Anda di halaman 1dari 10

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di dalam arteri.

Arteri adalah
pembuluh darah dari jantung dan dialirkan ke seluruh tubuh. Dikatakan hipertensi jika
tekanan sistol mencapai 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastol 90 mmHg atau lebih.
Tekanan sistol berhubungan dengan tekanan di dalam arteri. Tekanan diastol mewakili
tekanan di dalam arteri ketika jantung relaksasi setelah kontraksi. ( Widharto : 2007, 6 )
Penyakit hipertensi memang tidak nampak, tetapi jika terlambat penanganannya
bisa berakibat fatal. Tetapi sebenarnya hipertensi tidak perlu dirisaukan karena dengan
pengobatan dan perubahan gaya hidup, seorang pendertita hipertensi dapat hidup dengan
nyaman. Akan tetapi yang sangat dikhawatirkan justru adanya penyakit lain akibat hipertensi.
Seorang penderita hipertensi mempunyai risiko cukup besar terhadap penyakit diabetes,
stroke, jantung, gagal ginjal. ( Martuti : 2009, 5 )
Para ahli kesehatan bekerja keras untuk menjinakkan hipertensi melalui berbagai
penelitian pengobatan, khususnya obat-obatan kimiawi yang semakin lama semakin canggih.
Sejarah kesehatan mencatat tahun 50-an ditemukan obat antihipertensi yang efektif dan aman.
Meskipun menimbulkan efek samping, obat-obatan tersebut dapat menekan angka kesakitan
dan kenaikkan angka harapan hidup penderita hipertensi. ( Martuti : 2009, 5 )
Dunia menaruh perhatian besar terhadap hipertensi. Hal ini tebukti dengan
dilakukannnya penelitian hipertensi oleh Veterans Administration Cooperative Study Group
on Antihypertensive Agents pada tahun 60-an. Sejak saat itu, para ahli terus berupaya
menyempurnakan terapi hipertensi hingga diperoleh obat antihipertensi yang benar-banar
efektif tanpa efek samping yang berati. Bahkan sejak tahun 1977 The Joint National
Committee on the Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (
JNC ) mengeluarkan panduan pengobatan hipertensi yang sangat membantu para praktisi
kesehatan dalam melakukan pengobatan hipertensi. ( Widharto : 2007, 6 )
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan obat-
obatan (farmakologis) dan tanpa obat-obatan (nonfarmakologis). Obat antihipertensi dapat
digolongkan berdasarkan mekanisme kerjanya. Jenis-jenis obat antihipertensi itu antara lain :
Diuretik, Beta blocker, Penghambat saluran kalsium, Inhibitor-ACE, Alpha blocker, obat
yang kerjanya terpusat dan antagonis reseptor angiotensin. Pengobatan hipertensi tanpa obat-
obatan biasanya cenderung menggunakan cara-cara alami. Beberapa metode yang biasa
dilakukan yaitu terapi nutrisi dan akupuntur. (Widharto : 2007, 6 )
Banyak ahli kesehatan menganjurkan para penderita hipertensi untuk memadukan
kedua jenis pengobatan tersebut jika memungkinkan. Ada hal yang lebih penting lagi untuk
dilakukan oleh penderita hipertensi yaitu memperhatikan pola makan dan mengubah gaya
hidup. Mereka harus berusaha mengurangi asupan garam dan makanan berlemak, serta
berolahraga secara teratur. Jika penderita hipertensi merupakan pecandu alkohol, dia harus
menghentikan kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol. ( Wiboworini : 2007, 7 )

JENIS-JENIS DAN PENYEBAB HIPERTENSI

A. Jenis-jenis Hipertensi
Menurut Widharto ( 2007 : 8 ), berdasarkan penyebab terjadinya hipertensi
dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebebnya. Lebih dari 90% penderita hipertensi termasuk jenis hipertensi primer. Keadaan
penderita seperti kegemukan (obesitas), konsumsi alkohol dan merokok dapat meningkatkan
risikonya.

2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Beberapa
jenis penyakit yang dapat mengakibatkan hipertensi antara lain gangguan hormonal, penyakit
jantung, diabetes, penyakit pembuluh darah, atau penyakit yang berhubungan dengan
kehamilan. Sekitar 10% penderita hipertensi termasuk hipertensi sekunder.
PENGOBATAN HIPERTENSI

A. Pengobatan Secara Nonfarmakologis


Pengobatan secara nonfarmakologis atau lebih dikenal dengan pengobatan tanpa obat-
obatan, pada dasarnya merupakan tindakan yang bersifat pribadi atau perseorangan.
Beberapa pengobatan secara nonfarmakologis bagi penderita hipertensi antara lain :
1. Mengurangi Konsumsi Garam
Bagi penderita hipertensi memang harus peduli pada dirinya sendiri. Hanya dirinyalah
yang dapat mengendalikan asupan garam ke dalam tubuhnya. Jika mengurangi konsumsi
garam ternyata signifikan dengan turunnya tekanan darah kenapa mesti diabaikan. Penderita
hipertensi harus benar-benar mempunyai niat dan semangat dalam menjalani diet rendah
garam ini. ( Wiboworini : 2007, 21 )

2. Mengendalikan Berat Badan


Menurut Dr. Suharja mengendalikan berat badan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Misalnya mengurangi porsi makanan yang masuk tubuh atau mengimbangi dengan
melakukan banyak aktivitas. Terdapat bukti bahwa setiap penurunan 1 kg berat badan,
tekanan darah mengalami penurunan 1 mmHg.

3. Mengendalikan Minum ( Kopi dan Alkohol )


Menurut Dr. Suharja, beberapa referensi kesehatan mengatakan kopi tidak baik bagi
penderita hipertensi.
Lebih lanjut dijelaskan Martuti ( 2009 : 65 ), senyawa kofein yang terdapat pada kopi
dapat memicu meningkatnya denyut jantung yang berdampak pada peningkatan tekanan
darah. Minuman beralkohol menyebabkan naiknya tekanan darah. Selain itu, konsumsi
alkohol yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan organ hati dan sistem saraf.

4. Membatasi Konsumsi Lemak


Konsumsi lemak berkaitan dengan kadar kolesterol dalam darah. Penderita hipertensi
harus berupaya menjaga kadar kolesterol dalam darahnya. Untuk itu, Himpunan Ahli Jantung
Amerika ( America Heart Association ) menganjurkan agar konsumsi kolesterol makismal
300 mg/hari. ( Widharto : 2007, 23 )
5. Berolahraga Secara Teratur
Ada beberapa jenis olahraga yang tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi, bahkan
dilarang, yaitu jenis olahraga keras seperti tinju, karate, gulat dan olahraga keras lainnya.
Sedangkan beberapa jenis olahraga yang dianjurkan diantaranya gerak jalan, senam (aerobik),
bersepeda atau berenang. ( Martuti : 2009, 61 )

6. Menghindari Stres
Beberapa cara di bawah ini dapat ditempuh untuk membina hidup positif agar tidak
stres antara lain :
a. Mengeluarkan isi hati dan memecahkan masalah
b. Merencanakan jadwal kerja yang matang dan meluangkan waktu untuk beristirahat
c. Jangan berambisi menjadi orang yang sempurna
d. Belajar berdamai
e. Mencoba menolong sesama
f. Menghilangkan pikiran iri dan dengki
( Widharto : 2009, 61 )

B. Pengobatan Secara Farmakologis


Merupakan pengobatan dengan obat-obatan. Saat ini terdapat banyak pilihan jenis obat
antihipertensi. Obat-obatan itu terbukti dapat menurunkan hipertensi, termasuk penyakit
akibat hipertensi seperti stroke dan gagal jantung. Namun demikian, pemakaian obat-obatan
antihipertensi itu memerlukan pengawasan dokter. ( Widharto : 2007, 29 )
B. Penyebab Hipertensi

1. Faktor Keturunan

Dalam tubuh manusia terdapat faktor-faktor keturunan yang diperoleh dari kedua orang
tuanya. Jika orang tua mempunya riwayat menderita hipertensi maka garis keturunan
berikutnya mempunya risiko besar menderita hipertensi. ( Martuti : 2009, 21 )

2. Jenis Kelamin
Menurut Dr. Suharja, mengenai jenis kelamin, umumnya pria memiliki peluang lebih
besar untuk terserang hipertensi ketimbang wanita.

3. Usia
Tekanan darah seseorang akan meningkat seiring bertambahnya usia. Semakin tua
usianya, semakin besar kemungkinan menderita hipertensi. Tekanan sistol terus meningkat
sampai usia 80 tahun dan tekanan diastol terus naik sampai usia 50-60 tahun, kemudian
secara perlahan atau bahkan drastis menurun. ( Martuti : 2009, 37 )

4. Pola makan
a. Konsumsi Garam
Menurut Dr. Suharja penelitian kedokteran membuktikan bahwa pembatasan
konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, pengeluaran garam (natrium)
menggunakan obat diuretik (pelancar kencing) juga terbukti ampuh menurunkan tekanan
darah.
Lebih lanjut dijelaskan Widharto ( 2007 : 11 ) bahwa berlebihnya natrium dalam
darah dapat menahan air sehingga meningkatkan volume darah, yang mengakibatkan
meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah sehingga kerja jantung dalam
memompa darah semakin meningkat. Walaupun natrium terbukti signifikan terhadap
penaikkan tekanan darah, tetapi beberapa orang tidak terpengaruh dengan berlebihnya
natrium dalam darahnya. Hal ini disebabkan tubuh orang tersebut dapat membuang kelebihan
natrium dengan cepat melalui keringat dan urin. Akan tetapi, jika seseorang mengalami
kegemukan, kurang berolahraga, berasal dari keluarga penderita hipertensi atau diabetes
maka kelebihan natrium dapat meningkatkan risiko hipertensi.
b. Konsumsi Lemak
Sebagian besar hipertensi disebabkan adanya penebalan dinding pembuluh arteri
oleh lemak atau kolesterol, hal ini menyebabkan pembuluh arteri menjadi kaku. Jika
penderita hipertensi tetap mengonsumsi makanan berlemak, kadar kolesterol dalam darahnya
dapat meningkat sehingga dinding pembuluh darah menebal dan menjadi tersumbat.
Menurut Dr. Suharja, penderita hipertensi kemungkinan besar kadar kolesterolnya
lebih dari 250 mg per 100 cc darah. Oleh karena itu, mereka perlu membatasi masuknya
lemak atau kolesterol ke dalam tubuhnya. Penderita hipertensi harus mengurangi makanan
berkolesterol tinggi seperti otak sapi ( 2.054 mg/100 gr ), hati sapi (323 mg/100 gr), telur
bebek ( 619 mg/butir ) dan telur ayam.

5. Gaya Hidup Modern


Dalam gaya hidup modern, tuntutan dan tantangan hidup bermasyarakat yang semakin
berat memaksa seseorang mencurahkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengejar sukses.
Keadaan ini menyebabkan orang menjadi stres dan hidup dalam tekanan.
Menurut Dr. Suharja dalam kondisi tertekan, adrenalin dan kortisol dilepaskan ke dalam
darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Apabila kondisi ini terjadi terus menerus,
tekanan darahnya selalu berada pada level tinggi.
Selain itu, dalam gaya hidup modern seseorang menjadi jarang berolahraga karena
semua waktu telah dicurahkan untuk mengejar karir. Mereka cenderung melepaskan tegang
dan penat dengan merokok sambil minum kopi atau minum-minuman beralkohol. Padahal
kebiasaan itu justru berdampak buruk terhadap kesehatan karena dapat meningkatkan risiko
hipertensi.

6. Berat Badan
Mereka yang memiliki berat badan lebih cenderung tekanan darahnya lebih tinggi
dibandingkan dengan orang kurus. Orang yang gemuk, tubuhnya bekerja keras untuk
membakar berlebihnya kalori. Pembakaran kalori ini memerlukan oksigen dalam darah yang
cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar, semakin banyak pula pasokan oksigen dalam
darah. Banyaknya pasokan tersebut menjadikan jantung bekerja lebih keras. Dampaknya,
tekanan darah orang gemuk cenderung tinggi. ( Martuti : 2009, 21 )

7. Alkohol
Meskipun belum diketahu secara pasti, mengonsumsi alkohol dapat menaikkan tekanan
darah. Walaupun dampak alkohol terhadap kenaikkan tekanan darah belum diketahui secara
pasti, banyak dokter menganjurkan seorang pria untuk tidak mengonsumsi alkohol lebih dari
10,5 kaleng bir dalam 1 minggu. Untuk wanita tidak boleh lebih dari 7 kaleng bir dalam 1
minggu. ( Widharto : 2007, 15 )

BAHAYA HIPERTENSI

Hipertensi adalah penyakit yang sering disertai oleh masalah kesehatan lain
sehingga membutuhkan pengobatan yang lebih agresif. Hipertensi dapat memperbesar risiko
terserang penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal, bahkan kebutaan.
A. Jantung Koroner
Yaitu mengerasnya pembuluh darah arteri di seluruh tubuh terutama di jantung.
Keadaan ini menyebabkan rasa sakit di dada yang biasa disebut angina atau miokardial
iskemia. Jika arteri menyempit dan kemudian darah menggumpal, otot jantung yang
berhubungan langsung dengan arteri menjadi mati. Keadaan ini disebut arteri trombosis atau
disebut serangan jantung. (Widharto : 2007, 18)

B. Gagal Jantung
Yaitu suatu kondisi dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya
tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan. Hal ini
disebabkan karena penyumbatan arteri sehingga mengganggu kerja jantung. ( Martuti :2009,
35 )

C. Stroke
Stroke, kadang-kadang disebut serangan otak, terjadi sewaktu aliran darah ke daerah
otak terputus akibat pacahnya pembuluh darah karena tekanan darah yang melebihi kekuatan
pembuluh darah itu sendiri. Sel-sel otak yang kekurangan oksigen serta glukosa menjadi
mati. Jika tidak diketahui secara dini, makan dapat mengakibatkan kerusakan otak permanen.
(Putri : 2009, 103)
D. Gagal Ginjal
Adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga
akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit
tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin. Hal ini disebabkan
penyumbatan pembuluh darah menuju ginjal. ( Widharto : 2007, 19 )

E. Kebutaan
Dapat terjadi pada penderita hipertensi akut. Kebutaan ini terjadi akibat pacahnya
pembuluh darah di mata. Awalnya penderita hanya mengalami gangguan penglihatan berupa
pandangan kabur, tetapi pada tahap berikutnya terjadi kebutaan. ( Widharto : 2007, 19 )
DAFTAR PUSTAKA

Martuti, A. 2009. Merawat Dan Menyembuhkan Hipertensi. Bantul : Kreasi Wacana.


Putri, Alissa. 2009. Tetap Sehat Di Usia Lanjut : Hipertensi. Yogyakarta : Genius Printika.
Wiboworini, Budiyanti. 2007. Gizi Dan Kesehatan. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.
Widharto. 2007. Bahaya Hipertensi. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.
Info Obat Indonesia. 2010. Edisi kedua. PT Eranti Agratama:Jakarta
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan

tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes). Obat antihipertensi adalah obat yang

digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan darah normal.

Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan efek

tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.


Pengobatan Farmakologis
1. Diuretik
2. Antagonis Reseptor- Beta
3. Antagonis Reseptor-Alfa

4. Kalsium Antagonis

5. ACE inhibitor
6. Vasodilator
Semua obat antihipertensi menimbulkan efek samping umum, seperti hidung mampat

(akibat Vasodilatasi mukosa) dan mulut kering, bradykardia (kecuali fasodilator langsung :

justru tachycardia), rasa letih dan lesu, gangguan penglihatan, dan lambung-usus (mual,

diare), ada kalanya impotensi (terutama obat-obat sentral).Efek-efek ini seringkali bersifat

sementara yang hilang dalam waktu 1-2 minggu. Dapat dikurangi atau dihindarkan dengan

cara pentakaran menyelinap, artinya dimulai dengan dosis rendah yang berangsur-angsur

dinaikkan.

Dengan demikin, penurunan TD mendadak dapat dihindarkan. Begitu pula obat

sebaiknya diminum setelah makan agar kadar obat dalam plasma jangan mendadak mencapai

puncak tinggi (dengan akibat hipotensi kuat). Penghentian terapi pun tidak boleh secara

mendadak, melainkan berangsur-angsur untuk mencegah bahaya meningkatnya TD dengan

kuat (rebound effect) Khusus.

B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses

pembelajaran dan semoga bias menambah ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai