Anda di halaman 1dari 17

Nama Dosen : Dr.phil.nat Sri Widodo, ST., MT.

Dikumpul Tanggal : 25 April 2017

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA

PEMBUATAN BRIKET BATUBARA

DARMAWATI M

D 621 14 014

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Batubara merupakan salah satu sumber energi primer yang memiliki


riwayat pemanfaatan yang sangat panjang. Penyediaan BBM mulai kritis
karena cadangannya terbatas sedangkan sumber kayu bakar juga kritis
karena luas kawasan hutan (terutama jawa) sudah berkurang dari
persyaratan ideal. Jadi salah satu sumber energi alternatif adalah batubara.
Akhir-akhir ini harga bahan bakar minyak dunia meningkat pesat yang
berdampak pada meningkatnya harga jual bahan bakar minyak termasuk
Minyak Tanah di Indonesia.
Minyak Tanah di Indonesia yang selama ini di subsidi menjadi beban
yang sangat berat bagi pemerintah Indonesia karena nilai subsidinya
meningkat pesat menjadi lebih dari 49 triliun rupiah per tahun dengan
penggunaan lebih kurang 10 juta kilo liter per tahun. Untuk mengurangi
beban subsidi tersebut maka pemerintah berusaha mengurangi subsidi
yang ada dialihkan menjadi subsidi langsung kepada masyarakat miskin.
Namun untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM dalam hal ini
Minyak Tanah diperlukan bahan bakar alternatif yang murah dan mudah
didapat. Briket batubara merupakan salah satu bahan bakar padat alternatif
yang terbuat dari batubara, bahan bakar padat ini merupakan bahan bakar
alternatif pengganti minyak tanah yang mempunyai kelayakan teknis untuk
digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga, industri kecil ataupun
menengah. Hal yang mendorong pemanfaatan briket batubara untuk
masyarakat dan Industri kecil di Indonesia antara lain yaitu potensi batubara
Indonesia yang sangat besar, batubara Indonesia mudah pecah dan bernilai
kalori tinggi dan adanya endapan batubara dengan cadangan terbatas (10
juta ton) yang dapat dimanfaatkan secara skala kecil untuk daerah sekitar.
Briket Batubara juga mempunyai keuntungan ekonomis karena dapat
diproduksi secara sederhana, memiliki nilai kalor yang tinggi, dan
ketersediaan batubara cukup banyak di Indonesia sehingga dapat bersaing
dengan bahan bakar lain.
1.2. Maksud dan Tujuan

Teknologi pembuatan briket batubara dari batubara bubuk bertujuan


untuk mengatasi kesulitan pada pengangkutan batubara bubuk. Briket
Batubara juga mempunyai keuntungan ekonomis karena dapat diproduksi
secara sederhana, memiliki nilai kalor yang tinggi, dan ketersediaan
batubara cukup banyak di Indonesia sehingga dapat bersaing dengan bahan
bakar lain.

1.3. Batasan Masalah

Dalam makalah ini, tim penyusun hanya membahas menyangkut


mengenai batubara, yaitu : genesa batubara dan briket batubara.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Genesa Batubara

Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya


adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan
organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui
proses pembatubaraan.Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon,
hidrogen dan oksigen.Batubara juga adalah batuan organik yang memiliki
sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk.Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti
C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan
memerlukan waktu yang lama (ratusan juta tahun) di bawah pengaruh
fisika, kimia ataupun nkeadaan geologi. Untuk memahami bagaimana
batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui dimana batubara
terbentuk dan faktor-faktor yang akan mempengaruhinya, serta bentuk
lapisan batubara. Karena berasal dari material organik yaitu
selulosa,batubara tergolong mineral organik. Reaksi pembentukan batubara
adalah sebagaiberikut:
C
C H O H4 H 2 O + 6 C H 2 + CO
5 ) > 20 22 4 + 3C +8

C

5 ) adalah zat pembentuk batubara, dapat berjenis lignit, sub-bituminus,

bituminus, atau antrasit, tergantung dari tingkat pembatubaraan yang


dialami.
Konsentrasi unsur C akan semakin tinggi seiring dengan tingkat
pembatubaraan yang semakin berlanjut.Sedangkan gas-gas yang terbentuk
yaitu metan, karbon dioksida serta karbonmonoksida, dan gas-gas lain yang
menyertainya akan masuk dan terperangkap dicelah-celah batuan yang ada
di sekitar lapisan batubara.
Gambar 2.1. Contoh Batubara

2.1.1. Tempat Terbentuknya Batubara

Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara dikenal 2 macam


teori, yaitu:
a. Teori Insitu
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan
batubara, terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu
berada. Dengan demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum
mengalami proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan
mengalami proses Coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara
ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena
kadar abunya relatif kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia
didapatkan di lapangan batubara Muara Enim (Sumatera Selatan).

b. Teori Drift
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan
batubara terjadinya ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan
semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah
mati diangkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup
oleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara
yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi
dijumpai di beberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak
mengandung material pengotor yang terangkut bersama selama proses
pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Batubara
yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan dilapangan batubara
delta Mahakam Purba, Kalimantan Timur.

2.1.2. Komponen-Komponen dalam Batubara


Komponen-komponen yang terdapat dalam batubara, yaitu :
A. Air
Air dalam batubara dibagi menjadi dua bagian yaitu air bebas (free
moisture),air yang terikat secara mekanik dengan batubara dan
mempunyai tekanan uap normaldimana kadarnya dipengaruhi oleh
pengeringan dan pembasahan selamapenambangan, transportasi,
penyimpanan, dan lain-lain. Air lembab (moisture in airdried) yaitu air
yang terikat secara fisika dalam batubara dan mempunyai
tekananuap di bawah normal.
B. Karbon, Hidrogen, dan Oksigen
Karbon, hidrogen, dan oksigen merupakan unsur pertama pembentuk
batubara. Dari ketiga unsur ini dapat memberikan gambaran
mengenai umur, jenis, dan sifat-sifat batubara.
C. Nitrogen
Kandungan nitrogen dalam batubara umumnya tidak lebih dari 2%.
Nitrogen dalam batubara terdapat sebagai senyawa organik yang
terikat pada ikatan karbon.
D. Sulfur
Sulfur dalam batubara terdiri dari sulfur besi dan sering disebut pirit
sulfur,sulfur sulfat dalam bentuk kalsium sulfat dan besi sulfat, serta
sulfur organik.
E. Abu
Abu yang terbentuk pada pembakaran batubara berasal dari mineral-
mineralyang terikat kuat pada batubara seperti silika, titan, dan
oksida alkali. Mineral mineral ini tidak menyublim pada pembakaran
di bawah 925C. Abu yang terbentukini diharapkan akan keluar
sebagai sisa pembakaran batubara tersebut.
F. Kalor
Pada umumnya logam-logam alkali seperti natrium, kalium, dan litium
terikat sebagai garam klorida, sedangkan kadarnya antara 0,3-0,4%.

2.1.3. Jenis Batubara

Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan


terdapat dialam dalam tingkat (grade) yang berbeda mulai dari lignite, sub-
bituminous, bituminous, dan anthrasite.
a. Sifat batubara jenis antrasit
Berwarna hitam sangat mengkilat, kompak, nilai kalor sangat tinggi,
kandungankarbon sangat tinggi, dan kandungan sulfur sangat tinggi.
b. Sifat batubara jenis semi antrasit
Berwarna hitam mengkilat, kompak, nilai kalor tinggi, kandungan
karbon tinggi, dan kandungan sulfur tinggi.

c. Sifat batubara jenis bituminus


Berwarna hitam mengkilat, kurang kompak, nilai kalor tinggi,
kandungan karbon relatif tinggi, kandungan air sedikit, kandungan
abu sedikit, dan kandungan sulfur sedikit.
d. Sifat batubara jenis lignit
Berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah, kandungan karbon
sedikit,kandungan air tinggi, kandungan abu tinggi, dan kandungan
sulfur juga tinggi.

Penggunaan Nyala (menit) Nilai kalori (kal/gr)


1 Antrasit 5-10 7.222-7.778
2 Semi antrasit 9-10 5.100-7.237
3 Bituminous 10-15 4.444-6.111
4 Sub-bituminus 10-20 4.444-8.333
5 Lignit 15-20 3.056-4.611

Tabel 2.1 Jenis Batubara

2.2 Briket Batubara

2.2.1. Briket Batubara

Briket batubara adalah bahan bakar padat dengan bentuk dan ukuran
tertentu, yang tersusun dari butiran batubara dengan sedikit campuran
seperti jerami, ampas tebu, dan molases yang telah mengalami proses
pemampatan dengan daya tekan tertentu, agar bahan bakar tersebut lebih
mudah ditangani dan menghasilkan nilai tambah dalam pemanfaatannya.
Briket Batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan Minyak
tanah seperti untuk pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran, dan
pemanasan. Bahan baku utama briket batubara adalah batubara yang
sumbernya berlimpah di Indonesia dan mempunyai cadangan untuk selama
lebih kurang 150 tahun.
Teknologi pembuatan briket tidaklah terlalu rumit dan dapat
dikembangkan oleh masyarakat maupun pihak swasta dalamwaktu singkat.
Briket batubara dipilih oleh masyarakat sebagaibahan bakar alternatifkarena
dilihat dari segi keunggulannya. Adapun keunggulan briket batubara adalah:
a. lebih murah;
b. nilai kalor yang tinggi dan kontinyu sehingga sangat baik untuk
pembakaran yang lama;
c. tidak beresiko meledak/terbakar;
d. tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga;
e. sumber batubara melimpah.
Ada 4 dasar pemikiran mengapa briket perlu mendapat perhatian
yang serius dalam pengembangan diversifikasi energi di Indonesia yaitu :
a. Makin menipisnya cadangan minyak bumi;
b. Potensi dan kualitas batubaranya cukup tersedia dan dapat
menghasilkan briket yang mempunyai persyaratan;
c. Tersedianya teknologi sederhana yang memungkinkan batubara
dapat dibentuk menjadi briket;
d. Dapat menggantikan penggunaan kayu bakar yang sangat meningkat
konsumsinya dan berpotensi merusak ekologi hutan.
Adapun manfaat briket batubara adalah :
1. Pemasok Bahan Bakar Yang Potensial dan Dapat Dihandalkan Untuk
Rumah Tangga dan Industri Kecil.
2. Sumberdaya Energi Yang Mampu Menyuplai Dalam Jangka Panjang.
3. Pengganti BBM/Kayu Bakar Dalam Industri Kecil dan Rumah Tangga.
4. Merupakan tempat penyerapan tenaga kerja yang cukup berarti baik
di pabrik briketnya, distributor, industri tungku, dan mesin briket.
5. Merupakan bahan bakar yang harganya terjangkau bagi masyarakat
pada daerah-daerah terpencil.
6. Memberikan sumber pendapatan kepada penyuplai bahan baku
briket seperti batubara, tanah liat, kapur, serbuk biomas.
7. Sebagai wadah pengalihan teknologi dan keterampilan bagi tenaga
kerja Indonesia baik langsung maupun tidak langsung.
8. Menghasilkan briket batubara yang sangat dibutuhkan bagi
masyarakat berpenghasilan rendah dan UKM dalam kebutuhan
energinya yang akan terus meningkat setiap tahunnya
Beberapa parameter dalam pembuatan briket batubara antara lain :
1. Ukuran butir batubara.
2. Tekanan mesin pada waktu pembriketan.
3. Kadar air yang bterkandung dalm batubara.

Briket batubara memiliki keterbatasan yaitu waktu penyalaan awal


memakan waktu 5 10 menit dan diperlukan sedikit penyiraman minyak
tanah sebagaipenyalaan awal, briket batubara hanya efisien jika digunakan
untuk jangka waktu diatas 2 jam.

Tabel 2.2.Perbandingan Pemakaian Minyak Tanah dengan Briket

No Penggunaan Minyak Tanah Briket penghemata


n
1 Rumah Tangga 3 Rp 9000/hari Rp.5400/hari Rp 3600

Ltr/hari

2 WarungMakan 10 Rp.30.000 Rp.18.000 Rp.3600

Ltr/hari

3 Industri Kecil 25 Rp.75.000 Rp.45.000 Rp.3.600

Ltr/hari

4 Industry Menengah Rp.2.000.000 Rp.1.502.450 Rp.3.600

1000 Ltr/hari

Tabel 2.3.Perbandingan antara Minyak Tanah dan Briket

No Parameter Minyak Tanah Briket


1 Nilai Kalori 9000 kkal/ltr 5.400 kkal/ltr
2 Ekivalen 1 ltr 1,60 kg
3 Biaya Rp.2.800 Rp.1300

2.2.2. Teknik Pembriketan Batubara

a. Sifat Briket yang Baik


Sifat briket yang baik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran.
2) Mempunyai kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah waktu
diangkat dan dipindah-pindah.
3) Mempunyai suhu pembakaran yang tetap (
0
350 C) dalam

jangka waktu yang cukup panjang (8-10 jam).


4) Setelah pembakaran masih mempunyai kekuatan tertentu
sehingga mudah untuk dikeluarkan dari dalam tungku masak.
5) Gas hasil pembakaran tidak mengandung gas karbon monoksida
yang tinggi.

b. Proses Pembuatan Briket Batubara


Terdapat tiga cara pembuatan briket batubara yaitu: Teknologi
dengan karbonisasi, Teknologi tanpa karbonisasi dan Teknologi biobatubara
(biocoal).
Batubara halus - 3 mm dikeringkan sampai kadar air 10 %, ditambahkan
biomasa (berupa bagas, serbuk gergaji) kemudian dicetak pada tekanan
pembriketan 2-3 ton/cm2.
1. Karbonisasi (super)
Jenis ini mengalami terlebih dahulu proses dikarbonisasi sebelum
menjadi Briket. Dengan proses karbonisasi zat-zat terbang yang terkandung
dalam briket batubara tersebut diturunkan serendah mungkin sehingga
produk akhirnya tidak berbau dan berasap, namun biaya produksi menjadi
meningkat karena pada batubaratersebut terjadi rendemen sebesar 50%.
Briket ini cocok untuk digunakan untukkeperluan rumah tangga serta lebih
aman dalam penggunaannya. Pembuatan briket batubara berkarbonisasi
dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.2. Flow Chart Pembuatan Briket Batubara Secara Berkarbonisasi
(Super)

2. Non Karbonisasi (biasa)


Jenis yang ini tidak mengalamai dikarbonisasi sebelum diproses
menjadi briketdan harganya pun lebih murah. Karena zat terbangnya masih
terkandung dalam briket batubara maka pada penggunaannya lebih baik
menggunakan tungku (bukankompor) sehingga akan menghasilkan
pembakaran yang sempurna dimana seluruhzat terbang yang muncul dari
briket akan habis terbakar oleh lidah api dipermukaan tungku. Briket ini
umumnya digunakan untuk industri kecil. Pembuatan briket batubara
berkarbonisasi dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini
Gambar 2.3. Flow Chart Pembuatan Briket Batubara Non Karbonisasi

3. Teknologi Biobatubara (Biocoal)


Batubara halus - 3 mm dikeringkan sampai kadar air 10 %,
ditambahkan biomasa (berupa bagas, serbuk gergaji) kemudian dicetak
pada tekanan pembriketan 2-3 ton/cm2.
Produsen terbesar briket batubara di Indonesia saat ini adalah PT.
Tambang Batubara Bukit Asam (Persero), atau PT. BA yang mempunyai 3
pabrik yaitu di Tanjung Enim Sumatera Selatan, Bandar Lampung dan Gresik
Jawa Timur dengan kapasitas terpasang 115.000 ton per tahun. Disamping
PT.BA terdapat beberapa perusahaan swasta lain yang meproduksi Briket
Batubara namun jumlahnya jauh lebih kecil dibanding PT. BA dan belum
berproduksi secara kontinyu.
Kenaikan BBM khususnya minyak tanah dan solar, tentunya
penggunaan briket batubara oleh kalangan rumah tangga maupun industri
kecil/menengah akan lebihekonomis dan menguntungkan, namun demikian
kemampuan produksi dari PT. BA masih sangat kecil, untuk mengatasi
kekurangan tersebut diharapkan partisipasi serta keikutsertaan pihak
swasta untuk memproduksi dan mensosialisasikan penggunaanbriket
batubara disetiap daerah.
Batubara dipanaskan pada temperatur 700 0C selama 3 - 4 jam,
didinginkan, digerus sampai -3 mm. Selanjutnya dilakukan pekerjaan seperti
no. 1 di atas.
c. Bentuk Briket Batubara
Terdapat 3 (tiga) bentuk briket batubara :
Bentuk Telur
Gambar 2.4. Briket Super (Terkarbonisasi, Bentuk Telor)

Gambar 2.5. Briket Non Karbonisasi (Bentuk Telor)

Bentuk kubus berlubang

Gambar 2.6. Briket Non Karbonisasi (Bentuk Kubus Dan Silinder )

Bentuk kenari (briket bio batubara)

Gambar 2.7. Briket Biobarubara (Non Karbonisasi, Bentuk Kenari)


Gambar 2.8. Diagram Penggunaan Briket Batubara Di Indonesia
Gambar 2.9. Diagram Persentase Penggunaan Batubara Di Indonesia

2.2.3. Komposisi Briket Batubara

Proses pembriketan batubara dapat didefinisikan sebagai suatu


proses pengolahan batubara, dimana briket yang dihasilkan mempunyai
bentuk, ukuran fisik, sifat kimia tertentu dengan menggunakan teknik yang
tepat, komposisi briket batubara diantaranya:
A. Batubara
Briket batubara dapat dibuat dari bermacam-macam rank batubara,
tergantungpada jenis batubara yang ada, misalnya: lignite, sub-bituminous,
bituminous, semiantrasit dan anthrasite. Kualitas briket batubara dapat
dipengaruhi oleh kualitas batubara yang digunakan. Batubara yang
mengandung zat terbang yang terlalu tinggi cenderung mengeluarkan asap
hitam dan berbau tidak sedap. Batubara yang digunakan pada penelitian ini
adalah batubara jenis semi antrasit.
B. Jerami
Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang mempunyai
potensi yang cukup besar sebagai sumber bahan bakar. Ketersediaan
limbah ini biasanya padasaat musim kering dimana persediaan hijauan telah
berkurang baik kualitas maupunkuantitasnya.
C. Ampas Tebu
Ampas tebu merupakan Iimbah pabrik gula yang banyak ditemukan di
berbagai daerah seperti Medan, Jakarta, dan kota-kota lainnya dan sangat
mengganggu apabila tidak dimanfaatkan. Saat ini belum banyak peternak
menggunakan ampas tebu tersebut untuk bahan pakan ternak, hal ini
mungkin karena ampas tebu memiliki serat kasar dengan kandungan lignin
sangat tinggi ( 19.7%) dengan kadar protein kasar rendah (28%). Namun
limbah ini sangat potensi sebagai bahan tambahan yang digunakan dalam
proses pembuatn briket.
D. Tetes (Molasses)
Molases diperoleh dari proses kristalisasi larutan tebu yang tidak
dapat menghasilkan gula lagi. Molases merupakan larutan kental berwarna
coklat kehitaman yang dapat digunakan sebagai bahan perekat untuk
batubara dan bahancampurannya.
Pemilihan perekat berdasarkan pada:
a. perekat harus memiliki daya adhesi yang baik bila dicampur dengan
semikokas.
b. perekat harus mudah didapat dalam jumlah banyak dan harganya
murah.
c. perekat tidak boleh beracun dan berbahaya.

2.2.4. Dampak Lingkungan Pembakar Briket

Nilai strategis dan ekonomis pemanfaatan batubara sebagai bahan


bakar sering terkendala oleh dampak lingkungan yang berasal dari emisi
dan sisa pembakaran,yang langsung maupun tidak langsung berpengaruh
kepada kesehatan manusia.Selain itu, pembakaran batubara dengan jumlah
yang sangat banyak akan mempengaruhi kondisi lingkungan, antara lain
berupa gas rumah kaca seperti CO2 dan lain-lain.
Secara umum polutan yang timbul akibat pembakaran batubara
antara lain partikel halus, belerang, NOx, dan trace element (seperti flourin,
selenium, dan arsen) serta bahan-bahan organik yang tidak terbakar secara
sempurna. Unsur-unsur ini terbentuk pada saat pembentukan sebagai
proses alam. Dengan demikian sederhana untuk mendapatkan kondisi
pembakaran yang bersih, semua zat pengotor tersebut harus ditiadakan
paling tidak dicegah agar tidak merebak menjadi polutan yang teremisikan.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi lingkungan akibat dari
pembakaran briket batubara :
A. Jenis bahan baku (batubara)
Jenis bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan harus
menggunakan bahan yang bersih dari polutan. Semakin baik bahan yang
digunakan, semakin sedikit emisi yang ditimbulkan. Emisi berbahaya,
seperti gas SOx dan NOx pada dasarnya ditimbulkan dari batubara yang
memiliki kadar pengotor yang tinggi. Bahan pengikat yang berasal dari
lempung yang tidak mengandung zat-zat yang berbahaya.
B. Tungku
Tungku yang digunakan hendaknya mampu memfasilitasi
pembakaran yang sempurna, artinya dapat menyeimbangkan aliran udara
(oksigen) dengan baik.Tungku dengan penutup pengurang emisi yang
dikembangkan oleh tekMIRA ternyata sangat membantu mengurangi emisi
secara signifikan.
C. Ruangan (dapur) tempat memasak
Ruangan tempat memasak hendaknya memiliki ventilasi yang baik,
artinya udara segar dapat bersirkulasi dengan cepat. Kondisi ini akan sangat
membantumenghindari dampak langsung dari polusi kepada kesehatan
pemasak.Dengan memperhatikan ketiga faktor diatas, secara teoritis dapat
dihindari berbagai dampak negatif atas penggunaan briket batubara dari
pengukuran emisi (SOx, NOx, dan CO) yang dilakukan tekMIRA, diperoleh
kesimpulan bahwa penggunaan briket batubara secara umum masih aman
dengan kadar emisi masih jauh dibawah ambang batas yang diperkenankan
oleh kementrian lingkungan hidup.
Pembakaran briket batubara pada menit pertama diawali pembakaran
biasa yang memiliki kadar CO yang mencapai 1000 ppm, SOx 250 ppm dan
NOx mencapai 100 ppm. Selang 10 menit kemudian terutama jika
pembakaran sempurna emisi ini boleh dikatakan sudah tidak terdeteksi.
Kondisi yang terbaik jika menggunakan tungku dengan penutup pengurang
emisi (PPE) dan dapur mempunyai ventilasi yang baik.

Anda mungkin juga menyukai