Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

MENEJEMEN AGROEKOSISTEM
LAHAN SAWAH KARANGPLOSO

Asisten :
Disusun oleh :
Nur Sri Wahyuni 155040201111125
Maratur Noer Fitriana 155040201111137
Rico Suyono Catur P. 155040201111139
Eyik Widiansyaficha 155040201111173
Al Ismuz Zaahir 155040201111180
Andre Susilo 155040201111182
Risa Setia Aji 155040201111200
Jihan Anggun Lestari 155040201111210
Hasna Luthfiyyan F. 155004201111215
Moh. Fathur Rizqi 155040201111221
Kelas : O
Kelompok : O3

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perubahan pola pertanian yang ada pada saat ini telah membawa konsekuensi
baik terhadap lingkungan pertanian maupun lingkungan sekitar. Konsekuensi
nyata pada pertanian intensif antara lain percepatan erosi, efek residu pupuk dan
pestisida. Terjadinya gangguan dalam lingkungan disebabkan adanya kegiatan
manusia yang tidak tepat dalam pengelolaannya dimana manusia kurang
memperdulikan pada ekologi dan penggunaan teknologi pertanian yang tidak
mengacu pada pembangunan yang berwawasan lingkungan. Selain itu, pemberian
pupuk yang tidak seimbang akan berpengaruh pada kerusakan lingkungan.

Terbentuknya agroekosistem sebagai hasil interaksi antara sistem social


dengan sistem alam, dalam bentuk aktivitas manuasia yang berlangsung untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kebanyakan agroekositem digunakan
oleh negara atau masyarakat yang berperadaan agraris. Kata agro atau pertanian
menunjukan adanya aktifitas ataucampur tangan masyarakat pertanian terhadap alam atau
ekosistem. Istilah pertanian dapat diberi makna sebagai kegiatan masyarakat yang mengambil
manfaat dari alam atau tanah untuk mendapatkan bahan pangan, energi dan bahan lain yang
dapatdigunakan untuk kelangsungan hidupnya (Pranaji, 2006). Dalam mengambil manfaat ini
masyarakat dapat mengambil secara langsung dari alam, ataupun terlebih dahulu mengolah atau
memodifikasinya. Jadi suatu agroekosistem sudah mengandung campur tangan masyarakat
yang merubah keseimbangan alam atau ekosistem untuk menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat.

Pentingnya pengamatan dan analisis untuk sistem dan perlakuan pertanaman


disuatu hamparan lahan untuk menilai seberapa besar keseimbangan
agroekosistem dilahan tersebut. Dengan mengetahui seberapa besar keseimbangan
agroekosistem maka akan bisa menjadi dasar dalam perlakuan selanjutnya, baik
dalam pemeliharaan, perawatan dan sebagainya.
1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum lapang antara lain sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui kondisi umum lahan di Karangploso.

b. Untuk mengetahui sistem budidaya padi di lahan karangploso.

c. Untuk mengetahui agroekosistem dari aspek budidaya tanaman, hama


penyakit dan dari aspek tanah.

d. Untuk mengetahui dasar inforamsi untuk memberikan rekomendasi dalam


pencapaian keseimbangan agroekosistem.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum yang telah kami lakukan yaitu mahasiswa
dapat mengetahui kondisi umum lahan daerah Karangploso dan mengetahui
sistem budidaya padi pada daerah Karangploso serta dapat mengetahui
agroekosistem yang ada disana yang meliputi aspek budidaya, hama penyakit dan
aspek tanah. Diharapkan mahasiswa mampu mengevaluasi hal tersebut dan dpat
memperbaiki dalam sistem budidaya dengan merekomendasikan guna pencapaian
keseimbangan agroekosistem dan mengganti dengan metode yang benar, sehingga
dapat menerapkan sistem pertanian yang berkelanjutan.
BAB 2
Problematika Wilayah (Hasna, Yuni, Zaahir)

Swot =

S= strengths :kekuatan

W= weakness :kelemahan

O= opportunities :kesempatan

T = Threats :ancaman

Dari survei yang kelompok kami lakukan dapat diketahui bahwa lahan
Bapak Raji topografinya tergolong tidak begitu miring dalam kategori sedang,
maka kemungkinan adanya kendala erosi tanah jarang terjadi pada lahan tersebut
hal ini sudah sesuai dengan kesesuaian lahan.

Pada lahan padi tersebut baik dengan varietas legowo dan IR64 serta
kecocokan dalam topografi mendukung. Hal ini dapat di lihat dari penghasilan
beliau varietas legowo 6 ton dengan harga jual 4200/kg sedangkan varietas IR64
hasil panen 5 ton dengan harga jual 4400/kg. Kedua varietas tersebut
menggunakan sistem tanam konvensinal dan lahan padi tersebut menggunakan
pupuk TSP, Urea dan Za.

Berdasarkan metode SWOT, kekuatan lahan serta pemanenan cukup akan


tetapi pada lahan tersebut juga memiliki kelemahan dimana terdapat serangan
hama yang tinggi berupa ulat dan walang, selain itu juga terdapat serangan
penyakit blast, karst, dan potong leher. Namun dengan adanya kelemahan tersebut
bapak Raji tanggap mengatasinya dengan menggunakan insektisida untuk
mengendalikan hamanya.

Adapun kesempatan atau peluang pada lahan tersebut untuk penanaman


serta pemanenan masih dapat dijangkau di karenakan menggunakan sistem
konvensional, kemudian kesempatan berikutnya yaitu dapat dilakukan penanaman
secara rotasi dan tumpangsari namun hal ini tidak dapat dilakukan oleh bapak Raji
dikarenakan sulitnya mencari tenaga kerja. Selanjutnya ancaman pada lahan
tersebut menurut kelompok kami yaitu jika lahan tersebut secara terus menerus
dilakukan penanaman secara monokultur dan tidak pernah dilakukan rotasi
tanaman, maka kemungkinan yang terjadi produktivitas menurun dan juga dapat
menimbulkan dampak terdapat hama dan penyakit yang dapat menyerang sewaktu
waktu.
BAB III

PELAKSANAAN/ PRAKTEK BUDIDAYA

3.1 Analisis Kesesuaian Lokasi untuk Tanaman yang akan Ditanam berdasarkan
Komponen Biotik dan Komponen Abiotik (Eyik Marsudi)

Lokasi survey yang didapatkan yaitu pada lahan sawah. Dengan komoditas
padi yang ditanam secara monokultur dengan system konvensional yang memiliki
jarak tanam ... cmPada lokasi tersebut memang cocok ditanami padi karena pada
lokasi tersebut memiliki suhu sebesar 260C tidak memiliki naungan yang dimana
tanaman padi membutuhkan sinar matahari untuk proses fotosintesis, Hal tersebut
sependapat dengan Hasanah (2007) yang menyatakan bahwa tanman padi dapat
tumbuh dengan baik pada suhu 230C ke atas, selain itu sinar matahari diperlukan
tanaman padi untuk melakukan proses fotosintesis, terutama proses
pengembangan dan kemasakan buah padi akan bergantung pada intensitas
matahari.

3.2 Metode yang digunakan untuk Praktek Budidaya (Jihan Anggun)

Dari hasil survey yang telah dilakukan diperoleh hasil metode tanam yang
digunakan yaitu sistem tanam konvensional dengan jarak tanam cm. Pemilik
lahan juga menggunakan beberapa bahan kimia untuk menunjang budidaya padi.
Seperti pupuk kimia dan pestisida kimia. Pola tanam konvensional ini memiliki
beberapa kekurang seperti berdampak buruk terhadap lingkungan karena
penggunaan pestisida dan bahan-bahan kimia lain yang cukup banyak. Bapak Ruji
juga tidak menggunakan pupuk organic sama sekali dalam pengelolahan
lahannya, dengan alasan penggunaan pupuk organic semakin mahal dan akan
lebih mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk pengelolahan. Menurut,
Mawardi pola tanam padi konvensional, selain menimbulkan dampak negatif dari
penggunaan pupuk dan pestisida sintetis, ternyata banyak menimbulkan masalah,
terutama masalah lingkungan yang berdampak buruk terhadap tingkat kesuburan
tanah dan kesehatan manusia. Dari aspek pengelolaan air, usahatani padi sawah
pada umumnya dilakukan dengan penggenangan secara terus menerus, dilain
pihak ketersediaan air semakin terbatas.

3.3 Kearifan Lokal atau Praktek Budidaya yang Khas (Moh. Fathur Rizqi)

Praktek budidaya yang banyak dilakukan didaerah sana yaitu dominan


warga yang menanam padi. Dan saat kami melakukan survei disana kebanyakan
tanaman padinya sudah banyak yang dipanen, sebagian juga ada yang sudah mulai
dilakukan pengolahan lahanya, dan sebagian ada juga yang masih melakukan
perawatan pada tanaman padinya. Seperti halnya sawah milik petani yang kami
wawancarai waktu itu beliau sedang melakukan perawatan pada tanaman padinya.
selain padi masyarakat disana juga ada yang menanam tanaman bawang merah
dan juga seledri. Ciri khas yang terdapat disana yaitu para petani yang sangat
ramah tamah sehingga tidak menyulitkan kami saat melakukan pengamatan dan
survey di daerah sana.
BAB 4
Analisis Usaha Tani
(Risa Setia Aji dan Maratus Noer Fitriana)

Kegiatan survei yang dilakukan berada di daerah Karangploso, dimana


petani yang menjadi narasumber yaitu bapak Raji. Lahan yang dimiliki bapak Raji
yaitu termasuk dalam lahan basah yang ditanami tanaman padi. Luas lahan yang
dikelola oleh bapak Raji yaitu seluas 0,2 ha. Jenis varietas padi yang ditanam oleh
bapak Raji yaitu IR64 dan legowo. Pola tanam yang digunakan oleh bapak Raji
yaitu sistem monokultur, dimana benih padi yang digunakan diperoleh dari toko
pertanian yang ada di daerah Karangploso. Bapak Raji tidak pernah melakukan
rotasi tanam pada lahan tersebut dan selalu ditanami tanaman padi. Lahan padi
yang beliau kelola menggunakan sistem tanam jajar legowo yang diberikan jarak
tanam, yaitu 23 cm. Jumlah benih per ha yang digunakan yaitu sebesar 25 kg yang
pada tiap lubangnya ditanam 2-5 benih. Untuk menjaga tanaman padi agar dapat
tumbuh optimal bapak Raji memupuk tanaman padi 3 kali dalam sekali tanam.
Pupuk yang digunakan oleh bapak Raji yaitu pupuk anorganik saja dan tidak
menggunakan pupuk organik karena lebih mahal. Jenis pupuk yang digunakan
yaitu pupuk TSP, Urea, dan Za (masing-masing 1 kw/ ha) selama satu musim
tanamnya. Lama penanaman padi hingga pemanenan yaitu sekitar 3-4 bulan.
Panen tanaman padi dalam sekali musim tanam hasilnya sangat fluktuatif karena
bergantung pada musim juga. Hasil panen per hektar untuk varietas IR64 yang
didapatkan yaitu sebesar 5,5 ton dengan harga jual Rp. 4.400 per/kg. Sedangkan
untuk varietas legowo sebesar 6 ton dengan harga jual Rp. 4.200 per/kg. Sistem
pengairan yang digunakan yaitu irigasi permukaan, dimana sumber irigasi tersebut
didapatkan dari air sungai. Masalah utama yang ada di lahan bapak Raji yaitu
tingginya serangan hama ulat dan walang sangit, dan serangan penyakit blast dan
potong leher. Dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi tersebut
bapak Raji menggunakan pestisida kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, Ina. 2007. Bercocok Tanam Padi. Azka Mulia Media: Jakarta
Mawardi. -. Pertumbuhan Dan Hasil Padi Metode Konvensional dan Sri (System
Of Rice Intensification) pada Textur Tanah yang Berbeda. Pasca Sarjana
Fakultas Pertanian Universitas Jember. Jember
Pranaji, T. 2006. Pengembangan Kelembagaan dan Pengelolaan Sumberdaya
Lahan dan Air. Analisis Kebijakan Pertanian, 3(3) : 236-255.
Sembiring H. 2001. Komoditas Unggulan Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
Badan Pengkajian Teknologi Pertanian: Sumatera utara
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai