daun yang tidak sesuai (Gambar 10). Itu sebabnya
jenis bibit demikian harus diafkir.

Gambar 10. Daun Seperti Rumput (Grass Leaf)


4. Daun Menyempit dan Tegak (Erect Leaf)
21

Gambar 11. Daun Menyempit dan Tegak


Daun menyempit dan tegak bisa terjadi karena faktor genetik. Keadaan demikian
dapat menyebabkan gangguan dalam proses fotosintesis sehingga perlu diafkir
(Gambar 11).
5. Daun Berkerut (Crincled Leaf)

Gambar 12. Daun Berkerut (Crincled Leaf)


Daun berkerut pada pre nursery, apabila persentase kerutan sangat banyak harus
segera di afkir (Gambar 12). Namun apabila saat dirawat tumbuh daun normal maka masih
bisa ditolerir. Kedaan daun yang demikian ini bisa diakibatkan oleh penyakit ataupun juga
karena kekurangan air.
Pengafkiran pada areal main nursery dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat bibit
berumur 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan. Dan pada areal main nursery, bibit yang ditemui
untuk diafkir adalah sebagai berikut :
1. Culvularia
Pengafkiran bibit yang dilakukan di main nursery paling banyak adalah yang
disebabkan oleh penyakit culvularia (Gambar 13). Ciri-ciri dari penyakit ini adalah berupa
spot coklat dengan batas kuning yang menyerang hampir diseluruh bagian daun. Penyakit
tersebut dapat mengganggu proses fotosintesis tanaman dan dapat menyebar dengan cepat
pula.
22

Gambar 13. Bibit yang Terserang culvularia


2. Pirang Sebahagian (Chimera)
Chimera adalah keadaan dimana warna daun menjadi kuning / pirang sebahagian
(Gambar 14). Chimera terjadi karena faktor genetik.Bibit chimera tergolong kedalam bibit
yang harus di afkir karena berkaitan dengan optimalisasi proses fotosintesis akibat keadaan
dan warna daun.

Gambar 14. Chimera


3. Daun Tegak (Erect Leaf)

Gambar 15. Daun Tegak (Erect Leaf)


23

Ciri yang tampak adalah : daun terlihat tegak dan kaku (Gambar 15). Dan apabila
daun digenggam dengan tangan, akan terasa keras. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh
faktor genetik tanaman.
3. Jarak Anak daun Lebar (Wide Internode)

Gambar 16. Wide Internode


Cirinya adalah dengan jarak antar anak daun dengan anak daunnya lebih lebar
dibandingkan dengan daun normal (Gambar 16). Bibit tanaman juga akan terlihat lebih
kurus dan tinggi dibandingkan dengan bibit yang lainnya.
4. Daun Juvenille

Gambar 17. Daun Juvenile


Ciri dari bibit yang diafkir ini adalah, daun tidak membuka/ memecah (Gambar 17).
Idealnya, tanaman kelapa sawit akan membentuk anak daun apabila sudah memasuki usia
6 bulan. Namun, dalam hal ini ada pengecualian untuk bibit dari socfindo. Bibit dari
produsen tersebut umumnya pada usia 6 bulan masih ada yang belum memecah, sehingga
harus ditunggu hingga usia bibit 9 bulan. Gambar di atas adalah bibit berusia 11 bulan dan
daun belum memecah. Sehingga tergolong juvenille.
24

Pengendalian Hama dan Penyakit (Pest and Disease)


Pengendalian hama dan penyakit pada areal nursery merupakan hal lain yang
sangat perlu untuk di perhatikan (Gambar 18). Baik pada pre nursery maupun main
nursery, penanggulangan hama dan penyakit dilakukan dengan pencampuran antara
fungisida dan insektisida yang berbeda untuk mencegah terjadinya resistensi hama. Dan
fungisida dan insektisida yang dipaki juga bukan itu-itu saja, melainkan memiliki pasangan
dan pergantian aplikasinya serta bekerja secara sinergis saat dilakukan pencampuran.
Pengaplikasian dilakukan secara bersamaan dengan pemupukan daun yaitu
bayfolan. Adapun insektisida yang digunakan bermerek dagang Decis 25 EC berbahan
aktif deltametrin dengan konsentrasi 2,5 cc/liter air yang dicamour dengan fungisida
bermerek dagang dithane berbahan aktif Mankozeb 80 WP dengan konsentrasi 2 gr/liter.
Dalam sekali pelarutan, ketiga bahan dilarutkan kedalam satu drum air (volume 200 liter).
Sehingga masing-masing bahan yang digunakan adalah 500 gr per satu drum untuk
dihomogenkan dan kemudian larutan dituang kedalam keep. Setiap keep berisi 10 liter
larutan. Keep yang digunakan adalah solo.Pengaplikasian dilakukan pada pagi dan dilanjut
pada sore hari dengan interval 7 hari sekali dengan berbeda merek dagang yaitu Matador
berbahan aktif sihalotrin 25 EC dengan konsentrasi 2,5 cc/liter. Fungisida yang
digunakan bermerek dagang benlox berbahan aktif benomil 50% dengan kon sentrasi
2 gr/liter dan pupuk daun bayfolan.
Rotasi pengendalian hama dan penyakit dilakukan selama 14 hari (dengan catatan
apabila serangan normal). Namun, apabila serangan hama semakin bertambah besar, maka
rotasi bisa di percepat menjadi 10 hari dan bahkan 7 hari. Waktu pengaplikasian pestisida
adalah maksimal pada pukul 10.00 WIB dan apabila belum selesai dalam rentang waktu
yang telah ditentukan, maka harus dilanjutkan pada sore hari yaitu dimulai pukul
15.00 WIB.

Gambar 18. Gejala serangan hama dan penyakit : a. Serangan Apogonia;


b. Serangan ulat grayak; c. Serangan Culvularia
25

Pemeliharaan
Pengendalian Gulma dengan Spraying Purifikasi Tahun Tanaman 2015

Gambar 19. Kegiatan Spraying Purifikasi OP 2015


Kegiatan spraying (Gambar 19) dilakukan pada divisi V block A5 di sekitar
piringan tanaman kelapa sawit pada operasional penanaman tahun 2015. Jenis herbisida
yang digunakan adalah herbisida sistemik dengan merek dagang Kleen Up dengan
kandungan bahan aktif Isopropilamina glifosat 4800 g/l sebanyak 120 cc kemudian
dicampurkan dengan Metafuron berbahan aktif Metsulfuron metyl sebanyak 120 cc
kemudian dilarutkan ke dalam 20 liter air. Penyemprotan dengan menggunakan knapsack
sprayer. Noozle yang digunakan adalah noozle polijet berwarna kuning. Untuk 1 knapssack
berukuran 15 liter dibutuhkan waktu penyemprotan selama 20 menit dengan jumlah
tanaman sebanyak 30 pohon.
Herbisda kleen up diformulasikan dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam
air. Herbisida dengan merek dagang kleen up ini dapat mengendalikan gulma berdaun
lebar, sempit dan jenis teki-tekian. Kleen up memiliki spektrum yang sangat luas dan
termasuk herbisida yang bersifat non selektif sedangkan metafuron berfungsi sebagai
perekat. Penyemprotan dilakukan di dalam dan di luar piringan tanaman kelapa sawit
dengan jarak 2 meter dari batang tanaman atau dari panjang pelepah bagian bawah.
Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan kecepatan konstan, penyemprotan
dilakukan keliling pada piringan tanaman kelapa sawit. Rotasi penyemprotan herbisida
dilakukan 3 bulan sekali.
Fungsi dari kalibrasi herbisida ini adalah untuk mengifesiensikan penyemprotan
melalui cara yang keluar dari noozle secara merata sehingga dketahui perkiraan biaya yang
dikeluarkan untuk pengerjaan penyemprotan. Fungsi dari herbisida adalah untuk
26

membunuh tanaman penganggu, untuk sanitasi tanaman dari gulma, untuk mengurangi
persaingan unsur hara tanaman, dan membantu berperan dalam meningkatkan produksi
tanaman.
Satu orang pekerja membawa 20 liter racun dengan 1 HK menyemprot 2 Ha per
orang. Jumlah BHL yang dipekerjakan adalah 15 orang dengan start kerja pukul 07.00-
14.00 WIB, wolon atau istirahat pukul 12.00 12.30 WIB dan mulai kerja kembali pukul
12.30 WIB. Satu BHL diberi upah sebesar Rp 90.000,- herbisida yang digunakan sebanyak
15 liter per hari dengan biaya 1 liter Rp 45.000,-. Luas areal yang telah dilakuakn spraying
pada tanggal 13 juli 2016 adalah 20 Ha.

15 L/Ha x Rp 45.000 = Rp 675.000,-


15 x Rp 90.000 = Rp 1.350.000,- +
Rp 2.025.000,-

= Rp 101.250/Ha
Pengendalian Gulma dengan Spraying Circle Tanaman Tahun 1986

Gambar 20. Kegiatan Spraying circle OP 1986


Spraying circle dilakukan di divisi IV block E6 dengan luas areal 73 Ha pada
tanaman kelapa sawit OP 1986 (Gambar 20), spraying circle dilakukan 3 kali dalam
setahun. Dalam spraying circle herbisida yang digunakan adalah Kleen Up dan Liindomin.
Dosis Kleen Up yang digunakan yaitu 0,22 liter/ha, Liindomin 0,04 liter/ha. Konsentrasi
Kleen Up 40 cc/liter, konsentrasi Liindomin 8 cc/liter.
Alat yang digunakan dalam spraying circle adalah micron herbi dengan dinamo
sebagai alat penggerak disc. Target satu orang BHL yaitu 4 Ha. Jumlah BHL yang
27

melakukan Spraying circle sebanyak 4 orang. Kleen up yang habis digunakan dalam 16 Ha
adalah 3,52 liter, Liindomin 0,64 liter.

3, 52 liter x Rp 41.000 = Rp 144.320,- (Kleen Up)


0,64 liter x Rp 43.854 = Rp 28.066,- (Liindomin)
4 x Rp 90.000 = Rp 360.000,- +
Rp 532.386,-

= Rp 33.274/Ha
Mendongkel (Selective Weeding)

Gambar 21. Kegiatan mendongkel


(Selective Weeding)
Selective Weeding (Gambar 21), kegiatan ini meliputi mendongkel anak-anak kayu
yang tidak dapat di semprot, maka gulma yang berkayu yang tidak mati di dongkel sampai
akarnya tercabut. Selective weeding dilakukan di divisi V (lima) tanaman tahun 2015.
Selective weeding menggunakan cangkul.

a b c
28

d e f
Gambar 22. Gulma yang di dongkel : a. Krisan ; b. Anak kayu;
c. Anak sawit (Elaeis guineensis Jacq); d. Cepokak (Solanum ferrogium);
e. Senduduk (Clidemia hirta) ; f. Kucingan (Mimosa invisa).

Jenis gulma yang di dongkel seperti (Gambar 22) anak kayu, anak sawit
(Elaeis guineensis Jacq.), Krisan (Rhynchospora orymbosa), Kucingan (Mimosa invisa),
Senduduk (Clidemia hirta), Cepokak (Solanum ferrogium). Pada kegiatan mendongkel
jumlah BHL ada 16 orang yang dipekerjakan dengan gaji Rp 90.000,-/hari dengan target
1 HK adalah 1 Ha/hari. Faktor yang mempengaruhi kegiatan mendongkel adalah kerapatan
gulma dan topografi lahan. Luas areal dongkel pada hari Kamis, 14 Juli 2016 adalah
8 Ha/hari.

16 x Rp 90.000 = Rp 1.440.000,-

= Rp 180.000/Ha
Kastrasi
29

Gambar 23. Bagian yang dilakukan kastrasi: a. Buah dompet; b. Bunga jantan;
c. Bunga betina; d. Buah pasir
Kastrasi dilakukan pada tanaman kelapa sawit OP 2014 pada umur mulai dari umur
24 bulan sampai 30 bulan atau sejak pertama muncul bunga jantan maupun betina. Pada
proses kastrasi dilakukan pemotongan dan pembuangan pada bunga jantan, bunga betina
dan dan buah pasir (Gambar 23) dengan menggunakan dodos sepanjang 1,5 2 m. Cara
pemotongan pada proses kastrasi ini dodos dimiringkan untuk memotong bunga jantan,
bunga betina dan buah pasir di sela-sela pelepah tanaman kelapa sawit. Proses rotasi
kastrasi pada PT. Tasik Raja-Tasik Estate dilakukan 2 bulan sekali sampai umur 30 bulan.
Hasil dari kastrasi tersebut di buang di gawangan mati.
Kastrasi berlangsung hingga 6 bulan sebelum panen pertama. Keuntungan dari
kastrasi adalah untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghemat penggunaan
unsur hara dan air, untuk mengalihkan hasil fotosintesis dari pertumbuhan generatif ke
vegetatif sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan keseragaman tanaman,
menghasilkan pertumbuhan tajuk yang lebih cepat, dan buah menjadi lebih seragam, besar,
padat dan kandungan minyak tinggi. Setelah dilakukan kastrasi selama 4 kali, maka akan
dilakukan sanitasi.
Janjangan Kosong Kelapa Sawit (Jangkos)
Tandan kosong kelapa sawit EFB (Empty Fruit Bunch) di lahan dapat dimanfaatkan
untuk konservasi tanah karena dapat menjaga kelembaban tanah. Selain itu pengaplikasian
tandan kosong diteresan juga dapat dijadikan sebagai pupuk organik yang memiliki
kandungan unsur hara tinggi yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman. Pemanfaatan
jangkos dapan menghemat penggunaan pupuk sintesis sampai dengan 50 %. Tandan
kosong kelapa sawit mengandung unsur hara phospate, pottasium dan nitrogen.
Pengangkutan jangkos ke lapangan menggunakan DT (Dump Truck), satu DT (Dump
Truck) memuat jankos sebanyak 5-6 ton.
Di lapangan pengaplikasian jangkos dilakukan dengan dosis 200 kg/pokok (TBM)
dan disusun tiga baris melingkar dipiringan dengan jarak 50 cm dari pokok tanaman
(Gambar 24).
30

a b
Gambar 24. Proses peletakan jangkos di lapangan: a. Tumpukan jangkos yang telah
diangkut ke lapangan; b. Jangkos yang telah disusun dipiringan tanaman sawit
Sensus Ulat Api , Ulat Kantong dan Tikus

Gambar 25. Kegiatan sensus ulat kantong dan ulat api


Sebelum dilakukan pengendalian, terlebih dahulu dilakukan pengamatan
(monitoring) dan sensus populasi ulat api, ulat kantong dan tikus. Sensus tikus dilakukan
pada divisi IV block J4 pada Operasional Penanaman 2015, sedang sensus ulat api dan ulat
kantong (Gambar 25) dilakukan pada divisi IV block B4 pada Operasional penanaman
2014. Terdapat 2 jenis pengamatan yaitu pengematan global dan pengamatan efektif.
Pengamatan global dilakukan setiap bulan meskipun tidak ada serangan ulat api, jumlah
sampel minimal 2 pelepah (pelepah daun atas dan tengah)/1 pohon/ hektar, dihitung jumlah
larva pada setiap pelepah, untuk sensus tikus dilihat bekas gigitan pada batang kelapa
sawit. Populasi kritis 5-10 ulat/pelepah. Sedangkan pengamatan efektif dilakukan hanya
pada block dengan populasi di atas pada populasi kritis, jumlah sampel minimal 5 pelepah/
5 pohon sampel/ ha, pengamatan efektif dilakukan setelah dicapai populasi kritis, dan bila
populasi ulat melebihi populasi kritis berarti populasi telah melebihi Ambang Ekonomi.
Kriteria serangan (SOP): 1-5 Ringan
6-10 Sedang
>10 Berat
Pengendalian Hama Ulat Kantong
31

Gambar 26. Kegiatan sensus ulat kantong dengan Light trap


Adapun pengendalian ulat kantong secara mekanik yang dilakukan pada malam
hari dengan mengambil imago/ngengat dari ulat kantong dengan sistem light trap
(Gambar 26). Light trap yang dilakukan pada divisi IV block E4 mulai dari pukul 17.30-
22.00 WIB dengan menggunakan 7 buah lampu (1 lampu 18 watt), 2 liter bensin kotor,
tanggok sebagai alat penangkap ngengat, serta genset sebagai sumber listrik yang
dilakukan pada 7 titik yang terkena serangan berat. Ngengat yang diambil minimal 100
ekor.
Pengendalian hama ulat kantong dilakukan secara kimiawi (Gambar 27).
Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan pada tanaman kelapa sawit
menggunakan insektisida kimia dengan merek dagang Chepate 75 SP berbahan aktif
asefate74 % dengan dosis 600 gr / Ha dan konsentrasi 1 gr/ L. Alat sempot yang digunakan
adalah mix blower dengan kapasitas 20 L dan Solo Indonesia kapasitas 10 L air. Teknik
penyemprotan dimulai dari bawah tanaman hingga ke atas. Untuk serangan berat satu
pohon diaplikasikan 5 liter insektisida. Sehingga satu kap mix blower untuk 4 tanaman dan
satu kap solo Indonesia untuk 2 tanaman. Waktu yang diperlukan satu mix blower
menghabiskaan satu kap adalaah 20 menit. Nozzle yang digunakan adalah nozzle tembak
yag terbuat dari kuningan.

a b c
32

Gambar 27. Pengendalian ulat kantong secara kimiawi: a. Ulat kantong pada
tanaman kelapa sawit; b. Pekerja sedang mengendalikan ulat kantong;
c. Insektisida yang digunakan.
Pemupukan ZA pada Tanaman Tahun 2015
Pemberian pupuk ZA yang mengandung 21% N pada tanaman belum menghasilkan
pada divisi IV block I4 yaitu tahun tanam 2015 (Gambar 28). Luas areal tanaman yang
akan dipupuk adalah 41,13 ha. Pemupukan dilakukan selama 2 hari dengan jumlah pekerja
sebanyak 10 orang. Dosis pupuk yang digunakan adalah 500 gram/pohon. Pemberian dosis
pupuk tergantung dengan umur tanaman. Semakin tinggi umur tanaman dosis pupuk yang
diberikan akan semakin besar. Pemberian pupuk ZA dilakukan dengan sistem tebar
langsung di atas piringan.

Gambar 28. Pupuk ZA


Perencanaan pemupukan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM)
dilakukan oleh field assistant, mandor 1, mandor pemupukan dan krani divisi dengan
berpedoman pada rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) dan RAB. Rencana
pemupukan kelapa sawit (TBM) meliputi :
- Blok tanaman yang akan dipupuk
- Jumlah kebutuhan pupuk per blok
- Permintaan kendaraan
- Tempat pengeceran pupuk
- Jenis dan jumlah peralatan pemupukan
33

a b
Gambar 29. Kegiatan pemupukan: a. Kegiatan pemupukan dengan cara
disebar; b. Label/penanda pemupuk

Perencanaan pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan prinsip-prinsip yang


telah ditetapkan. Rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit didasarkan pada prinsip
4T yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat aplikasi. Dosis pupuk ditentukan
berdasarkan umur tanaman, hasil analisis daun, jenis tanah, produksi tanaman, jenis tanah,
hasil percobaan,dan kondisi visual tanaman (yang telah dikeluarkan oleh Agronomist
Departement)
Dalam pelaksanaan dilapangan pekerja dibagi atas :
- Rencana pemupukan
- Pupuk di ecer ketitik-titik pengeceran yang telah ditentukan
- Sistem pemupukan adalah ancak giring, dimana pekerja digiring ke 1 blok hingga
selesai, kemudian baru pindah ke blok lain.
- Pupuk ditabur dipiringan, 1 orang penabur berjalan sekaligus 2 baris tanaman
(1 gawangan), untuk terasan 1 orang penabur mengambil 1 terasan
- Sebelum memasuki ancak masing-masing penabur terlebih dahulu menggantungkan
plastik dipokok yang berisi kertas yang sudah ditulis nama penabur, hari/tanggal, jenis
pupuk, dan nomor penabur (Gambar 29).
Jarak penaburan dari pokok yang dilakukan dilapangan pada TBM adalah 30-50 cm
sedangkan pada tanaman tua 200 cm. Dalam pengaplikasian pupuk ZA dilapangan masalah
yang sering dijumpai adalah pupuk membeku sehingga penabur pupuk harus memecahkan
pupuk terlebih dahulu dengan dipijak atau dipukul menggunakan kayu ataupun balok agar
memudahkan dalam pengaplikasian di lapangan.
Pemanenan Kelapa Sawit
Panen merupakan salah satu kegiatan yang utama dan perlu diperhatikan dalam
pengelolaan tanaman kelapa sawit yang menghasilkan. Panen adalah salah satu kegiatan
yang dilakukan untuk mengambil dan mengumpulkan hasil produksi suatu tanaman.
Tandan yang sudah dipanen disebut tandan buah segar (TBS). Panen TBS adalah rangkaian
kegiatan pengutipan hasil tandan buah segar kelapa sawit yang dimulai dari pengamatan
tandan buah segar kelapa sawit.
Kegiatan ini dimulai dari pengamatan tandan masak, pemotongan tandan masak,
pemotongan dan penyusunan pelepah, pengutipan brondolan, sampai dengan pelangsiran
dan pengumpulan TBS dan brondolan ke TPH. Adapun proses yang dilakukan mulai dari
sebelum dilakukan pemanenan sampai ke pemanenan dan diangkut ke PKS yaitu briefing
34

pagi mandor panen dan pemanen, pengancakan, panca panen berjalan, dan pengangkutan
ke PKS. Pengumpulan TBS ke TPH ditanggungjawabi oleh krani.

Tujuan panen TBS adalah:


- Untuk mendapatkan buah yang telah masak, sehingga diperoleh jumlah minyak dan inti
maksimum
- Mendapatkan kualitas minyak yang baik
- Untuk mencegah meningkatnya asam lemak bebas (ALB)
Alat-alat yang digunkan untuk memanen kelapa sawit adalah:
a) Egrek digunakan untuk memanen tanaman yang sudah tinggi
b) Dodos digunakan untuk memanen tanaman yang masih rendah
c) Gancu untuk mengankat buah
d) Stempel sebagai penanda
e) Goni untuk mengangkut buah perdana dari dalam ancak dan memungut brondolan
f) Kapak untuk memotong tangkai buah

a b c
35

d e f

Pemanenan Tahun Tanam 1985


Kegiatan panen ini dilakukan pada blok A5 divisi 5 pada tanaman tahun 1985
dengan menggunakan egrek (Gambar 30). Dari jalan utama ke TPH pengankutaan
menggunakan truck kayu 35 sedangkan dari dalam ancak ke TPH menggunakan Zonder
lalu di TPH dimuat kedalam truk untuk selanjutnya di bawaa ke PKS. Blok A5 merupakan
blok yang akan di replanting sehingga tidak ada kegiatan prunning atau penunasan pelepah
kelapa sawit. Target satu pemanen adalah 50 janjang dengan rata-rata satu janjaang 20 kg ,
sehingga diasumsikan 50 janjang sama dengan satu ton. Apabila pemanen sudah melebihi
dari 50 janjang maka akan di hitung premi, namun jika kedapatan pemanen memanen buah
mentah maka akan dipotong gaji sebesar Rp 4000 dari setiap janjang mentah yang di
panen.
36

Gambar 30. Pemanenan kelapa sawit dengan egrek


Pemanenan Tahun Tanam 2013
Kegiatan panen ini dilakukan pada blok C4 divisi IV dengan luas 63,18 Ha pada
tanaman tahun 2014 dengan menggunakan dodos (Gambar 31) dan mandor saat itu adalah
pak Tarigan. Buah yang dapat di panen adalah buah dengan berat minimal 3 kg sedangkan
buah dibawah 3 kg tidak diangkut ke PKS. Pengangkutan dari dalam ancak ke jalan utama
menggunakan goni yang di lakukan oleh pemanen itu sendiri, setelah di jalan utama maka
akan datang zonder untuk mengangkut buah yang berukuran > 3kg ke PKS. Pemanenan
TM I pelepah tidak di buang hal ini bertujuan untuk memperbesar batang kelapa sawit.
Kriteria panen dapat dilihat dari brondolannya yaitu sebanyak 5 buah. Alat untuk
memanennya yaitu dodos, goni , dan gancu. Untuk rotasi panen TM I yaitu 7-10 hari / 3-4
kali sebulan. Target satu pemanen adalah 100 janjang dan tidak boleh memanen buah
mentah.

Gambar 31. Pemanenan menggunakan dodos


37

Kriteria Matang Panen

Gambar 32. 10 brondolan yang jatuh pada piringan


Tanaman yang menghasilkan dapat dipanen dimulai dari umur tahun 3 setelah
dipindahkan main nursery. Parameter yang digunakan dalam menentukan kriteria matang
panen TBS adalah yang dilakukan bukan melihat melalui warna buah melainkan dari
jumlah brondolan yang jatuh. Untuk TBS yang beratnya > 5 kg, apabila brondolan yang
jatuh sebanyak 10 brondolan (Gambar 32), maka dinyatakan matang; sedangkan apabila <
10 brondolan, maka dinyatakan mengkal. Pada TBS yang beratnya < 5 kg, , apabila
brondolan yang jatuh sebanyak 5 brondolan, maka dinyatakan matang; sedangkan apabila
< 5 brondolan, maka dinyatakan mengkal. Untuk buah perdana berat minimal harus 3 kg
untuk dapat di angkut ke PKS

Cara/Teknik Panen
Sebelum pemotongan tandan buah, pemanen terlebih dahulu mengamati buah
matang panen di pohon pada ancaknya masing-masing yang bertujuan untuk melihat
kematangan buah. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan egrek sepanjang 16 m.
Pada tanaman yang masih rendah pemanenan menggunakan dodos. Saat memanen TBS,
terlebih dahulu memotong pelepah yang menyonggoh TBS untuk mempermudah
pemanenan. Setelah TBS berhasil dipotong, tangkainya dipotong mepet berbentuk lurus
2cm agar tidak mengurangi rendemen minyak yang dihisap oleh batang pada tangkainya.
Brondolan yang jatuh dikutip dimasukkan kedalam karung kemudian dikumpulkan di TPH
kecil dan dilangsir di TPH besar.
38

Pada tangkai TBS yang telah di potong maka akan di stempel yang tertulis nama PT,
Divisi , dan no pemanen.. Contoh informasi pada tangkai TBS yang telah dipanen adalah
TE V 7A, artinya TE: Tasik Estate, V: Divisi V(Lima), dan 7A: no pemanen (Gambar 33).

a b c

d e f
Gambar 33. Tahap pemanenan: a. Pemanenan pada OP 2013; b. Pemanenan pada OP
1985; c. Tangkai buah dipotong mepet ke buah; d. Buah diberi stempel;
e. Pemungutan brondolan; f. Pengangkutan
Rotasi Panen
Rotasi panen adalah jarak atau selang waktu antara panen pokok yang sama
(rotasi pohon). Rotasi panen biasanya dilakukan dibawah 10 hari. Rotasi panen tergantung
pada kerapatan panen, namun untuk tahun tanam ini digunakan rotasi panen yaitu selama
<10 hari. Jika rotasi panen semakin panjang (lebih dari 10 hari), maka kerapatan panen
meningkat tetapi kualitas panen biasanya menurun karena banyak buah yang sudah
over rife (buah kemasakan).
Sistem Ancak Panen
Sistem ancak panen yang terdapat pada kebun Tasik Estate adalah 3 sistem ancak
yaitu ancak tetap, ancak giring, dan ancak tetap-giring. Ancak tetap adalah setiap pemanen
diberikan ancak panen yang sama dengan luasan tertentu dan harus selesai pada hari yang
ditentukan. Ancak giring adalah setiap pemanen diberikan ancak panen per baris tanaman
dan digiring bersama-sama. Sedangkan ancak tetap-giring adalah setiap pemanen diberikan
ancak panen yang sama per baris tanamannya dengan luas tertentu yang digiring
39

bersama-sama dan harus selesai pada hari yang telah ditentukan. Tetapi yang sering
digunakan di kebun ini adalah ancak tetap-giring.
Panca Panen
Panca panen adalah 5 norma dalam pemanenan antara lain :
a. Potong buah masak
b. Potong pelepah dan susun di gawangan mati
c. Angkat buah dan susun di TPH
d. Kutip brondolan bersih
e. Potong mepet bonggol buah.
Angka Kerapatan Panen
Kerapatan panen adalah jumlah pohon yang dapat dipanen (jumlah tandan matang
panen) dari suatu luasan tertentu. Untuk angka kerapatan panen di kebun Tasik Estate
adalah dalam 100 pohon yang dinyatakan dalam persen. Standar angka kerapatanpanen
untuk kebun iniadalah minimal 30%. Apabila angka kerapatan panen (AKP)nya di atas
30%, maka ancak tersebut layak untuk di panen. Angka kerapatan panen dipakai untuk
memprediksikan produksi dan kebutuhan pemanenan.
Insfeksi Kualitas Buah
Seluruh TBS yang sudah dipanen dan brondolan yang jatuh diangkut menggunakan
karung dan harus diletakkan oleh pemanen di areal TPH kecil. Dari TPH kecil, TBS
diangkut menggunakan tojok dan dimasukkan ke dalam jonder. Kapasitas pengangkutan
dengan jonder adalah 3 ton.Lalu selanjutnya, jonder mengantarkan TBS ke TPH besar. Di
TPH besar, krani bertugas menginfeksi kualitas buah dan memilah-milah TBS yang layak
untuk diangkut ke PKS. Apabila ada yang mengkal ataupun over crife, maka dihitung
jumlahnya.
Selanjutnya, TBS yang telah diinfeksi dan dipilah-pilah buanhnya dimasukkan ke
dalam truk dengan tojok dan dikumpulkan brondolannya dengan menggunakan serok.
Kapasitas pengangkutan dengan truk adalah 7 ton.
Replanting (Peremajaan Ulang)
Replanting (Tabel 5) atau yang disebut juga peremajaan adalah pembukaan areal
dari bekas perkebunan kelapa sawit yang sudah tua dan tidak produktif lagi.
Tabel 5. Program kerja replanting tahun 2016 di Kebun Tasik Estate
Luas Volume Kerja Land Clearing & Planting OP (Ha) Total
Div. Blok YOP Jenis Kerja
(Ha) Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
V LC 18.70 63.67 82.37
F5 1987 82.37 Planting
61.70 20.67 82.37
OP
G5 1985 59.88 LC 8.33 51.55 59.88
40

Planting
39.33 20.55 59.88
OP
LC 24.57 51.30 75.87
H5 1987 75.87 Planting
67.57 8.30 75.87
OP
LC 30.00 23.10 53.10
B6 1986 53.10 Planting
15.00 20.00 18.10 53.10
OP
VI
LC 6.90 47.43 54.33
D6 1986 54.33 Planting
51.90 2.43 54.33
OP
LC 30.00 30.00 72.00 70.00 72.00 51.55 325.55
Total 325.55 Planting
15.00 20.00 70.00 70.00 70.00 60.00 20.55 325.55
OP
Pancang Stacking

Gambar 34. Kegiatan pancang stacking


Pancang stacking dilakukan pada divisi V block H5 dengan luas areal 72 Ha
(Gambar 34). Pancang stacking dilakukan sebelum proses replanting dan sebelum
penanaman LCC. Areal dengan kemiringan <15o dilakukan stacking sedangkan areal
dengan kemiringan >15o-45o dilakukan terasering (teras).
Penentuan pancang berdasarkan arah mata angin yaitu:
Jarak : Utara-Selatan 16 m
Timur-Barat 25 m (panjang)
Timur-Barat 90o/270o
Utara-Selatan 0o/180o
Lebar stacking 2 m
Tinggi maksimal 1,5-2 m
41

a b c
Gambar 35. Alat yang digunakan dalam pancang stacking: a. Pemotongan plastik;
b. Pengaturan jarak Utara-Selatan 16 m dengan menggunakan viber, meteran dan
bambu; c. Suunto
Alat yang digunakan dalam pancang stacking adalah kompas/suunto, meteran,
viber, bambu, plastik, parang, gunting (Gambar 35). Dengan jumlah pekerja sebanyak 4
orang dengan 1 HK adalah 4 Ha.
Penumbangan dan Chipping dengan Escavator

Gambar 36. Kegiatan penumbangan pohon kelapa sawit dengan escavator


Pada areal divisi VI block D6 dengan luas areal 54,33 Ha yang ingin direplanting,
tanaman-tanaman sawit yang telah tua terlebih dahulu ditumbangkan (Gambar 36), hal ini
dilakukan agar dapat menanam tanaman sawit kembali pada areal tersebut. Tahap yang
dilakukan yaitu penumbangan pohon, pembongkaran akar, chipping, dan stacking dengan
menggunakan escavator. Penumbangan pohon kelapa sawit menggunakan escavator
dilakukan oleh seorang operator yang mahir menggunakan escavator. Satu escavator
mampu menebang minimal 10 pohon/jam, sehingga dalam satu hari 1 unit esavato mampu
menebang pohon sebanyak minimal 100 pohon dalam kurun waktu 10 jam/hari. Bahan
bakar yang digunakan berupa solar dengan setiap alat mampu menghabiskan 180 liter/hari.
42

a b
Gambar 37. Kegiatan penchippingan: a. Proses penchippingan dengan
menggunakan escavator; b. Chippingan yang diserak
Setelah tanaman sawit ditebang, masih banyak sisa-sisa akar yang masih tertinggal
di dalam tanah, maka dari itu escavator akan mengorek sisa-sisa akar tanaman tersebut atau
yang disebut dengan pembongkaran akar. Batang tanaman sawit yang telah ditumbang tadi
dichipping (Gambar 37) juga dengan escavator dengan ketebalan Chippingan maksimal 15
cm, kemudian hasil chippingan diserak. Begitu seterusnya sampai semua tanaman kelapa
sawit pada areal replanting tersebut ditebang, dan tak ada tersisa tanaman kelapa sawit tua
lagi.
Blangket

a b
Gambar 38. Kegiatan blangket: a. Pencampuran gramoxone dengan metafuron; BHL
melakukan kegiatan blangket
Blangket adalah kegiatan menyemprot gulma di areal lahan setelah dilakukan
penumbangan dan chippingan (Gambar 38) dengan menyemprot seluruh areal. Blangket
yang dilakukan di divisi VI block B6 menggunakan herbisida dengan merk dagang
Gramoxone dengan dosis 1 liter/Ha, konsentrasi 5 cc/liter dicampurkan dengan Metafuron
250 gr kemudian dilarutkan kedalam 2,5 liter air dengan perbandingan 1:10 (40 cc//20 liter
air). Knapsack yang digunakan adalah SA 15, target 1 HK adalah 1 Ha. Satu kep berisi 15
liter, herbisida yang digunakan pada kegiatan blangket adalah sebanyak 4,5 liter, metafuron
100 gr, dengan areal semprot 5 Ha dan jumlah BHL 6 orang.
43

6 x Rp 90.000 = Rp 540.000,-
4,5 liter x Rp 41.220 = Rp 185.490,- (Gramoxone)
180 gr x Rp 128,-/g = Rp 23.040,- (Metafuron) +
Rp 748.530,-

= Rp 149.706/Ha
Pembuatan Teras

a b c
Gambar 39. Tahap Pancang teras: a. Menentukan arah pancangan; b. Abney level;
c. Kegiatan pancang teras
Sebelum dilakukan pembuatan teras pada divisi VI block B6 terlebih dahulu
dilakukan pemancangan yang bertujuan untuk menghasilkan pertanaman kelapa sawit
dengan jarak tanam yang teratur sehingga setiap tanaman kelapa sawit memperoleh sinar
matahari, nutrisi dan air yang sama. Disamping itu, pemancangan juga bertujuan untuk
membuat lubang tanam sesuai populasi yang direncanakan dan sebagai pedoman untuk
menanam kacangan dan membuat sarana (jalan, parit, teras kontur). Alat yang digunakan
untuk menentukan arah pancangan yaitu abney level.
Pemancangan diawali dengan penentuan titik utama atau yang disebut dengan
pancang kepala setinggi 2,5 meter yang diberi bendera putih agar terlihat dari jauh
(Gambar 39). Langkah selanjutnya adalah menarik tali yang disebut seling sepanjang 100
m dan meteran sepanjang 100 m. Pada seling diberi tanda dengan mengikatkan kain
berwarna hijau dan kuning berselang-seling dengan jarak 8,2 m dikarenakan dalam hal ini
jarak tanam yang digunakan adalah 8,2 m untuk mendapatkan jumlah populasi yang
diharapkan.
44

a b
Gambar 40. Kegiatan pembuatan teras: a. Menentukan kemiringan teras;
b. Pembuatan teras
Pembuatan teras (Gambar 40) bertujuan agar unsur hara yang diberikan tidak cepat
konservasi tanah dan air dan mencegah erosi. Standar panjang teras yaitu 700-800 m/ha.
Sistem pancang teras yaitu :
-Jarak antar pinggir teras ke jalan 2 m
-Jarak tanam antar teras menyesuaikan dengan SPH yang dikehendaki
-Pancang teras dilakukan dengan metode Violle System
Syarat teras standard yaitu :
-Lebar terasan 4 m
-Kemiringan 10 15
-Jarak antar teras 9 m
-Setiap jarak 50 m dibuat stop bunds, dengan lebar 1 m dan panjang 1 m
-Pembuatan Shieldpit (parit di depan stockbund) dengan tujuan untuk menampung air
hujan
Pancang Tanam

a b
Gambar 41. Pancang tanam: a. Lahan yang telah dilakukan pancang tanam;
b. Bambu sebagai penanda pancang tanam
Penanaman sawit harus dengan mata lima yaitu dapat dilihat dari 5 sudut yang
berperan untuk mengoptimalkan cahaya matahari yang diterima oleh daun sawit untuk
45

proses fotosintesis, memaksimalkan populasi dan menekan terjadinya etiolasi. Pada teras
yang banyak, pemancangan dilakukan dengan menembak langsung kepala pancang.
Dengan jarak Timur-Barat 9,20 m dan Utara-Selatan 8 m, sehingga didapatkan
SPH 136 pohon/Ha. Untuk teresan pembuatan jarak tanam mengikuti kontur dengan jarak
antar teras 9 m dan jarak antar tanaman 8,20 m. Jarak tanam yang telah ditentukan diberi
tanda/pancang bambu dengan ujungnya dicat putih sebagai penanda (Gambar 41).
Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul
dengan kedalaman lubang tanam yaitu 60 x 60 cm. Untuk menentukan ukuran lubang
tanam apakah sudah sesuai dengan kedalaman atau tidak dilakukan dengan menggunakan
bantuan alat yang telah di desain sedemikian rupa.

a b
Gambar 42. Kegiatan pembuatan lubang tanam: a. Pembuatan lubang tanam dengan
menggunakan cangkul; b. Penentuan kedalaman lubang tanam
Pembibitan Dan Penanaman Tanaman LCC (Legume Cover Crops) Mucuna brachteata

Gambar 43. Tanaman Mucuna brachteata


Perbanyakan tanaman Mucuna brachteata di kebun Tasik Estate ini adalah dengan
menggunakan benih, bukan perbanyakan vegetative, seperti stek. Ini dikarenakan
presentase pertumbuhan tanaman ini lebih baik dengan menggunakan benih.
46

Penanaman tanaman penutup tanah (LCC) dilakukan sebelum penanaman kelapa


sawit pada lahan yang telah direplanting. Tujuannya adalah untuk menutup tanah dan
mempercepat pelapukan stacking/rumpukan setelah replanting. Fungsi lainnya dari LCC
ini adalah :
-
Menjaga kelembaban tanah
-
Dapat memfiksasi Nitrogen sehingga kandungan nitrogen tersedia dan
diserap tanaman lain disekitarnya
-
Mengurangi erosi , terutama pada areal yang kemiringan >100
-
Memperbaiki struktur tanah
-
Mempercepat pelapukan pada areal stacking/ rumpukan sehingga tidak
menjadi sarang inang bagi hama
-
Mengurangi pertumbuhan gulma di sekitar areal Tanaman Kelapa Sawit
-
Persentase tumbuh cepat
Jenis tanaman penutup tanah yang diterapkan oleh kebun Tasik Estate adalah jenis
Mucuna brachteata (MB) (Gambar 43) dan Mucuna cochichinensis (MC). Mucuna
brachteata (MB) ditanam di sela tanaman kelapa sawit dan Mucuna cochinchinensis (MC)
ditanam diareal gawangan mati serta di pinggiran stacking/ rumpukan .
Keunggulan Mucuna brachteata (MB) antara lain :
-
Mempunyai kandungan unsur N yang tinggi karena kemampuannya
mengikat nitrogen.
-
Memiliki bahan organik tinggi dan mudah terdekomposisi.
-
Pertumbuhannya cepat, tumbuh menjalar/merambat, system perakaran
menyebar kesamping dan mempunyai kemampuan dapat menggemburkan
tanah.
-
Mampu tumbuh baik pada kondisi tanah PH 5-8.
-
Pertumbuhannya sangat cepat menutupi lahan,di dataran rendah mencapai
20-25 cm/hari.
-
Teknik budidaya sangat sederhana.
-
Dapat menghambat pertumbuhan alang-alang dan gulma lain.
-
Mengurangi serangan cendawan seperti JAP.
-
Biomassa yang dihasilkan 2 kali lebih banyak daripada tanaman kacangan
penutup tanah yang lainnya sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah
disamping sebagai tempat berkembang biak yang baik bagi mikroorganisme
seperti Actinomycetes dan trichoderma.
-
Memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik terhadap nematoda akar.
Tahapan Penanaman Tanaman Penutup Tanah / LCC
Persemaian dilakukan 1 bulan 2 minggu . Hal ini dengan tujuan agar tanaman
sudah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan sekitarnya serta tingkat perseleksian
tanaman tinggi .
47

Persiapan Media Tanam


Media tanam yang digunakan adalah campuran antara top soil dan Pupuk Rock
Posfat dengan dosis 40 gr/polybag. Top soil dan Pupuk Rockposfat dan dimasukkan ke
dalam polybag. Ukuran polybag adalah 5x7 inchi.
Perlakuan sebelum penanaman
Pemotongan ujung atau perlukaan biji Mucuna

Gambar 44. Penjepitan kulit biji mucuna dengan menggunakan gunting kuku
Sebelum melakukan penanaman, biji mucuna dipotong atau dipecahkan di bagian
ujungnya dengan menggunakan gunting kuku atau gunting untuk mempercepat
perkecambahan dan mengurangi masa dormansi biji (Gambar 44). Pemotongan biji
Mucuna juga menjadi seleksi pertama karena dapat dilihat kualitas biji Mucuna. Apabila
setelah dipotong , warna biji dalamnya bewarna hitam, berarti kualitas biji tidak baik dan
tidak dikecambahkan.
Selama proses penjepitan dilakukan seleksi berdasarkan bentuk biji hingga
dibedakan menjadi 3 kategori yaitu (Gambar 45) :
1. Normal yaitu biji nya bagian dalam masih warna putih susu dan jika direndam biji
tenggelam.
2. Offer yaitu biji bagian dalam berwarna putih krim dan gepeng.
3. Reject yaitu warna biji bagian dalam coklat kehitam-hitaman.

a b c
Gambar 45. Seleksi bentuk biji: a. Biji normal; b. Biji reject; c. Biji offer
Perendaman
48

Gambar 46. Kegiatan perendaman biji mucuna dengan dithane


Setelah dilakukan pemotongan , dilakukan perendaman (Gambar 46) dengan air
dengan campuran dithane 2 gr/liter selama 3-5 menit dengan tujuan agar mempercepat
proses imbibisi (penyerapan air) dan biji tidak berjamur, perkecambahan serta proses
seleksi kedua yaitu untuk mengetahui biji sudah busuk atau tidak dengan ditandai biji
mengapung yang menandakan biji telah busuk dan tidak dapat digunakan.
Penanaman
Normal ditanam pada bedengan utama, biji Offer ditanam sebagai cadangan
sedangkan reject tidak ditanam. Polybag yang digunakan adalah baby polybag. Media
tanam yang digunakan adalah topsoil. Penanaman (Gambar 47) dilakukan dengan
membuat lubang dengan kedalaman 0,5-1 cm ditanam biji kemudian ditutup dengan tanah.
1 bedengan terdapat 500-1000 tanaman. Sebelum dilakukan penanaman, baby polybag
disiram terlebih dahulu supaya mempermudah penanaman.

Gambar 47. Penanaman Mucuna


Pemeliharaan
Pembuatan naungan
49

Gambar 48. Pembuatan naugan Mucuna brachteata


Tujuan pembuatan naungan (Gambar 48) adalah untuk mengurangi intensitas sinar
matahari yang berlebih karena tanaman mucuna muda tidak tahan panas serta untuk
pemecah air hujan . Naungan terbuat sari sisa pelepah kelapa sawit yang langsung
diletakkan diatas baby polybag yang baru ditanam. Setelah mucua tumbuh, pelepah daun
kelapa sawit di buka.
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu di pagi dan sore hari dengan
menggunakan gembor (Gambar 49).

Gambar 49. Penyiraman Mucuna

Penanaman Mucuna brachteata di Lapangan

a b
Gambar 50. Kegiatan penanaman Mucuna brachteata di lapangan: a. Penanaman
mucuna di lapangan; b. Penyisipan mucuna
Penanaman Mucuna brachteata ke lapangan (Gambar 50) pada divisi VI block B6
setelah 3-4 bulan ditanam. Mucuna brachteata yang sudah terlalu panjang sulurnya akan
50

mudah stress saat ditanam ke lapangan. Oleh karena itu, dapat dilakukan pengguntingan
sulur. Mucuna brachteata ditanam dengan disisipkan diantara kelapa sawit dengan jarak
tanam 2 m. Tanah dalam polybag dipadatkan untuk mencegah tanah pecah dan berpisah
dengan tanaman tersebut. Tanaman ini merupakan tanaman yang sensitif terutama apabila
tanah dalam polybag hancur. Selanjutnya, dikeluarkan secara perlahan dari polybag
bersama dengan tanahnya dan ditanam Mucuna brachteata dengan posisi tidur. Tahap
terakhir, tanah sisa galian lubang tanam digunakan menutupi Mucuna brachteata.
Kegiatan penyisipan mucuna pada divisi V block A5 dilakukan seteah mucuna
berumur 1 bulan 2 minggu. Dengan jarak tanam antara mucuna dengan piringan yaitu 2 m,
disisipkan degan membentuk kotak/petak disekitar pohon kelapa sawit. Media tanam yang
digunakan adalah berupa solid dingin dari limbah dan tanah, perbandingan solid dengan
tanah adaah 1:1. Jumlah mucuna yang disisipkan per hektar adalah 544 polybag.
Penyisipan mucuna dilakukan pada saat cuaca hujan dan diusahakan banyak ditanam,
sedangkan pada musim kemarau penyisipan dibatasi.
Tanaman ini dapat menjadi gulma apabila telah menjalar sampai ke tanaman kelapa
sawit. Pertumbuhan tanaman ini per hari dapat mencapai 20-25 cm. Setelah replanting,
tanaman ini perlu diperhatikan dalam hal penyiraman dibandingkan dalam pemberiaan
nutrisi. Penyiramannya dilakukan secara manual menggunakan gembor apabila hujan tidak
turun. Penyiraman 2 kali sehari maksimal jam 10 pagi dan jam 3 sore.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS)


Pengolahan Kelapa Sawit
Adapun tahapan-tahapan pengolahan sawit menjadi CPO terdiri dari beberapa
stasiun dengan alat dan mesin sebagai berikut :
Stasiun Buch Reception
a. Jembatan Timbang (wieght bridge)
Proses awal pengolahan kelapa sawit dimulai dengan melewati jembatan
penimbangan (Gambar 51). Penimbangan dilakukan untuk mengetahui berat TBS yang
diterima, serta CPO dan kernel yang akan dikirim dan dijual. Cara kerja timbangan ini
adalah truck masuk dan ditimbang berat nya untuk mengetahui berat brutonya, tetapi
terlebih dahulu monitor timbangan menunjukan angka 0 dan supir wajib menunjukan
surat pengiriman buah yang berisikan input dapat berupa nama divisi, nama supir, plat
51

nomor, nama dan jasa pengangkutan. Setelah melakukan bongkar muatan truck kembali
ditimbang untuk mengetahui beratnya.

Gambar 51. Jembatan Timbang


b. Sortasi Buah
Sortasi adalah kegiatan seleksi dan pendataan tandan buah segar (TBS) yang dikirim
dari kebun sebelum masuk ke proses pengolahan. Ada 2 macam sortasi buah di PKS Tasik
Raja, yaitu : sortasi buah luar dan sortasi buah dalam (Gambar 52).
Sortasi buah luar adalah buah yang berasal dari luar perkebunan AEP, yaitu buah
petani dan PT Gunung Bangau. Buah yang disortasi adalah semua buah yang dibawa ke
PKS (100%). Semua buah yang dibawa kepabrik disortasi berdasarkan warna. Buah
berwarna hijau artinya mendah, buah yang berwarna kuning artinya mengkal, dan buah
yang masak yaitu berwarna orange kemerahan. Buah luar mendapatkan potongan 4%-5%
tergantung dengan kualitas buah yang datang. Apabila terdapat buah yang abnormal, maka
akan dikembalikan/ dipulangkan. Buah abnormal: parthenocarpi, buah keras, buah putus,
buah banci, buah yang dimakan tikus, buah kecil <5 kg.
Perhitungan janjang buah masak :
Misal: Tonase Truck beserta muatan = 10 ton
Berat Truck = 3,5 ton
Berat Muatan = 10-3,5 = 6,5 ton
Komidil = 12 kg

Jumlah Janjangan =

= = 541,66 Janjang

Potongan Janjangan = Jumlah Janjangan Potongan Buah


= 541,66 4%
52

= 21,66 10
= 216 Janjang
Total Buah Masak = Jumlah Janjangan - Potongan Janjangan
= 541,66 - 216
= 325 Janjang
Buah dalam adalah buah yang berasal dari PT AEP sendiri. Pada buah dalam sistem
sortasi dilakukan dengan mengambil sampel 100 buah dari truck pengangkutan yang
dipilih secara acak. Buah perdana, buah dalam beratnya minimal 3 kg. Setelah diambil
sampel maka akan dilakukan penghitungan persentase buah masak , mengkal, abnormal,
dll sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan, lalu diisi ke blanko. Setelah dilakukan
penghitungan maka asisten dari divisi yang bertugas akan melihat dan mengambil blanko
dan melaporkan hasil sortasi pada bagian divisi lain yang buahnya di sortasi.

a b

c d
Gambar 52. Sortasi buah dalam dan buah luar: a. Lembar sortasi buah dalam;
b. Lembar sortasi buah luar; c. Sortasi buah dalam; d. Sortasi buah luar
Kriteria Tandan Buah Segar
Pada PKS PT Tasik Raja memiliki syarat kriteria sortasi buah kelapa sawit, yaitu
sebagai berikut (Tabel 6):
Tabel 6. Tabel Kriteria Sortasi
NO. KRITERIA STANDART KETERANGAN
1. Mentah 0% Tidak ada buah yang memberondol
2. Mengkal <10% Berondol buah kurang dari 10 berondol
3. Masak >85% Buah memberondol lebih dari 10
53

4.
Terlalu Masak <2% Buah yg memnberondol lebih dari 50% dari berat buah
5. Sebagian/seluruh janjangan dan berondolan telah berubah
Busuk <1%
menjadi hitam, busuk, berjamur
6.
Janjangan Kosong 0% Buah yang memberondol lebih dari 90% dari berat buah
7. Janjang yang mempunyai tangkai yang panjangnya lebih
Tangkai Panjang <1%
dari 2,5 cm
8. Janjang buah yang lebih dari 50% terdiri dari
Tidak Normal <1% parthenocarpi yang tidak normal secara ukuran dan
kepadatan
9. Buah yang lepas dari janjangan, buah segar karena telah
Loose Fruits >12%
matang
Khusus untuk buah dari HPP, kriteria buah masak terdapat perbedaan. Untuk buah
dengan berat 5 10 kg maka berondol buah sebanyak 5, dan apabila buah masak > 10 kg
maka berondol buah harus sebanyak 10.
Stasiun Pengolahan
a. Pengisian buah (Laoding Ramp)
Loading Ramp merupakan proses pengisian buah bahan baku menuju lori yang
akan membawa TBS ke Sterilizer untuk dilakukan proses perebusan (Gambar 53). Setelah
pintu dibuka maka buah akan ditampung pada setiap lori yang menunggu pada setiap pintu.
Alat pengangkutan ada 2 yaitu loading ramp dengan jumlah 4 buah dan transfer cary untuk
mengangkut lory ramp. Kapasitas lory yang digunakan adalah 3,7 ton/TBS. Sedangkan
kapasitas oxyfrend mempunyai daya angkut sebesar 5 ton/TBS. Oxyfrend berfungsi untuk
mengangkat buah yang belum matang ke tempat rebusan atau untuk menstanbaykan
perebusan. Oxyfrend menggunakan sistem operator dalam pengoperasiannya. Untuk
rebusan digunakan 8 lory. Haksan digunakan untuk menarik lory yang kosong dan yang
sudah berisi menggunakan tali yang besar dan kuat. Lori digerakan oleh Capstand sling
berpenggrak motor listrik.

Gambar 53. Proses pegisian buah

b. Perebusan (Sterilizer)
54

Perebusan dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :


Memudahkan pelepasan buah dari janjang, melunakan buah, mengurangi kadar air
dalam buah
Mematikan mikroorganisme dan menginaktifasi enzim lipase yang bertujuan
menguraikan minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol yang dapat menimbulkan
emulsi pada daging buah teroagulasi sehingga tidak terikut pada minyak kasar dari hasil
pengempaan
Agar terjadi perubahan fisik dan kimia awal daging buah sehingga memudahkan
ekstraksi lemak

Gambar 54. Proses perebusan


Sterilizer berfungsi untuk merebus buah TBS yang dibawa oleh lori (Gambar 54).
Perebusan dilakukan pada sterilizer dengan menggunakan steam selama 90 menit/siklus
pada waktu normal dengan tekanan 1,5-3,0 bar dengan temperature 1430C.
Proses perebusan terbagi 3 yaitu :
1. Pembuangan Udara
-
Udara adalah penghantar panas yang jelek sehingga menghambat proses perpindahan
panas ke dalam TBS
-
Steam sweeping: mendesak udara keluar ke bawah melalui pipa aerasi atau dikenal
dengan kondensat
2. Siklus sterilisasi
-
Menaikkan tekanan steam
-
Mempertahankan tekanan steam
-
Blow off (pelepasan steam)
3. Pembuangan kondesat
-
Timbulnya korosi dan erosi pada logam
-
Tidak berfungsinya grease pada bearing atau bushing roda lori
-
Kehilangan minyak yang tinggi
-
Menurunkan temperatur
4. Cycle Time adalah waktu yang dibutuhkan sebuah rebusan untuk tahapan berikut:
-
Waktu Pemasukan TBS (Charging in Time)
-
Pelepasan Udara (Daeration)
-
Waktu Penaikan Tekanan (Pressure Building Up)
-
Waktu Penahanan Tekanan (Holding Time)
-
Waktu Penurunan Tekanan (Condensate)
-
Waktu Pembuangan Uap (Exhaust)
55

-
Waktu Pengeluaran TBS Masak (Discharging Time)
Backpick digunakan untuk menampung minyak yang terbuang dari rebusan,
kemudian dari sini digabungkan ke pengenceran.
c. Bantingan (Tipler)
Tipler berfungsi untuk menumpahkan seluruh TBS yang berada dalam lori setelah
proses perebusan. Cara kerja alat ini adalah dengan memutar lori secara vertical 180 o
dengan bantuan penggandaan gaya oleh hidrolik system dengan tekanan 2 bar. sehingga
seluruh lori tumpah pada conveyor tipe rantai yang telah disiapkan dibawahnya untuk
selanjutnya akan dibawa oleh sterilized bunch bunc elevator conveyor menuju threasher.
d. Perontok (Thresser)
Thresser berfungsi untuk tempat memisahkan brondolan dengan tandan setelah
direbus. Cara kerja alat ini adalah memasukan TBS pada alat pemutar sumbu poros
pemutar yang mengakibatkan brondolan terpisah dari tandannya. Brondolan akan keluar
melalui celah drum dan dibawa oleh thresser conveyor ke bottom cross conveyor tipe
screw sementara tandan kosong akan keluar ke empty bunch conveyor yaitu conveyor tipe
rantai.
Stasiun Pengempasan
a. Pelumat (Digester)
Digester merupakan suatu mesin pengadukan brondolan untuk memisahkan fibre
dari nut dan melepaskan minyak dari mesocarp. Fungsi lain dari digester adalah alat
untuk melumat brondolan hingga daging buah terpisah dari biji. Disamping itu digester
juga dilengkapi dengan pemanas steam dengan temperatur 80-95oC untuk memudah screw
press dalam melakukan pengempasan.
Fungsi dari unit Digester ini adalah:
1) Melepaskan sel-sel minyak dari pericarp dengan cara mencabik dan mengaduk.
2) Memisahkan pericarp dan nut.
3) Menghomogenkan massa brondolan sebelum diumpan ke press.
4) Menaikkan dan mempertahankan suhu brondolan antara 80 950C.
5) Mengalirkan minyak yang timbul dalam digester akibat adanya proses digestion.
b. Unit Press (Screw Press)
Unit press adalah unit yang berfungsi untuk mengutip minyak dari buah yang
sudah dilumat didalam digester dengan kehilangan minyak minimum di press fibre dan
dengan minimum nut pecah. Mekanisme pengempaan adalah masuknya adonan kedalam
cylinder press dan mengisi worm, yang volume setiap space worm berbeda. Semakin
mengarah ke ujung asscrew volume semakin kecil, sehingga perpindahan massa akan
56

menyebabkan minyak terperas. Dan kenyataannya saat ini alat kempa yang dijumpai di
pabrik pada umumnya terdiri dari screw press.
Untuk janjang kosong masuk ke bagian conveyor. EFB Conveyor digunakan untuk
memisahkan tandan dengan buah. EFB Press digunakan untuk yang masih ada minyak di
janjang kosong di press kembali kemudian janjang kosong dibuang ke lapangan. Kemudian
masuk ke fruit elevator. Ripple digunakan sebagai tempat pengadukan dan pelepasan
antara fiber dengan oil kemudian di press kembali untuk diambil minyaknya.

Stasiun Pemurnian
Station Cairan (Fluida) yang berupa minyak kasar (Crude Palm Oil) yang keluar
dari mesin press terdiri dari campuran minyak, air dan padatan bukan minyak
(Non Oil Solid). Untuk memisahan minyak dilakukan dengan proses pemurnian yang
disebut Klarifikasi. Pemisahan minyak dari fraksi cairan lainnya dilakukan dengan
berdasarkan prinsip penyaringan (filtration), pengendapan (sedimentation), penguapan
(evaporation) dan sentrifugasi (centrifugation) (Gambar 55).

Gambar 55. Pengolahan Pemurnian minyak


a. Sand Trap Tank
Sandtrap tank adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak dan bahan padatan
seperti pasir yang terbawa dari buah, dimana pasir yang terbawa minyak akan mengendap
dibawah dan minyak yang memiliki berat jenis yang lebih ringan berada diatas nya akan
mengalir ke vibrating screen melalui pipa diatas sand trap tank. Pada sand trap tank juga
diberikan perlakuan panas dari steam dengan suhu 90-95oC agar minyak dalam sand trap
tank tidak menggumpal. Pengendapan dilakukan dengan sedimentasi dengan
memanfaatkan gravitasi bumi dan perbedaan berat jenis dimana minyak memiliki berat
jenis lebih kecil dari pada kotoran dan pasir, sehingga kotoran pasir mengendap didasar
tangki dan dibuang dengan cara blowdown dan dilakukan 1 jam secara periodik.
b. Vibrating screen
Vibrating screens adalah mesin pemisah mekanis yang berfungsi membuang pasir,
fibre dan impurities, Menurunkan viscositas dari crude oil, Menaikkan effisiensi oil
57

recovery. Ampas dengan ukuran lebih besar akan ditahan diatas screen dan minyak akan
diloloskan dan masuk ke Crude oil tank. Ampas yang berada diatas ayakan akan jatuh ke
conveyor untuk kembali dibawa digester.
c. Crude Oil Tank (COT)
Cruede oil tank seperti berfungsi sebagai penampung sementara minyak hasil
vibrating screen sebelum didistribusikan ke CST(Continius Setling Tank) untuk dilakukan
pemurniaan, karena minyak pada COT masihlah minyak kasar yang masih bercampur
dengan sludge.
d. Continius Settling Tank
Continius Settling Tank Berbentuk tangki segi empat memanjang (harizontal)
dilengkapi beberapa sekat untuk menahan retensi minyak dan bagian dasar berbentuk
kerucut berfungsi untuk mengefektifkan pengendapan pasir. Berbentuk silinder dengan
posisi vertical dan bagian dasarnya berbentuk kerucut.
e. Tangki Minyak (Oil Tank)
Oil Tank merupakan tangki untuk penampungan sementara sebelum minyak
sementara sebelum minyak masuk ke stroge tank. Pada alat ini juga terjadi pemanasan
dilakukan dengan suhu 80-85oC. Pemanasan dilakukan oleh sebuah coil sebagai starting
secara konduksi dan dengan steam secara konveksi, dengan maksud untuk memisahkan air
dan kotoran akan turun ke lapisan bawah. Oil tank berbentuk silinder dan berbentuk
kerucut dibagian dasarnya kerucut maka waktu yang dibutuhkan untuk memanaskan oil.
f. Vacum Dryer
Vacum dryer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengurangi kadar air yang
terkandung minyak. Vacum dryer berbentuk tabung dengan kerucut dibagian dasarnya
g. Sludge tank
Sludge tank digunakan untuk overflow dari tangki aliran ini disalurkan ke oil tank,
sedangkan underflownya dialirkan ke buffer tank untuk kemudian ditampung dan diumpan
ke sludge sentrifugasi, buffer tank memiliki kapasitas 3 m3 dengan ketebalan 4,5 mm dan
dilengkapi overflow menuju sludge tank.
h. Sand Cyclone
Sand cyclone berfungsi untuk memisahkan slude dari kotoran dan pasir sebelum sludge
diumpankan ke slude sentifugasi.
i. Sludge Sentrifugasi
58

Sludge sentrifugasi adalah sebuah alat yang digunakaN untuk memisahkan


minyak yang masih terkadung didalam sludg. Didalam sludge sentrifugasi ini terdapat
bowl yang berputar 1450 rpm, bowl berbentuk bintang yang diujungnya terdapat nozzle.
j. Reclaimed tank
Hasil pemisahan sludge oleh sentrifugal sludge akan ditanpung sementara oleh
reclamed tank sebelum dipompakan kembali ke CST. Pada reclamed tank terjadi
pemisahan akibat pemanasan. Sehingga minyak yang memiliki fraksi lebih ringan akan
dipompa ke CST sendangkan fraksi berat akan diberada didasar tanki dan dialirkan menuju
fatpit.

k. Tanki timbun (Storage tank) CPO


Tangki timbun PKS Tasik Raja (Gambar 56) memiliki kapasitas 5000 ton yang
berfungsi untuk menampung hasil produksi minyak CPO setelah melalui berbagai
pemisahan mekanis pada stasiun pemurnian. Storage tank memiliki suhu simpan 50-55 0C
yang dipanaskan oleh steam secara konveksi, maka pindah panas dari steam dan panas
yang diterima oleh liquid serta besar suhu simpan stroge dapat didekati dengan pindah
panas secara un-steady state menggunakan analisis lumped

Gambar 56. Tanki timbun


Boiler
Boiler (Ketel Uap) adalah alat yang berfungsi untuk memanaskan air
menggunakan panas dari hasil pembakaran bahan bakar, panas hasil pembakaran
selanjtunya dialirkan ke air sehingga menghasilkan steam (uap air yang memiliki
temperatur tinggi. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa boiler berfungsi
sebagai penghasil steam yang dapat digunakan untuk proses/kebutuhan selanjutnya. Bahan
bakar yang digunakan untuk boiler pada pabrik PKS Suayap adalah fiber dan cangkang
kernel.
59

Proses chemical : proses pemcampuran air dengan bahan kimia sesuai dengan dosis.
Bahan kimia yang digunakan boiler pada PKS Suayap adalah chemical merk Nalco
2811, Nalco 3273, Nalco 2584
Ketel uap (Boiler) : setelah air dipanaskan dan dicampurkan dengan chemical air
dipompakan menuju ketel uap untuk dirubah fase nya dari cair menjadi steam
kemudian steam didistribusikan untuk digunakan untuk proses produksi maupun
membangkitkan daya melalui turbin uap
Kondensat : Setelah steam berubah fasa kembali menjadi air (condensat) maka bisa
dipompakan kembali kedalam ketel. Sedangkan air make up digunakan untuk
menggantikan air akibat proses blowdown.
Instalasi Pengolahan Air Limbah
Pengolahan air limbah adalah suatu kegiatan untuk mengelolah zat cair hasil
samping dari proses produksi untuk dimanfaatkan kembali sebelum dibuang ke
lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan oleh PKS Tasik Raja terdiri dari air dan sludge
serta kotoran yang berasal dari proses produksi aliran limbah cair ada yang menuju fat pit
untuk dikutip minyaknya kembali dan ke final efluent yang selanjutnya dialirkan menuju
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
a. Pengendalian Mutu Limbah
Sebelum dapat dibuang ke sungai, terlebih dahulu air limbah harus ditreatment
dalam beberapa kolam. Sludge tadi dialirkan dari kolam yang paling atas dengan suhu
170 C ke kolam pendingin (Cooling pond) dengan suhu 45C. Pada PKS Tasik Raja
terdapat 6 kolam treatment. Kolam 1 adalah kolam cooling pond, kolam 2 adalah kolam
pengasaman, kolam 3-4 adalah anaerobic, kolam 5 adalah aerobic dan kolam 6 adalah
sedimentasi. Bakteri Metanobachillus yang menguraikan senyawa majemuk menjadi
senyawa yang lebih sederhana sehingga warna sludge yang berwarna coklat telah
membusuk menjadi berwarna hitam. Frekuensi sampe di air adalah 93 hari mulai dari
masuk ke kolam sampai ke luar. Kalau ke sungai maka BOD 150 ppm dan kalau ke land
aplication BOD = 5000 ppm
Kolam Coolind pond : Kolam pendingin, yaitu pendinginan limbah dengan kolam.
Pendinginan ini dikombinasikan dengan pengutipan minyak.Air limbah dari recovery
tank dipompakan menuju cooling pond. Tujuan penampungan limbah di cooling pond
adalah untuk pendinginan air limbah agar mencapai suhu 40 oC.
Kolam Anaerobik : Limbah yang telah dinetralkan dialirkan ke dalam kolam anaerobik
untuk diproses.Proses perombakan limbah dapat berjalan lancar jika kontak antara
60

limbah dan bakteri yang berasal dari kolam pembiakan lebih baik.Untuk
mengefektifkan proses perombakan dalam kolam anaerobic
Kolam Aerobic : Pada kolam aerasi ditempatkan alat (aerator) yang dapat meningkatkan
jumlah oksigen terlarut dalam air, dengan tujuan agar dapat berlangsung reaksi oksidasi
dengan baik.
Kolam Sedimentasi : Pada kolam sedimentasi di buat tidak perlu dalam-dalam supaya
matahari bisa masuk dan tembus ke dalam kolam.

b. Land Aplikasi
Land Aplikasi (Gambar 58) adalah pemanfaatan hasil pengolahan limbah yang
telah diolah dan memenuhi syarat untuk dimanfaatkan dan dikembalikan kelingkungan
sebagai pupuk bagi tanaman. Luas land aplication di PKS Tasik Raja adalah 140 ha, untuk
lokasinya berada di perbatasan dari 3 tasik, sehingga semuanya dapat kebagian.
Syarat pelaksanaan land aplikasi
BOD tidak boleh melebihi 5000 mg/Liter
Nilai pH berkisar 6 9
Dilakukan pada lahan selain lahan gambut
Tidak boleh dilaksanakan pada lahan dengan kedalaman air tanah kurang dari 2 meter
Dekat dengan pabrik karena lebih strategis tidak perlu menggunakan banyak pipa
Topografinya lebih diutamakan yang miring, di cari titik tertinggi sehingga tidak perlu
menggunakan pompa, tetapi dari pabrik perlu menggunakan pompa untuk ke land
aplication.
Ditentukan kolam (Gambar 57) distribusinya dari titik tertinggi kemudian dialirkan ke
setiap flatbed.

Gambar 57. Kolam aplikasi


Metode pemanfaatan air limbah untuk land aplikasi terbagi menjadi dua yaitu
Flatbed system (sistem parit datar) : Sistem irigasi yang ditampung dengan kolam-
kolam datar bersambung untuk lahan dengan. ketinggian relatif tidak sama atau
terasiring.
Longbed system (sistem saluran panjang berbaris) : untuk lahan dengan ketinggian sama
atau rata dan tanah dengan permeabilitas rendah.
61

Gambar 58. Land aplication


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tahapan replanting yaitu pancang stacking, Penumbangan pohon (Felling), Chipping
(Pencincangan), Pembuatan ajir/ pemancangan (lining), Pembuatan Teras, Pembuatan
parit atau cuci parit, Pembuatan lubang tanam.
2. Pembibitan untuk tanaman kelapa sawit di PT. Tasik Raja Tasik Idaman
menggunakan kecambah yang berasal dari bibit PT. Socfindo.
3. Pemindahan/ transplanting bibit kecambah dari pre nursery ke main nursery berjarak
2 bulan atau setelah bibit berdaun 4 5.
4. Penanaman tanaman penutup tanah (LCC) dilakukan sebelum penanaman kelapa sawit
pada lahan yang telah direplanting. Jenis tanaman penutup tanah yang diterapkan oleh
kebun Tasik Estate adalah jenis Mucuna brachteata (MB) dan Mucuna cochichinensis
(MC).
5. Pengendalian gulma secara mekanis dalam mengendalikan gulma yang diterapkan
PT. Tasik Estate adalah Selective Weeding (dongkel), Circle spraying , Spot Spraying
dan Lalang Kontrol, dan Secara kultur teknis dengan penanaman tanaman penutup
tanah jenis Mucuna brachteata (MB).
6. Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit, Ulat Api, Tikus dan Kumbang
tanduk (Oryctes rhinoceros).
7. Pemupukan ZA pada Tanaman Immature (OP 2015) dengan dosis pupuk yang
diberikan untuk setiap tanaman adalah ZA 500 gr per pokok.
8. Proses kastrasi dilakukan kastrasi 2 bulan sekali sampai umur 30 bulan dan hasil dari
kastrasi tersebut di buang di gawangan mati.
9. Dosis untuk pengaplikasian janjang kosong kelapa sawit yaitu 200 kg/ pokok.
10. Panen meliputi 5 Panca Panen yang diterapkan Tasik Estate antara lain :
a. Potong buah masak
b. Potong pelepah dan susun di gawangan mati
c. Angkat dan susun buah di TPH
d. Kutip bersih bondolan
e. Potong mepet bonggol buah
62

11. Perkebunan Tasik Raja telah memiliki pabrik kelapa sawit yaitu PT. Tasik Raja Palm
Oil Mill, perusahaan ini telah memproduksi CPO dan kernel yang telah teruji dan
memiliki pengolahan limbah kelapa sawit yang telah diterapkan pemanfaatannya.
12. Dengan Praktek Kerja Lapang di perkebunan ini, tujuan dari PKL secara keseluruhan
tercapai dan kami selaku mahasiswa dapat mengerti dan memahami serta
membandingkan apa yang kami peroleh di kampus dengan apa yang kami dapat disini
memiliki perbedaan yang cukup nyata namun memiliki tujuan yang sama yaitu
peningkatan produktivitas dari tanaman kelapa sawit yang berbasis lingkungan.
Saran
- Sebaiknya dalam pengaplikasian bahan kimia pupuk tetap memperhatikan prinsip 4T
(tepat dosis, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat aplikasi).
- Sebaiknya penggunaan bahan-bahan kimia dalam pengendalian hama diminimalkan,
salah satunya dengan penggunaan tanaman inang untuk predator. Jenis tanaman inang
yang dapat digunakan yaitu Tunera subulata atau yang sering disebut dengan bunga
pukul delapan.
- Dalam bekerja sehari-hari sebaiknya seluruh karyawan memakai APD (Alat Pelindung
Diri) terutama untuk pemanen dan penyemprot pestisida karena residu dari pestisida
sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
- Dalam melakukan pemupukan yang mengandung unsur hara nitrogen seperti Urea dan
ZA sebaiknya menggunakan sistem tugal (pupuk di tanam).`

Anda mungkin juga menyukai